• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Analisis dan Ekstraksi Ciri Sinyal Suara Jantung Menggunakan Transformasi Wavelet Diskrit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Analisis dan Ekstraksi Ciri Sinyal Suara Jantung Menggunakan Transformasi Wavelet Diskrit."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Komputer

Oleh :

ANGGI TIARA CITRA EKINASTI 13.41020.0122

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN SYARAT ... ii

MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Sinyal Suara Jantung (PCG) ... 7

2.2 Wavelet ... 8

(3)

2.3.3 TransformasiWaveletDiskrit ... 12

2.3.4Mother Wavelet... 14

2.3.4.1WaveletDaubechies... 15

2.3.4.2WaveletCoiflet ... 17

2.3.4.3WaveletSymlet ... 17

2.3.4.4WaveletBiorthogonal ... 18

2.4 Parameter... 19

2.4.1 Standar Deviasi ... 19

2.4.2 Energi ... 19

2.4.3 Normalisasi Energi... 20

2.5Denoising Wavelet... 20

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM ... 24

3.1. Metode Penelitian ... 24

3.2. Prosedur Penelitian ... 26

3.3. Analisis TransformasiWaveletDiskrit ... 28

3.3.1 Denoising ... 33

3.3.2 Energi Dekomposisi dan Normalisasi Energi Dekomposisi ... 33

3.3.3FlowchartProgram Energi Dekomposisi dan Normalisasi Energi Dekomposisi ... 36

(4)

4.2. Pengujian Program ... 44

4.2.1 Tujuan ... 44

4.2.2 Prosedur Pengujian Program Energi dan Normalisasi Energi... 44

4.2.3 Hasil Pengujian Program Energi dan Normalisasi Energi... 45

4.2.4 Prosedur Pengujian Program Standar Deviasi... 46

4.2.5 Hasil Pengujian Program Standar Deviasi... 47

4.3 Pengambilan Data... 48

4.4 Denoising Sinyal PCG ... 52

4.5 Dekomposisi Sinyal PCG ... 58

4.6 Analisis Hasil Dekomposisi Energi ... 58

4.6.1 Frekuensi Cuplik 8 KHz ... 58

4.6.2 Frekuensi Cuplik 44,1 KHz ... 60

4.6.3 Frekuensi Cuplik 48 KHz ... 62

4.6.4 Database Sinyal PCG Michigan ... 65

BAB V PENUTUP ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 75

(5)

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit jantung menduduki peringkat teratas penyebab kematian di

dunia. Proporsi penyebab kematian penyakit tidak menular (PTM) pada

orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit jantung merupakan penyebab

terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis,

penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30%

kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes (Kristomo, 2014).

Untuk alasan ini, auskultasi adalah tes utama yang dilakukan oleh dokter

untuk mengevaluasi keadaan jantung dengan cara mendengarkan suara jantung

melalui stetoskop, auskultasi merupakan komponen dasar dalam diagnosis jantung

dan merupakan teknik yang paling umum digunakan untuk diagnosis dalam

perawatan kesehatan. Di beberapa keadaan, terutama di daerah terpencil daerah

atau negara-negara berkembang, auskultasi mungkin satu-satunya cara yang

tersedia. Akan Tetapi, mendeteksi gejala yang relevan dan membentuk suatu

diagnosis berdasarkan suara yang terdengar melalui stetoskop adalah keterampilan

yang sangat lama untuk dipelajari, selain itu diagnosis dengan mendengarkan

suara jantung memiliki kelebihan dibandingan dengan diagnosis berbasis EKG,

diantaranya dari sisi kemudahan (Nazeran, 2007).

Oleh karena alasan diatas, maka diperlukan suatu cara untuk

memudahkan diagnosis dengan merekam suara jantung lalu menganalisis sinyal

(6)

sinyal suara jantung, pada penelitian ini sinyal suara jantung (PCG) pada ranah

waktu akan ditransformasikan ke dalam ranah waktu-frekuensi untuk diamati pola

serta ciri-cirinya, pada ranah waktu-frekuensi isyarat PCG memiliki pola yang

menggambarkan unsur-unsur frekuensi yang terkandung di dalam sinyal (Ruth,

2014).

Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh oleh Nazeran pada tahun

2007dengan judul “Wavelet-based Segmentation and Feature Extraction of Heart Sounds for Intelligent PDA-based Phonocardiography” yang mengolah sinyal suara jantung dengan ektraksi ciri menggunakan analisis Wavelet Diskrit Daubechies dengan dekomposisi level 4 (250–500 Hz) dan level 6(62.5-125Hz)

pada frekuensi cuplik 8012 Hz dimana metode tersebut digunakan untuk

mendeteksi ciri-ciri antara sinyal jantung normal dan abnormal, hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa metode ekstraksi ciri terbukti efektif digunakan

untuk mengetahui ciri sinyal suara jantung normal yang memiliki energi terbesar

berada diantara 50Hz dan 150-200 Hz serta abnormal yang energi terbesarnya

berada pada 250-500 Hz.

Pada tahun 2014 telah diakukan penelitian oleh Ruth dengan judul

“Analisis Sinyal Ekg Menggunakan Transformasi Wavelet”, penelitian ini menganalisis sinyal EKG dengan menggunakan Transformasi Wavelet untuk mendapatkan pola dan ciri sinyal EKG dengan sinyal EKG yang lainya. Mother Wavelet yang digunakan adalah Coiflet 5. Analisis dilakukan berdasarkan hasil grafik skalogram dan energi dekomposisi, dan didapatkan bahwa Transformasi

(7)

D3 dengan jangkauan frekuensi 8 – 16 Hz. Pada sinyal EKG abnormal kondisi

Atrial Fibrillation, energi dekomposisi tertinggi semua subyek terdapat pada komponen aproksimasi A4 dengan jangkauan frekuensi 0-4. Untuk

Supraventricular Arrhytmia memiliki energi tertinggi yang bervariasi pada jangkauan frekuensi 0-4 Hz dan 4-8 Hz.

Pada tahun 2013 dilakukan penelitian berjudul“Performance Analysis of DWT at different levels for Feature Extraction of PCG Signals” oleh Devi, Bhisiek, serta Sinha, yang menganalisis pengaruh beberapa parameter yaitu

energi, standar deviasi, serta energi pada koefisien aproksimaksi dan detail dari

sebuah dekomposisi sinyal Diskrit Wavelet. Dalam penelitian tersebut, menggunakan transformasi Wavelet Diskrit Daubechies 4 lalu dilakukan penelitian pada sepuluh level dekomposisi, dengan berbagai macam sinyal PCG

(murmur dan normal), adapun kesimpulanya menunjukan bahwa energi terbaik

untuk normal heart sound berada pada level 9, Aortic Stenosis pada level 9, Mitral Regurgation berada pada level 9 sedangkan Aortic Regurgation dan Mitral

Stenosis pada level 6 karena memiliki amplitude yang rendah dan durasi sinyal

yang panjang.

Pada tahun 2015 dilakukan penelitian oleh Venkatta dan Dr. Kumar

dengan judul “Analysis of Various DWT Methods for Feature Extracted PCG Signals” yang menganalisis sinyal PCG untuk ekstraksi ciri dengan beberapa

Mother Wavelet yaitu Biorthogonal, Symlet, Coiflet, Haar yang menggunakan beberapa parameter yaitu standar deviasi, energi, variansi, entropi, SNR (Signal to Noise Ratio), penelitian ini difokuskan pada level dekomposisi dari setiap tipe

(8)

DWT Coiflet merupakan metode terbaik dari beberapa metode Wavelet yang diteliti.

Dengan acuan empat penelitian tersebut maka akan dilakukan analisis

dan ekstraksi ciri dari data real sinyal suara jantung yang didapat dengan

auskultasi (menggunakan stetoskop digital). Adapun metode yang akan digunakan

adalah dekomposisi transformasi Wavelet Diskrit dengan menggunakan beberapa tipe Mother Wavelet dengan berbagai macam orde, berbagai macam level pada setiap orde nya serta berbagai macam frekuensi cuplik, adapun parameter yang

akan digunakan adalah energi, dan standard deviasi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan:

Bagaimana melakukan analisis ciri sinyal jantung untuk menentukan Mother Waveletyang mengandung energi tertinggi dalam dekomposisi sinyal PCG dalam penentuan energi tersebut digunakan variable-variabel bebas yaitu frekuensi

cuplik, tipeMother, berbagai ordeMother Wavelet, dan level dekomposisi. Selain itu juga digunakan parameter uji yaitu standar deviasi dan energi normalisasi.

1.3 Batasan Masalah

Dalam perancangan dan pembuatan simulasi ini, terdapat beberapa batasan

masalah, antara lain :

1. Sampel penelitian ini suara berasal dari 3 subject yang diambil secara random

dan realtime menggunakandigital sthetoscopedarithinkslabone.

(9)

3. Menggunakan transformasiWaveletDiskrit.

4. Tipe Mother Wavelet yang digunakan adalah Coiflet 2, Coiflet 5 Symlet 2, Symlet 5, Symlet 7, Daubechies 2, Daubechies 5, Daubechies 7, Biorthogonal

2.8, Biorthogonal 3.9, Biorthogonal 6.8.

5. Data yang diamati adalah satu siklus (0,8 detik).

6. Jumlah pengambilan data untuk setiap subyek adalah 30 kali.

7. Kondisi subyek adalah orang normal dalamrelaxdan kondisi lingkungan yang tenang.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Melakukan analisis ciri sinyal jantung untuk menentukan Mother Wavelet yang mengandung energi tertinggi dalam dekomposisi sinyal PCG dalam penentuan

energi tersebut digunakan variable-variabel bebas yaitu frekuensi cuplik, tipe

Mother, berbagai orde Mother Wavelet, dan level dekomposisi. Selain itu juga digunakan parameter uji yaitu standar deviasi dan energi normalisasi.

1.2 Sistematika Penulisan

Pembahasan Tugas Akhir ini secara Garis besar tersusun dari 5 (lima)

bab, yaitu diuraikan sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah,

(10)

2. BAB II LANDASAN TEORI

Pada Bab ini akan dibahas teori penunjang dari permasalahan, yaitu mengenai

Sinyal suara jantung (PCG), Wavelet, Dekomposisi Wavelet, Transformasi

Wavelet, Transformasi Wavelet Kontinyu, Transformasi Wavelet Diskrit,

Mother Wavelet, Biorthogonal, Symlet, Coiflet, Daubechies, Energi Dekomposisi, Normalisasi Energi dan Standar Deviasi, danDenoising Wavelet.

3. BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada Bab ini akan dibahas tentang blok diagram rancangan penelitian, proses

penelitian yang akan dilakukan, denoising sinyal PCG, analisis dengan

transformasi Wavelet Diskrit, cara mengolah data hasil dekomposisi untuk mendapatkan energi serta normalisasi energi meliputi flowchart algoritma

program untuk mengolah data agar didapatkan pola energi dekomposisi, energi

normalisasi, serta standard deviasi.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dibahas mengenai pengujian program energi dan normalisasi

energi, program standar deviasi, dan hasil yang diperoleh dari pengolahan

energi dekomposisi pada frekuensi cuplik 8KHz, 44,1KHz, 48KHz, dengan

empat macam Mother Wavelet dengan berbagai orde. Parameter – parameter yang akan dianalisa adalah hasil normalisasi energi dekomposisi, rata-rata

normalisasi enegi dekomposisi, dan standar deviasi.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian berdasarkan rumusan

(11)

2.1 Sinyal Suara Jantung (PCG)

Jantung adalah organ tubuh yang berfungsi untuk memompa darah dan

terdiri dari bagian atas yang disebut serambi (atrium) dan bagian bawah yang

disebut dengan bilik (ventricle). Otot-otot jantung memompa darah dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Setiap kali terjadi proses pemompaan, katup jantung

membuka sehingga darah dapat mengalir ke ruangan yang dituju. Selanjutnya

katup menutup untuk mencegah aliran balik darah (Setiaji, 2011).

Pada detak jantung dihasilkan dua suara yang berbeda yang dapat

didengarkan pada stetoskop, yang sering dinyatakan dengan lub-dub. Suara lub

disebabkan oleh penutupan katup triscupid dan mitral (atrioventrikular) yang

memungkinkan aliran darah dari atrium (serambi jantung) ke ventricle (bilik jantung) dan mencegah aliran balik dan dapat disebut dengan suara jantung

pertama (S1) yang terjadi pada awal systole (periode jantung berkontraksi). Suara dub disebut suara jantung kedua (S2) yang terjadi pada akhir systole atau awal

diastole dan disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aortic dan pulmonary) yang membebaskan darah ke sistem sirkulasi paru-paru dan seluruh tubuh (Rizal,

2007). Sinyal suara jantung merupakan sinyal gelombang suara yang lemah, dan

biasanya sinyal ini berada di range antara 10 Hz hingga 250 Hertz (Adinarayana,

(12)

Gambar 2.1 Bunyi Jantung Normal. (Setiaji, 2011)

Gambar 2.2 Anatomi Jantung. (Anonim, 2015).

2.2 Wavelet

Wavelet adalah sebuah gelombang kecil, yang dimana energinya terkonsentrasi dalam waktu untuk menyediakan alat bantu analisis non-stationer

(13)

yang fleksibel. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 2.3 dimana wave (kurva

sinus) bergerak dengan amplitudo sama pada -∞ ≤ t ≤ ∞ sehingga memiliki energi

yang tak berhingga, dengan Wavelet yang memiliki energi berhingga terkonsentrasi pada suatu titik. (Burrus, Gopinath, Guo, 1998)

Gambar 2.3 Bentuk Sebuah Wave dan Wavelet. (Burrus, Gopinath, Guo, 1998)

2.3 Transformasi Wavelet

Sinyal suara jantung merupakan jenis sinyal non-stationer. Sinyal non-stasioner memiliki frekuensi yang bervariasi di dalam waktu, sehingga untuk

menganalisisnya dibutuhkan metode transformasi yang dapat memberikan

resolusi frekuensi dan waktu secara bersamaan maka metode yang cocok adalah

Transformasi Wavelet dikarenakan Transfromasi Wavelet dapat

mempresentasikan informasi suatu sinyal dalam kawasan waktu dan frekuensi

(14)

2.3.1 Dekomposisi Wavelet

Wavelet dapat digunakan untuk melakukan analisis multi resolusi yang akan menghasilkan informasi dalam ranah waktu dan frekuensi. Skala atau

resolusi yang biasanya dilihat pada data merupakan peranan yang penting.

Algoritma Wavelet memproses data pada skala atau resolusi yang berbeda-beda. Pada Gambar menunjukan dekomposisi pada sinyal PCG berdasarkan pendekatan

Wavelet. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat jika sebuah sinyal dengan jendela yang besar, maka seseorang hanya akan memperhatikan informasi sinyal secara

general, begitu juga saat sinyal dengan jendela yang kecil maka seseorang hanya

akan memperhatikan sinyal pada detailnya saja, sehingga penggunaan resolusi

yang bervariasi sangat diperlukan. Dasar dari prosedur analisis Wavelet adalah pemilihan fungsi prototype yang disebut Mother Wavelet. Analisis sementara dilakukan dengan frekuensi tinggi yang merupakan versi dari prototype Wavelet, sedangkan untuk analisis frekuensi dilakukan dengan dilatasi pada frekuensi

(15)

Gambar 2.4 Dekomposisi Sinyal PCG Dengan Menggunakan Wavelet. (Abbas, Bassam, 2009)

2.3.2 Transformasi Wavelet Kontinyu

Transformasi Wavelet kontinyu didefinisikan secara matematis dengan persamaan sebagai berikut

(2.1)

dimana ψ*(t) adalah konjugat komplek fungsi Wavelet penganalisa ψ(t). persamaan ini menunjukan bagaimana fungsi f(t) di dekomposisikan ke dalam

sebuah set dari fungsi basis s, ψ(t) disebut dengan Wavelet. Variabel s dan τ yang

merupakan skala dan translasi adalah dimensi baru setelah di transformasi.

(16)

2.3.3 Transformasi Wavelet Diskrit

Pada transformasi Wavelet kontinyu yang telah di jelaskan pada subab sebelumnya bahwa Continue Transform Wavelet (CWT) dihitung dengan menggeser skala yang dapat diubah secara kontinyu. Pada Transformasi Wavelet

Diskrit (TWD) skalanya dan translasinya tidak berubah secara kontinyu tapi

berubah secara diskrit, sehingga menghasilkan rumus sebagai berikut

(2.2)

s dan τ adalah integer dan adalah step dilatasi yang telah baku sesuai dengan aturan dyadic dan nilainya harus lebih besar dari satu. τ0 adalah parameter

translasi yang nilainya harus besar dari nol dan tergantung pada perubahan

dilatasi. Efek dari mendiskritkan Wavelet berdampak pada waktu-skala yang menjadi interval-interval diskrit. Jika sampel dari axis frekuensi yang

berhubungan dengan dyadic sampel yaitu s0 = 2, dan jika nilai translasi yang

dipilih adalah 1 berarti τ0 = 1, maka akan persamaan 2.2 akan menjadi

(2.3)

(Abbas, Bassam, 2009)

Dengan menggunakan fungsi Wavelet diskrit diatas sehingga diperoleh transformasi Wavelet diskrit sebagai berikut

(17)

,� dikenal sebagai koefisien detil Wavelet pada indek skala s dan lokasi τ. Wavelet diskrit dyadic orthonormal berkaitan dengan fungsi penskala dan persamaan dilatasinya. Fungsi penskala berkenaan dengan penghalusan sinyal dan memiliki bentuk yang sama seperti fungsi Wavelet adalah

� ,� = ��

−� �

� (2.5)

Lalu fungsi penskala di konvolusi dengan sinyal sehingga menghasilkan koefisien approksimasi

,� = ∫−∞∞ � ,� (2.6)

Akhirnya sinyal x(t) dapat disajikan sebagai kombinasi deret ekspansi dengan menggunakan koefisien aproksimasi dan koefisien detil sebagai berikut :

= ∑∞�= −∞ ,� � ,� + ∑∞= −∞∑∞�= −∞ ,�ψ ,� (2.7)

Gambar 2.5 Lokalisasi Wavelet Diskrit di Dalam Ruang Waktu-Skala Pada

Dyadic Grid. (Vallens,1999)

Untuk pengaplikasian transformasi Wavelet diskrit, sinyal masukan diproses dengan melewatkan sinyal yang akan dianalisis menggunakan filter

(18)

frekuensi rendah identik dengan informasi global yang terdapat pada sinyal input, sedangkan sinyal frekuensi tinggi identik dengan informasi detil dari sinyal input. Sinyal frekuensi rendah ini dapat dimanfaatkan untuk mengenali pola umum pada

sinyal input. (Alfatwa, 2009)

Contoh untuk dekomposisi pada Wavelet diskrit transform satu dimensi ditunjukan pada gambar 2.3 yang merupakan pohon dekomposisi, dimana S

merupakan sebuah sinyal yang di dekomposisi dengan orde 3 dan menghasilkan

koefisien detail cD1, cD2, cD3, serta koefisien aproksimasi cA1. (Ruth, 2014)

Gambar 2.6 Dekomposisi Orde 3 Untuk Sinyal S. (Matlab, 2013)

2.3.4 Mother Wavelet

Mother Wavelet merujuk pada arti kata small wave (gelombang kecil) yang berarti memiliki panjang yang terbatas. (Ruth, 2014) Mother Wavelet

(19)

)

b = parameter translasi

a = parameter skala

� = MotherWavelet

(Surtono, 2012)

Gambar 2.7 Illustrasi Transformasi Wavelet. (Kauhsoik, 2014)

2.3.4.1Wavelet Daubechies

Ingrid Daubechies merupakan salah satu dari bintang paling cemerlang

(20)

jenis Wavelet ini didapat dari penurunan persamaan Wavelet secara matematis oleh Igrid Daubechies. (Napitupulu, 2012).

Hasil akhir dari persamaan yang digunakan untuk menetukan koefisien filter

adalah sebagai berikut :

(2.9)

Daubechies membangun Wavelet yang mempunyai karakteristik compact support

(mempunyai panjang yang terbatas, Nk ) dan diperhasul hingga beberapa derajat.

Smoothness dari Wavelet berhubungan dengan kondisi momen yang merupakan

pengaruh dari fungsi skala. Untuk m = 0,1,2,…..,Nk/2 – 1. Wavelet Daubechies

memiliki Nk/2 vanishing moments yang berarti sinyal dapat diperhalus hingga polynomial dengan derajat Nk/2 – 1. Wavelet Daubechies sangat bagus untuk

merepresentasikan sifat-sifat polynomial di dalam sinyal. Panjang support dari

Wavelet Daubechies adalah Nk-1, contohnya adalah D2 (Wavelet Haar)

mempunyai support length sama dengan 1, D4 mempunyai support length sama dengan 3, D5 mempunyai support length sama dengan 4.

(21)

2.3.4.2 Wavelet Coiflet

`Wavelet Daubechies mempunyai bentuk yang tidak simetris, untuk meningkatkan

bentuk simetrisnya makan Daubechies membangun Wavelet Coiflet. Jenis Waveletfilter

ini tidak jauh berbeda dengan Daubechies filter. Filter Coiflet ini juga di design oleh Igrid Daubechies sama halnya dengan filter Daubechies. (Napitupulu, 2012)

Gambar 2.9 Wavelet Coiflet. (Venkatta, Kumar, 2014)

2.3.4.3 Wavelet Symlet

Symlet Wavelet merupakan bentuk singkat dari symmetrics Wavelet. Memang tidak secara sempurna simetris, namun filter ini di design dengan cara agar memiliki sedikit bentuk asimetris, Symlet juga dirancang oleh inggrid Daubechies

(22)

Gambar 2.10 Wavelet Symlet. (Venkatta, Kumar, 2014)

2.3.4.4 Wavelet Biorthogonal

Wavelet Biorthogonal menggunakan dua Wavelet, satu untuk dekomposisi (di sisi kiri) dan yang lainnya untuk rekonstruksi (di sebelah kanan sisi). Istilah

‘Biorthogonal’ merujuk pada adanya 2 fungsi skala yang orthogonal satu sama lain.

(Napitupulu, 2012).

(23)

2.4 Parameter 2.4.1 Standar Deviasi

Standar deviasi digunakan untuk mengukur besar dari variasi atau

penyebaran dari rata-rata. Semakin rendah nilai suatu standar deviasi

mengindikasikan bahwa titik data cenderung sangat dekat dengan rata-rata (nilai

yang diharapkan), begitu juga ketika nilai standard deviasi tinggi mengindikasikan

bahwa jangkauan titik data yang tersebar sangat besar.

= √� = √

�− ∑��=−� (2.10)

S = standar deviasi, N = nomor sample, Xi= input sinyal jantung, µ= rata-rata

2.4.2 Energi

Energi berarti sesuatu memiliki kemampuan untuk menyebabkan

perubahan, energi biasanya digunakan untuk menggambarkan berapa banyak

potensi sistem yang harus berubah. Pada sinyal suara jantung, Energi total di

setiap komponen detail dan approksimasi memberikan informasi yang berguna

tentang lokasi artefak di sinyal. Artefak merupakan variasi sinyal yang tidak

diinginkan. Artefak ini termasuk instrumen suara, suara dari suara tubuh, suara

karena gerakan subjek dan gerakan diafragma stetoskop. Semakin rendah range

frekuensi hasil dekomposisi maka memiliki Energi normalisasi yang besar

dikarenakan mengandung suara jantung, sedangkan semakin tinggi range

frekuensi hasil dekomposisi maka memiliki Energi normalisasi yang kecil

(24)

Energi dekomposisi rerata di setiap EDi dihitung dengan persamanaan (diasumsikan akan didekomposisi hingga level 10) :

EDi= ∑

�ℎ � � , K= 1,2,……. Panjang Di (2.11)

i = 1,2,…. N=10

Energi dekomposisi rerata di EA10 dihitung dengan persamanaan (diasumsikan akan didekomposisi hingga level 10) :

EA10= ∑ �

�ℎ � � � , K= 1,2,…….Jumlah cuplik A10 (2.12)

2.4.3 Normalisasi Energi

Energi dekomposisi rerata perlu dinormalisasi agar energi terendah berada

pada nilai 0 dan energi tertinggi berada pada nilai 1 sehingga rentang nilai grafik

normalisasi energi akan berada diantara range 0 dan 1.

ENj = ��

� � , � , j = 1,2,3….n (2.13)

ENj = Energi rerata normalisasi pada dekomposisi ke –j (j= 1,2,3…N=10)

EDi = Energi rerata sinyal detail ke- I (i= 1,2,3….N=10)

EA10= Energi rerata sinyal aproksimasi A10

2.5 Denoising Wavelet

Denoising sinyal adalah memperkirakan nilai sinyal yang sebenarnya dari sinyal yang memiliki noise dan dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

(25)

y(n) adalah sinyal yang berderau, x(n) adalah sinyal asli, dan s(n) merupakan

derau sinyal. (Sundararajan, 2015)

Pada umumnya, DenoisingWavelet memiliki prosedur sebagai berikut :

 Menggunakan transformasi Wavelet ke sinyal yang berderau untuk

memproduksi koefisien Wavelet pada setiap level dekomposisi.

 Memilih batas nilai threshold yang tepat pada setiap level dekomposisi dan

metode threshold yang diinginkan (hard atau soft tresholding)

 Merekonstruksi sinyal dengan transformasi Waveletinverse.

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa prosedur Denoising memiliki tiga proses yaitu mendekomposisikan sinyal, memberikan batas nilai threshold, dan merekonstruksi sinyal. Denoising memiliki metode yang disebut Shrinkage yang dapat diimplementasikan dengan hard tresholding ataupun soft tresholding. Pada

hard tresholding, koifisien Wavelet yang memiliki nilai dibawah ambang batas yang telah ditentukan akan diubah menjadi nol, sedangkan pada soft tresholding

koifisien Wavelet akan di reduksi mendekati nilai ambang batas yang telah ditentukan. Nilai ambang batas merupakan nilai perkiraan dari tingkatan derau

yang didapatkan dengan menghitung nilai standar deviasi dari koefisien detail.

(26)

2.12 serta dapat dilihat pada gambar 2.13 yang merupakan contoh penerapan soft tresholding dimana nilai threshold � = 0.4 sehingga pada Gambar 2.13(b) semua nilai antar 0.4 hingga -0.4 akan dibuat menjadi nol, sedangkan nilai yang lebih

besar dari 0.4 dan lebih kecil dari -0.4 akan diubah mendekati axis- oleh 0.4.

(Sundararajan, 2015)

Gambar 2.12 Tipe Threshold Yaitu (a) Hard dan (b) Soft. (Ergen, 2012)

Gambar 2.13 (a) Sebuah Sinyal Sinusoidal (b) Sinyal Sinusoidal Dengan Soft

(27)

Metode hard tresholding tidak mempengaruhi koefisien detail yang lebih besar dari ambang batas atau threshold. Metode hard tresholding memiliki karakterstik yang tidak stabil dan sensitif terhadap perubahan yang kecil pada sinyal,

sedangkan metode soft tresholding dapat menimbulkan bias ketika koefisien terlalu besar, meskipun beberapa metode yang baru telah diusulkan untuk

mengatasi kekurangan metode shrinkage ini, namun metode shrinkage merupakan metode yang masih lebih efisien untuk digunakan. (Donoho, 1995)

Hal yang penting didalam metode tresholding adalah mencari nilai yang tepat untuk nilai ambang batas yang akan digunakan. Pada kenyataanya telah banyak

teknik ataupun metode yang diusulkan untuk menghitung nilai threshold, namun

pada kenyataanya semua teknik tersebut membutuhkan perkiraan tingkat derau.

Standar deviasi dari nilai data dapat digunakan untuk menentukan nilai perkiraan

tingkat derau, Donoho mengusulkan teknik untuk mendapatkan nilai estimator 

yang cukup baik pada Denoising Wavelet yang persamaanya dijelaskan sebagai berikut :

(2.17)

Dimana L merupakan jumlah dari tingkatan dekomposisi, median dipilih dari nilai

koefisien detail pada sinyal yang dianalisis. (Donoho and Johnstone 1994;

(28)

3.1 Metode Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Blok Rancangan Penelitian.

Sinyal PCG

Denoising

Dekomposisi

Frekuensi cuplik 8Khz

Frekuensi cuplik

44,1Khz

Frekuensi cuplik 48Khz

Daubechies Biorthogonal Symlet

Coiflet

Orde 2 Orde 5 Orde 2,5,7 Orde 2.8 Orde 3.9 Orde 6.8

Level n

(29)

Metode penelitian yang digunakan meliputi studi kepustakaan, pembuatan

program, dan analisis. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau

informasi dari buku, jurnal, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan dekomposisi

sinyal PCG, Dari informasi studi kepustakaan yang diperoleh, maka dilakukan

pembuatan program pada matlab untuk membantu analisis.

Penelitian ini menggunakan data real yang didapat menggunakan stetoskop digital dari thinkslabone. Berdasarkan blok diagram pada Gambar 3.1,

dijelaskan bahwa sinyal PCG yang masuk akan di pecah dan Denoising untuk menghapus sinyal yang tidak diperlukan dari sinyal suara jantung yang telah

direkam. Setelah sinyal yang tidak diperlukan dihapus maka akan di dekomposisi

kedalam bentuk gelombang yang disebut Mother Wavelet, yang mana sinyal tersebut akan di pecah menjadi sinyal yang berfrekuensi tinggi (aproksimasi) dan

sinyal yang berfrekuensi rendah (detail), parameter yang mempengaruhi antara

lain sinyal PCG dari subyek, frekuensi cuplik, Mother Wavelet, dan tingkat dekomposisi. Dari hasil dekomposisi akan didapatkan beberapa sinyal detail dan

sinyal aproksimasi yang terakhir sehingga akan dihitung energi dekomposisi yang

telah dinormalisasi dan standard deviasi untuk ciri dari sinyal PCG

masing-masing subyek. Hasil perhitungan parameter yang telah ditentukan akan dianalisis

untuk menjadi ciri antara satu jenis sinyal PCG dengan jenis sinyal PCG yang

(30)

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur ini menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian seperti pada Gambar 3.2. dan Gambar 3.3

.

Gambar 3.2 Flowchart Proses Penelitian Sinyal Suara Jantung.

Pengambilan

Denoising sinyal PCG

(31)

Gambar 3.3 Flowchart Proses Penelitian Sinyal Suara Jantung (Lanjutan Gambar 3.2).

Dari Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 yang merupakan flowchart proses penelitian sinyal PCG yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Data sinyal suara jantung persiklus diambil dari 3 subyek dalam keadaan

normal dan relaks, pada setiap subyek dilakukan pengambilan data sebanyak 30

kali dengan tiga macam frekuensi cuplik yaitu 8KHz, 44,1KHz, dan 48KHz.

Pengambilan data dilakukan dengan stetoskop digital thinkslabone.

Setelah pengambilan data sinyal PCG lengkap maka akan dipecah-pecah

dan didenoising untuk menghapus data sinyal yang tidak diperlukan, yang

terekam pada saat proses perekaman sinyal jantung, selanjutnya sinyal PCG akan

didekomposisi dengan sebelas Mother Wavelet diskrit yaitu symlet 2, symlet 5, symlet 7, daubechies 2, daubechies 5, daubechies 7, coiflet 2, coiflet 5,

biorthogonal 2.8, biorthogonal 3.9, dan biorthogonal 6.8. Setelah didekomposisi

maka akan dihitung nilai energi normalisasinya, serta standar deviasi.

a

Membandingkan hasil energi,

frekuensi pada energi tertinggi pada sinyal PCG antara subyek, frekuensi

cuplik, serta mother DWT

analisa

(32)

Hasil perhitungan dari normalisasi energi akan di visualisasikan berupa

grafik bar, lalu dilakukan analisis hasil normalisasi energi, serta standar deviasi.

Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil energi, range frekuensi pada

energi tertinggi pada sinyal PCG antara subyek, frekuensi cuplik, serta mother

DWT.

3.3 Analisis Transformasi Wavelet Diskrit

Transformasi Wavelet diskrit digunakan untuk mendekomposisikan sinyal masukan PCG ke dalam bentuk gelombang seusai dengan Mother Wavelet yang digunakan, dekomposisi dilakukan dengan memisahkan sinyal masukan ke dalam

frekuensi rendah dan frekuensi tinggi, hasil dari dekomposisi adalah komponen

approximation yang merupakan scaling function (lowpass filter) dan komponen

detail yang merupakan Wavelet function. (Sundararajan, 2015).

Level dekomposisi ditetapkan berdasarkan frekuensi cuplik yang

digunakan. (Venkatta, 2015). Penelitian ini dipengaruhi beberapa parameter yaitu

sinyal PCG dari setiap subyek, frekuensi cuplik, Mother Wavelet, dan level dekomposisi. Sinyal PCG akan didekomposisikan menjadi A yang merupakan

approksimasi dan D yang merupakan detail, serta akan didekomposisikan sesuai

dengan frekuensi cupliknya, pada frekuensi cuplik 48Khz dan 44,1KHz akan

didekomposisikan sebanyak 15 tingkat yang dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan

3.5, sedangakan frekuensi cuplik 8Khz akan didekomposisikan sebanyak 10

(33)
(34)
(35)
(36)

Analisis transformasi Wavelet diskrit dilakukan dengan mendekomposisi sinyal PCG menggunakan Matlab, untuk mendekomposisi sinyal satu dimensi

maka digunakan fungsi wavedec, cuplikan program proses dekomposisi dapat

dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Cuplikan Program Proses Dekomposisi.

Fungsi wavedec(‘x’,N,’Wname’) pada matlab memiliki parameter input x

untuk sinyal masukan, N untuk tingkat level, dan Wname untuk Mother Wavelet, sedangkan parameter outputnya adalah hasil dekomposisi dan panjang data dari

setiap komponen dapat dilihat pada Gambar 3.8

(37)

3.3.1 Denoising

Denoising sinyal bertujuan untuk menghapus data yang tidak diperlukan, yang terekam pada saat proses perekaman suara sinyal jantung. Setelah sinyal

suara jantung diambil maka sinyal harus di Denoising terlebih dahulu, metode

Denoising yang digunakan adalah soft tresholding, dimana metode ini akan membuat nilai yang berada antara threshold –T< X < T menjadi 0, sedangkan

nilai yang lebih dari T telah diubah untuk mendekati axis X. Denoising pada penelitian ini dilakukan secara manual dan Mother Wavelet yang digunakan untuk

Denoising adalah daubechies 5, hal ini dikarenakan pada penelitian yang dilakukan oleh Mishra tahun 2013 dengan judul Denoising Of Heart Sound Signal Using Wavelet Transform didapatkan bahwa daubechies 5 memiliki nilai presentase rekonstruksi yang maksimum dan nilai SNR(Signal to Noise Ratio) yang maksimum dimana SNR merupakan metode untuk mengukur kekuatan

sinyal terhadap derau, yang berarti bahwa semakin besar nilai SNR maka akan

semakin baik hasil produk yang didapat dari Denoising tersebut.

3.3.2 Energi Dekomposisi dan Normalisasi Energi Dekomposisi

Energi Dekomposisi digunakan untuk mengetahui ciri atau pola sinyal

PCG dengan yang lainya, pada penelitian ini digunakan tiga frekuensi cuplik yang

akan menghasilkan dua macam level yaitu dekomposisi 15 level untuk 48KHz

dan 44,1KHz, serta dekomposisi 10 level untuk 8Khz. Berdasarkan level maka

dapat dihitung energi dekomposisinya pada setiap komponen detail dan

approksimasi terakhir. Energi dekomposisi rerata pada sinyal detail dapat dihitung

(38)

 Energi dekomposisi rerata level 10

EDi= ∑

� �ℎ ��� , K= 1,2,……. Panjang Di (3.1)

i = 1,2,…. N=10

 Energi dekomposisi rerata level 15

EDi= ∑

� �ℎ ��� , K= 1,2,……. Panjang Di (3.2)

i = 1,2,…. N=15

Energi dekomposisi rerata sinyal aproksimasi dihitung dengan persamaan sebagi

berikut:

 Energi dekomposisi rerata level 10

EA10= � �ℎ ��� �∑ � , K= 1,2,…….Jumlah cuplik A10 (3.3)

 Eenergi dekomposisi rerata level 15

EA15= ∑ � 5

� �ℎ ��� � 5, K= 1,2,…….Jumlah cuplik A15 (3.4)

Setelah energi didekomposisi rerata dihitung maka akan dilakukan normalisasi

energi agar nilai energi berada diantara nilai 0 dan 1. Energi normalisasi dihitung

dengan persamaan sebagai berikut:

 Normalisasi Energi dekomposisi level 10

ENj = ��

� � �� , � (3.5)

(39)

EDi = Energi rerata sinyal detail ke- I (i= 1,2,3….N=10)

EA10= Energi rerata sinyal aproksimasi A10

 Normalisasi Energi dekomposisi level 15

ENj = � � ��

�� , � 5 (3.6)

ENj = Energi rerata normalisasi pada dekomposisi ke –j (j= 1,2,3…N=15)

EDi = Energi rerata sinyal detail ke- I (i= 1,2,3….N=15)

(40)

3.3.3 Flowchart Program Energi Dekomposisi dan Normalisasi Energi Flowchart program untuk mendapatkan nilai energi dekomposisi dan normalisasi energi, serta visualisasi normalisasi energi adalah sebagai

berikut:

(41)

Gambar 3.10 Flowchart Program Perhitungan Energi Dekomposisi dan Normalisasi Energi (Lanjutan Gambar 3.9).

Gambar 3.9 dan Gambar 3.10 merupakan gambar flowchart dari program perhitungan energi dan normalisasi energi yang akan dijelaskan sebagai berikut :

(42)

2. Program menyimpan data rekaman ke dalam bentuk array dan

mendekomposisikanya dengan transformasi Wavelet descrete menggunkanan berbagai Mother Wavelet dan berbagai orde ke dalam bentuk data-data integer yang tersimpan pada array C, selain itu hasil dekomposisi juga menyimpan

banyak data hasil yang disimpan pada array L.

3. Semua elemen pada array C di kuadratkan.

4. Pemecahan data pada array C yang di sesuaikan dengan nilai dari setiap index

dari array L yang merupakan array untuk menampung banyak data pada setiap

detail dan aproksimasi hasil dekomposisi.

5. Data yang sudah dipecah pada array C dijumlahkan sesuai dengan tingkat

detail dan aproksimasinya untuk mendapatkan nilai energi pada setiap

tingkatan detail dan aproksimasi.

6. Data pada array C yang telah di jumlah usesuai dengan tingkat detail dan

aproksimasi untuk mendapatkan nilai energi akan di hitung nilai rata-ratanya.

7. Menghitung normalisasi energi dari setiap aproksimasi dan detail dengan

membagi nilai rata-rata energi dari setiap tingkatan detail dan aproksimasi

dengan nilai rata-rata yang terbesar lalu hasilnya akan disimpan pada array

pola.

8. Hasil dari normalisasi energi di visualisasikan dengan grafik bar.

9. Data koifisien pada array C, banyak data pada setiap detail dan aproksimasi

pada array L, dan nilai normalisasi energi yang disimpan pada array pola akan

(43)

penamaan file yang sesuai dengan Mother Wavelet, urutan data sampel, dan level dekomposisi yang digunakan.

3.3.4 Standard Deviasi

Standar deviasi digunakan untuk mengukur variasi atau penyebaran data

dari rata-rata, Jika nilai standar deviasi semakin rendah maka dapat diartikan

bahwa data cenderung sangat dekat dengan rata-rata, namun ketika nilai standar

deviasi tinggi mengindikasikan bahwa jangkauan data yang tersebar sangat besar.

Dalam pengukuran energi, standar deviasi digunakan untuk mengetahui tingkat

persebaran data dari nilai rata-rata energi normalisasi maupun energi dekomposisi

dari setiap komponen detail ataupun aproksimasi. Adapun flowchart program yang digunakan untuk menghitung rata-rata, dan standar deviasi akan di jelaskan

(44)
(45)

Gambar 3.12 Flowchart Program Perhitungan Standar Deviasi ( Lanjutan Gambar 3.11).

Gambar 3.11 dan Gambar 3.12 merupakan gambar flowchart dari program perhitungan energi dan normalisasi energi yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Nama Mother Wavelet dan level dekomposisi di inputkan untuk memanggil file

normalisasi energi yang bertipe .xls yang sesuai dengan nama Mother Wavelet

dan level dekomposisi.

(46)

3. Menghitung rata-rata normalisasi energi dengan cara menjumlahkan dan

manghitung rata-rata isi baris array tmp yang merupakan tingkatan detail dan

aproksimasi.

4. Menyimpan hasil rata-rata normalisasi energi pada setiap aproksimasi dan

detail ke array ratapola.

5. Menghitung standar deviasi normalisasi energi pada setiap aproksimasi dan

detail dan disimpan pada array stdev.

6. Menyimpan data array ratapola yang merupakan nilai rata-rata normalisasi

energi dan data array stdev yang merupakan nilai standar deviasi normalisasi

energi dalam format Microsoft excel dengan nama sesuai Mother Wavelet, level dekomposisi, serta frekuensi cuplik.

7. Menyimpan secara otomatis dan menampilkan visualisasi nilai rata-rata

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kebutuhan Sistem

Sebelum melakukan perbandingan sinyal suara jantung dibutuhkan

perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras.

Perangkat Keras Spesifikasi

Processor Intel Core i3

Memori 4 Gb

Sistem Operasi Windows 7

Tabel 4.2 Kebutuhan Perangkat Lunak.

Perangkat Lunak Uraian

Matlab

Aplikasi yang digunakan untuk mengolah sinyal suara

jantung menjadi energi dan energi normalisasi.

Audacity

Aplikasi yang digunakan untuk merekam suara sinyal

jantung dari digital stetoskop thinkslabone ke

(48)

4.2 Pengujian Program

Pengujian program untuk meghitung nilai energi serta energi normalisasi

dan standar deviasi dilakukan dengan membandingkan perhitungan rumus secara

manual pada microsoft excel dan hasil perhitungan program yang akan disimpan

secara otomatis didalam format Microsoft excel.

4.2.1 Tujuan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program yang telah

dibuat sesuai dengan dasar teori rumus yang ada.

4.2.2 Prosedur Pengujian Program Energi dan Normalisasi Energi

Prosedur pengujian program energi dan normalisasi energi :

a. Mendapatkan nilai hasil dekomposisi dari matlab yaitu berupa koifisien dan

banyak data pada setiap detail dan aproksimasi dalam bentuk format Microsoft

excel (.xls).

b. Memecah data koifisien sesuai dengan banyak data yang ada pada setiap detail

dan aproksimasi.

c. Menghitung energi dekomposisi sinyal detail dengan rumus sebagai berikut:

 Energi dekomposisi rerata level 10

EDi= ∑

� �ℎ ��� , K= 1,2,……. Panjang Di (4.1)

(49)

 Energi dekomposisi rerata level 15

EDi= ∑

� �ℎ ��� , K= 1,2,……. Panjang Di (4.2)

i = 1,2,…. N=15

d. Menghitung energi dekomposisi rerata sinyal aproksimasi dihitung dengan

persamaan sebagi berikut:

 Energi dekomposisi rerata level 10

EA10= ∑ �

� �ℎ ��� � , K= 1,2,…….Jumlah cuplik A10 (4.3)

 Energi dekomposisi rerata level 15

EA15= � �ℎ ��� �∑ � 5

5, K= 1,2,…….Jumlah cuplik A15

e. Menghitung normalisasi energi dekomposisi rerata sinyal aproksimasi dan

detail dihitung dengan persamaan sebagi berikut:

ENj = � � ��

�� , � (4.4)

ENj = Energi rerata normalisasi pada dekomposisi ke –j (j= 1,2,3…N=10)

4.2.3 Hasil Pengujian Program Energi dan Normalisasi Energi

Hasil dari pengujian dengan menghitung secara manual di Microsoft

Excel dapat dilihat pada Gambar 4.1, sedangkan hasil dari program energi dan

(50)

Gambar 4.1. Hasil Perhitungan Energi dan Normalisasi Energi Dengan

Menggunakan Microsoft Excel.

Gambar 4.2. Hasil Perhitungan Program Energi dan Normalisasi Energi.

4.2.4 Prosedur Pengujian Program Standar Deviasi

Prosedur pengujian program standar deviasi :

a. Mendapatkan nilai normalisasi energi dalam format .xls pada data ke-1 hingga

data ke-30.

b. Program secara otomatis membaca nilai normalisasi energi pada data ke-1

(51)

c. Menghitung standar deviasi dari energi normalisasi secara manual

menggunakan Microsoft excel dengan rumus sebagai berikut :

� = √�2 = √

�− ∑��= ��−� (4.5)

S = standar deviasi, N = nomor sample, Xi= input sinyal jantung, µ= rata-rata

4.2.5 Hasil Pengujian Program Standar Deviasi

Hasil dari pengujian dengan menghitung standar deviasi normalisasi

energi pada setiap detail dan aproksimasi secara manual di Microsoft Excel dapat

dilihat pada Gambar 4.3, dan hasil perhitungan nilai rata-rata normalisasi energi

secara manual pada setiap detail dan aproksimasi manual di Microsoft excel dapat

dilihat pada Gambar 4.5, sedangkan hasil perhitung standar deviasi normalisasi

energi pada setiap detail dan aproksimasi dari program dapat dilihat pada Gambar

4.4, serta rata-rata normalisasi energi pada setiap detail dan aproksimasi dari

program dapat dilihat pada Gambar 4.6. Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dapat

dilihat hasil pengujian dengan perhitungan nilai standar deviasi normalisasi energi

secara manual dan perhitungan program secara otomatis menghasilkan hasil

perhitungan yang sama, begitu juga pada Gambar 4.5 dan 4.6 dapat dilihat hasil

pengujian dengan perhitungan nilai rata-rata normalisasi energi secara manual dan

(52)

Gambar 4.3 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Normalisasi Energi Secara Manual

Dengan Menggunakan Microsoft Excel.

Gambar 4.4 Hasil Perhitungan Program Standar Deviasi Normalisasi Energi.

Gambar 4.5 Hasil Perhitungan Rata-Rata Normalisasi Energi Secara Manual

Dengan Menggunakan Microsoft Excel.

Gambar 4.6 Hasil Perhitungan Program Rata-Rata Normalisasi Energi.

4.3 Pengambilan Data

Data diambil menggunakan stetoskop digital thinkslab dengan

menggunakan tiga macam frekuensi cuplik yaitu 8KHz, 44,1KHz, 48KHz untuk

setiap subyek. Pada setiap subyek dan setiap frekuensi cuplik dilakukan

pengambilan 30 siklus data dimana persiklusnya memiliki waktu rata-rata sekitar

(53)

Gambar 4.7, untuk subyek dua dapat dilihat pada Gambar Gambar 4.8, untuk

subyek dua dapat dilihat pada Gambar 4.9.

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.7 Sinyal Hasil Pengambilan Dengan Stetoskop Digital Thinkslabone di

Subyek Satu Pada (A) Frekuensi 8KHz, (B) Frekuensi 44,1KHz, (C) Frekeunsi

(54)

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.8 Sinyal Hasil Pengambilan Dengan Stetoskop Digital Thinkslabone di

Subyek Dua Pada (A) Frekuensi 8KHz, (B) Frekuensi 48KHz, (C) Frekeunsi 44,1

(55)

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.9 Sinyal Hasil Pengambilan Dengan Stetoskop Digital Thinkslabone di

Subyek Tiga Pada (A) Frekuensi 8KHz, (B) Frekuensi 48KHz, (C) Frekeunsi

(56)

4.4 Denoising Sinyal PCG

Pada Gambar 4.7, Gambar 4.8, dan Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa sinyal

hasil pengambilan dengan digital stetoskop thinkslabone masih memiliki artefak,

sehingga sebelum di olah lebih jauh maka sinyal yang tidak dibutuhkan, yang

terekam pada saat proses perekaman sinyal suara jantung harus dihapus. Pada

Denoising ini digunakan Mother Wavelet Daubechies 5 dan Soft Tresholding

dimana nilai threshold di dapatkan secara manual. Hasil dari Denoising sinyal suara jantung dari subyek satu dapat dilihat pada Gambar 4.10, Hasil dari

Denoising sinyal suara jantung dari subyek dua dapat dilihat pada Gambar 4.11, dan Hasil dari Denoising sinyal suara jantung dari subyek tiga dapat dilihat pada Gambar 4.12.

(a)

(57)

(c)

(d)

(e)

(f)

Gambar 4.10 Hasil Denoising Pada Subyek Satu (A) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 8 KHz Sebelum Didenoising (B) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 8 KHz

(58)

Didenoising (D) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 44,1 KHz Setelah Didenoising (E)

Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 48 KHz Sebelum Didenoising (F) Sinyal Pada

Frekuensi Cuplik 48 KHz Setelah Di Denoising.

(a)

(b)

(59)

(d)

(e)

(f)

Gambar 4.11 Hasil Denoising Pada Subyek Dua (A) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 8 KHz Sebelum Didenoising (B) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 8 KHz

Setelah Didenoising (C) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 44,1 KHz Sebelum

Didenoising (D) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 44,1 KHz Setelah Didenoising (E)

Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 48 KHz Sebelum Didenoising (F) Sinyal Pada

(60)

(a)

(b)

(61)

(d)

(e)

(f)

Gambar 4.12 Hasil Denoising Pada Subyek Tiga (A) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 8 KHz Sebelum Didenoising (B) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 8 KHz

Setelah Didenoising (C) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 44,1 KHz Sebelum

Didenoising (D) Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 44,1 KHz Setelah Didenoising (E)

Sinyal Pada Frekuensi Cuplik 48 KHz Sebelum Didenoising (F) Sinyal Pada

(62)

4.5 Dekomposisi Sinyal PCG

Setelah di Denoising maka sinyal akan di dekomposisi menggunakan matlab. Dekomposisi dilakukan dengan menggunakan beberapa Mother Wavelet

yaitu Symlet 2, Symlet 5, Symlet 7, Daubechies 2, Daubechies 5, Daubechies 7,

Coiflet 2, Coiflet 5, Biorthogonal 2.8, Biorthogonal 3.9, Biorthogonal 6.8. Level

dekomposisi tergantung dengan frekuensi cuplik, jika frekuensi cuplik 8KHz

maka akan didekomposisi hingga 10 level, namun jika frekuensi cuplik 44,1 KHz,

dan 48KHz maka akan didekomposisi hingga 15 level. Setelah didekomposisi

maka akan mendapatkan dua koefisien yang ditampung di dalam array variabel C

dan variabel L, dimana isi variabel C adalah koefisien hasil dekomposisi yaitu

approksimasi dan detail sedangkan variabel L digunakan untuk menampun

panjang setiap komponen approksimasi dan detail.

4.6 Analisis Hasil Dekomposisi Energi

Pada tahap ini akan dijelaskan tentang hasil pengolahan energi dan

normalisas energi untuk mendapatakan pola pada setiap PCG.

4.6.1. Frekuensi cuplik 8KHz

Hasil pengolahan sinyal PCG yang dengan frekuensi cuplik 8KHz akan

menghasilkan dekomposisi 10 level, dimana pada level satu akan menghasilkan

komponen detail D1 dengan jangkauan frekuensi 2KHz hingga 4KHz dan

komponen aproksimasi A1 dengan jangkauan frekuensi 2KHz hingga 0Hz,

selanjutnya akan dipecah lagi menjadi D2 (2KHz – 1KHz), A2(1KHz-0KHz),

Begitu seterusnya hingga D10(7,813HZ- 3,9Hz) dan A10 (3,9Hz-0Hz) untuk

(63)

Setelah didekomposisi maka akan dihitung nilai normalisasi energi

dekomposisi, Hasil normalisasi energi dekomposisi pada frekuensi 8KHz dari

ketiga subyek normal dengan menggunakan 11 Mother Wavelet dapat dilihat pada Tabel 4.3, untuk visualisasi pola normalisasi energi dekomposisi rata-rata dapat

dilihat pada Gambar 4.13.

Tabel 4.3 Normalisasi Energi Dekomposisi, Rata-Rata Energi, & Standar Deviasi

Pada Frekuensi Cuplik 8KHz

Wavelet

Coiflet 2 0.73938

15.625-62.5 0.90325 62.5-125 0.94933 62.5-125 0.86399 0.11035 Coiflet 5 0.75826

(64)

0

Gambar 4.13. Normalisasi Energi Rata-Rata Dekomposisi Dengan Frekuensi Cuplik 8KHz.

Dari hasil Tabel 4.3 dan Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa Biorthogonal 3.9

memiliki rata-rata normalisasi energi dekomposisi yang paling tinggi yaitu

0,950361 dengan standar deviasi yang paling rendah pada sampling 8KHz,

standar deviasi menandakan bahwa range persebaran data dari rata-rata tidak

terlalu jauh, mendekati akurat, selain itu 63.6% dari seluruh Mother Wavelet menghasilkan energi dekomposisi terbesar pada D6 dengan range frekuensi 62.5

hingga 125Hz

.

4.6.2. Frekuensi cuplik 44,1 KHz

Hasil pengolahan sinyal PCG yang dengan frekuensi cuplik 44,1 KHz

akan menghasilkan dekomposisi 15 level, dimana pada level satu akan

menghasilkan komponen detail D1 dengan jangkauan frekuensi 11025Hz hingga

(65)

hingga 0Hz, selanjutnya akan dipecah lagi menjadi D2 (11025Hz – 551,25Hz),

A2(551,25Hz-0KHz), Begitu seterusnya hingga D10(1,35HZ- 0 Hz) dan A10

(0Hz) untuk Gambar dekomposisi 15 tingkat dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Setelah didekomposisi maka akan dihitung nilai normalisasi energi dekomposisi,

Hasil normalisasi energi dekomposisi pada frekuensi 44,1 KHz dari ketiga subyek

normal dengan menggunakan 11 Mother Wavelet dapat dilihat pada Tabel 4.4, untuk visualisasi pola normalisasi energi dekomposisi rata-rata dapat dilihat pada

Gambar 4.14.

Tabel 4.4 Normaliasi Energi Dekomposisi, Rata-Rata Energi, & Standar Deviasi

Pada Frekuensi Cuplik 44,1KHz.

Wavelet

Symlet 2 1.00000

43.066-86.133 0.97609

43.066-86.133 1.00000

43.066-86.133 0.99203 0.01381

Symlet 5 1.00000

43.066-86.133 0.94966

43.066-86.133 1.00000

43.066-86.133 0.98322 0.02906

Symlet 7 1.00000

43.066-86.133 0.93679

Coiflet 2 1.00000

43.066-86.133 0.92389

43.066-86.133 1.00000

43.066-86.133 0.97463 0.04394

Coiflet 5 1.00000

(66)

0.86

Gambar 4.14. Normalisasi energi rata-rata dekomposisi dengan frekuensi cuplik 44,1 KHz.

Dari hasil Tabel 4.4 dan Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa Biorthogonal 3.9

memiliki rata-rata normalisasi energi dekomposisi yang paling tinggi yaitu 1

dengan standar deviasi yang paling rendah yaitu 0 pada sampling 44,1 KHz,

standar deviasi menandakan bahwa range persebaran data dari rata-rata tidak ada

karena nilai standar deviasi menghasilkan 0 yang berarti akurat dan presisi, selain

itu data menunjukan hasil yang konsisten karena 100% dari 990 data (11 Mother

Wavelet pada subyek satu, dau, dan tiga pada frekuensi cuplik 44,1 KHz)

menghasilkan energi dekomposisi terbesar pada D9 dengan range frekuensi

43.066Hz hingga 86.133Hz.

4.6.3. Frekuensi cuplik 48KHz

Hasil pengolahan sinyal PCG yang dengan frekuensi cuplik 48KHz akan

menghasilkan dekomposisi 15 level, dimana pada level satu akan menghasilkan

komponen detail D1 dengan jangkauan frekuensi 12KHz hingga 24KHz dan

(67)

komponen aproksimasi A1 dengan jangkauan frekuensi 12KHz hingga 0Hz,

selanjutnya akan dipecah lagi menjadi D2 (12KHz – 6KHz), A2(6KHz-0KHz),

Begitu seterusnya hingga D10(1,5HZ-0Hz) dan A10(0Hz) untuk Gambar

dekomposisi 15 tingkat dapat dilihat pada Gambar 3.4. Setelah didekomposisi

maka akan dihitung nilai normalisasi energi dekomposisi, Hasil normalisasi energi

dekomposisi pada frekuensi 48KHz dari ketiga subyek normal dengan

menggunakan 11 Mother Wavelet dapat dilihat pada Tabel 4.5, untuk visualisasi pola normalisasi energi dekomposisi rata-rata dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Tabel 4.5 Normaliasi Energi Dekomposisi, Rata-Rata Energi, & Standar Deviasi

Pada Frekuensi Cuplik 48KHz.

Wavelet

Symlet 2 0.99412

46.875-93.75 0.88977

93.75-187.5 1.00000

46.875-93.75 0.96130 0.06202

Symlet 5 1.00000

46.875-93.75 0.89698

93.75-187.5 1.00000

46.875-93.75 0.96566 0.05948

Symlet 7 1.00000

46.875-93.75 0.91276

Coiflet 2 1.00000

46.875-93.75 0.92772

93.75-187.5 1.00000

46.875-93.75 0.97591 0.04173

Coiflet 5 1.00000

(68)

Gambar 4.15. Normalisasi energi rata-rata dekomposisi dengan frekuensi cuplik 48KHz

Dari hasil Tabel 4.5 dan Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa Coiflet 2 memiliki

rata-rata normalisasi energi dekomposisi yang paling tinggi yaitu 0.97590 dengan

standar deviasi yang paling rendah yaitu 0,41729 pada sampling 48KHz, namun

hasil energi dekomposisi dengan Mother Wavelet yang lain tidak terlalu jauh berbeda, dan cenderung konsisten pada nilai 0.9. Selain itu 69,7% data dari 990

data (11 Mother Wavelet pada subyek satu, dua, dan tiga pada frekuensi cuplik 48KHz) menghasilkan energi dekomposisi terbesar pada D9 dengan range

frekuensi 46.88Hz hingga 93.75Hz. 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Normalisasi Energi Dekomposisi

(69)

4.6.4. Database sinyal PCG Michigan

Database sinyal PCG normal dari Michigan University di gunakan untuk membandingkan sinyal PCG dari tiga subyek normal yang diambil menggunakan

stetoskop digital. Database sinyal PCG normal dari Michigan University dalam keadaan tanpa noise, sehingga didapat hasil pada Tabel 4.6 dan visualisasi pola

dengan frekuensi cuplik 8KHz, 44,1KHz, 48KHz. dapat dilihat pada Gambar 4.16

sedangkan visualisasi rata-rata normalisasi energi dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Tabel 4.6 Normaliasi Energi Dekomposisi, Rata-Rata Energi, & Standar Deviasi

Pada Frekuensi Database Michigan University Pada Sampling 8 KHz, 44,1 KHz, dan 48 KHz.

Symlet 2 1.00000 62.5-125 0.99840

43.066-172.27 1.00000

46.875-93.75 0.99947 0.00093

Symlet 5 1.00000 62.5-125 0.92180

43.066-172.27 1.00000

46.875-93.75 0.97393 0.04515

Symlet 7 1.00000 62.5-125 1.00000

43.066-86.133 1.00000

Coiflet 2 1.00000 62.5-125 1.00000

43.066-86.133 1.00000

46.875-93.75 1.00000 0.00000

Coiflet 5 1.00000 62.5-125 1.00000

(70)

(a)

(b) 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Normalisasi Energi 8KHz

0.88 0.9 0.92 0.94 0.96 0.98 1 1.02

(71)

(c)

Gambar 4.16. Normalisasi Energi Rata-Rata Dekomposisi Dari Sinyal PCG

Michigan University Pada (A) Frekuensi Cuplik 8KHz (B) Frekuensi Cuplik 44,1KHz (C) Frekuensi Cuplik 48KHz.

Gambar 4.17. Rata-Rata Normalisasi Energi Dekomposisi Dari Sinyal PCG

(72)

Pada Gambar 4.16, Gambar 4.17 dan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada Mother

Wavelet dan frekuensi cuplik yang berbeda sebagian besar hasil pola energi tidak

terlalu jauh satu sama lain yaitu berada pada energi dekomposisi dengan nilai 1.

Untuk frekuensi cuplik 8KHz pada semua Mother Wavelet energi tertinggi berada pada D6 dengan range frekuensi 62.5Hz hingga 125Hz, untuk frekuensi 44,1KHz

pada 63.6% Mother Wavelet energi tertinggi berada pada D9 dengan range frekuensi 43.066Hz hingga 86.133Hz, untuk frekuensi 48KHz pada semua Mother

Wavelet energi tertinggi berada pada D9 yaitu dengan range frekuensi 46.88Hz

hingga 93.75Hz.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hasil pengolahan sinyal PCG

yang didapat dari pengambilan data secara langsung dan data dari Michigan University didapatkan bahwa untuk sampling 8KHz, terdapat kesesuaian range frekuensi pada energi dekomposisi terbesar berada di D6 yaitu dengan range

frekuensi 62.5 Hz hingga 125 Hz. Untuk sampling 44,1KHz terdapat kesesuaian

range frekuensi pada energi dekomposisi terbesar berada di D9 yaitu dengan

frekuensi range 43.066 Hz hingga 86.133 Hz. Untuk sampling 48KHz terdapat

kesesuaian range frekuensi pada energi dekomposisi terbesar berada di D9 yaitu

dengan frekuensi range 46.88 Hz hingga 93.75 Hz.

Dari berbagai frekuensi cuplik dalam pengujian ini didapatkan bahwa

sinyal jantung normal memiliki energi dekomposisi terbesar pada range 62.5 Hz

(73)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh hasil analisa dari pola berdasarkan enrgi

dekomposisi sinyal PCG dari tiga subyek, dengan tiga frekuensi, empat Mother Wavelet dengan berbagai orde maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Range frekuensi hasil dekomposisi dengan energi normalisasi terbesar untuk

4 Mother Wavelet dengan orde yang berbeda memberikan hasil range frekuensi yang tidak terlalu jauhantara satu dengan yang lainya.

2. Pada frekuensi cuplik 8KHz sebanyak 63.6% dari seluruh Mother Wavelet

dalam uji coba menghasilkan energi dekomposisi terbesar pada D6 dengan

range frekuensi 62.5Hz hingga 125Hz, sedangkan pengujian yang dilakukan

pada data sinyal PCG yang berasal dari Michigan University menunjukan bahwa seluruh data uji coba (100%) menghasilkan energi tertinggi pada D6

(62.5-125Hz), hal ini berarti bahwa pada kedua pengujian menunjukkan

adanya kesesuaian range frekuensi berada pada D6.

3. Pada frekuensi cuplik 44,1KHz data menunjukan hasil yang konsisten

karena 100% dari 990 data (11 Mother Wavelet pada subyek satu, dua, dan tiga) menghasilkan energi dekomposisi terbesar pada D9 dengan range

frekuensi 43.066Hz hingga 86.133Hz, sedangkan pengujian yang dilakukan

(74)

hal ini berarti bahwa pada kedua pengujian menunjukkan adanya kesesuaian

range frekuensi berada pada D9.

4. Pada frekuensi cuplik 48KHz hasil energi dekomposisi dengan Mother Wavelet yang lain tidak terlalu jauh berbeda, dan cenderung konsisten pada nilai 0.9, selain itu 69,7% data dari 990 data (4 Mother Wavelet dengan berbagai Mother pada subyek satu, dua, dan tiga) menghasilkan energi

dekomposisi terbesar pada D9 dengan range frekuensi 46.88Hz hingga

93.75Hz, sedangkan pengujian yang dilakukan pada sinyal PCG dari

Michigan University menunjukan bahwa seluruh data uji coba (100%) menghasilkan energi tertinggi pada D9 (46.88Hz-93.75Hz) hal ini berarti

bahwa pada kedua pengujian menunjukkan adanya kesesuaian range

frekuensi berada pada D9.

5. Pada berbagai frekuensi cuplik didapatkan bahwa sinyal jantung normal

memiliki energi dekomposisi terbesar pada range 62.5 Hz hingga 125 Hz

untuk pengujian dengan berbagai Mother Wavelet.

6. Pola sinyal PCG normal berdasarkan frekuensi cuplik 8KHz, 44100Hz,

48KHz, dengan Mother Wavelet Symlet 2, Symlet 5, Symlet 7, Daubechies 2, Daubechies 5, Daubechies 7, Coiflet 2, Coiflet 5, Biorthogonal 2.8,

Biorthogonal 3.9, Biorthogonal 6.8 dapat digunakan sebagai referensi untuk

(75)

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah dibuat, agar didapat hasil pengolahan energi

yang lebih akurat maka dibutuhkan metode denoising yang lebih baik

(76)

Abbas, K., Rasha, B. 2009. Phonocardiography Signal Processing. Morgan & calypool publisher.

Alfatwa, Dean Fathony. 2009. Watermarking pada Citra Digital Menggunakan Discrete Wavelet Transform. Bandung : Institute Teknologi Bandung. Ardinaraya, K., 2014, Heart Sounds Analysis for PCG Signal in Under

Bio-Orthogonal Wavelets Compared to Other Wavelets, International Journal of Engineering and Technology Research, Vol. 3, Issues 30, October-2014, Mylavaram, India.

Anonim. 2015. Bagaimana Cara Kerja Jantung Pada Tubuh Manusia? http://sehatjantungku.com/bagaimana-cara-kerja-jantung-pada-tubuh-manusia/bagaimana-cara-kerja-jantung-normal/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2015.

Burrus, S., Gopinath, A., Guo, H. 1998. Introduction to Wavelets and Wavelets Transform A Primer. New Jersey: Prentice-Hall.

Devi, A. 2013.Performance Analysis of DWT at Different Level for Extraction of PCG Signal. IEEE International Conference on Microelectronics. Communication and Renewable Energy (ICMiCR). India.

Donoho, D. L. 1995. Denoising by soft-thresholding. IEEE Trans. Inform. Theory 41(3): 613-627.

Donoho, D. L. and I. M. Johnstone .1994.Ideal spatial adaptation via wavelet shrinkage. Biometrika 81(3): 425-455.

Donoho, D. L. and I. M. Johnstone . 1998.Minimax estimation via wavelet shrinkage. Annals of statistics: 879-921.

Donoho, D. L. and J. M. Johnstone 1994.Ideal spatial adaptation by wavelet shrinkage. Biometrika 81(3): 425.

Ergen, B. 2012.Signal and Image Denoising Using Wavelet Transform. Firat University. Turkey

Gambar

Gambar 3.2  Flowchart Proses Penelitian Sinyal Suara Jantung.
Gambar 3.3  Flowchart Proses Penelitian Sinyal Suara Jantung (Lanjutan Gambar
Gambar 3.4 Dekomposisi 15 Tingkat Dengan Frekuensi Cuplik 48 Khz.
Gambar 3.5 Dekomposisi 15 Tingkat Dengan Frekuensi Cuplik 44,1khz.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Input jaringan syaraf tiruan ini berasal dari ekstraksi ciri suara jantung yang telah dilakukan menggunakan metode Dekorlet serta menggunakan metode Transformasi Wavelet

Dari grafik dapat dilihat bahwa untuk query citra asli dapat diperoleh tingkat kesuksesan rata-rata 100%, pada distorsi jenis blur diperoleh tingkat kesuksesan rata-rata

Setelah dilakukan ekstrasi ciri isyarat vokal dengan menggunakan metode Discrete Wavelet Transform (DWT) level 3 secara realtime maka diperoleh rata-rata

Dari hasil Tabel 4.4 dan Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa Biorthogonal 3.9 memiliki rata-rata normalisasi energi dekomposisi yang paling tinggi yaitu 1 dengan

Pengujian sistem sendiri meliputi beberapa sekema seperti penggunaan tiga mother wavelet yaitu sym2, db2 dan coif1, selanjutnya memvariasikan level dekomposisi 1

Untuk itu dilakukan analisa suara jantung normal dengan menggunakan enam buah data suara jantung normal yang berbeda, dengan metode Discrete Wavelet Transform (DWT)

Dari grafik dapat dilihat bahwa untuk query citra asli dapat diperoleh tingkat kesuksesan rata-rata 100%, pada distorsi jenis blur diperoleh tingkat kesuksesan rata-rata 99.22%,

Kemudian pada tahap ketiga yaitu tahap ekstraksi ciri, citra bakteri hasil cropping akan melalui proses dekomposisi dengan menghitung energi aproksimasi, energi