• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiprah Dakwah Ustaz DRS.H.Muhammad Abdul Syukur Yusuf Melalui Majelis Az-Zikra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kiprah Dakwah Ustaz DRS.H.Muhammad Abdul Syukur Yusuf Melalui Majelis Az-Zikra"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

KIPRAH DAKWAH USTAZ DRS. H. MUHAMMAD ABDUL

SYUKUR YUSUF

MELALUI MAJELIS AZ-ZIKRA

Oleh :

Alfarizi Fachrully

NIM : 102051025490

JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

KIPRAH DAKWAH USTAZ DRS. H. MUHAMMAD ABDUL

SYUKUR YUSUF

MELALUI MAJELIS AZ-ZIKRA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial

Oleh :

Alfarizi Fachrully

NIM : 102051025490

Di Bawah Bimbingan

...

JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Abstrak

Kiprah Dakwah Ustaz Drs. H. Muhammad Abdul Syukur Yusuf Melalui Majelis Az-Zikra

Perkembangan Islam di bumi pertiwi Indonesia hingga saat ini tidaklah terlepas dari suatu aktivitas yang kita namakan dengan “dakwah”. Aktivitas dakwahlah yang menjadi salah satu faktor penting bagi maju mundurnya agama Islam. Kalau kita ingin agama yang kita anut ini mengalami kemajuan, maka sudah semestinya dakwah harus kita laksanakan dengan konsisten dan komitmen. Namun jika kita tidak mempedulikannya, sudah bisa dipastikan bagaimana nasib agama Islam ke depan.

Oleh karena itu demi tegaknya agama Islam dimuka bumi ini, kita acapkali menyaksikan sejumlah kaum muslimin yang menjalankan tugas dakwah yang tumbuh secara sadar dari dalam diri mereka sendiri. Apalagi agama Islam sendiri menilai bahwa aktivitas dakwah menjadi sebuah kewajiban yang mesti dijalankan oleh para penganutnya, baik ia lakukan secara kolektif (fardhu kifayah) maupun individu (fardhu ain). Allah Swt berfirman, “Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, (karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Swt”. (QS. Al-Imron [3]: 103)

Beranjak dari hal diatas, penulis menganalisis aktivitas dakwah yang saat ini cukup marak kita saksikan, termasuk di layer kaca. Oleh karena itu, dalam karya ilmiah ini, penulis memfokuskandapa analisis dakwah yang dilakukan oleh seorang da’I muda yaitu Ustaz Muhammad Abdul Syukur Yusuf atau yang lebih dikenal dengan Ustaz Syukur, melalui majelis Az-Zikrana. Kiprah dakwahnya selama ini telah membuat penulis tertarik menganalisis dakwah yang beliau lakukan.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji serta syukur yang tak terhingga, yang tak bisa terlukiskan dan diungkapkan dengan rangkaian kata-kata yang indah sekalipun kepada sang pencipta dan pemilik alam semesta, Allah Swt. Atas segala nikmat,, karunia serta rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, hingga akhirnya skripsi ini bisa dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw, sebagai pembawa risalah bagi seluruh umat Islam sehingga Islam bisa menyebar ke seluruh penjuru bumi dan membawa kita kepada zaman yang penuh dengan cahaya Ilahi ini.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat fasilitas, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai manusia yang dhaif, penulis tidak dapat melakukannya seorang diri. Untuk itu, perkenankanlah penulis secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang tulus dan mendalam kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Murodi, MA, beserta Pudek Bidang Akademik Bapak Drs. Arief Subhan, M.Ag. Pudek Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.Ag. Pudek Bagian Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal, L.L, M. A

(5)

3. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Sunandar, MA yang telah bersedia memberikan waktunya dan tidak henti-hentinya dalam memberikan motivasi kepada penulis serta dengan kesabaran dan bimbingan beliaulah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Adi Badjuri, MM selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memandu dan memberikan support sejak pertama kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Civitas Akademik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

yang telah mendidik dan membimbing hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. 6. Bapak Drs. H. Ustaz Muhammad Abdul Syukur Yusuf yang telah bersedia menjadi objek

penulisan skripsi penulis dan memberikan kemudahan-kemudahan penulis dalam mencari data-data. Bapak Ustaz Subur yang telah menjembatani penulis dengan Ustaz Syukur.

7. Untuk Ayahanda Mawi Rully dan Ibunda Maisyaroh tercinta, yang dengan kasih sayang dan perhatiannya yang tulus serta dengan penuh kesabaran selalu memberikan dorongan baik moril maupun materil serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis.

8. Kepada kakak ku Aden dan adik-adik ku Faisal dan Fajar, yang telah memberikan motivasi dan dukungan. Semoga Allah Swt selalu memudahkan urusan dunia dan akhiratnya.

9. Untuk teman-teman KPI angkatan 2002, khususnya KPI B, Bondanthanks Bon akhirnya gw bisa”, Sidik, Hamdan “kapan nyusul?”, Iis “makasih tuk inspirasi dan support jiwa”. Ade Kartini “kebersamaannya walau gak sampe akhir skripsi” dan Suci Angelihappy ending

skripsinya”. Semua telah memberikan penulis dukungan materil dan moril yang sungguh tidak ternilai harganya.

(6)

dengan pahala dan ganjaran indahnya kehidupan yang akan dating oleh Allah Swt, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Ciputat, 19 Juni 2008

(7)

DAFTAR ISI

“KIPRAH DAKWAH USTAZ DRS. H. MUHAMMAD ABDUL SYUKUR YUSUF MELALUI MAJELIS AZ-ZIKRA”

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……….. iv

BAB I :PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... D. Metodologi Penelitian ... E. Sistematika Penulisan ...

BAB II : LANDASAN TEORITIS ... A. Pengertian Dakwah ... B. Hukum Dakwah ... C. Metode dan Tujuan Dakwah ... D. Media dan Materi Dakwah ... E. Subjek dan Objek Dakwah ...

(8)

BAB III :BIOGRAFI USTAZ SYUKUR ... A. Sekilas tentang Ustaz Syukur... B. Ustaz Syukur dan Majlis Az-Zikra ...

1. Profil Jamaah Majlis Zikir Az-Zikra ... 2. Manajemen Majlis Zikir Az-Zikra ... 3. Kegiatan-kegiatan Majlis Zikir Az-Zikra ... C. Ustaz Syukur dan Pesantren Anak Yatim ... D. Perjalanan Dakwah Ustaz Syukur ...

BAB IV : ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTAZ SYUKUR ... A. Metode Dakwah Ustaz Syukur ... a. Ceramah ... b. Zikir... ... c. Terapi Ruqyah... ... B. Materi Dakwah Ustaz Syukur ... a. Al-Qur’an ... 1. Akidah ... 2. Hukum ... 3. Akhlak ... b. As-Sunnah ... Tujuh Sunnah Harian ... C. Media Dakwah Ustaz Syukur ... D. Kiprah Dakwah Ustaz Syukur ...

18 18 19 20 21 21 21 23

(9)

BAB V : PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Saran-saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ... Lampiran 1 (Bacaan Ruqyah) ... Lampiran 2 (Bacaan Zikir) ...

54 54 55

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam adalah umat terakhir yang hadir di muka bumi ini dan diakui Allah Swt. hingga Hari Kiamat nanti. Untuk umat yang terakhir ini, Allah Swt. mengutus seorang nabi termulia yang ditujukan bukan hanya untuk umat manusia, tetapi juga untuk semesta alam termasuk bangsa jin.

Meskipun umat Islam adalah umat terakhir, tetapi mereka sebagai umat terbaik yang ada di antara umat-umat lain yang ada di muka bumi. Gelar umat terbaik inilah yang Allah berikan khusus kepada umat Nabi Muhammad Saw., sebagaimana yang tertuang dalam surah Ali Imran (3) ayat 110.

! "# ! $ %& '

( & )*!

+

,- . %* /'!

%

% 0 $

“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuik umat manusia,

(karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman

kepada Allah. Seandainya Ahlu Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara

mereka ada yang beriman, tetapi di kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

(11)

atas, ada konsekuensi logis yang harus dijalani oleh umat terbaik ini, yaitu menjalankan amar makruf nahi munkar,1 atau bisa diistilahkan dengan berdakwah.2

Dengan konsekuensi tersebut, tidak heran kalau kemudian Rasulullah Saw. sebagai nabi dan rasul umat ini menjalani dan mengawali dakwah Islam selama puluhan tahun dengan merasakan manis dan getirnya. Perjalanan dakwah yang beliau lakukan selama 23 tahun. Setelah diangkat menjadi rasul, beliau memulai dakwahnya di Mekah secara sembunyi-sembunyi lalu terang-terangan selama 13 tahun. Kemudian, beliau berdakwah di Madinah selama 10 tahun yang telah mencapai hasil maksimal sehingga kita dapat merasakan buah manis dakwah beliau hingga saat ini.3

Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya sangat bijaksana dan patut untuk dicontoh. Setiap kali Rasulullah Saw. melangsungkan dakwahnya, beliau selalu melihat kondisi serta situasi yang sesuai dengan kebijakan umat (mad`u: komunikan) serta berbicara pada bidang yang mereka pahami. Telah menjadi sunatullah bahwa manusia mempunyai pola berfikir yang berbeda, mulai dari tingkat kecerdasan, perasaan, tabiat, sikap, sifat dan tingkah laku, serta keinginan bakatnya.

Landasan inilah yang mengharuskan nabi Muhammad saw untuk mengambil langkah dalam memilih metode yang sesuai dengan obyeknya. Sebagaimana Fathiykan mengatakan bahwa “untuk mempengaruhi suatu obyek harus memilih metode yang sesuai dengan taraf kecerdasan“.45

1

Ibnu Katsir, Tafs r al-Qur’ânil Azh m,(Semarang: Putra Semarang, t.t.), h. 410

2

M. Munir, S.Ag., M.A. dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. xi; Strategi dakwah: A. Fakih Kurniawan, “Sebuah Perenungan atas Konstruksi Transformative Nilai Islam,” artikel diakses pada 5 April 2008 dari http://lingkarfakih.blogspot.com/2007/11/strategi-dakwah-sebuah-perenungan-atas. html

3

Masa dakwah Rasulullah Saw. selama 23 tahun ini sebenarnya setelah waktu tersebut dibulatkan. Sebenarnya, masa dakwah Rasulullah tidak persis demikian. Menurut Ali Mustafa Yaqub, waktu perjalanan dakwah

Rasulullah Saw. adalah 22 tahun, 5 bulan, dan 9 hari. (Lih. Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi,

[Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997], h. 18).

4

(12)

Sebagai umatnya kita wajib untuk meneruskan dakwah Nabi Muhammad Saw., yaitu dengan mengajak manusia untuk selalu mengerjakan yang makruf dan meninggalkan yang mungkar, sesuai dengan ajaran Islam. Muhammad Ahmad al-Dawi mengatakan, “Merupakan kewajiban sebagian manusia untuk melaksanakan dakwah, mengajak kepada jalan yang makruf dan mencegah segala kemungkaran. Dalam berdakwah memang membutuhkan ketangguhan serta kekuatan hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan manusia, sebab hakikat dakwah sebenarnya adalah membina dan mempersatukan seluruh umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.” 6

Menyadari akan pentingnya dakwah sebagai pembinaan umat manusia ke arah tercapainya kebahagian dunia dan akhirat kelak, maka sudah selayaknya kegiatan dakwah harus mendapat perhatian serta penanganan khusus dan serius dengan menggunakan metode dan sarana-sarana yang dapat diterima oleh sasaran dakwah tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa kegiatan dakwah harus terus berkembang dan harus dikemas dengan berbagai metode serta sarana yang khusus agar lebih efektif demi tercapainya tujuan dakwah, sehingga dakwah dapat diterima oleh semua kalangan.

Saat ini, banyak kita temui di hampir setiap media, baik media elektronik maupun media cetak, ragam cara dan media yang dilakukan para aktivis dakwah dalam menyampaikan seruan tentang kebaikan untuk tetap mengikuti aturan agama. Hal tersebut bisa dikatakan dakwah kekinian atau dakwah kontemporer.

Pada dakwah kontemporer, salah satu ustad yang cukup sering menjalankan aktivitas dakwahnya adalah Ustaz Syukur. Beliau merupakan alumni UIN (Universitas Islam Negeri)

5

Pendapat yang diutarakan oleh Fathiyakan sesuai dengan ungkapan Arab yang menyatakan,

% , 123 4 5'

"Bertuturkatalah dengan orang lain sesuai dengan kemampuan daya pikir mereka."

6

(13)

Syarif Hidayatullah, Jurusan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, 2000. Selain itu, beliau adalah salah seorang kepercayaan atau asisten Ustaz Arifin Ilham, Pimpinan Mejelis Zikir Az-Zikra, dan pembimbing Jamaah Umrah Selatour.7 Dengan kapasitas pendidikan dan status tersebut, tentu saja aktivitas dakwah dai muda yang satu ini perlu diperhitungkan, apalagi beliau juga pernah belajar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Bogor, Jawa Barat.

Media televisi, radio, dan majalah adalah tempat dimana Ustadz Syukur menuangkan curahan tenaga dan pikirannya dalam berdakwah. Perjalanan dakwah dai yang satu ini tidak hanya berkutat di wilayah lokal, tetapi juga nasional, bahkan beliau pernah merambah sampai luar negeri.

Meskipun beliau telah cukup sering dalam berdakwah di media, baik televisi maupun majalah bahkan beliau telah berdakwah sampai ke negeri Macau (Cina), namun kesan glamoritas dan komersilitas seorang dai yang banyak kita jumpai di televisi hampir tidak melekat di Ustaz Syukur.

Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan kepribadian beliau, Penulis tertarik untuk mengkaji kiprah dakwah beliau selama ini. Dan untuk selanjutnya, tema tersebut Penulis angkat ke dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Dakwah Kontemporer (Studi Deskriptif Analisis Kiprah Dakwah Ustaz Drs. Muhammad Abdul Syukur Yusuf).”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

7

(14)

Penulisan skripsi ini akan lebih terarah bilamana ada batasan yang menjadi topik pembahasan. Oleh karena itu, penulis membatasi masalahnya pada seputar kegiatan dakwah Ustaz Syukur.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana metode dan materi dakwah Ustaz Syukur?

b. Apa kiprah yang telah dilakukan Ustaz Syukur dalam berdakwah?

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Ustaz Syukur dalam berdakwah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metode dan materi dakwah Ustaz Syukur b. Untuk mengetahui kiprah dakwah Ustaz Syukur

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah Ustaz Syukur 2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan gambaran dan masukan kepada Majelis Zikir Az-Zikra (tempat Ustaz Syukur bernaung) khususnya, dan masyarakat umumnya tentang metode dan meteri dakwah Ustaz Syukur dalam membina umat.

b. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(15)

D. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Reseach)

Yaitu, dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, buletin-buletin, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan obyek penelitian.

2. Penelitian lapangan (Field Reseach)

Yaitu, dengan melakukan survei dan penelitian langsung ke sejumlah majlis dan tempat Ustadz Syukur bedakwah untuk memperoleh keterangan dan data yang berkaitan dengan penelitian serta melakukan wawancara dengan Ustaz Syukur selaku objek penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Yaitu, melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada sebagai upaya untuk memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan dalam penelitian. 2. Wawancara cara (Interview)

Yaitu, pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara ini penulis lakukan dengan Ustaz Syukur, orang-orang terdekatnya, dan beberapa jamaah yang mengikuti dakwahnya.

(16)

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ini ke dalam lima bab dengan perincian sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat tentang Latar Belakang Masalah; Pembatasan dan Perumusan Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian;Metodologi Penelitian;danSistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Memuat tentang Pengertian Dakwah; Hukum Dakwah; Metode dan Tujuan Dakwah; Media dan Materi Dakwah; Subjek dan Objek Dakwah; dan Pengertian Dakwah Kontemporer

BAB III : BIOGRAFI USTAZ SYUKUR

Memuat tentangSekilas Biografi Ustaz Syukur (Latar Belakang KeluargadanLatar Belakang Pendidikan); Ustaz Syukur dan Majlis Az-Zikra: Profil Jamaah Majlis Zikir Az-Zikra, Manajemen Majlis Zikir Az-Zikra, dan Kegiatan-kegiatan Majlis Zikir Az-Zikra;Ustaz Syukur dan Pesantren Anak Yatim; serta Perjalanan Dakwah Ustaz Syukur

BAB IV : ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTAZ SYUKUR

(17)

BAB V : PENUTUP

(18)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Dakwah

Dalam bahasa Indonesia, kata dakwah merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu

6 7

. Sementara itu, dalam bahasa Arab sendiri, kata

6 7

berasal dari akar kata

-

7

.

Secara etimologi, kata dakwah berarti berdoa, menyeru, atau mengajak.8 Adapun secara terminologi, dakwah juga memiliki beberapa arti, tergantung kepada para ahli yang mendefinisikannya. Meski demikian, pengertian dakwah secara terminologi yang diberikan mereka masih berada dalam maksud yang tidak jauh berbeda, bahkan antara definisi yang satu melengkapi definisi yang lain. Berikut ini beberapa pengertian dakwah secara terminologi. 9

• Memotivasi umat manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta

memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

• Mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan

Rasul-Nya.

• Memindahkan umat dari suatu situasi yang buruk ke situasi lain yang jauh lebih baik.

B. Hukum Dakwah

8

Ahmad Sunarto, Kamus Al-Fikr: Indonesia-Arab-Inggris & Arab-Inggris-Indonesia, (Surabaya: Halim

Jaya, 2002), h. 208-209; Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), h.

406-407

9

(19)

Pada dasarnya, hukum dakwah adalah wajib10 sebagaimana yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an ataupun Sunnah Nabi. Ayat Al-Qur’an, misalnya, yang terdapat dalam surah Yusuf ayat 108.

ﻥ!

:;- < ;

ﻥ! "6 $= 4

4 >

7! < $;- ?@* )3

$' A

“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku

mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah dan aku tidak

termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf [12]: 108).

Adapun dalil Sunnah Rasulullah Saw. yang menunjukkan kewajiban berdakwah ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di bawah ini.

%

B!1

; ,;C DE&Fی % GC ﻥ F ;C DE&Fی % GC ?2$ ? 5$H$ C 0

یI J K! L M

“Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya

dengan tangannya. Apabila dia tidak mampu, maka dengan lisannya. Apabila di tidak

mampu juga, maka dengan hatinya. Itulah iman yang terlemah.” (HR. Muslim)

Akan tetapi, mengenai hukum wajib ini, para ulama masih memperselsihkannya, apakah kewajiban itu bersifat fardhu ain (individual) atau fardhu kifayah (kolektif). Perbedaan hukum yang terjadi di kalangan ulama ini bertitik tolak dari perbedaan penafsiran terhadap ayat Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104, yaitu:

10

(20)

LN !

ی

ی

$O 4 >

2ی P# ! %

&

: . %*

“Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,

menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang

beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).

Berdasarkan ayat di atas, menurut Ibnu Katsir, ada dua pendapat yang berbeda mengenai hukum dakwah. Sebagian ulama menyatakan, hukum dakwah ialah fardhu kifayah, sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa hukumnya fardhu ain. Perbedaan tersebut dimunculkan dari penafsiran kata min ( ) yang terdapat pada ayat di atas. 11

Golongan pertama yang banyak diikuti oleh para ulama menyatakan, kata min pada ayat tersebut bermakna sebagian (

Q$ ;

). Jadi, dakwah merupakan kewajiban yang bersifat kolektif (fardhu kifayah). Alasannya karena kegiatan dakwah memerlukan ilmu dan tidak setiap individu mampu melaksanakannya. Pendapat ini diperkuat dengan ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 122,

'

. $

0#C '

C

.ﻥ

5)'

"#3 C

%

P#.ﺉ S

,.&$

<C

ی52

1@ $

%

3

M>

1

% $ >

%

1@:ی

"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang yang

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada

11

(21)

kaumnya apabila mereka telah lembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

(QS. At-Taubah [9]: 122)

Golongan kedua menafsirkan kata min pada surah Ali Imran ayat 104 berfungsi sebagai

penjelasan atau keterangan (

$

). Dengan demikian, dakwah menjadi kewajiban setiap individu (fardhu ain). Hukum ini diperkuat dengan Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110.

%& '

$

"# !

!

+

)*!

( &

0 $

%

%

%* /'!

,- .

“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuik umat manusia,

(karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman

kepada Allah. Seandainya Ahlu Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara

mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."

Selain itu, menurut golongan yang kedua, hukum fardhu ain ini juga diperkuat dengan hadis Nabi Saw, di atas yang terdapat kata man ( ), yang berarti bahwa dakwah tersebut mesti dilakukan oleh setiap individu muslim.

C. Metode dan Tujuan Dakwah

Secara etimologi, kata metode berasal dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan

hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian, arti metode ialah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.12

12

(22)

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi, dari sekian banyak ayat Al-Qur’an yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasara dan fundamen pokok bagi metode dakwah. 13 Ayat yang dimaksud adalah ayat,

L 1 > Fﺡ! <* <& % 7

# F: #U

# : L51 )$;- 4 > V7

ی2&

% ! *

$;-

)K

% ! *

“Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat/pelajaran yang baik,

dan debatlah dengan cara yang lebih baik. Sesuangguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih

mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang

orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl [16]: 125)

Berdasarkan ayat di atas, terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan metode dakwah, yaitu:14

a. Dakwah bil hikmah, yaitu dakwah dengan perkataan yang jelas, tegas, benar, serta dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Metode ini cocok untuk mereka yang mempunyai daya nalar yang tinggi dan memiliki kemampuan lebih dalam menangkap makna yang disampaikan dan bersikap kritis.

b. Dakwah bil mau’izhah hasanah, yaitu dakwah dengan tutur kata yang membawa kepada kebaikan melalui penyampaian kabar gembira, peringatan, kisah-kisah terdahulu, dan berbagai perumpamaan.

13

Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Basritama, 1997), h. 38

14

(23)

c. Dakwah bil mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran dengan cara yang baik dengan argumentasi yang kuat, tanpa menyinggung perasaan. Metode ini cocok bagi kaum intelektual yang menyukai hal-hal yang bersifat rasional.

Sementara itu, menurut Quraish Shihab, agar dakwah mencapai target yang diinginkan Al-Qur’an mempunyai metode yang jitu, yaitu:15

a. Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah satu materi. Maksud kisah di sini ialah kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an.

b. Nasihat dan panutan yang disampaikan dengan dengan bahasa yang menyentuh. Demikian juga dalam berdakwah. Namun, yang perlu diingat, sebaik apa pun nasihat kuranglah sempurna jika tidak disertai dengan keteladanan.

c. Pembiasaan yang digunakan Al-Qur’an untuk mendidik manusia agar terbiasa akan sesuatu, baik untuk meninggalkan maupun mengerjakannya.

Adapun mengenai tujuan dakwah, Toto Tasmara sebagai pakar komunikasi pernah menyampaikan, tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan, baik secara individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut. 16

Sementara itu, menurut Shiddiq Amin dalam Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi menjelaskan bahwa tujuan dakwah ialah memahami, mengimani, menilai antara hak dan batil, mengamalkan, dan mengajarkan ajaran Islam. 17

D. Media dan Materi Dakwah

15

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), h. 197-198

16

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: GMP, 1987), h. 7

17

(24)

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat perantara. Media ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.18

Ada dua macam media dilihat dari segi sifatnya, yaitu:19

1. Media tradisional, yaitu berbagai macam benda seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan didepan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan dan sebagainya.

2. Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti: surat kabar, radio, televisi dan sebagainya.

Adapun materi dakwah ialah ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran Islam inilah yang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak mereka agar mau menerima dan mengikutinya. Diharapkan agar ajaran Islam benar-benar dapat diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan, sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Ajaran-ajaran Islam itu dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) keyakinan atau akidah, (2) hukum-hukum, dan (3) moral serta akhlak. 20

Untuk menyampaikan materi-materi dakwah di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Memilih bahan yang tepat

18

Asmuni Syukur. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya. (Surabaya: Al-ikhals. 1983). Cet. 1, h 163

19

Adi Sasono, Solusi Islam atas problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1998), Cet ke-1, h. 154

20

(25)

2. Jangkauan ilmu tentang bahan tersebut. 3. Menyusun secara sistematis

4. Menguasai bahan.21

E. Subjek dan Objek Dakwah

Subjek dakwah ialah orang yang melakukan dakwah, atau biasa diistilahkan dengan dai. Dai adalah orang yang berusaha mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt., baik secara individu maupun kelompok, sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.22 Semestinya seorang dai berusaha mengajak manusia dengan perkataan dan perbuatannya kepada ajaran Islam, menerapkan manhajnya, memeluk akidahnya, dan melaksanakan syariatnya.23

Slamet Muhaemin Abda mensyaratkan beberapa kemampuan untuk seorang dai, yaitu: 1. Kemampuan berkomunikasi atau beretorika

2. Kemampuan menguasai diri

3. Memiliki kemampuan dibidang umum 4. Menguasai ilmu agama secara umum

5. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih.24

Sementara itu, yang dimaksud dengan objek dakwah yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah atau orang yang menerima pesan-pesan dakwah dan biasa disebut mad’u.

21

Alwisral Imam Zaidallah dan Khaidir Khatib Bandaro, Strategi Dakwah dalam Mmebentuk Dai dan

Khatib Profesional, (Jakarta : Kalam Mulia,2002) Cet. Ke-1, h. 83

22

M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) Cet ke-1, h. 179

23

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo: Intermedia, 1997), Cet ke-2. h. 29

24

(26)

BAB III

BIOGRAFI USTAZ MUHAMMAD SYUKUR

E. Sekilas tentang Ustaz Muhammad Syukur

Ustaz Muhammad Syukur lahir di Bogor, 4 Januari 1978. Nama lengkapnya yaitu Muhammad Abdul Syukur Yusuf. Beliau lahir dari keluarga yang memang mempunyai dasar-dasar agama Islam yang kuat. Kedua orangtuanya pernah mengenyam pendidikan di pesantren, begitu juga dengan kelima saudara Ustaz Syukur. Di antara saudara-saudara Ustaz Syukur, hanya satu kakak laki-lakinya yang bernama H. A. M Fachrudin yang tidak masuk pesantren. Ustaz Syukur merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara, yaitu: (1) Suhartati, (2) Nurkomalawati, (3) H. AM Fachrudin, (4) Ida Laila, (5) M. Abdul Syukur Yusuf (Ustaz Syukur), (6) Aang Abu Bakar, dan (7) Siti soliha.

Ayah beliau, H. Yusuf, merupakan salah satu tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Mampang Sawangan, Depok. Dengan pofesi ayahnya tersebut, tentu memudahkan Ustaz Syukur untuk mendapatkan pendidikan Agama di salah satu pesantren di Kota Hujan tersebut. Dan memang pesantren itu sudah ada sejak Ustaz Syukur duduk di bangku kelas lima SD. Apalagi, dengan posisi rumah yang bersebelahan dengan bangunan pesantren, tak jarang beliau ikut mengaji walau harus ikut di kelompok anak Tsanawiyah.25

Ustaz Syukur kecil merupakan anak yang cerdas, bahkan untuk menyelesaikan Sekolah Dasarnya beliau hanya butuh waktu lima tahun atau sampai kelas lima. Sebab, beliau ikut kelas

akselerasi, yaitu ujian yang bila lulus langsung dapat ijazah dan bila tidak maka naik ke kelas enam. Sejak kecil, beliau memang mempunyai cita-cita sebagai ustaz. Dengan belajar di

25

(27)

pesantren, tentu sangat memotivasi dirinya untuk mewujudkan cita-cita mulianya. Puncak dari kesukaannya terjadi saat beliau mengaji kepada Ustaz Slamet Suryanto (almarhum). Saat itu beliau mendengar ceramah Ustaz Slamet dan terpukau dengan gayanya. Hal itulah yang sangat memotivasi beliau untuk menjadi seorang dai.26

F. Ustaz Syukur dan Majlis Az-Zikra

Pada tahun 1999, tepatnya di Masjid Amru Bittaqwa, adalah awal mula Ustaz Syukur bertemu dengan Ustaz Arifin Ilham, seorang dai kondang yang terkenal dengan metrode zikirnya, sosok guru yang cukup berperan dalam pengembangan kiprah dakwah Ustaz Syukur.

Akhir tahun 2000, di masjid tersebutlah mulai diadakan zikir yang pada saat itu belum terbentuk Majlis Az-Zikra. Walaupun belum membentuk majlis atau perkumpulan zikir, namun ustadz Syukur yang mendampingi Ustaz Arifin Ilham sudah rutin setiap bulannya melakukan zikir berjamaah di masjid yang berada di komplek perumahan daerah Mampang, Depok.

Awal bulan pertama jamaah yang ikut cukup banyak karena setiap ustaz yang datang membawa murid-muridnya. Lalu, pada bulan kedua dan ketiga jamaah mulai menyusut dan pakaian pun masih belum seragam. Hal ini disebabkan banyak jamaah yang belum tertarik dengan zikir berjamaah dan pada saat itu zikir yang dilakukan tidak seperti zikir yang dilakukan sekarang. Dulu zikir hanya teriak-teriak seperti orang mau perang tanpa logat atau intonasi yang indah.

Seiring dengan perjalanan waktu, metode yang dilakukan pun berkembang hingga akhirnya banyak jamaah yang mulai menikmati dan berkembanglah metode zikir tersebut ke majlis-majlis. Hal inilah yang memprakarsai terbentuknya majlis Az-Zikra. Awalnya, Ustaz Syukur ditunjuk sebagai anggota di Departemen Pendidikan dan Dakwah. Walaupun pada saat

26

(28)

itu Majlis Az-Zikra belum aktif, tapi Ustaz Syukur duduk sebagai orang majlis dan menjadi pengurus. Lalu, tanpa adanya pelantikan namun berdasarkan kesepakatan para ustaz Az-Zikra, Ustaz syukur diangkat menjadi Sekjen Majlis Az-Zikra dan sekaligus sebagai ustaznya. Hingga saat ini, Ustaz Syukur termasuk ustaz yang memiliki peran penting dalam perjalana dakwah Majlis Zikra. Beliau kerap kali menimba dan memberi ilmu kepada para jamaah Majlis Az-Zikra, tanpa terkecuali kepada para asatiznya. Dengan demikian, hubungan Ustaz Syukur dengan Majlis Az-Zikra sudah sangat erat yang menjadi satu kesatuan dan saling melengkapi.

1. Profil Jamaah Majlis Zikir Az-Zikra

Dalam catatan Ustaz Abdul Syukur sendiri selaku Sekjen Majlis Az-Zikra, secara umum latar belakang jamaah zikir di Majlis Zikir Az-Zikra sangat beragam. Jamaahnya mulai dari para pejabat pemerintah, kalangan militer, akademisi, ormas Islam, tokoh pemuda, pengusaha, jurnalis, tokoh-tokoh gerakan Islam, atau bahkan pengikut gerakan tarekat lain seperti tarekat Idrisiyah, Naqsyabandiyyah, dan Khalidiyah, serta berbagai elemen masyarakat lainnya. Pernyataan ini juga diperkuat dengan persaksian mata kepala kita sendiri yang acap kali kita menyaksikan jamaah yang mengikuti Majlis Az-Zikra melalui media layar kaca adalah orang-orang sebagaimana yang disebutkan di atas.

2. Manajemen Majlis Zikir Az-Zikra

(29)

bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan (diklitbang), dan pemberdayaan ekonomi jamaah.

3. Kegiatan-kegiatan Majlis Zikir Az-Zikra

Adapun kegiatan-kegiatan yang ada di Majlis Zikir Az-Zikra di antaranya adalah Majlis Tarbiyah yang dilaksanakan pada setiap malam Rabu, Majlis Zikir dan Ta’lim yang dilaksanakan pada setiap Sabtu Subuh, Zikir Akbar dan Titian Keluarga Sakinah (TKS) yang dilaksanakan pada hari Ahad setiap bulan. Selain kegiatan-kegiatan rutin seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu seperti kegiatan Wisata Zikir yang dilaksanakan di Bandung.27

G. Ustaz Syukur dan Pesantren Anak Yatim

Dakwah tidaklah sebatas tutur kata lisan, tetapi dakwah juga butuh tindakan perbuatan. Bahkan, dakwah perbuatan (dakwah bil hal) inilah yang jauh pengaruhnya lebih ampuh daripada dakwah lisan. Berdasarkan hal ini, Majlis Az-Zikra serasa masih kurang jika tidak melengkapi dakwah lisannya dengan dakwah perbuatan. Dalam bentuk yang kongkrit, mereka pun mendirikan yayasan yatim piatu yang bertujuan mengasuh dan memelihara anak yatim.

Pada awalnya, hal yang melatarbelakangi berdirinya yayasan ini ialah adanya sejumlah anak yang terlantar dari sejumlah konflik yang terjadi di Indonesia, seperti konflik yang terjadi di Poso atau Aceh. Selanjutnya, setelah terjadi tsunami yang melanda daerah Serambi Mekah, semakin banyak saja anak-anak yang kehilangan orangtua mereka. Berawal dari sini, hati para pengurus Majlis Az-Zikra tergerak untuk turut serta mengasuh mereka. Karena itu, sekitar tahun 2004-an, Majlis Zikir Az-Zikra secara resmi mendirikan Yayasan Yatim Piatu Az-Zikra. Pada

27

(30)

saat itu, Ustaz Syukurlah yang dipilih sebagai ketua yayasan guna memimpinnya hingga saat ini. Kemampuan dan kapasitas keilmuannya yang membuat para pengurus Majlis Zikir Az-Zikra memberikan kepercayaan kepadnya untuk memimpin yayasan yatim tersebut. Pada saat ini, jumlah anak yatim piatu yang diasuh sekitar 40-an anak.28 Bagi mereka, sedikit ataupun banyak, yang terpenting santunan yang diberikan untuk anak yatim piatu tersebut rutin terlaksana tanpa henti. Sebab, sekalipun dari segi kuantitas—barangkali—tidak terlalu banyak, kualitas rutinitas itulah yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dan nilai lebih bagi yayasan yatim yang satu ini. Rasulullah Saw pernah bersabda,

Wﺡ!

X

>

4

7!

>

)3

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang rutin meski sedikit.” (HR. Ahmad) Mengenai keutamaan orang yang mengasuh anak yatim, Rasulullah Saw pernah menjelaskannya lewat sabdanya,

!ﻥ

'

C

)

$&

$

%

C

<

Y

#

*

@

!

1

F

;

#

-E

4

[

\ C

$

$0N

"Di surga nanti, saya dan orang yang mengasuh anak yatim seperti ini," Rasulullah sambil berisyarat dengan jari telunjuk dan tengahnya, serta merenggangkan jari yang lain. (HR. Bukhari – Muslim).

Salah satu dakwah seperti inilah yang semestinya diikuti oleh yang lainnya. Sebab, dakwah bukan hanya tutur kata lisan, tapi lebih bermakna dan lebih tajam pengaruhnya jika dibarengi dengan bukti nyata perbuatan. Oleh karena itu, tidak heran kalau kemudian jika Ustaz Syukur mengungkapkan bahwa sudah saatnya dakwah dikembalikan pada Akhlak.

28

(31)

H. Perjalanan Dakwah Ustaz Syukur

Sejak SD, Ustaz Syukur mulai tekun belajar ceramah, bahkan beliau sudah diajak untuk ikut program KPM (Kegiatan Pengabdian Masyarakat) mirip dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang dilakukan mahasiswa. Peserta KPM biasanya dikumpulkan dalam satu kelompok yang akan memberi pengabdian kepada masyarakat dengan cara berdakwah dan mengisi ta’lim di majelis-majelis. Kegiatan yang diadakan setahun sekali pada saat liburan ini mempunyai bermacam-macam kegiatan tapi yang utama adalah dakwah, dalam satu kelompok terdiri dari santri yang baca shalawat, mengaji, berceramah dan MC, Ustaz Syukur biasanya mendapat tugas MC atau ceramah.29

Inilah awal mula beliau berdakwah didepan jamaah dan puncaknya pada saat duduk dibangku Madrasah Aliyah sampai keliling keluar kota Banyuwangi, Bandung dan Garut. Kegiatan ceramah berlanjut hingga ustad Syukur menjadi mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan tafsir hadits Fakultas Ushuluddin. Agustus tahun 2000 setelah ustad Syukur wisuda S1 beliau mulai aktif berdakwah dimajlis Az-Zikra dengan mengikuti dan mendampingi Ustaz Arifin Ilham, awalnya hanya sebagai MC pada saat Ustaz Arifin mengisi acara zikir, namun kemudian dengan sebab padatnya acara zikir yang harus diisi oleh Ustaz Arifin Ilham maka ada beberapa acara zikir yang diisi oleh Ustaz Syukur untuk menggantikan Ustaz Arifin Ilham, begitu seterusnya hingga sekarang banyak sudah acara-acara zikir dimajlis yang diisi oleh Ustaz Syukur bahkan sampai keluar negeri (Hongkong).

29

(32)

BAB IV

ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTAZ SYUKUR

A. Metode Dakwah Ustaz Syukur

Seandainya kita merujuk pada sejumlah ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang dakwah, maka ada satu ayat yang membicarakan metode dakwah—sebagaimana yang telah disinggung di atas—yaitu Surah An-Nahl ayat 125. Dan jika Penulis teliti lebih jauh terhadap dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur selama ini, Penulis menyimpulkan bahwa sejumlah cara dakwah yang dilakukan beliau berpusat dan lebih didominasi pada metode dakwah

mau’izhah hasanah. Sebab, dalam setiap dakwahnya, Ustaz Syukur senantiasa mengisinya dengan menyampaikan taushiyah atau ceramah, ruqyah syariyah, dan zikir bersama para jamaah sebagaimana yang beliau lakukan dalam sejumlah kesempatan, seperti terhadap karyawan-karyawati Mirota Kampus C. Simanjuntak.30 Dalam berdakwah, zikir bersama para jamaah beliau senantiasa lakukan karena posisi beliau yang memang sebagai Sekjen Majelis Az-Zikra.

Menurut Penulis, metode yang digunakan Ustaz Syukur bermuara pada metode

mau’izhah hasanah karena kandungan dan cara penyampaian dakwahnya sangat sesuai dengan makna mau’izhah hasanah itu sendiri. Shalih bin Abdullah bin Humaid pernah menjelaskan, pada dasarnya mau’izhah hasanah ialah ucapan yang menyentuh hati mad’u (komunikan) agar dia berkenan untuk berbuat baik dan menyambut seruan dakwah kepadanya.31 Berikut ini Penulis berupaya menganalisa tiga metode dakwah di atas yang diterapkan oleh Ustaz Syukur.

30

Artikel ini diakses pada 7 April 2008, dari http://www.mirotakampus.com/index.php-option=

comcontent &task=view&id =52 & Itemid=38

31

Shalih bin Abdullah bin Humaid, Mafhûm al-Hikmah fi ad-Da’wah, (Arab Saudi: Wizarah asy-Syu`ûn

(33)

a. Ceramah

Seandainya kita berupaya mengkaji cara-cara dakwah yang disampaikan oleh para nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw., kita akan menemukan bahwa metode ceramah dalam berdakwah senantiasa ada dan diterapkan tanpa henti. Misalnya, dakwah yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun kepada kaumnya sebagaimana yang direkam Al-Quran dalam surah Al-A’raf ayat 150 dan surah Thaha ayat 90. Selain itu, dakwah yang dilakukan oleh nabi kita pun, Nabi Muhammad Saw., tidak lepas dari dakwah metode mau’izhah hasanah, dan dalam hal ini adalah ceramah. Salah satu contohnya adalah ceramah atau taushiyah yang beliau sampaikan pada saat Haji Wada’ sebagaimana yang tertuang di bawah ini.

X ,C ( ,

$

C1M 0#H$ 0#U

U C ]

X ,C

F

B ,& % $ﺹ ! X ,C $ > 2

M C "V57 #U

?@* '

X -1 ی P)ﺉ 3

D

<& F % $ C 0 $/' 0C & B $FC _2 %

` ی

ﻥGC a$A;ﺡ 02;

> # E

%' ی> @

$

bc

F

ی2ﺵ

$5ی2

d . O #

-e ﺙ2:

P# K "# 2 )' P# 2 "#ﺙ2: )' GC 1

Abu Najih Irbad bin Sariah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw menasihati kita dengan

nasihat perpisahan yang menggetarkan hati dan membuat air mata jatuh bercucuran. Kami lalu

bertanya, “Wahai Rasulullah, sepertinya ini nasihat perpisahan. Karena itu, berilah kami

wasiat.” Nabi Saw bersabda, “Saya berwasiat kepadamu agar tetap bertakwa kepada Allah

Swt., mendengar, dan taat, wakaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya.

Sesungguhnya siapa saja di antara kalian masih hidup, niscaya dia bakal menyaksikan berbagai

(34)

lurus. Gigitlah ia dengan gerahammu, jauhillah hal-hal baru, karena sesungguhnya semua

bidah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi yang berkata, “Hadis ini hasan dan shahih.”) 32 Dengan demikian, cara-cara ceramah atau taushiyah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur memang telah sesuai dengan metode dakwah mau’izhah hasanah yang dilakukan oleh para nabi atau hingga saat ini dilakukan oleh para ulama. Dan dalam penerapannya, terkadang ceramah atau taushiyah yang disampaikan oleh Ustaz Syukur senantiasa diselingi dengan zikir, baik itu dilakukan sebelum ceramah maupun setelahnya. Namun, dari ceramah dan taushiyah yang diberikan Ustaz Syukur, rasanya-rasanya beliau tidak ingin terjebak hanya pada penyampaian dakwah sebatas ceramah atau taushiyah saja. Beliau pun berupaya untuk langsung menerapkan dan memberikan keteladanan kepada mad’unya, sebagaimana yang pernah beliau lakukan saat berceramah di Hongkong dengan mengajak para mad’unya untuk shalat Subuh berjamaah. Dan ternyata, meski di waktu pagi yang demikian sangat dingin, beliau tetap memenuhi janjinya dan langsung memberikan keteladan kepada mereka. Barangkali, beliau pun ingin benar-benar menerapkan langsung ungkapan lisânul hâl afshah min lisânul maqâl (lisan [dakwah] dengan praktik perbuatan lebih mujarab daripada dakwah melalui ucapan.”33

b. Zikir

Kata zikir merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu dzakara-yadzkuru-dzikran

(

'M

-

'@ی

'M

). Arti kata ini berkisar pada mengisyaratkan, menyebut, mengagungkan. Sementara itu, jika kata ini digandengkan dengan kata Allah yaitu dzikrullâh (

g 'M

), maka ia

32

An-Nawawi, Al-Arba’ n an-Nawâwiyyah, terj. (Solo: Era Intermedia, 1999), h. 69-70

33

(35)

berarti mengagungkan, mensucikan, atau mengingat Allah.34 Ada juga yang berpendapat,

dzikrullâh berarti memelihara Allah dalam ingatan. Maksudnya, selalu mengingat dan menyebut nama Allah.35

Seandainya kita mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw., kita akan mendapati banyak sekali ayat atau hadis yang menganjurkan kita untuk berzikir, di antaranya yaitu:

0 $/' 0 'M

'M

+ ی@

bی! ی

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dengan

sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41)

0#.$ 0 b c LF.ﻥ <C L 1 'M

“Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa

takut.” (QS. al-A’raf [7]: 205)

0 'M 2ﺵ! ! %'d + %' '@'

'M C

“Karena itu, berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana kalian

menyebut-nyebut nenek moyang kalian atau bahkan lebih keras daripada itu.” (QS. al-Baqarah [2]: 200) Namun, sebenarnya zikir tidak sebatas pada lisan semata, bahkan yang jauh lebih utama adalah zikir dalam hati. Rasulullah Saw pernah bersabda,

'M F.ﻥ <C <ﻥ 'M

<F.ﻥ <C

“Siapa yang berzikir (mengingat) Aku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya

di dalam hati-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

34

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indoneisia, (Yogyakarta, 1998),

h. 933

35

(36)

Mengenai hadis di atas, Imam Abu al-Hasanat berkomentar, “Hadis ini mengandung pengertian bahwa zikir qalbu itu lebih utama, kemudian zikir lisan yang dilakukan dengan pelan.” 36

Seandainya kita mencermati metode dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur, yang memadukan antara taushiyah atau ceramah dan zikir yang bermuara pada mau’izhah hasanah,

maka menurut kacamata Penulis metode yang beliau terapkan cukup sempurna. Sebab, dua cara yang beliau terapkan tersebut saling melengkapi. Terkadang di antara kita ada yang bisa tersentuh hatinya dengan hanya berzikir, baik secara indivisu maupun kolektif, sehingga dia segera dan semangat untuk berbuat baik atau bertakwa. Namun, ada juga di antara kita yang kurang memahami makna zikir dan butuh pengertian dan penjelasannya, yang kemudian dia baru bisa memahami dan menyentuh hatinya.

Metode dan Materi Zikir Ustaz Syukur

Pada dasarnya, ramuan zikir yang disuguhkan Ustaz Syukur merupakan ramuan yang memang sudah diolah dalam manajemen Majlis Zikir Az-Zikra. Karena itu, zikir yang disajikan oleh Ustaz Syukur yang selaku Sekjen Majlis Zikir Az-Zikra sangatlah sama dengan zikir yang disampaikan oleh Ketua Umumnya, yaitu Ustaz Arifin Ilham.

Adapun metode Zikir yang disuguhkan oleh para pengurus Majlis Az-Zikra, termasuk Ustaz Syukur, merupakan formula zikir yang disusun oleh Ustaz Arifin Ilham selaku pimpinan dengan mengacu pada dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dalam pelaksanaan zikirnya, Ustaz Syukur sangat menganjurkan kepada para jamaah agar memerhatikan etika dalam berzikir, di antaranya yaitu semua jamaah hendaknya dalam keadaan suci dengan berwudhu terlebih dahulu,

36Ibid.,

(37)

zikir hendaknya dilakukan di dalam masjid, menghadap ke arah kiblat, duduk seperti duduk di antara dua sujud ketika shalat, dan semua jamaah dianjurkan mengenakan pakaian berwarna putih.

Adapun materi dan sistematika bacaan zikir yang disampaikan oleh Ustaz Syukur adalah sebagai berikut.

1. Membaca ta’awwud/isti’adzah. 2. Membaca basmalah.

3. Membaca Surah al-Fatihah

4. Membaca Ayat Kursi dan dua ayat setelahnya. 5. Membaca Surah Al-Insyirah.

6. Membaca Surah Az-Zalzalah. 7. Membaca Surah Al-Ikhlas. 8. Membaca Surah Al-Falaq. 9. Membaca Surah An-Nas. 10.Membaca al-Asma Al-Husna. 11.Membaca tahlil (lâilâhaillallâh). 12.Membaca tasbih(subhânalhâh) 13.Membaca tahmid (alhamdulillâh). 14.Membaca takbir (Allâhu akbar).

15.Membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. 16.Membaca istighfar (astaghfirullâh al-Azhim).

(38)

Berdasarkan metode dan materi zikir yang disuguhkan oleh Ustaz Syukur di atas, menurut Penulis bahwa zikir tersebut sangatlah berarti karena memang benar-benar berlandaskan pada Qur’an dan As-Sunnah atau Hadits, serta isi-isinya pun penuh dengan materi Al-Qur’an yang memang penuh makna dan memiliki pahala yang sangat besar, sebagaimana yang pernah disabdakan Rasulullah Saw.,

A # F:

P# Fﺡ

C

( &'

0C ﺡ ! 3

P ﺡ % X 3!

/ !

P ﺡ P%$ P ﺡ Ph P ﺡ PJ !

“Siapa yang membaca satu huruf (dari) Al-Qur’an maka dia mendapatkan satu

kebajikan. Kemudian, satu kebajikan (dibalas) dengan sepuluh kebajikan yang serupa. Saya

tidak mengatakan bahwa Alif Lâm Mim itu hanya satu huruf. Tetapi, Alif satu huruf, Lam satu

huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

Namun, barangkali tidak sedikit di antara kaum muslimin yang masih menilai negatif zikir yang dilakukan secara berjamaah dan dilangsungkan dengan suara yang keras. Menurut penilaian mereka, cara-cara zikir seperti itu adalah perbuatan bid’ah. Padahal, kalau kita merujuk kepada sejumlah hadis Rasulullah Saw., kita akan menemukan berbagai dalil yang mengabsahkan zikir berjamaah. Di antara hadis tersebut yaitu:

DC1 ! ? ; !

<K1 " ;

! ? ; ! " ;

4

"2;

! !

5<; 2

4

' # &

= ی $ﺡ '5@ e =

$

4 ﺹ

(39)

“Dari Ma’bad maula Ibni Abbas mengabarkan bahwa Ibnu Abbas menyampaikan

kepadanya, bahwa pada masa Rasulullah Saw. orang-orang biasa menyaringkan suara ketika

berzikir setelah selesai melaksanakan shalat fardhu. Ibnu Abbas lalu berkata, “Aku mengetahui

hal tersebut dan mendengarnya apabila mereka telah selesai mendirikan shalat.” (HR. Bukhari - Muslim)

<K1 6 ی * < !

2

ﻥ! 4

X ,ی % - $

4 ﺹ b<; X 3 X 3

<C <ﻥ 'M > <F.ﻥ <C

'M F.ﻥ <C <ﻥ 'M GC <ﻥ 'M M>

ﻥ! < _2; 5 j

"G <C

'M "G

%

" $

Abu Hurairah Ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, Allah azza wa jalla

berfirman (dalam hadis qudsi, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya

apabila dia mengingat-Ku. Seandainya dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku

mengingatnya dalam diri-Ku. Dan apabila dia mengingat-Ku dalam satu kelompok (majlis

zikir), Aku pun akan mengingatnya dalam kelompok (majlis) yang lebih baik daripada itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari kedua hadis di atas, dapatlah dipahami bahwa zikir dengan suara jahar (keras) adalah boleh. Selain itu, kita bisa memahami akan keutamaan majlis zikir dan perhatian Allah Swt. kepada mereka, sampai-sampai Allah merasa perlu membanggakan orang yang berzikir dalam suatu komunitas kepada komunitas yang jauh lebih baik daripada mereka.

Bagaimana pun cara zikir yang dilakukan, menurut Penulis, zikir yang senantiasa disuguhkan oleh Ustaz Syukur dalam dakwahnya terhadap para mad’u, berupaya untuk memberi nilai lebih dari berbagai manfaat zikir yang bisa diperoleh pelakunya. Di antara manfaat zikir tersebut yaitu:

1. Membersihkan karat-karat qalbu (hati) yang menutup hati.

(40)

g 'M ( , # ,ﺹ > 0# ,ﺹ "d<ﺵ 5)

>

“Sesungguhnya bagi sestiap sesuatu ada penjernihnya, dan penjernih qalbu adalah

berzikir kepada Allah.” (HR. Baihaqi) 2. Memberikan ketenteraman

3 b N E

+ ی@

( , b N E

'@ !

'@ %

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir

(mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

(QS. Ar-Ra’du [13]: 28)

3. Menyelamatkan dunia dan akhirat Rasulullah Saw. pernah bersabda,

g 'M

g ( @

4Yﻥ! 0k

h7+

)

“Tiada amal yang dilakukan oleh anak Adam (manusia) untuk menyelamatkannya dari

dari siksa Allah kecuali dengan berzikir kepada Allah.” (HR. Thabrani)

4. Sarana komunikasi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya,

<ﻥ .

<

ﺵ %' 'M! <ﻥ 'M C

“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada kalian, serta

(41)

5. Memberikan keberungtungan duniawi dan ukhrawi. Allah Swt. berfirman,

<C

A&ﻥ C 6 =

$c3 MGC

0 $/'

'M

)cC

H&

]1

: . %

“Apabila telah ditunaikan shalat (Jum’at), maka bertebaranlah kalian di muka bumi,

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah (zikir) banyak-banyak agar kalian beruntung.”

(QS. Al-Jumu’ah [62]: 10)

c. Terapi Ruqyah

Kata ruqyah sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu

#$31

. Secara etimologi, kata ruqyah berarti memakai guna-guna, mantera, atau jimat.37 Meski secara etimologi kata ruqyah berkonotasi pada dunia perdukunan, tetapi secara praktis ruqyah yang diajarkan Nabi Saw. jauh dari praktik-praktik perdukunan. Oleh karena itu, para ulama kemudian mendefinisikan ruqyah secara terminologi sesuai dengan sudut pandang Islam, karena ruqyahlah yang memang dianjurkan oleh Rasulullah sebagai upaya melindungi dan mengobati diri dari berbagai penyakit, baik lahir maupun batin. Di antaranya yaitu Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdullah menjelaskan, ruqyah secara terminologi ialah kumpulan ayat-ayat Quran dan Al-Hadis yang merupakan doa-doa perlindungan yang harus dibaca oleh setiap muslim bagi dirinya, anaknya, atau istrinya, baik untuk tujuan melindungi diri dari semua kejahatan manusia dan jin, kesurupan setan, sihir, penyakit, maupun penyakit-penyakit fisik lainnya.38

Berdasarkan definisi di atas, maka sumber dari obat ruqyah adalah ayat-ayat al-Qur’an dan Al-Hadis. Hal tersebut memang sangat tepat sekali dengan pernyataan Allah sendiri dalam Al-Qur’an bahwa di dalamnya mengandung obat bagi orang-orang yang beriman.

37

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), h. 523

38

(42)

P# ﺡ1 B02* 1 2b= <C

Pd .ﺵ % 51

P#U

% d 23

bی! ی

$

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi

orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57)

Dalam menjalankan dakwahnya, Ustaz Syukur juga kerap melakukan praktik terapi ruqyah bersama-sama dengan para ustaz yang berada dalam manajemen Majlis Zikir Az-Zikra. Di sela-sela ruqyah tersebut mereka kerap menyampaikan pesan-pesan agama yang mengajak para mad’u atau pasien ruqyah untuk kembali dan tetap menjalankan ajaran agama Islam serta beristiqamah. Dan berdasarkan ayat dan terminologi ruqyah yang telah disinggung di atas, maka Ustaz Syukur dan ustaz-ustaz yang lainnya melakukan praktik ruqyah dengan bacaan-bacaan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadis atau As-Sunnah. Menurut salah seorang pengurus Majlis Zikir Az-Zikra yang turut serta melakukan ruqyah, Ustazah Eka, bacaan-bacaan yang biasa digunakan dalam ruqyah adalah yang terkandung dalam Al-Ma’tsurat Ash-Shughra.39 Namun, terkadang jika waktunya sangat luang, dibacakan Al-Ma’tsurat Al-Kubra yang bacaannya lebih banyak dan panjang. Bacaan-bacaan inilah yang seharusnya diamalkan oleh setiap pasien ruqyah khsususnya dan individu muslim umumnya, baik menjelang pagi maupun sore hari. Bahkan menurutnya, ruqyah yang dilakukan pada diri sendiri dengan keyakinan yang penuh kepada Allah sebagai Dzat Yang Maha Menyembuhkan jauh lebih ampuh pengaruhnya. Penulis akan mencantumkan secara lengkap Al-Ma’tsurah Ash-Shughra yang biasa dibacakan dan diamalkan dalam ruqyah tersebut pada bagian lampiran.

39

(43)

Menurut Ustaz Syukur sendiri, bila ditinjau dari segi sifatnya, maka terapi ruqyah dapat berfungsi sebagai berikut:40

1. Fungsi preventif. Layanan terapi ruqyah ini dapat berfungsi sebagai pencegahan yang berarti sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya gangguan dari berbagai penyakit, termasuk ghaib.

2. Fungsi pemahaman, yaitu terapi ruqyah berfungsi menghasilkan pemahaman-pemahaman terhadap ayat-ayat yang dibacakan ketika dalam proses terapi terhadap pasien yang akan mengalami reaksi-reaksi dengan sendirinya.

3. Fungsi perbaikan, yaitu terapi ruqyah yang akan menghasilkan atau teratasibta gangguan ghaib yang dialami oleh pasien, maka harus dijaga dirinya dari makhluk ghaib dengan beribadah dan jangan sampai lalai.

4. Fungsi zikir, yaitu bahwa dengan berzikir dapat membantu para pasien dalam memelihara dirinya agar dapat terhindar dari gangguan makhluk ghaib.

Adapun prosedur terapi ruqyah di Majlis Zikir Az-Zikra ialah pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri sekitar pukul 09.00 WIB dengan mengeluarkan biaya pendaftaran sekitar Rp. 50.000. Kemudian sesuai dengan nomor urut, klien atau pasien dipanggil dan diruqyah tergantung dengan penyakit yang menjadi keluhan. Terapi ruqyah ini dilaksakan setiap hari. Untuk Ustaz Syukur sendiri, beliau tidak memasang tarif biaya ruqyah, yang hanya sebatas administrasi pendaftaran.

B. Materi Dakwah Ustaz Syukur

40

(44)

Secara umum, dakwah yang dilakukan oleh para dai berdasarkan pada ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. Demikian juga yang dilakukan oleh Ustaz Syukur. Beliau mengungkapkan, materi yang disampaikan dalam dakwah tidak lepas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. 41 Untuk lebih jelasnya, Penulis berupaya untuk menganalisis materi dakwah yang disampaikan oleh Ustaz Syukur sebagaimana di bawah ini.

a. Materi Al-Qur’an

Seandainya kita garis besarkan, maka ajaran Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an terdiri atas tiga bagian penting, yaitu (1) akidah, (2) hukum, dan (3) akhlak atau moral. 42 Tiga poin inilah yang diajarkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah Saw. saat beliau bersama-sama para sahabatnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis tersebut, tiga poin tersebut diistilahkan dengan iman, islam, dan ihsan. Untuk selanjutnya, ketiga pembahasan tersebut dalam kajian ilmiah dimasukkan dalam kajian ilmu kalam, ilmu fikih, dan ilmu tasawuf.

1. Akidah

Akidah merupakan pondasi keimanan bagi setiap muslim. Akidah inilah yang menjadi dasar yang memberi arah bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Akidah ini merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad Saw ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekah. Hal ini dapat dilihat dari di dalam kandungan ayat-ayat Makiyyah. Akidah ini juga merupakan tema bagi dakwah para rasul yang diutus sebelumnya. Berdasarkan hadis riwayat Muslim, pokok-pokok keimanan yang menjadi akidah Islam ialah (1) beriman kepada Allah, (2) beriman kepada para malaikat, (3) beriman kepada kitab, (4) beriman kepada para rasul, (5) beriman kepada hari kiamat, dan (6) beriman kepada takdir Allah, entah itu baik maupun buruk.

41

Wawancara Pribadi dengan Ustaz Syukur pada 7 Agustus 2007

42

(45)

Tema akidah yang menjadi salah satu materi dakwah Ustaz Syukur mungkin tidak ingin beliau lupakan begitu saja dalam dakwah kontemporernya. Inilah yang memang seharusnya dilakukan oleh para dai masa kini. Sebab, tidak jarang dakwah kontemporer dapat kecaman dan kritik pedas dari sejumlah kalangan karena kurang memerhatikan aspek akidah.43

2. Hukum

Hukum-hukum itu merupakan sejumlah peraturan atau sistem-sistem yang yang disyariatkan Allah Swt. untuk umat manusia, baik secara terperinci maupun pokok-pokoknya saja. Untuk selanjutnya, Rasulullah Saw. yang memberikan keterangan dan penjelasan. Hukum-hukum tersebut meliputi empat bagian, yaitu: (1) ibadah, (2) muamalah (perdata), (3) munakahah (pernikahan), dan (4) jinayah (pidana). Untuk tema hukum ini, Ustaz Syukur tidak jarang melangsungkan tanya jawab dengan mad’unya yang diluangkan waktu khusus oleh beliau. 3. Akhlak atau Moral

Suatu kali Rasulullah Saw bersabda,

lk m h1

%5 m /

ﻥ>

“Hanya saja saya diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)

Berdasarkan hadis di atas, kita mengetahui bahwa betapa pentingnya akhlak dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, tidak heran kalau Nabi Saw bersabda sebagaimana sabdanya di atas. Dan ternyata, salah satu kunci kesuksesan dakwah beliau adalah dakwah lewat tindakan,

43

(46)

bukan hanya tutur kata. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw., sepertinya Ustaz Syukur benar-benar berupaya mempraktikkan cara-cara dakwah Nabi yang memang telah menuai kesuksesan dan buah manisnya. Menurut dai muda yang satu ini, sudah saatnya dakwah sepenuhnya dikembalikan kepada akhlak.44

Ketiga kajian itulah—meski secara umum—yang disampaikan oleh Ustaz Syukur. Ketiganya tidaklah dapat dipisahkan karena yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan sekalipun bisa dibedakan. Ketiga macam ajaran tersebutu, kalau dianalogikan, seperti sebuah pohon yang benar-benar sangat rindang. Pohon itu terdiri atas (1) akar yang menancap ke dasar bumi, yaitu akidah, (2) batang pohonnya yang besar dan kuat, yaitu hukum-hukum yang disyariatkan Allah, dan (3) dedaunannya yang begitu rindang, yaitu akhlak.

b. Materi As-Sunnah

Sebenarnya, kandungan materi As-Sunnah tidaklah jauh berbeda dengan ketiga inti materi al-Qur’an seperti yang telah dijelaskan di atas, apalagi sering kali As-Sunnah merupakan penjabaran dan penjelasan dari materi Al-Qur’an. Namun, di antara materi As-Sunnah yang menjadi titik tekan dari dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur adalah materi yang berkaitan dengan 7 Amalan Rasul atau biasa diistilahkan dengan Tujuh Sunnah Harian. Tujuh Sunnah Harian tersebut yaitu: (1) shalat Tahajjud, (2) membaca Al-Qur’an dan terjemahannya, (3) shalat berjamaah di masjid, (4) shalat Dhuha, (5) menjaga wudhu, (6) bersedekah, dan (7) beristighfar. Berikut ini penjabaran dari ketujuh amalan harian di atas. 45

Tujuh Sunnah Harian

44

Majalah Hidayah, Ustaz Syukur: Mengembalikan Dakwah kepada Akhlak, edisi 73, Agustus 2007

45

(47)

1. Shalat Tahajjud

Menurut Imam Al-Qurthubi, tahajjud memiliki arti yaitu berdiri atau bangun dari tidur untuk melaksanakan shalat. Secara khusus, Allah menganjurkan shalat ini dilakukan oleh setiap muslim sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya berikut ini.

07 : 0 , Lb1 L/ ;ی ! 4F L 0# C ﻥ 2Y &C )$

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu

ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang

terpuji.” (QS. al-Isra [17]: 79)

Selain itu, banyak sekali hadis Rasulullah Saw. yang menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat Malam atau shalat Tahajjud. Di antara hadis tersebut adalah hadis yang diriwayatkan dari Bilal tentang anjuran dan manfaat shalat Tahajjud.

P6

4 > P# 3 )$ h $3 > % ;3 $: = (!7 ﻥGC )$ h $, % $

2FY

d 2 P67 E e N5$F P $.

%ﺙG

“Hendaklah kalian melakukan shalat Malam, karena ia merupakan perilakuk atau ada

orang-orang saleh sebelum kalian, dan juga pendekatan diri kepada Allah Swt., penghalang dari

dosa, penghapus segala keburukan, dan penghalau penyakit dari tubuh.” (HR. Tirmidzi)

2. Membaca Al-Qur’an dan Terjemahannya

Membaca Al-Qur’an adalah zikir yang paling utama sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah riwayat berikut.

(48)

“Ibadah umatku yang paling afdhal adalah membaca Al-Qur’an.”46

Sebagaimana yang telah disinggung dalam hadis dalam pembahasan terdahulu, bahwa membaca satu huruf Al-Qur’an akan dibalas dengan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu sendiri akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan.

Di samping itu, kita harus berusaha semampunya untuk mengerti, mehamai, dan merenungkan arti atau makna dari ayat-ayatnya. Karena tanpa itu, bacaan Al-Qur’an yang kita baca akan kurang membekas dan berkesan dalam qalbu kita. Mengenai hal ini, Ali bin Abu Thalib pernah menjelaskan,

" b2& n> 6d 3 n

“Tiada (pengaruh) bacaan (Al-Qur’an) kecuali dengan merenunginya.”

3. Shalat Berjamaah di Masjid

Meski sebagian ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat jamaah fardhu, seperti ada yang berpendapat bahwa hukumnya sunnah muaakad ada juga yang fardhu kifayah, tetapi mereka sepakat bahwa di dalam shalat berjamaah terkandung banyak sekali manfaat dan hikmahnya. Di antara manfaat atau keutamaan shalat berjamaah adalah ganjaran pahalanya lebih utama ketimbang shalat sendiri

)cC! # Y 6 ﺹ X 3 % - $

4 ﺹ

X -1 !

0# 17 ی A

"D;F 5@. 6 ﺹ

46

Zainuddin Al-Malaibari, Hidâyah al-Azqiyâ ilâ Thar q al-Auliyâ`, (Semarang: Pustaka al-Alawiyyah,

(49)

“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Shalat berjamaah lebih utama

daripada shalat sendiri dengan perbandingan dua puluh tujuh derajat.’” (HR. Bukhari – Muslim).

Seandainya kita tidak mampu melaksanakan shalat jamaah fardhu yang lima waktu, paling tidak kita berusaha untuk melaksanakan shalat Isya dan Subuh secara berjamaah. Sebab, Rasulullah Saw. pernah bersabda,

6 ﺹ <C

% ی

% - $

4 ﺹ

X -1 X 3

3 #Aﺉ

0 ;ﺡ

*

Y. 6 ﺹ d A

“Aisyah meriwayatkan, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Seandainya orang-orang (kaum

muslimin) mengetahui (keutamaan) yang terdapat dalam shalat Isya dan Subuh, tentu mereka

akan melaksanakannya (secara berjamaah) walaupun mereka harus merangkak.” (HR. Ibnu Majah).

4. Shalat Dhuha

Shalat Dhuha dua rakaat sangatlah ringan untuk dilakukan tetapi sangat besar pahalanya. Rasulullah Saw. bersabda,

4 - 5)' 4 o;=ی X 3 ﻥ! % - $

4 ﺹ 5<;

p1M < !

P#32ﺹ "6 $; b)' P#32ﺹ "# $ b)' P#32ﺹ "62$ : b)' P#32ﺹ "#:$;F b) C P#32ﺹ %'2ﺡ!

!

' ی & '1 L M

qrYی P#32ﺹ

P< ﻥ P#32ﺹ

P

4:bc

“Abu Dzarr meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Setiap ruas dari

(50)

makruf dan nahi mungkar pun sedekah. Namun, semua itu cukup terpenuhi dengan hanya

melaksanakan sua rakaat shalat Dhuha.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis di atas, dua rakaat shalat Dhuha sudah cukup untuk menutupi kewajiban sedekah dari setiap ruas tubuh yang kita miliki.

5. Menjaga Wudhu

Dalam wudhu terdpat hikmah yang sangat besar. Demikian juga dengan memelihara atau menjaga wudhu. Sebab, ia merupakan bukti keimanan kepada Allah Swt.

<

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai bidang urusan pemerintahan selama

Bandara memiliki peran sebagai: (1) Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik lokasi bandara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute

Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut menggunakan waist circumference dalam menilai profil lemak subjek dimana nilai dari waist circumference tersebut

Memperhatikan hasil penelitian Siklus I yang dikemukakan di atas, dapat diketahui rata-rata kemampuan siswa dalam menyimak cerita pendek pada mata pelajaran Bahasa

Dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam penulisan skripsi dengan judul: &#34;Pola Pengelompokan Siswa Baru Study Kasus

Hasil ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heryanto Sumbung 2012 hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan penjual gorengan di Kota Manado

Komite Investasi dan Manajemen Risiko dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris memastikan bahwa prinsip dan kaidah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance –

Munir, Metode Dakwah (Ed.. Dalam pelaksanaan dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat ditempuh, yakni dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan institusi dan