• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA BUDAYA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA BUDAYA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA BUDAYA KELAS XI IPS

DI SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

EKA FIHAYATI

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014. Rumusan dalam penelitian ini bagaimanakah pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya. Jenis penelitian ini deskriptif menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 144 siswa, sampel yang diambil 29 siswa sebagai responden dalam penelitian ini.

(2)
(3)

ANALISIS PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA BUDAYA KELAS XI IPS

DI SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(SKRIPSI)

Oleh:

EKA FIHAYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eka Fihayati, dilahirkan di Waygalih pada tanggal 11 Maret 1992. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sodikin dan Ibu Rubisah. Penulis tumbuh dan dibesarkan dengan rasa kasih sayang oleh kedua orang tua.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah:

1. TK Dharma Wanita Waygalih yang diselesaikan pada tahun 1998 2. SD Negeri III Waygalih yang diselesaikan pada tahun 2004

3. SMP Negeri 24 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007 4. SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan PKn Jurusan IPS FKIP Unila melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Negeri Tinggi).

(8)

Perundang-undangan DPM-FKIP (tahun 2012/2013). Di tahun yang sama, penulis pernah tercatat sebagai Wakil Sekretaris umum pada Forum pendidikan Kewarganegaraan (FORDIKA) FKIP-Unila.

Di organisasi ekstra kampus, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat KIP Unila Cabang Bandar Lampung dan menjabat sebagai Kabid Keperempuanan untuk periode 2012/2013. Selama berorganisasi di HMI, penulis telah mengikuti LK 1 (Basic Training), LKK (Latihan Khusus Kohati), TFT (Training For Training) dan LK 2 (Intermediete Training).

Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jakarta-Badung-Yogyakarta pada tanggal 22-28 Januari 2012. Penulis juga telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Liwa selama tiga bulan, terhitung sejak bulan Juli sampai September 2013.

Penulis,

(9)

MOTO

Lebih baik tersesat dijalan yang benar, daripada terarah

dijalan yang salah.

(Eka Fihayati)

(10)

MOTO

Lebih baik tersesat dijalan yang benar, daripada terarah

dijalan yang salah.

(Eka Fihayati)

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang mendalam atas rahmat Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Esa, ku selesaikan karya ini sebagai

tanda bakti dan cinta ku kepada:

Ayahandaku Sodikin yang telah memberikan do’a dan dukungan

dalam setiap langkah yang kutempuh. Untuk Ibu Rubisah tercinta

yang karena, kesabaran dan pengorbanannya dalam mendidik,

membesarkan, dan selalu mendo’akanku disetiap sujudnya untuk

keberhasilanku.

Adikku tersayang Teguh Rachmad Syam Nurdin, terimakasih karena

telah memberikan dukungan dan warna di setiap hari-hariku.

(12)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP

HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA BUDAYA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembimbing I sekaligus pembimbing akademik dan Bapak M.Mona Adha, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(13)

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd., selaku ketua program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sekaligus Pembahas I, terima kasih atas saran, kritik dan masukan dalam skripsi ini.

7. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd., selaku Pembahas II terima kasih atas saran, kritik dan masukan dalam skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak Drs. Dudung Abdullah selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sidomulyo, terima kasih atas izin penelitian.

10.Bapak Haryanto dan guru-guru SMA Negeri 1 Sidomulyo, terima kasih atas bimbingan selama penelitian.

11.Terima kasih untuk siswa SMA Negeri 1 Sidomulyo yang telah bersedia mengisi angket penelitian skripsi ini.

(14)

doa, motivasi. Terima kasih juga untuk adikku tersayang Teguh Rachmad Syam Nurdin.

13.Keluarga besarku terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

14.Terima kasih untuk Adi Setiadi atas dukungan dan semangatmu.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Hikmah Fito’ah, Evi Andespa, Desi Rahayu, Feni Lestari, dan kakak terbaik Ino Kisno (Sukisno) dan Barnes A. Firman terimakasih untuk semangat dan banyaknya warna yang kalian torehkan, semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada untuk selamanya. 16.Teman-teman PPKn angkatan 2010 Wagiyah, Rohimin, Melvi Arsita, dan

semua teman-teman PPKn tanpa terkecuali yang tak dapat disebutkan satu persatu terima kasih untuk kekompakan dalam suka maupun duka dan juga atas pengalaman-pengalaman terbaik dalam kehidupan ini.

17.Teman-teman seperjuangan KKN Pekon Way Empulau Ulu dan PPL SMAN 1 Liwa Tahun 2013 Akbar, Ana, Desi, Destya, Dina, Dini, Dito, Dwi, Novel, Risa, Yuwanti, Zairi terima kasih atas kebersamaan, perjuangan, dan pengalaman selama tinggal bersama yang selalu menjadi kenangan manis disetiap waktunya, ingat pengalaman-pengalaman kita menjelajahi keindahan Kabupaten Lampung Barat.

(15)

19.Kakak tingkat serta Adik tingkat PPKn 2008-2013 terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawa sehingga membuat hari-hari menjadi indah.

20.Keluarga Besar HMI Komisariat KIP UNILA, Bang Ali, Bang Miftah, Bang Husni Yusuf, Bang Julianto, Bang Ikhwan, Yunda Dewi Eliya Sari, Yunda Siti Nurfitriana, serta semua Kanda, Yunda dan Adinda yang telah berbagi banyak ilmu dan pengalaman.

21.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

(17)

e. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 19

3. Tinjauan Tentang Siswa ... 21

4. Tinjauan Tentag Hubungan Sosial ... 22

a. Ciri-ciri Hubungan Sosial ... 23

b. Bentuk-bentuk Hubungan Sosial ... 24

c. Faktor Internal Terjadinya Hubungan Sosial ... 27

d. Faktor Ekternal Terjadinya Hubungan Sosial ... 27

e. Faktor Pendorong Terjadinya Hubungan Sosial ... 28

f. Faktor Penghambat Terjadinya Hubungan Sosial ... 31

g. Dampak Hubungan Sosial ... 32

b. Karakteristik suku di Indonesia ... 40

c. Macam-macam Suku di Indonesia ... 41

D. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Operasional ... 49

1. Variabel Penelitian ... 49

2. Definisi Konseptual ... 50

3. Definisi Operasional ... 50

E. Rencana Pengukuran Variabel... 51

(18)

2. Penelitian Pendahuluan ... 58

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 59

4. Pelaksanaan Penilaian ... 59

a. Persiapan Administrasi ... 59

b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 59

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 60

a. Analisis Validitas Soal Angket ... 60

b. Analisis Uji Realibilitas Angket ... 60

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 65

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Sidomulyo ... 65

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Sidomulyo ... 66

C. Deskripsi Data ... 67

a. Pengumpulan Data ... 67

a. Penyajian Data ... 68

D. Pembahasan ... 78

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data jumlah siswa kelas XI IPS berdasarkan suku ... 4

2.1 Data Penyebaran suku-suku bangsa di Indonesia ... 42

3.1 Data jumlah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo berdasarkan suku ... 46

3.2 Tabel Alokasi Purposive Sampling ... 47

4.1 Distribusi Skor Hasil Uji Coba Angket Dari Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Ganjil (X) ... 60

4.2 Distribusi Skor Hasil Uji Coba Angket Dari Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Genap (Y) ... 61

4.3 Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) Dari Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Responden Orang Di Luar Sampel ... 62

4.6 Distribusi Frekuensi dari Indikator Pemahaman Siswa ... 69

4.9 Distribusi Frekuensi dari Indikator Sikap Siswa ... 73

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Rencana Judul Kaji Tindak... 1

2. Surat Keterangan Pembantu Dekan I ... 2

3. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 3

4. Lembar Pengesahan Seminar Proposal ... 4

5. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembahas 1 ... 5

6. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembahas 2 ... 6

7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Seminar Proposal ... 7

8. Surat Izin Penelitian ... 8

9. Surat Balasan dari SMA Negeri 1 Sidomulyo ... 9

10. Kisi-Kisi Angket ... 10

11. Angket Penelitian ... 11

12. Distribusi Skor Angket Dari Indikator Pemahaman Siswa ... 16

13. Distribusi Skor Hasil Angket Dari Indikator Pemahaman Siswa ... 17

14. Distribusi Skor Angket Dari Indikator Sikap Siswa ... 18

15. Distribusi Skor Hasil Angket Dari Indikator Sikap Siswa ... 19

16. Distribusi Skor Angket Dari Indikator Hubungan Sosial ... 20

17. Distribusi Skor Hasil Angket Dari Indikator Hubungan Sosial ... 21

18. Lembar Pengesahan Seminar Hasil ... 22

19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Seminar Hasil ... 23

20. Kartu Perbaikan Seminar Hasil Pembahas 1 ... 24

21. Kartu Konsultasi Pembimbing I ... 25

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki masyarakat multikultur. Kehidupan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari keberanekaragamam suku, etnis, bahasa, agama, budaya, dan adat istiadat. Keanekaragaman tersebut menjadikan masyarakat Indonesia harus memperhatikan nilai-nilai toleransi dan sikap saling menghargai antar manusia.

Nilai-nilai toleransi itu akan tumbuh dan berkembang ketika seseorang melakukan proses sosial berupa komunikasi sosial ataupun hubungan sosial. Dalam melakukan hubungan sosial, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, agar komunikasi yang terjalin itu dapat bermakna positif, komunikasi yang kita lakukan dalam berhubungan sosial harus memberikan respon positif. Ketika kita berkomunikasi dalam ruang lingkup budaya kita sendiri setidaknya kita tahu bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku dalam berhubungan sosial, tapi ketika kita dihadapkan dalam lingkungan antar budaya, maka kita harus lebih berhati-hati dalam bersikap agar tidak menimbulkan respon negatif kepada komunikan kita.

(23)

2

Menurut Larry. A (2010:488) “setiap dan masing-masing orang membutuhkan penghargaan, martabat, dan merasa dihargai”. Selain menghargai orang lain,

kita juga perlu menghargai perbedaan budaya. Sikap inilah yang harus dijunjung tinggi dalam rangka menciptakan masyarakat yang harmonis dalam berhubungan sosial.

Perbedaan antar suku merupakan salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Dalam esensinya, perbedaan ini tentunya akan menimbulkan sebuah karakteristik kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi ketika kita menilik realita, banyak sekali dinamika-dinamika yang terjadi di masyarakat terkait dengan perbedaan dalam hal kesukuan ini. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak jarang menimbulkan banyak polemik didalam kehidupan masyarakat, ketika ego kesukuan ditonjolkan (etnosentrisme) maka akan menimbulkan gesekan-gesekan konflik dalam bermasyarakat. Etnosentrisme merupakan cenderung memandang rendah orang-orang yang dianggap asing, menurut Samovar (2010:214) “etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya yang lain”. Pemahaman mengenai adanya perbedaan dalam hal kesukuan menjadi sangat penting untuk dipelajari agar tidak menimbulkan gejolak dalam diri masyarakat untuk saling menjatuhkan suku lainya dan mengangungkan sukunya sendiri.

(24)

3

dipengaruhi oleh faktor kesukuan, masih banyak dari mereka yang memilih teman bermain hanya yang sama sukunya dengan mereka, sehingga hubungan sosial antar suku kurang harmonis. Hal ini tentu akan berdampak pada perkembangan hubungan sosial yang terjalin diantara siswa-siswa yang berbeda suku sehingga tak jarang akan menimbulkan rasa etnosentrisme yang berlebihan pada masing-masing siswa terkait dengan hubungan sosial diantara teman-teman sebaya di lingkungan sekolah. Untuk itu diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat menanamkan pemahaman kepada mereka bahwa perbedaan yang terjadi diantara mereka terkait dengan kesukuan tidak lantas menjadikan mereka itu berbeda-beda dalam berhubungan sosial dengan teman sebaya di lingkungan sekolah. Hal ini menunjukan bahwa masalah kesukuan adalah masalah yang besar bagi bangsa Indonesia yang jumlah suku bangsanya besar.

Pada pola interaksi dan hubungan sosial tak jarang kita lihat disintegrasi dalam interaksi sosial, hal ini dapat dilihat pada pola interaksi dan hubungan sosial pada siswa yang memiliki pemahaman yang berbeda tentang hubungan sosial antar suku, hal serupa dapat kita jumpai pada anak-anak SMA yang lebih cenderung memilih kawan sepermainan dengan suku yang sama, hal tersebut tentu akan menimbulkan dampak negatif pada perkembangan pola interaksi dan hubungan sosial di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

(25)

4

Table 1.1 Jumlah siswa kelas XI IPS berdasarkan suku

No Suku Kelas XI IPS Jumlah

XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3 XI IPS 4

1 Bali 3 3 5 2 13

2 Banten 1 3 4

3 Batak 3 2 5

4 Jawa 13 12 13 15 53

5 Lampung 9 8 8 13 36

6 Padang 3 4 7

7 Palembang 4 14 4 22

8 Sunda 5 3 3 11

Jumlah Siswa Kelas XI IPS 144

Sumber: Hasil olah data dengan guru bidang studi PPKn kelas XI IPS

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat kita lihat bahwa ada dominasi-dominasi yang terlihat pada perbedaan dan beranekaragaman suku yang ada pada kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo. Suku Jawa mendominasi hampir 36% dari jumlah siswa yang ada di kelas XI IPS, Suku Lampung sebanyak 26%, Suku Palembang 15%, Suku Bali 9 %, dan 14% ditempati oleh suku lainnya (Suku Banten, Batak, Bali, Padang dan Sunda).

(26)

5

Pasca terjadinya konflik antar suku tersebut, proses belajar mengajar pun diliburkan untuk beberapa hari, pihak sekolah berharap agar beberapa siswa yang mengalami kerugian berupa kerusakan rumah atau lain sebagainya dapat memperbaiki ataupun menenangkan diri akibat konflik tersebut. Pihak sekolah pun sudah berupaya melakukan pembinaan kepada siswa SMA Negeri 1 Sidomulyo agar para siswa tidak terjebak kedalam pengaruh konflik tersebut. Pihak sekolah berupaya memberikan pengarahan agar dampak konflik tersebut tidak berimbas pada hubungan sosial yang kurang harmonis di lingkungan sekolah, terutama antara siswa yang bersuku Lampung dan Bali.

Menurut Setiadi (2006: 145) “Masalah suku bangsa dan kesatuan nasional di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu negara yang multietnik memerlukan suatu kebudayaan nasional untuk menginfestasikan peranan identitas nasional dan solidaritas nasional diantara warganegara”. Solidaritas ini bisa berwujud dalam kehidupan yang harmonis dan toleransi dalam kehidupan sosial antar suku di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Lingkungan sekolah juga merupakan wahana belajar pertama bagi seorang siswa dimana ia akan mulai bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda etnik maupun agama dan bahasa sebelum nanti akan terjun kedalam dunia yang lebih luas yaitu masyarakat.

(27)

6

untuk para siswa bahwa perdamaian pun sudah dilakukan sehingga sangat diharapkan ketika kembali di lingkungan sekolah, keadaan pertemanan, proses interaksi, dan hubungan sosial antar suku dapat berjalan harmonis.

Sekolah juga perlu berupaya menciptakan kondisi belajar yang berbasis multikultur. Hal ini sangat penting dilakukan sebab menurut Widiyanto (2011:125) “Salah satu pembelajaran yang saat ini perlu dimunculkan adalah pembelajaran berbasis multikultural, yaitu sebuah tawaran model pendidikan yang mengusung ideologi yang memahami, menghormati, dan menghargai harkat dan martabat manusia (secara ekonomi, sosial, budaya, etnis, bahasa, keyakinan, atau agama, dan negara)”. Pendidikan multikultur juga dapat membantu siswa dalam memahami perbedaan mengenai pandangan tentang perbedaan budaya dan juga menjadikan bangga akan warisan budaya yang dia miliki. Selain para siswa, guru juga perlu memiliki kompetensi secara budaya sehingga dapat membuka pikiran dan pelajaran yang diberikan kepada siswanya, menjamin kalau perbedaan tidak dianggap sebagai sebuah ancaman. Pendidikan multikultural sebagai strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para siswa sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas.

(28)

7

Siswa juga perlu diberi pemahaman secara berkelanjutan agar sikap mereka dalam berhubungan sosial dengan teman di lingkungan sekolah maupun masyarakat dapat lebih harmonis dan terjaga. Untuk itu penelitian ini dinilai penting karena untuk melihat sebagaimana pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman sebagian mayoritas suku Jawa yang mengangkap orang bersuku Lampung adalah orang kasar dalam berkata-kata.

2. Sikap siswa yang sering membeda-bedakan teman bermain berdasarkan suku.

3. Suku minoritas dalam suatu komunitas sering dikucilkan sehingga timbul rasa malu pada siswa yang bersuku minoritas.

(29)

8

C. Pembatas Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut penelitian ini membatasi pada pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014 agar dalam kegiatan hubungan sosialnya tidak terjadi disintegrasi antar suku maupun etnis, dan juga mereka dapat hidup saling rukun dan toleransi terhadap keragaman suku budaya di negara kita.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatas masalah diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ada, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis:

(30)

9

b. Sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian tentang Pemahaman dan Sikap Siswa Terhadap Hubungan Sosial Siswa Berbeda Budaya Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014 secara teoritis mengembangkan khasanah pendidikan nilai moral dan Pancasila karena gejala yang muncul adalah masih adanya kesenjangan sosial yang muncul akbibat perbedaan antar suku salam berhubungan sosial tentang kehidupan yang rukun dan toleransi antar suku dalam masyarakat yang majemuk dan multikultur.

b. Kegunaan Praktis

1. Bagi Siswa

Menambah informasi dan pemahaman siswa tentang kehidupan rukun antar suku di lingkungan sekolah maupun masyarakat, sehingga dapat bersikap toleransi dan hidup rukun berdampingan. 2. Bagi Guru

(31)

10

3. Bagi Sekolah

Agar sekolah dapat menciptakan lingkungan yang toleransi, harmonis, dan rukun dalam berhubungan sosial siswa berbeda budaya baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan guru.

F. Ruang Lingkup

1) Ruang Ilmu

Penelitian ini termasuk kedalam ruang lingkup Ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan kewarganegaraan yang berkaitan dengan pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya.

2) Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan siswa berbeda budaya kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sidomulyo tahun pelajaran 2013/2014.

3) Ruang Lingkup Subjek

(32)

11

4) Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Sidomulyo, Desa Seloretno, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

5) Ruang Lingkup Waktu

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Pemahaman

Manusia sebagai mahluk yang berpengetahuan dituntut agar tahu dan paham terhadap fenomena yang dipelajarinya. Pemahaman ini sangat diperlukan agar dalam proses belajar dan mencari ilmu pengetahuan, manusia dapat mengambil manfaat dari apa yang ia pelajari dan selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pengertian pemahaman menurut Sadiman dalam Abidin (2011:1) adalah “suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya”. Sedangkan pemahaman menurut Oemar Hamalik dalam Suryani (2011:14) menyebutkan bahwa pemahaman adalah “kemampuan untuk menguasai yang tampak pada keahlian dari suatu bentuk kebentuk lainnya, menafsirkan, dan memperkirakan”.

(34)

13

pemahaman bukan hanya terletak pada kemampuan kognitif saja, melainkan juga terlihat pada kemampuan afektif dan psikomotorik seseorang. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Frank J. Bruno dalam Suryani (2011:13) menjelaskan bahwa “pemahaman adalah proses persepsi yang terjadi secara tiba-tiba tentang keterkaitan yang terjadi dalam keseluruhan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu usaha yang nampak dari kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat melalui aktualisasi diri dengan ucapan, tulisan, dan tindakan dalam proses belajar. Seseorang dikatakan paham jika ia mampu melakukan kembali apa yang telah ia lihat, apa yang telah ia dengar, dan apa yang telah ia baca. Pemahaman juga terletak pada aktualisasi diri, bukan sekedar apa yang ada di pikiran saja.

a. Jenis Pemahaman

Polya dalam Abidin (2011:5) membedakan empat jenis pemahaman yaitu: 1. Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan

sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana.

2. Pemahaman induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa.

3. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu.

(35)

14

2. Pengertian Sikap

Manusia dalam kehidupan sehari-hari sering kali merespon sebuah ungkapan ataupun tindakan yang dilakukan oleh lawan kita dalam berinteraksi. Respon kita juga banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi dimasa lampau maupun apa yang kita harapkan terjadi dimasa depan, dan fenomena inilah yang sering disebut sebagai fenomena sikap. Trow dalam Djaali (2008:114) mendefinisikan “sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek. Sikap itu muncul sebagai akibat dari adanya interaksi sosial yang terjadi baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok”. Menurut tokoh yang bernama Masrl dalam Elmuarok (2008:45) “sikap adalah kesediaan yang diarahkan untuk menilai dan menanggapi sesuatu”. Penilaian dan tanggapan terhadap objek tersebut dapat berupa nilai positif maupun negatif sehingga dapat memengaruhi lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis yang ada disekelilingnya.

(36)

15

diperoleh dari hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif, dan sikap tersebut dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku dan tutur kata dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

a. Ciri-Ciri Sikap

Adapun ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto dalam Azwar (2009:86) adalah sebagai berikut sebagai berikut:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembanganya dalam hubunganya dengan objeknya.

2. Sikap dapat berubah-ubah.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mampunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap itu pada dasarnya dapat berubah-ubah karena merupakan sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir, sikap juga sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang ada disekitarnya termasuk masa lalu dan masa yang diharapkan kedatanganya, sehingga pada umumnya sikap sering kali diidentifikasikan dengan motivasi yang diharapkan oleh seseorang.

Tokoh lain bernama Gerungan (2004:35) juga menyebutkan ciri-ciri sikap, yaitu sebagai berikut:

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir.

2. Sikap selalu berhubungan dengan objek.

3. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. 4. Sikap mengandung perasaan atau motivasi.

(37)

16

Ahmadi dalam Gerungan (2004:38) menyebutkan tentang ciri-ciri sifat, yaitu:

1. Sikap itu dipelajari.

2. Memiliki kestabilan, sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman. 3. Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain,

barang atau situasi.

4. Berisi kognisi dan afeksi, komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap unfavorable, mereka akan menghidarinya.

b. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2009: 24) jika ditinjau dari strukturnya, sikap memiliki komponen-komponen yang saling menunjang antara yang satu dengan yang lainya yaitu:

1. Komponen kognitif, berkaitan dengan representasi yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

2. Komponen afektif, berkaitan dengan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

3. Komponen konatif, berkaitan dengan kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilikinya.

(38)

17

dia bisa, maka pemikiranya akan berubah menyukai pelajaran PPKn dan tidak lagi menganggapnya sebagai pelajaran yang sulit.

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Secord dan Bacman dalam Elmubarok (2008:46), yang membagi sikap menjadi tiga komponen sebagai berikut:

a. Komponen kognitif adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan, pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap.

b. Komponen afektif adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap.

c. Komponen konatif adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

c. Fungsi Sikap

Adapun fungsi sikap menurut Davidoff dalam Elmobarok (2008:50) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi pertahanan ego yang menunjukan keinginan individu untuk menghindari diri serta melindungi diri dari hal-hal yang mengancam egonya.

3. Fungsi pernyataan nilai, menunjukan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep diri.

4. Fungsi pengetahuan menunjukan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahu.

(39)

18

1. Fungsi instrumental, fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat 2. Fungsi pertahanan ego

3. Fungsi pernyataan nilai 4. Fungsi pengetahuan

Selanjutnya Ahmadi (2009:164) merumuskan fungsi sikap menjadi empat golongan, yaitu:

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah lalu.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. 4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam berinteraksi sosial, seseorang dapat merasa netral, suka ataupun tidak suka dalam hal-hal tertentu, sehingga akan melahirkan sikap yang harus disesuaikan dengan lingkungan. Sikap seseorang akan mengatur dan mempengaruhi tingkah laku yang akan direaksikan dalam sebuah tindakan yang dapat mengatur seseorang dalam menentukan pengalaman hidupnya sehingga membentuk suatu kepribadian.

d. Tingkatan Sikap

Adapun tingkatan sikap menurut Azwar (2009:95) adalah sebagai berikut:

1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

(40)

19

3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dan dapat menerima keputusan yang diambil (kecenderungan untuk bertindak).

4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingakatan yang terjadi dalam sebuah sikap tentunya berawal dari rangsangan yang diterima oleh seseorang sehingga menimbulkan sebuah respon untuk selanjutnya ditindak lanjuti dalam sebuah tindakan yang nantinya akan dipertanggung jawabkan resiko yang akan diterima baik positif maupun negatif dari sikap yang diambil.

e. Pembentukan dan Perubahan Sikap

(41)

20

Menurut M. Sherif dalam Suryani (2011:18) “perubahan sikap dapat berlangsung dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia, juga berlangsung melalui komunikasi dimana terdapat pengaruh atau hubungan langsung dari satu pihak saja”.

Adapun cara-cara yang digunakan dalam pembentukan dan perubahan sikap menurut Sarwono dalam Suryani (2011:18) adalah sebagai berikut:

1. Adaptasi, kejadian atau peristiwa yang berulang-ulang, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

2. Diferensiasi, dengan berkembanganya intelegensi dan bertambahnya pengalaman maka hal-hal yang terjadi dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

3. Intelegensi, pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap dimulai dengan suatu hal tertentu.

4. Trauma, merupakan pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan dan pengalaman, traumatis ini dapat pula menyebabkan terbentuknya sikap.

(42)

21

3. Tinjauan Tentang Siswa

Menurut Elmubarok (2008:78) “siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri”. Sedangkan menurut Djalli (2008:92) “siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional”. Sekolah sebagai salah satu tempat penyelenggaraan proses pendidikan sangat diharapkan agar dapat memebentuk kualitas siswa yang dididiknya sehingga dapat menghasilkan insan yang berkualitas.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Shafique Ali dalam Sunarto (2006:86) menyatakan bahwa “siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh dan mempelajari beberapa tipe-tipe pendidikan”. Sebagai suatu komponen pendidikan, menurut Sunarto (2006: 88) siswa juga dapat ditinjau melalui berbagai pendekatan, antara lain :

1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.

2. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah.

(43)

22

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah salah satu komponen pendidikan yang merupakan salah satu anggota masyarakat berusia 6-18 tahun, sedang menjalani proses pendidikan guna mengembangkan potensi diri untuk dikembangkan dalam kehidupan masyarakat. Dalam dunia pendidikan, siswa menjadi sasaran dan objek pendidikan. Para siswa dibina dan dididik oleh para guru agar mampu menjadi manusia yang berkualitas dari segi akademik maupun non akademik.

4. Tinjauan Tentang Hubungan Sosial

(44)

23

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial adalah hubungan yang terjadi di masyarakat, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang menyangkut interaksi dan timbal balik dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Interaksi tersebut timbul apabila ada kontak sosial dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Dalam hubungan sosial ada akan ada reaksi emosi atau perasaan yang muncul saat berkomunikasi. Emosi tersebut dapat berupa kasih sayang, gotong-royong, tolong-menolong, hingga pemahaman terhadap perasaan orang lain.

a. Ciri-ciri Hubungan Sosial

Hubungan sosial atau yang disebut interaksi sosial merupakan upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup. Tidak semua upaya manusia merupakan hubungan sosial. Oleh karena itu, hubungan sosial memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

1. Adanya kontak sosial dan komunikasi.

2. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dan ada reaksi dari pihak lain. 3. Bersifat timbal balik, positif, dan berkesinambungan.

4. Adanya penyesuaian norma dan bentuk-bentuk interaksi sosial.

(45)

24

a. Adanya hubungan timbal balik atau saling interaksi.

b. Dilakukan antara manusia dalam bentuk individu dan kelompok. c. Berlangsung ditengah-tengah masyarakat.

d. Ada tujuan tertentu (yaitu memenuhi kebutuhan hidup).

Anwar dalam Kurnia (2010: 179) juga menyebutkan ciri-ciri hubungan sosial, yaitu sebagai berikut:

1. Ada pelaku lebih dari satu orang.

2. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.

3. Ada komunikasi antar pelaku dengan memakai simbol-simbol dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa isyarat.

4. Ada dimensi waktu (masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

b. Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial

Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antarkelompok, ataupun antara individu dengan kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat tiga pola proses hubungan sosial, yaitu sebagai berikut:

1. Hubungan antara individu dan individu

(46)

25

2. Hubungan antara individu dan kelompok

Hubungan ini dapat dilihat dari contoh berikut, seorang juru kampanye dari salah satu partai politik sedang berpidato di depan orang banyak sehingga orang orang tersebut akan tertarik dan terpengaruh pada isi pidato tersebut.

3. Hubungan antara kelompok dan kelompok

Hubungan ini menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kelompok lain. Contohnya, satu regu pramuka yang sedang melakukan permainan antartim. Walaupun, setiap pemain memainkan perannya masing-masing, pada dasarnya mereka bermain untuk tim. Adapun bentuk-bentuk hubungan sosial menurut Kurnia (2010:181) adalah sebagai berikut:

a) Hubungan antarpribadi. b) Kelompok sosial.

c) Gemeinschaft dan gessellschaft.

d) Hubungan kelembagaan atau lembaga sosial. e) Hubungan ketetanggaan.

f) Hubungan kelas dan kelas sosial. g) Hubungan gender.

Ari Hananto juga mengklasifikasikan bentuk-bentuk hubungan sosial berdasarkan sifatnya, yaitu sebagai berikut:

1. Kerjasama, yaitu bentuk hubungan sosial dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Asimilasi, yaitu perpadua dua kebudayaan yang saling harmonis. 3. Akomodasi, yaitu bentuk hubungan sosial yang menunjukkan suatu

(47)

26

4. Akulturasi, yaitu suatu perpaduan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan suatu kebudayaan baru tanpa menghilangkan kepribadia kebudayaan lamanya.

5. Persaingan, yaitu bentuk hubungan sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam rangka mencapain keuntunga pribadi atau golongan.

6. Pertentangan, yaitu bentuk hubungan sosial dimana setiap ndividu atau kelompok berusaha mencapai tujuanya dengan jalan kekerasan.

Menurut Sriyadi dalam Hananto (2009:29) bentuk-bentuk hubungan sosial berdasarkan kepentinganya dalam masyarakat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Hubungan Antar Status

Yaitu hubungan sosal antar individu pada seluruh organisasi resmi atau formal. Organisasi formal yang dimaksud berbentuk seperti: perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, dan sebagainya.

b. Hubungan Kekeluargaan

Yaitu hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarga atau kerabat. Contoh hubungan kekeluargaan yaitu hubungan antara anak dengan ayah dan ibunya, adik dan kakaknya, keponakan dengan paman, dan sebagainya.

c. Hubungan Persahabatan

(48)

27

c. Faktor Internal Terjadinya Hubungan Sosial

Menurut Wardiyatmoko (2009:115) Faktor dari dalam diri seseorang yang mendorong terjadinya hubungan sosial adalah sebagai berikut:

1. Keinginan untuk meneruskan atau mengembangkan keturunan dengan melalui perkawinan antara dua orang yang berlainan jenis saling tertarik dan berinteraksi.

2. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. 3. Keinginan untuk mempertahankan hidup terutama menghadapi

serangan dariapapun.

4. Keinginan untuk melakukan komunikasi dengan sesama.

d. Faktor Eksternal Terjadinya Hubungan Sosial

Faktor dari luar yang mendorong terjadinya hubungan sebagai berikut: a. Simpati

Simpati adalah suatu sikap tertarik kepada orang lain karena sesuatu hal. Ketertarikan tersebut karena penampilannya, kebijaksanaan, ataupun pola pikirnya. Simpati menjadi dorongan yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan interaksi sosial sehingga terjadi pertukaran atau nilai pendapat. Contohnya, ketika kita mengetahui teman kita bersedih maka kita ikut merasakan kesedihannya, ketika saudara kita yang berada di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam mendapat bencana alam seperti gempa bumi atau tsunami maka kita pun ikut merasakan penderitaan dan berusaha membantu mereka. b. Motivasi

(49)

28

karena rasionalitas, seperti motif ekonomis, motif popularitas, atau politik. Contohnya, dengan diberikan tugas dari guru maka murid akan termotivasi untuk selalu rajin belajar setiap hari.

c. Empati

Empati merupakan proses psikis, yaitu rasa haru atau iba sebagai akibat tersentuh perasaannya dengan objek yang ada di hadapannya. d. Sugesti

Sugesti adalah kepercayaan yang sangat mendalam dari seseorang kepada orang lain atau sesuatu. Pengaruh sugesti ini muncul tiba-tiba dan tanpa adanya pemikiran untuk mempertimbangkan terlebih dahulu.

e. Imitasi

Imitasi adalah tindakan seseorang meniru sikap, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan Contohnya meniru mode rambut artis idolanya.

f. Identitas

Identitas adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Contohnya, pakaian seragam yang harus dikenakan murid di suatu sekolah pada setiap harinya.

e. Faktor Pendorong Terjadinya Hubungan Sosial

(50)

29

1. Faktor sosial

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, setiap mausia selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya, dalam interaksi tersebut akan ada rasa saling membutuhkan, mamperhatikan, menemani, dan perhatian terhadap kepentingan bersama antar sesama manusia.

2. Faktor ekonomi

Dalam kehidupan ini, setiap manusia akan dihadapkan pada masalah ekonomi. Masalah itu muncul karena manusia membutuhkan kebutuhan untuk memenuhi hidupnya, seperti membeli pakaian, makanan, alat-alat kebutuhan kerja ataupun sekolah. Hal ini menunjukan bahwa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, seseorang malakukan hubungan sosial dengan orang lain.

3. Faktor pendidikan

(51)

30

Adapun faktor pendorong terjadinya hubungan sosial menurut Wardiyatmoko (2009:186) adalah sebagai berikut:

a. Hasrat untuk saling bekerjasama sebagai upaya mempertahankan hidup.

b. Adanya hubungan kekeluargaan. c. Adanya hubungan kerja atau profesi. d. Kesamaan asal (daerah) dan tempat tinggal. e. Kesamaan ideologi, kepercayaan, dan agama.

f. Kesamaan kepentingan dan hasrat untuk saling bekerja sama.

Faktor-faktor tersebut mendorong terjadinya hubungan sosial agar dapat memberikan sebuah perubahan yang lebih bermakna di lingkungan masyarakat. Adanya hasrat untuk saling bekerjasama sebagai upaya mempertahankan hidup merupakan faktor pendorong terjadinya hubungan sosial, sebab upaya-upaya yang di lakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang akan menimbulkan sebuah hubungan dalam masyarakat. Hal serupa juga terlihat pada hubungan kekeluargaan, hubungan kerja, kesamaan daerah, ideologi, maupun agama dapat menjadi faktor penyebab terjadinya hubungan sosial.

Hananto (2009:24) juga menyebutkan faktor pendorong terjadinya hubungan sosial, yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi geografis yang mendukung. 2. Hasrat untuk mempertahankan diri. 3. Hasrat atau keinginan untuk berjuang. 4. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup. 5. Hasrat untuk hidup bersama.

6. Hasrat untuk mewujudkan hari esok lebih baik. 7. Rasa simpati dan hasrat tolong-menolong.

(52)

31

lihat pada kehidupan di pedesaan yang dekat dengan alam. dengan kondisi geografis yang baik, masyarakat berupaya untuk hidup bersama agar kehidupan di masa dating akan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

f. Faktor Penghambat Terjadinya Hubungan Sosial

Adapun faktor-faktor penghambat hubungan sosial menurut Kurnia (2010:182) adalah sebagai berikut:

a. Hambatan sosiologis

Hambatan sosiologis berkaitan dengan perbedaan status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya.

b. Hambatan antropologis

Hambatan antropologis berhubungan dengan perbedaan ras atau suku bangsa. Seseorang atau sekelompok orang dalam suatu ras atau suku tertentu sering kali tidak berhasil menjalin hubungan sosial dengan ras atau suku lain. Hal ini disebabkan antara lain karena mereka tidak atau belum berusaha untuk mengenal kebudayaan, norma kehidupan, kebiasaan, dan bahasa dari ras atau suku lain.

c. Hambatan psikologis

Kondisi psikologis berkaitan dengan proses-proses kejiwaan atau mental, baik normal maupun abnormal yang memengaruhi pada prilaku.

d. Hambatan ekologis

Hambatan ekologis berarti terjadi gangguan lingkungan terhadap keberlangsungan suatu hubungan sosial.

(53)

32

Hananto (2009:25) juga menyebutkan faktor-faktor penghambat hubungan sosial, yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi geografis yang kurang mendukung. 2. Terjadinya bencana alam.

3. Adanya perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan. 4. Adanya perbedaan paham.

a. Dampak Hubungan Sosial

Adapun dampak-dampak yang ditimbulkan dari adanya hubungan sosial menurut Wardiyatmoko (2009: 98) adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah proses sosialisasi 2. Penyebaran atau perembesan budaya 3. Terjadinya akulturasi

4. Terjadinya asimilasi

5. Mendorong inovasi dan perubahan 6. Menciptakan konflik

Proses sosialisasi adalah proses belajar masyarakat untuk mengenal dan menghayati sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya hubungan sosial maka budaya-budaya atau teknologi akan tersebar dan mengalami perluasan sehingga merembes dari satu pihak ke pihak lain, hal ini sering disebut juga sebagai difusi kebudayaan.

(54)

33

dalam masyarakat berkaitan dengan proses sosial dengan latar belakang kebudayaan yang sama. Dengan adanya asimilasi, maka hubungan sosial dalam masyarakat akan mengalami perkembangan. Inovasi adalah proses pembaharuan yang berbeda dengan hal yang sudah ada. Dengan adanya hubungan sosial, maka pembaharuan dan inovasi pun akan mengalami kemajuan dalam masyarakat yang bersangkutan.

Hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat menimbulkan konflik. Contohnya masyarakat tradisional akan merasa terganggu apabila ada masyarakat modern yang berbeda paham, gaya hidup, ideologi, status dan peranan sosialnya.

Menurut Hananto (2009:34) hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat menimbulkan dua dampak, yaitu:

a. Dampak positif hubungan sosial dalam masyarakat

1. Mengembangkan sikap solidaritas dan saling menghormati antara anggota masyarakat.

2. Menimbulkan rasa aman dan saling terlindungi dari berbagai ancaman.

3. Terpenuhi atau tercukupi kebutuhan hidup keluarga, baik kebutuhan material, maupun imaterial.

4. Membangkitkan semangat gotong royong atau kebersamaan.

b. Dampak positif hubungan sosial dalam masyarakat

1. Muncul sikap fanatisme pribadi atau golongan yang berlebihan sehingga akan memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat.

(55)

34

3. Muncul pertentangan antar anggota masyarakat

5. Tinjauan Tentang Budaya a. Pengertian Budaya

Menurut Richar dalam Samovar (2010:55) budaya merupakan “sekumpulan elemen subjektif dan objektif yang dibuat manusia yang di masa lampau telah meningkatkan kemungkinan untuk bertahan hidup”. Sedangkan menurut Prasetya (2004:28) budaya adalah “daya dari budi yang berupa cipta, kasta, dan ras”. Budaya ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial yang berperan sebagai pembuat dan pelaksana dari kebudayaan yang mereka jalani.

(56)

35

terlihat maupun yang tidak terlihat, yang dapat dipahami dengan logika maupun yang tidak dapat dipahami dengan logika juga merupakan hasil dari kebudayaan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang terwujud dalam kehidupan manusia seperti pada bahasa, adat istiadat, sistem kepercayaan, dan lain sebagainya. Budaya juga dapat dipahami sebagai bentuk manifestasi karya manusia yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat wujudnya.

b. Unsur-Unsur Kebudayaan

Menurut Malinowski dalam Soelaeman (2007:23) kebudayaan mempunyai tujuh unsur universal, yaitu:

1. Bahasa

2. Sistem teknologi

3. Sistem mata pencaharian 4. Organisasi sosial

5. Sistem pengetahuan 6. Religi

7. Kesenian

Prasetya (2004:30) juga menyebutkan unsur-unsur kebudayaan, antara lain:

1) Peralatan dan perlengakapan hidupan manusia 2) Sistem mata pencaharia dan sisitem ekonomi 3) Bahasa sebagai media komunikasi

4) Ilmu pengetahuan 5) Kesenian

(57)

36

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat kita ketahui bahwa kebudayaan memiliki unsur-unsur yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari yang menyangkut tentang kehidupan manusia baik dari segi ekonomi, religi, alat komunikasi, ilmu pengetahuan, maupun kesenian.

c. Karakteristik Budaya

Menurut Edwin R dalam Samavor (2010:32) ada beberapa karakteristik budaya, yaitu:

1) Budaya itu dipelajari 2) Budaya itu dibagikan

3) Budaya itu diturunkan dari generasi ke generasi 4) Budaya itu didasarkan pada simbol

5) Budaya itu dimanis

6) Budaya itu sistem yang terintergrasi

Budaya juga sebagai salah satu ilmu sehingga dapat dipelajari dan dibagikan dari generasi ke generasi berikutnya. Perkembangan budaya juga dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan manusia, sebab ia bukan merupakan sesuatu yang bersifat statis melainkan dinamis dan fleksibel, sehingga perubahan budaya sering terjadi pada kehidupan manusia.

Herkovits dalam Soelaeman (2007:20) menyebutkan beberapa karakteristik budaya, yaitu:

1. Budaya dapat dipelajari.

(58)

37

3. Budaya mempunyai struktur.

4. Budaya dapat dipecah-pecah ke dalam beberapa apsek. 5. Budaya bersifat dimanis.

6. Budaya mempunyai variabel.

7. Budaya merupakan alat bagi seseorang.

d. Komunikasi Antar Budaya

Menurut Liliweri (2007:8) “komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan”. Komunikasi antar budaya dimulai dengan adanya anggapan yang menyatakan bahwa ada perbedaan mengenai prinsip antara komunikasi dengan komunikator, dengan adanya perbedaan tersebut, maka terjadilah sebuah bentuk komunikasi yang terjadi antar budaya. Alo dalam Liliweri (2007: 9) menyebutkan bahwa “komunikasi antar budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya”.

(59)

38

masing-masing karakteristik budayanya. Sedangkan menurut Gua Ming dalam Liliweri (2007:11) “komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran simbolik yang membimbing prilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terbentuk atas dasar perbedaan latar belakang budaya melalui simbol-simbol tertulis maupun tidak tertulis. Komunikasi antar budaya ini juga berupaya memberikan makna yang sama terhadap indivivu-individu yang berbeda budaya. Salah satu fungsi komunikasi antar budaya yaitu untuk mengetahui identitas seseorang berdasarkan perbedaan budaya dan juga untuk menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi maupun kelompok dengan tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang ada terkait dengan identitas budaya.

(60)

39

dalam melakukan interaksi dan hubungan sosial dengan mereka yang berbeda budaya. Menurut Liliweri (2007:67) “macam-macam pendekatan yang dapat digunakan dalam komunikasi antar budaya, yaitu: pendekatan psikologi sosial, pendekatan kritis, pendekatan dialektikal, pendekatan dialog kultur, dan pendekatan kritik budaya”. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat membantu kita dalam mempelajari komunikasi antar budaya sehingga dalam interaksi dan hubungan sosial dapat berjalan denga harmonis dan saling memahami antar perbedaan yang ada, khususnya perbedaan budaya sehingga tujuan komunikasi antar budaya (komunikasi yang sukses) akan tercapai dengan efektif.

6. Tinjauan Tentang Suku

a. Pengertian Suku

(61)

40

sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa”. Hassan Shadily dalam Widiyanto (2011:23) juga mendefinisikan suku yaitu “segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suku adalah kelompok sosial yang memiliki kesamaan dalam hal bahasa, adat istiadat, dan kepercayaan. Aggota-anggota dalam suatu suku tertentu seringkali memiliki kesamaan dalam banyak hal, seperti: kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai yang dipakai, adat-istiadat, juga tradisi yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari

b. Karakteristik Suku di Indonesia

Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh faktor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. Menurut Asadi (201:86) Perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini:

a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.

b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan lain-lain.

c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian.

(62)

41

e. Kekerabatan, misalnya patrilineal (sistem keturunan menurut garis ayah) dan matrilineal (sistem keturunan menurut garis ibu).

f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

Karakteristik tersebut menjadikan suku di Indonesia mempunyai ciri khas masing-masing yang menjadikanya unik dan beranekaragam.

c. Macam-Macam Suku di Indonesia

Widiyanto (2011:74) menyebutkan bahwa “Indonesia merupakan

suatu negara dengan jumlah suku bangsa yang banyak, hal ini

dapat dilihat pada ensiklopedia suku bangsa di Indonesia yang

mencapai 486 suku bangsa”. Besar kecilnya suku bangsa yang ada

di Indonesia tidak merata. Suku bangsa yang jumlah anggotanya

cukup besar, antara lain suku bangsa Jawa, Sunda, Madura,

Melayu, Bugis, Makasar, Minangkabau, Bali, dan Batak. Biasanya

suatu suku bangsa tinggal di wilayah tertentu dalam suatu provinsi

di negara kita. Namun tidak selalu demikian. Orang Jawa, orang

Batak, orang Bugis, dan orang Minang misalnya, banyak yang

merantau ke wilayah lain, dan persebaranya tidak merata. Di

provinsi Lampung sering kita temui suku asli maupun suku

pendatang yang hidup di Bumi Ruwai Jurai. Suku bangsa yang

beranekaragam ini memberikan warna dalam kehidupan

masyarakat Indonesia yang multikultur dan multietnik. Lebih rinci

suku-suku bangsa dan penyebarannya di 33 provinsi Indonesia

(63)

42

Tabel 2.1 Penyebaran suku-suku bangsa di Indonesia No Provinsi Suku Bangsa

1 NAD (Nanggroe Aceh Darussalam)

Aceh, Gayo, Tamiang, Simeuleu, Singkil, Kluet, Alas, Aneuk Jamee

2. Sumatera Utara Batak, Nias, Asahan, Melayu, Dairi

3 Sumatera Barat Mentawai, Minangkabau, Akit, Kuala, Kubu, Talang Mamak

4 Sumatera Selatan Ameng Sewang, Musi Banyuasin, Musi Sekayu, Ogan, Enim, Kayu Agung, Kikim, Komering, Lahat, Lematang, Lintang, Kisam, Palembang, Padamaran, Pegagan, Rambang Senuling, Lom, Mapur, Meranjat, Musi, Ranau, Rawas, Saling, Sekak, Semendo

5 Riau Melayu, Anak Dalam, Riau

6 Kepulauan Riau Laut, Lingga, Sakai, Melayu

7 Jambi Jambi, Kerinci, Melayu

8 Bengkulu Bengkulu, Rejang, Enggano, Lebong

9 Bangka Belitung Melayu, Mapur

10 Lampung Lampung, Pasemah

11 Banten Sunda, Badui

12 DKI Jakarta Betawi

13 Jawa Barat Sunda

14 Jawa Tengah Jawa, Samin

15 Jawa Timur Jawa, Madura, Tengger, Bawean, Osing

16 DI Yogjakarta Jawa

17 Kalimantan Barat Melayu, Dayak, Babak, Badat, Barai, Bangau, Bukat, Entungau, Galik, Gun, Iban, Jangkang, Kalis, Kantuk, Kayan, Kayanan, Kede, Kendayan, Keramai, Klemantan, Pontianak, Pos, Punti, Randuk, Ribun, Sambas, Cempedek, Dalam, Darat, Darok, Desa, Kopak, Koyon, Lara, Senunang, Sisang, Sintang, Suhaid, Sungkung, Limbai, Maloh, Mayau, Mentebak, Menyangka, Sanggau,

18 Kalimantan Tengah

Melayu, Dayak, Kapuas, Ot Danum, Ngaju, Lawangan, Dusun, Maanyan, dan Katingan

19 Kalimantan Selatan Melayu, Banjar, Ngaju, Laut, Maamyan, Bukit, Dusun, Deyah, Balangan, Aba, Dayak

20 Kalimantan Timur Melayu, Kutai, Auheng, Abai, Baka, Bakung, Basap, Benuaq, Berau, Bem, Pasir, Penihing,

(64)

43

Lanjutan tabel 2.1

21 Sulawesi Utara Minahasa, Bantik, Bintauna, Bolaang Itang, Bolaang Mongondaw, Bolaang Uki, Borgo, Kaidipang, Mongondow, Polahi, Ponosakan, Ratahan, Sangir, Talaurd, Tombulu, Tonsawang, Tonsea, Tonteboran,Toulour

22 Sulawesi Tengah Tomini, Toli-Toli, Bada, Bajau, Balaesang, Balantak, Banggai, Bungku, Buol, Dampelas, Dondo, Kahumamahon, Kailli, Muna, Tomia, Wakotobi, Wawonii, Kulawi

23 Sulawesi Tenggara Mapute, Mekongga, Landawe, Tolaiwiw, Tolaki, Kabaina, Butung, Muna, Bungku, Buton, Muna, Wolio

24 Sulawesi Selatan Mandar, Bugis, Toraja, Sa’dan, Makassar

25 Sulawesi Barat Mandar, Mamuju, Bugis, Mamasa

26 Gorontalo Gorontalo

27 Bali Bali, Bali Aga Lamaholot, Sikka, Manggarai, Krowe, Ende, Bajawa, Nage, Riung, Flores

30 Maluku Ambon, Tobelo, Buru, Banda, Seram, Kei

31 Maluku Utara Halmahera, Obi, Morotai, Ternate, Bacan, Tidore

32 Papua Barat Mey Brat, Arfak, Asmat, Dani, Sentani, Biak, fak-Fak

33 Papua Sentani, Dani, Amungme, Nimboran, Jagai, Asmat, dan Tobati

Sumber: Wikipedia (2013:7)

(65)

44

pendatang seperti suku bali, suku banten, suku batak, suku jawa, padang, Palembang, sunda, dan lain sebagainya.

B. Kerangka Pikir Penelitian

Dalam penelitian ini akan dipaparkan mengenai pemahaman dan sikap siswa terhadap hubungan sosial siswa berbeda budaya, dan lebih di fokuskan pada perbedaan suku. Setelah dilakukanya penguraian terhadap pengertian dan konsep yang akan diteliti, maka kerangka pikir ini memuat pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Jika kita lihat kehidupan hubungan sosial antar suku pada tingkat anak sekolah masih banyak yang belum dapat memahami dan mengerti hakikat berbedaan untuk selalu hidup rukun dan berdampingan walaupun berbeda suku, sehingga tak jarang sering kita jumpai dalam lingkungan sekolah terutama pada saat memilih teman bermain, siswa-siswa cenderung lebih suka memilih teman bermain hanya berdasarkan satu sukunya saja sehingga terjadi kesenjangan dalam berkomunikasi antar suku.

(66)

45

Pemahaman siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo terhadap hubungan sosial antar suku (X1):

a. Saling Menghargai b. Kerjasama c. Toleransi

Hubungan sosial siswa berbeda budaya kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo (Y): Dapat hidup gotong royong, rukun dan harmonis

Sikap siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo terhadap hubungan sosial antar suku (X2):

(67)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis kenyataan berdasarkan fakta yang tampak atau terjadi. Berdasarkan tingkat eksplanasinya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009:35). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian dsekriptif sebenarnya tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis. Teknik pengambilan sampel adalah

nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(68)

47

Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS 1 37 orang

2 XI IPS 2 35 orang

3 XI IPS 3 35 orang

4 XI IPS 4 37 orang

Jumlah 144 orang

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Sidomulyo

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo berjumlah 144 Siswa, yang tersebar di 4 kelas, yaitu kelas XI IPS 1 berjumlah 37 Siswa, kelas XI IPS 2 berjumlah 35 Siswa, kelas XI IPS 3 berjumlah 35 Siswa, dan kelas XI IPS 4 berjumlah 37 Siswa.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010: 289) sampel ialah bagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini untuk menghitung besarnya sampel dari populasi dihitung berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2010:198) yang menyatakan bahwa: “untuk ancer-ancer, jika subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi, dan jika subjeknya lebih dari 100 maka diambil 10-15% atau 20-25% ataupun lebih”.

(69)

48

populasi sebesar 144, maka jumlah sampel yang diambil yaitu 20% dari 144 adalah 29 siswa.

C. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sample dengan menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009:85) teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Untuk memperjelas jumlah sampel, maka perlu dilakukan alokasi proposional dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah sampel tiap kelas = Jumlahsiswatiapkelas lasi

Jumlahpopu el Jumlahsamp

Tabel 3.2 Alokasi Purposive Sampling

No Suku Perhitungan Jumlah Sampel

(70)

49

Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat dilihat jumlah sampel sebanyak siswa yang tersebar berdasarkan suku, yaitu:

1. Suku Bali sebanyak 3 orang 2. Suku Banten sebanyak 1 orang 3. Suku Batak sebanyak 1 orang 4. Suku Jawa sebanyak 9 orang 5. Suku Lampung sebanyak 7 orang 6. Suku Padang sebanyak 2 orang 7. Suku Palembang sebanyak 4 orang 8. Suku Sunda sebanyak 2 orang

D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 96), variabel penelitian adalah “objek penelitian atau apa yang menjadi penelitian”. Variabel

penelitian juga merupakan segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan, penelitian, atau gejala-gejala ang diteliti.

Berpedoman dari pendapat Suharsimi Arikuntu, maka variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Bebas yaitu pemahaman (XI) dan sikap siswa (X2)

b. Variabel Terikat yaitu hubungan sosial siswa berbeda budaya (Y)

Gambar

Tabel
Table 1.1 Jumlah siswa kelas XI IPS berdasarkan suku
Tabel 3.1.  Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sidomulyo
Tabel 3.2  Alokasi Purposive Sampling

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Kegiatan Non Fisik Pada Kantor Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya

Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, penulis membuat program aplikasi seperti program Pascal 7.0 untuk membantu menyelesaikan persamaan linier dengan menggunakan 2

L.3.5 PROSES ADSORPSI GLISEROL DENGAN KARBON AKTIF.

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternative yang harus dipilih .Dalam penggambilan

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut. Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian

Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang.. mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus

I am working on to implement Web Feature Service (WFS) version 2.0 to our IMS products but I could not find test data for WFS version 2.0?. And there is no any compliant that taken