Catatan Pagi:
‘Nggak’ Perlu Malu Belajar Pada Siapa Pun!
'Bangsa Barat' -- yang sering kita olok-olok sebagai komunitas sekuler -- meraih kemajuan tinggi karena mereka KONSISTEN dalam menegakkan hukum, tanpa pandang bulu. Mereka sangat konsisten, sehingga indeks korupsi di kalangan mereka selalu kecil. Padahal hukum yang berlaku di negeri-negeri itu tidak selalu bagus, adil, dan mulia.
Orang-orang Barat diberi kecukupan ekonomi, kesejahteraan, fasilitas hidup, kemajuan sains dan teknologi, dan lain lain, bukan karena KUALITAS HUKUM yang mereka anut. Tetapi karena sikap KONSISTEN mereka dalam menegakkan hukum itu sendiri.
Seburuk-buruk hukum yang dijalankan Jengis Khan, kalau diterapkan secara KONSISTEN, membuat mereka bisa merajai Asia di masanya. Bahkan mereka bisa menghancur-luluhkan peradaban kaum Muslimin yang telah pudar dan penuh kemerosotan di Baghdad ketika itu.
Lalu, mari kita lihat kondisi bangsa Indonesia ini!
Di negeri ini tidak sedikit orang pintar, tidak sedikit ilmuwan, ahli hukum, pakar birokrasi, dan sebagainya. Tetapi mereka tidak memiliki KOMITMEN untuk menegakkan hukum sama sekali; apalagi jika aturan hukum itu akan memakan hak-hak pribadi, keluarga, dan kelompoknya.
Kenapa kita masih 'malu' untuk mengakui kelemahan kita? Seharusnya, dengan Islam yang kita miliki, kita menjadi bangsa yang lebih cerdas dalam menaati hukum yang kita sepakati, apalagi terhadap 'syari'at' Allah yang kita yakini kebenarannya.
Nah, pertanyaannya sekarang: “Sudahkah kita menjadi komunitas taat-hukum?”
Ibda’ bi nafsik!