• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa asek agronomi iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Beberapa asek agronomi iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume)"

Copied!
341
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA ASPEK AGRONOMI ILES-ILES

(Amorphophallus muellen'

Blume)

OLEH : SUMARWOTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(2)

ABSTRACT

SUMARWOTO. Several Agronomic As-

of

llesiles (Amorphophallus muellen'

Blume). Supervised by FRED RUMAWAS as the chairman, M. AHMAD

CHOZIN, SUDlRMAN YAHYA,

and

IRAWATI as members of the advisory committee.

The research was conducted to study several agronomic aspeds of ibs- iles (Amorphophallus muellen' Blume), to update the description of the plant, to

investigate the best growing medium, to determine the best harvesting time, to

find out the best planting rnethds of tuber, and to study the response of plants

on

soil

with high Alluminium

content.

A series of experiments were camed out at

the experimental fields of Bogor Agricultural University, Darmaga from

November, 1999 to May, 2003 and at the experimental field of the Agricuttural Technology Assesment Installation unit, Sukabumi from February 2001 to April,

2002.

It was found that Amotphophallus mudlen Blume show positive responses shading; good drainage; liming for acid and high Atluminium content soils,

combined with high application of manure (organic matter).The phenological

study gave additional informations on describe of this species and also on

cultivation aspcts such us: planting distance, planting depth, and the best time of harvest. Application of 7.5 tons ha" of manure and 4 tons ham' of liming (pH 6)

increase the yield up to 568.15 glm2. The application

of

P and K

at

time of

planting did not increase the yield aller 14 month. The best harvesting time was

found after three vegetatlf growth cycles and

two

dormant periods, when the

stems fading and the leaves turned yellow

(not

neccessary

the ieaf dried).

Noma! planting of the tuber give the same result as if the tuber is planted

upsidedown.

Common practice

by planting the tuber upside-down to give better

yield was not proved here. It seems that soil tillage improved the aeration to the

plant. Liming on high Alluminium acid soil at the dosage of 1 tons ha-' for each

milliequivalent of Alluminium exchangable 100 g-' (20 tons of lime ha-') is

necessary. Ail bulbil she can be use as planting material, however only

large

bulbils are recornended for direct planting. The quality of giucomannan was

similar for all treatments; only the degree of whiteness of the glucomannan

(3)

PERSEMBAHAN

Sesuqguhny hirl;rm p m + t a a n bnp &n Gumi

hn

s f i Bergantiny m & m h n siang

ttrdapt fa&-tattrib bagi orang-iwa yang h a & { &it$ oring-omng yaw nsengiqut J1thb sam6tY6erswi atau

dduk

atau CI;II;Im k e a h n Bedankg &n mtreka memrnir&n

tenbng p e n n p b n hngit

hn

6umi (seraycl 6edgtq.l %a lirfian

kmi

tda&Ibh Ergtfgu

mmcipt&n mi dingan sda-sin 5thtia SmA Engku, maka peCrharalhfi &mi &ti &a mr&a

(QS

AsIrnrnn:

19U191)

&lirJbrh6 &nu,

b r a

6ehybr itu hataat (&fia&n), &n meman i h u ihaht, akn

mm@gatmya sama &%an

m61X,

hn

mmye f d i m . s a m h g a n ~ditri; &n mmgajur

&yah y a q t&kmmgetafiui du sedebk

hn

tnem6er&m +& yung 6 d i & i t u tuqartu6,

se6a6 dmn itu jahn untuk m m a p a i twt&t-t%&~t di sorga (3Cadrts %~suCu(lbh r arw.

(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul :

BEBERAPA ASPEK AGRONOMI ILES-ILES (Amorphophallus muelleri Blume)

Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan dapat diperiksa keknarannya.

(5)

Judul Disertasi : Beberapa Aspek Agronomi llesiks (Amo~phophallus

muellen

Blume)

Nama

Mahasiswa :

SumaTWBfo

Nomor pok& : 995042 Program Studi : Agmnomi

Dr.lt. Fred Rumawas, M.Sc

Ketua

Prof.Dr.lr. Sudirman Yahya, M.Sc. Ang g ota

Prof.Dr.lr. M.

.

Chozin, M.Agr.

g

r. Ir. lrawati

k

Mengetahui,

2. Ketua

Program

Studi Agronomi
(6)

BEBERAPA ASPEK AGRONOMI ILES-ILES

(Amorphophallus

muelleri

Bl

ume)

OLEH : SUMARWOTO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperdeh derajat Doktor pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

PRAKATA

Bismillaahimhmaanimhiim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

S W ,

Tuhan Yang Maha

Pengasih dan Penyayang, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya disertasi ini dapat disusun. Kepada ibunda Sri Sumaryatun yang telah

tiada

dan Bapak H. Supiyo Purwosiswoyo, BA atas do'a dan jerih payah serta pengorbanan dalam membentuk karakr penulis. Semoga beliau senantiasa rnemperoleh rakhmat dan hidayah serta nikmat Itlahi. Demikian juga kepada semua guru-guru sejak di bangku Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama Negeri II Ktaten, Sekolah Menengah Atas Negeri I1 M e n , dan para dosen pada Fakultas Pertanian

UPN

'Veteran' Yogyakarta, para dosen program studi Agmomi Pascasa jana Universitas Gadjah Mada dan lnstitut Pertanian Bogor, penulis sarnpaikan terima kasih atas segala jasa-jasanya.

Rasanya sungguh suli bagi penulis untuk menyusun kala-kata sebagai

rasa

terima kasih dan penghargaan kepada semua piha k terutama yang secara langsung telah rnemberikan andil dan k jasa khususnya dalam proses penyelesaian disertasi, yang dimulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, analisisanalisis taboratorium dan data serta penyusunan disertasin ya. Sebagai luapan kegembiraan yang tiada tara, dengan hati yang tulus, penulis sampaikan pemyataan terima kasih dan peng hargaan tersebut walaupun hanya dengan kata-kata sederftana.

Secara

khusus kepada Bapak Dr.

Ir.

Fred Rumawas, M.Sc. yang penulis sangat hormati, penulis sampaikan terima kasih yang sangat mendaiam atas bim bingan dan pengarahan beliau selaku ketua komisi. Secara terbuka beliau menyatakan kesediaannya menjadi ketua komisi bagi penulis. Antara bangga dan was-was penulis ingin mernelihara kepercayaan beliau. Selaku ketua komisi pembimbing, beliau telah banyak memberikan saran, arahan, dorongan dan bim bingan mulai dati perencanaan, pertimbangan penunjukan anggota komisi, dan pelaksanaan penelitian hingga penulisan disertasi. Bahkan lebih jauh, atas curahan waktu beliau yang telah diberikan kepada penulis pada setiap saat dan bantuan moral maupun material. Berkat beliau juga penulis mendapat bimbingan dari Bapak Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M.Agr., Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc., dan Ibu Dr. Ir. Irawati.

Kepada yang terhormat Bapak Prof. Or. Ir. M.A. Chozin, M.Agr. penulis sangat berterirna kasih atas kesediaan sebagai

anggota

komisi dan kepercaysannya, pembekalan serta petunjuk beliau. Demikian juga kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc. atas arshan sejak awal perkuhahan, pembekalan, dan bimbingannya yang blah diberikan kepada penulis.

Kepada yang terhormat I bu Dr. lr. l rawati Kepala Herbarium Bogorense, penulis sangat berterima kasih atas kepercayaan dan dorongan serta petunjuk beliau. Secara spontan beliau telah menyetujui, dan menyanggupi sebagai anggota komisi, walaupun berada di tengah kesibukan tugas beliau di Herbarium Bogorense.

(9)

iles-iles yang dapat digunakan W a i b 8 b n penelhian awal, serta barrtuan survey lapangan dan berbagai sarannya. Ucapan -ma W i h jugs d-pa-

k e r n 6- Dr. Paul Naiola yang blah banyak memberilran

saran

d.an

pstunjuk kepda penub,

swta

M i n y a penguji luar ~ Y W

ujian

prakualifrkasi.

Kepada yang terhmat 5apak P d . Dr. lr. Didy sopandie. MAgr. pnulk berteiima kasih atas kesediaan s e w penguji

tuar

komisi pada

u r n

t d u h p

dan terbuka

serta

saran. masukan yang dhdkan ddam -mzb#1

p d i s a n

disertasi. Demikian juga

kep&a

yang terhoimat Bapak

Dr.

Muhammad Jazuli, M.S. atas kesediaannya s e m penguji luar komisi pada ujiktn terkika, sehingga dam menambah bobt dkert8si ini.

-pan

terima kasih tak lupa penuli lmcapkan kepada (1) Ibu Fred Rumawas yang telah banyak memberikan nasehat dan domgan kepada penulis, (2) Bapak Ikin, Bapak Lores

dan

Bapak Sumi di Kebun Darmaga iPB. serta Sdr. Hendra IPPTP Cirug yang banyak membantu dafam pelaksanaan penetiin di lapangan mulai dari persiapan sampai dengan akhk pn&hm. (3)

Saudara

lndriani yam telah menyiapkan media tanam

pada

penelitin pendahuluan, (4) Bapak Enden Agus Ruhaya, 6apak Suparman

dart

Bapak Hidayat di lPPTP Cicunrg yang telah membantu di dalam pengawasan

percobaan

di lapangan, (5) Manager Ag&iNuml

Pm&ds Processing

Pilot Plant (AP4) atau Badan Pemntohan Pengolahan Hasil Pertanian (BPPHP)

Fateta

IPB, yang telah mengijinkan penggunaan Laboratorium AP-4, para

laboran Bapak lbnu Wahid, Bapak Basri dan Bapak Endang yang telah banyak membantu kegiatan laboratonurn di AP4, dan (6) kepada Ketua Jurusan Ilmu

Tanah

Fakultas Pertanian UPN "Veteranm Yogyakarta Tanah

beserta

Staf,

Kepala laboratorium Kimia fanah Junrsan llmu Tanah Fakultas Pertanian IPB yang telah membantu dalam petaksanaan analisis tanah.

Terima kasih yang tak temingga disarnpaikan pula kepada Rektor UPN 'Veterann Ycgyakarta dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan S-3 dan membantu dalam pembiayaan. Demikan juga kepada Asdir Ill Pascasa jana IPB yang rnemberikan arahan, sehingga dapat diperdehnya tambahan biaya dari BPPS. Kepada Dekan

Fakuttas Pertanian dan Ketua Junrsan Agronomi Fakuhas Pertanian UPN "Veteranm Yogyakarta yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan S-3 ini.

Akhirnya kepada istriku tercinta Dra. Hj. Sri Rahayu 8udi Hastuti, M.Si. dan anak-anakku tersayang Ambang Aries Yudanto, Si kembar Bayu Yudanto dan lndra Yudanto, serta Khrisna Vembri Yudanto, penulis ingin menyampaikan pernyataan khusus, atas -la dorongan, pengertian dan pengorbanannya sejak awal hingga saat-saat penyelesaian disertasi ini. Demikian juga kepada Ibu

dan Bapak mertua Sastro Sukarno, B.A. serta keluarga kakak di Bogor, adik-adik yang ada di

Klaten,

Sukatani dan Cibinong yang telah memberikan dorongan

moral, bantuan M a kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

Sebagai penutup, bahwa pernyataan dan -pan terima kasih yang penulis

sarnpaikan tidak mempunyai arti dan nilai, tetapi atas kebaikan semuanya

tersebut di atas penulis krdo'a semoga Allah SVVT berkenan membalas budi baik ibu, bapak dan saudara-saudara sekalin dengan timpahan rakhmat dan hidayah-Nya.

Semcga karya ilmiah ini bermanfaat. Amien.

Bogor, Juni 2004

(10)

DAFTAR

IS1

...

xi

DAFfAR TABEL

...

xiii

DA

FTAR GAM BAR

...

XV DAFTAR LAMPIRAN

...

mi PENDAHULUAN

...

1

Latar Belakang

...

1

Tujuan Peneliian

...

5

Kegunaan Penelitian

...

6

Hi

potesis

...

6

TINJAUAN PUSTAKA

...

8

finjauan Umum Amorphophallus spp

...

8

Moffobgi dan Anatomi

...

10

Budidaya

Iles-les

(Amorphophallus muellen' Blume)

...

15

PENGUJIAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADA BERBAGAI MACAM MEDIA TANAM

...

27

Pendahuluan

...

27

Bahan dan metode

...

28

Hasil

dan Pembahasan

...

30

Kesimpulan

...

32

Saran

...*...*...

33

DESKRIPS1 ILES-ILES

...

34

Pendahuluan

... .- .

----

...-.----.-.-.---.-M--M...---.. 34

Bahan dan metode

...

35

Hasil dan Pembahasan

...

36

Kesimputan

...

45

PERTUMBUHAN DAN HASlL TANAMAN PADA BERBAGAI OOSlS KAPUR DAN PUPUK KANDANG

...

46

Pendah uluan

...

46

Bahan dan metode

...

47

Hasil

dan

Pembahasan

...

51

...

Kesimpulan 59

...

Saran 60 PERTUMBUHAN DAN IiASIl TANAMAN PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK P DAN K

...

61

Pendahuluan

...

61

Bahan dan metode

...

62

Hasil dan Pembahasan

...

64

Kesimpulan ... 72

(11)
(12)

DAFTAR

TABEL

Halaman

1. Vdume dan nilai ekspor iles-iles indon8sia tahun 1985-2003

...

3 2. Ciri-ciri morfdog i iles-iies atau Amorphophallus muellen Blurne

...,...

...

menumt Jansen at al. (1 996)

.

.

1 1

3. Pengaruh berbagai mamm

media

tanam terhadap pertumbuhan

dan hasit iles-iles

.

.

...

.

.

.

.

.

.

.

3 1

4. Perbandingan ciri-ciri morfologi iles-iles atau Amophphallus muellen' Blume, perbanyakan tanaman dan W a r glukomanan hasa

peneliian

...

dengan beberapa somber informasi yang diperokh 38

5. Penganrh dosis kapur dan pupuk kandang terhadap daya tumbuh umbi, garis tengah batang, garis tengah daun, bobot umbi dan kadar K

tanaman 12 bst

...

53

6. Pengaruh dosis kapur dan dosis pupuk Irandang terhadap kecepatan tumbuh, tinggi tanaman, jumhh tunas per petak pembaan, garis

tengah umbi dan tebal umbi 12 bst

...

58

7. Pengaruh dosis kapur dan dosis pupuk kandang terhadap rendemen knpik, kadar glukomanan, derajat wama putih tepung, kadar N dan P

...

tanaman 12 bst

... .

.

59

8. Penganrh dosis pupuk

P

dan K terhadap daya tumbuh, kecepatan

...

...

tumbuh dan

jumlah tunas umM

14

bst

.

.

67

9, Penganrh dosis pupuk P dan K tehadap tinggi tanaman, garis tengah

...

bstang, tebal umbi dan

garis

tengah daun 14

bst

68 10. Pengaruh dosis pupuk P dan K terhadap bow umbi per tanaman,

b o b umbi per m2dan garis tengah umbi 14 bst

...

68

1 1. Pengamh dosis pupuk

P

dan K terhadap kadar

N, P

dan K dalam

...

...*...*..

urnbi saat panen

. . .

69

12. Pengaruh dosis pupuk

P

dan K terhadap rendemen kripik, kadar

glukomanan dan derajat wdma

keputihan

tepung 14 bst

...

69

13. Penganrh dosis pupuk P

dan

K terhadap kadar N, P dan K dalam

tanah saat panen

...

71

14. Pengaruh umur umbi dan Meria panen terhadap babot umbi dan

(13)

Halaman

15. Pengaruh umur umbi dan

Itriteria

panen temadap hasil tepung

aes-

...

iles

16. Pengaruh

umur

umbi dan

krtteria

panen terhadap komposW kimia

...

urn

ti..

17. Pengaruh cam tanam umbi terhadap pertumbuhan vegetatif

tanaman

12

bst

...

18. Pengaruh

cara

tanam umbi terhadap bentuk dan h a i l panen umbi.. 19. Pengaruh

cam

tanam

umbi

terhadap

mndemen keripik, derajat

wama

putih

tepung

dan

kadar glukomanan

umbi

...

20. Pengaruh

cam

tanarn umM dan pemberian pupuk temadsp M a r

...

N,

P dan K dalam tanah 12 bst

21. Pengamh dosis kapur dan ukumn bulbil tehadap daya tumbuh, TbO

dan kecepatan

tumbuh tanaman iles-iles

...

22. Penganth dosis kapur dan ukuran bulbil terhadap finggi tanaman,

garis tengah batang, garis

tengah daun dan bobott kering tanaman

...

6 bst

...

.

.

.

23. Pengaruh dash kapur dan ukuran bulMl terhadap bobot umbi, garis tengah umbi, rendemen kripik dan derajat wama putih tepung 6 bst

...

24. Pengaruh dosis kapur dan ukuran bulbil terhadap tebal umbi

dan

...

kadar glukomanan 6 bst

(14)
[image:14.576.57.473.51.766.2]

Gambar Halaman

1

. Bagan alur

tahapan

peneliiian

...

7

2

.

Keadaan tapak percobaan di kebun percobaan Cicurug

.

Sukabumi

..

52

3

.

Pengaruh pupuk kandang temadap garis tengah batang semu pada dua

taraf

kapur

...

54

4

.

Penganrh pupuk kandang tehadap garis tengah daun pada dua taraf kapu r

...

55

5

. Penganrh

pupuk kandang terhadap bobot umbi per tanaman pada

dua

taraf kapur

...

56

6

.

Pengaruh pupuk kandang terhadap k b o t umbi per m2pada dua taraf kapur

...

57

7

.

Penganrh pupuk kandang tehadap garis tengah umbi

...

58

8

.

Keadaan tapak pembaan di kebun percobaan

Darrnaga

...

65

9

.

Uiat

daun

kepala

besar

(Papilio

m o l e s . L.)

...

.

.

.

...

65

10

.

Ulat Irantong ( Mahasena

od?effi.

L )

...

66

I 1 . Patogen jamur Sdemtium mlfsii. Sacc

.

(penyakii busuk batang)

....

67

12

.

Pertumbuhan akar dan umbi umur 1. 2 dan 3 bst (bulan

setelah tanam)

...

70

1 3

.

Tunas umbi

d i n a m

normalltidak terbalik (A) dan terbalik (B)

...

85

...

(15)

Lam

piran

1. Hasil sidik ragam pembaan uji

tanaman

pada behag J media tanam (Percalman pendahuluan)

...

2. Hasil analisis tanah lapisan permukaan dan pupuk kandang yang

digunakan di kebun percobaern Darmaga, IPB

...

3. Keadaan

curah

hujan dan hari hujan di kebun Darmaga IPB Bogor

dan kebun lnstalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Cicurug, Sukabumi milik BPTP ternbang, Bandung tahun 1994

-

...

2003

...

...

4. Gembar parkemhangan bunga mulai tunas sampai buah masak.. 5. Gambar tanaman muda, tanamari dewasa dan bulM

...

6. Gambar umbi yang diiris, keripik (chip) dan tepung ilesiles

...

7. Penetapan W a r glukomanan

...

9. Rekapitulasi hasil sidik ragam (nilai F) pengaruh perlakuan d d s kapur dan dosis pupuk kandang teittadap pertumbuhan tanaman, hasil umbi dan kandungan unsur dalam tanaman iles-ibs

...

10. Hasil sidik ragam peubahpeubah yang diamati pada percobaan

...

dosis kapur dan

pupuk

kandang

Halaman

123

1 24

1 1. Hasit analisis tanah lapisan permukaan dan pupuk kandang yang digunakan dalam percobaan di kebun lnstslasi

Penelifan

dan

...

Pengkajian Teknologi Pertanian Cicurug, Sukabumi 137 12. Contoh pengatumn sebagian petak percobaan dan

tata

letak tanam

an dalam barisan tanaman peneduh

...

138 13. Rekapitulasi hasil sidik fagam (nilai F) pengaruh perlakuan dosis

pupuk P

dan

K terhadap pertumbuhan

dm

basil umbi tanaman iles-ibs

...

14, Hasil sidik ragam peubah-peubah

yang

diamati pada pembaan

...

dosis

pupuk P dan K
(16)

Halaman

16. Rekapitulasi hasil sidik

ragam

(nilai

F)

pengaruh umur tanaman

dan

kriteria panen terhadap hasil dan kompisi kirnia umbi iks-

iles

...

143

17. Hasil sidik ragam p%ubah-peubah yartg

diamati

pada pembaan

penentuan waktu panen tanaman yang tepat

...

1 44

18

.

Rekapitulasi hasil sidik ragam (nPai F) pengamh cara tanam ter- hadap pertumbuhan dan hasil

iles-iles

12 bulan setehh tanam

...

...

(bst)

..,.

19. Hasil sidik ragam peubah-peubah yang diarnati pada pembaan

...

cam tanam

20. Rekapitulasi hasil sidik ragam (nilai F) pengaruh pengapuran dan ukuran bulbil terhadap perturnbuhan dan hasit lets-lea pada tanah tier-Al tinggi..

...

21. Hasil sidik ragam peubah-peubah yang diamati pada percobaan tanah ber-At tinggi

...

22. Hasll analisis tanah Gajruk lapisan perrnukaan, yang dlgunakan

...

(17)

PENDAHULUAN

Latar

belakang

Iles-iles (Amorphophallus

muellen'

Blume sin. A. b l u ~ ' (Scott.) Engler

sin.

A. oncopAylIus Prain) merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai patemi

dan

prospek

untuk dikembanglcan di Indonesia. Selain mudah didapatkan juga mampu menghasilkan karbohidrat dan indek panen tinggi. Dewasa ini kebutuhan makanan

pokok

utama

brupa karbohidrat

masih

dipenuhi

dari

k r a s ,

diikuti

jagung dan s e d i a yang lain. Sumber karbohidrat

dari

jenis umbi-umbian, seperti ubi

kayu,

ubi jalat, Was, kimpul, uwi-uwian, ganyong,

garut,

suweg dan iks-iles pemanfaatannya belum optma1 sehingga mssih tehahs sebagai bahan makan anernatif di saat oaceldik (Kriswidarti, 1 960 ; Rijono, 1 989).

Amorphophallus spp. termasuk famili Araceae, awalnya ditemukan di daerah

tmpik

dari Afrika sampai ke pulau-pulau Pasifik, kemudian menyebar ke daerah hnklirn sedang seperti Cina dan Jepang. Jenis A.

mueII8n

Btume,

awak nya ditemukan di Kepulauan Andaman India, menyebar ke arah timur melalui Myanmar m u k ke Thailand

dm

ke

Indonesia

(Jansen et 81. 1996). Tanaman

Ini

merupakan tanaman

tema

hidup panjang, daunnya mirip s e u i

dengan

daun Tacca (Heyne. 1987). Tumbuhnya mdiar

(terdapat

di alam bebas)

di

rnana saja

seperti

di pinggir hutan jali, di bawah mmpun bambu, di iepttepi

sungai,

di semak

belukar

dan

di ternm-tempat di bawah naungan y a y betbavariasi. Untuk mencapai; produksi umbi yang tinggi diperlukan naungan -0 % ( J a m et ai.

1996). Tanaman ini tumbuh dari dataran rendah sarnpai 1000 m di atas permuban laut, dengan suhu antara 25-35" C, sedangkan curah hujannya antara 30&500 mm per bulan selama penode pertumbuhan.

Pada

suhu

di

afas

35'C

daun

tanaman

akan

terbakar, sedangkan pada suhu rendah menyebabkan
(18)

Menurut

Emriati

dan Laksmanahardja (1996); Hetterscheid dan

lttenbach

(1 996), i b i l e s tumbuh

baik

pada tanah bertekstur ringan yaitu pada kondisi liat k-r, stnrldurnya

gembur,

dan kaya unsur hara. Di mmping itu jugs

hrdrainase baik, dengan kandungan humus tinggi, pH tanah 6

-

7,5 (Jansen et

al.

1996). Lebih lanjut dinyatakan bahwa, untuk mencapai

bobot

umbi optimal diperlukan waMu pertumbuhan sampai dengan tiga tahun (Rijono, 1999).

lies-iles memiliki umbi dalam

tanah,

bunga dan daunnya tidak muncul pada saat yang sama. Tangkai daun

dan bunga tunggal, berbentuk

tongkol dan bersifat majemuk, dilindungi obh seludang {spatha) (Lah j a , 1993). Tanaman ini merupa- kan tanaman tahunan penghasit karbohidrat yang penting yaitu glukomanan (Heyne, 1987; Lahiya, 1993 ; Jansen et al.,199$ ). Sampai sekarang dari beberapa jenis Amorphophallus di Indonesia ilesiles mempunyai kadar glukomanan paling tinggi (Ohtsuki, 1988; Rosman

dan

Rusli, 5991; Jansen et

ai.,f996) dan juga mentpakan

satu-satunya

sumber glukomanan bukan

pohon

yang

cukup

tinggi (Plucknett, 1978; Suyatno, 1982).

Glukomanan rnerupakan polisakarida yang mempunyai sifat antara selulosa dan galaktomanan (Frei dan Peston, t967), terdiri atas satuan-satuan

D-mannosa

dan D- glukosa dengan perbandingan molar 3 : 2, memiliki rantai tinier f3 (1-4) satuan gula pembentuknya, dan ukuran

BM

lebifi besar dari 300 kD

(Tye,

1991; Manullang, 1997). Penggunaannya setain untuk makanan (Ariel,

19991, juga

untuk

krtiagai

mamm

industri,

laboratoriurn kimia, dan obat-obatan. Menurut catatan Buku Ekspor BPS

Statistik

Luar Negeri Indonesia dan
(19)

les-iles dad Taiwan 10050 kg

=

US$41422 (# 19931, Jepang 3005 kg m US$

4245 (# 1999) dan tahun 2002 sebanyak 5864 kg FPI US$ 15731 (BPS, 1993-

2003). Menurut Cokro*) (kamunikasi pribadi, 2003) menyatakan, bahwa hingga saat ini Jepang masih membutuhkan

tepung

atau gaplek iles-iles tebih 1000 ton per tahun. Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi, karena di Indonesia iles-3es belurn dibud'idayakan secam intensif dan masih sangat tergantung pada potensi alam, luas penanaman yang rnasih relatif terbatas, juga pedoman budidayanya belum ada (Hartanto, 1994).

Tabd 1. Vdume dan nilai ekspor iles-iles Indonesia tahun 1985-2003

I

Tahun

I

Volume (kg)

I

Nilai (US$)

1

Tahun

I

Volume (kg)

(

Nilai (US$)

I

I I I I

Sumber : BPS, (1 9852003) '1 :

data mrnpai bulan Agustus

Sriwidodo et

d.

(1994) mengemukakan, bahwa ketidak stabilan produksi iles-iles ini

disebabkan

kama

usaha taninya bersifat sampingan, terjadi pengembang-

an

tanaman lain yang tebih kompetrtif dan belum

banyak

dilakukan peneliian

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia iles-iles menrpakan

tanaman

yang dipaksakan untuk ditanam di setiap pekarangan rumah, uq5qF kepeduan

(20)

menaruh perhatian ke komoditi ini

(Lahiya,

1993). Setelah pendudubn Jepang berakhir tanaman ini rnenjadi langk dan tidak populer lagi di kalangan petani di Indonesia. Kelangkaan ini disebabkan karena tumbuhnya

yang

meliar (wild Wpe) dan bemifat sporadis di hutan-hutan, serb belum banyak dibudidayakan ptani sehingw hanya sedikit saja orang yang mengenal tanaman ini (Haftanto, 1994).

Tepung Des-iles sering disebut black konjaku, jika

diekspor

harganya sangst rendah US$ 1.2

-

4,s kg", dibanding

konjaku

yang dapat rnencapai nilai jual US$ 55

kg"

(Purwadaria, 2001). Lebih lanjut disebutkan jika berupa keripik (gaplek) cara tradiiional pada umumnya hanya mampu menghasilkan kualitas dengan kadar air

la%,

warna coklai dengan kadar glukomanan 19,741,8%,

sedangkan pasar menghendaki

Luahs

dengan k d a r air 1296, warna kuning dan kadar glukomanan 3047%. Menurut Ermiati dan Laksmanahardja (1 996), untuk meningkatkan nilai ekspor dan nilai tambah pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan &visa negara, diperlukan teknik budidaya dan tekndogi pengdahan yang berdaya

guna.

Perkembangan budidaya it#-iles lebih lambat, selain disebabkan belum banyak rnasyarakat mengenal khususnya di luar Jawa, juga umur tanaman yang mlatif lama dibanding umur jenis umbi dan palawija lain. Di samping itu juga karena adanya faktor-faktor fain yang sampai sekarang belum

terpecahkan,

seperb'

aspek agmnomi, pemasaran, dan pengolahan hasil (Ermiati dan Laksmanahardja, 19961, serta pemanfaatan bhan hutan

yang

belum optimal *perti pada Agrolbtt?stry (Rijono, 1999). Untuk

itu

diperlukan usaha-usaha peningkatan tebik

budidaya

Amorphophallus spp. melalui penelitian dan

penyuluhan khususnya

di bidang agmnomi dan biologi (Kriswidarti, 1980).
(21)

baku.

Hal ini dlperkuat pendapat Lingga et al. (1989) yang menyatakan bahwa tielurn banyak ahli agronomi yang tertarik untuk meneli aspek-aspek WEdaya tanaman

in!,

sehingga pustakanyapun tidak mudah didapatkan. Mengingat besamya potensi tanaman ini, maka penelin tentang budidaya iles-iles pedu dilakukan dan dikembangkan.

Tujuan Penelfflan

Secara umum penelitin bertujuan untuk mempeiajari aspek-aspk morfologi dan agronomi serta fenologi ilesiles, sehingga diharapkan nanti

dam

mernperoleh cara budidaya yang lebih baik dan berproduksi tinggi, lebih singkat waktunya dan menghemat biaya.

Secara khusus diujukan untu

k

:

I. Mernperokh informasi dri-ciri morfologi dan agronomi yang lebih rind dan

lengkap daripada

informasi

yang tehh

ada.

2, Mernpemleh informasi tentang komposisi media tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga diperoleh hasil umbi yang lebih besar.

3. Penentuan

waMu

panen yang tepat, yaitu mampu mewhasilkan hbot umbi paling berat dati pertakuan yang diuji, dengan kadar glukomanan kbih bear

41,8%.

4. Memperoleh informasi tentang cam tanam umbi yang mampu memberikan produksi paling

besar,

dianiam cara tanam yang dicobakan.
(22)

Kegunaan PenelMan

1. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan

sebagai

pedoman dalam perbailcan budidaya dan pengembangan iles-iles, sehingga diperdeh hasil yang lebih tinggi, dengan bahan tanaman yang Msien.

2. Hasil pendiian dihara pkan dapat

rnemhrikan

informasi mengenai

berbagai

aspek agronomi iles-iles dan mernacu

dalam

kemajuan s e e pengembangan penelitian yang

akan

datang.

Hlpotesis PenelMan

1. Budidaya iles-ilea menggunakan pupuk kandang , pupuk

P

dan K dosis tinggi membrikan hbot umbi lebih berat.

2. Cam tanam umbi tanpa dibalik, diikuti pembngkaran

tanah dan penambahan

pupuk memberikan hasil umbi lebih bsar.

3. Respon tanaman terhadap kenaikan pH tanah akibat pemberian kapur a h n menjadi tebih baik.

4. Pemanenan yang tepat adalah pada saat umur tanaman semakin panjang (tiga periods pertumbuhan veg-,

pada

kondisi bagian tanaman di atas permukaan tanah teiah mengering.
(23)
[image:23.586.83.492.88.621.2]

-

Gambar 1. Bagan alur tahapan penelitian

Masalah :

Bebefapa aspek agrwKxni

ile&l%s

*

Percobam Pendahuluan :

Uji pertumbuhan iles-iks pada berbagai macam media perexrbaan

t

+

L

Deskripsi

-

Penenturn waktu (ciriciri) iles-iles Wmn Yaw tw

Uji dosis kapur dan

PuPuk bndang v

Uji dosis plpuk

P

dan K
(24)

TlNjAUAN

PUSTAKA

linjauan Umum AmorphophelIu8

rpp.

A m o ~ l l u s spp. tersebar dari daerah ttopik Dunia Lama, kemudian ke Afrika sampai ke

Kepulauan

P d k

dan

mduas

sarnpai ke

daemh

berildim sedang di

Cina

dan Jepang, wdangkan

jenis

Amorphophallus muellen' Blurne

awalnya

ditemukan di Kepulauan Andaman India, kemudian menyehr ke amh timur melalui Myanmar masuk ke Thailand dan ke Indonesia

(Sumatem,

Jawa, Fkms dan

nmot)

(Jansen et al., 1998).

Kay (1973) mengemukakan bahwa Amorphophallus

spp.

ada 90 jenis, sedangkan menurut Hay et 81. (1995) ada 161 jenis, bshkan

Ansen

et ai. (1996)

menduga jumlahnya bbih 170 jenis, tetapi yang paling banyak tumbuh dl daerah

ttopik

adalah A. campanulalus BI sin. A.

pa8oniitWius.

Di Indonesia

selain

A. c~mpanulatus Bt. jenisjenis lain yang sering dijurnpai adalah A. muellen' Blume sin. A. blumei (Scott) Engl. sin. A. onoaph~lus Prain dan A. van'abilis BI.

Di

Jepang ada satu jenis

yang

tidak diemukan di Indonesia, tetapi diusahakan secara besat-besaran yaitu A konjac C. Koch.

sin.

A. M r i Dur. Menurut

laporan

Backer

dan

vd. Brink Jr (1968), di Herbarium Bogorensis Bogor dikoleksi sebanyak 20 jenis dad seluruh tanaman

yang

ada di Indonesia, namun yang ada

di Pulau Jawa

hanya

tercatat delapan jenis. Di Kebun Raya Bogor berhasil ditumbuhkan sebagai kokksi hidup hanya enam jenis dari seluruh jenis di

Indonesia.

Semasa

hidupnya,

Amorphophallus

spp. mengalami dua siklus hidup yaitu siklus vegetatif dan siklus generatif. Siklus vegetatif dimulai pertumbuhannya pada musim hujan diawali dengan pertunasan, kemudian tumbuh akar pada

dasar

tunas di atas umbi, diikuti W n g m u

dan

daun. Umbi

baru

terbentuk di

(25)

mengkerut

dan

hilang.

Pada

musim kemarau batang semu dan

daunnya

mengen'ng, dan tanaman memasuld masa doman

selama

56

bulan. Jika

musim

hujan tiba, tanaman akan memasula' siklus vegetatif lagi atau siklus generatif. Apabila mengalami siktus vegetatif, tanaman akan tumbuh batang

semu

dan daunnya, tetapi jika mengalami siklus generatif dari umbinya akan keluar bunga dan tidak terdapat daun. Bunga tersusun dari bungabunga yang menghasilkan buah kemudiin biji (firdaus, 1972 ; Jansen et

al.,

1996). Lebih lanjut Soernono

(1984) menyatakan bahwa semasa hiupnya, suweg (A. campanulafus) mengalami ernpat fase pertumbuhan yaitu (1) fase pertumbuhan tangkai daun dan a b r , (2)

fase

inkiasi clan pengisian umbi, (3) fase menua, tangkai daun akan mengering atau tanaman mengalami pembungaan, dan (4) fase dorman, bagian -vegetatif mengering kemudian

hilang.

Amo@?@WIus spp.

&pat

tumbuh hampir di semua jenis tanah,

kecuali

p8da tanah

rawa

atau payau (drainase buruk). Perbanyakan A. muellen dapat dibkukan dengan menggunakan biji, umbi

ataupun potongan umbi kmata, dan

bulbil (umbi daun) (Jansen et aL, 1996). Menurut Lingga et al. (1989), perbanyakan tanaman dapat juga menggunakan anskan, menanam kernbati umbi anakan, dan menggunakan irisan mata tunas yang tumbuh di pemukaan

kulit

umbi.

Dalam penanaman iles-iles umumnya digunakan

jarak

tanam berkisar antara 45-95 cm

x

120 un,

dengan

kedalaman tanam 10-15

an

(Lingga el al.,
(26)

( F t e t t e M d dan Itten-, 1898). Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam satu

tahun

ukuran umbinya menjadi tiga kali tipat ukuran umbi awal.

MotFologi

dan Anatomi

Ilesiles termasuk dalam d i s i o Sperrnatophyts, subdivisio Angiospermae,

kelas

MonoclDtykdoneae, ordo

A m k s

(Sphathfflom),

famili Araceae, sub famil Aroideae dan genus Amorphophallus (Benson, 1957 ; Lawrence, 1955).

Secara

morfologi umbi iles-iles bebentuk buM dan berakar serabut, memiliki jaringan parenchym yang tersusun atas sel-sel berdinding tipis (Sufrani, 1993).

Lebih lanjut dinyatakan oleh Rijono (1999) bahwa morfolcgi kuli umbinya hatus, wama umbi bagian &lam kekuning-kuningan dan bakal tunas peda

kul%

umbi Wak tarnpak nyata. Ile+iles yang digunakan datam penelitian

memiliki

ciri-ari

morfologi antara lain, seperti pada Tabel 2.

Ada bebrapa sinonim M a n ! A. mue#en Blume (1 837) yaitu A. bluk

(Scott)

Engler (1879) sin A.

oncophflIus

Prain (1893) (Yuzammi, 2000). Lebih lanjut juga disebut A. burmanicus Hook,f. (1893). A.

planus

Teijsm. & Binn., A.

camosus

Engt , dan A.

timotensis

Aldrew (Hetterscheid dan Ittenbach, 1996).

Disamping itu ilesiles juga mempunyai banyak nama

lokai

seperti acung,

iles,

cocoan oray (Sunda), badul, cumpleng, walur, porang (Jawa); dan kruwu, lorkong, labing, subeg bali,

subeg

leres (Madura) (Lingga et %I., 1989; Rijono,

1999).

Sementara

itu ada juga ibiles yang terlihat berbeda dengan istilah iles-iles pada hlangan ilmiah, sehingga di katangan rnasyarakt

istilah

iks-iles menjadi kurang dikenal.
(27)

Tabel 2. Ciriciri morfologi tanaman iles-iles atau Amorphophallus muellen' Blume rnenunrt Jansen et al. (1 996)

Adanya b~iibil, merupakan

ciri

khusus yang tidak didapatkan pada jenis lain di Indonesia (Santosa et a/., 2000). Menurut Lingga et al. (1989), letak

bun-

iies- iles

secara

terminal, disangga tangkai bunga

tunggal

yang keluar tern pada

pusat

urn

bi. Bagian-bagian yang rnendukung bunga adatah

tang

kai bunga, kelopak bunga dan tongkd bunga. Daiarn keadaan kering bijinya dapat disimpan seQma 2-4 bulan (Sufiani, 1993).

Jumlah kromosom bebera pa jenis Amo@hophallus seperti A. muellen, A. decus-si1vae dan A. variabilis bertunrt-turut 39, 28 dan 26. Jumlah kromosom dasar A. muellen' X = 13, sehingga A.

muellen'

bersifat triploid, A. dears-&ae dipkd dengsn kelebihan 2 kromosam dan A. variabilis diploid (LBN, 1983;

Jansen eta/., t 996 ; Puiwantoro, 2001).

Setiap 100 gram umbi jenis Amophophaiim yang berbeda, mempunyai kandungan bahan kimia yang berbeda pula (Jansen et at., 1996). Menunrt Chaugule

and

Khot (19571, Amtphopha#us tertentu mengandung vitamin A dan B lebih tinggi

daripada

kentang. Bahkan kandungan kabhidratnya sampai

Macam ciri

-

Garis tengah &tun dan tentuk daun

- Ukuran panjam x I*

-

Wama batang semu (tanghi dun)

-

Ukuran batang semu

-

Permukaan batang m u

-

Ukuran umbi

-

Wama umbi

-

Bentuk buah

-

Wama buah

-

Jumtah biji (ovule)

-

Bulbil

Deskri p i

-

(75-200)

cm

dan lanset

- (1 0-35)m x (4-9)

m

-

hijau sampai dengan M a t a n dengm b e m k coklat muda

-

hijju abu-abu dot

-ma kehijauan, kecoklatan

-

tinggi 40-1 80

an

dengan garis tengah 1-5

an

-

lian

-

diameter 28 m, k b o t sarnpai 3 kg

-

mWat tua bagian luar dan kuning muda bagian &lam [image:27.582.35.489.39.821.2]
(28)

mencapai 85 % (Burkill, 1935). Komponen kimia yang terpenting dalarn umbi

iles-

iles adalah glukomanan.

Hasil pengamatan umbi di bawah mikroskop, menunjubn adanya sifat anatomis subset penyusun umbi sebaglan besar berupa

'idbblast"

atau disebut juga seCsel glukomanan yang bemkuran 0,5

-

2 mm, kbih besar 10-20 kali dati ukuran sel pati.

Sel-set

tersebut dikenat dengan

istilah

glukomanan. Salah satu ciri sel glukomanan adalah

Mak

berwama saat di test dengan l a m yodiurn. Karena sel ini dikelilingi

oleh

bebempa sel parenkim yang krdinding tipis krtsl granuh pati, yang jumlah total patmya Mak mampu membrikan wama bifu ketika diuji dengan yodium (Ohtsuki, 1968). Lebih lanjut Lahjra (1993)

mengernukakan bahwa, jaringan bagian luar umbi disusun oleh sel-sel yang posisinya sangat rapai. Protoplasma yang sudah mati dindingnya sebagian telah berubah menjadi gabus (suberin). Pada bagian dalam terdapat lapisan tebal dari &seI dengan ukuran yang lebih k s a r terisi butiran-butiran glukomanan krwama kuning muda. Kandungan glukomanan A. muellen' Blume terbukti tidak hanya labih tinggi, tetapi juga lebih konstan.

(29)

0-man-

dan

satu 0-glukosa. Glukorrranan mmliki rantai

linier f3

(t-4)

m

a

n

gula pembentuknya, dan ukuran berat molekul lebih

besar

dari 300 kD. Goodwin

dan

Mercer (1 983) menjetaskan bahwa, glukomanan berlaku sebagai polisakarida

cadangan yang akan diunakan setama pertunamn. Biosintesis maupun degradasinya masih sedikit diketahui. Peru bahamperubahan komponen utama

penyusun glu komanan diketahui se bagai berikut.

Gula-NDP I Polisskarida dinding sel I

Keterangan : 1 : GOP manosa 2

-

epimerase 1 2 : GDP-G pyrophosphhwylase 3 : phosphoglukomatase

4 : glukosa 6

-

phosphst isomerase

G u h a n a n tersusun obh kwnponertkomponen utama berupa D-gtukoea dan h a n n o s a . Dglukosa diintesis dari glukossl- p b p h a t yang dikataliiis oleh enrim GDP-G pyrophosphorylase rnenjdi GDP-D-glubsa

dengan

rndepaskan

pirofosfat dan guandne 5'- t r i p m . Dari GDP-D+lultosa oleh endm GDP rnannoge Zpimerase akan dikatalise menpdi GDP-man- atau sebaliknya.

(30)

dalam

badan golgi,

akan

terbentuk glukomanan. Smyma-myawa YNW bepm &mgd pngwmr komponen utama adaM frukt-hat

dan glukosa-6-

phosphat yang merupakan hasil fotosintesis melalui siklus Calvin.

Dalam air pada suhu

tuang

glukomanan a h # memberikan kekentalan yang tinggi. Lebih lanjut Manullang (19971, menyataltan bahwa ekstrslksi dapat difakukan dengan menggunakan lamtan KOH dan borat yang akan krkompkk dengan grup

hidrobit

2.3-cis dan dipisahkan dengan presipitasi sebagai barium atau ooppr k m p k k .

Polimer glukomanan memiiiki karakter istlmewa yaitu

mmpunyai

dfat antara selulosa dan

gataktmanan,

sehingga mampu mengalami proses mengkristal serta mem bentu k struktur serat-serat hatus

(Frei

dan Peston, 1 967). Menurut Budiman (1 9701, lamtan glukomanan dapat membentuk lapisan tipis yang memiliki sifat tembus pandang.

Tinggi rendahnya kadar glukomanan dipenganrhi okh krbagai faktor, antata lain, jenis tanaman (Outsuki, 1968; Irawati, 1985; Syaefultah, 1990; Jansen el a!., 1996) dan

perlakuan

pendahuluan menjefang pengeringan, umur panen. bagian-bwian yang digiling, alat yang digunakan, kecepatan putaran atat penggiling dan ulangan waktu penggilingan (Suhirman et at., 1995).

Menunrt

Sait (1 995), kadar glukomanan iles-iles berkisar 54,3-58,3 %. Janmn et al. (1 996)

rnenyebutkan lebih tinggi dari A. variablis, sedangkan Perum Perhutani (1995)

menyatakan

hanya f 35 %. Untuk tepung iles-iles hasil proses tradisional

mengandung

kadar

glukomanan ratam di bawah 30% (Purwadaria, 2001).
(31)

guta reduksi dengan gugus amin

m

a

asam

amino (VMnamo, 1988). Rendemen keripik dipenganrhi oleh umur tanaman dan perlakuan pendahuluan (Suhirman et

el.,

1995).

Sudidaya ilw-lies (AmorphophalIus

mueferl

Blume) Bahan tanarn

Dalam budidaya iles-iles dapat digunakan bahan tanarn benrpa ; biji, umbi daun atau umbi tetas

atau

bulbl ( ' W K di Jawa Timur), dan umbi atau bagian umM. Apabila digunakan biji atau bulbd sebaiknya disernaikan terlebih dahulu, dan setelah m n g n y a cukup kuat barn dipindahkan ke mibag.

Jika

menggunakan urnbi, hrdasar pengarnatan lapangan sebaiknya umbi yang tehh mengalami penyimpanan k 5 bulan, telah brtunas k Icm, sehingga tidak pedu disemaikan tetapi langsung

ditanarn.

Tanaman peteduh, sebaiknya ada sebelum dilakukan penanaman. Pengotahan tanah dilaku kan sebelumnya dan dilakukan pengapuran jika diperlukan (Deptan, 1991).

Bulbil merupakan umbi daun atau umbi tetas, yang terletak di antara percabangan tuhng-tulang hehian daun. Bulbil dapat dipergunakan sebagai salah

satu bahan perbanyakan

tanaman secara vegetatif (Jansen et a1.,1996;

Ambarwati, et at., 2000). Bedasarkan pengarnatan di lapangan, ukuran bobot bulbil berkisar 1-23 g, dengan garis tengah rata-rata benrariasi antara 1-5

cm.

Ukuran dan bntuk butbil dipengaruhi deh posM h k n y a pada helaian daun dan umur tanaman. B i n y a yang benrkumn terbesar terdapat pada tengah percabangan tulang daun , dii kuti anak-anak cabang tulang daun selanjublya. Di bagian tengah tulang daun h t u k bulbit umumnya butat, sedang yang lainnya lonjong.

Menumt Soemono (1984),

ma

A. campanulatus ukuran umbi bibit ber-
(32)

sebagai bibit rnernpunyai ukuran yang semakin

besar,

hasilnya

juga

m a k i n

besar. Demikian juga pada A. muellen Blume bibit umbi utuh benrkuran

200

g rnenghasilkan komponen pertumbuhan dan hasil umbi lebih tinggi dihanding dengan bibit umbi berukuran 100 g dm dan biM bulbil 5 g dan 2,5 g (Hobir, 2002). Pada umbi

kentang

be

berapa hasil penelitin menunju

kkan,

bahwa u kuran umbi berpengamh terhadap pertumbuhan dan hasil. Umbi yang baik digunakan untuk bibi benrkuran 35-40 g per umbi, dengan tunas setinggi 2

cm

(Widjajanto,

1985).

Tanaman yang dapat digunakan sebagai peteduh adatah, tanaman pisang

( M u s ~

p a m a c a ) ,

lamtom (Leucaena glauca), sengon (Paraseriantks falcataria) , kdapa ( C m

n d m ) ,

dan jenis tanaman besar tahunan lainnya (Sufiani, 1993; Lingga et al., 1989).

Persiapan tanam

DaLm persiapan tanam, lahan tanam perlu disiapkan terlebih dahulu, misalnya menyiapkan tanaman peteduh, pernberian kapur jika diperlukan, pernberian pupuk alam jenis pupuk kandang dan pupuk buatan jenis N, P, dan

K.

Tanaman ini Mak toteran terhadap intensitas

cahaya

penuh, maka untuk mernperdeh hail umbi yang tinggi diperlukan naungan antara 50-60 % (Jansen et at., 19961, sedangkan berdasar pengamatan pertumbuhan

tanaman

di alam banyak diiemukan pada tingkat naungan yang bervariasi antara 0

-

90 %

(Santosa

et

a/.,

2000). Tanah liat tidak disukai karena dapat

menghambat

pertumbuhan umbi. Suhu dan kekngasan tanah yang rendah cenderung merangsang dormansi bbih dini (Rubatzky

dan

Yamaguchi, 1994).

Pengapuran

(33)

&7,5 (Jansen et at., 1996). Oleh karena itu pada tanah yang keasamannya kurang dari 8 pertu dilakukan pengapurn.

Pernberian kapur d m pupuk organik dimaksudkan untuk memperbaiki sifat tanah, seperti prbaikan sifat fisik, sifat kimia dan Mat biologi tanah, yang

ketiganya

saling

berinteraksi satu

mma

lainnya sehingga menentukan perturn bu han dan hasil tanaman (Anas, 1 999; Sanchez, 1 976). Perbaikan sifat fisik

tanah

itu antara lain untuk struktur, aerasi, kegemburan, penunrnan bobot isi (bulk densrty), kmudahan pengdahan tanah dan peningkatan jumlah air yang tersedi bagi tanaman. Perbalkan sifat kimia tanah antara lain, meningkatkan

ketersediaan unsur hara makro dm mikro bagi pertumbuhan ianaman, KTK (kapasitas tukar kation

=

miion .exchange

cap&&

=

CEQ, kapasitas sanggah (buffering capacity), pH dan efisiensi pengambihn

hara

oleh tanaman. Perbeikan bilogi tanah

ialah

perbailcan lingkungan hidup organisme tanah (makro,

meso

rnaupun mikro organisme tanah), sehingga lebih menguntungkan bagi petrtum bu han tanaman di atasnya dan mening kat kan produktivitas tanah (Anas,

1999).

Menurut Bingham (1975), jumlah kapur yang diirnbahkan ke &lam tanah tergantung dari

tujuan

pengapuran itu sendiri.

Jika

pengapuran dimaksudkan

untuk rnenaikkan pH sampai niIai tertentu, maka jumlah h p u r yang ditambahkan ke dalam tanah dapat menggunakan metode Shoemaker Mctean Pratt (SMP). Menunrt Sanchet (4976), pembrian hpur paling efektif bila

didasadcan

pada Attuminium dapat diukar atau A h di tanahtanah dimana

logam

ini

mencapai tingkat yang b e m n . Kapur yang diberikan satu kali dalam tiga tahun, m e n i n g l d m pH tanah U W lapisan tanah &h dari 4,O menjadi 5,7

Ca,

meningkat 20 kali lipat dan Mg-d meningkat dua kali (Sanchez et a/., 1982).
(34)

fakbr iMim

tersebut

rnenyebabkan te jadinya mineralisad k h a n induk, pelapukan khan organik serta penwaan lapisan

tanah

bwian atas ke tapisan bawah yang relatif cepat. Akibatnya tanah masam rnempunyai tingkat kesuhran alamiah yang rendah dan

malrin

tinggi tingkat pencucian akan meningkatkan

kemasaman

tanah.

Biasanya tanah masam mempunyai kandungan unsur N, P,

K,

Ca, Mg, Zn dan S yang rendah, terjadi fiksasi unsur

P

yang tinggi dan konsentrasi Al sangat

tinggi whingga dapat m e w n i tanaman (Miller dan Donahue, 1990). Tanah masam biasanya diominasi oleh tanah Oxisol dan Ultixrl yang berhubungan dengan kesamaan komponen iklim yang rnernpenganrhi proses pembentukannya (Sanchez, 1976). Menurut Marschner (1995) lebih dari 70 % tanah masam tropis mengalami defisiensi Ca dan Mg serta rnempunyai kapasitas fiksasi P yang sangat tinggi. Lebih

lanjut

dijelaskan

t>ahwa

kemasaman tanah semakin meningkat menyebabkan penetrasi akar ke lapisan sub

soil

terhambat, sehingga menyebabkan sistem perakaran dangkal dan penggunaan hara

serta

air rendah.

Pada tanaman, Al menrsak tanaman diawali dengan gangguan terhadap

tudung

akar

yang di dalamnya mempunyai sinyal sekaligus detektor gaya grafitasi, sehingga akan menghambat sekresi berlendir sel tudung akar. Sel

tersebut rnerupakan sumkr pengatur endogen pertumbuhan. Lebih bnjut

disebutkan bahwa Al mengharnbat pembekhan sel dengan mengganggu penggandaan DNA (Matsumdo, 1 991)

Pernupu kan

DaQm pertumbuhannya, tanaman akan menyerap unsur-unsur hara &lam

(35)

pertumbuhan dan keseimbangan. Agar

dam

memenuhi ketentuan tersebut, kadang-kadang pedu dilakuksn pemupu kan.

Pernupukan dirnaksudkan untuk menjaga t a p tersedianya unsur

ham

dalam tanah, meningkatkan pertumbuhan dan hasl tanaman. Ada bebrapa macam pengelompokan pupuk : organik dan anorganik. Dalam percobaan ini digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan yaitu pupuk tunggal

P

dan K. Menurut Hairiah et at. (2000), agar tujuan pemupukan berhasil baik maka hams memperhatikan: waktu pernberian pupuk, penempatan pupuk dan dosis pupuk.

Pernupukan pada A, pa80nWius di India dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang 25 tan, 20 kg

N,

40 kg P a s dan 80 kg K D ha-', yang diberikan pad8

saat

t a n m dan 20 kg N ha4

2-3

bubn

kemudian ( J a m et a!., 1996).

Demikian juga

Sufiani

(1993) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik pada i b i l e s pedu dipupuk dengan dosis 40 kg N, 40 kg Pf15 dan 80 kg

K20

ha-'. Lingga et

a/.

(1989) menyatakan bahw d a i n dosis-dds pupuk tersebut masih pedu ditambahkan pupuk kandang biasanya satu kleng susu kental

manis

per lubang tanam, atau 5 ton ha-' pupuk organik (Kriswidarki, 1980 ;

Deptan, 1991)

Pupuk kandang

Pupuk Icandang adalah campuran dari be- macam kotomn padat, cair

(36)

jenis hewan, metode pengdahannya, pakannya dan campuran komponen lain (Rinsema, t 983).

Adiningsih (1 996), menyata kan bahwa tanah mew pakan sistem hidup

yang

dam mengolah pupuk anorganlk menjadi bentuk tersedm bagi tanaman. Kunci proses tersebut adala h bahan organi k berperan sebagai penyangga b i i , sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang untuk tanaman. Tanah miskin bahan organi k akan berkurang kemampuannya menyangga pupuk, se hingga efisiensi pupuk betkumng karena whagian b s a r pupuk hilang dari sekitar perakaran. Sdnjutnya dahm penelinnya dl lahan kering ditunju kkan bahwa pembefian pupu k kandang dapat meningkatkan p r o d i ! W i s tanah dan efisiensi pemupukan. Selain itu pada tanah masam dengan kadar Al tinggi, pemberian bahan organik dapat mengurangi kebutuhan kapur, karena pengikatan At oleh bahan organik. Di sarnping itu pupuk kandang juga mempunyai peranan penting

pada

tanah yaitu ; memperbailri kemampuan tanah menyimpan air; mempengaruhi kernantapan agregat tanah; mempehaiki

s t n r h r

tanah; mempertinggi nilai tukar kation; rnenyediakan unsur-unaur hara yang dibutuhkan tanaman; menghasitkan ban yak C02 dan asam-asam organik yang membantu mineralisasi; dan menaikkan suhu

tanah.

Menurut Gunadi et al. (1992), sumbr bahan organik juga dapat mernpengaruhi hasil kentang. Pupuk kompos hutan sebanyak 4.7 ton ha" dapat menghasilkan 25,2 ton kentang, pupuk kandang kambing 1,6 ton ha-' dapat menghasilkan 14 ton dan pupuk kandang sapi 2 ton ha-' dapat menghasilkan 8,6

ton.

Anwar (1993) menyatakan bahwa penambattan pupuk kandang dengan
(37)

Pada

tanaman bijtbijian Raihan dan Nurlirtayani (2001) menyatakan bhwa, penambahan kotomn ayam 3 ton ha" memberikan hasil2,S ton ha" biji pipilan jagung kering tertinggi, dibanding pupuk organik lainnya. Hal ini dibabkan karma kotmn ayam mempunyai C/N ratio lebih rendah sehingga pelapukan lebih cepat dan memudahkan penyediaan ham serta ketersediaan P lebih tinggi. Di samping itu bahan organik kdoran ayam juga memberikan keuntungan aniara lain pemasok hara tanah, rneningkatlcan retensi air, sehingga perombakan bahan otganik meningkal dan banyak rnenghasil kan asamasam organik. Anion asam organik dapat mndesak fosfat

yang

Wrlkat okh Fs dan A!, sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Serupa dengan keterangan di atas, pemberian pupuk kandang 2 ton dan 4 ton ha" juga memberikan penganrh sangat nyata pad8 hasif pokng kering tanamah kacang tanah

yaitu

sebesar 1,8 ton ha*' daripada ianpa tambahan pupuk

kandang

(Arifin

dan

A M , 1994). Lebih lanjut Sukristiyonutwwo et al. (1993),

menyatakan

bahwa

pemberian bahan organik, kaput dan pupuk NPK dapat meningkatkan hasil biji kering kacang tanah dengan nyata. Hasit analisis tanah rnenunjukkan, bahwa sifat kirnia tanah menjadi tebih baik seperti pH tanah, kandungan bahan organik, KTK tanah. P- tersedia, dan menurunkan M a r Aka.

Pada

pembaan tanaman kedelai

oleh

Kuntyastuti

(2000), kotoran ayam yang diikombinasi dengan pemberian pupuk SP-36 pada tanah Atftsol mampu meningkatkan produldivitas kedelai hingga 100 % dibanding tanpa pupuk.

(38)

Pupuk M a t (P) dan kaliurn

(K)

Fosfat

dan kalium menrpakan hara

esellsial

makro sebagaimana unsur nitrogen. Fosfat merupakan pemkntuk ATP rnelalui proses fotosintesis, dan respirasi. Banyak terdapat dalam inti sel dan mempunyai peranan k s a r dalarn aktivbs mefistematis sel, mendomng perturn buhan a kar serta perkembangan jaringan muda (Tisdale dan Nelson, 1 975). Menurut Truog (1 948), ketersediaan P maksimum te jadi p&a kisaran pH antara 8,5

-

7,5 sedangkan menurut Tisdale dan Nelson (1975) p d a kisaran pH antara 5,s

-

7,O. Pemupukan fosfat pada berbagai varietas kentang, menunjukkan bahwa, dosis 100

kg

P

ha-'

menghasitkan bob! kering tanaman tertinggi dibanding tanpa pemupukan. Peningkatan dosis P tidak lagi meningkatkan pmduksi, walaupun

P

teqinggi diserap tanaman pada dosis 400 kg

P

ha" yaitu 25,7 kg P ha-' ( Jenkins dan Ali,

1999). Hal ini serupa dengan penelitian Ispandi (2000) pada tanaman ubi

kayu,

bahwa pemupukan SP-36

yang

diberikan saat tanam masih meninggatkan residu

P mulai dari sangat rendah, sedang sampai tinggi. Peningkatan ketersediaan P

dapat diperbaiki dengan pemberian pupuk ZA.

Pada

pemupukn P dan K yang

dilakukan Basuki dan Harnowo (1 989), menunjukkan adanya interaksi

yang

tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman

kentang. Ha! ini ditunjukkan pada k b o t

segar umbi sebesar 25,22

-

25,51 ton ha-', dihasilkan dari dosis pemupukan K

sebesar 60-180 kg ha-', sedangkan pemberian

37,s

kg P rnenghasilkan bobot segar umbi 27,<3 ton ha" tetapi tidak berbda secara nyata dibanding kontrd (2595 ton ha-'). Pada varietas lokal dengan penambahan d a i s pupuk P menghasilkan umbi yang lebih rendah bobotnya.
(39)

tanaman,

yang

terdapat dalam bentuk anorganik sangat mobil (Darrnawan dan Baharsjah, 1983). Unsur K mempunyai

peranan

penting untuk pembenhrkan protein dan asam amino,

serta

dalam proses fotosintesis. Kekurangan unsur ini,

tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan dapat mengakibatkan penimbunan NH, yang dapat rnerupakan racun bagi tanaman. Menurut Fliert dan Braun (2002)

unsur P dan K juga mempunyai peranan penting dalam membangun ketahanan serangan patogen. Pada umbiumbian unsur K diperlukan dalam jurnlah lebih

tinggi daripada unsur makro lainnya, tetapi dengan memperhatikan perbandingan terhadap unsur N. Untuk pembesaran umbi ubijalar paling baik, spabib

p e d i a a n unsur N dan K behanding 1 : 3.

Pada

Amo~hophallus

paeonWius (Elephant Food Yam) besamya hasil

umbi, dipengamhi secara nyata

oieh

nutrisi yang &a terutama N dan K, dan juga deh t i p ,

ukuran

umbi bibit serta walrtu panen (

Sen

et

el., 1996).

Percobaan

pot oleh Soemamo dan Prasetya (1989) menunjukkan, bahwa waktu pemberian pupuk K 100 ppm pada saat tanam menghasilkan kuatiis dan ukuran umbi kentang terbaik dibanding pemberian pemupukan dua minggu, empat minggu dan enam minggu setelah tanam. Adapun Subhan dan Asandhi (2001) yang melakukan percobam di lahan

sawah

dataran medium, menunjukkan bahwa waktu pemberian pupuk K tidak berpengaruh tehadap hasil umbi kentang, baik ysng dibrikan pada saat tanam, 30 hari setelah tanam atau setengah bagian diberikan saat tanam dan setengah bagian 30 hari setelah tanam. h i s terbaik adalah 50 kg K

ha".

Pada

tanaman

biji-bijian seperti kedelai, pembrian pupu k K secara lari kan dengan jarak 10 cm dari barisan tanaman di tanah regosol, rnemberikan hasil lebih baik daripada yang dibrikan secara disehar. Pada dosis 33,6 kg ha-' dihasilkan biji kedelai

maksimum

yaitu 1,72 ton ha-'. SuhaMk dan Roechan
(40)

terhadap penyerapan N dan P pada tanah Hidmorf dan hanya meningkatkan penyerapan unsur K saja. Pada tanah Alluvial tejadi sebaliknya, jika pemberian pupuk K ditingkatkan penyerapan K cendenrng menurun. Pada tanah Vertisd fiksasi dan ketersediaan K meningkat dengan semakin rneningkatnya pemberian

K.

Ketersediaan K meningkat dua

kali

lebih besar dibanding K terfiksasi (Mulyatri, 2003). Menurut Wihardjaka et 81. (2000), kehilangan K karena pelindian dapat diatasi dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang dan pengembalian sisa tanaman ke dalam tanah. Terdapat korelasi positif antara penyerapan K oleh tanaman dengan hasil gabah.

Pada padi gogo

pemupukan K dosis 60 kg ha'' mernberikan hasil yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis yang lebih tinggi (Jumberi et al., 1994).

Penanaman Jarak tanam

Untuk Amorphophallus spp. jarak &nam benrariasi tergsntung periods pemanenan umbi,

antara

(45-90)

cm

x 120 crn ; 90 cm x 90 un dan 100

cm

x 100

crn, sedangkan kedalaman tanam bervariasi antara 3-5 cm; 10-15

cm

dan 20-25

cm (Soemono, 1 984; Deptan, 1991 ; Lahiya, 1993; Hartanto, f 994).

Dosis

pemupukan dipenganrhi oleh tingkat kesuburan

tanah

yang akan digunakan. Umumnya pemupukan dilakukan dengan rnenggunakan pupuk organik sebanyak

5 ton per hektar dan pupuk an organik dengan dais 40 kg N, 40 kg P205 dan 80

kg

K20

per hektar (Kriswidarti, 1980; Deptan, 1991 ).

Pelaksanaan tanam

(41)

(2000) dibutkan bahwa, untuk mempercepat

krtambahnya

ukuran umbi hasil panen, pada setiap penanaman beri kutnya disaran kan supaya umbi ditanarn daiam posisi terbalik. Di sisi lain, hasit komunikasi pribadi dengan Soemadi

staf

peneliti LIP1 (2001 ) yang melakukan percobaan pendahuluan, dibutkan hahwa pemktikan umbi saat tanam tampaknya tidak berpenganrh terhadap hasit umbi. Adanya kontradiksi pendapat seperti ini, maka perlu dibuktikan

dengan

penelhian.

Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada

awal

musim hujan, sehingga masa -pertumbuhan vegetatifnya dan pmbentukan umbi maksimum. Bahan bnam

k m p a umbi lebih mudah penanganan dan pernetiharaannya (Hobir, 2002).

Keadaan drainase perlu diperhatikan agar tanah tidak tertalu lembab, sehingga pertumbuhan tanaman dan umbi maksirnum, serta bebas dari penyebab pen

yakit (Jansen

et a!., 1996).

Pemeliharaan

Pada

awal

pertumbuhan, ites-iles tidak memedukan p e w t a n khusus. Tanaman akan tumbuh lebih baik apabila tanah di s e k i r tanaman digemburkan, dan gulmanya dirnatikan. Pengaturan ling kungan tanam pedu dilakukan, misalnya pemangkasan tanaman peteduh, pem buatan saluran drainase, dan lain- lain, sehingga tanaman pokok dapat mempemleh sinar matahari yang cukup dan lahan tidak terlalu lembab. Penyulaman ditakukan apabila ada tanaman yang mali, dan dilaksanakan

*

4 rninggu setelah tanam (Trubus, 1990).

Pengendalian terhadap hama dan penyebab penyakit perlu dihkukan, jib tejadi serangan yang krarti. Serangan biasanya muncul pada

waMu

musim penghujan

ketika

daun tumbuh. Hama yang sering mengganggu tanaman di

pembibitan adatah belalang dan ufat Pa@& pdytss,

t

sedanghn di lapang selain ulat P. pdytes,

L.

juga ulat Mahasena o&etti, L. Menurut Sufiani (1993)
(42)

dan belalang

Gambar

Gambar Halaman
Gambar 1. Bagan alur tahapan penelitian
Tabel 2. Ciriciri morfologi tanaman iles-iles atau Amorphophallus muellen'
Tabel 4. Perbandingan ciriciri marfologi tanaman iles-iles atau Amorphophallus muellen Blume, perbanyakan tanaman dan kadar
+7

Referensi

Dokumen terkait

PembeIian honnon yang mengandung sitokinin dan pemangkasall daun kunmg セNNイ・ォエゥヲオョエオォZ@ merangsang perlcembangan daun bam Bobot mnbi nyata lebih tinggi pada

Hasil pengamatan terhadap proses pegeringan dan kadar air chips iles-iles dengan perlakuan perendaman dengan natrium metabisulfit 1500 ppm selama 10 menit yang menggunakan

Sebagai bahan baku industri pangan, kosmetik, dan bioetanol, tantangan dalam pengembangan iles-iles di Indonesia ialah bagaimana mendapatkan dan merakit varietas unggul

Tunas utama pada umbi umur 0 tahun baru terbentuk sekitar 1 bulan setelah tanam, berbeda dengan umbi umur lain yang telah memiliki mata tunas utama saat tanam,

Demikian juga berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukkan korelasi positif sangat nyata antara bobot umbi dengan seluruh peubah yang diamati, keculi terhadap

Tabel I menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh umbi dari berbagai perlakuan penutupan luka menunjukkann hasil yang sama, sedangkan daya tumbuh umbi perlakuan penutupan

Perbanyakan tanaman iles-iles dapat dilakukan dengan menggunakan bibit dari bulbil (percabangan anak tulang daun) dan umbi yang ukuran kecil (Gambar 1). Tabel 2

Pertumbuhan yang lebih baik didapat dari bulbil berukuran besar dengan menghasilkan tinggi tanaman, garis tengah batang dan daun, serta .berbeda secara nyata daripada