• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolaborasi BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kolaborasi BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 1

Oleh :

Muhammad Taufik, S.Hut

KEMENTERIAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

KARYA TULIS

(2)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah

dan rahmatNya sehingga makalah dengan judul “Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa

Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting” ini dapat terselesaikan.

Makalah ini merupakan upaya penulis untuk meningkatkan potensi diri dalam hal

memahami masalah-masalah dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Penulis menyadari

bahwa masih sangat sedikit ilmu yang dimiliki, sehingga isinya bisa dikatakan jauh dari

sempurna, maka kami mengharapkan saran dan kritik untuk bisa menyempurnakan makalah ini

ataupun sebagai motivasi penulis untuk lebih bisa menulis yang lebih baik dikemudian hari.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik

dalam rencana penulisan maupun dalam editing makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi yang mau membaca

makalah ini.

Pangkalan Bun, Mei 2010 Penulis,

(3)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 3 DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….…….... i KATA PENGANTAR...………... ii DARTAR ISI ………..……….... iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...……….….…… 1

B. Tujuan Kolaborasi ...……….………… 2

C. Landasan Pelaksanaan ...……….………… 3

II. PELAKSANAAN KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEKITAR TNTP

A. Manajemen Kolaborasi ...………..……….. 3

B. Manajemen Pembagian Peran ....……….………… 6

III. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT

A. Permasalahan ….……….……… 11

B. Upaya Tindak Lanjut ……….……… 12

(4)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 4

merupakan salah satu benteng

terakhir dalam penyelamatan

flora-fauna dan ekosistem asli

Kalimantan yang terancam punah.

Taman Nasional Tanjung Puting dengan luasan 415.040 Ha, mempunyai daerah

penyangga yang berupa pedesaan baik didalam maupun diluar kawasan. Total

(5)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 5

kawasan dan 9 desa berada di luar kawasan/berbatasan dengan TNTP. Dengan

wilayah kerja yang begitu luas, aksesibilitas yang sulit karena keadaan alam

yang berawa dan dikelilingi perairan, sedangkan tenaga pengelola di Balai TNTP

total hanya 80 orang dengan tenaga lapangan 60 orang, sangat berat untuk

mengelola TNTP beserta daerah penyangga agar menjadi kawasan yang aman

dan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Karena hal itulah, maka

diperlukan manajeman kolaborasi pengelolaan TNTP, dengan melibatkan LSM,

Pemerintah Daerah, serta masyarakat sekitar kawasan. Begitupula dalam hal

pemberdayaan masyarakat desa daerah penyangga juga harus dilakukan dengan

menejemen kolaborasi pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 390/Kpts-II/2003 tentang

Tata Cara Kerjasama di bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekositemnya menunjukkan aturan main dan mekanisme kerjasama kemitraaan

dalam bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekositemnya. Dalam

peraturan tersebut sudah jelas tujuan, ruang lingkup kerjasama, mitra, bentuk

dan tingkat kerjasama, jangka waktu, laporan, dan lain- lain sudah jelas

aturannya. Sehingga dalam membuat kerjasama pengelolaan bidang konservasi

sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya harus mengacu kepada kepada

aturan tersebut. Kemudian Permenhut No. P .19/Menhut-I I/2004 mengenai

Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian

Alam (KPA), Kolaborasi KPA dan KSA adalah petunjuk teknisnya.

B. Tujuan Kolaborasi Pemberdayaan masyarakat

Tujuan dari kolaborasi pemberdayan masyarakat desa sekitar TNTP adalah

mengisi, melengkapi kekurangan dan membantu dalam pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi Balai Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), khususnya di

bidang pemberdayaan masyarakat desa sekitar TNTP untuk percepatan tujuan

TNTP yang didalamnya termasuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,

khususnya kolaborasi dalam pendanaan, kapasitas Sumber Daya Manusia

(6)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 6

C. Landasan Pelaksanaan Kolaborasi Pemberdayaan masyarakat

Landasan pelaksanaan Kolaborasi pemberdayaan masyarakat di TNTP,

diantaranaya:

 Keputusan Menteri Kehutanan No. 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara

Kerjasama Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

 Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang

Pengelolaan Kolaboratif KSA dan KPA

 Permenhut No. P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman

Nasional

II. PELAKSANAAN KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TNTP

A. Manajemen kolaborasi pemberdayaan masyarakat

Selama ini Balai TNTP telah melaksanakan kolaborasi/kerjasama dalam

pengelolaan TNTP termasuk dalam usaha pemberdayaan masyarakat

daerah penyangga. Kolaborasi yang dibangun Balai TNTP dilandasi oleh

kesepahaman tujuan yang dituangkan dalam nota kesepakatan (MoU)

baik dengan LSM maupun kelompok masyarakat desa. Manajeman dalam

pelaksanaan terutama pembagian peran merupakan hal yang

menentukan tingkat keberhasilan suatu kerjasama/kolaborasi yang

dibangun. Pada awalnya kerjasama yang dibangun di TNTP dengan

berbagai mitra menimbulkan masalah karena peran ganda antara para

pihak (tumpang tindih kepentingan) yang menimbulkan konflik dalam

(7)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 7

dewasanya para pemangku kepentingan di TNTP konflik-konflik yang

terjadi bisa teratasi dan sampai sekarang pembagian peranpun semakin

tertata dan jelas.

Kawasan TNTP dibagi kedalam 3 seksi wilayah dan setiap seksi dibagi

kedala 3 resort wilayah. Setaiap seksi dan resort terdapat desa yang

berbatasan dengan TNTP. Desa- desa inilah yang menjadi binaan Balai

TNTP dengan didukung oleh mitra kerja. Berikut alur Manajemen

Kolaborasi Pemberdayaan masyarakat di TNTP.

Jalur komando, pemgawasan, monitoring dan evaluasi.

Jalur koordinasi dan pelaporan

(8)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 8

Menejemen kolaborasi pemberdayaan masyarakat desa penyangga TNTP

seperti gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Berawal dari tingkat Balai TNTP yang menjalin kerjasama dan

koordinasi dengan berbagai Stakeholder yang mempunyai komtmen

sama dalam pengelolaan TNTP dan pemberdayaan masyarakat

sekitar TNTP. Dalam hal ini yang terlibat adalah Pemerintah Daerah

kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan, sedangkan

untuk LSM meliputi Orangutan Foundation International (OFI), World

Education (WE), Friends of The National Park Foundation (FNPF),

dan Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin)/OF-UK.

b. Kesepakatan antara Balai TNTP dengan LSM ditunagkan dalam nota

kesepakatan (MoU) yang ditandatangani kedua belah pihak, dengan

mencantumkan hak dan kewajiban masing- masing.

c. Program kerja Balai TNTP di tuangkan dan dilaksanakan oleh 3 seksi

wilayah dan seksi wilayah di laksanakan oleh petugas resort wilayah.

Mekanisme pemberdayaan berada di tingkat resort dengan

Koordinator Kepala Resort dan dibawah kendali Kepala Seksi.

d. LSM yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat daerah

penyangga, diatur mekanismenya sesuai dengan tugas dan

tujuannya. Petugas lapangan LSM dibawah koordinasi dan komando

dari Kepala Resort, segala kegiatan harus spengetahuan Kepala

Resort, dan wajib memberikan laporan tertulis kepada Kepala

Resort, yang ditembuskan ke Kepala Seksi dan Kepala Balai.

e. Kelompoak masyarakat yang ada di Desa dibawah koordinasi dan

komando dari Kepala Resort. Kegiatan- kegiatan yang berkaitan

dengan pemanfaatan sumber daya yang ada di TNTP harus

sepengetahuan, koordinasi, dan kegiatannya dilaporkan ke Kepala

(9)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 9

f. Pemerintah Daerah melalui dinas terkait dan kecamatan melakukan

koordinasi denga Balai TNTP dan Seksi Wilayah untuk melakukan

kegiatan pemberdayaan di Desa Penyangga.

B. Manajemen pembagian peran parapihak

Manajemen pembagian peran merupakan inti dari keberhasilan suatu

kerjasama/kolaborasi. Karena setiap unsur yang berperan serta dalam

kerjasama sudah ditata dan diatur tugasnya masing- masing sesuai

dengan keahlian, tanggungjawab dan komitmen awal yang dibangun.

Sampai sekarang dalam pemberdayaan masyarakat daerah penyangga di

TNTP telah dilakukan kerjasama yang sinergis antara pihak Balai TNTP

dan LSM mitra kerja. Berikut pembagian peran yang telah dilaksanakan

dalam pemberdayaan masyarakat desa sekitar TNTP.

a. Orangutan Foundation International (OFI)

Kerjasama (MoU) antara Balai TNTP dengan OFI dibangun sejak

tahun 2003 dengan durasi kerjasama selam 5 tahun. Sampai sekarang

OFI berkonsentrasi dalam pemberian makan orangutan eks

rehabilitasi yang ada di Camp Leakey, Pondok Tanggui, dan Tanjung

Harapan, kemudian kegiatan penjagaan pos (pengamanan), serta

penelitian. Selain hal tersebut OFI juga melakukan beberapa

pemberdayaan kepada masyarakat di sekitar kawasan TNTP, desa

yang menjadi binaan OFI antara lain Desa Sekonyer dengan

mengembangkan manajemen pengelolaan sampah (Trash

management system), Desa Teluk Pulai dengan pembangunan

Community centre dan perpustakan desa bekerjasama denagan WE,

Desa Sungai Cabang dengan pembangunan Community centre dan perpustakan desa, serta bekerjasama dengan koperasi “Setia Mufakat” untuk penyediaan buah-buahan pakan orangutan.

(10)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 10

WE bekerjasma dengan Balai TNTP sejak tahun 2005 dengan jangka

waktu kerjasama selama 5 tahun. Fokus kegiatan WE di TNTP adalah

pemberdayaan masyarakat (community development). Desa- desa

binaan WE sekarang ini meliputi Desa Sekonyer, Desa Teluk Pulai,

Desa Sungai Cabang, Desa Tanjung Hanau, Desa Palingkau, Desa

Muara Dua, Desa Baung, dan Desa Ulak Batu dengan fokus

pendampingan masyarakat mulai dari memfasilitasi rancangan desa,

musrenbang, pembuatan perdes, pembahasan anggaran belanja desa

sampai pengembangan pertanian, agroforetry, dan alternatif

ekonomi lainnya.

c. Friends of the National Parks Foundation (FNPF)

FNPF adalah LSM local yang bekerjasma dengan Balai TNTP sejak

tahun 1999 dengan derasi kerjasama selama 3 tahun. Fokus

kegiatan FNPF meliputi Rehabilitasi kawasan, pendidikan konservasi,

pendampingan masyarakat, dan pengembangan ekowisata. Desa

binaan FNPF khusus di Desa Sekonyer dengan pengembangan Ekowisata melalui pembentukan kelompok wisata “Tegari Lestari”, serta pendampingan pengembangan Agroforestry di Jerumbun dan pendampingan persemaian kelompok “Sekonyer Lestari”.

Alur manajemen pembagian peran dalam pemberdayaan masyarakat

desa penyangga TNTP dibagi kedalam 3 (tiga) SPTN wilayah yang

meliputi SPTN I Pembuang Hulu, SPTN II Kuala Pembuang, SPTN III

Tanjung Harapan, kemudian setiap SPTN Wilayah di bagi kedalam 3

(tiga) Resort pengelolaan. Lebih jelasnya, alur manajemen

(11)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 11

1. Alur manajemen pembagian peran di SPTN I Pembuang Hulu.

Keterangan :

(12)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 12

2. Alur manajemen pembagian peran di SPTN II Kuala Pembuang

Keterangan:

(13)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 13

3. Alur manajemen pembagian peran di SPTN III Tanjung Harapan

Keterangan:

(14)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 14

Dari bagan alur pembagian peran tersebut dapat dijelaskan bahwa,

masing- masing pihak (stakeholder) mempunyai peran masing-masing

sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing, sehingga tujuan dari

kolaborasi yaitu saling menguatkan, saling menutupi kelemahan dapat

tercapai. Prinsip dari kerjasama/ kolaborasi yang di bangun di TNTP

adalah kerjasama yang dilandasi oleh saling menghormati, saling

menguntungkan, saling mempercayai, dan keterbukaan (transparansi).

III. PERMASALAAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT

A. Permasalahan

Kerjasama/kolaborasi yang dibangun oleh Balai TNTP dengan berbagai mitra

kerja, terutama mitra kerja LSM (OFI, WE, dan FNPF) sudah berjalan lebih dari

10 (sepuluh) tahun. Manajemen yang telah dibangun bersama dengan alur

menejemen seperti tergambar dalam bagan diatas dan dilandasi oleh nota

kesepakatan yang ditandatangani bersama, dan tujuan serta komitmen yang

sama untuk mewujudkan pengelolaan TNTP yang lesatari, akan tetapi dalam

perjalanannya banyak kendala dan masalah yang dihadapi. Beberapa alur

dalam manajemen ada yang tidak jalan, sehingga menyebabkan terganggunya

alur manajemen secara keseluruhan. Karena dalam sistem manajemen,

keberhasilan ditentukan oleh masing- masing komponen, satu saja komponen

tidak jalan maka menyebabkan seluruh sistem terganggu. Beberapa masalah

yang dihadapi dalam kolaborasi pemberdayaan masyarakat, meliputi:

1. Belum terbangunnya mekanisme kegiatan yang mengatur segala kegiatan

(15)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 15

Selama ini, MoU yang telah disepakati dijabarkan dalam Rencana Kerja

Tahunan (RKT) Mitra dan dibahas bersama, akan tetapi RKT yang disusun

hanya sebatas program- program secara garis besar, belum disusun

mekanisme pelaksanaan program-program tersebut dilapangan. Hal ini

menyebabkan sulitnya pihak Balai TNTP dalam memonitor kegiatan mitra

dilapangan. Apalagi ditambah tidak sepenuhnya kegiatan-kegiatan yang

dialakukan oleh mitra dilaporkan ke Balai TNTP.

2. Pihak mitra kurang memahami hak dan kewajibannya sesuai dengan MoU

yang disepakati bersama.

Banyak mitra-mitra yang kurang memahami tugasnya sebagai mitra Balai

TNTP, terutama kewajibannya, seperti pelaporan dan koordiasi dilapangan.

Apalagi ada mitra yang menganggap sebagai pemilik TNTP, misalnya OFI.

Sehingga petugas Balai TNTP pun harus minta ijin kepada OFI untuk

memasuki Camp Leakey.

B. Upaya Tindak Lanjut

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam

kolaborasi pengelolaan TNTP. Upaya –upaya tersebut, diantaranya:

1. Membangun mekanisme kegiatan yang mengatur kegiatan mitra dilapangan.

Dalam penyusunan RKT yang baru, mitra diwajibkan menyusun mekanisme

kegiatan dengan format yang telah ditentukan oleh Balai TNTP. RKT dan

mekanisme kegiatan menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyusunan

RKT untuk dibahas dan disahkan bersama.

2. Membuat teguran baik lisan maupun tertulis

Terhadap pelanggaran-pelanggaran yang telah mitra lakukan, apalagi mitra

yang melebihi batas kewenangan, pihak Balai TNTP melakukan teguran baik

lisan maupun melalui surat resmi. Aapabila tidak ditanggapi, pihak Balai

(16)

Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Tanjung Puting 16

dan apabila tidak ditanggapi juga, maka pihak Balai TNTP mengirimkan

surat Ke Direktorat Jenderal PHKA untuk mengevaluasi kerjasama dengan

mitra yang bersangkutan.

IV. KESIMPULAN

Dari uraian tentang kolaborasi pemberdayaan masyarakat di TNTP

diatas, termasuk segala permasalahan yang dihadapi, dengan upaya

pemecahannya, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain:

1. Kolaborasi harus dibangun dengan prinsip saling menghargai,

saling menghormati, saling menguntungkan, dan keterbukaan.

2. Dalam membangun manajemen kolaborasi pemberdayaan

masyarakat, setiap komponen kolaborasi harus menempatkan diri

sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya sesuai komitmen awal

yang telah disepakati bersama.

3. Mekanisme kegiatan harus disusun, dibahas, dan disepakati

bersama, serta dijalankan sebagai pedoman kerja dilapangan,

Referensi

Dokumen terkait

Dalam naskah Petung diajarkan pula agar manusia jangan sampai sombong meskipun telah memperoleh hal yang begitu diinginkan, merasa memiliki lebih dari orang lain

[r]

maka di dalamnya dapat diperoleh makna model masyarakat madani Indonesia- Dari sila-sila yang ad4 dapat dikontruksikan bahwa Masyarakat Madani Indonesia merupakan

Berlatar belakang dari permasalahan yang terjadi diatas, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Internet Sebagai Sumber Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pekerjaanrumah (PR) terhadap prestasi belajar bahasa Inggris siswakelas VII MTS Darul Istiqamah Makassar

Dalam mendeteksi kecurangan yang mengarah pada tingkatan korupsi, pemerintah berfokus pada pengendalian internal yang ada dalam pemerintah kabupaten maupun kota tersebut

Berdasarkan pengujian dan analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan kondensator sinkron berparameter sistem eksitasi

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tingkat solubilisasi tertinggi dalam pelarut benzena terjadi pada dosis 5 kGy, yaitu sebesar 6%, dengan nilai absorbansi sebesar 0,6