• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pre Menstrual Syndrom Terhadap Prodiktivitas Tenaga Kerja Wanita Di Pabrik Korek Api Pematang Siantar tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pre Menstrual Syndrom Terhadap Prodiktivitas Tenaga Kerja Wanita Di Pabrik Korek Api Pematang Siantar tahun 2007"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRE MENSTRUAL SYNDROM TERHADAP

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA DI PABRIK

KOREK API PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2007

T E S I S

OLEH

ARI PUJIASTUTI

050710002/KK

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN KERJA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PRE MENSTRUAL SYNDROM TERHADAP

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA DI PABRIK

KOREK API PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2007

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan Pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Magister Kesehatan Kerja, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH ARI PUJIASTUTI

050710002/KK

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN KERJA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)
(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : PENGARUH PRE MENSTRUAL SYNDROM

TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA DI PABRIK KOREK API PEMATANGSIANTAR TAHUN 2007

Nama Mahasiswa : ARI PUJIASTUTI

Nomor Induk Mahasiswa : 057010002

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KEKHUSUSAN KESEHATAN KERJA

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Prof.dr.Delfi Lutan,MSc,Sp.OG(K) Ketua

Ir. Kalsum, Mkes Ir.Mbue Kata Bangun,MS

Anggota Anggota

Medan_____________

Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,

Dr.Drs.R. Kintoko Rochadi,MKM Prof .Dr.Ir.T Chairun Nisa B.,MSc

(6)

Telah Diuji Pada :

Tanggal 10 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr.Delfi Lutan,MSc,Sp.OG(K)

Anggota : Ir. Kalsum, Mkes

Ir.Mbue Kata Bangun,MS

(7)

PERNYATAAN

PENGARUH PRE MENSTRUAL SYNDROM TERHADAP

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA DI PABRIK

KOREK API PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2007

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis tau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam dafatar pustaka.

Medan, Agustus 2007

(8)

ABSTRACT

Influence of Pre Menstrual Syndrome on Productivity of Female Workers in A Matches Factory in Pematangsiantar

Pre Menstrual Syndrome is a problem in health of reproduction wich is frequently experienced by the female worker of reproductive age having her menstrual cycle every month.

With cohort research approach, a study of “Influence of Pre Menstrual Syndrome on Productivity of Female Workers in A Matches Factory Pematangsiantar in 2007” has been done on 25 female workers of reproductive age working in the match packing section. The variables studied are the existence of pre menstrual syndrome complaint ( independent variable ) in the female workers and the productivity of female workers when they are having their pre menstrual syndrome ( dependent variable ). The existence of pre menstrual syndrome complaint was observed for three mounts ( three menstrual cycles) and their productivity when they were having pre menstrual syndrome has observed for one month ( one menstrual cycle ).

The result of this study shows that there is difference between the mean productivity during pre menstrual syndrome and productivity out side of pre menstrual syndrome cycle with p < 0,05 and the difference of mean production as many as 115 boxes on hour. The relationship between the number of coplaint and the decrease of productivity is not significant with moment product coefficient r = -0,815.

It is suggested that the management of the company provide and organize an extension on how to prevent degradation of larger ones productivity of female workers when they having their pre menstrual syndrome and how to effectively their menstrual leaves.

(9)

ABSTRAK

Pengaruh Pre Menstrual Syndrom Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Di Pabrik Korek Api Kota Pematangsiantar Tahun 2007

Pre menstrual syndrom adalah permasalahan kesehatan reproduksi yang sering kali dialami oleh tenaga kerja wanita usia reproduktif yang mengalami siklus haid setiap bulannya.

Telah dilakukan penelitian ”Pengaruh Pre Menstrual Syndrom Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Wanita di Pabrik Korek Api Pematangsiantar Tahun 2007”. Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang (sampel) tenaga kerja wanita di bagian pengepakan korek api yang berusia reproduktif dengan pendekatan penelitian kohort.Variabel yang diteliti adalah adanya keluhan pre menstrual syndrom (variabel independen) serta produktivitas tenaga kerja wanita pada saat pre menstrual syndrom (variabel dependen). Adanya keluhan pre menstrual syndrom diamati selama tiga bulan (tiga siklus) dan pengamatan produktivitas pada saat pre menstrual syndrom selama 1 bulan ( satu siklus) .

Hasil Penelitian diperoleh ada perbedaan rata rata produktivitas pada saat pre menstrual syndrom dan produktivitas di luar siklus pre menstrual syndrom dengan p< 0,05 dengan jumlah perbedaan rata-rata produksi sebanyak 115 kotak perjam. Hubungan antara jumlah keluhan dan penurunan produktivitas tidak bermakna dengan koefisien product momen r = -0.815,.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada manajemen perusahaan untuk memberikan penyuluhan tentang upaya peningkatan produktivitas pada saat pre menstrual syndrom dan pemanfaatan cuti haid yang efektif kepada tenaga kerja wanita.

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : ARI PUJIASTUTI

Tempat /Tanggal Lahir : Blora, 18 Februari 1972

Agama : Islam

Alamat : Asrama Denpom Jl Diponegoro 12 Pematangsiantar

Pendidikan :

1978 - 1983 : SDN Pilang I

1984 – 1987 : SMPN I Randublatung 1988 – 1990 : SMAN I Blora

1991 – 1993 : AKPER DEPKES Semarang 1999 – 2001 : FKM Universitas Indonesia Jakarta

Pekerjaan :

1993 -1994 : Staf RS Dr Oen Solo Baru Surakarta

1995 -1998 : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Jawa Tengah 1999 – 2001 : Tugas Belajar FKM UI Jakarta

2002 – 2004 : Staf Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar 2005 – Sekarang : Izin belajar Program Pasca Sarjana

Program Study Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana

(11)

K A T A P E N G A N T A R

Alhamdulillahirabil Alamin, atas berkar rahmat Allah SWT akhirnya penulis dapat meyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Prof.dr.Delfi Lutan,MSc,Sp.OG(K), Ir Kalsum,Mkes, Ir Mbue Kata Bangun MS, yang senantiasa memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran kepada penulis sejak awal sampai akhir pembuatan tesis ini. Penulis juga berterima kasih kepada

1. Ibu Prof.Dr Ir.T Chairunnisa B,MSc Sebagai Ketua Program Pascasarjana USU, Bapak Dr.Drs. Kintoko Rochadi,Mkes sebagai ketua Jurusan Magister Kesehatan Kerja atas segala bimbingan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

2. dr. Harlindasari Lubis,MKKK dan Ir.Nazlina.MT sebagai dosen penguji atas segala saran dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunanan tesis ini.

3. Bapak Edwin, Bapak Sujito dan seluruh staf PT STTC dan PT SSU Pematangsiantar atas ijin dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian di PT SSU Pematangsiantar. 4. Rekan - rekan Magister Kesehatan Kerja yang selalu

(12)

dapat segera menyelesaikan tesis ini, serta berbagai fihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya tesis ini .

Akhirnya ucapan terima kasih tak terhingga kepada suami dan anak anak tercinta yang memberikan inspirasi, selalu setia mendampingi penulis. Kepada Ibunda tercinta dan adik adik yang selalu meberikan dorongan dan doa selama penulis menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT memberikan rahmatnya kepada kita, Amin

Medan., Agustus 2007

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

1.2Perumusan Masalah………….………..……….…………... 6

1.3Kerangka Teori………...………….. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pre Menstrual Syndrom 2.1.1 Etiologi... 11

2.1.2 Gejala Klinis... 13

(14)

2.1.4 Therapy... 17

2.2 Produktivitas 2.2.1 Definisi ... 20

2.3.Cara Pengukuran Produktivitas... 20

2.4 Faktor Faktor Yang mempengaruhi Produktivitas 2.4.1 Status Gizi ... 22

2.4.2 Status Kesehatan... ... 22

2.4.3 Karakteristik Karyawan... 25

2.4 Kerangka Konsep Penelitian... 25

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1 Tempat... 26

3.2 Waktu... 26

3.2 Rancangan Penelitian... 26

3.3 Populasi dan Sampel... 27

3.4 Alat dan bahan... 27

3.5 Pelaksanaan Penelitian... 28

3.6 Management Data. 3.6.1 Pengumpulan data... 28

3.6.2 Pengolahan dan analisa data... 29

3.6.3 Penyajian data... 31

3.7 Variabel Yang diamati 3.7.1 Variabel Penelitian... 31

3.7.2 Definisi Operasional... 31

3.8 Jadwal Penelitian... 32

(15)

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 33

4.1.2 Gambaran Umum Tenaga Kerja ... 35

4.2 Hasil Perhitungan... 36

4.2.1. Analisa Univarian... 36

a. Karakteristik Sampel... ... 36

b. Frekwensi Penderita Pre Menstrual Dysphoric Dishorder... 38

c. Produktivitas Responden... 38

d. Frekwensi dan Jenis Keluhan yang Dialami Selama Pre Menstrual Syndrom... 41

e. Pemanfaatan Cuti Haid oleh Tenaga Kerja Wanita pada saat Pre Menstrual Syndrom... 42

4.1.2 Analisa Bivarian... ... 42

a. Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Saat Pre Menstrual Syndrom dan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Saat Tidak Mengalami Pre Menstrual Syndrom... 42

b. Hubungan Banyaknya Keluhan dengan Produktivitas... 43

4.3 Pembahasan ... 44

4.3.1. Pengaruh Pre Menstrual Syndrom Terhadap Produktivitas 44 4.3.2 Keluhan Keluhan yang dialami selama Pre Menstrual Syndrom... 45

(16)

4.3.4 Hubungan Banyaknya Keluhan Pre Menstrual

Syndrom yang Dialami Tenaga Kerja Wanita Dengan

Produktivitas... 47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 50 5.2 Saran... 51

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi tenaga kerja berdasarkan jenis

kelamin di pabrik korek api Kota Pematangsiantar……….. 35 Tabel 4.2 Distribusi frekwensi responden menurut umur………. …… 36 Tabel 4.3 Distribusi frekwensi responden menurut masa kerja………….. …… 36 Tabel 4.4 Distribusi frekwensi responden menurut pendidikan……….. 37 Tabel 4.5 Distribusi frekwensi responden menurut status perkawinan ……….. 37 Tabel 4.6 Distribusi frekwensi responden menurut Indeks Massa

Tubuh (IMT) ……… …… 37 Tabel 4.7 Distribusi frekwensi responden yang mengalami pre menstrual

dishporic dishorder ………. 38 Tabel 4.8 Perbandingan distribusi frekwensi produktivitas responden

per jam pada saat pre menstrual syndrom dan di luar pre menstrual

syndrom……… ……. 39 Tabel 4.9 Distribusi frekwensi dan jenis keluhan pre menstrual syndrom

yang dialami responden ……….. 41 Tabel 4.10Distribusi frekwensi pemanfaatan cuti haid oleh tenaga kerja

wanita .………. 42 Tabel 4.11Tabel perbedaan rata – rata produktivitas pada saat pre

menstrual syndrom dan di luar siklus pre menstrual

(18)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1 Hubungan Jumlah Keluhan Dengan Produktivitas tenaga kerja

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

(21)
(22)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia saat ini berada dalam kondisi perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dengan persaingan pasar semakin ketat, produktivitas merupakan salah satu faktor penentu untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara maksimal. Pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi yang positif dengan peningkatan kesejahteraan suatu bangsa. Mutu kehidupan masyarakat di negara yang ekonominya telah maju lebih tinggi dibandingkan dengan mutu kehidupan masyarakat di negara yang ekonominya sedang berkembang.

(23)

Produktivitas pada dasarnya akan berkaitan erat dengan sistem produksi yang tentunya melibatkan tenaga kerja dan modal yang dapat berupa mesin, material, bangunan pabrik dan lain – lain (Sritomo,1995). Untuk meningkatkan produktivitas sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja.

Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.

Di era globalisasi dan pasar bebas Association Free Trading Area ( AFTA ) 2003, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota termasuk Indonesia. Beban ini cukup berat karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana

64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Peningkatan ini selain dilihat dari segi positif dengan bertambahnya tenaga produktif, status kesehatan dan gizi pekerja umumnya belum mendapat perhatian yang berakibat akan menurunkan produktivitas kerja dan biaya produksi menjadi tidak efisien (Depkes RI, 2006).

(24)

fisik lebih kompleks daripada pekerja pria. Salah satu proses fisiologis yang terjadi pada pekerja wanita sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah adanya siklus haid. Sikluis haid yang merupakan kejadian perdarahan melalui vagina seorang perempuan sehat, yang terjadi sejak usia reproduktif ( kurang lebih 15 tahun ) yang merupakan pertanda bahwa seseorang sudah akil balik. Haid yang datang pertama kali sering disebut dengan menarch dan masa berhentinya haid secara fisiologis pada usia sekitar 50 tahun disebut dengan menopause. Sebelum siklus haid tersebut sering kali seorang wanita mengalami pre menstrual syndrom yang terjadi setiap bulan. Pada 7 – 10 hari menjelang siklus haid sering dijumpai keluhan - keluhan fisik maupun psikis diantaranya migrain, dismenorhea, gangguan emosi dan sebagainya. Semua keluhan tersebut akan berkurang atau menghilang setelah darah haid keluar dalam beberapa jam (Hacker&Moore,1992).

(25)

Adanya gangguan aktifitas karena siklus haid ini sangat subyektif dan sangat bervariasi, jadi adakalanya para pekerja wanita mengambil cuti haid setiap bulannya dan ada juga pekerja yang tidak mengambil cuti karena merasa haid bukanlah hal yang sangat mengganggu aktifitas, atau hanya ingin mendapatkan upah tambahan dengan mengesampingkan keluhan yang dialaminya. Bagi pekerja yang yang tetap bekerja pada saat menjelang siklus haid tentunya tidak dapat bekerja secara maksimal walaupun siklus haid adalah hal yang fisiologis. Pengaruh emosi, migraen dan nyeri haid akan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja.

Produktivitas kerja yang menurun pada masa pre menstrual ini dapat disebabkan oleh meningkatnya absensia pada pekerja atau kualitas atau kuantitas pekerjaan yang menurun karena adanya gangguan - gangguan pada masa pre menstrual syndrom. Apabila seorang pekerja menurun produktivitasnya selama 7

sampai 10 hari menjelang haid dapat dipastikan terjadi penurunan produktivitas sebanyak 84 - 100 hari setiap tahunnya, hal ini tentunya sangat besar dampaknya bagi perusahaan yang mempunyai pekerja sebagian besar adalah wanita pada usia reproduktif (Baziad Ali,2005). Karena pre menstrual syndrom dialami oleh hampir 70-90 % wanita pada usia reproduktif dan 2-10 % mengalami gejala pre menstrual syndrom berat atau PMDD ( Pre Menstrual Dysphoric Dishorder) (Delfi Lutan,

2007).

(26)

dapat berupa insomnia/hipersomnia, gangguan emosi, gangguan konsentrasi. Apabila tenaga kerja mengalami gangguan konsentrasi dan mudah mengantuk maka akan sangat membahayakan keselamatannya pada saat bekerja di tempat - tempat yang membutuhkan ketenangan dan konsentrasi kerja seperti misalnya pekerjaan memotong atau menjahit. Penelitian di Jepang menyebutkan bahwa 79 % responden menyatakan bahwa pre menstrual syndrom mengganggu hubungan interpersonal dan 54 % mempengaruhi penampilan kerja (Takeda et al,2006).

Pabrik korek api di Kota Pematangsiantar mempunyai karyawan sekitar 325 orang yang sebagian besar adalah wanita dengan jumlah sekitar 191 orang. Tenaga kerja wanita tersebar di beberapa bagian. Proses produksi pembuatan batang korek api di PT X dimulai dari bagian pemotongan kayu, proses pengeringan dengan menggunakan oven dan pencelupan batang korek api kedalam bahan kimia, pada ketiga proses produksi tersebut banyak melibatkan tenaga kerja pria, sedangkan bagian yang paling banyak tenaga kerja wanitanya adalah bagian pengepakan korek api, baik pengepakan batang korek api ke dalam kotak maupun pengepakan kotak korek api ke dalam kemasan yang lebih besar. Batang korek api yang sudah jadi akan dimasukkan ke dalam kotak kecil secara manual setelah itu baru dikemas dalam plastik besar dengan bantuan mesin.

(27)

yaitu pre menstrual syndrom. Dari 60 orang tenaga kerja wanita di bagian pengepakan 55 orang diantaranya menyatakan mengalami gejala pre menstrual syndrom setiap bulannya dengan minimal 4 jenis keluhan fisik maupun psikis dan

48 orang menyatakan mengalami minimal 6 gejala fisik dan psikis pada masa pre menstrual syndrom.

1.2.Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut maka perumusan masalahnya adalah” apakah ada pengaruh pre menstrual syndrom dengan produktivitas tenaga kerja wanita di perusahaan korek api di kota Pematangsiantar”

1.3Kerangka Teori

STATUS KESEHATAN - Kesehatan

Reproduksi

KARAKTERISTIK PEKERJA

STATUS GIZI

PRODUKTIVITAS

(28)

1.4Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pre menstrual syndrom terhadap produktivitas tenaga kerja wanita di pabrik korek api.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui keluhan - keluhan pre menstrual syndrom yang paling banyak dialami tenaga kerja wanita di bagian pengepakan korek api.

b. Mengetahui produktivitas tenaga kerja wanita pada saat pre menstrual syndrom dan produktivitas tenaga kerja wanita pada saat tidak mengalami

pre menstrual syndrom .

c. Mengetahui hubungan banyaknya keluhan yang dialami tenaga kerja

wanita dengan produktivitas tenaga kerja wanita dibagian pengepakan korek api.

d. Mengetahui pengaruh pre menstrual syndrom dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian pengepakan korek api.

1.5Hipotesis

a. Semakin banyak keluhan yang dialami tenaga kerja wanita pada saat pre menstrual syndrom semakin rendah produktivitas tenaga kerja wanita

tersebut.

(29)

1.6Manfaat Penelitian

a. Memberikan masukan kepada perusahaan tentang gambaran produktivitas pekerja wanita pada masa pre menstrual syndrom.

b. Memberikan informasi kepada perusahaan tentang upaya peningkatan prduktivitas tenaga kerja wanita pada masa pre menstrual syndrom.

c. Memberikan informasi kepada pekerja tentang upaya mengurangi keluhan – keluhan pada saat pre menstrual syndrom.

d. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dalam aplikasi keilmuan.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pre Menstrual Syndrom

Pre Menstrual Syndrom ( PMS ) adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku

yang menyusahkan yang tidak disebabkan oleh penyakit organik yang secara teratur dan berulang selama fase siklus haid yang sama, dan banyak mengalami regresi atau menghilang selama waktu haid yang tersisa (Hacker, Moore, 1992).

Pre Menstrual Syndrom ( PMS ) adalah gangguan yang dipicu oleh perubahan

hormonal satu sampai dua minggu sebelum haid. Diperkirakan 40 juta wanita mengalaminya dan lebih dari 5 juta memerlukan perawatan medis.Gejala ini akan berkurang dan menghilang sampai terjadinya haid ( Edward,2006).

Pre menstrual syndrome dialami oleh sebagian wanita pada umumnya 1 - 2

minggu menjelang menstruasi gejala ini akan menghilang segera setelah darah haid mulai keluar. Sekitar 2 -10 % wanita mengalami pre menstrual syndrom yang berat yang sangat mengganggu aktifitasnya. Gejalanya sangat beragam, namun yang pasti kesemuanya itu berhubungan dengan perubahan hormon yang memicu terjadinya ketidakstabilan emosi dalam diri masing-masing wanita. Dan biasanya gejala ini akan menghilang dengan sendirinya jika sang wanita telah mendapatkan haid.

(31)

5 juta diantaranya memerlukan perawatan medis untuk mengembalikan kestabilan emosi serta keseimbangan dalam berperilaku.

Karena sifatnya yang hormonal dan temporer maka gejala yang ditimbulkannya pun sangat beragam. Tidak setiap bulan wanita mengalami gejala pre menstrual syndrom ini. Ada kalanya sang wanita tidak mengalaminya sama sekali.

Gejala emosional yang biasanya terjadi adalah emosi yang seperti tidak terkontrol, perasaan cemas, selalu terlihat murung, mudah marah, mudah tersinggung, mudah panik, libido yang tinggi hingga keadaan sedih yang tak terbendung, dan pada akhirnya menangis.

Selain gejala yang berhubungan dengan emosional, gejala fisik juga kerap mendatangi wanita saat pre menstrual syndrom. Umumnya gejala fisik ini berhubungan dengan kondisi kesehatan di daerah kepala, seperti sakit kepala, migren, penat yang biasanya memunculkan sikap malas dalam bekerja atau untuk melakukan rutinitas kesehariannya.

Banyak ahli medis berusaha untuk menemukan teori yang sekiranya dapat menjelaskan perubahan emosi serta perilaku wanita yang sedang mengalami pre menstrual syndrom. Akan tetapi tidak satupun teori secara universal yang benar-benar

dapat menjelaskannya dengan terperinci.

(32)

kekurangan vitamin dan mineral, rendahnya jumlah prolactin, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan stres, nutrisi, dan gaya hidup.

Karena perubahan hormon yang datang secara mendadak dan kondisi fisik yang juga tidak menunjang aktivitas wanita ketika mengalami pre menstrual syndrom, diantaranya yang kemudian menyebabkan seorang wanita terlihat pucat,

dan lemah, serta kehilangan nafsu makan. Sehingga dalam keadaan tersebut, komposisi makanan yang masuk ke dalam tubuh harus tetap dijaga.

Menurut dr Sheila Agustina (2007) Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik & mental, dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. Keluhan yang dialami bisa bervariasi dari bulan ke bulan, bisa menjadi lebih ringan ataupun lebih berat dan berupa gangguan mental (mudah tersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik. Diperkirakan kurang lebih 85% wanita usia reproduktif antara usia 25 - 35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari pre menstrual syndrom. Hanya 2-10% menunjukkan gejala pre menstrual syndrom berat (Pre Menstrual Dysphoric Disoder/PMDD) yaitu gejala pre menstrual syndrom berat.

2.1.1 Etiologi

(33)

neurotransmitter di otak terutama serotonin. Serotonin memegang peranan dalam

regulasi emosi. Meskipun demikian, diduga interaksi kompleks antara hormon estrogen, progesteron dan serotonin dengan pre menstrual syndrom masih perlu

diteliti lebih lanjut.

Gangguan metabolisme dan pola hidup yang tidak sehat ( terutama faktor nutrisi ) juga mungkin turut berperan dalam menyebabkan pre menstrual syndrom. Diduga terjadi gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi

( mengatur efek hormon estrogen, progesteron ), sistem syaraf ( mengatur kerja neurotransmiter) dan sebagai anti peradangan. Selain gangguan metabolisme, pola

nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak, tinggi garam dan gula, rendah vitamin dan mineral, sedikit serat dapat menimbulkan pre menstrual syndrom. Konsumsi kafein yang biasanya terdapat dalam kopi atau teh serta alkohol yang berlebihan dapat memperberat gejala yang ada.

Berbagai teori telah diajukan untuk menerangkan pre menstrual syndrom. Banyaknya faktor yang diduga mempengaruhi munculnya gejala pre menstrual syndrom menurut Dharmady Agus (2006) diantaranya adalah :

a. Psikososial

(34)

sebagai akibat situasi lingkungan yang menekan, kesukaran dalam hubungan antar pribadi, atau oleh sikapnya sendiri terhadap kewanitaannya. Hasil penelitian di Malang menunjukkan, penderita pre menstrual syndrom merupakan orang yang suka merengek, suka mengeluh, mudah marah, feminin, pasif, keterpaksaan untuk menerima tugas-tugas yang berat karena tak kuasa atau berani menolak.

b. Genetik

Sekitar 70% anak wanita dengan ibu penderita pre menstrual syndrom juga menderita pre menstrual syndrom. Pada kelompok kontrol (ibu yang tidak menderita pre menstrual syndrom) didapat angka sekitar 37%.

c. Biologik

Berbagai teori neuroendokrin telah dilaporkan sebagai penyebab pre menstrual syndrom. Itu berarti, antara lain keseimbangan hormon esterogen dan

prosgesteron berperan besar. 2.1.2 Gejala Klinis

Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan pre menstrual syndrom namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah

tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi.

(35)

b. Perasaan cemas, tertekan, gelisah,gembira.

c. Perasaan yang labil yang ditandai dengan perasaan sedih yang tiba tiba, lebih sensitif terhadap penolakan.

d. Mudah marah dan adanya gangguan interpersonal. e. Kurang konsentrasi.

f. Mudah lelah/fatique. g. Perubahan nafsu makan.

h. Insomnia/hipersomnia.

i. Perasaan subyektif yang tidak terkontrol.

j. Keluhan fisik yang meliputi : payudara tegang, sakit kepala, nyeri otot, kenaikan berat badan.

Dari gejala gejala klinis yang dialami selama masa pre menstrual syndrom maka menurut Dr. Guy E. Abraham (1984), ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi pre menstrual syndrom menurut gejalanya yakni tipe A, H, C, dan D. Sekitar 80% gangguan pre menstrual syndrome termasuk tipe A, sedangkan tipe H sekitar 60%, pre menstrual syndrome tipe C sebanyak 40%, dan pre menstrual syndrome tipe D sebanyak 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.

(36)

mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon

progesteron.

Pre menstrual syndrome tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (

pembengkakan, perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid ). Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe pre menstrual syndrom lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi ( penimbunan ) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.

Pre menstrual syndrom tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin

mengkonsumsi makanan yang manis-manis ( biasanya coklat ) dan karbohidrat sederhana ( biasanya gula ). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

Pre menstrual syndrom tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin

(37)

pre menstrual syndrom tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe pre menstrual

syndrom benar-benar murni tipe D.

Pre menstrual syndrom tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon

progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu

tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi pre menstrual syndrom tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan

magnesium dan vitamin B (terutama B6).

2.1.3 Diagnosis

Dalam mendiagnosa pre menstrual syndrom, adalah sangat penting untuk menyingkirkan apakah ada penyakit lain yang mendasari timbulnya gejala yang dirasakan. pre menstrual syndrom dapat diduga pada wanita yang mengalami gangguan fisik ataupun mental beberapa saat sebelum menstruasi yang berlangsung setiap siklus.

Ada 3 (tiga) elemen penting yang menjadi dasar diagnosa apakah seorang wanita mengalami pre menstrual syndrom yaitu jika ditemukan :

- Gejala yang sesuai dengan gejala pre menstrual syndrom. - Dialami setiap siklus menstruasi (konsisten).

- Menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.

(38)

mengalami 5 atau lebih dari gejala pre menstrual syndrom dan sangat mengganggu aktivitas sehari hari maka dapat dikatagorikan dalam pre menstrual dysphoric dishorder ( Freeman et al,2004).

Pre menstrual syndrom harus dibedakan dengan perubahan yang biasa

dirasakan sebelum menstruasi (simple pre menstrual symptoms) yang tidak menimbulkan gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari misalnya rasa tegang pada payudara. Keadaan ini adalah ciri khas dari siklus ovulasi normal yang terjadi setiap bulan.Untuk mengetahui apakah gejala yang dialami seorang wanita adalah gejala pre menstrual syndrom maka perlu dilakukan pengamatan secara retrospektif terhadap keluhan yang dialami minimal 2-3 siklus haid (Nick Panay,

2006 ).

2.1.4 Therapy

Sebaiknya seorang wanita yang diduga menderita pre menstrual syndrom mencatat keluhan yang dirasakannya dalam sebuah diari yang disebut pre menstrual syndrom diary. Dengan adanya catatan tersebut dapat menegakkan diagnosa serta

(39)

Adapun terapi yang dapat diberikan dapat berupa terapi farmakologi dengan menggunakan obat-obatan untuk mengatasi rasa nyeri maupun terapi non farmakologi seperti modifikasi pola hidup dan asupan nutrisi yang seimbang.

a. Farmakologi

Obat-obatan yang biasa digunakan dalam mengobati pre menstrual sydrom bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri/ketidaknyamanan yang dirasakan. Golongan obat-obatan yang sering digunakan berasal dari golongan analgetik (parasetamol), anti inflamasi non steroid (ibuprofen, natrium diklofenak, dan lainnya), golongan minor tranquilizer (obat penenang), anti depresi dan kontrasepsi. Pada banyak kasus

penggunaan obat analgetik ringan sudah dapat mengatasi gejala yang dialami namun penderita gastritis (maag) sebaiknya berhati-hati dalam mengkonsumsi obat-obatan yang meringankan rasa nyeri karena dapat mengakibatkan nyeri lambung-obat sebaiknya diminum setelah makan. Jika gejala pre menstrual syndrom lebih berat, sebaiknya penderita melakukan konsultasi dengan dokter. Penggunaan obat penenang, anti depresi dan kontrasepsi hanya berdasarkan resep dokter dan harus di bawah pengawasan dokter yang berwenang.

b. Non farmakologi

Terapi non farmakologi memegang peranan penting dalam penanganan pre menstrual syndrom berupa edukasi penderita, terapi suportif dan modifikasi gaya

(40)

gejala pre menstrual syndrom. Komposisi nutrisi yang dianjurkan bagi penderita pre menstrual syndrom adalah diet rendah lemak dan garam, mengandung protein,

vitamin, mineral (vitamin B, vitamin C, vitamin E, Ca, Mg, Zn) yang seimbang, serta dianjurkan untuk mengurangi konsumsi kafein ( kopi, teh ). Para penderita pre menstrual syndrom sebaiknya melakukan olah raga secara teratur serta menghindari

stres berkepanjangan. Terapi suportif seperti hipnoterapi, terapi warna, meditasi, fitopharmaca dan lainnya dapat membantu mengurangi gejala yang dirasakan.

Budaya Indonesia kaya akan tumbuh - tumbuhan dan herbal yang biasanya diolah dalam bentuk jamu yang dapat membantu mengurangi gejala - gejala pre menstrual syndrom. Herbal ini ada yang berfungsi untuk relaksasi sehingga nyeri atau kram

perut dapat dikurangi pada saat pre menstrual syndrom, selain sebagai relaksan herbal juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan pada saat pre menstrual syndrom.

(41)

berkepanjangan. Terapi relaksasi berupa hipnoterapi, terapi warna, meditasi, aromaterapi.

2.2 Produktivitas

Produktivitas dapat dikatakan sebagai perbandingan rasio antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang telah digunakan (Dewan Produktivitas Nasional RI ).

Produktivitas juga dapat dianggap sebagai keluaran atau masukan dari suatu sistim. Sebagai masukan maka produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari sekarang (Departemen Tenaga Kerja). Produktivitas sebagai keluaran, biasanya dirumuskan sebagai rasio dari apa yang dihasilkan terhadap keseluruhan masukan. Dengan kata lain, produktivitas merupakan ukuran dari kemampuan baik individu, kelompok maupun organisasi untuk menghadirkan suatu produk atau jasa dalam kondisi atau situasi tertentu (Ravianto, 1990).

2.3 Cara pengukuran Produktivitas

Adapun cara pengukuran produktivitas diantaranya adalah dengan persamaan sederhana yang disebut dengan formula dasar bagi pengukuran produktivitas ( Ravianto, 1990 ). Keluaran

Produktivitas = __________

(42)

Jumlah keluaran dapat berupa jumlah produksi yang dihasilkan oleh seseorang secara utuh, satuanya adalah unit barang. Sedangkan masukannya berupa jumlah jam per orang, yang merupakan waktu produktif dari seorang tenaga kerja untuk menghasilkan keluaran tersebut. Waktu Produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja seharian ( Arsad,1988).

Dengan mengetahui keluaran dan waktu produktif, maka produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut ( Suripto,1988).

V (unit produk)

Produktivitas = __________ =...barang/orang/hari T ( jam kerja)

Untuk jenis produk yang berbeda - beda dimana tenaga diharuskan mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk (unit barang) yang dihasilkan selama jam kerja, dengan jumlah target produk ( unit barang) yang seharusnya diperoleh selama jam kerja, seperti rumus berikut :

Jumlah hasil (unit barang) Produktivitas = ____________________

Jumlah Target ( unit barang) Secara umum peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk .

(43)

c. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif kecil.

2.4 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas

2.4.1 Status Gizi

Status gizi seorang pekerja dapat dipengaruhi oleh intake makanan serta komposisi makanan yang dikonsumsi okeh seorang pekerja. Status gizi sangat mendukung status kesehatan dan produktivitas yang dihasilkan oleh seseorang. Gizi yang baik dapat meningkatkan derajat kesehatan, dengan derajat kesehatan yang tinggi akan mempengaruhi meningkatnya produktivitas.

2.4.2 Status Kesehatan

Dalam bekerja tenaga kerja membutuhkan banyak tenaga, apabila tenaga kerja mengalami kurang darah, maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan akan menjadi cepat lelah sehingga produktivitas kerja juga menjadi rendah ( De Meyer, 1989 ).

Menurut Suma’mur banyaknya absensi karyawan karena sakit dapat menurunkan produktivitas perusahaan walaupun hanya berkisar 3-8 % tenaga kerja yang absen karena sakit .

(44)

biasa atau perdarahan hebat, menarch yang tertunda dan tidak adanya haid. Secara umum wanita usia reproduktif mengalami menstruasi setiap 28 hari kecuali wanita tersebut dalam keadaan hamil atau manopouse. Tetapi beberapa wanita mengalami penyimpangan dari kebiasaan penyimpangan siklus haid berupa perdarahan hebat yang dapat berakibat pada kondisi fisik yang buruk. Penyimpangan ini dapat berupa amenorrhoe atau henti haid, menorarrgia atau perdarahan hebat, dismenorrhoe atau

kram ( Faizal Yatim,2001). a. Amenorrhoea

Adalah tidak adanya perdarahan rahim yang spontan (haid). Amenorrhoea dapat dibedakan menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Amenorrhoe primer adalah tidak terjadi menarch pada umur 15 tahun atau dalam waktu 4 tahun, sedangkan amenorrhoe sekunder adalah haid yang terhenti selama sedikitnya 6 bulan. Penyebab

yang paling umum adalah kehamilan dan pada wanita yang lebih tua oleh karena menopause atau histerektomi. Amenorrhoea dapat disebabkan oleh beberapa keadaan

(45)

b. Menorrhagia

Adalah perdarahan yang melebihi normal pada saat menstruasi yaitu diatas 45 ml dengan lama diatas 5-6 hari, menorrhagia sering terjadi pada saat menjelang menophouse atau pada saat awal seorang wanita mendapatkan haid. Sekitar 10 -20 %

wanita mengalami gangguan haid ini. Penyebabnya meliputi adanya fibroid polip pada serviks atau endometrial, auto imun disesase seperti lupus, pelvic inflamatory disease (PID), adanya gangguan platelet pada darah, kelainan darah yang herediter

atau mungkin disebabkan oleh kanker pada saluran reproduksi.. c. Dysmenorrhoe

Dysmenorrhoe adalah gejala kram perut pada saat haid yang disebabkan oleh

prostalglandin yang dihasilkan oleh tubuh yang menyebabkab terjadinya reaksi

inflamasi sehingga menyebabkan otot perut berkontraksi pada saat menjelang haid,

prostalglandin juga menyebabkan otot gastro intestinal menjadi longgar sehingga

sering terjadi keluhan mual, muntah serta diare pada sebagian wanita. Mayoritas wanita yang mengalami kegelisahan saat haid, namun hanya sedikit yang merasa sakit yang cukup mengganggu aktivitas normal dan menjadi pola ketidak hadiran setiap bulan. Hal ini perlu perhatian dari tenaga medis.

d. Premenstrual syndrome

(46)

e. Menophouse

Adalah keadaan menurunya fungsi reproduksi ( fungsi ovarium) yang ditandai dengan berhentinya haid pada usia diatas 49 tahun. Hal ini menimbulkan perubahan perubahan fisik dan juga kejiwaan pada seorang wanita. Pada saat menjelang menophouse, estrogen yang dihasilkan semakin turun sampai menophouse tiba.

Berbagai keluhan yang terjadi pada masa menopouse diantaranya seperti hot flush, vagina yang kering, osteoporosis, perubahan emosi, gangguan pada saluran kencing dan sebagainya.

2.4.3.Karakteristik Karyawan

Karakteristik karyawan meliputi usia, jenis kelamin, umur, masa kerja, pendidikan dan motivasi kerja.

2.5Kerangka Konsep

Diluar siklus pre menstrual syndrom

Pekerja di PT X

Pada saat pre menstrual syndrom

PRODUKTIVITAS

(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di bagian pengepakan batang korek api ke dalam kotak korek api di PT X di Kota Pematangsiantar yang merupakan perusahaan pembuat korek api. Alasan pemilihan tempat penelitian di bagian pengepakan korek api ini adalah pada bagian ini semua tenaga kerjanya adalah wanita, dan tingkat produktivitasnya lebih mudah dinilai yaitu dari jumlah kotak korek api yang dihasilkan dibagi dengan jam kerja.

3.1.2 Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Februari sampai Mei 2006. Penelitian dimulai dengan pengajuan judul dilanjutkan dengan survey pendahuluan, mempersiapkan proposal penelitian, pelaksanan seminar usulan tesis, pengumpulan data, pengolahan data dan melaksanakan seminar hasil, sedangkan penelusuran perpustakaan dan studi pendahuluan mulai dilakukan pada bulan Februari 2007.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis study kuantitatif dengan pendekatan kohort study yaitu dengan mengamati siklus haid selama tiga bulan, Pada dua siklus

(48)

gejala pre menstrual syndrom dan jenis keluhan yang dialami sedangkan pada bulan ketiga pengamatan dikombinasikan dengan pengamatan terhadap produktivitas tenaga kerja wanita selama satu bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja wanita di bagian pengepakan korek api dengan kriteria inklusi :

- Berusia reproduktif .

- Mengalami siklus haid setiap bulannya.

- Mengalami keluhan pada masa pre menstrual syndrom. - Mempunyai tingkat pendidikan minimal SLTP.

- Mempunyai status gizi yang baik dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan.

Sedangkan kriteria eksklusinya adalah : - Sedang hamil.

- Menggunakan kontrasepsi yang menyebabkan amenorrhoe.

- Menggunakan obat - obatan atau jamu untuk mengurangi gangguan pre menstrual syndrom.

- Sedang menderita suatu penyakit.

(49)

3.4 Alat dan Bahan :

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, check list dan tabel hasil produksi yang dihasilkan oleh karyawan pabrik setiap harinya.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan study pendahuluan selama dua bulan untuk mengambil data demografi responden, siklus haid dan keluhan pre menstrual syndrome yang dialami tenaga kerja wanita bagian pengepakan. Study pendahuluan

ini dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner. Setelah dilakukan pengamatan terhadap keluhan pre menstrual syndrom selama dua siklus dilanjutkan dengan pemilihan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Setelah sampel didapat diadakan observasi selama satu bulan untuk mengamati siklus haid, keluhan pre menstrual syndrom dan produktivitas tenaga kerja wanita dengan menggunakan check list dan tabel hasil produksi. Check list diisi oleh pekerja sesuai dengan keluhan yang dirasakan pada saat pre menstrual syndrom setelah pekerja diberi penjelasan cara pengisian check list. Sedangkan tabel produksi diisi dengan jumlah korek api yang dihasilkan dalam kurun waktu pukul 08.00 – 12.00 dan 13.00 – 16.00 oleh supervisor di bagian pengepakan korek api.

3.6 Management Data

3.6.1 Pengumpulan data

(50)

dihasilkan yang ada di perusahaan korek api pada saat adanya gejala pre menstrual syndrom dan pada saat tidak mengalami pre menstrual syndrom.

Data sekunder diperoleh dari catatan medis di poliklinik perusahaan tentang adanya penyakit lain yang diderita oleh pekerja wanita yang dapat mempengaruhi produktivitasnya, sedangkan catatan absensi sakit serta data administratif diperoleh dari bagian personalia perusahaan.

3.6.2 Pengolahan dan Analisa Data

Setelah semua kuesioner diisi, data diperiksa oleh peneliti untuk membandingkan keluhan pre menstrual syndrom selama tiga bulan berturut – turut. Setelah didapatkan data dari tabel siklus haid maka data dicocokkan dengan tabel produksi dan dihitung rata produksi pada saat pre menstrual syndrom dan rata-rata produksi pada saat tenaga kerja tidak mengalami pre menstrual syndrom. Untuk pengolahan data digunakan sofware SPSS versi 12.

3.6.2.1. Analisa Univarian

Analisa digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden serta untuk medeskripsikan variabel dependen dan independen. Dari analisa univarian dapat diperoleh gambaran karakteristik sampel yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi yang meliputi :

- Karakteristik responden ( umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan). - Frekwensi penderita Pre Menstrual Dysporic Dishorders ( PMDD ).

(51)

- Jenis keluhan yang dialami selama pre menstrual syndrom. - Pemanfaatan cuti haid bagi tenaga kerja wanita.

3.6.2.2 Analisa Bivarian

Untuk menguji perbedaan antara produktivitas pada saat pre menstrual syndrome dan produktivitas diluar pre menstrual syndrome dengan menggunakan uji t

th = d sd / n

Dimana :

d = X1 - X2

n adalah jumlah sampel

d adalah rata rata dari beda X1-X2

sd adalah standard deviasi dari beda X1-X2

Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara banyaknya keluhan pre menstrual syndrom yang dialami oleh tenaga kerja dengan produktivitas digunakan

regresi linier dengan menggunakan rumus :

Y

i

= a + b X

i

dimana :

Y adalah produktivitas.

(52)

i

= 1,2,3,...n

3.6.3 Penyajian data

Data disajikan dalam bentuk tabular karena penelitian ini ingin membandingkan sifat variabel yang terdapat dalam suatu kumpulan data.

3.7 Variabel Yang diamati

3.7.1 Variabel Penelitian,

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pre menstrual syndrom sedangkan variabel dependennya adalah produktivitas tenaga kerja wanita di bagian pengepakan korek api.

3.7.2 Definisi Operasional

a. Pre menstrual syndrome adalah gejala gejala yang berupa fisik maupun psikis yang dialami pada wanita pada 7-10 hari sebelum siklus haid sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh DSM IV.

b. Produktivitas adalah out put atau jumlah barang yang dihasilkan oleh seorang pekerja dibagi dengan jam kerja.

(53)

3.8 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2 1 2 3 4

1 Penelusuran Pustaka X X X X X X X X X X X X X X X X X 2 Study Pendahuluan X X X X X X X X X X 3 Konsul Jdl dgn Ket.Prog X 4 Konsultasi Pembimbing X X X X X X X X X X X X X X X X X 5 Persiapan Kolokium X X X X X X X

6 Kolokium X

7 Pengumpulan Data X X X X 8 Pengolahan dan Analisa X

8 Peyusunan Laporan X X

(54)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT X adalah pabrik korek api di Kota Pematangsiantar yang memproduksi korek api dengan bahan baku kayu tusam/pinus. Adapun proses produksi korek api terbagi atas :

a. Procesing

Pada tahap procesing kayu tusam yang masih dalam bentuk gelondongan dikupas kulitnya kemudian dipotong - potong mulai dari ukuran yang besar hingga menjadi sebesar batang korek api. Setelah itu batang korek api dimasukkan kedalam steam selama 10 menit agar menjadi kering. Batang korek api yang sudah kering kemudian dicelup dengan lilin dan bahan kimia sebagai kepala korek api. Hampir semua proses pembuatan batang korek api ini menggunakan mesin.

(55)

Batang korek api yang sudah jadi akan dimasukkan kedalam kotak kecil secara manual kemudian dibungkus lagi dengan kemasan yang lebih besar dengan menggunakan mesin.

Penelitian dilaksanakan di bagian pengepakan korek api ke dalam kotak korek api secara manual, karena hampir semua tenaga kerjanya adalah wanita dan produktivitas pekerja dapat segera diketahui dari jumlah batang korek api yang dimasukkan ke dalam kotak. Pada bagian ini setiap tenaga kerja mendapatkan target sebanyak 12 nampan batang korek api yang harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil. Dari satu nampan batang korek api harus dimasukkan ke dalam 180 kotak kecil korek api berukuran 3 x 5 cm dalam waktu 7 jam kerja. Apabila dalam waktu 7 jam belum dapat diselesaikan maka tenaga kerja harus menambah jam kerja dan tidak dihitung lembur. Apabila tenaga kerja dapat menyelesaikannya sebelum 7 jam maka waktu istirahat tenaga kerja tersebut akan lebih panjang.

Di perusahaan korek api ini selain diberikan fasilitas jaminan pemeliharaan kesehatan, juga diberikan kupon makan kepada seluruh karyawan untuk mendapatkan discount 50 % di kantin perusahaan. Sedangkan khusus shift sore dan malam perusahaan memberikan fasiltas makanan tambahan.

(56)

mengalami pre menstual syndrome belum pernah ada.

4.1.2 Gambaran Umum Tenaga Kerja

Pada saat study pendahuluan jumlah karyawan sekitar 300 orang akan tetapi setelah terjadi rotasi dari perusahaan induk maka jumlah karyawan adalah : 325 orang. Jumlah tenaga kerja wanita dari ketiga bagian pabrik korek api adalah 191 ( 58,8 %) orang. Sedangkan yang bekerja di bagian pengepakan koreka api secara keseluruhan adalah 175 ( 53.3 % ) orang dimana 60 orang diantaranya bekerja dibagian pengepakan manual. Distribusi tenaga kerja tertera pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin di pabrik korek api Kota Pematangsiantar

(57)

dengan kriteria inklusi adalah 30 orang akan tetapi oleh karena adanya pemindahan / rotasi karyawan maka sampel penelitian yang dapat diamati selama 3 bulan berkurang menjadi menjadi 25 orang.

4.2 Hasil Perhitungan

4.2.1 Analisa Univarian

a. Karakteristik Responden

Dari analisa univarian didapatkan gambaran karakteristik sample berupa umur, pendidikan, masa kerja dan status perkawian dapat dilihat pada tabel – tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi frekwensi responden menurut umur

UMUR Jumlah ( orang ) %

30 - 35 tahun 16 64

35 - 40 tahun 7 28

40 - 45 tahun 2 8

Sesuai dengan kriteria sampel terpilih seluruh responden berusia reproduktif yaitu antara 15 sampai dengan 45, dengan batas usia termuda 30 tahun dan yang tertua 43 tahun, sedangkan usia yang paling banyak yaitu 30 – 35 tahun sebanyak 16 (64 %) orang. Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah 40 -45 tahun sebanyak 2 ( 8% ) orang.

Sedangkan gambaran masa kerja responden terpilih dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

(58)

MASA KERJA Jumlah ( orang ) %

< 11 tahun 0 0

11 – 15 tahun 24 96

> 15 tahun 1 4

Masa kerja responden berkisar antara 11 sampai 20 tahun hal ini dikarenakan hampir semua karyawan di pabrik korek api adalah pegawai tetap.

Tabel 4.4 Distribusi frekwensi responden menurut pendidikan

Pendidikan Jumlah ( orang ) %

SMP 5 20

SMA 20 80

Total 25 100

Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tamat SMA yaitu sebanyak 20 orang atau 80 %. Sedangkat tingkat Pendidikan terendah adalah SMP sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Tabel 4.5 Distribusi frekwensi responden menurut status perkawinan

Status Perkawinan Jumlah ( orang ) %

Kawin 23 92

Belum Kawin 2 8

Total 25 100

Status perkawinan responden sebagian besar adalah sudah menikah sebanyak 23 orang atau 92 % sedangkan yang belum menikah hanya 2 orang atau 8 %.

Tabel 4.6 Distribusi frekwensi responden menurut Indeks Massa Tubuh (IMT)

(59)

Normal 11 44

Gemuk 14 56

Total 25 100.0

Sesuai dengan kriteria sample terpilih maka seluruh responden memiliki status gizi yang baik dengan menggunakan standar penilaian Indeks Masa Tubuh ( IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dibagi dengan tinggi badan ( dalam meter ) yang dikwadratkan. Untuk ukuran normal seseorang mempunyai IMT antara 18.5 – 23 sedangkan untuk kurus dibawah 18.5 dan gemuk diatas 23.

b. Frekwensi Rensponden yang Mengalami Pre Menstrual Dishporic Dishorder.

Tabel 4.7 Distribusi frekwensi responden yang mengalami pre menstrual dishporic dishorder

Menurut Standart DSM – IV penderita yang mengalami pre menstrual dysphoric dishorder adalah penderita pre menstrual syndrom yang mengalami 5

keluhan pre menstrual syndrome atau lebih dari setiap siklus haid. Dari tabel diatas tampak bahwa ada 8 % atau 2 orang responden yang mengalami pre mennstrual dysphoric dishorder.

c. Produktivitas Responden

(60)

Tabel 4.8 Perbandingan distribusi frekwensi produktivitas responden per jam pada saat pre menstrual syndrom dan di luar pre menstrual syndrom.

NO Keluhan

(61)

dihasilkan oleh responden adalah 360 kotak per jam yaitu sebanyak 14 orang. Sedangkan target produksi yang ditentukan adalah 308 kotak per jam.

Gambaran produktivitas pada saat pre menstrual syndrome dibandingkan dengan jumlah keluhan dapat dilihat pada grafik 1 dibawah ini.

(62)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa produktivitas akan cenderung turun pada responden yang mempunyai keluhan 2, 3 dan 4 dan , serta akan akan naik pada jumlah keluhan 5.

d. Frekwensi Dan Jenis Keluhan Yang Dialami Selama Pre Menstrual Syndrom

Tabel 4.9 Distribusi frekwensi dan jenis keluhan pre menstrual syndrom yang dialami responden

4.Insomnia/hipersomnia 4 4.9

5. Gelisah/Gembira Tanpa Sebab 2 2.5

6. Sedih Tanpa Sebab 2 2.5

7. Mudah Marah 2 2.5

8. Sulit Berkonsentrasi 0 0

9. Tertekan/Suasana Hati tak menentu 0 0 Keluhan Fisik

1 Senggugut/Nyeri Perut 14 17.3

2. Sakit Kepala 10 12.3

3. Nyeri Sendi 10 12.3

4. Payudara bengkak 10 12.3

5. Lain Lain 0 0

Jumlah 81 100

(63)

responden yaitu sebanyak 14 ( 17.3% ) orang sedangkan rasa mudah lelah adalah keluhan psikis yang paling banyak dialami oleh responden yaitu sebanyak 11 orang atau ( 13.6%).

e. Pemanfaatan Cuti Haid Bagi Tenaga Kerja Wanita Yang Mengalami Pre

Menstrual Syndrom

Tabel 4.10 Distribusi frekwensi pemanfaatan cuti haid oleh responden

Pemanfaatan Cuti Haid Jumlah ( orang ) %

Ya saat haid 11 44.0

Ya,diluar haid 10 40.0

Tidak 4 16.0

Total 25 100.0

Hampir 84 % atau 21 orang memanfaatkan cuti haid akan tetapi ada 10 orang atau 40 % responden memenfaatkan cuti haid diluar siklus haid yaitu pada setiap hari Jumat sampai Sabtu atau Senin sampai Selasa yang bertujuan untuk mendapatkan libur panjang. Sedangkan sebanyak 11 (44%) responden memanfaatkan cuti haid pada saat aktivitasnya terganggu. Hanya 4 (16%) orang responden yang tidak memanfaatkan cuti haid.

4.2.2 Analisa Bivarian

A. Produktivitas Pada Saat Pre Menstrual Syndrom Dengan Produktivitas Pada

(64)

Hasil perhitungan perbandingan rata - rata produktivitas pada saat pre menstrual syndrom dengan produktivitas pada saat tidak mengalami pre menstrual

syndrom seperti tabel 4.11

Tabel 4.11 Tabel perbedaan rata – rata produktivitas pada saat pre menstrual syndrom dan diluar pre menstrual syndrom.

Kondisi Rata rata

Produktivitas

Produktivitas tenaga kerja wanita diluar pre menstrual syndrom lebih tinggi dari pada pada saat terjadinya pre menstrual syndrom dengan perbedaan produktivitas sebesar 115 kotak per jam. Uji statistik perbedaan produktivitas saat pre menstrual syndrom dengan pada saat tidak pre menstrual syndrom menunjukkan perbedaan

yang signifikan (p = 0.000< 0.05 ).

b. Hubungan Banyaknya Keluhan Dengan Produktivitas

(65)

Uji signifikasi dari persamaan regresi antara jumlah keluhan dan produktivitas belum diperoleh pengaruh yang signifikan (p= 0.185). Berdasarkan nilai statistik tersebut diperoleh penurunan produktivitas 66.4 % disebabkan oleh jumlah keluhan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Pre Menstrual Syndrom Terhadap Produktivitas

Pre menstrual syndrome akan mempengaruhi penampilan kerja sehingga

dapat menurunkan produktivitas. Penelitian yang dilakukam di Wincosin menyebutkan bahwa hanya 10 % dari responden yang mengalami pre menstrual syndrome tidak mengalami gangguan dalam aktivitasnya, (Hall C, 1994), penelitian

di Jepang juga menyebutkan bahwa 79 % responden menyatakan bahwa pre menstrual syndrom mengganggu hubungan interpersonal dan 54 % mempengaruhi

penampilan kerja ( Takeda et al,2006 ).

Produktivitas menurut Ravianto (1990) di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah derajat kesehatan. Derajat kesehatan tenaga kerja wanita tidak dapat dilepaskan dari status kesehatan reproduksinya terutama tenaga kerja wanita usia reproduktif (Depkes,2006). Adanya keluhan yang bersifat fisik maupun psikis selama pre menstrual syndrom tentunya sangat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja wanita.

(66)

jumlahnya sangat bervariasi dengan rata- rata penurunan produktivitas sebanyak 115 kotak perjam. Apabila penurunan ini diabaikan maka akan terjadi penurunan akumulatif yang cukup besar pada kelompok pekerja per bulannya yaitu 115 kotak x 7 jam x 26 hari akan mendapatkan penurunan sebanyak 20.930 kotak. Dengan adanya penurunan produktivitas selain merugikan perusahaan dari sisi hasil produksi juga akan mengurangi efisiensi perusahaan.

4.3.2 Keluhan Yang Dialami Selama Pre Menstrual Syndrom.

Jenis keluhan yang banyak dialami pekerja wanita di bagian pengepakan korek api adalah keluhan psikis yaitu sebanyak 7 jenis keluhan dan keluhan fisik sebanyak 4 jenis keluhan. Setelah dilakukan pengamatan selama 3 siklus maka keluhan terbanyak sebanyak 5 jenis keluhan dan keluhan yang paling sedikit adalah 2 jenis keluhan. Menurut The National Institute of Mental Health Criteria seseorang dapat dikatakan mengalami pre menstrual syndrom apabila mengalami 1 dari 6 gejala gangguan perilaku dan 1 dari 4 gejala somatik (Hamilton et al,1994). Sedangkan untuk menetapkan keluhan yang dialami responden adalah pre menstrual syndrom diperlukan waktu pengamatan selama 2 – 3 siklus. ( Nick Panay, 2006 ).

Gejala gejala psikis pada responden yang mengalami pre menstrual syndrom disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen yang mempengaruhi neurotransmitter di otak terutama serotonin. Pola hidup yang tidak sehat dan pola

(67)

Sedangkan gejala fisik berupa nyeri perut pada saat haid disebabkan oleh ketidak seimbangan prostalglandin yang dihasilkan oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi sehingga otot perut berkontraksi pada saat menjelang haid ( Obrien,1987)

Belum dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya keluhan psikis dan fisik yang dialami oleh tenaga kerja wanita di bagian pengepakan korek api secara pasti dikarenakan pada saat penelitian tidak dilakukan pemeriksaan darah responden untuk mengetahui kadar hormon maupun kecukupan vitamin dan mineral responden.

4.3.3 Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Saat Pre Menstrual Sydrom Dan

Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Saat Tidak Mengalami Pre

Menstrual Syndrom.

Adanya perbedaan produktivitas pada saat pre menstrual syndrome dan pada saat tidak terjadinya pre menstrual syndrome dengan rata-rata perbedaan produktivitas yang dihasilkan sebesar 115 kotak setiap jamnya lebih disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami oleh pekerja dan gangguan yang bersifat psikis seperti mudah marah, badan terasa lemah dan mudah lelah sehingga memunculkan sifat malas dalam bekerja atau untuk melakukan rutinitas kesehariannya.

(68)

Dalam bekerja tenaga kerja membutuhkan banyak tenaga, apabila tenaga kerja mengalami kurang darah, maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan akan menjadi cepat lelah sehingga produktivitas kerja juga menjadi rendah ( De Meyer, 1989 ).

Terjadi penurunan produktivitas dan peningkatan ketidak hadiran tenaga kerja wanita pada saat pre menstrual syndrom yang disebabkan oleh rasa nyeri haid (Bicker dan Woods ,1951).

Sedangkan produktivitas pada umumnya menurut Ravianto (1990) di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

a. Latar belakang pendidikan dan pelatihan.

b. Alat alat produksi dan tehnologi yang digunakan dalam proses produksi. c. Value System

d. Lingkungan dan iklim kerja e. Derajat Kesehatan

f. Tingkat upah minimum

4.3.4 Hubungan banyaknya keluhan pre menstrual syndrom yang dialami oleh

tenaga kerja wanita dengan produktivitas.

(69)

paling banyak diadalami adalah kombinasi keluhan fisik yaitu senggugut yang dialami oleh 12 orang responden dan sakit kepala yang dialami oleh 10 orang responden. Dengan adanya keluhan yang cukup mengganggu aktivitas dan tidak digunakannya cuti haid secara efektif menyebabkan penurunan produktivitas yang bermakna pada responden dengan keluhan 2-4.

Pada responden yang mengalami keluhan sebanyak 5 jenis keluhan tidak mengalami penurunan produktivitas yang cukup bermakna karena pada saat pre menstrual syndrome dirasakan cukup mengganggu aktivitas maka responden

mengambil cuti haidnya yaitu pada saat responden mengalami keluhan fisik berupa nyeri perut. Variasi jenis keluhan juga sangat mempengaruhi penurunan produktivitas pada responden yang mempunyai keluhan terbanyak. Walaupun jumlah keluhannya lebih banyak akan tetapi kombinasi keluhan yang dominan adalah keluhan nyeri perut dan rasa malas bekerja sehingga penurunan produktivitasnya tidak begitu besar dibandingkan dengan yang mempunyai jumlah keluhan 2-4.

(70)

memanfaatkan cuti haid untuk mendapatkan libur panjang. Sedangkan responden yang mengalami 5 jenis keluhan seluruhnya mengambil cuti haid pada saat pre menstrual syndrome.

Menurut pasal 81 UU No.13 tahun 2003, pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid. Akan tetapi karena rasa sakit bersifat subyektif dan lebih sering dialami pada saat pre menstrual syndrom maka cuti haid menjadi tidak efektif dan sering disalah gunakan untuk mendapatkan libur panjang. Dari data yang diperoleh 40 % responden tidak mengambil cuti haid pada saat mengalami sakit selama haid atau pre menstrual syndrom tetapi mengambil cuti haid di hari lain. Dengan penggunaan cuti haid yang tidak efektif maka gangguan selama pre menstrual syndrom selain berdampak pada produktivitas tentunya akan merugikan pekerja itu sendiri yaitu dengan berkurangnya waktu istirahat karena harus mengejar target.

(71)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil hasil penelitian dan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Keluhan pre menstrual syndrome yang paling banyak dialami oleh responden dalah keluhan psikis yaitu sebanyak 7 jenis keluhan dan keluhan fisik sebanyak 4 jenis keluhan. Adapun keluhan psikis yang sering dialami responden adalah mudah lelah sebanyak 13.6 % dan senggugut atau nyeri perut sebanyak 17.3 %.

2. Tenaga kerja dibagian pengepakan korek api mempunyai produktivitas rata – rata sebesar 347 kotak perjam. Sedangkan pada saat pre menstrual syndrom rata- rata produktivitasnya adalah 232 kotak perjan sehingga terjadi penurunan rata-rata produksi sebesar 115 kotak per jam.

(72)

4. Sebanyak 84 % pekerja wanita memanfaatkan cuti haid akan tetapi 40 % nya memenfaatkan cuti haid diluar siklus haid yaitu pada hari Jumat dan Sabtu atau pada hari Senin dan Selasa, bukan pada saat pekerja benar-benar harus beristirahat pada saat aktifitas terganggu karena haid atau sindroma pra haid.

5. Ada pengaruh pre menstrual syndrome terhadap produktivitas dengan perbedaan rata-rata hasil produksi responden pada saat pre menstrual syndrome dan diluar pre menstrual syndrome yang signifikan ( p < 0,05 ) .

5.2 Saran

1. Dengan adanya penurunan produktivitas pada saat pre menstrual syndrom maka diharapkan kepada pihak manajemen untuk memberikan penyuluhan tentang upaya untuk mencegah terjadinya penurunan produktivitas yang lebih besar yang disebabken oleh keluhan – keluhan pada saat pre menstrual syndrome.

2. Perlu adanya himbauan dari manajemen kepada tenaga kerja wanita untuk lebih memperhatikan siklus haidnya setiap bulan agar keluhan-keluhan selama pre menstrual syndrome dapat dikurangi dan cuti haid dapat dimanfaatkan dengan efektif.

(73)

dapat dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan pekerja dalam mengurangi keluhan - keluhan pre menstrual syndrome.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina.Linda .Debora, ”Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Dibandingkan Dengan Pemberian Suplement Zat Besi terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita di Industri Karet Medan Tahun 2001” , UKAP Program Magister Kesehatan Kerja. 2003

Arikunto,S, Manajemen Penelitian, Edisi Baru. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta,1998. Azwar, A. dan Joedo Priharyono, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat, PT Binapura Aksara Jakarta,1987

Baziad Ali, Sindrom Pra-Haid, http://situs.kesrepro.info/kia/jan/2005/kia01.htm De Meyer,EM, Pencegahan dan Pengawasan anemi defisiensi besi, WHO, Jenewa. Debra Gordon, Menstrual Dishorder, http://www.healthatoz.com, 2002

Delfi Luthan, ”The Role of Phythopharmaca on Premenstrual Syndrome Treatment “, Pertemuan Ilmiah Tahunan III, Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas, Yogyakarta, 2007

Dharmady Agus, “PMS dan Gangguan Mental”, http:/www./ruangku. blogsome.com,2006

Edward M. Lichten, M.D., P.C., http://drlichten@yahoo.com,2006

Gambar

Grafik 1 Hubungan Jumlah Keluhan Dengan Produktivitas tenaga kerja
Grafik 1.1  Kerangka Konsep ............................………..…………………..
Gambar 1.1
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait