LAMPIRAN 2009 45599 135631 782478,84 945267.3 7247 -- 2010 46274 133048 75426,62 4688019 14150 37894 2011 47297 132745 46351,06 1425059 13347 31185 2012 48599 118419 12149,75 1120207 10527 35835 2013 55584 140898 13896 1281211 31935 45270
Si
istem Penguusahaan Ke
Sum
listrikan Pu
mber: PT PL
ulau Nias
LN Wilayah
Lampi
h Sumatera iran 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Statistik PLN, Sekretariat Perusahaan PT PLN, 2013: Jakarta
2. Marsudi, Djiteng, “Pembangkitan Energi Listrik,” 2011. Erlangga : Jakarta.
3. Situngkir, Ivan Bastian.2011, “Studi Pembangunan PLTU Batubara 3X7 MW Di Pulau Nia Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Pokok Produksi Listrik Di Pulau Nias”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, Medan..
4. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, “Seminar Pembentukan PLN Cabang Nias dan Kaitannya dengan Pengembangan Pulau Nias ke Depan”. 2008, Medan. 5. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, “Potensi dan Rencana
Pengembangan Kabupaten Nias, dan Kaitannya dengan Rencana Pembentukan PLN Cabang Nias”, 2008, Medan.
6. Kasim, Surya Tarmizi, “ Pengaruh Infrastruktur Listrik Terhadap Pengembangan Pulau Nias”.2008, Medan.
7. Kadir, Abdul, “Distribusi dan utilisasi Tenaga Listrik,” 2000. Universitas Indonesia Press : Jakarta
8. Stevenson, W.D.,”Analisis Sistem Tenaga Listrik,” Edisi Keempat. 1983. Penerbit Erlangga, Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada PLN Cabang Nias, dengan menggunakan
data-data yang ada pada PLN Wilayah Sumut dan sumber sumber lainnya.
Lama penelitian dilaksanakan selama 2 (dua ) bulan.
3.2 Bahan dan Peralatan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah data gangguan yang terjadi pada PLN Cabang Nias.Peralatan yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak Microsoft Excel.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, dilakukan pengambilan data yang
dibutuhkan terlebih dahulu.Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan
menggunakan perangakt lunak Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai
parameter-parameter kinerja tenaga listrik pada PLN Cabang Nias. Data yang
3.4 Data dan Variabel yang Diamati
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
- Data jumlah pelanggan dan rumah tangga di Pulau Nias
Tabel 3.1. Tabel Jumlah Pelanggan dan Rumah Tangga
Tahun Jumlah Pelanggan Jumlah Rumah Tangga
2009 45599 135631
2010 46274 133048
2011 47297 132745
2012 48599 118419
2013 55584 140898
- Jumlah pelanggan dan jumlah lama gangguan
Tabel. 3.2. Tabel Jumlah lama gangguan
Tahun Jumlah
Pelanggan
2009 45599 782478,84
2010 46274 75426,62
2011 47297 46351,06
2012 48599 12149,75
2013 55584 13896
- Jumlah pelanggan yang mengalami gangguan pemadaman
Tabel. 3.3. Tabel Jumlah gangguan pemadaman
Tahun Jumlah
Pelanggan
2009 45599 945267.3
2010 46274 4688019
2011 47297 1425059
2012 48599 1120207
- Data Susut Energi
Tabel 3. 4. Tabel Data Susut Energi
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
Susut
Energi
(MWh)
7.247 14.150 13.347 10.527 31.935
- Data Kapasitas Terpasang
Tabel 3. 5. Tabel Data Kapasitas Terpasang
Tahun 2010 2011 2012 2013
Kapasitas
Terpasang
(KW)
37.894 31.185 35.835 45.270
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pengambilan Data
Tujuan dari tahap pengumpulan data penelitian adalah untuk
mempersiapkan dan mengumpulkan informasi berupa data-data yang
diperlukan untuk melakukan analisis. Data-data tersebut meliputi
informasi mengenai jumlah per unit konsumen yang mengalami
kegagalan, jumlah konsumen yang dilayani, frekuensi pemadaman
digunakan untuk menentukan nilai parameter kinerja system tenaga
yang diinginkan.
2. Tahap Perhitungan Data.
Sebelum melakukan proses analisis maka terlebih dahulu harus
dihitung nilai parameter kinerja system tenaga listrik sesudah
perubahan status PLN Cabang Nias..Perhitungan parameter kinerja
system tenaga listrik ini dilakukan secara manual dan juga dengan
menggunakan bantuan software pendukung Microsoft Excel.Setelah
diperoleh semua parameter-parameter system tenaga listrik, maka
dilanjutkan dengan menampilkan hasil dalam bentuk grafik.
3. Tahap Analisis Data
Dari data grafik yang didapat dari perhitungan, dapat dibandingkan
dan dianalisis perubahan parameter kinerja system tenaga listrik
BAB IV ANALISA
4.1. Analisis Rasio Elektrifikasi
Rasio Elektrifikasi (RE) diperoleh dari perbandingan jumlah pelanggan
dengan jumlah rumah tangga di Pulau Nias.Data jumlah pelanggan dan jumlah
rumah tangga di Pulau Nias dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data jumlah pelanggan dan rumah tangga di Pulau Nias
Tahun Jumlah
Pelanggan
Jumlah Rumah Tangga
2009 45599 135631
2010 46274 133048
2011 47297 132745
2012 48599 118419
2013 55584 140898
Persamaan untuk mendapatkan nilai Rasio Elektrifikasi (RE) adalah
%
a. Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2009
%
%
, %
b. Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2010
%
, %
c. Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2011
%
%
, %
d. Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2012
%
%
, %
e. Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2013
%
%
, %
Tabel 4.2 Nilai Rasio Elektrifikasi (RE)
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio
Elektrifikasi
(%)
Gambar 4.1 grafik rasio elektrifikasi
Berdasarkan nilai rasio elektrifikasi yang diperoleh, dapat dinyatakan
bahwa nilai rasio elektrifikasi mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai
2013.Nilai RE ini juga menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga di Pulau
Nias yang belum dialiri listrik.
4.2 Analisis SAIDI
SAIDI adalah jumlah lamanya gangguan pemadaman yang dialami oleh
konsumen dalam satu tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani.
Tabel 4.3 jumlah pelanggan dan jumlah lama gangguan
Tahun Jumlah
Pelanggan
2009 45599 782478,84
2010 46274 75426,62
2011 47297 46351,06
2012 48599 12149,75
2013 55584 13896
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Persamaan untuk mendapatkan nilai SAIDI adalah
∑
a. Nilai SAIDI pada tahun 2009
∑
,
,
b. Nilai SAIDI pada tahun 2010
∑
,
,
c. Nilai SAIDI pada tahun 2011
∑
,
,
d. Nilai SAIDI pada tahun 2012
∑
,
,
e. Nilai SAIDI pada tahun 2013
,
Tabel 4.4 Nilai SAIDI
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
SAIDI 17,16 1,63 0,98 0,25 0,25
Grafik 4.2 Grafik nilai SAIDI
Nilai SAIDI yang diperoleh dari tahun 2009 ke tahun 2013 mengalami
penurunan, ini menunjukkan bahwa jumlah lamanya gangguan pemadaman
semakin kecil.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
4.3 Analisis SAIFI
SAIFI adalah jumlah konsumen yang mengalami gangguan pemadaman
dalam satu tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani.
Tabel 4.5 jumlah pelanggan yang mengalami gangguan pemadaman
Tahun Jumlah Pelanggan
2009 45599 945267.3
2010 46274 4688019
2011 47297 1425059
2012 48599 1120207
2013 55584 1281211
Persamaan untuk mendapatkan nilai SAIFI adalah
∑
a. Nilai SAIFI pada tahun 2009
∑
.
,
b. Nilai SAIFI pada tahun 2010
∑
,
c. Nilai SAIFI pada tahun 2011
,
d. Nilai SAIFI pada tahun 2012
∑
,
e. Nilai SAIFI pada tahun 2013
∑
,
Tabel 4.6 Nilai SAIFI
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
SAIFI 20,73 101,31 30,13 23,05 23,05
Grafik 4.3 Grafik nilai SAIFI
0 20 40 60 80 100 120
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai SAIFI yang diperoleh dari tahun 2009 ke tahun 2013 cenderung
konstan, kecuali pada tahun 2010 nilai SAIFI mengalami kenaikan yang sangat
tinggi.
4.4. Analisis Kapasitas Terpasang
Tabel 4.7 Data Kapasitas Terpasang
Tahun 2010 2011 2012 2013
Kapasitas
Terpasang
(KW)
37.894 31.185 35.835 45.270
Grafik 4.5 Kapasitas Terpasang
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Data dalam Tabel 4.8 menunjukkan kapasitas yang terpasang, dapat
dikatakan bahwa kapasitas yang terpasang dari tahun 2011 sampai tahun
2013mengalami peningkatan. Sedangkan dari tahun 2010 ke tahun 2011
mengalami penurunan.
4.5. Analisis Susut Energi
Tabel 4.8 Nilai Susut Energi
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
Susut
Energi
(MWh)
7.247 14.150 13.347 10.527 31.935
Grafik 4.4 Nilai Susut Energi
Nilai susut energi dari tahun 2009 sampai 2013 cenderung mengalami
kenaikan.Nilai susut energi yang cenderung meningkat mengakibatkan jumlah
kerugian yang semakin besar juga.
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
BAB V KESIMPULAN
1. Nilai Rasio Elektrifikasi (RE) yang diperoleh cenderung mengalami
peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, namun nilai RE
tertinggi hanya 41,04 %. Hal ini berarti masih ada sekitar 58,96% rumah
tangga yang belum dialiri arus listrik. Jumlah pelanggan juga meningkat,
namun kapasitas yang terpasang tidak banyak mengalami peningkatan. Selain
itu susut energi dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan, yang
artinya banyak mengalami kerugian dalam penyaluran tenaga listrik.
2. Nilai SAIDI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan
hingga mencapai 0,25 pada tahun 2012 dan 2013. Nilai ini menunjukkan
semakin kecil jumlah gangguan pemadaman pada tahun tersebut.
3. Nilai SAIFI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 cenderung konstan,
namun pada tahun 2010 nilai SAIFI sangat tinggi yaitu mencapai 101,31.
Nilai ini menunjukkan frekuensi pemadaman setiap tahunnya hampir merata
SARAN
1. Mengingat pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dan masih
rendahnya rasio elektrifikasi di Nias, maka PT PLN Pulau Nias perlu
meningkatkan pasokan daya listrik dengan menambah pembangkit baru untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan akandaya listrik yang semakin meningkat.
2. Mengingat Pulau Nias yang Isolated dan demi Pembangunan Infrastruktur
kelistrikan yang baik di Nias dan kemajuan Pulau Nias sendiri, PT PLN
(Persero) Pulau Nias sebaiknya dijadikan anak perusahan dari induk PT PLN
(Persero) dan diberi otoritas sendiri untuk mengelola perusahaannya, seperti
PT Bright Batam.
3. Untuk mengetahui kelayakan dari pembentukan PT PLN Pulau Nias menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pandangan Umum Sistem Tenaga Listrik
Pada umumnya sistem tenaga listrik terdiri atas kumpulan komponen
peralatan listrik atau mesin listrik, seperti generator, transformator, beban, dan
berikut alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling dihubungkan dan
membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan, menyalurkan,
dan menggunakan energi. Secara umum sistem kelistrikan dapat dibagi menjadi 3
(tiga) bagian utama, yaitu : Pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi, dan yang
terakhir adalah sistem distribusi.
Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik. Dalam
suatu sistem tenaga listrik dapat terdiri atas beberapa subsistem yang saling
berhubungan, atau yang biasa disebut sebagai sistem interkoneksi (Gambar 2.2).
Arah mengalirnya energi listrik berawal dari Pusat Tenaga Listrik melalui
saluran-saluran transmisi dan distribusi dan sampai pada instalasi pemakai yang
merupakan unsur utilisasi.
Energi listrik dibangkitkan di pembangkit tenaga listrik (PTL) yang dapat
merupakan suatu pusat listrik tenaga uap (PLTU), pusat listrik tenaga air (PLTA),
pusat listrik tenaga gas (PLTG), pusat listrik tenaga diesel (PLTD), ataupun pusat
listrik tenaga nuklir (PLTN). PTL biasanya membangkitkan energi listrik pada
Gambar 2.1 Skema Umum Sistem Tenaga Listrik Pembangkit Tenaga Listrik
~
TM Pembangkit
Gambar 2. 2 Sebagian Dari Sistem Interkoneksi, Yaitu : Sebuah Pusat Listrik, Dua
Buah GI Beserta Subsistem Distribusinya
Pada sistem tenaga listrik yang besar, atau bilamana PTL terletak jauh dari
pemakai, maka energi listrik itu perlu diangkut melalui saluran transmisi, dan
tegangannya harus dinaikkan dari TM menjadi tegangan tinggi (TT). Pada jarak
yang sangat jauh malah diperlukan tegangan ekstra tinggi (TET). Menaikkan
tegangan itu dilakukan di gardu induk (GI) dengan menggunakan transformator
penaik (step-up transformer). Tegangan tinggi di Indonesia adalah 70 kV, 150 kV,
dan 275 kV. Sedangkan tegangan ekstra tinggi 500 kV.
Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu
industri atau suatu kota, tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan menengah
(TM). Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan menggunakan GI
Saluran Transmisi 150 kV Pusat Listrik
Rel
GI
Subsistem Distribusi
transformatorpenurun (step-down transformer). Di indonesia tegangan menengah
adalah 20 kV. Saluran 20 kV ini menelusuri jalan-jalan di seluruh kota, dan
merupakan sistem distribusi primer. Bilamana transmisi tenaga listrik dilakukan
dengan menggunakan saluran hantaran udara dengan menara-menara transmisi,
sistem distribusi primer di kota biasanya terdiri atas kabel-kabel tanah yang
tertanam di tepi jalan, sehingga tidak terlihat.
Di tepi-tepi jalan biasanya berdekatan dengan persimpangan, terdapat
gardu-gardu distribusi (GD), yang mengubah tegangan menengah menjadi
tegangan rendah (TR) melalui transformator distribusi (distribution tansformer).
Melalui tiang-tiang listrik yang terlihat di tepi jalan, energi listrik tegangan rendah
disalurkan kepada pemakai. Di indonesia tegangan rendah adalah 220/380 volt,
dan merupakan sistem distribusi sekunder.
Energi diterima pemakai dari tiang TR melalui konduktor atau kawat yang
dinamakan sambungan rumah (SR) dan berakhir pada alat pengukur listrik yang
sekaligus merupakan titik akhir pemilikan PLN.
Sistem penyaluran tenaga listrik saling terkait atau terinterkoneksi dalam
proses penyediaan tenaga listriknya. Interkoneksi adalah sebuah jaringan
penghubung antar beberapa pembangkit yang mensuplai pelanggan yang ada
dalam sistem.Jadi listrik yang dihasilkan oleh semua pembangkit dikumpulkan
Manfaat sistem interkoneksi adalah :
o Meningkatkan mutu dan keandalan pasokan tenaga listrik
o Daerah yang surplus energy dapat membantu daerah yang defisit energi listrik
o Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
o Meningkatkan efisiensi biaya dalam pengelolaan penyediaan tenaga lisrik.
2.1.1 Kualitas Tenaga Listrik
Kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat sebaiknya ditunjang
dengan usaha peningkatan kualitas terhadap para pelanggan.Kualitas yang
dimaksud adalah kualitas pelayanan teknis yang mampu memberikan aliran energi
listrik dengan daya yang mencukupi dan handal.Beberapa faktor yang
menentukan kualitas energi listrik yang dipakai adalah kestabilan tegangan,
frekuensi, kontinuitas pelayanan dan faktor daya.Namun dari beberapa faktor
diatas yang dirasakan jelas oleh pelanggan adalah kontinuitas pelayanan energi
listrik karena banyak keluhan dari para pelanggan mengenai sering terjadi aliran
listrik yang padam dan lama padam yang terlalu lama. Sehingga dalam penelitian
ini akan dibahas mengenai kontinuitas pelayanan energi listrik dari segi frekuensi
pemadaman dan lama pemadamannya.
Untuk dapat melayani pelanggan dengan baik, PT.PLN (PERSERO)
a) Tenaga listrik arus bolak-balik yang disalurkan baik satu fasa maupun tiga
fasamempunyai frekuensi 50 Hz, dengan penyimpangan ±0,5 Hz.
b) Pada jaringan tegangan rendah, tegangan nominalnya adalah :
c) Antara fasa dengan netral : 220 volt dan antara fasa dengan fasa : 380 volt
d) Pada jaringan tegangan menengah, tegangan nominalnya adalah 20 kV.
e) Variasi tegangan yang diperbolehkan adalah maksimum 5% nominal dan
minimum 10% nominal, baik tegangan rendah maupun tegangan
menengah.
2.1.2 Keandalan Tenaga Listrik
Keandalan merupakan tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau
bagian dari sistem, untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada periode
waktu dan dalam kondisi operasi tertentu. Untuk dapat menentukan tingkat
keandalan dari suatu sistem, harus diadakan pemeriksaaan dengan cara melalui
perhitungan maupun analisis terhadap tingkat keberhasilan kinerja atau operasi
dari sistem yang ditinjau, pada periode tertentu kemudian membandingkannya
dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.
Keandalan tenaga listrik adalah menjaga kontinuitas penyaluran tenaga
listrik kepada pelanggan terutama pelanggan daya besar yang membutuhkan
kontinuitas penyaluran tenaga listrik secara mutlak. Apabila tenaga listrik tersebut
putus atau tidak tersalurkan akan mengakibatkan proses produksi dari pelanggan
besar tersebut terganggu. Struktur jaringan tegangan menengah memegang peranan
penting dalam menentukan keandalan penyaluran tenaga listrik karena jaringan
mengalokasikan tempat gangguan dan beban dapat dipindahkan melalui jaringan
lainnya.Kontinuitas pelayanan yang merupakan salah satu unsur dari kualitas
pelayanan tergantung kepada macam sarana penyalur dan peralatan pengaman.
Jaringan distribusi sebagai sarana penyalur tenaga listrik mempunyai tingkat
kontinuitas tergantung kepada susunan saluran dan cara pengaturan operasinya.
Tingkat kontinuitas pelayanan dari sarana penyalur disusun berdasarkan
lamanya upaya menghidupkan kembali suplai setelah mengalami gangguan.
Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain:
a) Tingkat 1 : dimungkinkan berjam-jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk
mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.
b) Tingkat 2 : padam beberapa jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengirim petugas ke lokasi gangguan, melokalisasi dan melakukan
manipulasi untuk menghidupkan sementara kembali dari arah atau saluran
yang lain.
c) Tingkat 3 : padam beberapa menit; manipulasi oleh petugas yang jaga di
gardu atau dilakukan deteksi atau pengukuran dan pelaksanaan manipulasi
jarak jauh.
d) Tingkat 4 : padam beberapa detik; pengamanan atau manipulasi secara
otomatis.
e) Tingkat 5 : tanpa padam; dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan
Umumnya jaringan distribusi luar kota (pedesaan) terdiri dari jenis saluran
udara dengan sistem jaringan radial mempunyai kontinuitas tingkat 1, sedangkan
untuk pelayanan dalam kota susunan jaringan yang dipakai adalah jenis kabel
tanah dengan sistem jaringan spindel yang mempunyai kontinuitas tingkat 2.
2.1.3. Gangguan pada Sistem Distribusi
Gangguan pada sistem distribusi dapat diakibatkan oleh faktor alam,
kelalaian manusia, atau usia peralatan yang terlalu lama sehingga sudah tidak
mampu melakukan proses penyaluran dan pengamanan. Sumber gangguan pada
sistem distribusi saluran udara sebagian besar disebabkan oleh pengaruh luar.
Menurut intensitasnya, sumber gangguan dapat dibagi sebagai berikut: angin dan
pohon, petir, hujan dan cuaca, kegagalan atau kerusakan peralatan, manusia,
binatang, benda-benda asing, dan sebagainya. Terjadinya gangguan dapat
menyebabkan terputusnya aliran tenaga listrik sehingga berakibat padam terhadap
pelanggan.Aliran tenaga listrik yang padam dapat menimbulkan kerugian pada
pelanggan, terutama pelanggan daya besar. Macam gangguan pada sistem
distribusi dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Gangguan yang bersifat temporer; gangguan dapat hilang
dengansendirinya atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu
dari sumber tegangan.
2) Gangguan yang bersifat permanen; gangguan yang memerlukan tindakan
perbaikan untuk menghilangkan penyebab gangguan tersebut.Untuk
mengurangi gangguan, PLN dapat melakukan pemeliharaan jaringan
distribusi.Pemeliharaan jaringan distribusi dilihat dari sifat dan jenis
maintenance),pemeliharaan korektif (correctivemaintenance) dan
pemeliharaan darurat (emergency maintenance).
2.2 Keadaan Geografis Pulau Nias
Nias adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera,
Indonesia. Pulau dengan luas wilayah 5625 km2 ini, berpenduduk 700.000 jiwa, mempunyai jarak ± 85 mil laut dari sibolga (daerah propinsi sumatera utara) serta
dikelilingi oleh samudera Hindia. Menurut letak Geografis, kabupaten Nias
terletak pada garis 0012’ – 1032’ Lintang Utara (LU), dan 970 – 980 Bujur Timur (BT) dekat garis Khatulistiwa dengan batas – batas wilayah :
• Sebelah Utara berbatsan dengan Pulau Banyak Provinsi Nangroe
Aceh Darusalam (NAD)
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Mursala kabupaten
Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera Utara.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Keadaan iklim Pulau Nias dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara
dalam satu tahun rata- rata 25,90C perbulan dengan rata – rata minimum 21,20C dan rata – rata maksimum 30,30C. Kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun adalah sebesar 5,6 knot per jam dan bisa mencapai rata – rata
kecepatan maksimum sebesar 19,8 knot/jam dengan arah angin terbanyak
berasal dari arah utara. Kondisi seperti ini disamping curah hujan yang
Pulau Nias saat ini telah dimekarkan menjadi 4 kabupaten dan satu kota,
yaitu kaupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten
Nias Utara, dan Kota Gunug Sitoli.
Gambar 2.3. Peta Pulau Nias
Daerah Kabupaten Nias, merupakan daerah Kepulauan yang memiliki
pulau – pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau – pulau kecil yang dihuni
oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16
buah.
Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah yang mengalami krisis
energi listrik. Apabila salah satu unit pembangkit mengalami gangguan atau
dilakukan pemeliharaan, maka akan terjadi pemadaman bergilir di sistem
kelistrikan Nias tersebut. Selain itu selama beberapa waktu terakhir PLN tidak
2.3. Kondisi Ketenagalistrikan Pulau Nias
2.3.1 Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) Cabang Nias
Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik dimulai ada di
wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30
tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di tanah
pertapakan kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di jalan listrik no 12
Medan, dibangun oleh NV NIGEM / OGEM perusahaan swasta Belanda.
Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung pura dan pangkaalan
brandan (1924), tebing tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM) Berastagi dan
Tarutung (1929), Tanjung Balai pada tahun 1931 (milik Gemeente-Kotapraja),
Labuhan bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).
Pada masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan
perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa ada penambahan mesin dan
perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi perusahaan listrik dibagi
menjadi perusahaan listrik Sumatera Utara, Perusahaan listrik Jawa dan
seterusnya sesuai struktrur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.
Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 agustus 1945 dikumandangkanlah
kesatuan aksi karyawan perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan
tentara Jepang. Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada
RI dalam hal ini departemen pekerjaan umum. Untuk mengenang peristiwa ambil
alih itu, maka dengan penetapan pemerintah no. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27
oktober sebagai hari listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa
dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda,
ketentuan nasionalisasi perusahaan listrik milik swasta Belanda sebagai bagian
dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945.
Setelah aksi ambil alih itu, sejak 1955 di Medan berdiri perusahaan listrik
negara distribusi cabang Sumatera Utara ( Sumatra Timur dan Tapanuli) yang
mula-mula dikepalai R. Sukarno (merangkap kepala di Aceh), tahun 1959
dikepalai oleh Ahmad Syaifulla. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK menteri
PUT no. 16/1/20 tanggal 20 mei 1961, maka organisasi kelistrikan dirubah.
Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I.
Pada tahun 1965, BTU PLN dibubarkan dengan peraturan menteri No. PU
No 9/PRT/64 dan dengan peraturan mentri no. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian
daerah kerja menjadi 15 kesatuaan daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap
menjadi daerah Eksploitasi I.
Dari Eksploitasi I menjadi Eksploitasi II sebagai tindak lanjut dari
pembentukan PLN Eksploitasi Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan
Presiden Direksi PLN no. KPTS 009/ Dir PLN/ 66 tanggal 14 april 1966, PLN
Eksploitasi I dibagi menjadi 4 dan satu sektor Medan, Binjai, Sibolga dan Siantar.
PLN sibolga ini membawahi PLN Nias.
Pada tahun 1985 beroperasi 2 buah PLTD di gunung Sitoli untuk
memenuhi kebutuhan listrik di pulau Nias dengan kapasitas terpasang
masing-masing 560 kW dan daya mampu masing-masing-masing-masing 350 kW.
PLN Nias berada di bawah naungan PLN cabang Sibolga, yaitu PLN
Ranting Nias, Kemudian pada akhir tahun 2008 PLN Nias pisah dari PLN cabang
Gunung Sitoli dan ranting Teluk Dalam. Alasan mengapa dibentuknya PLN
cabang Nias adalah :
• Lokasi pulai Nias yang Isolated, terpisah dari Pulau Sumatera
• Rentang Kendali PLN cabang Sibolga yang sangat jauh ke Pulau
Nias (± 120 km).
• Tuntutan pelayanan yang semakin tinggi
• Tingginya pertumbuhan konsumsi listrik pasca bencana tsunami
dan gempa.
• Memudahkan koordinaasi dengan otoritas daerah setempat.
2.3.2 Profil PLN Cabang Nias
PLN cabang Nias efektif statusnya menjadi cabang Desember 2008 yang
memiliki dua unit ranting yaitu ranting Gunung Sitoli dan Ranting Teluk Dalam,
sebelum Tahun 2008 kedua ranting ini berada di bawah naungan PLN cabang
Sibolga. Mengingat daerah Pulau Nias yang secara Geografis sangat jauh dari
Kota Sibolga yang selama ini menjadi ranting dari cabgn PLN Sibolga. Desember
2008, dalam rangka meningkatkan pelayanan, direksi PLN menaikan status
kelistrikan di Kepulauan Nias dari ranting menjadi cabang, dengan wilayah
kerjanya meliputi ranting Gunug Sitoli, ranting Teluk Dalam, PLTD Gunung
Sitoli, dan PLTD teluk dalam.
Meningkatnya kapasitas ternyata diikuti dengan peningkatan kebutuhan
masyarakat yang terus bertambah. Saat ini jumlah pelanggan sudah mencapai
55.584 meningkat dari 47.000 lebih dua tahun sebelumnya. Pada akhir 2015,
kebutuhan listrik sudah mencapai sekitar 28,4 MW. Meski sudah melakukan
elektrifikasisekitar 40 persen. Artinya 60 persen lagi kebutuhan belum terpenuhi.
Angka ini masih jauh di bawah rata – rata elektrifikasi propinsi sumatera utara
yang kini sudah mencapai hampir 80%.
Berbagai faktor penyebabnya adalah keterbatasan investasi untuk listrik,
sulitnya akses ke desa – desa sehingga tidak semua memiliki jalan yang bisa
dilalui oleh kendaraan mobilisasi peralatan, listrik desa yang sangat terbatas.
Sejauh ini untuk melayani pelanggan baru di daerah seperti ini didanai melalui
anggaran APBN yang terbatas.
Penyaluran daya listrik di pulau nias kepada beban dilakukan melalui
interkoneksi pada jaringan distribusi 20 kV.Saat ini daya mampu PLN Pulau Nias
kurang lebih 29,6 MW. Beban puncak PLN sendiri 28,45 MW. Ini berarti masih
terdapat daya cadangan PLN Pulau Nias sebesar 1, 15 MW. Hal ini menunjukkan
PLN Pulau Nias dalam keadaan kritis untuk mengatasi kebutuhan daya listrik dari
masyarakat, sehingga PLN Pulau Nias perlu melakukan penambahan Kapasitas
dayanya mengingat semakin meningkatnya pertambahan penduduk dan
bertambahnya permintaan jumlah pelanggan baru.
2.3.3 Struktur Organisasi PLN Cabang Nias
Struktur Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama dari sejumlah orang
dalam suatu wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya struktur
organisasi yang jelas maka, dapat diketahui posisi tugas dan wewenang setiap
tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pegawai sehingga tidak terjadi
tumpang tindih antar fungsi dari masing –masing bagian. Struktur organisasi yang
dianut oleh PLN Nias adalah struktur organisasi garis. Adapun tugas masing –
masing adalah sebagai berikut :
• Manajer cabang
Manajer Cabang bertanggung jawab mengelola dan melaksanakan
kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pegoperasian, dan
pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik seluruh Nias, secara efisien
dan efektif. Manajer caang membawahi 6 pimpinan yaitu :
o Bagian teknik
o Bagian pengukuran dan proteksi
o Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan o Bagian ADM dan keuangan
o Bagian yang membawahi PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Listrik)
• Bagian Teknik
Bagian ini bertugas untuk mengkordinasi perencnaan,
pengoperasian dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga
listrik yang efektif dan efisien dengan mutu yang baik.
• Bagian Pembangkitan
Bagian ini menjaga, memeriksa jaringan agar distribusi listrik tetap
terjaga, mengukur rangkaian jaringan, sambungan untuk
pelanggan, selain menjaga jaringan tegangan tinggi, tegangan
menengah dan menjaga untuk pembatasan.
• Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan
Bagian ini bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
penyusunan perkiraan kebutuhan tenaga listrik, penjualan tenaga
listrik, penyuluhan dan survei data pelanggan tenaga listrik di
wilayah kerjanya
• Bagian ADM dan Keuangan
Bagian keuangan bertanggung jawab untuk mengkoordinirkan pengelolaan
manajemen dan membuat laporan keuangan dan akutansi yang akurat dan tepat
waktu.
2.3.4. Data Pengusahaan PLN Cabang Nias
Saat ini, kebutuhan daya listrik di Pulau Nias disuplai dari PLTD dengan
total daya terpasang 42,54 MW, dengan daya mampu pembangkit sekitar 30,83
MW. PLTD Nias mensuplai pusat beban di daerah Nias dan sekitarnya melalui
jaringan distribusi 20 kV. Untuk lebih jelasnya pada tabel 3.1 data perusahaan
Nias dapat kita lihat pengelolaan sistem kelistrikan di Nias, yang terdiri atas
Pembangkit (PLTD) sebagai berikut:
Jumlah unit PLN : 2 Ranting (Gunung Sitoli dan Teluk Dalam)
• Jumlah Pelanggan PLN (thn 2015) : 80.519Pelanggan
• Panjang JTM (Jaringan Tegangan Menengah) : 1.170 Kms • Panjang JTR (Jaringan Tegangan Rendah) : 1.283 Kms
• Jumlah Trafo Distribusi : 1.014Buah
• Kapasitas : 48 MVA
• Daya Tersambung : 71 MVA
2.4 Parameter kinerja sistem tenaga listrik
Beberapa parameter yang umum digunakan untuk menilai kinerja suatu
sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut:
2.4.1. Rasio Elektrifikasi (RE)
Rasio Elektrifikasi (electrification rate) adalah ukuran tingkat ketersediaan
listrik di suatu daerah.Rasioelektrifikasi juga menandakan tingkat perbandingan
jumlah penduduk yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di suatu
wilayah atau negara. Dewasa ini, rasio elektrifikasi menjadi salah satu
kebutuhan dasar bagi masyarakat, mengingat bahwa cepatnya perkembangan
teknologi dan juga akan terus naiknya kebutuhan ketenagalistrikan di Indonesia.
Hal ini terbukti dari proyeksi yang dilakukan oleh Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral terhadap tambahnya kebutuhan daya listrik dari
masyarakat yaitu sebanyak 7.816 MW dalam kurun waktu dua puluh tahun,
terhitung dari tahun 2011 sampai 2029. Saat ini, rasio elektrifikasi di Indonesia
sudah mencapai 85,1%, dan rasio elektrifikasi di Sumut mencapai sebesar
masih ada sekitar 60% rumah tangga yang belum menikmati aliran daya
listrik.Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi maka PLN dapat membangun
sejumlah infrastruktur pembangkit tenaga listrik yang baru, sambungan dan
pelayanan listrik.Rasio elektrifikasi dapat dijadikan indikator pencapaian kinerja
suatu penyedia tenaga listrik, semakin besar Rasio elektrifikasi yang dibukukan
maka semakin baik kinerja PLN tersebut.
%
2.4.2. SAIDI (System Average Interruption Duration Index)
Dalam suatu sistem pendistribusian, energi yang disalurkan dari pembangkit
tidak akan dapat disampaikan secara penuh 100% pada pelanggan. Salah satu
tolak ukur keandalan jaringan adalah angka SAIDI.Semakin tinggi nilai SAIDI
dalam kurun waktu tertentu maka dapat dinyatakan bahwa gangguan semakin
banyak dan jaringan dalam kondisi kurang bagus (belum optimal) begitu juga
sebaliknya.
SAIDI adalah jumlah lamanya gangguan pemadaman yang dialami oleh
konsumen dalam satu tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani atau
dirumuskan:
SAIDI = ∑
dimana :
SAIDI = durasi / lama gangguan (jam/tahun)
N = jumlah konsumen yang dilayani
Dari rumus diatas SAIDI juga dapat didefenisikan sebagai indeks
keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian lama padam dan pelanggan
padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani.Dengan indeks ini,
gambaran mengenai lama pemadaman rata-rata yang diakibatkan oleh gangguan
pada bagian-bagian dari sistem dapat dievaluasi.
SAIDI umumnya digunakan sebagai indikator keandalan oleh utilitas
listrik.Misalnya untuk menganalisa ataupun mengevaluasi sistem distribusi yang
berdasarkan pada suatu kegagalan yang terjadi pada peralatan listrik sehingga
memengaruhi sistem operasi yang ada.Untuk meminimalisir angka SAIDI ini,
pihak PLN dapat mengadakan upaya inspeksi jaringan guna memperkecil peluang
terjadinya gangguan. Hal lain yang bisa dilakukan ialah pembenahan peralatan
distribusi.
2.4.3 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)
SAIFI adalah jumlah konsumen yang mengalami gangguan pemadaman
dalam satu tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang dilayani atau dirumuskan:
SAIFI = ∑
Dimana:
SAIFI = frekuensi pemadaman (kali/tahun)
ki = jumlah per unit konsumen yang mengalami kegagalan
λi = laju gangguan komponen
Dari rumus diatas SAIFI juga dapat didefenisikan sebagai indeks
keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian frekuensi padam dan pelanggan
padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani.
Besarnya nilai SAIFI dapat digambarkan sebagai besarnya nilai rating
kegagalan atau besarnya laju gangguan komponen sistem distribusi secara
keseluruhan ditinjau dari sisi pelanggan.
Dengan indeks ini gambaran mengenai frekuensi kegagalan rata-rata yang
terjadi pada bagian-bagian dari sistem bisa dievaluasi sehingga dapat
dikelompokkan sesuai dengan tingkat keandalannya.Satuannya adalah
pemadaman per pelanggan.Pihak PLN dapat meminimalisir angka SAIFI, dengan
mengadakan upaya inspeksi jaringan guna memperkecil peluang terjadinya
gangguan.Selain itu juga dapat dilakukan dengan pembenahan peralatan
distribusi.
Dalam suatu sistem pendistribusian, energi yang disalurkan dari
pembangkit tidak akan dapat disampaikan secara penuh 100% pada pelanggan.
Salah satu tolak ukur keandalan jaringan adalah angka SAIFI.Semakin rendah
nilai SAIFI dalam kurun waktu tertentu maka dapat dinyatakan bahwa gangguan
semakin kecil dan jaringan dalam kondisi kurang baaik (optimal) begitu juga
2.4.4Kapasitas Terpasang.
Kapasitas Terpasang adalah besar kapasitas listrik yang diproduksi dalam satu
periode operasi. Kapasitas Terpasang Adalah Daya terpasang unit sesuai dengan
yang tertera pada Plat Nama yangterkecil pada Turbin (pada beban dasar) atau
Generator. Apabila pada Plat Nama tercantum daya yang bervariasi , diambil
dayanominal.
Kapasitas terpasang harus lebih besar dibandingkan kebutuhan beban yang
ada, namun apabila kepasitas terpasang tersebut berlebihan, maka akan dapat
menimbulkan beban biaya yang tinggi.Kapasitas terpasang menunjukkan daya
maksimum yang mampu dihasilkan pembangkit listrik.Data kapasitas terpasang
juga dapat menunjukkan antisipasi jangka panjang pemerintah terhadap
peningkatan kebutuhan listrik.
2.4.5 Susut Energi
Susut energi adalah rugi rugi yang terjadi akibat tenaga listrik yang dijual
tidak sama dengan tenaga listrik yang diproduksi oleh penyedia listrik.
Σ kWh hilang transmisi Σ kWh hilang distribusiΣ kWh produksi netto %
Dimana :
• kWh hilang di jaringan transmisi (susut transmisi), adalah kWh produksi
netto, dikurangi kWh pemakaian sendiri gardu induk, dikurangi kWh yang
dikirimkan ke satuan unit PLN lain dan luar PLN, dikurangi kWh yang
• kWh hilang di jaringan distribusi (susut distribusi), adalah kWh yang
dikirimkan ke distribusi, dikurangi kWh pemakaian sendiri gardu
distribusi, dikurangi kWh terjual.
• kWh produksi netto, adalah jumlah kWh produksi sendiri dari pembangkit
yang ada pada satuan PLN yang bersangkutan, ditambah kWh yang
diterima dari satuan PLN lain, ditambah kWh pembelian dari luar PLN
dan sewa genset (jika ada), dikurangi pemakaian sendiri sentral.
Pada umumnya rugi-rugi teknis pada tingkat pembagkit dan saluran
transmisi pemantauannya tidak menjadi masalah karena adanya fasilitas
pengukuran yang dapat dipantau dengan baik. Hal yang sama juga terdapat pada
gardu induk (GI), sehingga rugi-rugi teknis dari GI tidak menjadi masalah besar
karena disinipun pengukuran dan pemantauan berjalan baik.
Lain halnya pada sisi distribusi, rugi-rugi teknis lebih kompleks dan sulit
diketahui besarannya. Pada GI setiap penyulang yang keluar dari GI ini dilengkapi
dengan alat pengukur, begitu pula pada sisi primer trafo tenaganya. Selepas ini
tidak terdapat lagi alat pengukuran kecuali pada meteran pelanggan. Oleh karena
itu, sangatlah sulit menentukan rugi energi secara tepat pada sistem distribusi.
Dengan menetukan rugi/susut energi pada saluran distribusi, cara yang
dilakukan oleh bebrapa perusahaan listrik adalah membandingkan energi yang
disalurkan oleh gardu induk dan energi yang terjual dalam selang waktu tertentu,
Susut energi dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor teknis dan non
teknis. Faktor non teknis berasal dari kesalahan pelanggan, yang melakukan
pencurian daya listrik atau dari kesalahan pemasangan oleh pihak penyedia daya
listrik. Sedangkan faktor teknis berasal dari peralatan listrik yakni, adanya
sambungan yang longgar, gangguan pada jaringan tegangan menengah atau jarak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Infrastruktur yang andal itulah rahasia kebangkitan ekonomi
sebuah daerah.Salah satu yang menjadi infrastruktur kuncinya ialah
tersedianya pasokan jaringan listrik yang stabil, kontiniu dan merata.
Dengan tersedianya jaringan listrik yang baik akan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan semua pihak dan memajukan
daerah tersebut.
Oleh karena itu, pada suatu sistem tenaga listrik tingkat kinerja
adalah hal yang sangat penting dalam menentukan efektivitas pelayanan
sistem tenaga listrik.Kinerja ini dapat dilihat dari sejauh mana suplai
tenaga listrik bisa mensuplai secara kontinu dalam satu tahun ke
konsumen.
Permasalahan yang paling mendasar pada penyaluran daya listrik
adalah terletak pada mutu, kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya
listrik pada pelanggan.Gangguan yang terjadi pada unit-unit pembangkitan
akan menyebabkan terganggunya penyediaan tenaga listrik dengan segala
akibatnya bagi perusahaan listrik maupun konsumen.
Poin penting dalam kinerja sistem tenaga listrik adalah
ketersediaan tenaga listrik dari sistem ke konsumen.Kinerja merupakan
Untuk tingkat kinerja pelayanan tergantung dari berapa lama terjadi
pemadaman selama selang waktu tertentu (satu tahun) atau dikenal dengan
SAIDI dan berapa sering (frekuensi) terjadinya pemadaman selama
setahun atau dikenal dengan SAIFI.
Perubahan status PLN Cabang Nias dari Ranting yang berada
dibawah Sibolga menjadi Cabang tersendiri akan berpengaruh terhadap
parameter kinerja system tenaga listrik. Perubahan
parameter-parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap pelayanan kepada
konsumen.
Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai analisis kinerja system
tenaga listrik pada PLN Cabang Nias pasca perubahan status. Penelitian
ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja sistem tenaga listrik PLN
di Pulau Nias pada saat dibawah PLN Cabang Sibolga dan setelah PLN
Cabang Nias berdiri sendiri.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan pelayanan sesudah perubahan status pada PLN
Cabang Nias?
2. Bagaimana perubahan parameter kinerja system tenaga listrik di pulau
Nias sesudah perubahan status pada PLN Cabang Nias?
3. Bagaimana spesifikasi teknis sistem ketenagalistrikan di Pulau Nias
1.3. Batasan Masalah
Untuk membatasi materi yang akan dibicarakan pada Tugas Akhir ini,
maka penulis perlu membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas. Hal ini
diperbuat supaya isi dan pembahasan dari tugas akhir ini menjadi lebih terarah
dan dapat mencapai hasil yang diharapkan.Maka penulis membatasi penulisan
tugas akhir ini dengan hal-hal sebagai berikut.
1. Membahas tentang keandalan dan kualitas tenaga listrik.
2. Data yang digunakan adalah data yang ada pada PLN Pulau Nias
sesudah perubahan status.
3. Tidak membahas tentang perubahan ekonomis sebelum dan setelah
perubahan status.
4. Tidak membahas tentang regulasi tegangan pasca perubahan status.
1.4. Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui perubahan
kinerja sistem tenaga listrik, yakni, rasio elektrifikasi, SAIDI, SAIFI, kapasitas
terpasang, susut energi di Pulau Nias setelah PLN Cabang Nias mengalami
perubahan status.
1.5. Manfaat
Manfaat penulisan tugas akhir ini dapat mengevaluasi kinerja system
tenaga listrik sesudah perubahan status PLN Cabang Nias sehingga dapat
ABSTRAK
Peningkatan ketersediaan daya listrik menjadi suatu keharusan
dikarenakan peningkatan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat suatu
daerah.PLN sebagai penyedia energi listrik di Indonesia harus melakukan
penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Penyesuaian tersebut dapat
dilakukan dengan perbaikan secara teknis maupun ekonomis. Sehingga PLN
Cabang Nias sebagai penyedia energi listrik untuk daerah baru seperti Nias perlu
melakukan restrukturisasi untuk peningkatan pelayanan terhadap konsumen.
Restrukturisasi yang dilakukan PLN adalah dengan menjadikan PLN Pulau Nias
sebagai Cabang tersendiri terpisah dari PLN Cabang Sibolga.
Pada tugas akhir ini, akan dibahas mengenai analisis kinerja sistem tenaga
listrik pulau Nias pasca perubahan status. Paramater yang akan digunakan untuk
melihat kinerja system tenaga listrik tersebut adalah Rasio Elektrifikasi (RE),
SAIDI (System Average Interruption Duration Index), SAIFI (System Average
Interruption Frequency Index)dan kapasitas terpasang, susut energi. Dari
penelitian ini diharapkan dapat diketahui kinerja sistem tenaga listrik sesudah
perubahan status PLN Cabang Nias. Selanjutnya, Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi PLN Cabang Nias untuk peningkatan
TUGAS AKHIR
EVALUASI KINERJA PT PLN (PERSERO) PULAU NIAS
PASCA PERUBAHAN STATUS
DiajukanUntukMemenuhiSalah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan PendidikanSarjana (S-1) PadaDepartemenTeknikElektro
Sub KonsentrasiTeknikTenaga Listrik
Oleh:
BINTANG HARAPAN SITANGGANG NIM :080402037
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Peningkatan ketersediaan daya listrik menjadi suatu keharusan
dikarenakan peningkatan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat suatu
daerah.PLN sebagai penyedia energi listrik di Indonesia harus melakukan
penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Penyesuaian tersebut dapat
dilakukan dengan perbaikan secara teknis maupun ekonomis. Sehingga PLN
Cabang Nias sebagai penyedia energi listrik untuk daerah baru seperti Nias perlu
melakukan restrukturisasi untuk peningkatan pelayanan terhadap konsumen.
Restrukturisasi yang dilakukan PLN adalah dengan menjadikan PLN Pulau Nias
sebagai Cabang tersendiri terpisah dari PLN Cabang Sibolga.
Pada tugas akhir ini, akan dibahas mengenai analisis kinerja sistem tenaga
listrik pulau Nias pasca perubahan status. Paramater yang akan digunakan untuk
melihat kinerja system tenaga listrik tersebut adalah Rasio Elektrifikasi (RE),
SAIDI (System Average Interruption Duration Index), SAIFI (System Average
Interruption Frequency Index)dan kapasitas terpasang, susut energi. Dari
penelitian ini diharapkan dapat diketahui kinerja sistem tenaga listrik sesudah
perubahan status PLN Cabang Nias. Selanjutnya, Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi PLN Cabang Nias untuk peningkatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha
Esa dan Junjungan Al-Masih atas segala berkat dan karuniaNya yang telah
diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul:
“EVALUASI KINERJA PT PLN (PERSERO) PULUA NIAS PASCA
PERUBAHAN STATUS”
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaiikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen
Teknik Elekro Fakultas Teknik Sumatera Utara.
Tugas akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang
telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang yang tak ternilai, yakni
Gustafinus Sitanggang (Alm) dan Normawaty Siringo-ringo (Almh),abang, kakak
dan adik penulis.
Selama masa kuliah sampai penyelesaian tugas akhir ini, penulis
juga banyak mendapat dukungan, bimbingan maupun bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir Surya Tarmizi Kasim, M.Si. selakuDosen Pembimbing tugas
akhir penulis dan Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah
banyak meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu
2. Bapak Rahmad Fauzi, M.T. selaku Dosen Wali Penulis dan Sekretaris
Depatermen Teknik Elektro FT USU selama menyelesaikan pendidikan di
Universtias Sumatera Utara yang juga banyak memberi masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro
FT-USU.
3. Bapak Ir. Raja Harahap, M.T. selaku Dosen Penguji penulis yang telah
banyak memberi masukan kepada penulis.
4. Bapak Ir. Syamsuel Amien, M.S. selaku Dosen Penguji penulis yang
banyak memberi masukan kepada penulis.
5. Seluruh dosen (staff pengajar) di Departemen Teknik Elektro FT USU
yang telah banyak mendidik dan memberi ilmu kepada penulis.
6. Seluruh staff pegawai Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah
banyak membantu kelancaran administrasi penulis.
7. Pimpinan serta staff PT PLN Wilayah Sumatera Utara
8. Keluarga kandung penulis, Kakak Rupina Sitanggang, Abang Bihara,
Abang Sahala, Abang Guido, Kakak Marice, Kakak Bulan dan Adik
Godelifo dan
9. Ipar penulis yakni, Ipar Michael, Ipar Sitompul, Ipar Manurung, Ipar
Situmeang. Terimakasi banyak penulis ucapkan buat bantuan moril dan
materilnya.
10.Keluarga besar penulis dari pihak ayah dan ibu, yakni Opung, Bapa Tua,
Bapa Uda, Namboru, Tulang, Inang Uda, tante dan sepupu yang tidak
11.Rekan-rekan sejawat Teknik Elektro FT USU stambuk 2008, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih buat bantuan dan
dukungannya.
12.Abang stambuk dan adik stambuk penulis yang banyak memberi kesan,
pesan, ilmu, nasihat, dukungan serta bantuan kepada penulis.
13.Teman teman dekat penulis, baik teman di kampus USU dan kampus
lainnya, teman sekolah, teman di lingkungan gereja, teman organisasi dan
teman-temankos penulis dan teman lainnya.
14.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi penyempurnaan isi dan analisis yang disajikan.Akhir kata semoga tulisan ini
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 2
1.3Batasan Masalah ... 3
1.4Tujuan ... 3
1.5Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1Pandangan Umum Sistem Tenaga Listrik ... 4
2.1.1Kualitas Sistem Tenaga Listrik ... 8
2.1.2Keandalan Sistem Tenaga Listrik ... 9
2.1.3 Gangguan Sistem Distribusi ... 11
2.2 Keadaan Geografis Pulau Nias ... 12
2.3. Kondisi Ketenagalistrikan Pulau Nias ... 14
2.3.1 Sejarah Singkat PT PLN(PERSERO) Cabang Nias ... 14
2.3.4. Data Pengusahaan PLN Cabang Nias ... 20
2.4. Parameter kinerja sistem tenaga listrik ... 21
2.4.1 Rasio Elektrifikasi ... 21
4.1. Analisis Rasio Elektrifikasi ... 32
4.2. Analisis SAIDI ... 34
4.3. Analisis SAIFI ... 37
4.4. Analisis Kapasitas Terpasang ... 39
4.5. Analisis Susut Energi ... 40
BAB V KESIMPULAN ... 41
SARAN ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Umum Sistem Tenaga Listrik ... 5
Gambar 2.2 Sebagian Sistem Interkoneksi ... 6
Gambar 2.3 Peta Pulau Nias ... 13
Gambar 2.4 Sistem Ketenagalistrikan Pulau Nias ... 17
Gambar 4.1 Grafik Rasio Elektrifikasi ... 34
Gambar 4.2 Grafik Nilai SAIDI ... 36
Gambar 4.3 Grafik Nilai SAIFI ... 38
Gambar 4.4 Grafik Kapasitas Terpasang ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Data Pengusahaan PLN Nias ... 20
Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pelanggan dan Rumah Tangga ... 29
Tabel 3.2 Tabel Jumlah lama gangguan ... 29
Tabel 3.3 Tabel Jumlah gangguan pemadaman ... 29
Tabel3.4 Tabel Data Susut Energi ... 30
Tabel 3.5 Tabel Data Kapasitas Terpasang ... 30
Tabel 4.1 Tabel Data Jumlah Pelanggan dan Rumah Tangga ... 32
Tabel 4.2 Tabel Nilai Rasio Elektrifikasi ... 33
Tabel4.3 Tabel Jumlah Pelanggan dan dan Lama gangguan ... 34
Tabel4.4 Tabel Nilai SAIDI ... 36
Tabel 4.5 Tabel Jumlah pelanggan yang mengalami gangguan ... 37
Tabel 4.6 Tabel Nilai SAIFI ... 38
Tabel 4.7 Tabel Nilai Susut Energi ... 39