• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak Perancangan Buku Cerita Bergambar Analogi Cerita Rakyat Bujang Nadi Dare Nandung Sambas Kalimantan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Abstrak Perancangan Buku Cerita Bergambar Analogi Cerita Rakyat Bujang Nadi Dare Nandung Sambas Kalimantan Barat"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR

ANALOGI CERITA RAKYAT BUJANG NADI DARE NANDUNG SAMBAS KALIMANTAN BARAT

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Adini Altaria 51910077

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 5

I.3 Fokus Masalah ... 5

I.4 Batasan Masalah ... 5

I.5 Tujuan Perancangan ... 6

I.6 Manfaat Perancangan ... 6

BAB II CERITA RAKYAT BUJANG NADI DARE NANDUNG DAN TINJAUAN MASYARAKAT SAMBAS ... 7

II.1 Cerita Rakyat ... 7

II.1.1 Pengertian Cerita Rakyat ... 7

(5)

vii

II.1.3 Sinopsis Cerita Rakyat Bujang Nadi Dare Nandung ... 8

II.1.4 Kandungan Pesan dan Nilai Moral Dalam Cerita Rakyat Bujang Nadi Dare Nandung ... 9

II.2 Buku ... 13

II.2.1 Definisi ... 13

II.2.2 Struktur Buku ... 13

II.2.3 Jenis-Jenis Buku ... 14

II.3 Cergam ... 15

II.3.1 Pengertian Buku Bergambar (Cergam) ... 16

II.3.2 Fungsi Cergam ... 16

II.3.3 Unsur-Unsur Visual Dalam Cergam ... 17

II.4 Anak-Anak ... 19

II.4.1 Pengertian dan Psikologi Perkembangan Anak ... 19

II.4.2 Lingkungan Perkembangan Anak ... 21

II.5 Target Audiens ... 23

II.5.1 Geografis ... 23

II.5.2 Demografis ... 23

II.5.3 Psikografis ... 24

II.6 Solusi ... 25

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 26

III.1 Strategi Perancangan ... 26

(6)

viii

III.1.2 Strategi Kreatif ... 27

III.1.2.1 Story line ... 30

III.1.3 Strategi Media ... 31

III.1.4 Strategi Distribusi ... 32

III.1.4.1 Media Utama ... 32

III.1.4.1 Media Pendukung ... 33

III.2 Konsep Visual ... 35

III.2.1 Format Desain ... 35

III.2.2 Layout ... 37

III.2.3 Tipografi ... 37

III.2.4 Ilustrasi ... 38

III.2.4.1 Studi Karakter ... 39

III.2.4.2 Studi Tempat ... 41

III.2.4.3 Studi Properti ... 42

III.2.5 Warna ... 44

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 45

IV.1 Media Utama ... 45

IV.1.1 Sampul Buku ... 45

IV.1.2 Isi Buku ... 46

IV.2 Teknis Perancangan Buku ... 46

IV.3 Media Pendukung ... 48

IV.3.1 X-Banner ... 48

(7)

ix

IV.3.3 Stiker ... 49

IV.3.4 Buku Mewarnai ... 50

IV.3.5 Alat Tulis ... 51

IV.3.6 Gantungan Kunci ... 52

IV.3.7 Pin ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(8)

53 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain lain. Cetakan V. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Dwipanegara, Adhi. 2012. Perancangan Buku Cerita Rakyat Leungli. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Ermawan, Erik. 2011. Perancangan Media Informasi Buku Cerita Bergambar Lutung Kasarung. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Guntur. (2006). Pengertian Buku Bergambar. Bandung: Nurul Bayan. Islami, Maulid Alam. 2010. Perancangan Cergam Cerita Rakyat Memecah

Matahari. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Koentjaraningrat. 1992. Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

LN, Syamsu Yusuf. 2012. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pratiwi, Ella Maya. 2013. Perancangan Film Animasi Cerita Rakyat Malin Kundang. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

(9)

54 Internet

Ahira, Anne. 2013 (20 Maret). Pengertian, Fungsi dan Manfaat Serta Teknik Ilustrasi. Tersedia di: http://www.anneahira.com/ilustrasi.htm (22 April 2014)

Bastudin. 2013 (6 Maret). Mengenal Anatomi Buku.

Tersedia di: http://bastudin.blogspot.com/2013/03mengenal-anatomi-buku.html (1 Mei 2014)

Hilmo. 2009 (9 September). Jenis-Jenis Buku.

Tersedia di: http://hilmo22.wordpress.com/2008/09/09/my-destiny/ (1 Mei 2014).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. Definisi Kata Analogi. Tersedia di: http://kbbi.web.id/analogi (28 april 2014) Wikipedia Bahasa Indonesia. 2014 (Mei). Pengertian Buku.

Tersedia di: http://id.m.wikipedia.org/wiki/buku (1 Mei 2014). Artisty, Trisha. 2013 (13 September). Kenali Arti Makna Di Balik Warna.

Tersedia di: http://www.idseducation.com/2013/09/13/kenali-makna-di- balik-warna/ (21 Juli 2014)

(10)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan YME atas rahmat baik berupa kekuatan, semangat dan perlindungan, sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN BUKU BERGAMBAR ANALOGI CERITA RAKYAT BUJANG NADI DARE NANDUNG SAMBAS KALIMANTAN BARAT”.

Penulisan ini dilakukan untuk melengkapi mata kuliah Tugas Akhir, pada Program Studi Desain Komunikasi Visual. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini, maka diharapakan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan karya tulis ini. Perancangan ini dimaksudkan untuk mengangkat dan menggali kembali kekayaan budaya Indonesia, khususnya bagi daerah Sambas Kalimantan Barat, agar tetap menjadi kekayaan bangsa yang nantinya dapat diketahui, dinikmati dan dipelihara oleh generasi sekarang ini hingga generasi selanjutnya.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini. Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat, khususnya mahasiswa/I Program Studi Desain Komunikasi Visual.

Bandung,

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah atau kebudayaan bangsa merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Kebudayaan menjadi elemen penting yang mengiringi kebijakan baik secara politik, ekonomi bahkan dalam bidang desain. Dalam hal ini, desain dilihat dari fungsi sosial pada masyarakat pendukungnya, dimana pemahaman budaya dari masyarakat pendukungnya akan mampu melihat peran desain secara lebih objektif. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut Samiun, selaku Ketua Bagian Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, mengatakan bahwa budaya merupakan hasil cipta masyarakat atau penduduk, yang berasal dari akal pemikiran manusia. Kebudayaan menjadi modal dan dasar untuk membangun karakter suatu masyarakat dan bangsa. Selain itu, Koentjaraningrat mengatakan bahwa wujud kebudayaan ada 3 yaitu wujud ideal, wujud sistem sosial dan wujud fisik. Yang merupakan wujud dari kebudayaan yang berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya adalah termasuk kedalam wujud ideal, yaitu wujud yang bersifat abstrak, karena berasal dari dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan tersebut hidup (1992. h.5). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya mengandung pengetahuan, moral, nilai, adat istiadat, hukum dan kesenian yang semuanya berasal dari akal pikiran manusia yang diwariskan secara turun temurun sehingga kebudayaan itu bersifat abstrak.

(12)

2 yaitu Istana Alwatzikoebillah. Cerita Rakyat yang populer didaerah tersebut adalah Bujang Nadi Dare Nandung.

Cerita rakyat merupakan karya sastra lisan yang muncul dari mulut ke mulut dan berkembang dari generasi ke generasi, sehingga sering dikatakan sebagai warisan budaya. Menurut Danandjaja, Cerita Rakyat atau folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (1997. h.2). Di Indonesia sendiri mempunyai banyak cerita rakyat yang memiliki pesan moral yang baik bagi kehidupan, salah satunya yaitu cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung, dari daerah Sambas, Kalimantan Barat. Bujang Nadi Dare Nandung termasuk dalam cerita rakyat yang berbentuk legenda. Menurut Djamaris (Ella Maya h. 1) mengatakan bahwa legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh pembuat cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi dan dilakukan secara turun temurun.

Bujang Nadi Dare Nandung merupakan cerita rakyat yang mengisahkan tentang sikap dan sifat seorang raja atau pemimpin yang kejam dan egois, yang sering bertindak sewenang-wenang yang bernama Tan Unggal. Selain itu, juga menceritakan tentang kesedihan yang dialami oleh kedua anak raja tersebut, yaitu Bujang Nadi dan Dare Nandung, yang dihukum oleh ayahnya sendiri karena dianggap melakukan kesalahan yang sangat memalukan kerajaan Sambas.

(13)

3 buruk agar dapat menjadi bagian yang penting dalam cerita rakyat ini, supaya bagian yang penting tersebut bisa tersampaikan dengan jelas serta dapat diwariskan kepada generasi penerus, mengingat cerita rakyat ini dahulu dipercaya masyarakat karena benar-benar terjadi sehingga harus terus dibudayakan, agar cerita rakyat ini tetap ada. Hal tersebut yang mendasari penulis melakukan analogi dari cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analogi merupakan kesamaan sebagian ciri antara dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk dasar perbandingan. Menganalogikan berarti membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh yang sudah ada, mereka-reka bentuk kata baru dengan contoh bentuk yang telah ada. Dengan menganalogikan cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung ini, pesan dan nilai-nilai yang terkandung didalam cerita akan lebih mudah untuk dipahami oleh anak-anak. Nilai-nilai yang terdapat didalam cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung adalah nilai kasih sayang antara orangtua dan anak, serta kasih sayang antara kakak dan adik. Selain itu, terdapat pula nilai kepatuhan dan sikap/prilaku yang baik oleh seorang anak kepada orangtuanya, yaitu berbakti dan menuruti perkataan orangtua. Cerita Bujang Nadi Dare Nandung ini juga mempunyai bukti adanya yaitu makam Bujang Nadi Dare Nandung di gunung Sebedang Sambas, Kalimantan Barat.

(14)

4 berkunjung. Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa anak-anak tertarik untuk mengetahui cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung melalui buku bacaan.

Gambar 1.1 Istana Alwatzikoebillah Sambas

Sumber: Dokumen Buku Inventaris Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Sambas

Gambar 1.2 Makam Bujang Nadi Dare Nandung

Sumber: Dokumen Buku Inventaris Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata

(15)

5 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak di Sambas, Kalimantan Barat, tentang cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung sangat minim 2. Tidak ada media untuk anak-anak di Sambas, Kalimantan Barat, mengenai

cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung

3. Cerita Bujang Nadi Dare Nandung banyak mengandung kekerasan, sehingga dianalogikan untuk mengurangi unsur kekerasan tersebut

4. Pentingnya cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung untuk dilestarikan 5. Adanya kekhawatiran akan hilangnya cerita Bujang Nadi Dare Nandung

ini

1.3Fokus Masalah

Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka fokus permasalahan yang diangkat dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana membuat perancangan buku bergambar untuk anak-anak dengan menganalogikan isi cerita Bujang Nadi Dare Nandung, agar anak-anak tertarik untuk mengetahui cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung dan untuk mengurangi unsur kekerasan dalam cerita, melalui sebuah media sebagai sarana penyampain pesan dan nilai moral dari cerita Bujang Nadi Dare Nandung, agar bisa tersampaikan dengan baik. Hal ini dikarenakan, anak-anak merupakan generasi awal dalam kemajuan pelestarian budaya daerah, serta cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung ini dianggap dapat memberikan pesan yang baik untuk anak-anak, sehingga cerita ini perlu dilestarikan.

1.4Batasan Masalah

(16)

6 1.5Tujuan Perancangan

Perancangan ini bertujuan untuk mempopulerkan kembali cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung khususnya kepada anak-anak di Sambas, Kalimantan Barat, melalui buku cerita bergambar.

1.6Manfaat Perancangan

1. Sebagai bahan untuk kajian lebih lanjut mengenai kebudayaan Indonesia khususnya bagi daerah Sambas, Kalimantan Barat, dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dibidang desain.

2. Mempertahankan eksistensi popularitas cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung dalam masyarakat Sambas Kalimantan Barat.

(17)

7 BAB II

CERITA RAKYAT BUJANG NADI DARE NANDUNG DAN TINJAUAN MASYARAKAT SAMBAS

II.1 Cerita Rakyat

II.1.1 Pengertian Cerita Rakyat

Menurut Asep Ruhimat (Dwipanegara, 2012, h.4) menjelaskan folklor atau cerita rakyat biasanya diwariskan secara turun-temurun dan tidak dibukukan. Cerita ini disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk lisan. Bentuk folklor dapat meliputi bahasa rakyat, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.

II.1.2 Jenis-Jenis Cerita Rakyat

Menurut Bascom (Danandjaja. 1997. h.50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu mite, legenda dan dongeng.

1. Mite

Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa.

2. Legenda

Adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohi manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan sering kali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib.

3. Dongeng

(18)

8 Dari ketiga jenis cerita rakyat diatas, cerita Bujang Nadi Dare Nandung termasuk kedalam jenis legenda, karena dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci, yaitu adanya makam Bujang Nadi Dare Nandung di gunung Sebedang Sambas.

II.1.3 Sinopsis Cerita Rakyat Bujang Nadi Dare Nandung

Bujang Nadi Dare Nandung adalah kakak beradik yang merupakan anak dari raja Sambas yaitu Tan Unggal. Tan Unggal adalah seorang raja yang kejam pada masa pemerintahannya. Ia sering bertindak sewenang-wenang pada rakyatnya dan akan menghukum siapa saja yang bersalah sehingga membuat rakyat Sambas sangat takut kepadanya. Sifatnya yang jahat terlihat dari cara ia memperlakukan kedua anaknya. Bujang Nadi dan Dare Nandung tidak diperbolehkan keluar istana dan mengenal rakyat biasa, karena ia merasa anaknya tidak pantas mengenal rakyat jelata, yang bukan keturunan dari kerajaan. Bujang Nadi dan Dare Nandung mempunyai kegemaran masing-masing, yaitu Bujang Nadi gemar memelihara ayam jantan, sedangkan Dare Nandung gemar menenun kain. Dare Nandung sangat gemar dan pandai menenun kain, oleh karena itu, ayahnya memberinya hadiah berupa alat tenun yang terbuat dari emas.

(19)

9 oleh pengawal istana. Bujang Nadi dan Dare Nandung ke gunung Sebedang untuk dikubur. Bujang Nadi dan Dare Nandung dikubur bersama didalam sebuah peti, dan didalam liang kubur mereka dibekali oleh ayahnya ayam jantan milik Bujang Nadi dan alat tenun milik Dare Nandung.

Kabar kematian Bujang Nadi dan Dare Nandung diumumkan keseluruh daerah Sambas. Rakyat sangat terkejut dan saling bertanya kesalahan apa yang telah Bujang Nadi dan adiknya Dare Nandung perbuat sehingga mereka dihukum mati oleh ayahnya, sehingga ada istilah “hidup dalam istana, mati dalam bencana”. Konon setelah kejadian tersebut, akhir dari masa pemerintahnnya Tan Unggal, ia di kudeta oleh pembantu-pembantu istana dengan memasukkannya kedalam sebuah sangkar besi dan dibawa ke muara sungai Sambas Kecil untuk dihanyutkan.

II.1.4 Kandungan Pesan dan Nilai Moral Dalam Cerita Rakyat Bujang Nadi Dare Nandung

Cerita Bujang Nadi Dare Nandung mengandung pesan bahwa bertindak sewenang-wenang (egois, mengikuti kemauan sendiri) merupakan sikap dan sifat buruk yang tidak boleh dilakukan dan dicontoh, sebab akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Serta janganlah berkata dan menghukum tanpa adanya bukti dan penjelasan yang benar, karena tentu saja itu merupakan hal buruk yang dapat membawa malapetaka, yang pada akhirnya akan membuat penyesalan dalam diri sendiri dan tidak disukai oleh oranglain. Pesan nilai moral dalam cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung adalah:

- Adanya nilai kasih sayang antara kakak dan adik - Kasih sayang antara orangtua dan anak

- Nilai kepatuhan anak kepada orangtua

- Kesetiaan rakyat akan peraturan yang ada, serta

(20)

10 Perlu dijelaskan bahwa terdapat 3 versi dari cerita Bujang Nadi Dare Nandung ini, namun inti ceritanya sama, diantaranya:

1. Versi Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas

(21)

11 2. Versi Disporabudpar Kabupaten Sambas

(22)

12 3. Versi dari masyarakat umum Sambas

Pada cerita ini kekejaman Tan Unggal ialah ia akan menghukum pancung siapa saja yang bersalah dan mempermalukan kerajaan Sambas tanpa pandang bulu. Kisah Bujang Nadi dan Dare Nandung terjatuh tersebut, terlihat olehnya bagian dalam tubuh Dare Nandung. Hal tersebut lalu dikabarkan oleh pengawal istana, bahwa Bujang Nadi dan Dare Nandung saling mencintai dan telah melakukan hal tidak senonoh. Hal tersebut membuat Tan Unggal marah dan tanpa penjelasan dari kedua anaknya tersebut, ia menghukum anaknya dengan memasukkan mereka kedalam peti besi dan dikubur hidup-hidup.

Dari berbagai versi diatas, terdapat unsur-unsur kekerasan antara lain: - Dikatakan bahwa Tan Unggal adalah keturunan dari bangsa jin,

yang sering menghukum pancung rakyatnya yang bersalah.

- Mengumpulkan wanita-wanita hamil untuk berbaring menjadi alas pada saat perahunya akan ditarik ke air.

- Memerintahkan beberapa orang laki-laki untuk berendam didalam air untuk diikatkan tali-tali perahu ketubuh mereka agar perahu tidak hanyut.

- Mengubur hidup-hidup anaknya Bujang Nadi dan Dare Nandung didalam satu liang kubur.

(23)

13 II.2 Buku

II.2.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Wikipedia, buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.

II.2.2 Struktur Buku

Struktur buku termasuk kedalam anatomi buku atau bagian-bagian dari buku. Berikut bagian-bagian dari buku:

1. Cover (Sampul)

Sampul adalah bagian luar buku, yang fungsinya adalah untuk menarik daya minat konsumen untuk membeli atau membaca buku.

Cover atau sampul terdiri atas: - Sampul Depan

Terdiri dari judul, nama penulis, penerbit dan edisi - Punggung Buku

Terdiri atas judul buku, nama penulis dan logo penerbit. - Sampul Belakang

Berisi sinopsis, logo dan nama penerbit dan barcode.

2. Preliminaries

Berisi halaman judul, halaman copyright, halaman persembahan, kata pengantar, prakata (jika ada), daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar gambar (jika ada), dan daftar istilah (jika ada).

3. Bagian Isi (Text Matter) Bagian isi terdiri dari

- Pendahuluan

(24)

14 - Tujuan pembelajaran, serta

- Penomoran bab, subbab, dan subsubbab.

4. Postliminaries

Terdiri dari daftar pustaka, daftar istilah dan index. II.2.3 Jenis-Jenis Buku

1. Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.

2. Cergam

Merupakan bentuk buku yang didalamnya terdapat teks dan gambar ilustrasi yang mendukung.

3. Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.

4. Ensiklopedi

Merupakan sebuah sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau kategori secara singkat dan padat.

5. Nomik

Nomik adalah singkatan dari novel komik 6. Antologi

Antologi adalah kumpulan karya sastra seperti cerita pendek, prosa dan lain-lain.

7. Dongeng

(25)

15 8. Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. 9. Catatan Harian (Jurnal/Diary)

Adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian atau berdasarkan kegiatan sehari-hari.

10.Novelet

Merupakan cerita tanggung, karena dikatakan cerpen buat novelet itu terlalu panjang, dikatakan novel terlalu pendek.

11.Fotografi

Fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya.

12.Karya Ilmiah

Merupakan laporan penelitian, disertai, tesis, skripsi, dan sebagainya. 13.Tafsir

Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-quran, agar maksudnya lebih mudah dipamahi.

14.Kamus

Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya.

15.Panduan

Disebut juga buku petunjuk, misal buku tentang cara mudah menggunakan Photoshop, dan lainnya.

16.Atlas

Kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku. 17.Ilmiah

Buku yang disusun berdasarkan keilmiahannya. 18.Teks

Contohnya adalah buku pelajaran, diktat dan modul. 19.Mewarnai

(26)

16 II.3 Cergam

II.3.1 Pengertian Buku Bergambar (Cergam)

Buku bergambar merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dengan bentuk teks disertai dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah buku. Komik, cergam atau kartun merupakan buku yang cukup populer dimasyarakat khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak. Komik atau dengan istilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita (Guntur. 2006. h.24). Cergam merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan yaitu mudah dipahami (Islami. 2010. h. 6).

Gambar II.1 Contoh Cergam

Sumber:

http://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/d4/pkai/2008/jiunkpe-ns-d3-2008-22305603-10032-story_book_extras1.jpg

(diakses tanggal 24 April 2014)

II.3.2 Fungsi Cergam

1. Cergam untuk informasi pendidikan.

(27)

17 2. Cergam sebagai media advertising

Biasanya menggunakan maskot suatu produk yang dijadikan sebagai tokoh utama, dengan sifat-sifat yang sesuai dengan citra yang diinginkan oleh produk atau brand tersebut, sehingga pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.

3. Cergam sebagai sarana hiburan

Merupakan jenis yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Memiliki muatan yang baik, yaitu nilai-nilai seperti kesetiakawanan persahabatan, dan pantang menyerah digambarkan secara dramatis sehingga dapat menggugah hati pembaca.

Fungsi dari perancangan buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini, yaitu sebagai informasi pendidikan untuk menyampaikan pesan-pesan yang baik khususnya bagi anak-anak, serta sebagai sarana hiburan. Dimana selain memiliki muatan baik seperti patuh kepada orangtua, nilai kasih sayang dan kesetiaan, juga dapat sebagai media pembelajaran yang dapat menghibur anak-anak, dengan buku yang memuat banyak gambar.

II.3.3 Unsur-Unsur Visual Dalam Cergam

a. Warna

Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif, pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna dari pada hitam putih.

b. Efek visual

(28)

18 c. Narasi

Digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat dan situasi.

d. Tokoh

Para pemeran yang terdapat dalam suatu cerita. Dalam cergam, tokoh akan menjadi pusat perhatian pembaca karena cerita akan terjadi seputar tokoh. Tokoh mempunyai 3 bagian yaitu Protagonis (karakter yang baik), Antagonis (karakter jahat), dan figuran (peran pembantu).

e. Ada dua macam efek, yaitu:

- Efek tulisan: Yang ditampilkan dalam bentuk tulisan, menyatakan bunyi-bunyi tertentu. Menggunakan berbagai macam bentuk huruf (font) untuk menyesuaikan tulisan dengan bunyi yang diwakili.

- Efek gambar: efek yang diaplikasikan dalam gambar untuk penyampaian cerita dalam cerita. Efek ini dapat dikenakan pada tokoh atau pada latar belakang. Walaupun gambarnya sama tetapi efeknya berbeda, maka akan menghasilkan suasana yang berbeda pula.

f. Latar belakang

Latar belakang berkaitan erat dengan tema cerita. Latar belakang harus mampu menggambarkan suasana atau keadaan disekitar tokoh, yang sekaligus dapat mendukung cerita.

(29)

19 II.4 Anak-Anak

II.4.1 Pengertian dan Psikologi Perkembangan Anak

John Locke dalam Rameydhian (2010. h.11) mengemukakan anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan psikologi perkembangan anak. Menurut Ross Vasta dalam Yusuf (2012. h. 3), psikologi perkembangan anak merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati. Dapat disimpulkan bahwa, psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan manusia, dari mulai lahir sampai mati.

Memahami perkembangan anak sangat diperlukan oleh pendidik atau orangtua, agar dapat mengembangkan potensi anak sebaik mungkin. Orangtua dianjurkan untuk memahami perkembangan anak, karena beberapa alasan berikut:

1. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.

2. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya.

3. Pengetahuan terhadap perkembangan anak dapat membantu anak dalam mengembangkan diri, dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Dapat mengantisipasi tentang berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan tersebut, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

(30)

20  Periode sensori-motor (usia 0-2 tahun)

 Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)  Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)

 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Dari tahapan-tahapan perkembangan psikologi diatas, usia anak-anak yang sudah dapat memahami inti dari sebuah cerita adalah pada usia 7-11 tahun, yaitu pada tahapan operasional konkrit, karena pada usia tersebut anak-anak telah sampai pada tahapan:

Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek

dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk).

 Penghilang sifat Egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).

Dari uraian diatas, target audiens dalam perancangan cergam ini adalah anak-anak yang sudah memasuki tahap operasional konkrit, yaitu dimana pada tahapan tersebut adalah berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata). Fase perkembangan pada tahapan operasional konkrit adalah:

1. Perkembangan Intelektual

Mengenai kemampuan memecahkan masalah (problem solving) 2. Perkembangan Bahasa

Dalam perkembangan ini mempunyai dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:

- Proses jadi matang, yaitu sudah berfungsinya organ-organ suara/bicara, sehingga dapat merangkai kata-kata.

(31)

21 3. Perkembangan Sosial

Yaitu proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama).

4. Perkembangan Emosi

Merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar.

5. Perkembangan Moral

Yaitu proses dimana anak mengenal benar salah atau baik buruk.

6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Perkembangan Penghayatan Keagamaan berkaitan dengan pemberian materi agama kepada anak, yaitu memberikan pemahaman dan latihan keagamaan yang menyangkut ibadah, seperti melaksanakan salat, berdoa, dan membaca Al-quran. 7. Perkembangan Motorik

Merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola, dan atletik.

II.4.2 Lingkungan Perkembangan Anak

Urie Bronfrenbrenner dan Ann Crouter (Yusuf. 2012. h.35) mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi diluar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Lingkungan perkembangan terbagi menjadi lingkungan keluarga dan sekolah.

1. Lingkungan Keluarga

(32)

22 luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan” atau marga; b) dalam arti sempit keluarga meliputi orangtua dan anak. Maka dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan unit sosial yang kecil, dimana tiap anggota keluarga dapat menjadi contoh dalam pembentukan karakter anggota keluarga yang lain.

Fungsi keluarga:

- Sebagai pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga yang lainnya

- Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis - Sumber kasih sayang dan penerimaan

- Model pola prilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik

- Pemberi bimbingan bagi pengembangan prilaku yang secara sosial dianggap tepat

- Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan

- Sebagai pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri

- Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik disekolah maupun dimasyarakat

- Sebagai pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan

- Sebagai sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman diluar rumah, atau apabila persahabatan diluar rumah tidak memungkinkan.

2. Lingkungan sekolah

(33)

23 Peran sekolah:

- Para siswa harus hadir disekolah

- Sekolah memberikan pengaruh kepada anak sejak dini, seiring dengan perkembangan “konsep diri”-nya

- Anak-anak banyak menghabiskan waktunya disekolah daripada di tempat lain di luar rumah

- Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan

- Sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.

II.5 Target Audiens

Target audiens untuk cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini adalah anak-anak usia sekolah dasar, yang sudah mengenal huruf-huruf dan bisa membaca. Orangtua dan guru dijadikan sebagai target sekunder, yaitu yang membantu memberikan pemahaman mengenai pesan ataupun nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung, agar pesan yang terkandung dapat dipahami secara baik dan jelas.

II.5.1 Geografis

Target audiens perancangan dari segi geografis ini adalah anak-anak laki-laki maupun perempuan yang berada diwilayah Kalimantan Barat, khususnya daerah Sambas, Kalimantan Barat.

II.5.2 Demografis

(34)

24 a. Target primer

Target primer merupakan target utama dalam perancangan buku cerita bergambar ini.

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Kelompok umur : Sekitar umur 8 tahun

Status : Anak usia SD

Ekonomi : Segala kelas sosial masyarakat

b. Target sekunder

Merupakan target yang nantinya berperan sebagai pembimbing atau yang memberikan pemahaman tentang nilai-nili dan isi pesan yang terkandung dalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung ini.

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Kelompok umur : Sekitar umur 20 tahun Status : Orangtua (Ibu dan Ayah) Ekonomi : Segala kelas sosial masyarakat

Ditetapkannya dua target diatas agar unsur-unsur kekerasan dalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung dapat direduksi dengan adanya bimbingan dari orangtua yang berperan sebagai target sekunder.

II.5.3 Psikografis

(35)

25 II.6 Solusi

Perlu adanya rancangan yang dibuat khusus untuk anak-anak agar dapat mengetahui kesenian daerah lokal khususnya cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung sebagai bentuk dari kearifan lokal dan pengetahuan bagi anak-anak. Rancangan akan dibuat dengan menganalogikan cerita Bujang Nadi Dare Nandung menjadi cerita yang layak sebagai bacaan untuk anak-anak, namun tidak mengubah isi cerita secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan, adanya unsur kekerasan yang terdapat dalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung, sehingga perlu dianalogikan agar unsur kekerasan tersebut dapat diminimalisir.

(36)

26 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan merupakan langkah awal dalam pembuatan buku cerita bergambar ini. Berikut akan dijelaskan mengenai strategi perancangan dan konsep visual sebagai landasan dalam membuat cerita bergambar ini.

III.1.1 Strategi Komunikasi

a. Strategi Komunikasi Visual

(37)

27 b. Strategi Komunikasi Verbal

Dalam pendekatan verbal ini, berkaitan dengan penggunaan bahasa yang akan digunakan dalam buku cerita bergambar cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung. Dalam hal ini, bahasa yang akan digunakan secara umum adalah bahasa Indonesia, namun di bagian dialog antara Bujang Nadi dan Dare Nandung akan disisipkan bahasa Melayu Sambas, agar lebih memuat budaya Sambas, Kalimantan Barat, secara artistik. Sedangkan unsur naratif komunikasi verbal ini, adalah narasi yang ada didalam cerita yang telah dianalogikan. Selain itu, penggunaan dua bahasa ini juga dapat menambah pembendaharaan kosakata bagi anak-anak.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan adalah dengan menganalogikan cerita Bujang Nadi Dare Nandung, yang dibuat berupa media cetak yaitu buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar ini bertujuan untuk menarik minat anak-anak untuk mengetahui cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung, selain itu dirasa dapat menyeimbangi isi cerita dengan peran emosi yang ada didalam cerita, dengan menganalogikan cerita menjadi cerita yang memuat pesan dan nilai moral yang lebih banyak, serta untuk mereduksi atau mengurangi unsur-unsur kekerasan yang ada didalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung, agar pesan-pesan yang ada didalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung dapat dipahami secara jelas.

(38)

28 anaknya tidak pantas mengenal rakyat biasa, yang bukan keturunan dari kerajaan. Bujang Nadi Dare Nandung mempunyai kegemaran masing-masing, yaitu Bujang Nadi gemar memelihara ayam jantan (ayam Jago’), sedangkan Dare Nandung gemar menenun kain, yang diajarkan cara menenun oleh Inang (pengasuh) nya. Melihat anaknya Dare Nandung gemar dan pandai menenun kain, Tan Unggal memberinya hadiah berupa alat tenun yang terbuat dari emas.

Masalah terjadi pada saat Bujang Nadi dan Dare Nandung sedang bersama dan bercerita mengenai keinginan mereka untuk mendapatkan pasangan ideal yang akan mereka nikahi suatu saat nanti. Bujang Nadi mengatakan kepada Dare Nandung, bahwa ia ingin mendapatkan seorang istri yang berwajah cantik dan ayu seperti adiknya Dare Nandung. Dare Nandung juga mengatakan hal yang sama, bahwa ia ingin mendapatkan seorang suami seperti Bujang Nadi yang tampan dan gagah. Pada saat bersamaan, Inang sedang menenun dan melihat kearah Bujang Nadi dan Dare Nandung yang sedang berbincang dengan tatapan bahagia. Kemudian, lewatlah seorang pengawal istana yang mendengar sebagian pembicaraan Bujang Nadi dan Dare Nandung tersebut. Dan pembicaraan itu disalahartikan oleh pengawal tersebut, yang mengira bahwa Bujang Nadi dan Dare Nandung ingin menjadi suami istri.

Pengawal tersebut lalu melaporkan hal itu kepada ayah mereka, yaitu Raja Tan Unggal. Ia mengatakan kepada Tan Unggal, bahwa Bujang Nadi dan Dare Nandung saling mencintai dan ingin menjadi suami istri. Mendengar hal tersebut, Tan Unggal sangat marah. Ia takut hal tersebut akan membuat malu kerajaan Sambas. Dan tanpa berpikir panjang, ia menyuruh pengawal tersebut untuk membawa Bujang Nadi dan Dare Nandung ke gunung Sebedang untuk di hukum, yaitu dengan diasingkan.

(39)

29 Setelah kejadian tersebut, Ratu (ibu Bujang Nadi dan Dare Nandung) bertanya kepada Raja, ‘kemana gerangan anaknya Bujang Nadi dan Dare Nandung dibawa oleh pengawal tersebut?’. Lalu, Raja memutuskan untuk mengumumkan hal tersebut keseluruh rakyat Sambas. Namun, sang Raja tidak menyebutkan dimana dan kenapa Bujang Nadi dan Dare Nandung dihukum, karena ia merasa malu untuk mengatakan apa yang telah Bujang Nadi dan Dare Nandung perbuat. Ratu, Inang dan para pembantu istana sangat sedih. Mereka saling bertanya kesalahan apa yang telah kakak adik itu lakukan sehingga mereka dihukum oleh ayahnya.

Inang sangat sedih dan melamun memikirkan apa yang telah dilakukan kakak adik itu. Ia pun teringat perbincangan Bujang Nadi dan Dare Nandung waktu itu. Ia pun memberanikan diri untuk mendatangi Tan Unggal dan mengatakan hal yang sebenarnya, bahwa sebenarnya Bujang Nadi dan Dare Nandung tidak saling mencintai layaknya pasangan kekasih. Mereka hanya saling menyayangi sebagai kakak adik, sehingga Bujang Nadi mengatakan kepada Dare Nandung bahwa ia ingin mendapatkan seorang istri yang cantik dan ayu seperti Dare Nandung. Begitupun Dare Nandung, ia ingin mendapatkan seorang suami sepeti abangnya Bujang Nadi, yang tampan dan gagah. Mendengar penjelasan dari Inang tersebut, Tan Unggal menyesali perbuatannya kepada kedua anaknya tersebut. Dan kabar bahwa Tan Unggal salah menghukum tersebut pun tersebar ke rakyat Sambas. Rakyat sangat marah, dan saling bekerjasama untuk mengakhiri masa pemerintahannya Tan Unggal. Akhirnya, Tan Unggal diasingkan ke Muara Sungai Sambas Kecil. Dan setelah Tan Unggal diasingkan, rakyat hidup sejahtera dan damai tanpa adanya rasa takut lagi.

Dalam analogi cerita diatas, karakter setiap tokoh dalam cerita yaitu: 1. Tokoh Utama

- Nama : Tan Unggal

(40)

30 - Nama : Bujang Nadi

Karakteristik : Sosok laki-laki yang tampan dan gagah, serta penyayang.

- Nama : Dare Nandung

Karakteristik : Perempuan yang berwajah cantik dan ayu, serta bersifat lemah lembut.

2. Tokoh Pendukung - Ratu

Merupakan istri Tan Unggal dan ibu dari Bujang Nadi dan Dare Nandung. Bersifat baik dan penyabar.

- Inang

Bersifat penurut, baik hati, penyayang dan penyabar.

- Pengawal Bersifat polos.

III.1.2.1 Story line

-Diwilayah Sambas terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang kejam bernama Tan Unggal.

-Tan Unggal mempunyai dua orang anak bernama Bujang Nadi dan Dare Nandung dan melarang anaknya untuk mengenal rakyat jelata.

-Bujang Nadi dan Dare Nandung adalah kakak adik yang saling menyayangi. Bujang Nadi gemar memelihara ayam jantan, sedangkan adiknya Dare Nandung gemar menenun kain.

(41)

31 menenun, Tan Unggal memberinya sebuah alat tenun yang terbuat dari emas.

-Bujang Nadi dan Dare Nandung sedang bercerita bersama tentang keinginan mereka untuk mendapatkan pasangan ideal yang akan mereka nikahi suatu saat nanti. Pada saat bersamaan, Inang sedang menenun dan melihat kearah Bujang Nadi dan Dare Nandung. -Perbincangan tersebut didengar dan disalah artikan oleh seorang

pengawal istana.

-Pengawal tersebut melapor kepada Raja Tan Unggal dan membuat Tan Unggal sangat marah.

-Tan Unggal menyuruh pengawal tersebut untuk membawa Bujang Nadi dan Dare Nandung ke Gunung Sebedang untuk diasingkan, dengan dibekali ayam jantan milik bujang Nadi dan alat tenun milik Dare Nandung.

-Ratu bertanya ke pada Raja Tan Unggal kemana anaknya Bujang Nadi dan Dare Nandung dibawa oleh pengawal tersebut.

-Tan Unggal mengumumkan keseluruh rakyat Sambas bahwa Bujang Nadi dan Dare Nandung telah diasingkan. Namun, ia tidak menyebutkan kenapa dan dimana anaknya tersebut dihukum. -Ratu, Inang dan para pembantu istana sangat sedih.

-Inang melamun dan memikirkan kenapa Bujang Nadi dan Dare Nandung dihukum. Ia pun teringat peristiwa percakapan Bujang Nadi dan Dare Nandung waktu itu.

-Inang memberanikan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Raja Tan Unggal.

-Kabar bahwa Raja Tan Unggal salah menghukum tersebutpun tersebar keseluruh rakyat Sambas. Ia lalu dihukum oleh rakyatnya dengan diasingkan ke muara sungai Sambas kecil.

III.1.3 Strategi Media

(42)

32 mencirikhaskan budaya Melayu Sambas, Kalimantan Barat. Sehingga, selain dapat mengetahui kesenian budaya daerah berupa cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung, anak-anak akan mengetahui hal-hal lainnya yang berkaitan dengan budaya daerah Sambas, seperti pakaian adat Sambas, properti seperti alat tenun tradisional, dan tempat seperti Istana Alwatzikoebillah dan gunung Sebedang. Selain itu, ada pula media pendukung seperti poster, X-Banner, buku mewarnai, stiker, peralatan tulis (tempat pensil, pensil, serutan, penghapus dan penggaris), gantungan kunci dan pin. Poster dan X-Banner dimanfaatkan sebagai media informasi untuk mempromosikan dan menyebarkan keberadaan dimana buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare ini dijual. Sedangkan buku mewarnai, stiker, peralatan tulis, gantungan kunci dan pin, digunakan sebagai hadiah yang diberikan setiap pembelian buku pada acara-acara tahunan yang diadakan di daerah Sambas, seperti Festival Budaya Melayu Kalimantan Barat (FBMKB) dan Festival Antar Ajong atau pada waktu tertentu.

III.1.4 Strategi Distribusi

III.1.4.1 Media Utama

(43)

33 dan Festival Antar Ajong, yang biasanya diadakan pada Agustus atau September. Karena pada festival tersebut, merupakan acara promosi pariwisata dan ritual budaya yang sering mendatangkan wisatawan luar dan dalam negeri, maka dirasa sangat berpeluang untuk mempromosikan buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini. Buku cerita

Poster akan disebarkan ke sekolah-sekolah dasar di daerah Sambas khususnya, dan ditempatkan di mading-mading instansi pemerintah Sambas, seperti Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas dan Disporabudpar Sambas. Terdapat 3 poster yang mulai disebarkan pada bulan Juli, Agustus dan September. Poster pertama akan digunakan pada bulan Juli, dengan tujuan untuk memberitahu (aware) masyarakat Sambas, khususnya anak-anak mengenai adanya buku cerita bergambar, yaitu cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung, yang akan diterbitkan. Poster kedua, digunakan pada saat sudah diterbitkannya buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung, yaitu pada bulan Agustus, yang bertepatan pada acara Festival Budaya Melayu Kalimantan Barat. Dan poster ketiga, disebarkan pada saat akan berlangsungnya acara ritual adat Antar Ajong, yaitu pada bulan September.

- X-Banner

(44)

34 bulan Agustus dan September, karena pada bulan tersebut masih merupakan periode promosi buku cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung.

- Alat Tulis

Alat tulis ini terdiri dari tempat pensil, pensil, serutan, penggaris dan penghapus. Akan diberikan sebagai hadiah pada penjualan pertama buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini. Diberikan pada setiap pembeli yang membeli buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung, yaitu pada awal bulan Agustus, karena pada bulan tersebut merupakan tahun ajaran baru, dimana anak-anak mulai dan kembali masuk sekolah.

- Stiker dan Gantungan Kunci

Stiker dapat digunakan sebagai identitas kepemilikan buku, dengan ditempel di halaman depan buku pelajaran atau buku lainnya. Sedangkan gantungan kunci, selain dapat digunakan sebagaimana mestinya sebagai gantungan untuk kunci, juga dapat digunakan pada tas sekolah. Stiker dan gantungan kunci ini diberikan apabila hadiah peralat tulis sudah habis. Selain itu, stiker dan gantungan kunci ini digunakan sebagai daya tarik untuk anak-anak khususnya yang belum memiliki dan mengetahui buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung, dengan melihat temannya menggunakan stiker dan gantungan kunci ini. Selain itu juga dapat menjadi media untuk mengingatkan kembali anak-anak akan bacaan yang pernah mereka baca, yaitu cerita Bujang Nadi Dare Nandung.

- Buku Mewarnai

(45)

35 maksud agar pembeli yang membeli buku mewarnai tokoh-tokoh dalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung ini, harus memiliki buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung terlebih dahulu, agar dapat mengetahui warna sebenarnya dari masing-masing karakter didalam buku. Buku mewarnai ini akan dijual dengan harga Rp. 10.000,00.

- Pin

Diberikan apabila hadiah buku mewarnai sudah habis. Kegunaan pin ini sama dengan kegunaan stiker dan gantungan kunci. Dimana dapat digunakan anak-anak pada tas mereka. Sehingga temannya yang belum memiliki atau mengetahui buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini, tertarik untuk mengetahui bahkan membeli buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung.

III.2 Konsep Visual

III.2.1 Format Desain

(46)

36 tersebut dikarenakan sosok Tan Unggal, Bujang Nadi dan Dare Nandung ini tidak dapat dipisahkan. Gaya visual yang akan digunakan dalam konsep perancangan ini, adalah dengan menampilkan sisi budaya Sambas yang kuat dengan menggunakan ilustrasi kartun dan warna-warna yang cerah (solid). Penggunaan kartun dan warna cerah dimaksudkan untuk menciptakan rasa menarik dan tidak membosankan.

Gaya ilustrasi kartun ini diambil dari gaya kartun Iwan Yuswandi, yaitu seorang penulis dan illustrator buku untuk anak-anak. Gaya ilustrasinya lebih banyak menggunakan kartun dengan teknis gambar manual.

Gambar III.1 Contoh ilustrasi Iwan Yuswandi

Sumber: http://www.belbuk.com/images/products/buku/buku-islam/islam-umum/KISAH%20NABI%20MUSAm.jpg

(diakses tanggal 5 Mei 2014)

Gambar III.2 Contoh ilustrasi Iwan Yuswandi

Sumber: http://www.belbuk.com/images/products/buku/buku-islam/islam-umum/KISAH%20NABI%20ISAm.jpg

(47)

37 III.2.2 Layout

Background menggunakan warna putih, dimaksudkan agar pembaca langsung melihat ke gambar dan kemudian narasi, dan juga agar warna gambar terlihat lebih cerah. Hal ini dapat membuat pembaca memiliki rasa ingin tahu, tentang apa maksud sebenarnya dari gambar tersebut. Selain itu, juga untuk memberikan kesan Islam yang berarti bersih (suci) dan sederhana, karena cerita Bujang Nadi Dare Nandung ini merupakan cerita tentang sebuah kerajaan Islam yang dipimpin oleh seorang raja yang kejam.

Gambar III.3 Contoh tata letak buku cergam Bujang Nadi Dare Nandung

III.2.3 Tipografi

Jenis huruf yang digunakan sebagai judul adalah menggunakan bentuk huruf yang menyerupai huruf arab. Hal ini dikarenakan, Sambas merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah melayu Islam. Sehingga, pada zaman dahulu penulisan huruf menggunakan tulisan arab gundul. Jenis huruf yang buat menyerupai tulisan arab ini, hanya digunakan sebagai judul untuk buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini. Jenis huruf yang buat ini tidak sesuai digunakan untuk teks narasi, dikarenakan bentuk hurufnya yang sulit untuk dibaca.

(48)

38 Sedangkan jenis huruf yang digunakan sebagai teks narasiadalah KG Chasing Pavements. Penggunaan jenis huruf ini dikarenakan bentuk hurufnya menyerupai tekstur gambar, yaitu bertekstur seperti pensil warna atau crayon. Selain itu, aspek naratif dalam penggunaan jenis huruf ini adalah sebagai elemen informatif dan estetis.

III.2.4 Ilustrasi

(49)

39 III.2.4.1 Studi Karakter

a. Bujang Nadi dan Dare Nandung

Gambar III.5 Translasi Bujang Nadi Dare Nandung

b. Tan Unggal

(50)

40 c. Ratu

Gambar III.7 Translasi Ratu

d. Inang

Gambar III.8 Translasi penenun kain Sambas

(51)

41 e. Pengawal

Gambar III.9 Translasi pengawal istana

Pengawal adalah penjaga istana. Dalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung, pengawal ini adalah orang yang mendengarkan dan melaporkan pembicaraan Bujang Nadi dan Dare Nandung. Ialah sumber awal masalah yang membuat akhirnya Bujang Nadi dan Dare Nandung dihukum oleh ayah mereka yaitu Tan Unggal.

III.2.4.2 Studi Tempat

a. Istana Alwatzikoebillah Sambas

Gambar III.10 Translasi Istana Alwatzikoebillah Sambas

(52)

42 b. Danau Sebedang Sambas

Gambar III.11 Translasi Danau Sebedang Sambas

Danau Sebedang merupakan sebuah gunung dan danau di Sambas, dimana di gunung Sebedang ini terdapat kuburan Bujang Nadi Dare Nandung.

c. Muara Sungai Sambas

Gambar III.12 Translasi muara Sungai Sambas Kecil

muara Sungai Sambas merupakan tempat diasingkannya Tan Unggal oleh rakyatnya.

III.2.4.3 Studi Properti

a. Tombak Pengawal

(53)

43 Tombak merupakan senjata atau alat pertahanan diri untuk pengawal istana.

b. Alat Tenun

Gambar III.14 Translasi alat tenun Sambas

Alat tenun adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatukan benang-benang dan membuat pola atau motif yang hasilnya berupa kain. Didalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung, menenun kain adalah kegemaran Dare Nandung, ia menenun kain menggunakan alat tenun ini.

c. Ayam Jantan

Gambar III.15 Translasi ayam jantan (ayam Jago’)

(54)

44 III.2.5 Warna

Warna yang akan digunakan dalam ilustrasi buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini adalah menggunakan warna-warna terang, solid dan mengesankan khas Sambas. Warna yang dominan digunakan dalam buku cerita bergambar ini adalah kuning, oranye dan coklat. Hal ini menyesuaikan dengan cerita yang diangkat yaitu dari daerah Sambas, yang memiliki warna khas kuning dan jingga, yang banyak digunakan pada kain tenun khas Sambas. Sedangkan coklat, untuk memberikan kesan tradisional atau zaman dulu, yang banyak menggunakan material dari kayu seperti alat tenun tradisional dan tombak. Selain itu, ada pula warna-warna lain yang digunakan sebagai warna untuk pepohonan, awan dan baju pengawal, yaitu hijau, biru dan merah.

Gambar III.16 Contoh warna yang digunakan

(55)

45 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Media Utama

Media utama cerita rakyat Bujang Nadi Dare Nandung adalah buku cerita bergambar, dengan ukuran buku 18,5 cm x 18,5 cm, agar buku mudah dibawa kemana-mana tanpa memelurkan tempat yang luas atau besar untuk menyimpan atau meletakkannya. Material buku menggunakan hard cover laminasi glossy untuk sampul, dan isi buku menggunakan Art paper 260 dengan laminasi dof panas. Pemilihan material tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesan mewah, tidak murahan dan kualitas yang tahan lama, tidak mudah kotor dan rusak. Selain itu, buku cerita bergambar yang dibuat menggunakan warna dasar putih, untuk memberikan kesan Islam yang berarti bersih (suci) dan sederhana, dan juga agar warna gambar lebih terlihat cerah, sehingga pembaca dapat melihat langsung ke dalam gambar. Pembuatan gambar menggunakan teknik gambar manual, dengan menggunakan kertas Akasia tipis yang bertekstur bulat untuk membuat gambar terlihat lebih menarik dan merupakan efek visual, untuk menekankan penggambaran emosi karakter, suasana dan gerak dari tokoh dalam cergam.

4.1.1 Sampul Buku

(56)

46

Ukuran : 18,5 x 18,5 cm

Material : Hard cover glossy

Teknis : Cetak offset

4.1.2 Isi buku

Gambar IV.2 Isi buku

Ukuran : 18,5 x 18,5 cm

Material : Art paper 260 gram laminasi dof panas

Teknis : Cetak offset

4.2 Teknis Perancangan Buku

(57)

47 Gambar IV.3 Pengaturan ketajaman warna

Setelah perancangan ilustrasi selesai, langkah selanjutnya adalah merancang tata letak (layout), untuk menggabungkan gambar dan tulisan (narasi) agar serasi. Perancangan tata letak tersebut masih menggunakan software Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator.

Gambar IV.4 Hasil layout

(58)

48 4.3 Media pendukung

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini akan disebarluaskan ke wilayah Sambas, untuk diberikan secara gratis kesekolah-sekolah dasar dan dijual ditoko-toko di Kalimantan Barat, serta dijual pada saat acara kebudayaan di Sambas, yaitu Festival Antar Ajong dan Festival Budaya Melayu Kalimantan Barat. Dalam penjualan buku, akan diberikan media pendukung yang berperan sebagai media informasi dan hadiah, untuk memberikan ketertarikan kepada target audiens untuk mengetahui dan membeli buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini, sehingga memiliki fungsi komersial untuk sebuah produk. Serta, setiap pembeli buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini akan diberikan hadiah, yang bertujuan untuk lebih menarik minat konsumen untuk membaca dan membeli buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung ini.

4.3.1 X-Banner

X-Banner ditempatkan di lokasi penjualan buku, baik di toko-toko buku maupun di stand booth penjualan buku Bujang Nadi Dare Nandung, pada Festival Budaya Melayu Kalimantan Barat dan Antar Anjong.

Gambar IV.5 X-Banner

Ukuran : 60 cm x 160 cm

Material : Synthetic 170 gram

(59)

49 4.3.2 Poster

Penggunaan poster untuk memberikan informasi kepada konsumen mengenai dimana buku cerita Bujang Nadi Dare Nandung ini dijual. Poster akan ditempatkan di mading-mading sekolah, terutama di sekolah dasar di wilayah Kabupaten Sambas, serta di mading-mading instansi pemerintah Sambas, seperti Dinas Pendidikan Sambas dan Disporabudpar Sambas.

Gambar IV.6 Poster

Ukuran : 28,1 cm x 41 cm

Material : Art paper 210 gram

Teknis : Cetak offset

4.3.3 Stiker

(60)

50 Gambar IV.7 Stiker

Ukuran : 8,3 cm x 9,4 cm

Material : Chromo glossy

Teknis : Cetak offset

4.3.4 Buku Mewarnai

Buku mewarnai akan dijual ditempat penjualan buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung. Dalam buku mewarnai ini terdapat tokoh-tokoh dalam cerita Bujang Nadi Dare Nandung, dimana strateginya adalah konsumen yang membeli buku mewarnai ini, hanya dapat mengetahui warna sebenarnya dari masing-masing gambar dengan membeli buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung.

Gambar IV.8 Buku mewarnai

Ukuran : a4, 21 cm x 29,7 cm

Material : art paper 160 gram untuk sampul, HVS 100 gram untuk isi

(61)

51 4.3.4 Alat Tulis

Alat tulis dapat dibeli ditoko buku, juga digunakan sebagai hadiah setiap pembelian buku cerita bergambar Bujang Nadi Dare Nandung, selama promosi penjualan dan persediaan masih ada.

Gambar IV.9 Alat tulis

-Tempat pensil - Penggaris

Ukuran : 19,5 cm x 7 cm x 3 cm Ukuran : 15,5 cm x 3 cm

Material : Plastik Material : Plastik

Teknis : Cetak offset separasi Teknis : Cetak offset separasi

-Pensil - Serutan

Ukuran : 17,5 cm, d= 3,1cm Ukuran : Diameter 12 cm

Material : Plastik Material : Plastik

Teknis : Cetak offset separasi Teknis : Cetak offset separasi

-Penghapus

Ukuran : Diameter 5,1cm

Material : Karet

(62)

52 4.3.5 Gantungan Kunci

Gambar IV.10 Gantungan kunci

Ukuran : 5 cm x 5 cm

Material : Akrilik

Teknis : Cetak offset separasi

4.3.6 Pin

Gambar IV.11 Pin

Ukuran : Diameter 4,2 cm x 4,2 cm

Material : Stainless

(63)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Adini Altaria

Tempat, Tgl Lahir : Pemangkat, 22 Mei 1992 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Komplek Gempol Asri, jl. Gempol Asri V No.20 Kelurahan Gempol Sari, Kecamatan Bandung Kulon No. Handphone : 085245771144

Email : Adinialtaria@ymail.com

PENDIDIKAN

- Tamatan TK At-Taqwa 1997

Gambar

Gambar 1.2 Makam Bujang Nadi Dare Nandung
Gambar II.1 Contoh Cergam
Gambar III.1 Contoh ilustrasi Iwan Yuswandi
Gambar III.3 Contoh tata letak buku cergam Bujang Nadi Dare Nandung
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

4) Ikatan kerja dan surat perjanjian ijin/tugas belajar, surat perintah/tugas belajar/sk/surat ijin, surat-surat sponsor, laporan perkembangan studi, laporan

Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh strategi yang mendesak bagi pengembangan kawasan wisata Napabale bagi pemerintah Kabupaten Muna Meliputi pemanfaatan

Dalam penelitian ditemukan bahwa kompetensi pengelolaan pembelajaran, kecerdasan interpersonal dan komitmen guru berpengaruh positif langsung terhadap kepuasan kerja

Sebagai kesimpulan, kondisi ekologi ekosistem mangrove di Desa Bahoi dikategorikan baik, dan disadari bermanfaat bagi masyarakat dalam fungsi ekologis sebagai pencegah abrasi

Dengan adanya masalah ini pengaplikasian media promosi pada desa Wisata Tulungrejo bertujuan untuk memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai objek wisata yang

Kondisi geografis Ghana dan Pantai Gading yang bersebalahan membuat kedua negara harus berbagi perairan di bagian selatan negaranya sementara batas maritim pasti

Lalu dielusi dengan eluen n-heksan : etil asetat (7:3) untuk arah pertama, dan n- heksan : etil asetat (8:2) untuk proses elusi yang kedua, selain itu juga