DAFTAR PUSTAKA A. Buku – Buku
Basri, Hasnil, 2002, Hukum Pengangkutan, Medan, Kelompok Studi Hukum
Fakultas Hukum USU
Fajar, Mukti dan Yulianto Achnmad, 2004, Dualisme Penelitian Hukum Normatif
dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Lestari, Ningrum, 2004, Usaha Perjalanan Wisata dalam Perspektif Hukum
Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bisnis
Marzuki,Peter, 2010, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana
Muhammad, Abdulkadir ,2007, Arti Penting dan Strategi Multimoda
Pengangkutan Niaga di Indonesia, Perspektif Hukum Bisnis di Era Globalisasi, Yogyakarta, Genta Press
Muhammad, Abdulkadir, 2002, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung, Citra
Aditya Bakti
Nasution, M.Nur, 2004, Manajemen Transportasi, Jakarta, Ghalia Indonesia
Purba, Hasim, 2005 Hukum Pengangkutan di Laut Perspektif Teori dan Praktek,
Medan, Pustaka Bangsa Press
Purba, Hasim, 2005, Hukum Pengangkutan Laut, Medan, Pustaka Bangsa Press
Purwusutjipto, HMN, 2010, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3
Hukum Pengangkutan, Jakarta, Djambatan
Tjakranegara, Soegijatna, 2003, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang,
Jakarta, Rineka Cipta
Nurbaiti, Siti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Jakarta,
Penerbit Universitas Trisakti
B. Undang – Undang
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 31 Tahun 2015
Tentang Tarif Dasar, Tarif Dasar Batas dan Tarif Dasar Batas Bawah
Angkutan Penumpang Antarkota Antarprovinsi kelas Ekonomi di Jalan
dengan Mobil Bus Umum
C. Internet
Masriadam.blogspot.co.id/2012/10/perlindungan-hukum-korban-kecelakaan.html?m=1., diakses pada 28 Mei 2016
http://ikhwanbukhari.blogspot.com/2012/12/makalah-dampak-kenaikan-harga-bahan.html, diakses pada 10 Mei 2016
wiboworizky.blogspot.co.id”dampak kenaikan harga BBM” diakses pada 31 Mei
2016
D. Wawancara
Hasil Wawancara dengan Halason Rajagukguk, selaku Sekretaris I dari KPUM
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PELAKSANAAN KPUM
A. Hak dan Kewajiban KPUM dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Angkutan Umum
Koperasi Pengangkutan Umum Medan adalah badan usaha yang bergerak
di bidang transportasi yang dengan ini menyediakan angkutan-angkutan umum
untuk menjalankan roda transportasi dengan tujuan untuk membantu kehidupan
bermasyarakat dan mensejahterakan kehidupan anggota-anggota nya.
Dalam menjalankan sistem roda transportasi, tentunya KPUM mempunyai
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan demi mewujudkan
kesejahteraan bersama. Perlu kita ketahui sebelumnya KPUM adalah singkatan
dari Koperasi Pengangkutan Umum Medan yang bergerak di bidang transportasi
darat, dengan menyediakan beberapa akomodasi seperti: armada pengangkutan,
rute trayek perjalanan yang hendak dituju, izin mengangkut terhadap pemerintah
serta izin rute yang hendak dilalui.
Hak dan Kewajiban KPUM sudah diatur di dalam Anggaran Dasar (AD)
dan Anggaran Rumah Tangga (ART) KPUM berdasarkan Badan Hukum No.
2381/B.H/III Tgl 10 Februari 1964 dengan perubahan sebagai berikut:28
- NOMOR 2381/B.H/III/12-67 Tanggal 28 Mei 1969
- NOMOR 2381.A/B.H/III Tanggal 8 Maret 1975
- NOMOR 2381.B/B.H/III Tanggal 14 Mei 1979
- NOMOR 2381.C/B.H/III Tanggal 1 Nop 1994
Pengaturan hak dan kewajiban KPUM dibuat jelas agar semua anggota
dapat mematuhi apa yang sudah tertulis dan diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga KPUM. Berikut adalah hak dan Kewajiban yang tertulis
yang dibuat oleh pihak KPUM dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga KPUM:
Pasal 12
(1) Pengurus bertugas untuk:
a. Memimpin organisasi dan perusahaan Koperasi.
b. Melakukan segala perbuatan hukum dan atas nama Koperasi.
c. Mewakili Koperasi di hadapan dan di luar pengadilan.
(2) a. Untuk kepentingan Koperasi mengangkat dan memberhentikan Manager
dan Pegawai lainnya.
b. Hal-hal yang bersangkutan dengan Manager diatur oleh Pengurus.
(3) Tugas tiap Anggota Pengurus ditetapkan dalam peraturan khusus yang
disahkan oleh rapat Pengurus.
Pasal 13
Anggota pengurus tidak menerima gaji, akan tetapi dapat diberikan uang jasa
menurut keputusan rapat anggota.
Pasal 14
(1) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya dalam Buku
(2) Pengurus harus segera mengadakan catatan pada waktunya tentang
dimulai dan berhentinya jabatan Pengurus.
(3) Pengurus harus berusaha agar Anggota mengetahui akibat pencatatan
dalam Buku Daftar Anggota.
(4) Setiap Anggota Pengurus harus memberi bantuan kepada Pejabat dan
Pemeriksa untuk melakukan tugasnya dan ia diwajibkan untuk
memberikan keterangan yang diperlukan dan memperlihatkan segala buku,
warkat persediaan barang, alat-alat perlengkapan dan uang koperasi yang
ada padanya.
(5) Tiap Anggota Pengurus harus berusaha agar pemeriksaan sebagai tersebut
dalam ayat 4 tidak diperhambat, baik sengaja atau tidak oleh Anggota
Pengurus atau oleh Pegawai.
Pasal 15
(1) Pengurus diwajibkan agar tiap kejadian dicatat sebagaimana mestinya.
(2) Pengurus wajib memberitahukan kepada Anggota tiap kejadian yang
mempengaruhi jalannya koperasi.
Pasal 16
(1) Pengurus wajib memberi laporan kepada Pejabat tentang keadaan serta
perkembangan organisasi dan usaha-usaha nya sekurang-kurang nya 3
bulan sekali.
(2) Pengurus diwajibkan berusaha agar segala laporan pemeriksaan Koperasi
(3) Pengurus diwajibkan supaya ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat Anggota
diketahui dan dimengerti oleh segenap Anggota.
(4) Pengurus diwajibkan unuk memelihara kerukunan di antara Anggota dan
mencegah segala hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan paham.
(5) Perselisihan yang timbul karena hanya kepentingan khusus Koperasi atau
dalam hubungan sebagai Anggota harus diselesaikan oleh Pengurus
dengan jalan damai tanpa memihak ke salah satu pihak.
(6) Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga Koperasi, Peraturan-Peraturan Khusus dan
Keputusan-Keputusan Rapat Anggota, terutama pelaksanaan Rapat
Anggota Tahunan.
Pasal 17
(1) Setiap Anggota Pengurus menanggung tehadap Koperasi yang diderita
Koperasi karena kelalaian dalam melaksanakan tugas kewajibannya
masing-masing.
(2) Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa
orang Anggota Pengurus, maka karena itu mereka bersama menanggung
kerugian tadi untuk keseleruhannya, akan tetapi seseorang anggota
pengurus bebas dari tanggungannya jika ia dapat membuktikan bahwa
kerugian tadi bukan karena kesalahannya serta ia telah berusaha dengan
Pasal 18
(1) Anggota Pengurus Koperasi ini tidak boleh menjadi Anggota Pengurus
Koperai lainnya yang sejenis kecuali untuk Koperasi Pusat atau Gabungan
atau Induknya.
(2) Anggota Pengurus Harian dari Koperasi tidak boleh merangkap Anggota
Pengurus Harian di Pusat, Gabungan atau Induknya.
Apabila pengangkut lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan yang
menjadi kewajibannya, sehingga menimbulkan kerugian bagi pengirim atau
penerima atau penumpang, maka ia bertanggung jawab membayar ganti rugi
seperti yang diatur dalam Pasal 1236 KUHpdt. Pengusaha pengangkutan
kendaraan bermotor umum bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita
oleh penumpang dan kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut,
kecuali bila ia dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya
atau buruhnya.29
B. Hak dan Kewajiban Supir Angkutan Umum sebagai Pengangkut
Kewajiban supir sebagai pengangkut
Dalam Undang-Undang 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Raya tidak ada pengaturan kewajiban dan hak mengenai pengangkutan
barang maupun penumpang. Karena itu diikuti ketentuan mengenai kewajiban dan
hak dalam Bab I s.d Bab IV buku III KUHPdt.
Akan tetapi sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu
harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang/pemilik
barang.
Dalam perjanjian pengangkutan darat, kewajiban pokok pengangkut adalah
sebagai berikut ini:30
1. Menyelenggarakan pengangkutan penumpang atau barang dari tempat
pemuatan sampai di tempat tujuan dengan selamat;
2. Merawat, menjaga, memelihara barang atau penumpang yang diangkut
sebaik-baiknya;
3. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan lengkap,
utuh, tidak rusak, atau tidak terlambat;
4. Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat tujuan/pemberhentian
sebaik-baiknya.
Kewajiban-kewajiban ini sesuai dengan ketentuan pasal 1235 KUHPdt.
Kewajiban pokok ini diimbangi dengan hak pengangkut atas biaya pengangkutan.
Apabila pengangkut lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan yang
menjadi kewajibannya, sehingga menimbulkan kerugian bagi penumpang, maka
ia bertanggung jawab membayar ganti kerugian seperti diatur dalam 1236
KUHPdt. Pengusaha pengangkutan kendaraan bermotor umum bertanggung
jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusakan barang
yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali bila ia dapat membuktikan bahwa
kerugian itu terjadi di luar kesalahannya atau buruhnya.
Pengangkut bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh
penumpang dalam jangka waktu pengangkutan, kecuali kalau pengangkut dapat
membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya dan buruhnya.
Pengangkut juga tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang
bawaan penumpang, kecuali juga terbukti bahwa kehilangan atau kerusakan
barang itu disebabkan oleh kesalahan pengangkut atau kelalaian pengangkut.
Barang penumpang harus dijaga oleh penumpang.
Dalam pengangkutan darat pada umumnya, pengangkut tidak bertanggung awab
terhadap kerugian yang timbul karena:
1. Keadaan memaksa (overmacht);
2. Cacat pada barang itu sendiri;
3. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur;
4. Keterlambatan tibanya barang di tempat tujuan karena keadaan memaksa
(pasal 92 KUHD). Dalam hal ini barang tidak rusak atau tidak musnah.
Dalam perjanjian pengangkutan, kewajiban pokok pengirim ialah
membayar biaya pengangkutan yang telah disepakati, sebagai imbalan haknya
atas penyelenggaraan pengangkutan barangnya oleh pengangkut.
Kewajiban pokok penumpang ialah membayar biaya pengangkutan sesuai
dengan tarif yang telah ditetapkan, sebagai imbalan haknya atas pengangkutan
sampai di tempat tujuan. Perbedaannya terletak pada akibat hukum jika kewajiban
itu tidak dipenuhi.
Tiap pengangkut dapat merumuskan syarat-syarat perjanjian secara tertulis
pengangkutan yang bersangkutan dapat meliputi butir-butir ketentuan yang
diuraikan berikut ini:
Syarat-syarat pokok
1. Apabila pada jam pemberangkatan mobil pengangkut rusak mendadak,
sehingga tidak dapat diperbaiki, maka pengangkutan dibatalkan dan biaya
pengangkutandikembalikan penuh, atau penumpang secepatnya diberitahu
untuk dipindahkan ke mobil lain yang sejenis.
2. Apabila pengangkutan memperoleh gangguan perjalanan di luar dugaan,
yang bukan kesalahan penumpang atau bukan kerusakan mobil, maka
biaya pengangkutan dikembalikan seluruhnya atau sebagian sesuai dengan
jenis gangguan tersebut.31
Menurut H.M.N Purwosutjipto, kewajiban dari pihak pengangkut adalah
sebagai berikut:32
1. Menyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan.
2. Menjaga keselematan orang (penumpang) dan/atau barang yang diangkutnya. Dengan demikina maka sejak pengangkut menguasai orang (penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggung jawab (Pasal 1235 KUHPerdata).
3. Kewajiban yang disebutkan dalam Pasal 470 KUHD yang meliputi: a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau
peranakbuahan alat pengangkutnya;
b. Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;
c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan yang diangkut.
4. Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
31Hasnil Basri, Op.Cit, hal. 24
Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi pengemudi
kendaraan bermotor umum, yaitu:
1. Mengangkut penumpang yang membayar sesuai dengan tarif yang
telah ditetapkan.
2. Memindahkan penumpang dalam perjalnan ke kendaraan lain yang
sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika
kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau atas perintah petugas.
3. Menggunakan jalur jalan yang telah ditentukan atau menggunakan
lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah.
4. Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau menurunkan
penumpang.
5. Menutup pintu selama kendaraan berjalan, dan;
6. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.
Disamping hal-hal diatas, KPUM pun membuat hal-hal yang menjadi
kewajiban para pengangkut, antara lain:33
1. Pengemudi MPU-KPUM wajib memiliki SIM Umum dan Kartu Tanda
Pengenal Pengemudi (KTPP).
2. Pengemudi wajib memeriksa kelengkapan surat-surat izin operasional
(STNK, STUK, KP) sebelum mengoperasikan kendaraan MPU-KPUM.
3. Pengemudi diharuskan untuk tidak memberikan kendaraan kepada orang
yang tidak bertanggung jawab (supir-supir liar).
Sehubungan dengan surat Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan
No.551.21/1237/DISHUB/XI/2015 tanggal 23 November 2015 perihal Angkutan
Kota Beroperasi tidak sesuai ketentuan, maka dengan itu diberitahukan kepada
para pengemudi untuk berkewajiban mematuhi hal hal berikut:
1. Agar kendaraan MPU-KPUM yang dimiliki oleh Pengemudi untuk
melengkapi identitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi:
- Cat Warna Kuning
- Nomor Kendaraan
- Nomor trayek
- Lambang Koperasi
- Sticker
- Tulisan KPUM/Angkutan Kota
2. Tidak menggunakan Kaca Film bagi Angkutan Umum dan apabila
pada kendaraan sudah terpasang, dihimbau untuk segera
melepaskannya.
3. Tidak menggunakan Bangku Tambahan/Bangku Tempel pada
Kendaraan MPU-KPUM.
Untuk peningkatan disiplin dalam tertib lalu lintas, KPUM mewajibkan
kepada seluruh Anggota/Pengemudi MPU-KPUM untuk:34
1. Menjalani Rute Trayek sesuai dengan Izin Trayek yang dimiliki.
34Berdasarkan Undang-Undang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tannga Koperasi
2. Melengkapi seluruh surat-surat operasional kendaraan dan bagi pengemudi
diwajibkan memiliki SIM Umum serta Kartu Tanda Pengenal Pengemudi
(KTTP).
3. Melengkapi atribut Armada MPU-KPUM, antara lain:
- No.Pintu / No.KPUM
- Sticker terbaru (Tahun 2015-2016)
- Logo Koperasi
Disamping hal-hal diatas, supir/pengendara angkutan umum juga
diwajibkan untuk memberikan iuran harian kepada pihak KPUM,antara lain
sebagai berikut:
- Jasa Organisasi Rp. 8.300,-
- Simpanan Wajib Biasa Rp. 400,-
- Simpanan Wajib Khusus Rp. 2.050,-
- Dana Khusus Rp. 250,-
- Dana Kesejahteraan Rp. 500,-
- Simpanan Supir Rp. 5.500,-
Rp. 17.000,-
Selain daripada itu, KPUM mewajibkan para supir angkutan umum untuk menjadi
anggota STM Pengemudi KPUM, dimana dengan membayar Iuran Rp. 2.000/hari,
anggota STM sudah mendapatkan manfaat sebagai berikut:35
1) Bila Anggota meninggal dunia akibat Kecelakaan/Tabrakan pada saat
mengemudikan Kendaraan MPU-KPUM akan diberikan Santunan sebesar
Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah).
2) Bila Anggota meninggal dunia secara wajar/sakit akan mendapat Santunan
sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah)
3) Bila Anggota rawat inap di Rumah Sakit atau Dukun Patah akibat
kecelakaan/tabrakan pada saat mengemudikan Kendaraan MPU-KPUM,
akan menerima Santunan sebagai berikut:
a. 3 – 30 (1 bulan) : Rp. 800.000
b. 3 – 60 (2 bulan) : Rp. 1.500.000
c. 3 – 90 (3 bulan) : Rp. 2.000.000
4) Bila Anggota Sakit dan Opname akan menerima Bantuan Perobatan
dengan perincian:
a. 3 – 30 (1 bulan) : Rp. 800.000
b. 3 – 60 (2 bulan) : Rp. 1.000.000
c. 3 – 90 (3 bulan) : Rp. 1.200.000
5) Bila Anggota Ditahan karena kecelakaan/tabrakan saat mengemudikan
Kendaraan MPU-KPUM akan menerima santunan sebagai berikut:
a. 3 – 30 hari (1 bulan) : Rp. 800.000
b. 3 – 60 hari (2 bulan) : Rp. 1.000.000
c. 3 – 90 hari (3 bulan) : Rp. 1.200.000
d. 3 – 120 hari (4 bulan) : Rp. 1.400.000
f. 3 – 180 hari (6 bulan) : Rp. 1.800.000
g. 3 – 210 hari (7 bulan) : Rp. 2.000.000
h. 3 – 240 hari (8 bulan) : Rp. 2.200.000
i. 3 – 270 hari (9 bulan) : Rp. 2.400.000
j. 3 – 300 hari (10 bulan) : Rp. 2.600.000
k. 3 – 330 hari (11 bulan) : Rp. 2.800.000
6) Supir kecelakaan/tabrakan saat mengemudikan MPU-KPUM
mengakibatkan jatuhnya korban dan diselesaikan secara damai (antara
supir dan si korban) akan mendapatkan santunan sebesar Rp.700.000,-
(tujuh ratus ribu rupiah)
7) Bila istri yang sah dari anggota meninggal dunia, akan menerima santunan
sebesar
Rp.1.700.000,- (satu juta tujuh ratus ribu rupiah)
8) Bila anak kandung yang belum berumah tangga dan masih menjadi
tanggungan meninggal dunia, akan menerima santunan sebesar
Rp.850.000,- (delapan ratus lima puluh ribu rupiah)
9) Bila istri anggota yang sakit dan opname sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
akan mendapatkan santunan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
10) Bila istri anggota yang sah melahirkan dengan normal tidak akan
mendapat santunan, kecuali operasi Caesar dan opname
sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari akan mendapatkan santunan sebesar Rp.500.000,-
11) Bila anak anggota yang sah sakit dan opname sekurang-kurangnya 3
(tiga) hari akan mendapa santunan sebesar Rp.150.000,- (seratus lima
puluh ribu)
12) Bila anggota melaksanakan pernikahan dan menyampaikan undangan
secara resmi, maka akan menerima sumbangan/bingkisan senilai
Rp.350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah)
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa supir angkutan diwajibkan untuk
membayar iuran ke KPUM dengan biaya Rp.19.000,- (Sembilan belas ribu
rupiah) per hari nya. Rp.17.000,- (tujuh belas ribu rupiah) untuk biaya iuran
harian, dan Rp.2000,- (dua ribu rupiah) untuk biaya iuran STM MPU-KPUM.
Selain kewajiban, terdapat juga hak-hak yang diberikan kepada
pengangkut. Hak-hak yang dimiliki oleh pengangkut, antara lain:
1. Pihak pengangkut berhak menerima biaya pengangkutan.
2. Pemberitahuan dari pengirim mengenai sifat, macam dan harga barang
yang akan diangkut, yang disebutkan dalam Pasal 469, 470 ayat (2), 479
ayat (1) KUHD.
3. Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang
yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut berdasarkan Pasal 478
ayat (1) KUHD.
Selain itu dalam UU No.22 tahun 2009 terdapat beberapa hak-hak dari pihak
pengangkut, yaitu:
1. Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkut
yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan (Pasal 195 ayat (1) UU
No.22 Tahun 2009)
2. Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas
barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan (Pasal
195 ayat (2) UU No.22 Tahun 2009)
3. Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara
lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika
pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban (Pasal 195 ayat (3)
UU No.22 Tahun 2009)
4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai
dengan batas waktu yang telah disepakati, perusahaan angkutan umum
berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu
dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 196 UU No. 22 tahun 2009).
Disamping hal itu, adapula hak-hak yang diberikan oleh pihak KPUM kepada
para anggota (supir angkutan umum) nya, antara lain:36
- Dengan membayar iuran harian ke pihak KPUM, supir/pengemudi
angkutan umum berhak untuk mengambil hasil simpanan pengemudi
setiap 6 bulan sekali.
- Dengan menjadi anggota STM MPU-KPUM dan membayar iuran wajib
sebesar Rp.2000,- (dua ribu rupiah) per hari, supir/pengemudi angkutan
umum berhak untuk:
a. Supir Angkutan Umum berhak mendapat Santunan sebesar Rp.
7.000.000,- (tujuh juta rupiah) apabila ada supir angkutan
umum meninggal dunia akibat kecelakaan/tabrakan pada saat
mengemudikan kendaraan MPU-KPUM.
b. Supir Angkutan Umum berhak untuk mendapatkan santunan
apabila supir angkutan umum meninggal dunia secara
wjar/sakit Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah)
c. Supir Angkutan Umum berhak untuk menerima santunan
sebagai berikut;
3 – 30 hari : Rp. 800.000,-
3 – 60 hari : Rp.1.500.000,-
3 – 90 hari : Rp.2.000.000,-
Apabila supir angkutan umum mengalami kecelakaan/tabrakan
pada saat mengemudikan kendaraan MPU-KPUM dan harus
menjalani rawat inap di Rumah Sakit/Dukun Patah.
d. Supir Angkutan Umum berhak menerima bantuan perobatan
sebagai berikut:
3 – 30 hari (1 bulan) : Rp. 800.000
3 – 60 hari (2 bulan) : Rp. 1.000.000
3 – 90 hari (3 bulan) : Rp. 1.200.000
Apabila Supir Angkutan Umum sakit/opname.
e. Supir Angkutan Umum berhak menerima santunan sebagai
3 – 30 hari (1 bulan) : Rp. 800.000
3 – 60 hari (2 bulan) : Rp. 1.000.000
3 – 90 hari (3 bulan) : Rp. 1.200.000
3 – 120 hari (4 bulan) : Rp. 1.400.000
3 – 150 hari (5 bulan) : Rp. 1.600.000
3 – 180 hari (6 bulan) : Rp. 1.800.000
3 – 210 hari (7 bulan) : Rp. 2.000.000
3 – 240 hari (8 bulan) : Rp. 2.200.000
3 – 270 hari (9 bulan) : Rp. 2.400.000
3 – 300 hari (10 bulan) : Rp. 2.600.000
3 – 330 hari (11 bulan) : Rp. 2.800.000
Apabila supir angkutan umum ditahan karena
kecelakaan/tabrakan saat mengemudikan kendaraan MPU-KPUM
f. Supir Angkutan Umum berhak mendapat santunan sebesar
Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah) apabila saat
mengemudikan angkutan MPU-KPUM supir mengalami
kecelakaan/tabrakan dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
g. Supir Angkutan Umum berhak menerima Rp.1.700.000,- (satu
juta tujuh ratus ribu rupiah) apabila istri sah dari supir tersebut
meninggal dunia.
h. Supir Angkutan Umum berhak menerima Rp.850.000,-
(delapan ratus lima puluh ribu rupiah) apabila anak kandung
i. Supir Angkutan Umu berhak menerima santunan sebesar
Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) apabila istri sah dari supir
angkutan umum sakit dan opname sekurang-kurangnya 3(tiga)
hari
j. Supir Angkutan Umum berhak untuk menerima bantuan
sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) apabila istri sah
dari supir angkutan melahirkan dengan Operasi Caesar, tetapi
tidak untuk persalinan normal.
k. Supir Angkutan Umum berhak menerima santunan sebesar
Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) apabila anak
sah dari supir angkutan tersebut sakit dan opname
sekurang-kurangnya 3 hari
l. Supir Angkutan Umum akan menerima sumbangan/bingkisan
sebesar Rp.350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) apabila
melaksanakan pernikahan dan menyampaikan undangannya
secara resmi.
Adapula pengaturan Hak dan Kewajiban Supir yang diatur didalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang tertulis di Bab V
Pasal 7. Di dalam Bab V Pasal 7 A.D dan A.R.T disebutkan Hak dan Kewajiban
Anggota. Anggota yang dimaksud adalah supir dari angkutan umum itu sendiri.
Supir Angkutan Umum disebut sebagai Anggota karena mereka adalah bagian
Hak dan Kewajiban yang terdapat dalam ADRT (Anggaran Dasar Rumah
Tangga) KPUM tersebut.
Pasal 7
(1) Keanggotaan Koperasi melekat pada diri Anggota sendiri dan tidak dapat
dipindahkan kepada orang lain dengan dalih apapun juga.
(2) Setiap Anggota harus tunuk pada ketentuan dalam Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Khusus dan Keputusan Rapat
Anggota.
(3) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi.
(4) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan dalam pelaksanaan
organisasi dan usaha Koperasi berdasarkan atas azas kekeluargaan.
(5) Menanggung kerugian apabila Koperasi mengalami kerugian atau
pembubaran sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar ini.
Pasal 8
Setiap Anggota Berhak:
a. Berbicara tentang hal-hal yang dirundingkan dalam Rapat Anggota.
b. Untuk memilih dan dipilih menjadi Pengurus dan Pengawas.
c. Untuk menelaah pembuktian Koperasi pada waktu kantor dibuka.
d. Untuk memberi saran-saran dan pendapat guna perbaikan Koperasi baik
dalam Rapat Anggota maupun di luar Rapat kepada Pengurus.
e. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan Anggaran Dasar.
g. Memperoleh pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) sesuai dengan simpanan
dan jasa usaha.
h. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi.
C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Penyelengaraan Angkutan Umum
Tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum terhadap penumpang
dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan yang telah
disepakati. Demikian juga halnya dengan tanggung jawab pemilik barang
(pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai diserahkannya
barang kepada pengirim atau penerima. Besarnya ganti kerugian adalah sebesar
kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak
ketiga. Kerugian secara nyata ini adalah ketentuan kontrak yang tidak boleh
dilanggar oleh pengangkut yang menguntungkannya. Karena ketentuan ini
bersifat memaksa (dwingen recht). Tidak termasuk dalam pengertian kerugian
yang secara nyata diderita, antara lain:
a) Keuntungan yang diharapkan akan diperoleh
b) Kekurangnyamanan akibat kondisi jalan atau jembatan yang dilalui
selama dalam perjalanan.
c) Biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.37
Pengemudi dan pemilik kendaraan bertangggung jawab terhadap
kendaraan berikut muatannya yang ditinggalkan dijalan. Ini dapat diartikan jika
muatan (penumpang dan barang) yang ditinggalkan di jalan itu menderita
37Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan di Laut Perspektif Teori dan Praktek, Pustaka
kerugian, pengemudi dan pemilik kendaraan wajib membayar ganti kerugian
bersama-sama (tanggung renteng).
Secara hukum, perusahaan pengangkutan umum tetap bertanggung jawab
membayar ganti kerugian karena pengemudi adalah karyawan perusahaan
pengangkutan umum. Akan tetapi, bukan berarti pengemudi dibebaskan begitu
saja dari tanggung jawab akibat kesalahan/kelalaiannya. Dalam hal ini,
pengemudi dapat membayar ganti kerugian langsung kepada penumpang atau
pemilik barang atau membayar kepada perusahaan pengangkutan umum untuk
dibayarkan kepada penumpang dan/atau pemilik barang yang dirugikan.
Pengangkut berwenang melalui pengemudi untuk menurunkan penumpang
dan/atau barang yang diangkut di tempat pemberhentian terdekat apabila ternyata
penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan
keselamatan pengangkutan. Pertimbangan yang digunakanuntuk dapat
menurunkan penumpang atau barang yang diangkut benar-benar harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan norma kepatutan, misalnya:38
a) Dalam hal melakukan keributanatau kejahatan dalam kendaraan
sehingga penumpang lain terganggu kenyamanannya atau terancam
keselamatannya walaupun telah diperingatkan secara patut;
b) Barang yang diangkut ternyata berbahaya, misalnya petasan, gas
beracun;
c) Barang yang diangkut dapat mengganggu kenyamanan penumpang
misalnya berbau busuk, berair, ataupun membuat penumpang
mabuk.
Perusahaan memiliki tanggung jawab sebagai berikut, dalam hal terjadi:
a) Kecelakaan
Tanggung jawab dan sistem tanggung jawabnya diatur dalam Pasal 192
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yaitu: perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat
penyelenggaraan angkutan. Kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak
dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang. Kerugian yang
menjadi tanggung jawab perusahaan angkutan umum adalah kerugian yang
nyata-nyata dialami atau bagian biaya pelayanan, tanggung jawab ini dimulai sejak
penumpang diangkut dan berakhir di tempat tujuan yang telah disepakati oleh
penumpang berdasarkan perjanjian pengangkutan antara penumpang dan
perusahaan pengangkutan. Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian
barang bawaan penumpang kecuali jika penumpang dapat membuktikan bahwa
kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengangkut.39
Empat hal tanggungjawab yang sekaligus diatur, yaitu:
1) Tanggung jawab perusahaan angkutan umum untuk mengganti kerugian.
2) Ganti kerugian tersebut diberikan kepada penumpang yang meninggal
dunia atau akibat luka-luka.
39Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Penerbit Universitas Trisakti,
3) Kerugian terjadi akibat penyelenggaraan angkutan.
4) Dikaitkan dengan teori prinsip tanggung jawab di bidang angkutan, maka
sistem tanggung jawab yang dianut adalah Presumption of Liability.hal ini
dapat diketahui dari kalimat ... “kecuali terbukti oleh suatu kejadian yang
tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang”.
Berdasarkan sistem tanggung jawab Presumption of Liability, perusahaan
angkutan umumlah yang harus membuktikan adanya kerugian yang
diderita penumpang, sehingga menyebabkan penumpang meninggal atau
luka.
Akan tetapi, dalam sistem ini, perusahaan angkutan umum dapat
membebaskan diri dari tanggung jawabnya untuk membayar ganti kerugian,
jika perusahaan angkutan dapat membuktikan salah satu dari suatu hal, yaitu:
1. Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari
atau overmacht atau force Majeure:
2. Karena kesalahan penumpang sendiri.40
b) Kehilangan, kerusakan, dan cacat pada barang
Tanggung jawab pengangkut terhadap pengirim barang. Tanggung jawab
dan sistem tanggung jawab perusahaan angkutan umum diatur dalam Pasal 193
ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu: perusahaan angkutan umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena musnahnya barang,
hilang atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa
musnah, hilang atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak
dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.
Batas jumlah ganti kerugian yang harus dibayarkan oleh perusahaan
angkutan kepada pengirim yang barangnya musnah, hilang, atau rusak, ditentukan
dalam pasal 193 ayat (2), yaitu dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata
dialami. Tanggung jawab perusahaan dimulai sejak barang diangkut sampai
barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakatinya.
Tanggung jawab pengangkut terhadap orang yang dipekerjakannya diatur
dalam Pasal 191 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, yaitu perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas
kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakannya
dalam kegiatan penyelenggaraan pengangkutan.
Ketentuan ini sama dengan ketentuan umum yang terdapat dalam Pasal
1367 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa
seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian disebabkan perbuatannya
sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang
menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di
bawah pengawasannya. Untuk angkutan jalan, maka yang diberlakukan adalah
Pasal 191, karena berlaku adagium lex specialis derogate lex generalis.
Baik ketentuan Pasal 191 maupun Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata,
menegaskan bahwa perusahaan angkutan umum perusahaan angkutan umum
bertanggung jawab secara perdata untuk memberikan ganti kerugian kepada
diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakannya dalam kegiatan
penyelenggaraan angkutan. Orang yang dipekerjakan disini adalah awak
kendaraan, seperti pengemudi, pengemudi cadangan, kondektur, dan pembantu
pengemudi.
Misalnya seseorang karena kelalaiannya menyebabkan penumpang
mengalami luka-luka, bahkan meninggal atau rusaknya barang-barang yang
diangkut, atau menyebabkan kerugian harta benda maupun jiwa pihak ketiga,
maka terhadap peristiwa tersebut, pengangkut bertanggung jawab secara perdata
atas tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh penumpang atau ahli warisnya atau
pengirim barang atau pihak ketiga. Sedangkan terhadap supir hanya dikenakan
tuntutan secara pidana karena menyebabkan luka atau meninggalnya seseorang.
Jadi supir tidak dapat dituntut secara perdata, karena secara tegas sudah diatur
dalam ketentuan umum Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata maupun ketentuan
khusus Pasal 191. Hal ini juga disebabkan karena sifat hubungan hukum antara
perusahaan pengangkutan umum dengan supirnya adalah bersifat perjanjian
perburuhan yang menimbulkan hubungan hukum atas dan bawah, tidak sejajar
dan bersifat perjanjian pemberian kuasa tanpa upah. Tanpa upah karena upahnya
dalam perjanjian perburuhan.
Akan tetapi ketentuan yang terdapat dalam Pasal 191 Undang-Undang
Nomor 22 tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dan Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata betentangan dengan ketentuan Pasal 234
ayat (1) yang menyebutkan: “Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau
penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian
pengemudi”.
Pihak ketiga dalam ayat ini adalah orang yang berada di luar kendaraan
bermotor, atau instansi yang bertanggung jawab di bidang jalan serta sarana dan
prasarana lalu intas dan angkutan jalan. Yang dimaksud dengan
“bertanggungjawab” dijelaskan dalam penjelasan Pasal 234 ayat 1 adalah
pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkat kesalahan akibat kelalaian.
Ketentuan ini berdasarkan Pasal 234 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22
tahun 2009 tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tidak
berlaku jika:
1) Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan pengemudi, keadaan memaksa termasuk keadaan yang secara teknis tidak mungkin dielakkan oleh pengemudi, seperti gerakan orang dan/atau hewan secara tiba-tiba.
2) Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga dan/atau; 3) Disebabkan oleh gerakan orang dan/atau hewan walaupun diambil
tindakan pencegahan.
Selanjutnya dalam pasal 235 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ditentukan:
1) Jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, pengemudi pemilik kendaraan bermotor, dan atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris dan korban berupaya biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tindak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
2) Jika terjadi cidera terhadap badan atau kesehatan korban akibat kecelakaan lalu intas sebagaimana dimaksud dalam pasal 229 ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Yang dimaksud dengan “membantu berupa biaya pengobatan” diatur
biaya yang diberikan kepada korban, termasuk pengobatan dan perawatan atas
dasar kemanusiaan (penjelasan pasal).
a. Kecelakaan lalu lintas ringan
b. Kecelakaan lalu lintas sedang
c. Kecelakaan lalu lintas berat
Pengemudi dalam Pasal 234 UU No. 22 Tahun 2009 tersebut dapat
mempunyai arti:
1) Pengemudi selaku supir pribadi, yitu orang yang dipekerjakan oleh
pemilik kendaraan;
2) Pengemudi selaku pemilik kendaraan motor pribadi;
3) Pengemudi selaku awak kendaraan yang dipekerjakan oleh
perusahaan angkutan umum.
Dalam ketentuan Pasal 229 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa kecelakaan lalu
lintas dapat digolongkan atas:
a) Kecelakaan lalu lintas ringan;
b) Kecelakaan lalu lintas sedang;
c) Kecelakaan lalu lintas berat.
Ketentuan pasal 229 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 disebutkan
bahwa kecelakaan lalu lintas ringan adalah kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan atau barang. Kecelakaan lalu
lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban luka
berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia
atau luka berat. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh kelalaian
pengguna jalan, kelalaian kendaraan, serta kelalaian jalan dan/atau
lingkungan.
Sebagai pelaksanaan Pasal 239 ayat (2) Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang mengatur bahwa Pemerintah membentuk perusahaan
asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yaitu pemerintah mempunyai PT. Jasa
Raharja (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tugas
dan fungsinya ada 2 (dua) yaitu:
1. Memberikan santunan atas kejadian kecelakaan pada korban
kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara, dan penumpang kendaraan
umum.
2. Menghimpun dana pajak kendaraan bermotor melalui Samsat yang
mana dana itu nantinya untuk membayar santunan.
Adapun cara memperoleh santunan adalah sebagi berikut:
a. Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat
b. Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan:
Laporan polisi tentang kecelakaan Lalu Lintas dari Unit
Laka Satlantas Polres setempat dan atau dari instansi
berwenang lainnya.
Keterangan kesehatan dari dokter / RSyang merawat.
Formulir pegajuan diberikan Jasa Raharja secara
cuma-cuma.
Untuk memperoleh dana santunan caranya adalah dengan mengisi formulir yang
disediakan secara cuma-cuma oleh PT. Asuransi kerugian Jasa Raharja (Persero),
yaiyu:
1. Formulir model K1 untuk kecelakaan ditabrak kendaraan bermotor dapat
diperoleh di Polres dan Kantor Jasa Raharja terdekat.
2. Formulir K2 untuk kecelakaan penumpamg umum dapat diperoleh di
Kepolisian/Perumka/Syahbandar laut/Bandar Udara dan Kantor Jasa
Raharja terdekat.
Dengan cara pengisian formulir sebagai berikut:
a. Keterangan identitas korban/ahli waris diisi oleh yang mengajukan dana
santunan.
b. Keterangan kecelakaan lalu lintas diisi dan disahkan oleh Kepolisian atau
pihak yang berwenang lainnya.
c. Keterangan kesehatan/keadaan korban diisi dan disahkan rumah
sakit/dokter yang merawat korban.
d. Apabila korban meninggal dunia, tentang keabsahan ahli waris diisi dan
disahkan oleh pamong praja/lurah/camat
Dalam hal korban meninggal dunia, maka santunan meninggal dunia diserahkan
langsung kepada ahli waris korban yang sah, adapun dimaksud ahli waris adalah:
2. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya yang
sah
3. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah dan anak-anaknya yang sah,
kepada Orang Tuanya yang sah
4. Dalam hal korban meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, kepada
yang menyelenggarakan penguburannya diberikan penggantian
biaya-biaya penguburan.41
Terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965
mengatur:
1. Korban yang berhak atas santunan yaitu setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan. 2. Jaminan Ganda. Kendaraan Bermotor Umum (bis) berada dalam kapal,
apabila kapal ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberian jaminan ganda.
3. Korban yang mayatnya tidak ditemukan. Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak ditemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.
b. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965
mengatur:
1. Korban yang Berhak atas Santunan, adalah pihak ketiga yaitu:
a) Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut, contoh: pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor. b) Setiap orang yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor
dan ditabrak, dimana pengemudi kendaraan bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan,
termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi.
2. Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor
a) Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian
dinyatakan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan, maka baik
pengemudi maupun penumpang kendaraan tersebut tidak
terjamin dalam UU Nomor 34/1964 Jo PP No. 18/1965.
b) Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak kepolisian
belum diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi
penyebab kecelakaan dan atau disamakan kedua pengemudinya
sama-sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, pada
prinsipnya sesuai dengan ketentuan UU No 34/1964 jo PP No.
18/1965 santunan belum dapat diserahkan atau ditangguhkan
sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan Pengadilan.
3. Kasus tabrak lari terlebih dahulu dilakukan penelitian atas kebenaran
kasus terjadinya.
4. Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api
a) Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau
menyebrang sehingga tertabrak kereta api serta
pengemudi/penumpang kendaran bermotor yang mengalami
kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan kereta api, maka
b) Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor
yang dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang
sedang difungsikan sebagaimana lazimnya kereta api akan
lewat, apabila tertabrak kereta api maka korban tidak terjamin
oleh UU No 34/1964.
Besarnya santunan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
RI No.36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 adalah sebagai berikut:
No Sifat Cidera Santunan sesuai PMK No.
36/PMK.010/2008
1 Meninggal Dunia Rp. 25.000.000,-
2 Luka-Luka Rp. 10.000.000,-
3 Cacat Tetap Rp. 25.000.000,-
4 Biaya Penguburan
(apabila tidak ada ahli waris)
Rp. 25.000.000,-
Tabel 1. Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Namun, pemberian hak pada korban tersebut tidak mengenal batas waktu
(kadaluarsa) atau pengecualian. Hak santunan menjadi gugur/kadaluwarsa
jika:
a. Permintaan diajukan dalam waktu lebih 6 bulan setelah terjadinya
b. Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak dimaksud
disetujui oleh jasa raharja.42
Beberapa pengecualian yang dimaksud, yaitu:
1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
a. Jika korban atau ahli waris nya telah memperoleh jaminan
berdasarkan UU No.33 atau 34/1964
b. Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain
pada pihak korban atau ahli waris
c. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang
dalam keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan perbuatan
kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi karena korban
memiliki cacat badan atau keadaan badaniah atau rohaniah
biasa lain.
2. Dalam hal kecelakaanyang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan
resiko kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
a. Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan
sedang dipergunakan untuk turut serta dalam suatu perlombaan
kecakapan atau kecepatan.
b. Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor
penumpang umum yang bersangkutan ternyata ada akibat
gempa bumi atau letusan gunung berapi, angia puyuh, atau
sesuatu gejala geologi atau meteorolgi lain.
c. Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak
langsung mempunyai hubungan dengan bencana, perang, atau
sesuatu keadaan perang lainnya, penyerbuan musuh, sekalipun
Indonesia tidak termasuk dalam negara-negara yang turut
berperang, pendudukan atau perang saudara, pemberontakan,
huru hara, pemogokan dan penolakan kaum buruh, perbuatan
sabotase, perbuatan terror, kerusuhan atau kekecauan yang
bersifat politik atau bersifat lain.
d. Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang.
e. Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam
penyelenggaraan sesuatu perintah, tindakan atau peraturan dari
pihak ABRI atau asing yang diambil berhubung dengan sesuatu
keadaan tersebut di atas, atau kecelakaan yang disebabkan dari
kelalaian seperti tersebut di atas.
f. Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang
umum yang dipakai atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita
untuk tujuan tindakan angkatan bersenjata seperti disebut di
atas.
g. Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang umum
yang khusus dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan tugas
angkatan bersenjata.
3. Kecelakaan tunggal tidak ada lawan sehingga tidak ada yang
menjamin, karena sebetulnya jika kecelakaan 2 kendaraan bermotor
yang 1 mendapat santunan (pihak yang tidak bersalah) dan yang 1
(pihak yang bersalah) tidak mendapatkan secara otomatis melainkan
kebijakan Direksi. Hal ini yang tidak banyak diketahui masyarakat
sehingga masyarakat berasumsi bahwa kecelakaan 2 kendaraan
bermotor, kedua-duanya mendapat santunan.43
Menurut pasal 1367 KUHPerdata yang sesuai dengan Pasal 523 KUHD,
mengenai pengangkutan orang di laut, seorang pengusaha bertanggung jawab atas
akibat-akibat perbuatan melawan hukum atau kelalaian-kelalaian pegawai atau
buruh bawahannya, misalnya: bila seorang supir, karena kelalaiannya mobilnya
membentur mobil orang lain, sehingga beberapa penumpang menderita luka-luka.
Mengenai peristiwa ini pengusaha yang menjadi atasan sopir yang lalai tersebut
bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh penumpang
maupun pemilik mobil yang dibentur.
Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang
tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
pebuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang
yang berada di bawah pengawasannya.”
Pasal 523 KUHD berbunyi: “Si pengangkut harus menanggung terhadap
segala perbuatan dari mereka yang diperkerjakannya, dan terhadap segala benda
yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.”44
Pengusaha pengangkutan dengan kendaraan bermotor umum bertanggung
jawab terhaap kerugian-kerugian yang diderita oleh penumpang dan
kerusakan-kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali bila dia dapat
membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya atau kesalahan
buruh-buruhnya. Tetapi tanggung jawab itu tidak ada, bila kerusakan atau
kerugian tersebut terjadi karena tidak sempurnanya bungkusan (verpakking)
barang yang diangkut dan hal itu telah diberitahukan oleh pengangkut kepada
pengirim sebelum pengangkutan dimulai (pasal 24 ULL).
Pada saat seseorang menjadi penumpang sah dari kendaraan bermotor
umum, kereta api, pesawat udara atau kapal dari perusahaan bermotor umum,
kereta api, pesawat udara atau kapal dari perusahaan pengangkutan nasional, dia
wajib membayar iuran (premi) pertanggungan wajib kecelakaan penumpang
melalui pengusaha/pemilik kendaraan yang bersangkutan (pasal 3 ayat (1), huruf a
UU No.33 tahun 1964). Pada saat itu, penumpang yang bersangkutan tidak hanya
menutup perjanjian pengangkutan saja, tetapi sekaligus juga menutup perjanjian
pertanggungan wajib kcelakaan penumpang. Sifat “wajib” di sini menunjukkan
unsur dari Pemerintah. Unsur paksaan ini tertuju pada adanya sistem jaminan
sosial. Unsur paksaan ini bila sudah menjadi kebiasaan, tidak terasa lagi,
44HMN. Purwusutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2001)
sebaliknya tujuan paksaan ini tercapai, yakni suatu sistem jaminan sosial dalam
masyarakat Indonesia.45
Telah dikatakan di atas bahwa penumpang paa saat yang sama menutup
perjanjian pengangkutan dan perjanjian pertanggungan. Dalam hal menutup
perjanjian pertanggungan, penumpang bertindak sebagai tertanggung, sedang yan
bertindak sebagai penanggung adalah perum asuransi kerugian Jasa Raharja (pasal
8 PP 17/65). Kewajiban tertanggung ialah membayar iuran (premi) kepada
penanggung dengan melalui pengusaha pengangkutan (Pasal 1 ayat (1), PP
17/65), sedangkan hak tertanggung ialah ganti kerugian, kalau dia menderita
kecelakaan dalam pengangkutan, yakni:
a. bila penumpang mati, atau
b. penumpang mendapat cacat tetap akibat dari kecelakaan penumpang.
Kewajiban penanggung ialah memberi ganti kerugian kepada tertanggung
(penumpang), bila dia mati atau mendapat cacat tetap akibat kecelakaan
penumpang. Sedangkan hak penanggung ialah menerima premi dari tertanggung
dengan melalui pengusaha pengangkutan yang bersangkutan.
Berbeda dengn pertanggungan biasa, yang sifatnya bebas bagi setiap
orang untuk menutup perjanjian pertanggungan atau tidak, maka menutup
perjanjian pertanggungan wajib kecelakaan pernumpang ini sifatnya mutlak bagi
setiap penumpang kendaraan umum.
Istilah “ganti kerugian” bagi penumpang yang mati itu sesungguhnya tidak
tepat, sebab hilangnya jiwa seseorang penumpang tidak dapat dinilai dengan uang,
jadi, tidak dapat diganti rugi dengan uang. Mengenai istilah “ganti rugi” bagi si
mati tersebut saya lebih suka menggantinya dengan istilah “uang duka”.46
Akibat pembangunan lima tahun yang bertahap-tahap, maka di Indonesia
sekarang tampak sekali bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, kereta api,
pesawat terbang dan kapal, yang selanjutnya mengakibatkan juga bertambahnya
kecelakaan-kecelakaan penumpang yang makin hari makin meningkat.
Kecelakaan penumpang ini sebagai gejala sosial perlu mendapat perhatian dari
Pemerintah. Dalam hal ini stu tindakan yang dapat diambil oleh Pemerintah ialah
memperlunak penderitaan orang yang kena kecelakaan atau keluarganya, dengan
cara memberi bantuan uang kepada si penderita atau keluarganya. Untuk itu perlu
adanya suatu dana yang cukup besar. Dana ini dibentuk berdasar UU No 33
Tahun tentang “Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.”
Telah dikatakan di muka bahwa setiap penumpang kendaraan umum
diharuskan membayar iuran kepada penanggung dari pertanggungan wajib
kecelakaan penumpang, kecuali:
a. Penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota (pasal 3 ayat 1 huruf
b, UU 33/64). Meskipun penumpang ini tidak membayar iuran, tetapi
mereka ini dapat menikmati jaminan pertanggungan kecelakaan diri dan
hak-hak yang bersangkutan (pasal 19 PP 17/65).
b. Penumpang kendaraan umum, selain dari yang tersebut diatas, yang
dibebaskan dari pembayaran iuran (premi) berdasarkan peraturan
pemerintah.
Pasal 19, PP 17/65 berbunyi sebagai berikut : “Penumpang kendaraan umum
dalam kota, penumpang kereta api dalam kota, kereta api jalan lingkaran
(ringbaan) dan kereta api jarak pendek, yakni kurang dari 50 km, dibebaskan
dari iuran wajib dan selanjutnya.”
Pertanggungan itu bersifat wajib, maka tiap-tiap penumpang harus
membayar iuran wajib itu dan untuk itu pengusaha/pemilik kendaraan
berkewajiban memberikan tanda lunas, yang disebut “kupon pertanggungan”.
Untuk ini, seorang petugas dari perusahaan pengangkutan atau petugas lain
yang ditunjuk oleh Menteri (Keuangan) dapat menanyakan “kupon
pertanggungan tersebut kepada setiap penumpang. Bila seorang penumpang
tidak dapat membuktikan adanya “kupon pertanggungan” tersebut dia dapat
BAB IV
KAJIAN DAMPAK HUKUM AKIBAT NAIK-TURUN NYA HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP REGULASI
KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA KOPERASI ANGKUTAN UMUM (KPUM)
A. Analisis Dampak Hukum Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Kenaikan Tarif Angkutan Umum
Sebelum kita membahas tentang dampak hukum kenaikan harga bahan
bakar minyak terhadap regulasi kenaikan tarif angkutan umum, ada baiknya untuk
kita mengetahui terlebih dahulu apa itu BBM yang dikenal dengan minyak bumi.
Minyak bumi atau dalam bahasa inggris yang lebih dikenal dengan potreleum dari
bahasa latin petrus yang berarti karang dan oleum yang berarti minyak. Minyak
bumi berasal dari fosil yang sudah terpendam selama berjuta-juta tahun yang
terdapat pada kerak bumi. Berdasarkan data dari organisasi dunia perminyakan
(OPEC) ada beberapa negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia antara lain:
1. Arab Saudi
2. Rusia
3. Amerika Serikat (untuk kepentingannya sendiri)
4. Iran
5. Meksiko
6. Republik Rakyat China
8. Norwegia
9. Uni Emirat Arab
10.Venezuela
11.Kuwait
12.Nigeria
13.Aljazair
14.Arab47
Negara Indonesia juga dikenal dengan salah satu penghasil minyak dunia,
namun saat ini merupakan “salah satu negara pengimpor minyak” tersebut. Hal ini
disebabkan karena setiap tahun produksi minyak Indonesia semakin berkurang,
sedangkan pemakaian semakin bertambah akan konsumsi minyak atau BBM
tersebut. Sehingga kenaikan harga minyak menjadi bahaya atau momok yang
sangat menakutkan bagi NKRI.
Selama ini pemerintah harus mengeluarkan dana subsidi unuk BBM yang
diambil dari APBN, sehingga kita dapat membeli BBM dengan murah akibat
adanya subsidi BBM tersebut. Tetapi dengan naiknya harga minyak dunia
pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masyarakat dengan harga yang
sama dengan harga yang sebelumnya karena hal itu dapat menyebabkan
pengeluaran APBN untuk subsidi BBM semakin tinggi, dan hal ini membuat
kacaunya RAPBN yang telah dirumuskan oleh pemerintah sebelumnya. Maka
pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM.
Terdapat empat faktor yang menyebabkan harga minyak naik pada saat ini
antara lain:
1. Invasi Amerika kepada Irak, ini menyebabkan lading minyak di Irak tidak
dapat berfungsi secara optimal sehingga supply minyak menurun.
2. Permintaan minyak yang cukup besar dari negara China dan India.
3. Badai Catrina dan badai Rita yang melanda daerah Amerika Serikat dan
merusak kegiatan produksi yang berada di daerah teluk Meksiko.
4. Ketidakmampuan OPEC menstabilkan harga minyak dunia.
Naiknya harga minyak akan berdampak pada berbagai sektor, dari rumah
tangga sampai industri dan transportasi. Naiknya BBM maka naik pula
harga-harga pada beberapa hal yang berhubungan dengan BBM. Contoh antara lain
naiknya harga:
a. Ongkos angkutan umum yang naik sekitar 20%-50%
b. Kebutuhan pokok harganya akan melonjak naik contohnya sembako
c. Biaya berobat dirumah sakit akan naik
d. Karyawan atau buruh meminta gajinya dinaikkan dan menuntut tunjangan
transportasi
e. Ongkos kirim pengiriman logistik naik
Hal-hal lain yang menjadi dampak atau pengaruh dari kenaikan harga
BBM terhadap angkutan umum adalah:
a. Naiknya tarif angkutan umum
c. Terjadi nya kesenjangan ataupun dilema pasar setelah pemerintah
menaikkan harga BBM, karena pemerintah tidak turut langsung ikut
campur dalam menentukan tarif angkutan umum.48
Ad. a Naiknya tarif angkutan umum
Naiknya tarif angkutan umum dilakukan karena adanya kenaikan harga
BBM. Kenaikan tarif angkutan umum dilakukan agar biaya pengeluaran
dan pemasukan supir angkutan umum seimbang. Tarif angkutan umum
otomatis naik apabila terjadinya kenaikan bahan bakar. Karena tidak ada
acuan lain selain kenaikan harga BBM untuk menaikkan tarif angkutan
umum.
Naiknya tarif angkutan umum ini, tidak dilakukan begitu kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) diumumkan. Naiknya tarif angkutan umum
ini dengan waktu harga BBM diumumkan mempunyai jarak senggang
waktu sekitar 1-2 minggu atau lebih. Karena pemerintah tidak melakukan
pengumuman secara resmi seperti halnya dengan harga kenaikan BBM
untuk tarif angkutan umum itu sendiri.
Ad. b Biaya Operasional Mobil Naik
Dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), biasanya hal ini
akan mempengaruhi harga pasar. Pengaruh tersebut akan mengakibatkan
harga pasar pun turut meningkat. Dan harga pasar yang meningkat tersebut
berlaku pula untuk biaya operasional mobil itu sendiri seperti onderdill,
harga ban, dan keperluan-keperluan operasional lainnya. Keadaan tersebut
sangatlah mempengaruhi bagian dari cara beroperasinya angkutan umum itu
sendiri. Dengan naiknya harga operasional, maka pendapatan supir tentunya
akan berkurang. Inilah yang menjadi salah satu dampak terhadap kenaikan
harga BBM tersebut terhadap angkutan umum.
Ad.c Terjadinya Dilema Pasar
Dilema Pasar yang dimaksudkan disini adalah keadaan dimana
pemerintah belum dapat mengambil keputusan akan kenaikan harga tarif
angkutan umum sementara pemerintah sudah menetapkan kenaikan harga
bahan bakar minyak atau disebut dengan BBM.
Dilema Pasar yang terjadi disini adalah kondisi dimana supir angkutan
umum masih menjalankan ongkos tarif sebelum kenaikan bbm, sementara
ia harus membayar bahan bakar dengan kenaikan harga bahan bakar
minyak yang baru. Disinilah dilema itu terjadi dimana supir juga tidak
dapat mengambil keputusan sendiri untuk menaikkan harga kenaikan
ongkos.
Jadi, dilema ini adalah keadaan proses menunggu pengambilan
keputusan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam menentukan harga
tarif ongkos angkutan umum yang baru demi menyesuaikan antara jumlah
pemasukan dan pengeluaran pendapatan supir angkutan umum. Karena
disini pihak yang lebih banyak dirugikan yang sebenarnya adalah supir
angkutan umum karena ia harus menanggung jumlah kenaikan harga
B. Akibat yang Dialami Penumpang Sebelum dan Sesudah kenaikan BBM
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang
peranan yang sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Dampak langsung
perubahan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang
mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi.
Walaupun dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan
kenaikan inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologis nya yang relatif kuat
terlebih terhadap masyarakat kecil atau bagi penumpang angkutan umum.
Dampak ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang
dapat mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi
ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh
dengan kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang
dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok
masyarakat terjadi ketika isu kenaikan harga BBM mulai terdengar.
Akibat yang dialami penumpang sebelum terjadinya kenaikan BBM
adalah:
1. Penumpang leluasa dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas sehari-hari
karena semuanya masih sesuai dengan kondisi
2. Daya beli masyarakat/penumpang masih tinggi, terlebih masyarakat dapat
melakukan pemenuhan kebutuhan dengan tarif angkutan yang masih dapat
dijangkau.
4. Perencanaan masyarakat/penumpang untuk dalam pemenuhan kebutuhan
pokok tinggi
5. Masyarakat/penumpang mengalami hedonisme yang cukup tinggi dalam
pemenuhan kebutuhan barang-barang mewah didalam kondisi
perekonomian yang masih stabil.
Dampak kenaikan BBM bukan hanya berdampak signifikan terhadap tarif
ongkos angkutan umum saja, akan tetapi akan berdampak pula kehidupan
masyarakat. Dengan naiknya harga BBM, maka akan mengakibatkan naiknya tarif
ongkos angkutan umum pula, ini juga akan menjadi patokan dalam naiknya
semua kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.
Keadaan yang dialami penumpang sesudah terjadinya kenaikan BBM
adalah:
1. Penumpang enggan dalam melaksanakan aktivitas atau rutinitas yang
menyangkut dengan kendaraan umum
2. Daya beli masyarakat/penumpang menurun
3. Tingkat ekonomi masyarakat/penumpang akan menurun
4. Masyarakat akan menjadi masyarakat yang lebih bijak dalam memenuhi
pemenuhan kebutuhan karena semua kebutuhan akan mengalami
peningkatan harga yang cukup tinggi
5. Masyarakat akan mengalami fase dimana keadaan ekonomi atau dikatakan
dengan pendapatan sendiri akan menurun dari jumlah angka pendapatan
6. Tingkat kemiskinan di negara Indonesia akan semakin meningkat, karena
apabila benar melakukan kebijakan tersebut, dipastikan banyak
masyarakat/penumpang yang akan mengalami PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) dan akan memunculkan semakin banyaknya
pengangguran.
7. Harga kebutuhan pokok akan mengalami kenaikan yang drastis.
8. Tingkat kriminalitas akan semakin bertambah dikarenakan masyarakat
kalangan menengah ke bawah banyak yang terdesak dan bingung
bagaimana cara mereka mendapatkan kebutuhan hidup. Seperti yang dapat
kita lihat akan banyak terjadi perampokan pula di dalam angkutan umum.
9. Akan terjadi kerusuhan dimana-mana karena semua golongan seperti
mahasiswa, ormas, serikat rakyat akan mengadakan demo untuk
menyampaikan aspirasi mereka agar permasalahan BBM ini dapat
diperbaiki.49
C. Langkah yang Ditempuh Pemerintah Dalam Mengatasi Dampak dari Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Regulasi Tarif Angkutan Umum
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Kekayaan alamnya membentang yang meliputi sumber daya alam yang
dapat diperbaharui dan juga yang tidak dapat diperbaharui. Para pendiri bangsa
(founding fathers) ketika merumuskan negara UUD 1945 menyadari betul potensi
kekayaan alam Indonesia. Oleh karena itu, dalam konstitusi secara khusus pasal
33 UUD 1945 ayat 3 dinyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. Artinya, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki
negara ini harus benar-benar dikelola negara dengan sebaik-baiknya agar dapat
dinikmati oleh segenap masyarakat dan bukan hanya segelintir orang.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah
untuk menyeimbangkan biaya eknomi dari BBM dengan perekonomian global.
Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan
perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan.
Dengan berkembangnya kontroversi yang ada terhadap kenaikan harga BBM
tersebut, pemerintah berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan
BBM terhadap kondisi masyarakat kecil di Indonesia. Bahan Bakar Minyak
(BBM) merupaka komoditas yang emmegang peranan yang sangat vital dalam
semua aktivitas eknomi, dengan kenaikan BBM tersebut akan memperberat beban
hidup masyarakat dan berdampak menurunnya daya beli masyarakat secara
keseluruhan.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) selalu menjadi kegaduhan
politik dan kontroversi di Indonesia, jika rata-rata usia berdirinya Negara kesatuan