ANALISIS PENERAPAN RAGAM HIAS MELAYU PADA
GEDUNG MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA
(MABMI)DI KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MUTIA AWANIS
NIM 2101151014
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
MUTIA AWANIS, NIM : 2101151014. “ANALISIS PENERAPAN RAGAM HIAS MELAYU PADAGEDUNG MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU
INDONESIA (MABMI) DI KABUPATEN LANGKAT”. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Seni Rupa S1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2014
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan ornamen Melayu pada gedung MABMI di Stabat yang merupakan gedung menyerupai rumah tradisional Melayu yang dibangun menjadi identitas keberadaannya masyarakat Melayu di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ornamen yang terdapat pada gedung MABMI yaitu terdapat 22 ornamen dengan 12 jenis ornamen dan dianalisis berdasarkan jenis dan bentuk ornamen, bahan dan teknik pembuatan ornamen, dan penempatan ornamen. Data tersebut dianalisis dengan cara membandingkan dengan penerapan ornamen Melayu tradisonal yang seharusnya. Metode penelitian yang digunakan teknik analisis kualitatif dan kemudian dideskripsikan atau membuat gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai objek yang diteliti, berdasarkan data-data yang tampak sebagaimana adanya, dan menerangkan secara sistemstis akan fakta yang ada dilapangan secara faktual dan cermat.
Hasil penelitian menunjukkan Pada bentuk-bentuk ornamen tersebut terdapat bentuk-bentuk ornamen yang berubah dan beberapa di modifikasi, pada bahan pembuatan ornamen lebih banyak menggunakan semen, dan hanya jendela dan pintu yang terbuat dari kayu. Pada penggunaan bahan dari semen, pembuatan ornamen Melayu dicetak, sedangkan pada bahan kayu tentunya ornamen Melayu dibuat dengan cara diukir, dan juga terdapat beberapa penempatan ornamen Melayu yang tidak sesuai penempatannya dengan penempatan ornamen Melayu tradisional yang ada.
Seharusnya gedung MABMI yang dibangun dengan tujuan sebagai identitas keberadaannya masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat lebih memperhatikan kesesuaian dengan rumah tradisional Melayu yang semestinya, terutama dalam hal jenis dan bentuk ornamen, bahan dan teknik pembuatannya, serta dalam penempatan ornamen tersebut, karena tiga hal tersebut merupakan karakteristik dari rumah tradisional Melayu, sehingga tidak hilangnya nilai-nilai budaya Melayu yang ada.
DAFTAR ISI
(2) Ornamen Bintang-bintang ... 29
(1) Ornamen Jala-jala ... 29
6. Prinsip-prinsip Seni Rupa (Desain) ... 46
a. Komposisi ... 46
8. Gedung MABMI di Kabupaten Langkat... 56
B. Kerangka Konseptual ... 57
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
1. Deskripsi Data Penelitian ... 66
a. Bangunan Gedung MABMI ... 66
b. Lokasi Gedung MABMI... 70
c. Bagian Bangunan Yang Terdapat Ornamen Melayu ... 70
1) Pada Tiang Penyangga ... 71
8) Pada Atas Kasa Pintu ... 88
9) Pada Kasa Jendela ... 91
10) Pada Tuduh Angin atau Lisplang ... 93
11) Pada sisi bawah Tebar Layar ... 95
12) Pada bagian Tengah Tebar Layar ... 98
13) Pada Sisi Tempat Tanaman Bunga ... 101
14) Pada Tiang Panca Persada ... 103
15) Pada Atas Tiang Panca Persada ... 105
16) Pada Atap Panca Persada ... 107
17) Pada Tiang Pos Penjaga ... 110
18) Pada Pagar Pos Penjaga ... 112
19) Pada Bagian Tengah Tiang Pos Penjaga ... 113
20) Pada Atas Tiang Pos Penjaga ... 115
21) Pada Bagian Tengah Atas Tiang Pos Penjaga ... 117
22) Pada Tuduh Angin Pos Penjaga ... 118
2. Pembahasan ... 120
B. Temuan Penelitian ... 124
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 131
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Motif Ornamen Nusantara... 13
2.2 Motif Ornamen Pada Batik Indramayu ... 14
2.3 Motif Ornamen Pada Batik Pekalongan I ... 15
2.4 Motif Ornamen Pada Batik Pekalongan II ... 15
2.5 Ornamen Bunga Hutan ... 21
2.6 Ornamen Bunga Melati ... 21
2.7 Ornamen Sinar Matahari Pagi ... 21
2.8 Ornamen Roda Bunga ... 22
2.9 Ornamen Roda Bunga dan Burung ... 22
2.10 Ornamen Naga Berjuang ... 23
2.11 Ornamen Roda Sula ... 24
2.12 Ornamen Bunga Matahari ... 24
2.13 Ornamen Pucuk Rebung I ... 25
2.14 Ornamen Pucuk Rebung II ... 25
2.15 Ornamen Ricih Wajid ... 26
2.16 Ornamen Pelana Kuda Kencana ... 27
2.17 Ornamen Lebah Bergantung I ... 27
2.18 Ornamen Lebah Bergantung II ... 27
2.19 Ornamen Itik Pulang Petang ... 28
2.20 Ornamen Awan Petang ... 28
2.21 Ornamen Bintang-bintang ... 29
2.22 Ornamen Jala-jala... 29
2.24 Ornamen Terali Biola ... 30
2.25 Ornamen Tampuk Pinang ... 31
2.26 Macam-macam Garis ... 32
2.27 Garis Pada Ornamen ... 34
2.28 Macam-macam Bidang ... 35
2.29 Bidang Pada Ornamen... 36
2.30 Macam-macam Bentuk ... 37
2.31 Bentuk Pada Ornamen... 38
2.32 Tanaman Pucuk Rebung ... 39
2.33 Ornamen Pucuk Rebung ... 39
2.34 Tanaman Bunga Matahari ... 40
2.35 Ornamen Bunga Matahari ... 40
2.36 Ornamen Bunga Hutan ... 41
2.37 Tebukan Ornamen Bunga Hutan ... 41
2.38 Sinar Matahari ... 41
2.39 Ornamen Sinar Matahari Pagi ... 41
2.40 Roda Warna ... 43
2.41 Ornamen Batak... 44
2.42 Macam-macam Tekstur ... 45
2.43 Ukiran Kayu Ornamen Batak Karo ... 46
2.44 Komposisi ... 47
2.45 Gambar Bentuk dan Penerapan Prinsip Seni Rupa ... 49
2.46 Ornamen dengan Prinsip Seni Rupa ... 49
2.47 Rumah Melayu tahun 1750 ... 52
2.49 Rumah Adat di Medan Fair Tampak Samping ... 52
2.50 Gedung MABMI Tampak Depan... 56
2.51 Gedung MABMI Tampak Samping Depan ... 56
4.1 Gedung MABMI Tampak Samping Depan ... 66
4.2 Foto Gedung MABMI Tampak Depan II... 66
4.3 Foto Gedung MABMI Tampak Samping II ... 67
4.4 Foto Gedung MABMI perspektif Samping Kanan ... 67
4.5 Foto Gedung Samping Kanan dan Perkarangan Depan ... 68
4.6 Istana Sultan Langkat Tanjung Pura ... 69
4.7 Istana Sultan Langkat Darul Aman ... 70
4.8 Tiang Penyangga Gedung MABMI ... 73
4.9 Pagar Tangga Gedung MABMI ... 73
4.10 Pagar Pada Beranda... 76
4.11 Pagar Beranda Tampak Depan ... 78
4.12 Tiang Pada Beranda ... 81
4.13 Pintu Depan Gedung MABMI ... 84
4.14 Pintu Depan dari Bagian Dalam Gedung ... 90
4.15 Jendela Gedung MABMI ... 93
4.16 Beranda Gedung MABMI ... 98
4.17 Tebar Layar ... 100
4.18 Bagian Dalam Gedung MABMI ... 100
4.19 Taman Perkarangan Depan ... 103
DAFTAR ISTILAH/ GLOSARIUM
Alas tangga : alas tangga untuk kaki yang berpijak sebelum menaiki anak tangga
Bubungan : bahan utama atap adalah daun nipah dan daun rumbia, tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng
Dapur : tempat memasak dan melakukan aktivitas lainnya.
Gajah Minum : ujung atap yang berbentuk seperti lalai gajah yang keatas
Gelagar : yang menyokong lantai
Ikat Pinggang : bahagian penutup papan di sekeliling rumah mulai dari lantai hingga gelagar. Untuk menutupi bahagian yang terbuka agar kelihatannya rapi,
dan umumnya paling banyak ragam hiasnya.
Jala-jala : ornamen Melayu sebagai ventilasi udara yang berada pada atas pintu dan atas jendela
Kasa Jendela : lobang hawa/ ventilasi diatas jendela
Kasa Pintu : lobang hawa/ ventilasi diatas pintu
Lisplang : kayu peutup singap yang berbentuk memanjang mengikuti tirisan air pada atap yang miring. Gunanya untuk meletakkan ornamen hiasan dan
juga sebagai pelengkap harmonisasi
Lobang Hawa : ventilasi udara pada rumah tradisional Melayu
Serambi : beranda atau selasar yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah (biasanya lebih rendah daripada induk rumah)
Serambi Belakang: lantai yang lebih rendah dari serambi tengah, ruangan ini tidak mempunyai dinding pemisah dengan serambi tengah.
Serambi Depan : ruangan untuk menerima tamu dan pada serambi ini terdapat jendela dengan ruangan yang khas
Serambi Tengah : yang mempunyai lantai lebih tinggi dari lantai serambi depan dan ruangan ini terpisah oleh dinding (ruangan induk)
Singap : istilah penutup atap yang berbentuk geometris (segitiga, bujur sangkar, trapesium, dan lainnya) pada rumah panggung Melayu
Tangga : tempat untuk menaiki rumah yang tinggi ke atas bagi setiap penghuninya dan biasanya dibawahnya ada kolong.
Tangga Dapur : tangga yang dipakai untuk naik dan masuk ke dalam dapur
Tebuk : menusuk hingga tembus, melubangi misalnya ukiran pada kayu yang bisa tembus pandang
Tebukan : ukiran yang berlubang
Terali atau Pagar: ukiran sebuah pagar/terali, dipakai pada beranda rumah maupun untuk terali jendela
Tingkap atau Kuari : jendela yang diberi jerjak, ataupun terali, yang pada bagian atasnya terdapat lobang hawa yang diberi ukiran terawang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi
sentuhan tradisional dengan mengambil bagian-bagian dari rumah tradisional,
baik dari bentuk rumah maupun hiasan-hiasan pada rumah-rumah tradisional yang
ada. Nuansa tradisional ini dapat terlihat pada bangunan rumah, tempat ibadah,
galeri, museum, dan yang paling sering dijumpain terdapat pada gedung
perkantoran.
Pada gedung perkantoran di Kabupaten Langkat misalnya mengambil
ornamen-ornamen Melayu untuk menghiasi gedungnya. Hal ini karena suku
utama di Kabupaten Langkat adalah Suku Melayu dan dahulu sebelum masa
revolusi terdapat sebuah kerajaan Melayu di Langkat, sehingga Melayu cukup
kental terlihat di Kabupaten Langkat baik dari masyarakat, lingkungan, dan
bangunannya.
Bangunan-bangunan yang dibangun dengan nuansa tradisional tersebut
sebagai upaya pelestarian kebudayaan Melayu, tidak hanya terlihat pada
perkantoran-perkantoran di Kabupaten Langkat, namun terlihat pada sebuah
rumah Melayu yang dibangun berada tepat disamping rumah dinas Bupati
Langkat. Rumah Melayu ini disebut gedung Majelis Adat Budaya Melayu
Indonesia (MABMI). Rumah Melayu ini mengambil bentuk dan ornamen
sebagai identitas masyarakat Melayu di Langkat tersebut lebih banyak terlihat
kesan modern dan hanya sedikit terlihat kesan tradisional seperti rumah Melayu
yang semestinya.
Ketika bercerita tentang rumah tradisional Melayu, yang identik pada
rumah tradisional Melayu ialah tiang penyangga rumah yang terbuat dari kayu
besar dengan tinggi sekitar 2 meter diatas tanah, hal ini karena masyarakat Melayu
membangun rumahnya dipinggir sungai atau laut. Fungsi utama tiang rumah yang
tinggi yaitu untuk menghindari air pasang, banjir, kelembaban dan binatang buas.
Pada jaman dahulu daerah pesisir dianggap masyarakat Melayu sebagai
lokasi yang ideal untuk membangun rumah. Sungai dan laut sebagai sumber
kehidupan masyarakat Melayu, seperti untuk mencuci, masak, minum, dan
sebagainya. Keberadaan tiang yang tinggi ini membuat rumah Melayu sering
dikatakan dengan rumah panggung, karena tinggi menyerupai panggung. Selain
tiang-tiang yang terbuat dari kayu, hampir setiap sisi rumah tradisional Melayu
terbuat dari kayu ataupun papan dengan pengerjaan secara manual dan gotong
royong.
Namun karena pembangunannya di era modern yang berpengaruh dari
budaya luar, tentu ada pergeseran dari rumah tradisional Melayu sebelumnya,
seperti pada bentuk, teknik, bahan pembuatan, dan penempatan jenis-jenis
ornamen.
Menurut pendapat Azmi (2012:73) :
teknologinya. Seperti dalam seni yaitu pada seni arsitektur, terlihat pada jaman dahulu rumah-rumah tradisional Melayu terbuat dari kayu yang diambil dari hutan, bambu maupun tepas.
Modernisasi bisa berdampak terjadinya perubahan rumah tradisional
Melayu ke rumah yang modern. Hal ini dapat dilihat dari material pembuatan
rumah, pada rumah tradisional Melayu berbahan kayu, tepas, bambu, sedangkan
rumah zaman modern materialnya semen, pasir, besi, paralon, paku, kayu,
keramik, ubin, marmer, besi, genteng, dan sebagainya. Proses pembuatannya
pertama kali dengan peletakan pondasi cor, memasang batu bata, kemudian
pengolahan pasir sampai selesai.
Selain dari material dan teknik pembuatannya, rumah tradisional Melayu
dikenal dengan ornamen-ornamen yang menghiasi pada setiap sisi rumah, begitu
juga pada gedung MABMI terdapat ornamen Melayu yang menghiasi rumahnya.
Penggunaan ornamen Melayu pada jaman dahulu bukan hanya sebagai seni hias
saja, tetapi sebagai bahasa rupa yang mengkomunikasikan suatu narasi ataupun
simbol, seperti unsur-unsur seni rupa yaitu garis, bentuk, warna dan nilai yang
mengungkapkan sesuatu komunikasi. Selain menambah nilai estetika pada
bangunan, maupun benda, ornamen Melayu juga memiliki makna simbolis.
Namun tidak bersifat magis.
Menurut pendapat Sirait (1984:180) tentang seni hias Melayu yaitu:
Islam berpengaruh dalam seni ragam hias Melayu yaitu pada motif-motif
ragam hias itu sendiri. Dapat dilihat dalam ragam hias Melayu tidak ada yang
bermotifkan manusia dan sedikit sekali yang bermotif hewan. Hal ini dikarenakan
dalam agama islam apabila membuat hiasan menyerupai makhluk yang bernyawa
dalam wujud apa pun, maka makhluk tersebut akan meminta nyawa dari yang
membuatnya. Fungsi ornamen itu sendiri semata-mata sebagai penambah nilai
estetis dan makna simbolik, tanpa adanya unsur magis. Simbol-simbol itu
melambangkan simbol rezeki, penolak bala, hubungan antara keluarga,
ketentraman, dan sebagainya.
Ragam hias Melayu banyak meniru bentuk tumbuh-tumbuhan seperti
tanaman pakis, pucuk rebung, bunga melur, bunga manggis, bunga cempaka,
bunga bakung, dan sebagainya, kemudian bentuk hewan seperti naga, itik, burung
dan lainnya. Adapula yang berbentuk kosmos seperti awan, bintang serta bentuk
geometris lainnya.
Ornamen-ornamen diambil dari tumbuh-tumbuhan dengan memiliki
makna. sesuai dengan bentuk akar pakis yang melingkar-lingkar ke atas dan ke
bawah. Akar pakis memiliki simbol kesuburan dan kemakmuran, pucuk rebung
melambangkan keserasian dan kedamaian dalam kehidupan berumah tangga.
Kemudian lebah bergantung dan semut beriring merupakan contoh hewan yang
bergotong royong dan bekerja keras. Sehingga diharapkan kerukunan, keakraban,
ketenangan antara keluarga dan masyarakat, dan banyak lainnya.
Ornamen tradisional Melayu dibuat secara manual yaitu dibuat dengan
Pembuatan ornamen yang dibuat dengan tangan satu persatu membuat ornamen
tradisional Melayu cukup mahal, sehingga semakin banyak ornamen Melayu pada
rumah tersebut maka semakin tinggi status sosial si pemilik rumah.
Penerapan ornamen tidak diletakkan bebas di dinding rumah, tetapi
disesuaikan dengan makna simboliknya. Seperti ornamen naga berjuang yang
berbentuk setengah lingkaran, dan dalam setengah lingkaran tersebut terdapat dua
ekor naga ditengahnya dan pada sisi-sisinya dihiasi dengan motif bunga dan
dedaunan. Sirait (1984:184) “Ornamen naga berjuang terdapat pada lobang hawa.
Naga berjuang melambangkan kemampuan. Ornamen ini biasanya dipakai oleh
penduduk yang serba kecukupan di dalam kehidupan ekonominya”.
Kemudian ornamen jala-jala yang bermotif geometris dengan garis silang
yang meciptakan lubang. Sirait (1984:185)” ornamen jala-jala banyak tedapat
pada kasa pintu, kasa jendela dirumah-rumah penduduk yang keadaannya
sederhana (rakyat biasa). Ornamen ini tidak berbentuk setengah lingkaran, tetapi
berbentuk empat persegi panjang, dibuat dari kayu, dengan cara menyusun
beberapa buah kayu secara bersilang.
Berdasarkan pendapat diatas mengatakan bahwa ornamen Melayu pada
zaman dahulu tidak bisa diterapkan disetiap rumah, tetapi disesuaikan dengan
jabatan si pemilik rumah. Seperti ornamen roda bunga yang dahulu terdapat pada
lobang hawa lima laras, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Asahan. Ornamen
roda bunga dan burung pada rumah datuk, ornamen naga berjuang pada rumah
Pergeseran nilai budaya tersebut menciptakan masyarakat hidup modern,
menyebabkan perubahan rumah tradisional Melayu beserta ornamennya. Hal ini
terlihat pada gedung MABMI di Kabupaten Langkat. Ketika gedung MABMI
yang menjadi identitas masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat mengalami
pergeseran, akankah rumah tersebut masih dikatakan sebagai suatu identitas
Melayu.
Untuk mengetahui lebih dalam sejauh mana pergeseran rumah Melayu di
era modern dengan rumah tradisional Melayu semestinya, khususnya penerapan
ornamen Melayu pada gedung MABMI dengan rumah tradisional Melayu, maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Ragam Hias Melayu Pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk memperjelas masalah yang ingin di teliti serta sebagai pedoman penulis
dalammelakukan penelitian berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dimanakah letak perbedaan rumah tradisional Melayu dengan gedung
MABMI?
2. Bagaimanakah penerapan ornamen pada rumah tradisional Melayu?
3. Jenis ornamen Melayu apa sajakah yang diterapkan pada gedung MABMI
di Kecamatan Stabat?
5. Bagaimana teknik pembuatan ornamen Melayu yang ada pada gedung
MABMI?
6. Bagaimana penempatan jenis-jenis ornamen pada gedung MABMI?
C.Pembatasan Masalah
1. Jenis dan bentuk ornamen Melayu apa saja yang diterapkan pada gedung
MABMI di Kecamatan Stabat.
2. Bagaimanakah penggunaan bahan dan teknik pembuatan ornamen Melayu
yang ada pada gedung MABMI.
3. Bagaimana penempatan jenis-jenis ornamen pada gedung MABMI.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini
yaitu:
1. Jenis dan bentuk ornamen Melayu apa saja yang diterapkan pada gedung
MABMI di kecamatan Stabat.
2. Bagaimanakah penggunaan bahan dan teknik pembuatan ornamen Melayu
yang ada pada gedung MABMI.
3. Bagaimana penempatan jenis-jenis ornamen pada gedung MABMI.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis dan bentuk ornamen Melayu apa saja yang
2. Bagaimanakah penggunaan bahan dan teknik pembuatan ornamen Melayu
yang ada pada gedung MABMI.
3. Untuk mengetahuipenempatan jenis-jenis ornamen pada gedung MABMI.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pemahaman perkembangan ornamen-ornamen Melayu bagi
masyarakat.
2. Sebagai ajakan kepada masyarakat khususnya generasi mudatentang
pentingnya pelestarian ornamen Melayu.
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti yang bermaksud
menjadikan penelitian pada permasalahan yang sama.
4. Sebagai tambahan literatur bagi jurusan seni rupa.
5. Bagi penulis untuk memperluas pengetahuan tentang seni arsitektur rumah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah data diperoleh, diolah dan dianalisis, kemudian diperoleh beberapa
kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Pada gedung MABMI terdapat 22 ornamen dengan 12 jenis ornamen
Melayu yaitu: ornamen lebah bergantung, ornamen bunga bervariasi,
ornamen pucuk rebung, ornamen terali biola, ornamen roda sula, ornamen
pucuk kolan, ornamen pucuk kacang, ornamen selembayung, ornamen
bunga hutan, ornamen tampok manggis, ornamen itik pulang petang, dan
ornamen kendit tali.
2. Pada bentuk-bentuk ornamen tersebut terdapat bentuk-bentuk ornamen
yang berubah dan beberapa di modifikasi yaitu ornamen roda sula,
ornamen terali biola, pucuk rebung pada tiang penyangga, ornamen pucuk
rebung pada tiang beranda, ornamen lebah bergantung pada atap panca
persada, ornamen pucuk rebung pada panca persada, ornamen tampok
manggis pada taman perkarangan depan, ornamen lebah bergantung pada
lisplang pos penjaga, ornamen itik pulang petang pada atas tiang pos
penjaga, ornamen pucuk rebung pada tiang pos penjaga, dan ornamen
terali biola pada pagar pos penjaga.
3. Bahan pembuatan ornamen lebih banyak menggunakan semen, dan hanya
jendela dan pintu yang terbuat dari kayu. Pada penggunaan bahan dari
tentunya ornamen Melayu dibuat dengan cara diukir. Sehingga hanya
terdapat 3 ornamen yang diukir pada kayu yaitu ornamen bunga hutan,
ornamen julun kacang, dan ornamen lebah bergantung, sedangkan
ornamen lainnya terbuat dari semen dengan cara dicetak.
4. Bentuk gedung MABMI mengambil bentuk dari Istana Sultan Langkat
pada jaman dahulu, Istana itu sendiri yang dahulunya rumah tradisional
Melayu dengan keseluruhan material rumahnya terbuat dari kayu,
selanjutnya istana tersebut mengalami modifikasi dengan penggunaan
material semen pada tiang penyangga rumahnya, sedangkan pada
bangunan gedung MABMI hampir keseluruhan terbuat dari semen, hanya
jendela, dan pintu yang terbuat dari kayu. Bagian dalam rumah Melayu
pada umumnya terdapat ruang utama, serambi, ruang tidur, loteng, dan
dapur, sedangkan pada gedung MABMI tidak terdapat ruangan-ruangan
seperti rumah tradisional Melayu dan hanya terdapat ruangan kosong yang
luas.
5. Seharusnya ornamen pada gedung MABMI bisa lebih banyak lagi dengan
adanya ruangan-ruangan pada rumah tersebut, karena pada rumah
tradisional Melayu biasanya pada bagian ruangan-ruangan tersebut juga
dihiasi berbagai ornamen. Pada ornamen Melayu yang diterapkan pada
gedung MABMI terdapat ketidak sesuaian dengan ornamen tradisional
Melayu yang ada. Khususnya pada jenis dan bentuk ornamen Melayu yang
diambil untuk menghiasi gedung MABMI telah mengalami perubahan
dalam bahan dan teknik pembuatan ornamen yang dahulu dibuat dengan
cara manual yaitu mengukir pada kayu sedangkan pada gedung MABMI
dibuat dengan cara mencetak pada semen, dan dalam penempatan ornamen
tersebut terdapat beberapa ornamen yang tidak sesuai penempatannya.
6. Terdapat empatornamen Melayu yang tidak sesuai penempatannya
yaituornamen pucuk rebung dan ornamen kendit tali yang dipakai
menghiasi tiang, ornamen selembayung yang biasanya ditempatkan pada
puncak rumah dan ornamen tampok manggis yang pada jaman dahulu
biasanya diletakkan pada kasa jendela atau kasa pintu, Ornamen lainnya
selain dari ornamen tersebut menurut peneliti sudah sesuai.
7. Dasar keahlian untuk membangun dan merenovasi rumah panggung yang
terbuat dari kayu itu mulai hilang, dan kurangnya pengetahuan terhadap
ornamen-ornamen tradisional Melayu.
8. Seharusnya gedung MABMI yang dibangun dengan tujuan
sebagaiidentitas keberadaannya masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat
lebih memperhatikan kesesuaian dengan rumah tradisional Melayu yang
semestinya, terutama dalam hal jenis dan bentuk ornamen, bahan dan
teknik pembuatannya, serta dalam penempatan ornamen tersebut, karena
tiga hal tersebut merupakan karakteristik dari rumah tradisional Melayu,
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka
disampaikanbeberapa saran antara lain :
1. Mengajak kembali masyarakat pada umumnya untuk
melestarikanarsitektur tradisional Melayu, meskipun hanya sebahagian
saja bentukornamen Melayu yang diterapkan pada bangunan khas Melayu
sepertipucuk rebung dan semut beriring dan menjaga keutuhan
bangunantradisional Melayu yang masih ada demi menjaga kelestariannya.
2. Harapan penulis melalui penelitian gedung MABMI di Kabupaten Langkat
diharapkan bagi pemerintah daerah maupun masyarakat yang tinggal di
Kabupaten Langkat khususnya Stabat, penerapan ornamen tradisional
Melayu perlu adanyapengembangan positif yaitu lebih memperhatikan
kesesuaian bentuk dari jenis ornamen Melayu yang ada, dan dalam teknik
pembuatan ornamen tidak meninggalkan teknik awalnya yaitu dengan cara
diukir pada kayu, serta lebih menyesuaikan penempatan ornamen pada
ornamen tradisional Melayu yang telah ada.
3. Kepada masyarakat kota Stabat secara khusus generasi muda agar tetap
memelihara dan menjaga serta mengembangkan ornamen tradisional
DAFTAR PUSTAKA
Apriyatno, Veri, 2007, Cara Mudah Menggambar dengan Pensil, Jakarta: PT Kawan Pustaka
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik,Yogyakarta: Rineka Cipta
Azmi, 2012, Rumah Panggung Melayu Deli, Medan: Unimed Press
Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat/BPS. 2013. Kabupaten Langkat Dalam
Angka 2013, Langkat. Stabat. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Langkat/BPS- Statistic Of Langkat Regency.
Bahari, Nooryan, 2008, Kritik Seni, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Husny Lah, T.H.M. 1986. Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera
Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Proyek
Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
Kartika, Sony Dharsono, 2007, Estetika, Bandung: Rekayasa Sains Bandung
Kartini, Ayu, 2014 Skripsi Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu
Ditinjau dari Bentuk danWarna di Kota Medan, Medan: Unimed
Komaruddin, dkk. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara
Kusmiati, Artini. 2004. Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Desain. Jakarta: Percetakan Ikrar MandiriAbadi
Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kabupaten Langkat, 2001,
Proposal Pembangunan Gedung Budaya Melayu Kabupaten Langkat,
Stabat: MABMI Kabupaten Langkat.
Naibaho, Togarma dan Murwonugroho, Wegig. 1998. Metodologi Riset Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Universitas Trisakti.
Nakatani, Rhenin Norihito, 2003, Rumah Panggung Perahu di Kota, Warisan
Sejarah Arsitektur Medan. Medan: Crispo Instant Printing.
Nugroho, Eko, 2008, Pengenalan Teori Warna, Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Rathus, Fichner Lois, 1992, Understanding Art, New Jersey: Englewood Cliffs
Sachari, Agus, 2005, Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa Desain, Arsitektur, Seni Rupa, dan Kriya, Jakarta, Erlangga
Sinar Luckman, Tengku. 1993. Motif dan Orrnamen Melayu. Medan: Lembaga Pembinaan & Pengembangan Seni Budaya Melayu (SATGAS-MABMI).
Sirait, Baginda, 1984, Design Ornament Tradisional Daerah Sumatera Utara,
Medan: OFFSET “BALI” Medan
Sitorus, Tamrin dan Atmojo, Wahyu, 2012, Analisis Penerapan Ornamen
Tradisional Batak Toba pada Alat Musik Tradisional Batak Toba Di Kabupaten Samosi. Jurnal Seni Rupa FBS Unimed
Soepratno, B.A. 1997. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa Jilid 1. Semarang: PT.EFFHAR Semarang.
Sondari, Koko, Yusmawati, 200, Album Seni Budaya Batik Pesisir. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Indonesia
Susanto, Mikke, 2011, Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni
Rupa,Yogyakarta: DictiArt Lab
Tanjung, Nur Bahdin dan Ardial, 2005, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Internet:
http://bloggazrorry.blogspot.com/2012/12/pengertian-ukir-dan ornamen.html
http://our-photogallery.blogspot.com/2013/05/kabupaten-langkat.html
http://wisatakablangkat.blogspot.com/2014_04_01_archive.html
id.wikipedia.org
obatsakit2011.blogspot.com