• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Rumah Untuk Masyarakat Korban Bencana Gempa & Tsunami Di Desa Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Maret 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembangunan Rumah Untuk Masyarakat Korban Bencana Gempa & Tsunami Di Desa Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Maret 2005"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT KORBAN

BENCANA GEMPA & TSUNAMI DI DESA SUAK NIE, KECAMATAN

JOHAN PAHLAWAN, KABUPATEN ACEH BARAT, MARET 2005

N Vinky Rahman

Staf Pengajar pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Abstrak. Peristiwa Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada hari Minggu, tanggal 26 Desember 2004, di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, telah menimbulkan korban ratusan ribu jiwa meninggal dan hilang, serta kerusakan sarana dan prasarana dan hancurnya ratusan ribu rumah tempat tinggal penduduk. Meulaboh adalah salah satu kota di Aceh yang mengalami kerusakan paling parah akibat peristiwa tersebut. Hal ini disebabkan karena kota ini adalah kota kabupaten terbesar yang terletak pada sisi paling Barat propinsi NAD dan yang terdekat dengan pusat gempa. Juga kondisi geografis wilayahnya yang berupa semenanjung, sehingga datangnya gelombang Tsunami terjadi dari banyak arah, yang menghancurkan sarana dan prasarana hingga tingkat yang memusnahkan Hal yang menjadi salah satu prioritas untuk membantu masyarakat yang terkena musibah di daerah tersebut adalah membangun kembali fasilitas sarana prasarana yang hancur tersebut. Membangun perumahan adalah target yang paling dekat yang saat ini sedang dilaksanakan, baik yang dilakukan dengan bantuan pemerintah, swasta, lembaga swadaya mayarakat, maupun oleh penduduk yang tertimpa musibah. Penulis yang ikut urun terlibat membantu salah satu lembaga swadaya masyarakat (dengan bantuan donatur asing) yang sedang membantu pembangunan perumahan penduduk di Meulaboh, dalam hal ini mencoba memaparkan sekelumit tentang pembangunan perumahan di salah satu desa yang mengalami rehabilitasi (desa Suak Nie) dan hal-hal yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaannya.

Katakunci: Perumahan Pasca Bencana, Partisipasi Masyarakat

1. Pendahuluan

Keinginan masyarakat untuk memperbaiki dan menata ulang kehidupannya untuk kembali seperti semula, setelah mengalami bencana yang mereka hadapi menjadi sangat sulit, dikarenakan bencana yang terjadi telah menghilangkan sebagian besar potensi yang dimiliki masyarakat, dalam hal ini yang paling utama adalah potensi ekonomi.

Wilayah yang mengalami kehancuran dan kerusakan karena bencana tersebut antara lain dialami oleh Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat (Ibukota: Meulaboh), Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

(2)

Kecamatan Johan Pahlawan yang terdiri dari 21 Desa/Kelurahan, dengan 15 desa / kelurahan yang wilayahnya berada di tepi laut dan langsung berhadapan dengan Samudra Indonesia (dimana terletak pusat gempa berkekuatan 8,9 skala Richter) dan menjadi sasaran bencana secara langsung.

Peta Kecamatan Johan Pahlawan

Menurut data yang diperoleh dari Kecamatan Johan Pahlawan, diketahui jumlah penduduk sebelum bencana adalah sebanyak 61.491 jiwa; dan jumlah penduduk yang dinyatakan meninggal atau hilang (sesuai dengan laporan masyarakat) adalah sebanyak 5.266 jiwa. Selanjutnya, bencana ini telah menyebabkan terjadinya pengungsian dengan pola dan jumlah pengungsi sebagai berikut :

1. berada di tempat pengungsian, sebanyak 3.452 orang;

2. mengungsi di rumah penduduk atau famili, sebanyak 35.396 orang; dan 3. mengungsi keluar daearah sebanyak

495 orang.

Adapun penyebab langsung terjadinya pengungsian penduduk, secara umum terdiri dari 3 faktor, yaitu:

1. kehilangan tempat tinggal;

2. kehilangan pekerjaan; dan

3. keterbatasan atau hilangnya kemampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kondisi di atas menghendaki partisipasi semua pihak untuk membantu masyarakat Aceh menata ulang kehidupannya kembali secara normal.

Kondisi Meulaboh (setelah Tsunami), dimana 95 % rumah penduduk rata dengan tanah

2. LSM Dan Yayasan Pendonor

Yayasan KKSP, yang terlibat membantu masyarakat Aceh yang tertimpa musibah (menyalurkan sumbangan sandang, pangan dan perumahan) adalah merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dibentuk sejak tahun 1984, dan disahkan melalui akte notaris tahun 1988 (akte Yayasan No. 10, Tahun 1988); selanjutnya diperbaharui dengan Akte Notaris No. 443/YAY/PROB/2001. Alamat Kantor: Jalan Setia Budi Gg. Rambe N0. 2 – Medan.. Dalam kaitannya dengan terjadinya Bencana di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yayasan KKSP (LSM dimana penulis ikut urun mendukung kegiatannya) menggalang sumberdaya dan tenaga ahli dari berbagai sumber masyarakat yang bersifat tidak mengikat, yang semata-mata ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan; untuk membantu masyarakat yang tertinmpa musibah, dengan pedoman yang tidak bertentangan dengan hukum, agama, dan adat istiadat masyarakat setempat.

(3)

bantuan lembaga pendonor asing untuk pembangunan rumah siap huni. Adapun Lembaga yang membantu dalam hal pendanaan pembangunan rumah penduduk korban bencana ini adalah TDH Belanda dan TDH Jerman.

Penyaluran bantuan pendonor yang telah dilakukan, sejak minggu IV Bulan Desember 2005 hingga saat ini (Minggu I Februari 2005), antara lain:

1. Mengirim bahan kebutuhan pokok, diantaranya: bahan pangan, obat-obatan, sandang, perlengkapan anak sekolah, dan buku agama. Pengiriman bahan kebutuhan pokok berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kemampuan pihak yayasan penyalur bantuan.

2. Mengirim tenaga relawan. Pengiriman relawan ini berdasarakan kebutuhan masyarakat dan kemampuan pihak yayasan..

3. Membantu pembangunan rumah warga yang kehilangan tempat tinggal. Pembangunan rumah warga dilakukan berdasarkan kebutuhan warga dan kemampuan pihak donatur dan yayasan penyalur bantuan.

3. Kondisi Perumahan Di Kecamatan Johan Pahlawan Setelah Bencana

Dampak Bencana yang menjadi masalah utama saat ini dan dimasa depan, diantaranya adalah rusaknya perumahan penduduk; seperti yang terjadi di Kecamatan Johan Pahlawan

Berdasarkan data Kecamatan Johan Pahlawan, kondisi tingkat kerusakan rumah perumahan penduduk pada 17 desa (dari 21 desa yang ada), sebagai berikut:

1. Rusak ringan, sebanyak 216 rumah; 2. Rusak Berat, sebanyak 310 rumah; 3. Rusak Total, sebanyak 3.831 rumah.

Desa Suak Nie, di Kecamatan Johan Pahlawan, adalah merupakan salah satu desa yang terkena dampak bencana paling berat. Jumlah penduduk desa ini sebelum bencana sebanyak 258 (47 KK); jumlah korban meninggal/hilang akibat bencana (yang sudah melapor) sebanyak 138 jiwa (53,5%). Seluruh rumah penduduk (47 rumah) musnah atau rusak total.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada tanggal 5 Februari 2005, seluruh rumah penduduk di desa ini mengalami rusak total atau rata dengan tanah, sehingga tidak ada lagi rumah penduduk yang tersisa di wilayah desa Suak Nie ini.

Jalan menuju desa Suak Nie

Tapak Desa Suak Nie (setelah Tsunami)

Mengingat persentase tingkat kehancuran perumahan penduduk di desa Suak Nie, desa ini kemudian menjadi pilihan awal untuk direhabilitasi

4. Target Dan Tujuan Yayasan

Target

(4)

Tujuan

Memandirikan masyarakat (47 KK) desa Suak Nie dalam hal kepemilikan rumah sebagai dasar pengembangan masyarakat yang mandiri di masa depan.

5. Lokasi Dan Pertapakan Pembangunan

Penentuan lokasi pembangunan Rumah oleh yayasan penyalur dan donatur dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Rapat Koordinasi Pemerintah Kabupaten dan NGO’S. Rapat kordinasi ini diperlukan untuk: (a) menghindari tumpang tindih rencana kerja pemerintah dengan NGO’S, dan antar sesama NGO dalam pembangunan perumahan penduduk; dan (b) menghindari masalah tata ruang dan perizinan pembangunan perumahan penduduk di masa depan. Rapat koordinasi telah dilakukan pada tanggal 11 April 2005, dengan fasilitator Dinas Cipta karya dan Sumberdaya Air Kabupaten Aceh Barat.

2. Rapat Koordinasi dengan Camat dan Kepala Desa/Kelurahan. Rapat kordinasi dengan Camat dan Kepala Desa adalah tindak lanjut dari rapat kordinasi dengan Pemerintah Kabupaten, yang ditujukan untuk memperkuat hasil rapat kordinasi pemerintah dengan NGO’S.

3. Assesment dan Sosialisasi oleh tim yang dibentuk oleh yayasan dan donatur. Kegiatan Assesment, ditujukan untuk menilai secara langsung kebenaran data/informasi tentang kondisi perumahan yang dikategorikan rusak berat dan rusak total atau musnah di desa yang dialokasikan untuk pembangunan rumah. Hasil assessmen, secara ringkas dapat disimpulkan: data / informasi tentang kerusakan rumah adalah benar dan layak untuk dibantu. Selanjutnya, dilakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat calon penerima bantuan, yang ditujukan untuk memberi gambaran tentang rencana yayasan dan donatur dalam pembangunan perumahan penduduk, dan menetapkan tingkat kesediaan masyarakat untuk menerima bantuan rumah dengan persyaratan yang ditetapkan oleh yayasan dan donatur. Hasil sosialisasi adalah kesediaan masyarakat untuk menerima bantuan rumah dengan persyaratan yang ditetapkan.

4. Kesediaan Masyarakat. Anggota Masyarakat yang dibantu adalah yang memiliki rumah

dengan kategori rusak berat dan rusak total atau musnah. Kesediaan masyarakat untuk menerima bantuan diwujudkan melalui Surat Pernyataan.. Untuk awalnya, lokasi pembangunan rumah dilakukan pada Desa Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan. Adapun perencanaan pertapakan rumah yang akan dibangun, disesuaikan dengan letak tanah milik warga penerima bantuan, izin pemerintah daerah setempat, serta pertimbangan-pertimbangan secara teknis perencanaan dan pelaksanaan.

Peta penyebaran pembangunan unit rumah

Adapun izin yang diperoleh oleh yayasan penyalur dan donatur untuk pelaksanaan pembangunan rumah tersebut di atas, adalah sesuai surat: A.n. Bupati Aceh Barat, Sekretaris Daerah Kabupaten (Mewakili), No. 640/283/VI/2005, Tgl. 14 April 2005

6. Peran Institusi

Realisasi rencana bantuan yayasan penyalur bantuan untuk membangun rumah penduduk sebanyak 47 unit di desa Suak Nie, membutuhkan peran dari institusi dan masyarakat sebagai berikut:

(5)

2. Peran Masyarakat Penerima Bantuan. Anggota Masyarakat penerima bantuan adalah membantu menyediakan lahan serta tenaga pekerja dalam melaksanakan pembangunan rumah.

3. Peran Yayasan Penyalur dan donatur. Adalah menyediakan desain rumah, bahan bangunan, peralatan, dan tenaga ahli perumahan yang diperlukan.

7. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pelaksanaan pembangunan, meliputi aspek desain, dimensi bangunan, penggunaan material, peralatan, dan tenaga kerja yang diperlukan

7.1. Desain Bangunan

Desain, ukuran dan penggunaan material bangunan rumah direncanakan oleh arsitek yang membantu yayasan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari masyarakat (dalam hal ini calon pengguna/pemilik rumah dan pemda setempat) hasil musyawarah yang telah terlebih dahulu dicapai.

Hasil musyawarah dengan masyarakat, pemerintah daerah serta pertimbangan teknis pelaksanaan. untuk desa ini direncanakanlah bangunan semi permanen (dinding separuh bata), dengan luas lantai 36 m2 (2 ruang tidur, ruang tamu dan ruang keluarga, dan satu kamar mandi, seperti gambar di bawah). Adapun unuk material bangunan diupayakan adalah yang lazim digunakan oleh masyarakat serta mudah diperoleh di lokasi, seperti material galian (batu, pasir, tanah timbun) dan kayu. .Untuk material yang tidak tersedia atau sulit didapat, seperti semen, besi, paku seng dll, diupayakan dipasok dari Medan.

Gambar Perencanaan

Tampak Depan

Denah

7.2. Tenaga Kerja

(6)

(kenek). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal :

1. jumlah pekerja yang terbatas dan tuntutan standarisasi kemampuan pekerja

2. waktu pelaksanaan yang terbatas

3. masalah nonteknis lain seperti honor kerja, dll.

Untuk tenaga tukang ini, akhirnya semua direkrut oleh yayasan dari kota Medan. Adapun sistem kerjanya, dibuat dengan sistem kontrak pemborongan upah perunit bangunan (kira-kira 2,5 – 3 juta rupiah untuk per unit bangunan). Pembayaran dilakukan bertahap berdasarkan termyn pekerjaan selesai.

7.3. Peralatan

Peralatan pekerjaan yang diperlukan untuk pembangunan (peralatan pertukangan dan transportasi) disediakan oleh pihak yayasan donatur.

7.4. Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya pelaksanaan pembangunan untuk satu unit rumah (tidak termasuk biaya-biaya persiapan, akomodasi dan upah pekerja) adalah sebesar Rp 19,560,000.,-. Realisasinya, biaya pelaksanaan ini dapat ditekan, mengingat material alam yang terkadang mudah dan dapat diperoleh secara gratis di lapangan, seperti batu, tanah dan kayu. Tapi kemudian kelebihan biaya ini dikompensasikan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan jalan proyek, transportasi, dan biaya-biaya lainnya.

8. Jadwal Pelaksanaan Dan Realisasi Pembangunan

Kegiatan pembangunan dilakukan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan April sampai dengan Agustus 2005. diharapkan pada minggu pertama bulan September, bangunan rumah secara kolektif sudah dapat diserahkan kepada anggota masyarakat penerima bantuan.

Hingga tulisan ini dibuat (Juni 2005), progress kemajuan pekerjaan pembangunannya adalah:

1. Delapan unit rumah sudah selesai pembangunan fisik tinggal pengecatan dan pemasangan instalasi listrik.

2. Tujuhbelas unit: pada tahap plester, cat, pemasangan pintu dan instalasi listrik.

3. Dua unit pada tahap pembersihan lahan dan pembuatan cor pondasi.

4. Duapuluh unit rumah berlokasi terpisah dari 27 rumah lainnya, dengan kondisi site yang berbeda (lahan basah). Atas musyawarah bersama, . akan dibangun rumah dengan tipe panggung untuk kawasan ini juga harus dibuatkan sarana transportasi sendiri untuk menjangkau lokasi tersebut. Kondisi ini menyebabkan pembangunan ini terlambat dari 27 rumah lainnya.

Selanjutnya, pada pelaksanaannya, masih terdapat masalah-masalah di lapangan, seperti pemasangan yang tidak sesuai dengan perencanaan, kerapian pekerjaan, perbedaan standar pembuatan, keterlambatan pasokan material, keterlambatan pelaksanaan, dan hal-hal lain yang menghambat pekerjaan berdasarkan kondisi lokasi. Hal tersebut kemudian akan diperbaiki dan dibenahi serta menjadi input untuk pekerjaan pembangunan lain di lokasi-lokasi yang berbeda selanjutnya.

Realisasi Pembangunan

Realisasi pelaksanaan pembangunan dilakukan sesaui dengan perencanaan awal, namun pada kenyataannya, terdapat juga perubahan-perubahan dalam hal desain bangunan. Hal tersebut disebabkan penyesuaian yang dibuat sesuai karakteristik permasalahan di lapangan, seperti :

1. kondisi lapangan yang berbeda secara fisik, misalnya kondisi struktur tanah, bergambut, berawa, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah pembuatan rumah panggung untuk Desa Suak Nie II, dimana kondisi tanahnya yang berair/berawa

2. material yang sulit diperoleh sesuai spesifikasi awal, misalnya kayu.

(7)

Foto-foto Bangunan

Tipe bangunan sesuai perencanaan awal

Alternatif desain bangunan (arah pelana yang diputar), dengan ukuran dan desain denah rumah

yang tidak berubah

Rumah Panggung untuk lokasi Desa Suak Nie II (ukuran dan desain denah

(8)

Proses Pelaksanaan

1. Persiapan lahan

2. Penggalian dan pengecoran pondasi

3. Pemasangan sloof dan dinding bata

4. Pemasangan rangka dinding

5. Pemasangan rangka atap

5. Pemasangan atap

6. Pemasangan dinding

Gambar

Gambar Perencanaan

Referensi

Dokumen terkait