POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM NEGERI SELANGOR 2003
OLEH:
MOHD HAFIZ B. MD YUN US
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUD I AH\VAL SY AKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAII DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH
SKRJPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gc!ar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
MOHD HAFIZ B. MD YUNUS NIM· I 05044103551
Di Bawah Bimbingan:
l •
,,.--Drs. H A. Basi ff alil. SH. MA NIP: 150 169 102
KONSENTRASI PERADILAN A GAMA PROGRAM STUD I AHWAL SY AKHSIYY AH
FAKUL T AS SY ARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF lIIDA YA TULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang betjudul .. POLIGAMI DALAM l'ERSPEKTIF F!QH DAN
UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM l\'EGERl SEL\ '\GOR 2003", telah
diajukan dalam sidang munaqasah Fakulta' SY;iri'ah <i<ln ャゥオセQQZョ@ t:ni,·crsitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tangga\ 4 Jun1 -'' "'7. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk 111ernpc1c1kh gcb: S.t:jan:i Hukum Islam
Program Strata I (S l) pada Jurusan Ahwal Syakbi"yah
Jakarta. 4 Juni 2007
'
Ketua
Panitia Ujian Munaqasah
セ@
セB@
: Pro\'. Dr. H. Muhammad Amin S_urna. SIL Mc'\Jv1l\_1
セMI@
150 210 422Sekretaris : Kamarusdiana MI-!
150 285 972
Pembimbing : Ors. H. A. Basiq Djalil S.I-l. MH 150 169 102
Penguji I : Ors. Husni Thovvar. M. Au 150 050 919
Penguji II : Sri Hidayati M. A£I 150 282 403
(
...
)HセMM
( .. セセセMMMゥGMMMGゥGM
memberikan taufik, hidayah, dan rahmat-Nya. Shalawat, dan salam scmoga scntiasa
tercurah kepada junjungan Saidina al-Mursalin Nabi Muhammad SA\\/, Keluarga,
dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikuti hingga akhir
zaman.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena
mendapat dukungan dan bantuan dari perbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan
rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. Selaku Dekan
fakultas Syariah & Hukum. UIN Syarif Hidayautullah Jakarta. Dcngan
kewenangan yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis
untuk menyusun skripsi ini.
2. Bapak Ors. H. A. Basiq Djalil, S.I-l., MA., dan bapak Kamarusdiana S.Ag,
MH. selaku Ketua Jurusan, dan Seketaris J urusan Ahwal Sakhsiyyah yang
telah banyak memberi motivasi dan dukungan kepada penulis da!am
menyelesaikan skripsi ini.
hingga tuntas skipsi ini. Hanya Allah SWT saja yang membalas jasa baiknya kepada penulis.
4. Selmuh dosen-dosen Fakultas Syarial1 & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan. karyawan-karyawan vang banyak membantu penulis memfasalitasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Teristemewa buat lbunda Siti Mariah Bt Hj Said dan Ayahda Md Yunus B. Hj Hasan, serta seluruh ahli keluarga yang amat dicintai, dan disayangi. Terima kasih banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan, dan dukungan kalian tidak dilupakan. Terima kasih juga atas do'a, dan pengorbanan kalian yang tidak terhingga serta sentiasa memberi semangat tanpa jemu hingga penulis dapat_ menyelesaikan pengajian di sini dengan selamat, dan sempurna. Semoga Allab SWT menempatkan kalian ditempat orang-orang yang soleh dan mulia. Tidak ada yang dapat dipersembahkan sebagai balasan. melainkan sebuah kejayaan.
atas kebersamaan kalian dalam mcncmani penulis selama kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan yang
positif kepada para pembaca. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis akan
mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis amat menyedari bahwa dalam penulisan
ini banyak kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan, maka kritik, dan saran yang
bersifat konstruktif sangat diharapkan di dalam rangka perbaikan, dan kesempurnaan
tulisan ini.
Kepada Allah SWT jualah penulis memohon, semoga jasa baik yang telah
kalian sumbangkan menjadi amal soleh dan rnendapat balasan yang lebih baik dari
Allah SWT. Amien
Jakarta: 4 Mei 2007M
18 Jamadil Awai 1428H
DAFT AR ISI
KATA PENGANTAR ... · · · ... .
DAFT AR ISI ... ·... iv
BABI PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masai ah ... . B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Matlamat Penelitian ... 11
D. Metode Penelitian ... .. 12
E. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II MASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM A. Pengertian Fiqh ... 15
B. Pengertian Poligami ... 18
C. Wanita Sebelum Islam... 20
D. Sejarah Singkat Poligami ... 24
E. Poligami Dalam Islam... 26
BAB IV
A. Kedudukan hukum Islam dalam Pcrundang-undangan
Malaysia ... . ··· 43 B. Poligami Menurut Pandangan Undang-undang di Malaysia... 48 C. Syarat-syarat Poligami Menurut Undang-undang Selangor .... 51 D. Prosuder Berpoligami Dalam Undang-undang Selangor... 53
PENUTUP
A. Kesimpulan ... 60 B. Rekomendasi... 61
DAFTAR PUST AKA... 63
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah s.w.t telah menciptakan makhluk yang ada dalam di alam ini secara
berpasang-pasangan siang berpasangan dengan rnalam. terang berpasangan
dengan gelap, jantan berpasangan dengan betina dan begitulah seterusnya.
Sehingga tumbuh-tumbuhan pun masing-masing mempunyai jodoh dan
pasangannya. Kalau sudah sampai gi Ii ran untuk manusia, orang akan
menyebutnya dengan istilah lelaki dan wanita. Melalui pasangan ini, maka
berkembanglah manusia dan haiwan yang membentuk sebuah kelompok yang
menghuni bumi Allah ini.1 Menurut Fimrnn Allah s.w.t yang tercatar di dalam
al-Quran, segala sesuatu yang ada di alam ini dijaclikan berjodohan dan
berpasang-pasangan. Antara ayat-ayat yang menerangkan masalah ini ialah:
J ,, .-'0
U
k:3
,..; ...
ウセBセᄋ[|@
セェ@
セセエjQ@
J セ@ ;; JArtinya:
"Maha Suci Tuhan yalig 1elah menciplakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang di!umbuhkan a/eh bwni dan dari diri mereka maupun dari apa yang mereka !idak ke1ahui ". (Yasin I 36 : 36)
1
Muhan1111ad Ali Al Ban·, Hikn1ah Kcjadian Ala111 Setnesra. (l<-uala Lun1pur; Darul Nu'man,
Artinya:
"'Wal1ai rnanusia, sesungguhnya karni 1ncnci;1toka11 k(l!llli ,l,:: i _,1..·nrung
/e/aki dan perempuan, dan menjadikan kamu berba11gsa-ha11g111 hc1.111k11-.111ku supaya kamu soling kenal-mengenali". (al-Hujurat 149: 13)
,,. 0 J ,,.,.. ;;;; J ,, J_,. ,, }"
1',::_ ". 1-:.:.
セ@J_)
セ@'-1:::.'
セ@J ' ,
;;:i,..(
)
·< '. P \セQZZZN@ jjl GHGセGi@ -"1' 811'.'.\G'
,_r.A.J
cX
イMMセ@<-?,
f"''-!_) _J"Ju
セ@-'
;)') a ..-o ,, J,, ;;i "' J..., セ@ "" ;;;
.r-:J.l
I
L!)
H「NNセlャゥI@
セ@
L!
),Ll
<-?fll :JJI l_,i'I)
,G)
iセ@
UG.. _;
セ@
セI@
,,. -- ,,. ,,
J ,, ,,. ,,
(\ : z/,LJ1 ;_;r)
セセ@
セ@
0\5'
Artinya:
"Wahai sekalian manusia, berlakwalah pada TuhanMu yang le/ah menciptakan kamu dari seorang diri (Adcim), dan daripadanya Allah menciplakan islerinya;dan daripadanya Allah memperkembangbiakkan /aki-/aki dan perempuan yang ramai; dan berlakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama Nya kamu sa/ing meminla anlara sa/U sama lain, dan pe/iharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah se/alu menjaga dan
mengawasi kamu". ( an-Nisa'/ 4:1)
3
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dan istimewa
serta telah dilantik sebagai khalifah sejak mula lagi. Melalui pasangan Adam dan
Hawa, maka mula berkembangbiaknya keturunan manusia dibumi ini sehingga
hari kiamat. 2
Untuk memelihara kesucian dan kemulian manusia, Allah telah
menetapkan syariat sebagai gans panduan bagi kehidupan dan kemaslahatan
hambanya yaitu undang-undang perkawinan atau hukum keluarga atau mu 'amalat
'Aliyah. Perkawinan mernpakan salah satu kaedah bagi pembentukkan keluarga
dan untuk melahirkan keturunan. Ia merupakan syariat Allah s.w.t yang
disebutkan di ?alam al-Quran dan juga merupakan salah satu daripada sunnah
Rasulullah s.a.w. 3
Salah satu bentuk perkawinan yang diatur dalam Islam ialah poligami, ia
adalah salah satu bcntuk pcrkawinan yang sangat terkenal scjak zaman jahiliah
sehingga kini. Poligami dalam pengertian umum bennaksud seorang lelaki yang
mengawini lebih daripada seorang percmpuan tanpa had dan syarat tcrtentu.
Tetapi setelah datangnya Islam, maka ajaran ini telah meletakkan had bilangan
perempuan yang boleh dikahwini dalam satu masa dan menentukan syarat-syarat
kelayakan bagi seseorang yang mahu berpoligami.4
2 Syahrun Natution,
Fiqh Lengkap Perka11·i11a11, (Kuala Lun1pur: Pustaka Syuhada, 1993), cet kc-2, hhn. 3
3
\Valid Muhan1111ad 'Afif, Panduan Dan Ta1a C'ara Lengkap Kelahiran, Pcrnikahan Dan
Ken1atia11 Jvfenurut Aturan !slan1, (Kuala Lurnpur: Pustaka Syuhada, 1996), hhn. 78
4
M.Has\vadi, Poliganzi Dalan1 Perspektif !slan1, J\1akalah Jiukun1 Js/an1 Di Indonesia,
Poligami sebenamya telah dikenal lama oleh masyarakat manusia, yaitu hubungan dengan perempuan yang boleh digauli dengan jumlah lebih dari satu, misalnya bagaimana yang berlaku pada Nabi Ibrahim AS yang menikah dengan Siti Hajar kerana ingin memiliki keturunan, sementara saat itu Siti Sarah isteri pertama Nabi Ibrahim belum memiliki keturunan.5
Sejarah mencatatkan poligami bukan hanya monopoli oleh pemeluk suatu agama tertentu, bukan juga hak istimewa suatu bangsa atas ras. Poligami itu sudah ada dikalangan bangsa-bangsa yang hidup pada zaman purba, hampir seluruhnya; dikalangan bangsa Yunani pada masa kejayaan Athena, dikalangan bangsa cina, bangsa India, kerajaan Mesir dan lain-lain. Dan poligami yang diamalkan dikalangan mereka itu tidak terbatas, berapa isteri pun saja boleh. Agama 'Like' dikerajaan Cina umpamanya memperbolehkan poligami sampai 130 (seratus tiga.ruluh) orang isteri; malahan ada salah seorang raja Cina yang mempunyai isteri sebanyak 30.000 (tiga puluh ribu) orang.6 Hingga kini praktek isteri banyak masih tetap tidak dipandang agama, suku dan bangsa.
Islam telah membenarkan poligami bagi laki-laki dan mengharamkannya bagi perempuan. Untuk mengontrol agar tidak berlakunya penyelewengan dan dilakukan dengan sewenang-wenangnya, oleh kerana itu Islam sebagai agama rahmatan Iii 'almin memberi petunjuk yang sesuai dengan kudrat manusia telah
5
l-Iabib Abdurrahn1an assegaff, Poligan1i Dan Kontroversi, /l.1akalah Se1ninar Lintas Agarna,
!Jakarta: Fakultas Usuluddin Dan Filsafat UIN Jakarta, 2006), him. I
6
Muhammad Thalib, Tunlunan Poligatni Dan Keutan1aannya, (Bandung: lrsyad Baitus
5
meletakkan satu gans panduan untuk melayakkan seseorang itu berpoligami.
Pengharusan ini sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran yang merupakan
firman Allah s.w.t:
(i :
i./;.L.:J\
o_;y)
Artinya:
Kahwinlah wanita-wanita yang kamu senangi; dua, tiga a/au empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka kawinilah seorang
sahaja. (Surah an-Nisa'/ 4:3)
Islam membenarkan seorang lelaki mempunyai empat orang isteri dalam
satu masa, yaitu satu had bilangan yang mana poligami yang diamalkan sebelum
ini tiada batas. ini bertujuan agar praktek poligami berupaya mengendalikan
tangunggungjawalJ yang sewajarnya dipikul serta memenuhi beberapa syarat yang
telah ditetapkan oleh Islam. Poligami diharuskan dengan syarat seseorang itu
yakin untuk berlaku adil terhadap isteri-isterinya yang termasuk di bawah
tanggungannya. Jika seseorang itu merasa takut atau tidak dapat berbuat
demikian, maka Islam menggalakkannya untuk mengawm1 seorang perempuan
sahaja.
Oleh kerana poligami ini merupakan salah satu perkawinan yang
bcrlangsung d<tlam kchidupan masyarakat kini, dan agar keharusan itu tidak
undang-undang yang berkaitan dengan ha! itu, sepertimana yang telah dilakukan di Malaysia, yaitu peruntukan oleh Perlembagaan Malaysia kepada setiap propinsi di bawah Enakmen Undang-undang Keluarga Islam. Ia bertujuan untuk menjaga kemaslahatan masyarakat dan secara tidak langsung menjamin hak-hak kepentingan wanita itu sendiri agar tidak.tertindas yang mungkin disebabkan oleh sikap Jelaki yang berpoligami.
Undang-undang juga turut memandang kepada sikap sesetengah mereka yang berpoligami, hanya memandang mudah serta mengabaikan tanggungjawab mereka setelah beristeri lebih daripada seorang, ini dapat dilihat dalam masyarakat disekeliling kita yang mengamalkan poligami, serig kucar kacir rumahtangga mereka. Oleh kerana itu terdapat sesetengahnya telah menyalah anggap poligami yang sebenarnya. Malahan ada yang rnembenci poligami akibat daripada sikap セョオウゥ。@ itu sendiri yang menyalah gunakan kelonggaran tersebut, justru itu mereka tidak bersetuju dengan amalan poligami tersebut dilakukan dan
masyarakat memandang serong terhadap mereka.
Untuk menghindari dari kesalah paharnan itu, perlu dipelajari metode-rnetode pahaman Islam yang rasional, metode ini dapat memahami Islam secara benar. Empat cara untuk memaharni metode ini ialah:
7
3. Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama besar dan sarjana-saijana Muslim.
4. Islam hendaklah dipelajari dari teori normatif teologi yang ada dalam al-Quran dan as-Sunnah baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosiologi yang ada dalam masyarakat. 7
Rasulullah S.A.W sendiri telah melakukan poligami dan baginda melakukannya dengan sebaik-baiknya. Jika kita lihat, baginda mempunyai alasan atau sebab mengapa baginda yang mulia berpoligami, ia dilakukan bukan mengikut hawa nafsu semata-rnata, tetapi mempunyai kepentingan dan kemaslahatan. bersama. Sewajamya kita menjadikan Rasulullah S.A. W sebagai contoh dan ikutan yang baik.
Setiap muslim harus menyedari bahawa poligami pada hakikatnya merupakan ゥョウエゥエセウゥ@ yang pa tut dibanggakan dalam Islam. Inilah jalan keluar yang ditawarkan Islam untuk menyelesaikan persoalan pelik yang dihadapi oleh seluruh umat di dunia. Persoalan ini memang hanya bisa diselesaikan dengan earn kembali kepada ajaran-ajaran Islam. Poligami mirip dengan pintu darurat dalam pesawat terbang yang hanya bolehdibuka dalam keadaan 'emergency' tertentu.8
lsu poligami begitu hangat diperkatakan dari dahulu sehingga sekarang. Ramai dikalangan wanita kini telah menyalah anggap terhadap poligami dan kcdapatan sesctengah daripada mereka yang menbenci poligarni dan menolak
hhn. 2 7
H. Abudin Nata, Metode Studi !slam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004), Cet ke-9,
8
amalan poligami ini secara total. Ini telah menimbulkan satu kontroversi yang begitu hangat dikalangan masyarakat masa kini.
Fenomena ini berlaku adalah disebabkan kurangnya pendedahan dan pemahaman rnercka terhadap korisep sebenar poligami itu sendiri. Masalah ini makin berat apabila kita sering dengar dan lihat pelbagai masalah yang timbul sama ada dari suarni yang tidak boleh berlaku adil, tidak boleh memberi nafkah zahir dan batin terhadap isteri yang terdahulu serta pelbagai masalah yang mendatangkan darar syar 'e kepada isteri-isteri dan anak-anak.
Kebelakangan ini masyarakat ini terutama kaum wanita yang mengatakan bahawa seseo.rang yang ingin berpoligami adalah mudah untuk mendapatkan keizinan daripada pihak hakim. Maka dengan itu kajian ini akan menyelesaikan sejauh manakah mudahnya bagi seseorang itu berpoligami berpandukan kepada syariat dan perunlukan Undang-undang Keluarga Islam Negeri Selangor 2003.
Oleh karena itu, penulis memilihjudul "Poligami Dalam PerspcktifFiqh Dan Undang-undang Kcluarga Islam Ncgcri Selangor 2003" sebagai judul skripsi bagi memenuhi syarat untuk memperoleh gelar SI.
B. Batasan Masalah dan Pcrumusan Masalah 1. Batasan Masalah
9
yang sejak kebelakangan ini hangat diperkatakan, terdapat pelbagai pandangan tentang amalan berpoligami. Ada dikalangan mereka yang menentang kerana menganggapnya sebagai kolot dan tidak sesuai dengan perkcmbangan zaman kini. Malah ada yang menyarankan agar poligami itu dimansukhkan secara total, kerana menganggap ia sebagai satu bentuk diskriminasi terhadap pere1i1puan yang didasarkan pada keunggulan jenis kelamin tertentu atas jenis kelamin yang lain. Namun ada juga dikalangan mereka yang menerima dan menganggapnya sebagai satu keperluan dalam menuju ke arah pembinaan masyarakat Islamik.
1. Dalam. masalah ini, penulis membataskan masalah ini dengan masalah poligami yang berlaku dan aturannya menurut pandangan Islam. Oleh karena itu penulis telah menggariskan beberapa syarat dan peraturan tertcntu, Qセゥ。ォ。@ di sini pcnulis ingin mengupas syarat-syarat yang telah ditentukan dalam memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat berdasarkan kepada al-Quran dan as-sunnah.
berlakunya pelbagai perkara yang tidak diingini kepada pihak isteri dan suarni.
2. Rumusan masalah
Agar tidak adanya pembahasan yang rnelebar sehingga rnenirnbulkan kerancuan dalarn kesalah paharnan dalarn penulisan ini, maka penulis rnerumuskan masalah yang menjadi pokok pernbahasan dalarn penulisan ini sebagai berikut:
"Persyaratan-persyaratan poligami menurut pandangan fiqh dan Undang-undang Malaysia tidak selalu identik dengan alasan-alasan yang rnendorong seseorang untuk rnelakukan poligarni baik poligarni dalarn perspektif fiqh dan hukum positif, sedang peraturan-peraturan yang perlu untuk berpoligarni rnenurut Perundang-undangan Keluarga Islam Negeri Selangor 2003, rnasih pcrlu pcnyelusuran, sesuai dengan dinarnika
'
masyarakat". Rurnusan tersebut di atas diperinci sebagai berikut:
a. Apakah yang dirnaksudkan dengan poligarni dan aplikasinya se1ta perspektif rnenurut pandangan fiqh dan Undang-undang Malaysia?
b. Apakah alasan yang rnenderong seseorang untuk rnelakukan poligarni? c. Bagairnanakah prosuder serta peraturan-peraturan yang perlu untuk
11
C. Tujuan Penelitian
Sebagai penulis tentunya mcmpunya1 tujuan penelitian. Tujuan yang
menjadi sasaran bagi penulis adalah:
I. Untuk mengetahui tentang poligami. aplikasi dan hukumnya dari sudut
pandang Islam.
2. Untuk mengetahui alasan apakah yang mendorong seseorang untuk
melakukan poligami.
3. Untuk mengetahui peraturan-peraturan dan prosuder permohonan untuk
berpoligami seperti yang telah diperuntukan oleh syariat dan Akta
Undang-undang Keluarga Islam Negeri Selangor 2003.
D. Metode Penelitian
Penulisan ini berdasarkan bahan yang didapati dari hasil penelitian, '
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
Jenis penulisan ialah penelitian historis untuk membuat rekonstruksi masa
lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi serta mensistematikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperolehi yang kuat. Manakala sifat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
ialah data yang bersifat explanatmy (menerangkan). Penelitian yang bersifat
menerangkan bertujuan menguji hipotesis-hipotesis lentang adanya hubungan
Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan cara studi kepustakaan
dengan mengambil data-data kualitatif yang bersumber literature yang terkait
dengan topik pembahasan, data tersebut dibaca, diseleksi dan analisa dengan
menggunakan analisa kualitatif. Bagi mendapatkan data. penulis mengunjungi
beberapa perpustakaan temrnsuk perpustakaan Negara di Kuala Lumpur,
perpustakaan Universiti Malaya (UM), perpustakaan kecamatan Sabak Bemam
Selangor, perpustakaan Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, perpustakaan utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lain-lain perpustakaan.
Data yang terkumpul selanjutnya diolah, pertama data diseleksi atas dasar
reliabitas dan .validitasnya, data yang rend ah reliabitas dan valiaditas dan yang
kurang lcngkap digugurkan atau dilengkapi dengan data yang lainnya.
Selanjutnya data yang lulus dalam seleksi diatur dalam tebel agar
mempermudahkan pengolahan selanjutnya. Selanjutnya dalam menganalisis '
penulis menggunakan analisa non stastik yang scsuai untuk data deskriptif atau
tcxtuar. Data deskriptif sering hanya dianalisis mcnurut isinya dan kerana itu ia
sebut isi. (content analysis).
Sebagai sumbcr pnmrer, penulis meneliti dan mengumpulkan sumber
tertulis dari buku-buku untuk mendapatkan data-data yang terhubung dengan
penulisan skripsi ini. Melalui pengumpulan data yang diambil dari tulisan
tokoh-tokoh yang diangkat, makalah-makalah, seminar, jurnal dan majalah yang
13
Adapun teknik penulisan, penulis merujuk kepada sistem penulisan skripsi yang terdapat di dalam buku pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Hasil dalam penulisan ini dibagi dalam empat ([V) bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, memaparkan tentang landasan hukum Islam yang berkaitan dengan poligami meliputi: pengertian poligami, dalil-dalilnya yang bersumberkan pada al-Quran dan as-Sunnah, hukum poligami, kedudukan wanita sebelum Islam, lintas sejflrah poligami, perkara-perkara yang menyebabkan エ・セェ。、ゥョケ。@
poligami serta tujuan melakukan poligami.
Dalam pembahasan bab yang ketiga, penulisan mcndiskripsi kedudukan hukum Islam dalam perundang-undangan Malaysia, syarat-syarat poligami menurut aturan undang-undang, prosuder atau tata earn yang perlu untuk mengajukan pemohonan berkawin lebih dari satu dan juga kasus-kasus poligami yang pemah terjadi di Pengadilan Malaysia dengan melihat pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memberi keizinan untuk berpoligami.
BABII
MASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM
A. Pengcrtian Fiqh
Kata "fiqh" secara etimologis berarti "paham yang mendalam··. 13ila "paham" dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah. maka fiqh berarti paham yang menyampaikan ilmu zhahir pada ilmu batin, kerana itulah At-Tirmizi menyebut, "fiqh tentang sesuatu" mengetahui batinya sampai kedalamannya. 1 Di dalam Kamus Dewan "fiqh" be1maksud ilmu pengetahuan tentang hukum dalam agama Islam. 2
Kata "faqaha" atau yang berakar kepada kata itu dalam Al-Quran disebut dalam 20 ayat; 19 diantaranya berarti membentuk dari kedalaman paham dan kedalaman ilmu yang menyebabkan dapat diambil manfaat darinya. Ada pendapat yang mengatakan bahawa "fiqh" atau paham tidak sama dengan "ilmu". Meskipun belum menjadi ilmu, adalah pikiran yang baik dari segi kesiapannya menangkap apa yang dituntut. Ilmu adalah dalam bentuk zhanny seperti paham atau fiqh yang merupakan ilmu tentang hukum yang zhanny dalam dirinya. 3
Secara definitif, fiqh berarti "ilmu /entang hukwn-hukum syar'i yang bersifat amaliayah yang digali dan ditemukan dalil-dalil yang tafsilt'.4
1 I-1.A.Basiq Djaiil, Pernikahan Lintas Agan1a Da/an1 Perspektif Fiqlz Dan Kon1pilasi Hukun1
Islam, (Jakaraia: Qalbun Salim, 2005) cet ke-1, him. 22
2
Norsesah Baharom, dkk, Kan1us Delvan, (Kuala Lun1pur: De\'•an Bahasa Di:Ul pオセエ。ォ。L@
2002), eel ke-3. him. 351
'H.A.Basiq Djalil, Pernikaha11 li111as Agama ... ,Loe.Ci!. him. 22
4
Dalam definisi ini, fiqh diibaratkan dengan ilmu kerana fiqh itu semacam
ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tidak sama dengan ilmu seperti yang telah
disebutkan di alas, fiqh itu bersifat zhanny. Fiqh adalah apa yang dapat dicapai
oleh mujtahid dengan zhanny, sedangkah ilmu tidak bersifat zhanny sepcrti fiqh.
Namun kerana zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu; kerana
dalam definisi ini ilmu digunakanjuga untuk fiqh.5
Dalam di atas batasan yang disan1ping menjelaskan hakikat dari fiqh itu,
sekaligus juga memisahkan arti kata fiqh itu dari yang bukan fiqh.
Penggunaan kata "syar'iyah" atau "syari'ah" dalam definisi tersebut
menjelaskan bahawa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar' i, yang
berasal dari kehendak Allah. Kata ini sekaligus menjelaskan bahawa suatu yang
bersifat 'aq/i seperti ketentuan bahawa .dua kali dua adalah empat atau bersifat
hissi seperti ketentuan bahawa api itu panas bukankah lapangan ilmu fiqh6
Kata "amaliah" dalam definisi tersebut menjelaskan bahawa fiqh itu hanya
menyangkut tindak-tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian
ha!-ha! yang bukan amaliah seperti keyakinan tidak termasuk lingkungan fiqh.
Pengunaan kata "digali dan ditemukan" mengandingi arti bahawa fiqh itu
basil dari galian dalam penentuan hukum. Kerananya jika bukan dalam bentuk
basil galian tidaklah disebut fiqh.
5
Ibid, him. 22
6
17
Kata "tafsili" di sana menjelaskan tentang dalil yang digunakan seorang faqih. Kerananya
ilmu
yang diperolehi oleh orang awam dari seorang mujtahid tanpa dalil tidak termasuk dalam pengertian fiqh.Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahawa, .. fiqh itu ada/ah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid da/am usahanya menemukan
hukum Allah". 7
Untuk lebih memperjelas dapat kita angkat lima pokok perbedaan antara syari'at dengan fiqh yakni:8
I. Syari'at terdapat dalam al-Quran dan kitab-kitab hadits. Kalau kita bicara tentang syari'at yang dimaksud adalah pemahaman manusia, dalam ha! ini adalah ahli hukum Islam (Mujtahid) yang memenuhi syarat-syarat berijtihad. 2. Syari'at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup lebih luas dari fiqh.
Sedang fiqh tiersifat instrumental, lingkupnya terbatas pada apa yang biasanya disebut perbuatan hukum.
3. Syari'at adalah ciptaan Allah dan Rasulnya, kerana itu berlaku abadi. Sedang fiqh adalah karya manusia yang dapat berubah dari masa ke masa atau sesuai dengan zamannya.
4. Syari'at hanya satu, dan fiqh beragam (lebih dari satu), sesuai jumlah aliran hukum yang disebut mazhab.
Ibid, him. 22
5. Syariat menunjukkan kesatuan dalam Islam. Sedang fiqh menunjukkan
keragamannya, sesuai jumlah aliran-aliran hukum atau mazhab-mazhab yang
terdapat dalam Islam.
B. Pengertian Poligami
Salah satu bentuk perkawinan yang senng dipcrbincangkan dalam
masyarakat muslim adalah poligami. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
poligami, berikut ini akan diperjelaskan dahulu sepintas lalu apakah yang
dimaksudkan dengan poligami itu.
m・ョオイセエ@ tinjauan bahasa, poligami (la 'addud az-zaujal = berbilang isteri).
Kata poligami adalah berasal dari bahasa yunani, poly atau polos yang berarti
banyak dan gamien atau gamos yang berarti kawin/ perkawinan, jadi secara
bahasa poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau suatu perkawinan
yang lebih dari seorang, baik pria maupun wanita. 9
Sedang dalam pengertian umum yang berlaku dalam masyarakat kita
sekarang ini, poligami diartikan seorang laki-laki yang berkawin dengan banyak
wanita. Poligami dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
I. Poliandri, yaitu perkawinan seorang perempuan dengan beberapa orang
laki-laki. Poliandri tidak banyak dipraktekkan, hanya dapat ditemukan pada
suku-suku tertentu, sepe11i pada suku-suku Tuda dan beberapa suku-suku di Tibet.10
9
Kafrawi Ridwan (ed), dkk. Dewan Redaksi Ensk/opedia Islam, (Jakarta : PT lchtiar Baru Vanhocvc, 1997), cet. Ke- I 0 him. I 07
10 Musdah Mulia,
19
2. Poligini, yaitu perkawinan antara seorang laki-Jaki dengan beberapa oang perempuan. 11
Dan dalam perkembangannya sekarang ini, istilah poligini jarang sekali kita dengar. hahkan bisa dikatakan istilah ini tidak dipakai lagi dikalangan masyarakat. Sehingga istilah poligami secara langsung menggantikan istilah poligini d.t;ngan mengartikan sebagai perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan disebut dengan poligami, dan kata ini dipergunakan sebagai lawan poliandri.
Lawan dari poligami adalah monogami, monogami berasal dari bahasa Yunani, mono yang berarti satu dan gamiem atau gamos yang berarti perkawinan. Jadi monogami adalah satu perkawinan yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu isteri, 12 monogami ini merupakan satu prinsip bahawa suami hanya mcmpunyai atau isteri pada jangka masa tertentu.
'
Poligami merupakan sebuah persoalan yang tak pernah sepi dari perdebatan terutama kaum perempuan dalam Islam. Bahkan, dikalangan pengamat luar Islam, menganggap dibolehkannya melakukan poligami ini membuktikan bahawa Islam sangat mengabaikan konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan suami isteri. Poligami menurut mereka, mcrupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan (isteri).13
11
Kafrnwi Ridwan (ed), dkk. Dewan Redaksi Ensklopedia Islam ... , Op-cit.
12
!hid, hhn. 63
13
Syafiq Hasyin1, ha/-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang lsu-isu Kepere111puanan Da/a111
C. Wanita Sebelum Islam
Sebelum membahaskan tentang poligami secarn mendalam, adalah lebih
baik menjelaskan dahulu tentang kedudukan wanita sebelum ajaran Islam
he11arak di humi /lllah ini. lni kerana kebanyakkan golongan yang menolak
poligami itu adalah kaum wanita dengan alasan poligami ini merupakan salah satu
bentuk pcnindasan terhadap mereka. Sedangkan Islamlah yang mengangkat darjat
mereka dari tempat yang menghinakan.
Wanita sebelum Islam dalam pandangan masyarakat pada waktu itu sangat
menyedihkan, kerana mereka menilai kaum wanita ini laksana barang dagangan,
hai1a warisan · dan ada pula yang menilai bahawa wanita manusia laknat,
membawa sial dan perendah kedudukan.14
Bangsa Yunani menilai wanita sangat hina dan sangat rendah, bahkan
mereka menganggap wanita najis, kotor dan jelmaan syaitan. Bangsa Yunani juga
memandang mereka sama seperti barang dangangan, dimana wanita tersebut
boleh diperjualbelikan di pasar-pasar, tidak punya hak apapun, tidak punya hak
mengelola harta sendiri, tidak punya hak mewarisi bahkan tidak punya hak atas
diri sendiri.15 Bahkan kaum laki-laki mempunyai kepercayaan wanita adalab
sumber segala penyakit dan bencana dan mereka dianggap sebagai makhluk yang
paling rendah, sampai kaum laki-laki tidak maim berada disatu meja makan
H Sufyan Raji .i\bdullah, foligan1i Dan Eksislensinya, (Ja\va Barat: Pustaka al-Riyadh, 2004),
him. 58
21
bersama kaum wanita, lebih-lebih lagi apabila mereka sedang menerima tamu asing, maka wanita tidak ubah seperti budak dan pelayan.16
Dalam bangsa Romawi pula, mereka menilai wanita adalah sesuatu yang tidak bemyawa. Menurut mereka seorang lelaki boleh menyiksa kaum wanita semaunya yang ada dibawah kekuasaannya, dengan cara menyiram minyak panas dan mengikat pada tiang malah ada yang sanggup mengikat wanita pada seekor kuda dan memecunya dengan cepat sehingga meninggal dengan sangat mengerikan.17 Begitu jua dengan pelecehan yang lain, kaum wanita hanya dianggap sebagai pemuas nafsu syahw.at laki-laki, kemesuman dan kecabulan merebak di mana-mana, bahkan di panggung teater pun mengalami perubahan drastis, kerana antara materi yang ditampilkannya adalah kontes wanita telanjang. Dikalangan mereka juga terdapat tradisi mandi bersama antara kaum wanita dengan laki-laki dl tern pat umum dan disaksikan olch orang banyak. 18
Begitu juga pandangan masyarakat cina zaman dulu, hanya kaum laki-laki yang memiliki peranan dalam menentukan arah kemana peradaban berjalan. Kaum wanita sama sekali tidak punya hak waris. Begitu pula jika seorang ayah meninggal dunia, tidak ada hak bagi anak perempuan untuk mendapatkan harta warisan. Mereka menganggap kaum wanita ini sebagai makhluk yang rendah
16
Mahmud Mahdi al-Istanbul & Mustafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Te/adan,
lsteri-isteri, Putri-pulri Dan Sahabot fl'anita Rasulullah, (Bandung: Irsyad Baitus Salam. 2005) Cet ke-10, him. 31
17
Sufyan Raji Abdullah, Poligan1i Dan Eksistensinya .:., OP.Cit .. hln1. 59
" Mahmud Mahdi al-Istanbul & Mustafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Teladan,
yang hanya akan merusak kebahagiaan dan kekayaan.19 Juga menganggap wanita punca malapetaka rumahtangga dan keluarga, suami berhak membunuh seandainya isteri durjana dengan cara menanamnya hidup-hidup. Bisa diwarisi dan berhak menjual wanita kapan saia. セッ@
Di India, masyarakat penycmbah sapi sungguh sangat tidak menghargai wanita, mereka melakukan wanita sangat tidak manusiawi, bahkan mereka mengharuskan isteri untuk ikut mati bersama suaminya yang meninggal dunia, lalu dibakar bersama dalam satu tempat pembakaran. Menurut pandangan India kuno, seorang wanita tidak punya hak apapun terhadap bapa kandung, suminya, anak-anak kandungnya, dimana bila meninggal dunia anak-anak mereka tidak di bin dan dibintikan kepada kepada orang tuanya, namun di bin dan dibintikan kepada salah seorang anggota kcluarga suaminya dan tidak marnpu menentukan nasib hidup ュ・イ・セ。@ sendiri.21
Bagi masyarakat Persia satu ketika dulu, memandang wanita tidak ubah seperti benda, hewan dan sejeninsya. Seorang anak bisa menikahi ibunya, kakak kandungnya, adik kandung, bibi, tante dan keponakannya jadi tidak ubah seperti embek atau ayam. Seandainya wanita datang haid, mereka dipasung ditempat yang jauh atau dikurung dalam kamar atau dibual tenda khusus dan tidak boleh keluar, yang mendekati mereka hanyalah pelayan yang membawakan makanan
19 Ibid.,
hlm.36
20
Sufyan Raji Abdullah, Poligami Dan Eksistensinya . .,Loe.Cit., him. 59
21 !bid..
23
dan minuman. 22 Seandainya dilihat dari sudut undang-undang dan sistem sosial pada zaman itu, undang-undang begitu zalim terhadap nasib wanita dengan menindas hak-hak wanita. mereka memberlakukan hukuman berat terhadap wanita sekalipun dalarn kesalahan yang kecil. Sedangkan kaum laki-laki bebas bergerak tanpa batas, sekiranya terdapat diantara kaum wanita yang mengulangi kesalahannya. maka dia akan di kenakan hukurnan rnati.23
Yahudi dimasa lalu menil.ai wanita sebagai wanita laknat, kutukan dan sumber kesialan dan malapetaka, kerana menurut mereka gara-gara wanita nabi Adam a.s dikeluarkan oleh Allah dari syurga. Semasa haiclnya pula, mereka dianggap sepe11i najis yang harus dijauhi. Wanita jua diperlakukan seperti yang te1jadi dalam masyarakat Persia clan anak-anak mereka bisa memperjual belikannya. Dan tiada hak rnewarisi harta melainkan sudah ticlak ada sauclara lclaki yang ャ。ゥョセ R G@ Kemungkaran dan kemaksiatan terlalu merajalela. Wanita diberikan kebebasan hanya untuk menjadi pelacur. Dalarn mernpraktekkan pelacuran, rnereka rnernbaluti wanita dengan nuansa kesucian dan rnelakukannya di ternpat-tempat ibadah dengan rnengatakan bahawa ha! tersebut dapat mendekatkan diri dengan Tuhan.25
Kaurn Nashrani tempo <lulu menganggap wanita laksana syaitan dan wanita adalah lambang kejahatan dan pernbawa penyakit dan pembawa bencana
" Ibid, him. 60
23
Mahmud Mahdi al-Istanbul & MusJafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Te/adan,
fsteri-isteri .. , Op.Cit., him. 35
:A Sufyan Raji Abdullah, PoliKan1i Dan Eksistensilzra .... Loe.Cit., hhn. 60 25 Mahmud Mahdi al-Istanbul
& Muslafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Teladan,
atau kekasih yang membawa malapetaka. Pada tahun 586 M orang-orang Prancis menyelenggarakan konfrensi untuk membahas tentang status dan hakikat wanita. Hasil dari perbincangan tersebut mereka dapat satu kesimpulan yang mengatakan wanita itu diciptakan hanya untuk melayani laki-laki. pemuas laki-laki dan pelayan laki-laki dan mempunyai darjat yang lcbih rcndah daripada laki-laki.26
Bagi masyarakat arab jahiliah pula. wanita tidak bedanya dengan barang dagangan atau harta pusaka, wanita bisa dijual di pasaran global dan wanita juga diwarisi. Wanita tidak punya ak atas harta miliknya sebab dirinya sendiri itu dapat diwarisi dan dijualbelikan. Dikalangan Arab Jahiliah juga berlaku berlaku kebiasaan yang keji dan tidak manusiawi, dimana bila ada bayi lahir perempan, bayi tersebut dibunuh dan bahkan ditanam hidup-hidup. Ada pula yang masih mempertahankan hidup namun disusukan pada orang lain, ibunya tidak mahu menyusukannya · kerana merasa malu dan hina mempunyai anak wanita, dan dikalangan orang 'Jaki-laki bila mendengar isterinya melahirkan anak perempuan mukanya langsung muram, merah padam sekalipun ada yang tidak tega membunuhnya. Sungguh tiada nilai wanita dimata bangsa-bangsa Arab Jahiliyah, wanita dipandang lebih mulia daripada untan
D. Scjarah Singkat Poligami
Meski banyak kalangan yang menolak poligami, sejarah rnernbuktikan bahawa poligarni sesunggulmya sudah mcmbudaya, bahkan jauh sebelurn
26
Sufyan Raji Abdullah, Po/igami Dan EksLwensinya .. ,Op.Cit .. him. 61
25
kedatangan Islam. Bangsa Mesir Purba misalnya, menjalankan poligami seperti
ketika zaman Deodor Sesle. Ajaran Zaathrusta Persia menggalakkan Poligami
untuk memacu kelahiran generasi laki-laki, yang angka kematiannya sangat tinggi
akibat budaya perang.28
Orang-orang pria Roma seperti dizaman Raja Seila biasa rncngawini lima
perempuan sekaligus. Raja pompey dan Caesar diriwayatkan masing-masing
mempunyai empay orang isteri. Demikian pula Raja Constantin dan
anak-anaknya. Bahakan Raja Velentiniasus II mengeluarkan satu undang-undang
khusus tentang poligami. Undang-undang yang memperkenankan rakyatnya
mengawini beberapa orang wanita jika mahu, ini teijadi pada pertengahan kurun
keempat masehi. Namun pada zaman Justiniasus ada percobaan untuk
menghapuskan, tetapi gaga!. Poligami juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain
purba, di India sepeni Babylonia dan Asyurian. iv1asyarakat Cina pun rnemiliki
tradisi beristeri b'1nyak. 29
Kitab taurat mewajibkan poligami dan tidak membataskan hanya empat
isteri. Adapun Talmud membatasi jumlah isteri untuk berpoligami sesuai dengan
kamampuan suami dalam membiayai isteri-isterinya kelak. Orang-orang Yahudi
di Eropa banyak melakukan poligami sejak abad pertengahan hingga kini.
Selanjutnya para Nabi pun dikatakan bahawa Nabi Sulaiman mempunyai seratus
orang isteri. Nabi Yakub mempunyai empat orang isteri.30
28 NurbO\\·o,
lndahnya Po/iga111i: [>engahunan ke/uarga sakinah Puspo lf"ardoyo, (Jaka11a : Senayan Abadi, 2003), cet II, hlm.2
29
ibid., hhn.2
30
Begitu jua yang terjadi bagi orang-orang Rusia, Yugoslavia, Jerman, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia dan Inggeris semuanya adalah bangsa-bangsa yang melakukan poligami.31
Di Jazirah Arab sendiri, jauh sehelum I slam. ma" arkat tel ah mempraktekkan poligami, malahan poligami yang tak terbatas. Sejumlah riwayat mengatakan bahawa rata-rata pemimpin suku mempunyai ratusan isteri.32
Dan setelah datang Islam Bangsa arab jahiliyah itu masuk Islam dan mereka harus merelakan untuk meninggalkan sebahagian isterinya, dengan cukup memelihara empat orang isteri saja, sebab sistem poligami yang tidak teratur dan tidak terkendali, tidak manusiawi dan tidak berkeadilan itu direalisasiakan, dimanusiawikan dan dilslamisasikan oleh Islam. Sehingga satu laki-laki tidak boleh berpoligami lebih dari empat orang isteri, sebab Islam tidak menganjurkan dan mensyaratkaQ kecuali terkandung hikmah di dalamnya dan Islam juga tidak melarang melainkan terdapat mudhrat dibalik larangan tersebut.
E. Poligami Dalam Islam
Perkawinan yang disyaratkan oleh Islam adalah untuk mencari ketenangan hati, kepuasan jiwa, serta kemantapan hidup dan perasaan. Namun begitu kadang-kadang timbul beberapa halangan yang ditimbulkan oleh individu, masyarakat maupun bangsa. Hal yang demikian itu menyebabkan si suami akan merasa sedih
31
li.S.al-I-lamdani, Risa/ah Nikah Hukun1 Perkm .. ·i11a11 !slcun, (Jakarta Pustaka A1nani,
1989), Cet ke-3, lllm. 79
32 Musdah Mulia, Pandanga11
27
kerana kemandulan isterinya atau kerana isterinya sering sakit yang berpanjangan.
Mungkin juga yang berakibat dari satu bangsa yang ditimpa bencana seperti
peperangan yang mengorbankan ramai pemuda-pemuda dan suami-suami,
sehingga statistik wanita menunjukkan kelebihan dari jumlah laki-Jaki atau satu
masyarakat yang ditimpa gejala keruntuhan moral kerana terdapatnya kalangan
Jaki-Jaki yang tidak memadai.33
1. Dasar Hukum
Pada masa pra Islam, masyarakat arab Jahiliyah mengenal beberapa
bentuk perkawinan, diantaranya:
a. Perkawinan Istibdha' yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan, lalu isterinya diperintahkan berhubungan dengan
laki-laki lain yang dipandang terhormat kerana kebangsawannya, dengan
maksud mendapatkan anak yang merniliki sifat-sifat tcrpuji yang dimiliki '
oleh bangsawan.
b. Perkawinan al-Maqthu' yaitu perkawinan seorang Jaki-laki dengan ibu
tirinya.
c. Perkawinan ar-Rahthun yaitu perkawinan antara sejumlah laki-laki dengan
seorang perempuan.
d. Perkawinan Khadan yaitu perkawinan seorang laki-laki dengan seorang
d b . b . 3·1
perempuan engan cara sem uny1-sem uny1.
33
Ahn1ad Ibrahin1, Undang-undang Keluarga Js/cnn Di Afalaysia. (Kuala Lurnpur: tv1alayan
Law Journal Sdn Bhd, I 999), him. 77.
3
Pada prinsipnya, Islam tidak membenarkan semua bentuk perkawinan yang di dalamnya ditemukan unsur-unsur kezaliman, kekerasan, ketidakadilan, pelecehan, pemaksaan dan penindasan. Sehingga Islam telah menghapus segala bentuk perkawinan yang disebut di atas.
Ketika Islam datang; kebiasaan poligami itu tidak serta me11a dihapuskan. Namun, setelah ayat-ayat yang menyinggung soal poligami diwahyukan. Nabi Muhammad saw lalu melakukan perubahan yang redikal sesuai dengan petunjuk kandungan ayat al-Quran.
Firman Allah SWT:
} ,.. ,..,., ,,.,;< .... o.J ;;:.,, o o , , . ,.. , , . )
セセ|@
セ@
G
j\
ッセiセ@
iスセ@
\f\
r
セ\M[M
Pセ@
(_
l[Gセェ@
ッIセェ@
0 J :;;, _,.
41 :
ゥOセlNZNj|セL@
I I;;';ll
[セ|@
'\\.. / Y...1 v
Al1inya
"Ban jika kamu tidak dapat berbuat adi! kepada anak-anak
(perempuan) yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan yang
kamu sukai, dua, tiga, atau empat, kemudian jika kamu kuatirkan
tidak dapat berbuat adil maka (nikahilah) seorang saja,
a1a11budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu ada/ah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya" (an-Nisa'/ 4: 3)
29
anak yatim
ini
senang kepadanya lalu ia ingin menjadikan perempuan yatimini sebagai isterinya, tapi ia tidak mau memberikan mas kawin yang sama
diberikan kepada perempuan yang lain (isteri yang lain). Kerana itu pengasuh
anak yatim yang sepe11i ini dilarang mengawini mereka, kecuali kalau mau
berlaku adil kepada mereka dan mau memberikan mas kawin yang lebih
tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian. maka mereka
disuruh kawin dengan perempuan-perempuan lain yang disenanginya.35
Dari ayat diatas dapatlah kita ketahui bahawa Allah SWT tidak
melarang poligami, akan tetapi hanya meluruskan dan membatasi poligami
yang sudah berkembang dalam masyarakat sebelum Islam datang.
Batasan yang diberikan al-Quran mencakupi dua hal: Pe11ama, batasan
yang bersifat kuantitatif. yaitu polgami tidak dibcnarkan lebih dari cmpat
orang isteri. Batasan kuantitatif menjadi syarat salmya akad nikah. Aninya '
barang siapa yang mengawini seorang \\anita karena untuk dijadikan isteri
yang kelima atau keenam dan seterusnya, maka perkawinannya dipandang
tidak sah dan mesti difasakh (dirusak).
Kedua adalah batasan yang bersifat kualitatif, jelasnya poligami dapat
dilakukan dengan catatan berlaku adil (tidak khawatir berbuat zhalim).
Batasan kualitatif ini tidak menjadi syarat sahnya perkawinan ('aqd al-nikah).
Barangsiapa yang mengawini wanita sebagi isteri kedua, ketiga atau keempat,
scdang ia khawatir berlaku dzalim. tetapi pada kenyataanya ia tidak berlaku
35 Abu Bakar Muhan1mad Abdullah Al-Ma'ruf Ibnu Al-Arabi,
Ahkaan1u/ Ouran,
demikian, atau melakukan perbuatan itu, namun ia segera bertaubat dan berbuat adil, maka ia tidaklah berdosa dan Allah akan mengampuni perbuatan tersebut.36
Dalam ayat yang Jain Allah SWT telah berfirman:
Artinya: "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isterimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, kerana janganlah kamu terlalu .cenderung (kepada yang kamu cintai),
sehingga kamu biarkan yang lain terkantung-kantung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah maha pengampun /agi maha penyayang. " (QS. An-Nisa '/ 4: 129)
Ayat ゥセゥ@ meniadakan kesanggupan berlaku adil kepada sesama isteri, sedangkan diatas mewajibkan berlaku adil. Kedua ayat ini tidak bertentangan kcrana adil yang dituntut disini adalah adil dalam masalah-masalah lahiriyah yang dapat dikerjakan oleh manusia bukan adil dalam ha! cinta dan kasih sayang, sebab masalah diluar kemampuan seseorang.37
Ibnu Al-Arabi juga mempunyai pendapat yang sama dengan pendapat diatas bahawa adil yang dimaksudkan dalam ayat 129 surah an-Nisaa'ini
36
Abduttavvab Haikal, Rahasia Perkatt'inan Rasulu/lah SAYV; Poligan1i VS n1onogarni Baral,
(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, I 993). Cet. I, him 43-44.
31
adalah adil dalam ha! cinta dan bersetubuh. Menurutnya adil dan cinta diluar
kesanggupan seseorang, sebab hanya ada dalam gengaman Allah yang
membolak-balikan menurut kehendak-Nya.
Bcgitu jua dengan bersetubuh terkadang ia ghairah dengan yang
satunya, tapi tidak begitu ghairah dengan isteri lainnya. Asal saja perbuatan
ini bukan disengaja, maka ia tidak berdosa, sebab ha! ini diluar
kamampuannya.
Dari penjelasan diatas dapatlah disimpulkan bahawa seseorang yang
akan berpoligami wajib berlaku adil dalam ha! materi dan terns berusaha pula
untuk dapat berlaku adil dalam ha! immateri ( cinta dan bersetubuh).
Walaupun dalam hal immeteri ini tidak akan bisa diwujudkan, sepe11i yang
telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah an-Nisaa' ayat I 29 diatas.
namun harus_terus berusaha agar kiranya dapat berlaku adil sebgaimana yang
telah dilakukan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda:
,. ,, 0 ;;; ,,. J \ ;;:, ,, ,, ,, ,, ,,. ,,
jセ@ .;L._; '." , _, セ@ (,,' セ@
dlil
iGセ@ セi|@0\5'
CJI,;
GlS.
GNセ@, - ,,
,,..Jo!
セ@ ,,. r---) ,- セ@ l5'"'-
,, . v,, j ,, ;;; ,, ) J ,, J
セ|@
'{_,
セ@
QZZNセ@
セ@
'.>li
セ|@
QZZセ@
セ@
1..0,
セ|@
:
jセ@
セ@
,"=t_.,
J.\J ,JL.JIJ,tf.io
_rllJ ,.:. Jb y.IJ, ..lfi'-\J,セ@
,,_i\
J.\
olJJ)'f'A · : t
HセG@ ,;,\..;_,_.,\ Lt..o> ·J-w\ J.\J
38
Muha1n1nad Ibnu All Ibnu Muhan1n1ad Asy-Syaukani, Fa1h11/ Qadir A/-Jaan1i' Baina
Artinya: "Dari 'Aisyah ia berkata: Rasulullah selalu membagi giliran
diantara isterinya dengan adil, kemudian beliau pernah berdoa;
Ya Allah! lni bagianku yang dapat aku kerjakan. Kerana itu
janganlah Engkau mencelaku tentang apa yang Engkau kuasai
sedang aku tidak menguasainya.
"
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah, Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, Nasa
'I,Ibnu Majah dan lbnu
Mund::ir. Dan sanad hadith ini shahih).
Menurut Abu Daud yang dimaksukkan dengan Engkau kuasai tetapi
aku tidak menguasai adalah "hati".
Sedangkan menurut Al-Khatthabi, hadits ini menunjukkan sebagai
penguat adanya wajib melakukan pembagian kepada isteri-isterinya yang
merdeka, dan dimakaruhkan bersifat berat sebelah dalam menggaulinya yang
berarti mengurangi haknya. Tetapi bukan terlarang untuk lebih mencintai
yang satu dengan yang lainnya, kerana soal cinta ini diluar kesanggupannya.
Rasullulah saw bersabda:
jセ@
;;;,
t.S-f :;.
.. ,
セQZZgMセ@
J'.
jci
,0uf;'.
Artinya:
dari Abu Hurairah ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw;
barangsiapa yang mempunyai dua orang isteri, lalu memberatkan
salah satzmya, maka ia akan datang dihari kiamat nanti dengan
ba/111 yang miring.
"
(HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa 'I, Jbnu
Majjalz)
39
33
Akan tetapi apabila ada diantara para isteri yang membuat nusyuz,
maka ha! ini diatur di dalam foman Allah SWT:
' } }
,
e-":..:11
;;, J JJ Q ,,. ;;, J ,,."
J , J Jjェセ@
c}'.>\Jij ...
•
Mセ@ •_rV>I • ·,.to_,k:J
L,iAjy-:.;
....,_.::;"_ I...-' ../ .../ v ,
'
,'
'
'
セセ@
} ", , ) , ,
' , ;;, J J 0 ,,.
|セ@ セ@ セ@
.
"Iセ@
)Ii, s::.:.:J,
r
. Ii
1 ! ' .:J_; l '1\ I . -
0"'
ケNセij@カセ@ セL@ '--'
.
j"-:' ("""' l)', ,
Artinya: " ... IVanila-wanila yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan/ah mereka dari /empal tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menlaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan unluk menyusahkannya. Sesunggulmya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar. " (QS.An-Nisaa' 4:34)
Ketika sang suami khawaiir akan nusyuznya isteri-isteri yang
dipoligami, bahkan telah jelas nusyuznya isteri, maka hendaklah sang suami
menasihati dengan tanpa memukulnya dan tidak mengumpuli tidur. Seperti
'
ucapan suami kepada isterinya: "Takutlah engkau kepada Allah dalam
kebenaran yang wajib bagimu atasmu, dan ketahuilah sesungguhnya nusyuz
itu dapat menggugurkan nafkan dan hak giliran". Bagi sang suami tidak boleh
memaki-maki kerana adanya nusyuz, tetapi bagi isteri berhak untuk diberikan
pengajaran dari sang suami menurut pendapat yang lebih sah. Dan pihak
suami tidak boleh melaporkan kasus isterinya kepada pihak Qadhi.
Jika perempuan (isteri) itu menantang sebuah nasehat dan tetap nusyuz
Namun jika isteri masih tetap nusyuz berulang kali, maka hendaknya sang suami memukulnya dalam bentuk memberi pengajaran kepadanya. Bila sang suami mendatang kerusakan alas diri sang isteri, maka wajib baginya untuk bertanggungjawab secant hukum.
Nusyuz seorang isteri dapat menyebabkan hilangnya hak dalam mendapatkan giliran dan nafkah dari suaminya.
2. Syarat Poligami
Allah SWT membolehkan poligami dengan batas sampai empat orang dan mewajibkan berlaku adil kepada mereka dalam urusan makan, tempat tinggal, pakaian dan lain-lainnya, atau segala yang bersifat kebendaan tanpa membedakan antara isteri yang kaya dengan isteri yang fakir, yang berasal dari keturunan tinooi denoan vang bawah ... b b b .J •
Orang-orang Islam sepakat bahawa seorang muslim yang merdeka, baligh, berakal, c!fief (menjaga kehomiatan diri), sehat dan tidak mahjur alaih, boleh berkawin dengan secara bcrsamaan dengan empat wanita lagi sehat bukan pezina. Dan tidak halal bagi seorang pun kawin lebih dari empat wanita, tanpa khilaf dari seorang pun dari kalangan ahlul Jslam.40
Bila suami khawatir berbuat zalim dan tidak akan dapat memenuhi hak-hak mereka scmua, maka diharamkan berpoligami. Bila yang sanggup dipcnuhinya hanya tiga orang istcri. maka haramlah baginya berkawin dengan
40
A. Saha! Machfudz, Ensiklopdia !Jina': Kesepakatan U/an1a' dalan1 Hukun1 !slan1, (Jakarta:
35
empat orang perempuan. Jika· ia hanya sanggup memenuhi hak dua orang
isteri, maka haramlah baginya untuk kawin dengan tiga orang perempuan.
Begitu pula kalau dia khawatir akan berbuat zalim kalau mempunyai dua
orang isteri, maka haram baginya mclakukannya.41
Allah SWT berfirman:
0 ,., J , , ,,. 0 ,.. 0 0 , . 0 ;;,,,. 0 0
?
"Lll ;..
セ@
セl「@
G
Gセセ\[セ@
_;Qi
セ@
1yL;J
':J\
;.
:.,.,.
0[,
,. ,, ,,
/ J ,.. ,,_, ,..,< / O J ;;;,_, 0 0 , , . ,, , , . )
セ[L@
セセ|@
セ@
G
)\
[[セQ[@
1)µ
':J\
[セ@
Pセ@
t
l[GセI@
o'.>t)
0 " ;;, ,,. ,,
セi@
: z/"Ulf 1)
Y0
'J\
J)\
Artinya: " ... maka kawinlah dengan perempuan-perempuan yang kamu sukai , dua, tiga atau empal, kemudian jika kamu khawatir tidak dapal berbuat adil maka (nikah/ah) seorang saja, a/au budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu ada/ah lebih dengan tidak berbuat aniaya." (An-Ni.ma' 4: 3)
Begitupun dalam kitab Fatwa Qardhawi karangan Dr. Yusuf Al-'
Qardhawi disebutkan, bahawa syarat utama yang harus dipenuhi dalam
berpoligami adalah berbuat adil diantara para isteri, kalau tidak mampu untuk
ber!aku adil pada para isteri, maka cukuplah seorang isteri saja.42
Para Ulama' dan Fuqaha telah menetapkan syarat poligami, yaitu:
a. Suami harus memiliki kemampuan dan kekayaan yang cukup untuk
membiayai berbagai kebutuhan, dcngan be11ambahnya isteri yang
dinikahi.
41
Sayyid Saabiq. Fiqhus Sunnah, CJp.('11., hlni. 246-247.
42 Yusuf Qardhav,ri,
Te1je111ahan lluda Al-ls/arn Fa1a11·a Aiu 'asharah, (Surabaya: Risa!ah
b. Suami harus memperlakukan semua isterinya dengan adil. Setiap isteri
dipcrlakukan sama dalam mcmenuhi hak perkawinan mereka serta
hale-hak lainnya.43
lvlenurut Kompilasi Hukum Islam, syarat-syarat yang harus
diperhatikan dan dilaksanakan untuk melakukan poligami sebagaimana yang
tclah tercatat dalam pasal 57 yaitu Pengadilan Agama hanya memberikan izin
kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajipan sebagai isteri.
b. lsteri mendapat cacat badan atau penyakit yan tidak dapat disembuhkan.
c. lsteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Di samping syarat-syarat tersebut di atas, maka untuk memperoleh izin
Pengadilan Agama harus memenuhi syarat-syarat scbagai berikut:
a. Adanya persctujuan isteri.
b. Adanya kepastian bahawa suamt mampu menjamin keperluan hidup
' ' ' ' d k k k 4'1
1sten-1sten an ana ·-ana ·mere ·a.
F. Alasan Dan Tujuan Poligami
1. Alasan Poligami
Dalam membahas tentang alasan seseorang untuk melakukan
poligami, maka penulis telah mengutip tinjauan yang telah dibuat oleh Abdul
セZ^a「、オイ@ Rahrnan, l'erkau·inan da/cun S,ra_ria1 Js/a111, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), cet. I,
him. 45
37
Wahid Bahron yang menulis tentang alasan-alasan yang mendorong seseorang
itu untuk berpoligami seperti berikut:
a. Isteri memiliki penyakit
Alasan pertama mcngapa suami berp0ligami ialah suami tidak
mendapatkan kepuasan dalam perhubungan suami isteri (kelamin).
Berlakunya demikian dikarenakan isteri sering sakit dan tidak dapat
memberikan layanan yang baik dan sewajamya kepada suami.
Di samping itu terdapat juga isteri yang telah lanjut us1anya,
sedangkan suaminya masih be1ienaga, keadaan demikian menyebabkan si
isteri .sudah tidak mempunyai nafsu lagi untuk melakukan hubungan
badan sedangkan sebaliknya bcrlaku pada pihak suaminya. keadaan akan
bertambah masalah kalau suami mempunyai nafsu yang kuat dan demi
menjaga kehormatan dan kcimanan maka poligami merupakan jalan yang
4' terbaik buat mereka. '
Namun dengan keizinan yang telah diberikan kepada suami untuk
berpoligami dengan alasan ini, si suami tidak boleh sampai meninggalkan
tanggungjawabnya kepada isteri pe1iama, suami harus menemani isterinya
dengan memberikan perhatian agar isteri tidak merasa terabai dan
terbeban dengan penyakitnya itu.
45
b. Menjaga kehormatan dan menghindarkan kemaksiatan.
Oleh karena tidak mendapatkan layanan dari isteri tadi lantaran
uzur (sudah tua), maka demi menjaga kehomiatan dan tidak terjerumus ke
lembah maksiat adalah lebih baik berpoligami. Narnun begitu terdapat
juga suami yang tidak bermasalah dengan isteri yang pertama karena
mempunyai hubungan yang mesra dengan suasana suarni yang kuat
nafsunya maka untuk menghindari daripada rnelakukan maksiat poligami
adalah jalan keluar dari masalah terse but. 46
c. lsteri tidak dapat rnemberikan keturunan.
Dalam perkawinan, mendapatkan anak adalah impian bagi semua
pasangan suami isteri, namun terdapat juga dikalangan para isteri ada yang
tidak bisa melahirkan anak. Jadi untuk mengatasi masalah tersebut
mengadakan perbincangan, rnaka diambil kepulusan untuk bcrpoligami.
Seandainya isteri tidak setuju untuk membiarkan suarninya berkawin lagi
walaupun keadaan dirinya tidak dapat mernbcrikan keturunan dan
rnenyarankan agar mengarnbil anak angkat, tetapi demi rnenjaga benih
keturunan sendiri akhirnya poligami tetap dilakukan, dengan poligami ini
juga dapat membahagiakan hati suami dengan lahimya anak hasil dari
b ·1 e111111ya sen rn. d' . 47
Sebelum si suarni mengarnbil keputusan untuk berkawin lagi,
suam1 isteri sebaiknya melakukan pemeriksaan kesihatan terlcbih <lulu,
'''" Ibid, him 4-5
47
39
adakah benar isteri yang tidak mampu melahirkan anak atau ha! itu terjadi pada suami, ini karena alasan perkawinan tersebut adalah untuk mendapatkan anak, sekiranya suami yang tidak bcrkcmamruan dalam ha! ini, tiada gunanya berkawin lagi.
d. Suami isteri tinggal berjauhan.
Kondisi seperti sekarang sering berlaku bagi suami yang bekerja berjauhan antara satu sama lain. Kadangkala ada juga dikalangan suami atau isteri yang menyambung pendidikan mereka ke luar negeri dan memerlukan masa yang agak lama, keadaan demikian menyebabkan si suami.merasakan dirinya sangat kesepian dan kesunyian, maka si suami mengambil jalan tengah untuk beristeri lain. 48
Hal ini dapat dikaitkan dengan situasi, dimana para sahabat satu ketika duJu menyertai peperangan dan perjalanan jauh yang mengambil waktu yang lama, mereka melakukan nikah mut'ah sebelum perkawinan tersebut diharamkan. ini membuktikan bahawa permergian yang lama bisa menjadi pendorong seseorang untuk berkawin lagi.
e. lngin membantu calon isteri.
Ada juga dikalangan mereka yang mengamalkan poligami untuk menolong cal on isteri atau janda yang ditinggal mati oleh suami a tau yang diceraikan suami yang terdahulu. Dan ada juga yang bcrpoligami untuk menolong kaum wanita yang telah lanjut usranya tctapi belum
48
berumahtangga. Jadi melalui pengamalan poligami ini setidaknya dapat
menyelesaikan masalah wanita yang telah lanjut usianya yang tidak
kawin. 49
Wanita merupakan kaum yang scharusnya dilindungi dan pcrlukan
perhatian kerana naluri wanita sangat lernbut dan mudah tersentuh
walaupun pada zahirnya kelihatan cekal. Berakar dari itulah maka tcrlintas
di dalam hati laki-laki yang peka untuk menjadikan wanita tersebut
sebagai isterinya. Diharapkan dengan perkawinan tersebut dapat
meringankan derita yang ditanggungnya.
f. Berkemampuan untuk berpoligami.
Terdapat juga mereka yang berpoligami kerana merasakan mereka
berkemampuan. Di sarnping itu terdapat juga mercka yang bcrpoligarni
rnenganggap bahwa itu adalah jodoh mereka. Tetapi perlu dinyatakan
bahwa mereka yang mengamalkan poligami itu bukan semata-mata
merasakan apabila rnereka marnpu untuk berpoligami, tetapi pengamalan
poligami tersebut juga mempunyai kaitan dengan sebab-sebab seperti
yang telah disebutkan sebelum ini. 50
g. Menghindari fitnah masyarakat.
Ada juga yang berpoligami untuk mcnghindari diri daripada fitnah
masyarakat. Kebiasaan perkara 1111 terjadi apabila pihak suamr
49
Ibid, hlni.7
50
41
mengadakan hubungan dengan perempuan lain, maka untuk menghindari dari fitnah semakin menyebar dikalangan masyarakat adalah lebih baik kawin saja dengan pasangan tersebut sekaligus dapat menghindarkan daripada berlakunya maksiat yang kelanjutan. 51
2. Tujuan Poligami
Seorang suami yang melakukan poligami berarti ia telah mempunyai isteri, yang kemudian berkeinginan manambah jumlah isterinya menjadi dua, tiga atau empat menurnt ajaran Islam dan positif sebagai batasan maksimal.52secara umum laki-laki yang berpoligami mempunyai tujuan tertentu, sebagai berikut:
I. Untuk mendapatkan keturunan, suami menginginkan anak karena diketahui bahawa isterinya tidak dapat memberikan keturunan atau
'
melahirkan anak-anaknya dengan menginginkan anak laki-laki karena hanya memiliki anak perempuan saja.53
2. Hendak melakukan perbuatan yang baik terhadap perempuan yang solehah yang tidak ada yang memeliharanya. Hal ini mungkin karena perempuan itu sudah tua atau kerana ia memelihara anak-anak yatim atau kerana sebab-sebab yang lain. 54
51 Ibid,
him. 8-9
52
Bibit Suprapto, Liku-liku Po/igami, (Yogja: Al-Kautsar, 1990), Cet I, Him 171.
53
Amir Ta;iJ Nasulion, Op.Cit .. Him 69.
54
3. Ingin menambah kesenangan kerana kesehatannya prima dan mampu dari segi ekonominya. 55
4. Untuk Syiar Islam (salah satu unsur dakwah) atau terpeliharanya agama. Dcngan adanya tujuan-tujuan tersebut diatas diharapkan para perempuan bisa menerima dan memahami keinginan suami untuk melakukan poligami, karena di dalam Islam telah diatur· syarat-syarat dan batasan-batasannya. Untuk itu, kiranya diperlukan kesepakatan antara suami isteri, apakah memang isteri membolehkan suami untuk memiliki perempuan lain. Waiau bagaimanapun keham1onian, keutuhan dan ketulusan kasih yang dibentuk oleh kedua belah pihak dalam n1embina sebuah rumahtangga yang bahagia.
55
BAB III
KEDUDUKAN POLIGAMI DALAM
PERUNDANG-UNDANGAN MALAYSIA
A. Kcdudukan Hukum Islam Dalam Perundangan-undangan Malaysia
Menurut ahli sejarah agama, agama Islam mulai berkembang di Asia Tenggara sejak abad ke-13 dan telah sampai di tanah melayu pada abad ke-14, Islam semakin maju di Melaka dalam pada abad ke-15. Sebelum kedatangan Islam, orang melayu mengikut undang-undang adat yang di pengamhi sedikit sebanyak unsur-unsur Hindu. Setelah raja-raja dan orang melayu memeluk agama Islam, perubahan-perubahan telah dibuat untuk mengubah sesuai dengan adat melayu supaya selaras dengan agama Islam dan seterusnya menggunakan undang-undang lslam.1
'
Undang-undang Islam adalah undang-undang yang menjaga tentang kemaslahatan keluarga, yang dikenal dengan istilah "Undang-undang Keluarga" secara relatifnya agak baru dalam tradisi p