• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi Dalam Menghadapi Masalah Etis dan Moral di Era Global dan Teknik Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi Dalam Menghadapi Masalah Etis dan Moral di Era Global dan Teknik Informasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENGAJARAN

Program S-1:

1. Pendidikan Agama Kristen Protestan (2 SKS) 2. Tingkah Laku dan Lingkungan (3 SKS)

J. PENGHARGAAN

* Penghargaan dari Pengurus Permata GBKP Klasis Medan Kampung Lalang di Perayaan HUT Permata GBKP Klasis Medan Kampung Lalang pada tanggal 19 Oktober 1997

* Penghargaan dari Forum Rektor Indonesia USU Medan dalam rangka Menegakkan Demokrasi pada Kegiatan Pemantauan Pemilu Tahun 1999

* Penghargaan dari Badan Pengurus Klasis GBKP Medan Kampung Lalang dalam rangka Ceramah Orientasi Pelayanan Pertua, Diaken Periode 1999 – 2004 pada tanggal 3 Juli s.d. 29 Agustus 1999

* Penghargaan dari Penerbit Bina Media dan Forum Masyarakat Katholik Indonesia dalam rangka Diskusi Panel Dialog Antar Agama pada tanggal 6 Mei 2000

* Penghargaan dari Ketua Program Studi Psikologi USU pada tanggal 7 April 2004 dalam rangka Partisipasi dan Kerjasama untuk Menjalankan Proses Belajar Mengajar

* Satya Lencana Karya Satya 10 tahun, 2005

* Penghargaan dari Ephorus Huria Kristen Batak Protestan dalam rangka pelaksanaan Youth Camp HKBP se-Indonesia di Seminarium Sipoholon pada tanggal 30 Juni s.d. 6 Juli 2008

* Penghargaan dari Ikatan Sarjana Biblika Indonesia dalam rangka Simposium Nasional Ikatan Sarjana Biblika Indonesia yang dilaksanakan di Sopo Toba pada tanggal 4 s.d. 7 Agustus 2008

K. ORGANISASI PROFESI

* Ikatan Sarjana Biblika Indonesia

PENDIDIKAN AGAMA PADA PERGURUAN TINGGI

DALAM MENGHADAPI MASALAH ETIS DAN MORAL

DI ERA GLOBAL DAN TEKNIK INFORMASI

Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Kristen

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 15 November 2008

Oleh:

RISNAWATY SINULINGGA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

* Ceramah: “Doktrin Kristen tentang Bidat atau Hairensis”, sebagai penceramah, Chapel USU, Medan, 9 Nopember 2001.

* Ceramah: “Doktrin Akhir Zaman”, sebagai penceramah, FKM USU, Medan, 10 November 2001.

* Ceramah: “Eksposisi Kitab Timotius”, sebagai penceramah, UKM-KMK USU, Medan, 17 November 2001.

* Ceramah: “Doktrin Alkitab”, sebagai penceramah, UKM-KMK PolMed, Medan, 21 November 2001.

* Ceramah: “Eksposisi Kitab Ayub”, sebagai penceramah, Perkantas Cabang Sumut, Medan, 28 s.d. 29 November 2001.

* “Seminar tentang Resolusi Konflik Etnik di Sumatera Utara”, sebagai peserta, Fakultas Sastra USU, Medan, 8 Maret 2002.

* Seminar Sehari GKII: “Studi Teologis dan Psikologis tentang Kegagalan Hidup Muda/I di Era Modernisasi dan Globalisasi”, sebagai penceramah, Gereja Kemah Injil Indonesia, Medan, 7 Mei 2001.

* “Workshop Resolusi Konflik Etnik di Sumatera Utara”, sebagai peserta, Fakultas Sastra USU, Medan, 9 Maret 2002.

* Seminar Nasional HKBP: “Peningkatan Persekutuan dan Pelayanan Diakonia di Tengah-Tengah Gereja dan masyarakat”, sebagai penceramah, Kantor Pusat HKBP, Jetun Silangit-Taput, 6 Mei 2002.

* Ceramah: “Konsep Gender Menurut Perspektif Kristen pada Keluarga-Keluarga Kristen”, sebagai penceramah, Biro Pemberdayaan Perempuan Sumut, Kompleks HKBP, 20 November 2003.

* Ceramah: “Konsep Gender Menurut Perspektif Kristen pada Tokoh Agama dan Masyarakat Propinsi Sumatera Utara”, sebagai penceramah, Bagian Pemberdayaan Perempuan Kodya Medan, Hotel Antares, 15 s.d. 16 September 2003.

* Ceramah: “Konsep Gender Menurut Perspektif Kristen pada Tokoh Agama dan Masyarakat Propinsi Sumatera Utara”, sebagai penceramah, Biro Pemberdayaan Perempuan Sumut, Hotel Dharma Deli, 18 Desember 2003.

* Ceramah: “Konsep Dasar Misi”, sebagai penceramah, UKM KMK USU UP Fakultas Sastra, Medan, 24 Februari 2007.

* Ceramah: “Doktrin Manusia”, sebagai penceramah, UKM-KMK USU, Medan, 7 September 2007.

* Ceramah: “Doktrin Alkitab”, sebagai penceramah, UKM KMK USU UP Fakultas Kedokteran, Medan, 3 Maret 2007.

* Ceramah: “Doktrin Tri Tunggal”, sebagai penceramah, UKM KMK USU UP Fakultas Pertanian, Medan, 5 s.d. 6 Februari 2007.

(3)

* Ceramah: “Pergaulan Muda-Mudi Kristen dalam Persiapan Pernikahan”, sebagai penceramah, Muda/I GMI Kampung Lalang, Kampung Lalang, 19 Oktober 1997.

* Seminar Guru Perguruan Kristen Methodist Indonesia, “Siapakah aku di mata anak didikku”, sebagai penceramah, Perguruan Kristen Methodist Indonesia, Pematang Siantar, 26 s.d. 27 Februari 1996.

* Seminar Guru Perguruan Kristen Methodist Indonesia, “Kharakter dan Citra Diri Guru sebagai Pendidik“, sebagai penceramah, Perguruan Kristen Methodist Indonesia, Pematang Siantar, 26 s.d. 27 Februari 1996.

* Seminar Sehari PWKI: “Komunikasi dalam Keluarga dan Masyarakat”, sebagai penceramah, Persekutuan Wanita Kristen Indonesia, Medan, 8 Maret 1997.

* “Seminar Seminar Dialog Agama”, sebagai anggota Panitia, PGI-Wil Sumut, Sibolangit, 23 s.d. 24 Maret 1999.

* Ceramah: “Peranan dan Pelayanan Gereja dalam Masyarakat”, sebagai penceramah, Pengurus kaum ibu GKI se-Sumatera Utara, Medan, 27 Maret 1999.

* Ceramah: “Teologia Alkitabiah bagi Persembahan”, sebagai penceramah, GBKP Klasis Medan Kuta Jurung, Medan, 3 April 1999.

* Ceramah: “Korelasi antara Krisis Moral dan Krisis Ekonomi dalam Kitab Hagai: Suatu Usuha Pembinaan Moral bagi Pengurus Gereja”, sebagai penceramah, GBKP Klasis Pematang Siantar, Pematang Siantar, 21 Juni, 1999.

* Ceramah: “Etika Kristen tentang Seksualitas, Cinta dan Berpacaran”, sebagai penceramah, Permata GBKP Klasis Medan Kampung Lalang, Sibolangit, 10 Oktober 1999.

* Ceramah “Belajar dari Pengalaman Jepang dalam Penerapan Otonomi Daerah”, sebagai peserta, Fisip USU, Medan, 15 Februari 2001.

* Seminar Sehari Bappeda: “Program Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Utara”, sebagai peserta, Bappeda Sumut, Medan, 14 Maret 2001.

* Seminar Sehari LPMI: “Peranan Ibu-Ibu Kristen dalam Pendidikan Anak pada Seminar sehari Ibu-Ibu Kristen Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia”, sebagai peceramah, LPMI, Medan, 31 Maret 2001.

* Seminar Perempuan HKBP: “Strategi Pemberdayaan Perempuan-Tinjauan Teologis”, sebagai penceramah, HKBP Distrik Medan-Aceh, Medan, 10 Agustus 2001.

* Ceramah: “Doktrin Roh Kudus: Oknum dan PeranNya”, sebagai penceramah, UKM-KMK USU, Medan, 12 September 2001 & 12 Oktober 2001.

Salam sejahtera bagi kita semua

Yang saya muliakan,

Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara

Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara

Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana, Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Sumatera Utara

Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas

Sumatera Utara

Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya muliakan

Marilah kita ucapkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menghadiri upacara pengukuhan ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan pidato dengan judul:

PENDIDIKAN AGAMA PADA PERGURUAN TINGGI DALAM MENGHADAPI MASALAH ETIS DAN MORAL

DI ERA GLOBAL DAN TEKNIK INFORMASI

PENDAHULUAN

Hadirin yang saya muliakan,

(4)

hidrolik, dan alat suntik.1 Seorang ilmuwan lain Albert Enstein (1879–1955),

fisikawan Amerika Serikat, kelahiran Jerman, yang pada zamannya menjadi tokoh intelektual paling kreatif. Dia menerima hadiah nobel Fisika pada tahun 1921. Rumusnya tentang kesetaraan antara massa (m) dan energi (E) yang sangat pendek tetapi menggoncangkan dunia adalah E = mc2 .2

Yang mau saya katakan lewat kedua contoh tokoh ini adalah bahwa mereka sebagai ilmuwan yang begitu padat prestasi dalam ilmu pengetahuan tidaklah meremehkan fungsi agama, tetapi sangat menyadari pentingnya agama dan pendidikan agama itu dalam kehidupan manusia. Blaise Pascal terkenal tidak saja sebagai ilmuwan dan matematikawan tetapi sebagai seorang agamawan dan juga penulis buku keagamaan. Begitu banyak bukunya tentang agama sehingga sebagian baru diterbitkan setelah ia meninggal dunia. Sedangkan Albert Einstein, yang menegaskan bahwa kebenaran ilmiahlah yang harus dianggap sebagai kebenaran teruji karena terlepas dari faktor manusiawi, ternyata menolak atheisme. Malah dikatakannya “Science without religion is lame and religion without science is blind”.

Sikap ini sangat berbeda dengan sikap banyak orang dewasa ini yang prestasinya dalam ilmu pengetahuan tidak seperti prestasi kedua tokoh ini. Mereka meremehkan fungsi agama dan pendidikan agama. Banyak, kalau tak mau dikatakan banyak, paling kurang ada mahasiswa, bahkan dosen atau pimpinan di kalangan perguruan tinggi menganggap pendidikan agama sebagai mata kuliah gampangan, tambahan, dll. Pada hal mata kuliah pendidikan agama sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian dan perilaku sebagai bekal mahasiswa di dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Secara khusus, mata kuliah ini penting dalam era global dan teknik informasi yang penuh dengan masalah-masalah etis dan moral. Peranan penting tersebutlah yang akan saya paparkan dalam pidato pengukuhan ini dengan menguraikan:

• Hubungan pendidikan agama dan perkembangan moral serta

perilaku mahasiswa

• Era global dan teknik informasi serta masalah-masalah etis dan

moral

• Paradigma baru Pendidikan Agama sebagai mata kuliah

pengembangan kepribadian

• Kesimpulan dan saran

1

Lihat penjelasan lanjut mengenai hal ini dalam A.J. Krailsheimer, Pascal-Penses, Penguin-Classics, 1970, hal.9-29; bnd. Joel Feinberg, Reason and Responsibility. Reading in Some Basic Problems of

Philosophy, Thomson Learning-Wadsworth, Belmond-USA, 2007, hal.114-117.

2

Lihat penjelasan lanjut mengenai hal ini dalam Denis Brian, TheUnespected Einstein. The Real Man Behind the Icon, John Wiley & Sons, New Jersey, 2008, hal.166-194.

* Risnawaty Sinulingga, Gender dari Sudut Pandang Agama Kristen, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Wawasan, Vol.12, No.1/Juni, Medan, 2006.

* Risnawaty Sinulingga, Perceraian dalam Agama Kristen (Suatu Tinjauan Teologis Biblis tentang Perceraian, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Wawasan, Vol.12, No.3/February, Medan, 2007.

* Risnawaty Sinulingga, Tinjauan Teologis Biblis tentang Doa, Minyak Urapan, Penumpangan Tangan dan Puasa, Jurnal Teologi Tabernakel, Edisi XVII/Januari-Juni, Medan, 2007.

* Risnawaty Sinulingga, Misi: Suatu Tinjauan Teologis Biblis tentang Misi, Jurnal Teologi Tabernakel, Edisi XVIII/Agustus-Desember, Medan, 2007. * Risnawaty Sinulingga, Gereja dan Pelayanan Mahasiswa Kristen, Jurnal

Teologi dan Pelayanan, Vol.2, No.2/Oktober, Malang, 2007.

* Risnawaty Sinulingga, TAFSIRAN ALKITAB: KITAB AMSAL 1 – 9, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007.

H. CERAMAH/SEMINAR

* Ceramah: “Kesadaran Beragama dan Pembinaan Remaja & Pemuda GMI Jemaat Markoni yang Bertanggung jawab”, sebagai penceramah, GMI Markoni, Parapat, 8 s.d. 11 Juli 1990.

* Seminar Gender: “Gender dari Segi Teologi dan Gereja”, sebagai penceramah, GKPI se-Indonesia, Pematangsiantar, 14 s.d. 16 November 1994.

* Seminar Sehari Mahasiswa: “Pertumbuhan Gereja dan Pelayanan Mahasiswa”, sebagai penceramah, UKM-KMK USU & PERKANTAS, Medan, 22 Aporil 1995.

* Ceramah: “Cara Memimpin PA”, sebagai penceramah, Moria GBKP Klasis Lubuk Pakam, Galang, 20 Mei 1995.

* Seminar USU: “Forum USU – Universiti Malaysia”, sebagai peserta, USU, Medan, 22 s.d. 23 November 1995.

* Seminar PHBK USU: “Pembinaan Iman”, sebagai wakil ketua, PHBK USU, Medan, 5 Oktober 1996.

* Ceramah: “Tempramen yang Diubahkan”, sebagai penceramah, GMI Gloria, Sibolangit, 28 Desember 1996.

* Seminar PHBK USU: “Seminar Reformasi”, sebagai anggota Panitia, PHBK USU, Medan, 10 Mei 1997.

(5)

* The Valoruous Wife Compared to Personified Wisdom (Prov.31.10-31/ 1.20-21, 32-36; 9.1-6), The South East Asia Graduate School of Theology, Singapura.

* Analisa Linguistik atas Ungkapan “Takut akan Tuhan” dalam Kitab Amsal, Tyndale House, Cambridge, England.

* Analisa Teologis atas Peran Redaktur dalam Penyuntingan Amsal 1.1-7, Tyndale House, Cambridge.

* Analisa Teologis atas Perkembangan Konsep Hikmat yang Dipersonifikasi dalam Amsal 1 s.d. 9, Tyndale House, Cambrige, England.

G. KARYA ILMIAH YANG DITERBITKAN

* Risnawaty Sinulingga, Perempuan! Perlukah Kita Menggugat Kitab Suci?, dalam Darius Dubut, Joas Adiprasetya (eds), KURBAN BERBAU HARUM, Badan Penelitian dan Penembangan PGI, Jakarta, 1995.

* Risnawaty Sinulingga, Misi dalam Perjanjian Lama, dalam Indriani Bone, Paul Hidayat, Anwar Chen (eds), Berteologia dalam Anugrah, STT Cipanas, Cipanas, 1997.

* Risnawaty Sinulingga, Poligami dan Perceraian dalam Perjanjian Lama, Jurnal Pelita Zaman, Vol.12, No.2, Bandung, 1997.

* Risnawaty Sinulingga, Ekonomi Kerakyatan dalam Kitab Amsal, Jurnal Pelita Zaman, Vol.14, No.1, Bandung, 1999.

* Risnawaty Sinulingga, Teologi Alkitabiah tentang Persembahan, Maranatha, Edisi 94/Februari, Medan, 1999.

* Risnawaty Sinulingga, Menyikapi Reformasi dalam Pelayanan Pemuda dan Mahasiswa Kristen, Maranatha, Edisi 97/Mei, Medan, 1999.

* Risnawaty Sinulingga, Carilah Tuhan maka kamu akan hidup, dalam Slamat Tarigan (ed.), Pertumbuhan Persaudaraan Masyarakat Majemuk dan Kedaulatan Rakyat, Maranatha, Medan, 1999.

* Risnawaty Sinulingga, Perspektif Feminis dan Otoritas Kitab Suci: Perjanjian Lama dari Kaca Mata Perempuan Indonesia, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Wawasan, Vol.7, No.3, Medan, 2000.

* Risnawaty Sinulingga, Perlakuan Kesehatan Reproduksi “inang-inang” Batak Toba di Pajak Horas Kodya Pematang Siantar, Komunikasi Penelitian, Lembaga Penelitian USU, Vol.18 (1), Medan, 2001.

* Risnawaty Sinulingga, Perlakuan Kesehatan Reproduksi “inang-inang” Batak Toba di Pusat Pasar/Sentral Kodya Medan, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Wawasan, Vol.9, No.2, Medan, 2002.

* Risnawaty Sinulingga, PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005.

PENDIDIKAN AGAMA DAN PERKEMBANGAN MORAL SERTA PERILAKU MAHASISWA

Perkembangan Moral dan Perilaku

Hadirin yang saya muliakan,

Lawrence Kohlberg, seorang profesor pendidikan dan psikologi sosial dari Universitas Harvard berdasarkan penelitiannya, menyatakan bahwa proses perkembangan moral dan perilaku pada setiap manusia tidak pernah selesai, sejak dari dalam kandungan sampai akhir hayat.3 Ada banyak teori tentang proses perkembangan moral dan perilaku tersebut. Teori-teori pada abad 19 tentang perilaku manusia (psikoanalisis) amat dipengaruhi oleh pandangan positivisme yang mendasari fisika dan biologi, yaitu bahwa manusia sebagai makhluk biologis adalah sistem kompleks energi yang memelihara diri dalam hubungannya dengan dunia luar. Tujuan memelihara diri ini adalah untuk mempertahankan diri dan mempertahankan jenis menurut hukum evolusi. Pada periode ini dikenal Mazhab Italia, Morfologi Konstitusional: Mazhab Perancis, Morfologi Konstitusional di Jerman: Tipologi Kretschmer, Psikologi Konstitusional di Amerika Serikat: Teori W.H.Sheldon.4 Tetapi pada akhir abad 19, muncul teori-teori lain, yang dipengaruhi oleh sosiologi dan antropologi yang sangat berkembang pada saat itu. Sangat ditonjolkan dalam ilmu sosial bahwa manusia adalah terutama makhluk sosial ketimbang makhluk biologis. Jadi manusia itu adalah terlebih-lebih hasil masyarakat yang menjadi lingkungannya atau masyarakat dimana dia hidup. Pendekatan ini disebut psikologi sosial.

Alfred Alder, bapak Individual Psychology mempergunakan pendekatan psikologi sosial dalam bahasannya tentang perkembangan moral dan perilaku seseorang. Menurutnya ada dua dorongan pokok di dalam diri manusia yang melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu dorongan keakuan dan dorongan kemasyarakatan. Dikemukakan bahwa konkretnya dorongan kemasyarakatan itu berbentuk koperasi, hubungan sosial, hubungan antar pribadi, hubungan dengan kelompok, dll. Dalam arti yang lebih luas dorongan kemasyarakatan ini merupakan dorongan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat dan membantu masyarakat yang

3

L. Kohlberg, “Cognitive-Development Theory and the Practice of Collective Moral Education”, dalam M. Collins dan M. Gottesman (ed.), Group Care: The Educational Path of Youth Aliyah, Gordon and Breach, New York, 1971; bnd. Cognitive-Developmental Approach to Moral Education, The

Humanist, November-Desember, 1972; Ronald Duska dan Mariellen Whelan, Perkembangan Moral,

Perkenalan dengan Piaget dan Kohlberg, Kanisius, Yogyakarta, 1982.

4

(6)

menjadi lingkungan seseorang guna mencapai tujuan yang sempurna.5 Hal

yang bersamaan dikemukakan Edwards Lee Thorndike, seorang penganut paham psikologi behavior. Kalau Adler memakai istilah “dorongan masyarakat”, Thorndike menonjolkan kata “belajar” di dalam menjelaskan latar belakang tingkah laku seseorang, yang menurutnya merupakan terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa dalam lingkungan seseorang yang disebutnya “stimulus” (S) dengan respons (R) yang diberikan terhadap stimulus tersebut.

Agama dan Perkembangan Moral Serta Perilaku

Cukup jelas dari bahasan di atas, bahwa perkembangan moral dan perilaku individu-individu masyarakat manusia bukan karena proses-proses yang bersifat kodrati, tetapi lewat proses yang disebut proses belajar (learning process), yang menurut istilah teknis sosiologi disebut “proses sosiologis”. Perkembangan moral dan perilaku itu ditentukan oleh lingkungan seumur hidupnya yang menurut Koentjaraningrat serba berpranata, serba bersistem atau mengandung norma-norma sosial yang terorganisir dan mengatur setiap perilaku warga masyarakat. Salah satu dari antara sekian banyak pranata sosial itu adalah pranata agama. Agama sebagai pranata sosial berperan sangat penting dalam mempengaruhi perilaku para penganutnya dalam kehidupan sehari-hari.6 Memang teori tentang apa agama dan apa fungsi agama juga banyak dan bermacam-macam. Banyak pemikir yang membuat defenisi agama dengan berfokus pada fungsinya dalam kehidupan ibadah semata. Max Muller7 dalam defenisinya memberi penekanan pada a perception of the Infinite, Edward Taylor8 pada the belieft of spiritual beings dan Herbert Spencer9 pada ancestors worship. Bahkan kerapkali agama dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia, mempertinggi fanatisme, takhayul dan kesia-siaan. Tetapi sebagai salah satu pranata sosial, seperti dikemukakan di atas, peran agama sebagai sumber moral dan kaidah sosial tak dapat disangkal. Bahkan Emile Durkheim, seorang atheist, dalam banyak tulisannya, berulang kali menegaskan sumbangan positif agama

5

Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Alfred Alder, The Individual Psikology of Alfred Alder,

H.L. Ansbacher & R. Ansbacher (ed.), Harper Torchbooks, New York, 1956.

6

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1979; bnd. Herwanto Aryo Manggolo, “Pranata Sosial”, dalam J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed.), Sosiologi Teks

Pengantar dan Terapan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal.215-226.

7

Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Max Muller, Introduction to Science of Religion,

Longman Green and Co., London, 1982.

8

Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Edward Tylor, Primitive Culture, J.P. Putnam’as Sons, New York, 1871.

9

Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Herbert Spencer, The Principle of Sociology, Greenwood Press, London, 1987.

E. RIWAYAT KEPANGKATAN/GOLONGAN/JABATAN AKADEMIK

* 1989 CPNS IIIa

* 2006 Pembina Utama Tingkat I IVb Lektor Kepala * 2008 Pembina Utama Tingkat I IVb Guru Besar

F. PENELITIAN

* Pertumbuhan Gereja Batak Karo Protestan Tahun 1980 s.d. 1985, STT HKBP, Pematang Siantar.

* Peranan Ibu-ibu Kristen (Moria) GBKP di Klasis Medan Kampung Lalang, STT HKBP, Pematang Siantar.

* The Valorous Wife and Personified Wisdom Compared (Prov.31.10-31; 1.1- 21, 32-36; 9.1-6), The South East Asia Graduate School of Theology, Singapura.

* Perlakuan Kesehatan Reproduksi “inang-inang” Batak Toba di Pajak Horas Kodya Pematang Siantar, Lembaga Penelitian, USU, Medan.

* Perlakuan Kesehatan Reproduksi “inang-inang” Batak Toba di Pusat Pasar/Sentral Kodya Medan, Lembaga Penelitian USU, Medan.

* Peranan Pekerja Penuh Waktu Gereja Batak Karo Protestan dan Pertumbuhan Gereja, Litbank GBKP, Medan.

* Theological Analysis on Proberbs 31.10-31, London Bible College, London, England.

* Historical Analyses on Proverbs 31.19-31, London Bible College, London, England.

* Theological Analysis on Proverbs 1.20-36, 8.1-33; 9.1-6, Trinity Theological College, Singapura.

* Historical Analysis on Proverbs 1.20-36; 8.1-33; 9.1-6, Hebrew University, Jerusalem.

* Lingustic Analysis on Proverbs 1.20-36; 8.1-33; 9.1-6, Hebrew University, Jerusalem.

(7)

C. KURSUS/PENATARAN

* Metodologi Penelitian, Lembaga Penelitian USU, Medan * Intensive English Course, USU, Medan

* Advanced English Course, PPIA, Medan * Applied Approach, UPP USU, Medan

* Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar dan Penasihat Akademik, Fisip USU, Medan

* Workshop Pengembangan Kurikulum, UPP USU, Medan

* Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar dan Penasihat Akademik, UPP USU, Medan

* Lokakarya Evaluasi Pengajaran, UPP USU, Medan

* Lokakarya Disiplin Kerja dan Keseragaman Penilayan Akhir, UPP USU, Medan

* International Consultation on Creative and Peaceful Religious Pro Existence, PGI, Malang

* Wisdom Texts Course, Hebrew University, Jerusalem * Archeological Course, Hebrew University, Jerusalem * Bibical Hebrew Course, Hebrew University, Jerusalem

* Intensive Modern Hebrew Course, Hebrew University, Jerusalem * Kurikulum Nasional Teologi, PERSETIA, Salatiga

* Kurikulum Berbasis Kompetensi, Dikti, Surabaya * Dialog Antar Umat Beragama, PGI-Sumut, Medan

* Old Testament Study Group, Tydale Studies, Nanwich, England

D. URAIAN RINGKAS PEKERJAAN/TUGAS

* Dosen Tetap Fisip USU:

* Dosen Luar Biasa untuk mata kuliah PendidikanAgama Kristen di: - FT USU

- FK USU - FMIPA USU - FH USU

- Fakultas Psikologi USU - FE USU

* Ketua UPP Fisip USU, periode 1996 s.d. 1998

* Pembina UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) KMK (Kebaktian Mahasiswa Kristen) USU

terhadap kesehatan moral masyarakat.10 Jelas bahwa nilai-nilai agama yang

umumnya sangat disakralkan merupakan orientasi utama dari mana sistem hukum dan kaidah sosial dibentuk dan dilembagakan masyarakat.

Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi dan Pembangunan Nasional

Hadirin yang saya muliakan,

Peran penting agama atau nilai-nilai agama dalam bahasan ini berfokus pada lingkungan lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Salah satu mata kuliah dalam lembaga pendidikan di perguruan tinggi, yang sangat berkaitan dengan perkembangan moral dan perilaku adalah Pendidikan Agama. Mata kuliah Pendidikan Agama pada perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok MKU (Mata Kuliah Umum) yaitu kelompok mata kuliah yang menunjang pembentukan kepribadian dan sikap sebagai bekal mahasiswa memasuki kehidupan bermasyarakat. Mata kuliah ini merupakan pendamping bagi mahasiswa agar bertumbuh dan kokoh dalam moral dan karakter agamaisnya sehingga ia dapat berkembang menjadi cendekiawan yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di tengah masyarakat.

Tujuan mata kuliah Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi ini amat sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan nasional dan pembangunan nasional. GBHN 1988 menggariskan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila “bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani… dengan demikian pendidikan nasional akan membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

Kualitas manusia yang ingin dicapai adalah kualitas seutuhnya yang mencakup tidak saja aspek rasio, intelek atau akal budinya dan aspek fisik atau jasmaninya, tetapi juga aspek psikis atau mentalnya, aspek sosial yaitu dalam hubungannya dengan sesama manusia lain dalam masyarakat dan lingkungannya, serta aspek spiritual yaitu dalam hubungannya dengan

10

(8)

Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta. Pendidikan Tinggi merupakan arasy tertinggi dalam keseluruhan usaha pendidikan nasional dengan tujuan menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional, yang bukan saja berpengetahuan luas dan ahli serta terampil dalam bidangnya, serta kritis, kreatif dan inovatif, tetapi juga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkepribadian nasional yang kuat, berdedikasi tinggi, mandiri dalam sikap hidup dan pengembangan dirinya, memiliki rasa solidaritas sosial yang tangguh dan berwawasan lingkungan. Pendidikan nasional yang seperti inilah yang diharapkan akan membawa bangsa kita kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional yakni “…masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual...” 11

Hadirin yang saya muliakan,

Kualitas manusia dalam spiritualitas (hubungan dengan Tuhan) dan dalam aspek sosial (hubungan dengan sesama manusia lain dan lingkungannya), yang menjadi syarat tercapainya tujuan pembangunan nasional, hanya dapat dicapai lewat partisipasi agama atau pendidikan agama.

ERA GLOBAL DAN TEKNIK INFORMASI SERTA MASALAH-MASALAH ETIS DAN MORAL

Era Global Gelombang Pertama dan Kedua

Hadirin yang saya muliakan,

Tiap zaman selalu memiliki perkembangannya, demikian juga era global. Di era global perkembangan pesat telah terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada gelombang pertama perkembangan ini berfokus dalam sektor pertanian dan pada gelombang kedua dalam sektor industri. Perkembangan ini disebut Alvin Toeffler “revolusi industri” yang di satu pihak memang dapat dikatakan berhasil karena perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara industri maju (Barat modern)12, tetapi di lain pihak perkembangan ini juga menghadirkan hal-hal negatif. Industrialisasi dan pembangunan yang didasarkan kepada

11

Rumusan tujuan pembangunan nasional bangsa dan negara kita sbb. ini “Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Lihat rumusan yang lengkap dalam GBHN 1988, hal.11.

12

Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Alvin Toffler, Future Shock, Random House, New York, 1971, hal.22-30.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. KETERANGAN DIRI

Nama : Prof. Risnawaty Sinulingga, D.Th.

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 27 November 1950

Pekerjaan : Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU NIP/Pangkat/Gol. : 131 837 033/Pembina Tingkat I/IVb

Jabatan : Guru Besar

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Masa Sinulingga (Alm.)

Nama Ibu : Mende Perangin-angin (Alm.)

Nama Suami : Pdt. Dharma Bangun, S.Th.

Nama Anak : 1. Adrian Pranajaya Bangun, S.T. (FT UNPAR-Bandung)

2. Emma Patricia Bangun, S.T., M.Eng. (ITB, KYOTO UNIVERSITY)

Alamat : Jalan Cempaka Raya 1B, Kompleks Perum

Pemda Tk. I, Medan.

B. PENDIDIKAN

* 1962 : SD Negeri 1, Medan * 1965 : SMP Negeri VI, Medan * 1969 : SMA Negeri IV, Medan

* 1976 : BTh (Bachelor of Theology), Seminary Alkitab Asia Tenggara, Malang

* 1988 : S.Th. (Sarjana Teologi), STT HKBP, Pematang Siantar

Skripsi: Pertumbuhan Gereja GBKP. Analisis Teologis Praktis tentang Pertumbuhan Batak Karo Protestan dari Tahun 1980 – 1985.

* 1990 : M.Th. (Master of Theology), Jurusan Biblika Perjanjian Lama STT HKBP, Pematang Siantar

Thesis: Peranan Wanita Berhikmat dalam Kitab Amsal

sebagai Model bagi Wanita Kristen.

* 1994 : D.Th. (Doctor of Theology), Jurusan Biblika Perjanjian Lama The South East Asia Graduate School of Theology, Singapura

Disertasi: The Valorous Wife and Personified Wisdom

(9)

Naisbitt, John (2005), Mind Set!: Reset Your Thinking & See the Future, Harper Collins e-books, New York.

Manggolo, Herwanto Aryo (2006), Manggolo, “Pranata Sosial”, dalam J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed.), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Mardiatmaja, B.S. (1996) Tatangan Dunia Pendidikan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Muller, Max (1982), Introduction to Science of Religion, Longman Green and Co., London, 1982.

Ontoro, Johanes (1998), Ontoro, Pendidikan di Abad ke-21, dalam Weinata Sairin (ed.), Partisipasi Kristen dalam Pembangunan. Pendidikan di Indonesia Menyongsong MilleniumKetiga, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998.

Poerwowidagdo, Judowibowo (1996), Agama, Pendikan dan Pembangunan Nasional, BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Sacco, John (2006), Analyzing Evolution of and User Information Technology Performance: A Longitudinal Study of a Count Budged Office dalam Mehdi Kashrow-Pour (ed.), Cases on the Human Side of Information Technology, Idea Group Publishing, London.

Sadjad, Riza S (2008), Globalisasi, Sistem Pembelajaran dan Tehnologi Informasi Komunikasi, Makalah pada Seminar Nasional, Inovasi Pembelajaran Berbasis ICT, Dies Natalis Universitas Negeri Makasar.

Sommer, Robbert (2001), Personal Space in a Digital Age, dalam Robert B. Bechtel and Arza Churchman (eds.), Handbook of Enviromental Psychology, John Wiley & Sons. Inc., Canada.

Spencer, Herbert (1987), The Principle of Sociology, Greenwood Press, London.

Suryabrara, Sumadi (2003), Psikologi Kepribadian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Toffler, Alvin (1971), Future Shock, Random House, New York.

Tylor, Edward (1871), Primitive Culture, J.P. Putnam’as Sons, New York, 1871.

ilmu pengetahuan dan teknologi, yang kita lihat terjadi di beberapa negara industri maju tersebut, selain membawa kepada kemakmuran material, telah membawa pula kepada hal-hal negatif seperti sekularisme, individualisme, kapitalisme, liberalisme, agnotisisme, disintegritas keluarga, dekadensi moral, dan sebagainya. Di era global pada gelombang pertama dan kedua ini, bangsa Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara-negara industri yang maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi karena bangsa kita tidak memiliki apa yang dibutuhkan seperti mentalitas, disiplin nasional, ketekunan, inovasi serta dana. Dikemukakan Rizza A. Sajad bahwa ketidakmampuan itu karena sistem nasional kita di semua bidang belum sesuai “standard” dalam arti berkualitas (reliable, accountable, sustainable).13

Era Global pada Gelombang Ketiga: Teknik Informasi

Hadirin yang saya muliakan,

Pada gelombang ketiga yaitu pada abad ke-21 ini, perkembangan pesat yang telah dikemukakan di atas berfokus di teknik informasi. Perkembangan itu begitu cepat sehingga disebut high speed revolution. Di era ini, masyarakat negara industri maju telah memasuki pasca-indusri, yaitu masyarakat informasi. Bangsa Indonesia, yang di era revolusi industri tidak tinggal landas, jelas tidak bisa mengikuti kecepatan negara maju dalam perkembangan teknik informasi, tapi mau tak mau juga terkena imbasnya.

Teknik informasi yang canggih telah mengakibatkan penyebaran segala informasi baru yang amat luas dan cepat. Segala informasi tak bisa lagi dibatasi secara lokal tetapi dengan sangat cepat menyebar ke seluruh dunia.14 Interaksi antara Eropah, Amerika Utara, dan negara-negara pesisir Pasifik serta Asia terjadi dengan kecepatan luar biasa. Jaringan informasi supercepat, satelit “bumi orbit rendah”, jaringan telepon, sistem transmisi digital berkecepatan tinggi, jaringan tanpa kabel, telepon mobil, telepon seluler dan internet yang semakin menggila di Asia.15 Perkembangan pesat

13

Riza S. Sadjad, Globalisasi, Sistem Pembelajaran dan Tehnologi Informasi Komunikasi, Makalah pada Seminar Nasional, Inovasi PembelajaranBerbasis ICT, Dies Natalis Universitas Negeri Makasar, 31 Juli 2008.

14

Lihat Robbert Sommer, Personal Space in a Digital Age, dalam Robert B. Bechtel and Arza Churchman (eds.), Handbook of Enviromental Psychology, John Wiley & Sons Inc., Canada, 2001, hal.647-660; bnd. John Sacco, Analyzing Evolution of End User Information Technology Performance: A Longitudinal Study of a Count Budged Office dalam Mehdi Kashrow-Pour (ed), Cases on the Human

Side of Information Technology, Idea Group Publishing, London, 2006, hal.343-359

15

(10)

ini membawa perubahan-perubahan sosial yang sangat dahsyat, yang mencakup lembaga-lembaga kemasyarakatan, sistem sosialnya dan termasuk nilai-nilai, sikap dan pola-pola kehidupan manusia yang berobah.

Perubahan ini terutama terlihat di kalangan kaum muda. Sebagai contoh, di pusat-pusat perkotaan negara-negara yang sedang berkembang, tanda-tanda dari budaya kaum muda yang internasional amat menonjol. Dengan semangat mereka bertukar makanan, musik, mode, gaya hidup, dll., sehingga gaya hidup internasional itu dipraktikkan. John Naisbit & Patricia Aburdence dalam Megatrends 2000 memperlihatkan kepada kita 10 kecenderungan global di abad ke-21,16 serta 8 kecenderungan di Asia yang akan merobah dunia.17 Semua kecenderungan yang dikemukakan, di satu pihak memang memperlihatkan harapan akan dihargainya martabat manusia, tetapi di lain pihak merendahkan martabat manusia dan mengakibatkan masalah-masalah etis dan moral.

Masalah Etis dan Moral

Dampak negarif industrialisasi dan pembangunan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekularisme, individualisme, liberalisme, agnotisisme, disintegritas keluarga, dan dekadensi moral, tidak hanya muncul di negara-negara industri maju, tetapi juga hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Khususnya John Naisbit18 memaparkan beberapa perubahan terjadi di Asia yang sangat berpengaruh terhadap masalah-masalah etis dan moral sebagai berikut ini.

- Ketegangan antara gaya hidup Barat dan Asia. Hal ini sering menimbulkan konflik antara golongan tua yang cenderung berpegang pada hal tradiosionil di Asia dengan golongan muda yang sangat terbuka pada perubahan dan cenderung untuk hidup dan bermain secara modern seperti gaya hidup Barat:

• misalnya ngobrol langsung di udara,

chatting lewat internet tanpa perlu mengungkapkan

identitas pribadi yang real,

16

John Naisbitt & Patricia Aburdence, Megatrend 2000: Ten New Directions for The 1990’s, William Morrow and Company, New York, 1990

17

John Naisbitt, Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996.

18

John Naisbitt, Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia; bnd. John Naisbitt,

Mind Set!: Reset Your Thinking & See the Future, Harper Collins e-books, New York, 2005, hal.3-11.

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Alfred (1956), The Individual Psikology of Alfred Alder, H. L. Ansbacher & R. Ansbacher (ed), Harper Torchbooks, New York.

Brian, Denis (2008), The Unespected Einstein. The Real Man Behind the Icon, John Wiley & Sons, New Jersey.

Daldjoeni, N. (1989) Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan, Bandung, Penerbit Alumni.

Delors, Jacques (1996), Learning the Treasure Within, http://www.unesco. org/delors/index.html, Diakses 31 Oktober 2008.

Durkheim, Emile (1961), The Elementry Forms of Religions, Free Press of Glencoe, New York.

Duska, Ronald dan Whelan, Mariellen (1982), Perkembangan Moral, Perkenalan dengan Piaget dan Kohlberg, Kanisius, Yogyakarta.

Feinberg, Joel. (2007), Reason and Responsibility. Reading in Some Basic Problems of Philosophy, Thomson Learning-Wadsworth, Belmond-USA.

Koentjaraningrat (1979), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta.

Kohlberg, L. (1971), Cognitive-Development Theory and the Practice of Collective Moral Education, dalam M. Collins dan M. Gottesman (ed.), Group Care: The Educational Path of Youth Aliyah, Gordon and Breach, New York.

Kohlberg, L. (1972), Cognitive-Developmental Approach to Moral Education, The Humanist, Nopember-Desember.

Krailsheimer, A.J. (1970), Pascal-Penses, Penguin-Classics.

Naisbitt, John (1996), Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(11)

kesibukan saya yang sebenarnya belum umum berlaku bagi seorang istri atau ibu dalam masyarakat Indonesia apalagi suku Karo. Yang tersayang seluruh keluarga saya; kakak dan abang saya Sinar Sinulingga, Susana Sinulingga, Sutinah Sinulingga, Ir. Budy Sinulingga, M.Si. dan yang lain-lain yang tak tersebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan kontribusi bagi keberhasilan saya baik dalam bentuk doa maupun daya.

4. Yang terhormat banyak pihak dari berbagai kalangan baik dari instansi pemerintah, lembaga legislatif dan yudikatif, lembaga pendidikan, TNI, kepolisian, badan usaha milik pemerintah, instansi swasta, gereja GBKP, GMI, GKPI dan yang lain-lain yang tak tersebutkan satu per satu.

Kepada seluruh hadirin dan undangan yang telah meluangkan waktu untuk hadir. Demikian pula kepada seluruh panitia dan seluruh pendukung acara pengukuhan ini.

• makan makanan di luar,

• jumlah ibu yang bekerja dan rela memberikan pendidikan

anak kepada pembantu jumlahnya semakin banyak.

- Hubungan keluarga dan antar anggota masyarakat semakin

renggang. Hal ini khususnya diakibatkan kesibukan, ketertarikan, dan keterikatan akan komputer, internet, telepon selular, dan segala fasilitasnya

- Kegairahan akan hidup yang materialistis. Standar gaya hidup rata-rata penduduk Asia melambung secara tiba-tiba, dari “sekedar bertahan hidup” ke gaya hidup konsumtif, ini sejalan dengan munculnya kelas menengah, hampir setengah milliar penduduk Asia termasuk golongan kelas menengah. Ini juga menulari bangsa Indonesia.

• Berbelanja menjadi pengisi waktu luang yang paling

digemari orang Asia.

• Kegairahan konsumen semakin menggila dalam membeli

mobil--mobil adalah lambang kesuksesan universal.

• Menggunakan kartu kredit dianggap sebagai ciri lain dari

kesuksesan,

• Memiliki dan menggunakan telepon selular dianggap

sebagai keharusan, termasuk oleh anak TK.

- Kedangkalan hidup religis yang berjalan bersama-sama kegairahan materialistis. Agama dianut secara formal semata.

Keempat hal yang disebutkan di atas mengakibatkan kebingungan akan nilai kemanusiaan. Meaning of life menjadi kabur. Kebingungan ini pada gilirannya mendatangkan masalah etis, yaitu prinsip moral yang perlu dikaji lebih lanjut untuk menentukan apa yang benar, baik dan tepat. Apa yang baik dan buruk menjadi relatif.

Keempat hal itu juga berjalan bersama dengan meningkatnya kemerosotan moral. Kemerosotan moral ini menjadi lebih kompeks di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang tidak saja kurang mampu bersaing dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi negara-negara industri; tetapi juga belum mampu keluar dari berbagai krisis multidimensional. Karena krisis di bidang ekonomi dan moneter juga tentunya mengakibatkan krisis di bidang lain yaitu bidang moral, etik, dan spiritual.19

19

Lihat penjelasan rinci mengenai hal ini dalam Judowibowo Poerwowidagdo, Agama, Pendikan dan

(12)

Kemerosotan moral ini terjadi di tingkat atas, menengah, sampai ke strata yang paling bawah dari masyarakat. Kemerosotan yang dapat diamati dari laporan mass media antara lain:

• kesewenang-wenangan manusia (misalnya melalui pemakaian

mesin-mesin industri besar) terhadap lingkungan hidupnya,20

• angka perceraian yang semakin meninggi,

• daya juang orangmuda yang semakin hilang dan kecenderungan

untuk gaya hidup ikut-ikutan dan kepada kesenangan tanpa harus memikirkan hari kemarin dan hari esok,

• tingkat kriminalitas anak remaja meningkat,

• kecenderungan kepada keisengan dan kebebasan bahkan

perdagangan seks yang berjalan bersama-sama pemakaian obat obat bius dan kejangkitan HIV,

• korupsi yang melumpuhkan masyarakat semakin mewabah

bahkan menjadi sebuah gaya hidup,

• Kemerosotan moral juga mengakibatkan masalah-masalah

politik-hukum-ekonomi (di satu pihak krisis ekonomi dan moneter mengakibatkan krisis moral, tetapi di lain pihak krisis moral merupakan salah satu faktor penyebab krisis ekonomi dan moneter).

PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Hadirin yang saya muliakan,

Dalam era global dan teknik informasi yang sarat dengan masalah-masalah etis dan moral ini, masyarakat Indonesia khususnya kaum muda memerlukan pengenalan yang benar akan nilai-nilai kemanusiaan diri. Lee Kuan Yew mengatakan “Kita telah meninggalkan masa lalu dan selalu ada kekhawatiran bahwa tak akan ada sesuatu yang tersisa dalam diri kita yang merupakan bagian dari warisan masa silam”. Selain pengenalan yang benar akan kemanusiaan diri orang muda juga membutuhkan suatu pendasaran moral yang benar untuk pembentukan tingkah laku. Perlu ada perobahan sikap mental yang drastis dalam masyarakat Indonesia yang yang penuh dengan pelbagai krisis moral, etis, dan spiritual.

20

Lihat pembahasan tentang masalah lingkungan dalam kaitannya dengan pembangunan, kemiskinan dan kualitas lingkungan, kemajuan teknologi, penggunaan sumberdaya dan bahaya polusi dalam N. Daldjoeni, Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan, Bandung, Penerbit Alumni, 1989, hal.3-38.

lingkungan Universitas Sumatera Utara (baik itu Islam, Kristen, Budha maupun yang lainnya). Unit Kegiatan Mahasiswa yang agamais ini, di samping mata kuliah pendidikan agama, sangat berperan penting dalam pembentukan dan tingkah laku mahasiswa.24 Sebagai Pembina bagi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa ini, saya mencermati bahwa kegiatan mahasiswa ini bukanlah kegiatan yang fanatis dan tidak berbau politis, tetapi murni agamais. Mahasiswa yang menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa ini tidak gampang terpancing oleh kejadian-kejadian di sekitar mereka, apakah itu pembakaran gereja, ataukah unjuk rasa yang radikal, ataupun perkelahian masal antar fakultas. Dan sepanjang pengetahuan saya tidak pernah terjadi perkelahian masal antar penganut agama yang berbeda dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Yang terhormat Bapak Prof. M. Hanafiah, Rektor USU 1978-1986 yang telah memberi kesempatan pada saya untuk menjadi dosen di Universitas Sumatera Utara dan mengizinkan saya untuk mengikuti program pascasarjana; yang terhormat Bapak Prof. Chairudin Lubis, DTM&H, Sp.A (K) Rektor USU yang dengan kebijakannya telah memberi peluang bagi saya menggapai jabatan akademik Guru Besar; yang terhormat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof. Dr. M. Arif Nasution M.A. yang telah memberi dorongan dan dukungan untuk keberhasilan karier saya sebagai dosen.

2. Yang terhormat bapak Ketua Moderamen GBKP, yang dengan kebijakannya, telah memberi peluang bagi saya seorang pendeta GBKP untuk melayani sebagai dosen tetap di USU Medan.

3. Yang tercinta suami saya Pdt. Dharma Bangun, S.Th., anak-anak saya Adrian Pranajaya Bangun, S.T. dan Emma Patricia Bangun, S.T., M.Eng., yang dengan sabar mendukung saya di tengah-tengah

24

Munculnya kegiatan-kegiatan mahasiswa yang agamais, yang lepas dari keterikatan dan kegiatan formal institusi agama, sejalan dengan yang dikemukakan John Naisbitt sebagai gejala global paradoks, dalam hal mana kegairahan akan kehidupan materialis di satu pihak mengakibatkan kedangkalan hidup religis tetapi di lain pihak membangkitkan religiusitas yang non formal. Lihat John Naisbitt, Megatrend

Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia; bnd John Naisbitt, Mind Set!: Reset Your

(13)

membawa bangsa kita kepada masalah-masalah etis dan moral, disadari bahwa pendidikan agama dengan paradigma lama kurang berhasil dalam pengembangan moral dan pembentukan perilaku mahasiswa. Paradigma baru itu ditawarkan lewat restrukturisasi kurikulum dalam SK Mendiknas No.232/U/2000, No.045/U/2002 dan SK no.43/DIKTI/Kep.2006. Mata kuliah Pendikan Agama menjadi bagian dari Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Malahan jumlah sksnya bertambah dari 2 SKS menjadi 3 SKS. Pendekatan yang dianjurkan dalam proses belajar mengajar sangat mengedepankan kompetensi karena kurikulumnya adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Sehubungan dengan kajian yang telah dipaparkan, paling tidak ada lima agenda utama yang dapat dilakukan. Pertama, di tengah-tengah masalah etis dan moral sebagai salah satu faktor yang telah membuat bangsa ini terpuruk, pendidikan agama di perguruan tinggi menjadi sangat relevan untuk dikembangkan dan diimplementasikan dalam praktik kehidupan mahasiswa sebagai generasi muda bangsa guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional yakni masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual.

Kedua, agar para pembuat dan pengambil kebijakan pendidikan perguruan tinggi baik di tingkat nasional, regional, perguruan tinggi, fakultas maupun departemen dalam lingkungan fakultas, hendaknya mendukung dan memfasilitasi pendidikan agama sebagai salah satu mata kuliah pengembangan kepribadian dalam kurikulum berbasis kompetensi antara lain dengan menyediakan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan, memberlakukan perubahan jumlah SKS dari dua menjadi tiga, dll. Ketiga, agar para pengajar mata kuliah pendidikan agama di perguruan tinggi dengan sungguh-sungguh mempraktikkan paradigma baru yang ditetapkan bagi mata kuliah ini sesuai dengan restrukturisasi kurikulum yang telah diputuskan Mendiknas dan Dikti tersebut di atas.

Keempat, perlu dilakukan penelitian dan kajian ulang yang lebih mendalam mengenai paradigma baru tersebut di atas, yang dipergunakan dalam pendidikan agama di perguruan tinggi. Misalnya, apakah pendekatannya sudah tepat? Apakah substansi kajiannya sudah benar? Apakah kompetensi dasar yang dirumuskan bagi pendidikan agama itu bisa tercapai dalam realitanya? Apakah penambahan SKS itu benar berguna?

Kelima, agar semua pihak Rektorat dan Dekanat yang terkait, mendukung dan memfasilitasi semua Unit Kegiatan Mahasiswa yang agamais dalam

Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah agama. Kebudayaan nasional modern Indonesia sekarang haruslah didasarkan kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama yang spiritual dan religious. Seperti dikemukakan sebelumnya, jati diri dan pendasaran moral yang benar tentunya berasal dari agama dan pendidikan agama.21 Pendidikan Agama di perguruan tinggi seharusnya

merupakan pendamping pada mahasiswa agar bertumbuh dan kokoh dalam karakter agamaisnya sehingga ia dapat tumbuh sebagai cendekiawan yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di tengah masyarakat. Tetapi kenyataan sekarang ini, lembaga-lembaga pendidikan tinggi belum sepenuhnya berhasil dalam tugas pembentukan tenaga profesional yang spiritual. Setelah era reformasi muncul “kesadaran baru” bahwa pendidikan secara umum dan pendidikan agama khususnya “kurang berhasil” dalam pengembangan moral dan pembentukan perilaku mahasiswa, dalam mengantisipasi masalah-masalah etis dan moral era global dan teknik informasi. Tidak terlihat indikasi terjadinya perubahan yang signifikan antara pengetahuan yang tinggi, tingkat kedewasaan menurut usianya dan pengaruhnya pada perkembangan moralnya. Kenyataan secara faktual banyak mahasiswa memiliki masalah-masalah moral, antara lain:

• VCD porno dua orang mahasiswa di Bandung,

• aksi tawuran, perkelahian,

• tindak kriminalitas yang tinggi (seperti pembunuhan yang

dilakukan mahasiswa terhadap pacarnya yang sedang hamil),

• Dan menurut laporan yang dicetak oleh Kompas Cyber Media,

pada tgl. 5 Februari 2001, dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya, 90% adalah generasi muda, termasuk di antaranya 25.000 mahasiswa.

Paradigma Baru dalam Pendidikan Agama

Hadirin yang saya muliakan,

Kenyataan tersebut di atas mendorong pihak-pihak yang perduli akan pendidikan untuk mencari paradigma-paradigma baru yang sesuai dengan

21

Lihat bahasan tentang pentingnya pengenalan yang benar akan nilai-nilai manusiawi pada Perguruan Tinggi dalam B.S. Mardiatmaja, Tantangan Dunia Pendidikan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1996, hal.6-95; bnd. Johanes Ontoro, Pendidikan di Abad ke-21, dalam Weinata Sairin (ed.), Partisipasi Kristen

dalam Pembangunan. Pendidikan di Indonesia Menyongsong Milleium Ketiga, BPK Gunung Mulia,

(14)

tuntutan jaman. Tidak mengherankan jika salah satu topik yang ramai dibicarakan dalam bidang pendidikan baik di Indonesia maupun dunia adalah exellent school educatioan, yang tidak saja mengevaluasi ulang materi pembelajaran, sumber daya manusia dalam memberi pembelajaran, tetapi juga metode pembelajaran.22 Bahkan komisi internasional dunia yaitu The International Commission on Education for the Twenty First Century, dipimpin oleh Jacques Delors, lewat laporannya yang berjudul “Learning the Treasure Within”, merekomendasikan agar proses pembelajaran di seluruh dunia pada abad ini ini diselenggarakan berdasarkan 4 pilar. Keempat pilar itu adalah:

learning to know,

learning to do,learning to be,

• dan learning to live together.23

Rekomendasi ini sangat mempengaruhi restrukturisasi kurikulum pendidikan di Indonesia yang dibutuhkan demi terjadinya suatu pembenahan. SK Mendiknas No.232/U/2000 dan No.045/U/2002 memperlihatkan terjadinya restrukturisasi yang dimaksud. Dalam kurikulum ini Pendidikan Agama menjadi salah satu mata kuliah dalam kelompok MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian). Dan dalam kurikulum yang direstrukturisasi ini dipergunakan pendekatan baru yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sangat mengedepankan kompetensi setiap mata kuliah di perguruan tinggi.

Dalam SK No.43/DIKTI/Kep. 2006 tercantum rambu-rambu pelaksanaan MPK ini di Perguruan Tinggi, khususnya rumusan visi, misi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Visi dan misi MPK memberi penekanan kepada pemantapan kepribadian mahasiswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya, yang secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan.

Kompetensi dasar Pendidikan Agama adalah menjadi ilmuwan:

• yang professional,

• beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

• berakhlak mulia, • memiliki etos kerja,

• berkepribadian dewasa, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

dan kehidupan.

22

Johannes Oentoro, Pendidikan di Abad ke-21, hal.74-88.

23

Jacques Delors, Learning the Treasure Within, 1996, http://www.unesco.org/delors/index.html, diakses 31 Oktober 2008.

Dalam komptensi dasar ini tekanan khusus diberikan kepada kepribadian dewasa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan. Tekanan khusus ini sangat sesuai dengan sembilan substansi kajian yang ditentukan dalam SK tersebut yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan, Manusia, Moral, Ilmu Pengetahuan-Teknologi-Seni, Kerukunan Antarumat Beragama, Masyarakat, Budaya, Politik, dan Hukum. Dari kesembilan substansi kajian ini terlihat bahwa ketaqwaan mahasiswa kepada Tuhan tidak bisa dipisahkan dari pengenalan yang benar akan nilai-nilai kemanusiaan diri dan pendasaran moral untuk pembentukan tingkah lakunya. Tingkah laku yang terbentuk itu seharusnya terlihat dalam dimensi lingkungan hidup di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dimensi sosial kemanusiaan seperti kerukunan antarumat beragama, masyarakat, budaya, politik, dan hukum.

Proses pembelajaran sembilan substansi kajian ini didasarkan kepada 4 pilar yang direkomendasikan The International Commission on Education for the Twenty First Century. Lewat keempat pilar ini mahasiswa diarahkan tidak saja kepada pengetahuan tetapi kepada intellectual curiosity, tidak saja kepada keterampilan manual dan intelektual tetapi juga kepada life skills (beriman, berakhlak mulia, memiliki etos kerja dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan) dan perkembangan yang menyeluruh dari setiap individu serta bersedia to live together dalam dunia yang semakin diwarnai oleh konflik sosial.

Pentingnya peran mata kuliah ini dalam mengembangkan kepribadian mahasiswa terlihat dari penambahan beban studi yang dicantumkan dalam SK yang sama, yaitu dari 2 SKS menjadi 3 SKS.

PENUTUP

Hadirin yang saya muliakan,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul “AnalisisFaktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Tentara Nasional Indonesia (TNI)(Penelitian di Rumkital Dr. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek

Bila ditinjau dari daya tampung buangan sampah, lokasi yang akan digunakan untuk TPA sebaiknya lahan tersebut dapat dioperasikan minimum selama 5 tahun. Untuk memenuhi

Organisaatioon ja muutokseen sitoutumisen on osoitettu olevan merkittävässä roolissa onnistuneen muutoksen toimeenpanemiseksi ja johtamiseksi 7. Tästä huolimatta

Benang merah pemahaman tentang kemutawatiran Alquran sebagaimana dijelaskan di atas, bisa juga kita temukan dengan cara kita mengikuti pendapat ulama yang mengggunakan metode

1) Menyusun rancangan rencana kerja lima tahunan Balai lingkup Seksi Pengkajian dan Pengembangan. 2) Menyusun rancangan usulan program/kegiatan dan anggaran tahunan

ʻ Umair dari Ummi ʻ A ṭ iyyah al-Ansârî, sesunggguhnya ada seorang juru khitan perempuan di Madinah, maka Nabi Muhammad saw. bersabda, “Jangan berlebih-lebihan dalam

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya pengangguran seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak seimbang dengan jumlah pencari kerja yang meningkat setiap tahun, kemampuan

Hipotesis penelitian ini adalah: (1) terdapat perkembangan inti mikrospora yang berbeda pada berbagai ukuran bunga tanaman jeruk, (2) terdapat lama praperlakuan dingin