• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MESIN PRODUKSI YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN KEBISINGAN SERTA GANGGUAN YANG DIRASAKAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI MIE INSTANT PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI MESIN PRODUKSI YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN KEBISINGAN SERTA GANGGUAN YANG DIRASAKAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI MIE INSTANT PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK SRAGEN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI MESIN PRODUKSI YANG BERPOTENSI

MENYEBABKAN KEBISINGAN SERTA GANGGUAN

YANG DIRASAKAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI

MIE INSTANT PT. TIGA PILAR SEJAHTERA

FOOD TBK SRAGEN

Oleh : Novi Prih Astiyani

NIM. R0008124

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)

commit to user ABSTRAK

IDENTIFIKASI MESIN PRODUKSI YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN KEBISINGAN SERTA GANGGUAN YANG DIRASAKAN DI UNIT MIE INSTANT PT. TIGA PILAR SEJAHTERA

FOOD TBK SRAGEN

Novi Prih Astiyani1, Hardjanto2, dan Seviana Rinawati3

Tujuan: Alat kerja dan mesin produksi berpotensi menyebabkan terjadinya kebisingan sehingga diperlukan pancegahan agar tidak menyebabkan gangguan serta penyakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asal potensi kebisingan serta efeknya terhadap gangguan yang dirasakan karyawan.

Metode: Kerangka pemikiran penelitian ini adalah tempat kerja dimana didalamnya terdapat karyawan, alat kerja dan mesin produksi yang berpotensi menyebabkan terjadinya kebisingan. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karyawan, diperlukan pengukuran intensitas kebisingan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan membandingkan dengan KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Hasil: Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang identifikasi terhadap alat kerja dan mesin produksi. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa kebisingan tertinggi yang melebihi NAB terjadi di ruang seasoning, yaitu 89,4 dBA.

Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian, kebisingan yang terjadi di unit produksi mie instant tidak terlalu tinggi. Gangguan yang dirasakan karyawan yang paling utama adalah gangguan komunikasi. Saran yang diberikan adalah sebaiknya pada ruang seasoning disediakan alat pelindung telinga.

Kata Kunci : Mesin Produksi, Kebisingan, Gangguan Kesehatan

123.

(4)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Magang tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk”.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan progam Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini tak lepas dari dukungan dan keterlibatan peran dari berbagai pihak. Dengan ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis 2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM., selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Bapak Hardjanto, dr, Ms, Sp.OK sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

5. Mbak Seviana Rinawati, SKM sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

6. Ibu Yani dan Mbak Astuti Jatiningrum selaku pembimbing di PT. Tiga Pilar

Sejahtera Food Tbk.

7. Keluargaku tercinta, Ibu, Babe, kakakku Desi Ana dan kedua adikku Suci Artika dan Tunjung Syaifullah, terima kasih atas segala dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis

8. Temen-temen di LP. Sagita Abadi yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, serta bagi semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Surakarta, Juni 2011 Penulis,

(5)

commit to user

BAB III. METODE PENELITIAN... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 32

(6)

commit to user

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(7)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya ... 12

Tabel 2. Intensitas Kebisingan dan Waktu Paparan Per Hari ... 16

Tabel 3. Syarat-syarat Kebisingan ... 18

Tabel 4. Gangguan Pendengaran dengan Parameter Percakapan ... 19

Tabel 5. Gangguan Akibat Kebisingan.…….. ... 20

(8)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 32

(9)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang

Lampiran 2. Production Flow Process Of Instant Noodle

Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Kebisingan Unit Mie Instant

Lampiran 4. Lay Out Ruang Produksi Mie Instant Lantai I

(10)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses perkembangan suatu negara dapat ditandai dengan pesatnya

kemajuan perekonomian. Perkembangan perekonomian selalu

dilatarbelakangi oleh pesatnya perindustrian, yang sekaligus membawa

perubahan-perubahan dan perkembangan yang lebih luas di segala bidang,

terutama bidang industri. Sebagai contoh di Indonesia yang kini menghadapi

era globalisasi dalam bidang komunikasi dan bisnis mengakibatkan semakin

ketatnya persaingan dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kondisi

perindustrian di Indonesia semakin berkembang, seiring dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini ditandai dengan

banyaknya perindustrian di Indonesia. Salah satunya industri manufaktur.

Industri manufaktur merupakan sebuah industri yang memproduksi lebih dari

satu macam produk. Adanya persaingan pasar global menuntut sebuah

industri manufaktur semakin mengembangkan sayapnya, dengan

menghasilkan berbagai macam produk dengan menggunakan peralatan yang

canggih.

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan suatu perusahaan

manufacturing terpadu. Salah satu produksinya adalah mie instant. Untuk

menghasilkan produk mie instant yang bermutu tinggi, hal yang paling

(11)

commit to user

berperan selain penggunaan bahan baku berkualitas juga proses produksi

yang harus dilakukan secara benar. Setiap tahapan proses produksi diperlukan

prosedur yang tepat, guna menghasilkan produk yang bermutu tinggi.

Pada saat ini pola kehidupan masyarakat semakin modern, hal ini

menjadikan pola makan dan kebutuhan yang berbeda. Sehingga mereka

menginginkan suatu kemudahan dan kepraktisan, termasuk dalam pemenuhan

kebutuhan pangan dengan makanan yang cepat saji. Hal tersebut tentu sangat

menguntungkan, ditinjau dari sudut pandang yang begitu beragamnya

konsumsi pangan. Dengan demikian kita akan terhindar dari ketergantungan

pada suatau bahan pangan pokok saja. Akhir- akhir ini semakin banyak orang

yang memilih makanan cepat saji, diantaranya adalah mie instant. Mie instant

banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik dari

kalangan anak- anak hingga orang tua. Hal ini dikarenakan mie instant mudah

didapatkan dan mudah dalam penyajiannya. Dan hal ini juga didukung oleh

berbagai keunggulan yang dimiliki mie instant terutama dalam hal rasa, yang

memiliki berbagai macam pilihan, tekstur dan kenampakan yang menarik,

harga terjangkau, praktis dalam pengolahannya, serta memiliki kandungan

gizi yang cukup baik.

Penggunaan mesin modern dalam proses pengolahan mie instant yang

memiliki risiko bahaya yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap orang,

harta benda perusahaan dan lingkungan. Dengan melihat risiko bahaya yang

besar tersebut, peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat diperlukan

(12)

commit to user

memperkecil kerugian yang ada, maka berbagai upaya harus dilakukan agar

tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat tercapai. Salah satu upaya

untuk mencapai Keselamatan Kerja adalah dengan melekukan identifikasi

potensi bahaya di tempat kerja, sedangkan upaya untuk mencapai Kesehatan

Kerja adalah dengan menjalankan sistem higiene perusahaan dengan baik.

Maksud dan tujuan higiene perusahaan (higiene industri) adalah

melindungi pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan dari risiko bahaya

khususnya faktor fisik, kimiawi, dan biologis yang mungkin timbul oleh

karena beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran suatu kegiatan higiene

perusahaan adalah faktor lingkungan dengan jalan identifikasi bahaya dan

pengukuran agar tahu secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang

dihadapi atau yang mungkin timbul, dan dengan pengetahuan yang tepat

tentang risiko faktor bahaya tersebut diselenggarakan indakan korektif yang

merupakan prioritas utama waktu itu serta selanjutnya upaya pencegahan

yang bersifat lebih menyeluruh. Cara kerja higiene perusahaan (industri)

adalah teknik-teknologis yang ditujukan kepada lingkungan kerja dengan

pengenalan, identifikasi, pengukuran, evaluasi, dan pengendalian bahaya dan

risiko faktor fisik, kimiawi, dan biologis.

Salah satu faktor fisik di tempat kerja adalah kebisingan. Secara garis

besar, kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan yang

sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang.

Bising secara subyektif adalah suara yang tidak disukai atau diharapkan

(13)

commit to user

antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama

terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan

ketulian.

Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang

belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius

bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan

pendengaran yang sifatnya permanen. Sedangkan bagi pihak industri, bising

dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti rugi. Oleh karena

itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik dan

pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja secara berkala.

B. Rumusan Masalah

Mengingat besarnya pengaruh kebisingan terhadap kecelakaan maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Manakah mesin produksi yang berpotensi menyebabkan kebisingan

serta efeknya terhadap gangguan kesehatan dan gangguan komunikasi antar

karyawan di Unit Mie Instant PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengidentifikasi suara mesin produksi dan pelatan tambahan yang

berpotensi menyebabkan kebisingan.

b. Untuk mengidentifikasi di ruang manakah intensitas kebisingan tertinggi

(14)

commit to user

c. Untuk mengetahui gangguan yang dirasakan karyawan yang diakibatkan

oleh intensitas kebisingan yang tinggi.

D. Manfaat Penelitian

Dari kegiatan magang ini, diharapkan dapat memberi manfaat kepada :

1. Peneliti

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan magang sesuai dengan

penerapan ilmu dan pengetahuan hiperkes, penulis dapat mengetahui

dimanakah potensi kebisingan berasal serta efeknya terhadap gangguan

kesehatan dan gangguan komunikasi karyawan di Unit Mie Instant PT.

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk”

2. Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Melalui serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa, maka Diploma III Hiperkes dan Keselamtan Kerja telah

berhasil menghantarkan mahasiswa mengaplikasikan ilmu dan

pengetahuan Hiperkes yang di dapat di kampus dengan situasi dan kondisi

nyata di perusahaan.

3. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

Dengan adanya penelitian ini, maka hasilnya dapat digunakan sebagai

bahan masukan dan pertimbangan dalam proses perbaikan dan

(15)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Bunyi

Pengertian bunyi atau suara adalah setiap perubahan tekanan di

dalam air, udara atau medium lainnya yang dapat dideteksi oleh telinga

manusia. Bunyi terdengar jika perubahan tekanan atmosfir paling sedikit

20 kali per detik. Rangsangan bunyi diterima manusia karena getaran

melalui media elastis (Zaini Budiono, 2009).

Jumlah getaran per detik (Hz) dinamakan frekuensi dan frekuensi ini

dapat mempengaruhi nada kebisingan. Frekuensi suara yg dapat didengar

telinga manusia adalah :

a) 20 – 20.000 Hz (anak-anak – orang muda)

b) 20 – 12.000 Hz (orang berusia lanjut)

Adapun Frekuensi yg penting untuk percakapan adalah 250 – 3000 Hz.

Frekuensi 4000 Hz adalah frekuensi paling peka ditangkap telinga.

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf

pendengar dalam telinga. Oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan

getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat

melalui penghantar dan manakala suara tersebut tidak dikehendaki maka

bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan

(Suma’mur, 2009 : 116).

(16)

commit to user 2. Pengertian Kebisingan

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya

yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau

yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup (

Anonim, 2011).

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan

yang sifat getarannya berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang.

Secara obyektif bising terdiri dari getaran suara yang komplek yang sifat

getarannya tidak periodik. Bising pada umumnya mempunyai kualitas

dan kuantitas tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa irama gelombang

suara yang ditimbulkan sifatnya tetap dan bahkan terkadang periodik.

Oleh karena itu batasan bising di pabrik atau lingkungan kerja adalah

kumpulan suara yang terdiri atas gelombang-gelombang akustik dengan

macam-macam frekuensi dan intensitasnya (Niosh, 1998).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran

(KepMenNaker No. 51 Tahun 1999).

Kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan bahwa kebisingan

adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan

membahayakan kesehatan. (Peraturan Menteri Kesehatan R.I

(17)

commit to user

Gangguan terhadap kebisingan sangat bervariasi tergantung dari

tingkat intensitas dan karakteristik kebisingan. Dari sudut pandang

ergonomi, pengaruh kebisingan pada intensitas yang rendah umumnya

berupa gangguan komunikasi ketidaknyamanan, dan gangguan perfomansi

kerja. Tetapi, pada kebisingan dengan intensitas yang lebih tinggi

khususnya yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB > 85 dBA) dan

dalam waktu yang lama dapat menurunkan fungsi indera pendengaran

yang bersifat sementara kemudian berlanjut permanen. Dan tanpa disadari

penurunan daya dengar tersebut akan memberikan pengaruh psikologis

terutama terhadap pergaulan sehari-hari dengan keluarga maupun kontak

sosial dalam masyarakat (Anonim, 2011).

Daya dengar seseorang di dalam menangkap suara dipengaruhi oleh

faktor internal maupaun eksternal. Faktor internal meliputi umur, kondisi

kesehatan maupun riwayat penyakit yang pernah diderita. Sedangkan

faktor eksternal dapat meliputi tingkat intensitas suara disekitarnya,

lamanya terpajan dengan kebisingan, karakteristik kebisingan serta

frekuensi suara yang ditimbulkan. Dari berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi ambang dengar tersebut, yang paling menonjol adalah

faktor umur dan lamanya pemajanan terhadap kebisingan. Dari dua faktor

tersebut kemudian muncul asumsi bahwa semakin tua seseorang dan

semakin lama terpajan kebisingan, maka tingkat ambang dengar seseorang

akan semakin tinggi (Anonim, 2011).

(18)

commit to user

Menurut beberapa ahli, kebisingan dapat dibagi menjadi beberapa

jenis, antara lain :

a. Menurut Suma’mur (2009 : 118), kebisingan dapat dibagi menjadi 5

jenis, yaitu :

1) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas.

Misal : mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit.

Misal : gergaji sirkulet, katup gas

3) Kebisingan terputus-putus (intermitten).

Misal : lalu lintas, suara kapal terbang

4) Kebisingan impulsive.

Misal : tembakan bedil, meriam

5) Kebisingan impulsive berulang.

Misal : mesin tempa, pandai besi

b. Menurut Soemanegara (2011), kebisingan dibagi menjadi dua jenis,

yaitu :

1) Bising impulsive

Adalah bising yang berasal dari pukulan-pukulan palu,

pemancangan tiang beton dari dalam tanah yang terdiri atas

letusan-letusan yang cukup keras dimana tiap letusan mulai hilang

sebelum letusan yang lain dihasilkan dan dianggap sebagai

peningkatan yang cepat kearah intensitas dan diikuti penurunan

(19)

commit to user 2) Bising tetap

Adalah bising yang berasal dari kompresor udara, mesin

diesel, mesin bubut, dimana tiap intensitasnya dapat berselang

tidak rata dan sering hanya mencakup suatu jarak dan frekuensi

yang sempit.

c. Menurut Siswanto (2011), kebisingan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Kebisingan kontinyu (steady state noise.

2) Kebisingan impulsive (impulsive noise.

3) Kebisingan intermitten (intermitten noise.

4. Sumber Bising

Terdapat dua karakteristika utama yang menentukan kualitas suatu

bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan

dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Herz (Hz), yaitu jumlah

gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap detiknya. Suatu benda jika

bergetar menghasilkan bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang

merupakan ciri khas dari benda tersebut. Biasanya suatu kebisingan terdiri

atas campuran sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi. Nada

suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran sumber bunyi.

Kebisingan dapat berasal dari mesin/peralatan serta dapat pula berasal

dari berbagai kegiatan yang sedang dilakukan seseorang. Sumber

kebisingan yang utama dapat dibagi menjadi 7 jenis, antara lain sebagai

berikut :

(20)

commit to user

Sumber utama : motor, sistem exhaust mobil, smaller trucks dan bus.

Kebisingan ini dapat diperbesar oleh jalanan yang sempit dan

gedung yang tinggi dimana dapat menghasilkan suara bergema.

b. Pesawat terbang

c. Rel kereta api

Bersumber dari mesin lokomotif, klakson dan peluit.

d. Konstruksi

Sumber utama : pneumatic hammer, air compressor, bull dozer,

loaders, dump truck dan parement breakers.

e. Industri

Biasanya berasal dari fans, mesin-mesin dan compressor yang

dipasang di luar bangunan industri. Kebisingan yang bersumber dari

dalam industri di transfer kepada masyarakat sekitar melalui jendela,

pintu dan dinding bangunan indutri. Kebisingan ini mempunyai

dampak penting pada pekerja yaitu dapat menyebabkan penurunan

kemampuan daya dengar (hearing loss).

f. Gedung-gedung

Kebisingan di dalam gedung berasal dari plumbing, boilers,

generator, air conditioner dan fans. Kebisingan di luar gedung

berasal dari emergency vehicles, traffic dan refuse collection.

(21)

commit to user

Kebisingan dapat bersumber dari peralatan rumah tangga seperti

vacuum cleaner dan peralatan halaman seperti : mesin pemotong

rumput dana penyapu salju.

Berikut ini adalah tabel intensitas kebisingan dan sumber kebisingan

yang menyebabkan gangguan pendengaran.

Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya

Intensitas (desibel) Sumber kebisingan

Kerusakan alat

pendengar (Batas dengar tertinggi)

Ketulian

110 Halilintar, Meriam, Mesin uap

Sangat hiruk 90

(22)

commit to user

Menurut DEPKES dan KESSOS RI tahun 2000 oleh Heru Subaris

dan Haryono, sumber kebisingan di bedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Bising Industri

Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel, dan

sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun

disekitar industri. Di Industri, sumber kebisingan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin yang digunakan untuk

proses produksi.

2) Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran, gesekan,

benturan atau ketidaksinambungan gerakan bagian mesin.

3) Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan

cairan dalam kegiatan proses kerja industri.

b. Bising Rumah Tangga

Bising yang disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu tinggi

tingkat kebisingannya.

c. Bising Spesifik

Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus.

5. Pengukuran Kebisingan

(23)

commit to user

a. Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di

perusahaan atau dimana saja.

b. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi

intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan

gangguan dalam rangka konservasi pendengaran tenaga kerja, atau

perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas ketenangan

dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.

Untuk mengukur intensitas dan menentukan frekuensi kebisingan

diperlukan peralatan khusus yang berbeda bagi jenis kebisingan yang

dimaksud. Jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanya untuk

mengendalikan intensitas kebisingan, seperti misalnya untuk melakukan

isolasi mesin atau pemasangan perlengkapan dinding yang mengabsorbsi

suara atau pemilihan alat pelindung telinga, pengukuran tidak perlu

selengkap sebagaimana dimaksudkan dalam rangka lokalisasi secara

tepat sumber kebisingan pada suatu mesin dengan tujuan memodelisasi

mesin tersebut melalui pembuatan mesin yang dipakai dasar kontruksi

bentuk mesin dengan tingkat kebisingan yang kurang intensitasnya dan

frekuensi yang ditentukan.

Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur kebisingan

adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan pengukuran

terhadap kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk hal

tersebut. Sebagaimana sering dialami kenyataan bahwa lebih disenangi

(24)

commit to user

yang kemudian data rekaman dibawa ke laboratorium untuk dilakukan

analisis.

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.

Alat ini mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan dari frekuensi

20-20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam dalam alat itu sendiri,

kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi

tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang

kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suara piston phone dibuat

untuk maksud kalibrasi tersebut, yang tergantung dari tekanan udara,

sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan tekanan barometer.

Kalibrator dengan intensitas tinggi (125 dB) lebih disukai, oleh karena

alat pengukur intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk

mengukur kebisingan yang intensitasnya tinggi. Untuk analisis

kebisingan lebih lanjut, dapat digunakan narrow-band-analyzer (alat

analisis spektrum tipis), baik latar spektrumnya tetap misalnya 2-200 Hz

atau melebar dengan lebih banyaknya frekuensi. Yang terakhir ini lebih

disenangi di lapangan, mengingat komponen frekuensi kebisingan

mungkin berbeda tergantung dari frekuensi sumber kebisingan antara lai

bisingnya suara beraneka mesin yang dioperasikan dalam proses

produksi.

6. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Menurut WHO, terdapat berbagai standar nasional dan internasional

(25)

commit to user

frekuensinya. Sebagai patokan umum, ambang untuk efek-efek yang

merugikan selama 8 jam paparan setiap hari adalah 85 dB pada frekuensi

1000 Hz.

bahwa Nilai Ambang Batas adalah Standar faktor bahaya di tempat kerja

sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat

menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan

dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau

40 jam seminggu. NAB untuk kebisingan berdasarkan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 51/MEN/1999 dikenal sebagai

hukum 3 dB.

Tabel 2. Intersitas Kebisingan dan Waktu Peparan Per Hari

Waktu Pemajanan Intensitas Kebisingan (Dba)

(26)

commit to user

Catatan : Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA walaupun sesaat.

Sumber :Suma’mur, 2009

Standar kebisingan menurut Departemen Kesehatan (DEPKES) tahun

2000 yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.718/Men/Kes/Per/XI/1987 tentang kebisingan yang

berhubungan dengan kesehatan.

1) Bab I tentang Ketentuan Umum Pembagian Zona

a) Zona A

Diperuntukkan bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat

perawatan kesehatan dan sejenisnya.

b) Zona B

Diperuntukkan bagi perumahan, tempat rekreasi dan sejenisnya.

c) Zona C

Diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar,

dan sejenisnya.

d) Zona D

Diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal

bis dan sejenisnya.

(27)

commit to user

Setiap zona mempunyai syarat intensitas kebisingan yang

berbeda-beda. Adapun intensitasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Syarat-syarat Kebisingan.

Zona

Sumber : Departemen Kesehatan, 2000

7. Gangguan Akibat Kebisingan

Bising dapat menyebabkan gangguan terhadap tenaga kerja,

gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan

gangguan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguan auditory,

misalnya gangguan terhadap pendengaran, dan gangguan non auditory

seperti gangguan komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,

menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.

Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik,

ada beberapa gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan diantaranya :

a. Gangguan Pendengaran

Diantara sekian banyak gangguan bising, gangguan pendengaran

adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan

hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat

(28)

commit to user

menerus terhadap bising maka daya dengar akan menghilang secara

tetap atau tuli.

Gangguan pendengar adalah perubahan pada tingkat

pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan

kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

Secara dasar gradiasi gangguan pendengaran karena bising itu

sendiri dapat ditentukan dengan menggunakan parameter percakapan

sehari-hari sebagai berikut :

Tabel 4. Gangguan Pendengaran dengan Parameter Percakapan Sehari-hari

Kondisi Gangguan yang Dialami

Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 meter)

Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5 meter.

Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5 meter.

Berat Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak dalam jarak > 1,5 meter.

Sangat Berat

Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak dalam jarak < 1,5 meter.

Tuli Total Kehilangan dalam kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi.

terganggu oleh suara tersebut. Jenis-jenis gangguan dari

(29)

commit to user Tabel 5. Gangguan Akibat Kebisingan

Tipe Uraian Akibat-akibat

badaniah

Kehilangan pendengaran

Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan

Akibat-akibat fisiologis

Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering waktu bekerja, membaca, dsb.

Gangguan pendengaran

Merintangi kemampuan mendengarkan tv, radio, percakapan, tlp, dsb. Sumber : Tri Astuti Jatiningrum, 2011

Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang

berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran

yang berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu

merespon suara pada kisaran 0-140 dB tanpa menimbulkan rasa

sakit. Sensitifitas pendengaran pada manusia yang dikaitkan dengan

suara paling lemah yang masih dapat didengar disebut ambang

pendengaran, sedangkan suara yang paling tinggi yang masih dapat

didengar tanpa menimbulkan rasa sakit disebut ambang rasa sakit.

Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan

penurunan sensitifitas yang berlangsung secara terus-menerus

(30)

commit to user

Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan

memerlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan

maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima. Lebarnya

interval tekanan suara dan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga

manusia membuat telinga manusia memiliki kawasan-kawasan yang

peka suara dan jika dipetakan pada suatu grafik frekuensi versus arah

tekanan suara akan memperlihatkan adanya auditory sensation area.

Kawasan tersebut dibagian atas dibatasi oleh ambang pendengaran

yaitu suatu arah tekanan suara maksimal yang masih bisa direspon

oleh pendengaran tanpa merusaknya, sedangkan bagian bawah

dibatasi oleh ambang pendengaran minimum yaitu arah tekanan

minimal yang dibutuhkan untuk merangsang pendengaran (Anonim,

2011).

Anatomi Telinga manusia terdiri dari tiga bagian :

1) Telinga Bagian Luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal),

dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi

sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan

menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi

frekuensi getaran semakin tinggin pula membran tersebut

(31)

commit to user 2) Telinga Bagian Tengah

Terdiri atas osside yaitu tiga tulang kecil (tulang pendengaran

yang halus) Martil-Landasan-Sanggurdi yang berfungsi

memperbesar getaran dalam membaran timpani dan meneruskan

getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat

fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung cochlea.

3) Telinga Bagian Dalam

Telinga bagian dalam juga disebut cochlea atau rumah siput.

Cochlea mengandung cairan, di dalamnya terdapat membrane

basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang

merupakan reseptor-reseptor pendengaran. Getaran dari oval

window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea,

mengantarkan membrane basiler. Getaran ini merupakan impuls

bagian corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf

pendengar (nervus cochlearis) (Prabu, 2009).

Gangguan pendengaran akibat bising dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain:

1) Intensitas bising

Intensitas bising sangat berperan terhadap timbulnya

gangguan pendengaran. Makin tinggi intensitas bising makin

tinggi pula resiko timbulnya gangguan pendengaran. Intensitas

bising maksimal yang dapat ditoleransi oleh telinga adalah di

(32)

commit to user

tergantung dari lamanya paparan. Oleh karena itu, pemerintah

menetapkan nilai ambang bising maksimum 85 dB dengan jam

kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

2) Durasi dan lama paparan.

Pada intensitas bising 85 dB, lamanya paparan akan

berperan terhadap timbulnya gangguan pendengaran. Makin

lama waktu paparan maka resiko untuk mengalami ketulian

akan semakin meningkat. Untuk mencegah timbulnya gangguan

pendengaran pada pekerja yang bekerja pada lingkungan dengan

intensitas bising di atas 85 dB, durasi paparan per hari dibatasi

sesuai dengan intensitas bising (Zaini Budiono, 2009)

Efek kebisingan (Zaini Budiono, 2009) terhadap pendengaran

terdiri dari berbagai macam diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Hubungan antara kehilangan pendengaran akibat

kebisingan dengan tekanan darah tinggi.

2) Gangguan neuropsychologi.

Sakit kepala, kelelahan, kesulitan tidur, sifat lekas marah,

neuroticism.

3) Gangguan sistem cardiovascular.

Tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, penyakit jantung.

4) Gangguan sistem pencernaan.

Luka bernanah, radang usus besar.

(33)

commit to user b. Gangguan Kesehatan

Kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia

apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu periode yang lama

dan terus-menerus. Suara 75 dB untuk 8 jam kerja per hari jika

hanya terpapar satu hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap

kesehatan, tetapi apabila berlangsung setiap hari, maka suatu saat

akan melewati suatu batas dimana paparan kebisingan tersebut akan

menyebabkan hilangnya pendengaran seseorang (Prabu, 2009).

Untuk beberapa kasus paparan kebisingan, dampaknya terhadap

kesehatan lebih banyak bersifat individual dan tidak bisa dipukul rata

untuk sekelompok populasi manusia sehingga dalam hal ini

diperlukan suatu fungsi pembobotan yang dipilih untuk menentukan

risiko dampak kebisingan terahdap sekelompok populasi manusia.

Fungsi ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko

dampak kebisingan terhadap ketulian populasi (Prabu, 2009).

Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, dan usia anggota

berpengaruh atau dapat menimbulkan gangguan terhadap mental,

emosional, serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan

mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah

marah, dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung yang

disebabkan oleh mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon

adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan

(34)

commit to user

Lebih rinci lagi dapat digambarkan dampak kebisingan terhadap

tenaga kerja (Zaini Budiono) adalah sebagai berikut :

a. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, penigkatan

nadi, basal metabolisme, kontruksi pembuluh darah kecil

terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan

gangguan sensoris.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalam

jangka waktu lama dapt menimbulkan penyakit, psikosomatik

seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini dapat menyebabkan terganggunya

pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi

pekerja yang baru yang belum berpengalaman. Gangguan

komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan

bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja,

karena tidak mendengar teriakan dan isyarat tanda bahaya dan

tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan

(35)

commit to user d. Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis

seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain.

8. Pengendalian Kebisingan

Menurut Niosh (1988) tentang tata cara pengendalian faktor fisik,

cara pengendalian kebisingan secara berurutan adalah sebagai berikut :

a. Isolasi Sumber Bising

Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan

menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai

penerima, contoh : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan

dan teknik pengendalian aktif (aktive noise control) menggunakan

prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar dalam

media penghantar dikonselaasi dengan gelombang suara yang identik

tetapi mempunyai perbedaab fase 1800 pada gelombang kebisingan

tersebut dengan menggunakan peralatan kontrol.

b. Eliminasi Sumber kebisingan

Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat

permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan

prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan

objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja

yang kehadiranya pada batas yang tidak dapat diterima oleh

ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melibihi

(36)

commit to user c. Substitusi

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan

dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan

peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga

pemeparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.

d. Engenering control

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur

objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi

bahaya. Tiga komponen penting yang harus diperhatikan untuk

melakukan pengendalian kebisingan (engeneering control principle)

adalah:

1) Sumber kebisingan (noise source).

2) Media perantara kebisingan.

3) Penerima kebisingan, dalam hal ini pekerja.

Penggunaan material akustik (acoustic materials) sebagai

peredam/penyerap suara adalah cara pengendalian bahaya yang

sering digunakan untuk mengurangi energi suara dalam ruangan.

e. Pengendalian Administratif

Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu

sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang

terpapar potensi bahaya. Peraturan perusahaan dan

(37)

commit to user

dalam sebuah perusahaan yang harus digunakan dan dipatuhi oleh

seluruh pekerja perusahaan.

Bentuk-bentuk pengendalian administratif tersebut antara lain :

1) Menetapkan peraturan tentang rotasi pekerjaan merupakan salah

satu pengendalian administratif yang di rekomendasikan oleh

ahli-ahli K3 untuk mengurangi akumulasi dampak kebisingan

pada pekerja.

2) Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk

beristirahat dan makan di tempat khusus yang tenang atau tidak

bising. Seandainnya tempat istirahat ini masih terdapat dalam

lokasi kebisingan maka untuk tempat istirahat tersebut harus

diberi penanganan lebih dalam hal pengurangan kebisingan.

3) Menetapkan peraturan tentang sanksi (tindakan indisipliner)

bagi pekerja yang melanggar ketetapan perusahaan berkaitan

dengan masalah pengendalian bahaya kebisingan.

f. Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja

Pengendalian kebisingan pada pekerja dapat dilakukan dengan

melakukan training K3. Berikut ini merupakan langkah terakhir

apabila seluruh pengendalian di atas (eliminasi, substitusi,

engenering control, administratif) belum memungkinkan untuk

dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan

pemakaian alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) secara

(38)

commit to user

pendek dan bersifat sementara mana kala sistem penegndalian yang

lebih permanen belum dapat di imlementasikan (Niosh, 1998).

Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat

pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga). Pengendalian

kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan dalam

perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih

murah. Macam-macam alat pelindung telinga (Niosh, 1998) adalah

sebagai berikut :

1) Sumbat telinga (ear plug), dapat mengurangi kebisingan 8-30

dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB.

2) Tutup telinga (ear muff), dapat menurunkan kebisingan 25-40

dB. Digunakan untuk proteksi kebisingan sampai 110 dB.

9. Noise Control Management (Niosh, 1998).

a. Program Survey Kebisingan

1) Mengukur tingkat tekanan suara mesin dan peralatan yang

beroperasi di lokasi para pekerja untuk menilai pemajanan

kebisingan yang diterima oleh pekerja.

2) Melakukan evaluasi setiap pola pemajanan kebisingan yang

menentukan apakah terjadi gangguan yang berbahaya terhadap

pendengaran pekerja.

3) Mengembangkan suatu daftar priorotas pengendalian kebisingan

(39)

commit to user

4) Menciptakan sasaran rancangan pengendalian kebisingan yang

akan diprioritaskan berdasarkan standar-standar yang ada.

b. Teknik Pengendalian Kebisingan

1) Melakukan evaluasi teknis terhadap sumber yang dianggap

potensial mempengaruhi intensitas pemajanan kebisingan pada

suatu lokasi sesuai dengan rancangan untuk mesin.

2)Mengembangkan tata cara perbaikan yang diperlukan untuk setiap

sumber kebisingan secara teknis. Jika pengendalian kebisingan

secara teknis tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi dengan

prosedur administratif untuk perlindungan tenaga kerja.

3)Melakukan pengukuran rinci terhadap setiap sumber kebisingan,

untuk menilai apakah perlu dilakukan pengendalian kebisingan

atau tidak.

4)Melakukan rencana teknis pengendalian kebisingan terutama untuk

sumber-sumber yang tidak mengganggu produksi.

5)Melakukan evaluasi terhadap pemilihan jenis pengendalian yang

memenuhi proses produksi dan program pemeliharaan pabrik.

6)Membuat gambar-gambar dan spesifikasi untuk peralatan dan

bahan yang diperlukan untuk pengendalian kebisingan.

c. Manajemen Pengendalian Kebisingan

1) Melakukan persiapan untuk lelang pembelian peralatan dan

bahan yang diperlukan untuk pengendalian kebisingan.

(40)

commit to user 3) Melakukan procurement

4) Melakukan instalasi komponen pengendalian kebisingan sesuai

dengan perencanaan.

5) Melakukan evaluasi dan modifikasi rancangan bila dianggap

perlu sesuai dengan kondisi lapangan.

6) Melakukan final testing terhadap istalasi komponen

pengendalian kebisingan.

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Peralatan Tambahan

Gangguan Kesehatan Kebisingan

Mesin Produksi

Pengendalian Gangguan

Komunikasi

Penggunaan APD Pengendalian

Secara Teknik

(41)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah deskriptif, yaitu

memberikan pandangan terhadap objek penulisan dan data-data yang

diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data adalah Unit II (unit mie instant) PT. Tiga

Pilar Sejahtera Food Tbk yang terletak di Jl. Raya Solo-Sragen Km 5,5

Dusun Tekikrejo, Desa Sepat, Masaran, Sragen.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Adapun objek dan ruang lingkup penelitian adalah mesin produksi

mie instant dan peralatan tambahan yang berpotensi menyebabkan

kebisingan yang menyebabkan gangguan kesehatan dan ganguan

komunikasi karyawan pada unit mie instant PT. Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk, Sragen.

D. Sumber Data

(42)

commit to user

Mengadakan observasi langsung ke lapangan dan dengan

melakukan peninjauan, pemeriksaan, dan pengukuran terhadap

sumber bising.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data pemeriksaan sebelumnya, dan

digunakan sebagai data pendukung dalam penulisan laporan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan pada karyawan unit produksi mie instant,

staff tertentu yang kerjanya berkaitan dengan data yang diperlukan

penulis, serta HRD perusahaan.

2. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan ke tempat kerja dan

mesin-mesin yang menghasilkan kebisingan, serta melakukan

pengukuran pada sumber bising.

3. Kepustakaan

Data diperoleh dari membaca contoh laporan dan buku-buku yang

dimiliki oleh perpustakaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan

perpustakaan Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

4. Buku-Buku Referensi

Data diperoleh dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan

(43)

commit to user F. Pelaksanaan

Pelaksanaan magang di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

dilaksanakan selama 1 bulan mulai dari tanggal 8 Maret 2010 sampai

dengan 8 April 2011, dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengukuran dan Observasi

Kegiatan pengukuran dan observasi tempat kerja meliputi

pengukuran kebisingan di ruang gudang bahan baku, ruang mesin

mixer, ruang laboratorium lantai atas, ruang produksi mie instant,

ruang packing mie instant, ruang seasoning, ruang packing bumbu,

ruang mixer bumbu + shorr, ruang packing shorr, ruang administrasi,

ruang meeting, ruang gudang produk jadi, mushola, kantin, tempat

istirahat karyawan.

Alat yang digunakan pada pengukuran internsitas kebisingan ini

adalah Sound Level Meter merk Rion Tipe NA-20/21. Selain itu,

digunakan juga stop watch yang berfungsi sebagai pengukur waktu.

2. Administratif

Kegiatan administratif yang dilakukan selama magang di PT. Tiga

Pilar Sejahtera Food Tbk adalah sebagai berikut :

a. Pendataan dan pengetikan hasil pengukuran yang telah dilakukan.

(44)

commit to user

c. Penyusunan laporan baik untuk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

maupun untuk Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK

UNS.

G. Analisa Data

Data yang sudah diolah akan dianalisa dengan cara

membandingkannya dengan peraturan perundangan. Peraturan

perundangan yang mengatur tentang kebisingan adalah Surat Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang

Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja dan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) iklim

kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan, dan radiasi sinar ultra

(45)

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Unit II di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk adalah unit produksi yang

memproduksi mie instant. Mie instant yang diproduksi di Unit II ini terdiri

dari beberapa jenis antara lain :

a. Mie instant reguler

Mie Instant reguler terdiri dari beberapa merek, yaitu : Mie Instant

Hot Mie rasa Ayam Pedas, Mie Instant Hahamie, Mie Instant Selera

Rakyat Sedap Merakyat rasa Ayam Bawang, Mie Instant Mikita, Mie

Instant Superior rasa Kaldu Ayam, Mie Instant Bagong, dan Mie Instant

Kabayan, Mie Instant Hayomi, Mie Instant VIP, Mie Instant WFP (World

Food Programe) yang merupakan produk mie instant yang tidak

dikomersilkan.

b. Mie instant polos

Mie instant polos terdiri dari dua merek, yaitu Mie Polos Filtra dan

Mie Polos Superior.

c. Mie instant snack

Mie instant snack terdiri dari Hayomie, Mie Kremezz (terdiri dari

(46)

commit to user

barbeque, dan keju), Mie Kremezz Shorr (terdiri dari rasa ayam

panggang, jagung bakar, hot chilli, keju, pem pek, dan te sate.

Pada saat penulis magang, Unit II hanya memproduksi beberapa jenis

produk saja seperti mie instant polos dan mie instant snack. Kegiatan proses

produksi yang dilakukan disesuaikan dengan permintaan pasar. Saat ini

permintaan pasar hanya meliputi mie instant polos dan mie instant snack, jadi

sementara ini yang diproduksi hanya itu. Bahan dasar yang digunakan untuk

memproduksi kedua jenis produk tersebut adalah tepung terigu. Proses

produksi dilakukan dengan perlengkapan mesin dan peralatan modern yang

terjaga higienisnya.

1. Perlengkapan Mesin dan Alat Proses Produksi Mie Instant

a. Perlengkapan mesin

1) Hopper

Fungsi : sebagai pengayak dan penampung tepung.

Spesifikasi : Terbuat dari stainless steel yang berbentuk tabung

silinder dengan alas berbentuk kerucut. Kapasitas 250 kg, diameter

80 cm tinggi 160 cm.

2) Screw Conveyor

Fungsi : untuk memindahkan tepung dari gudang harian di lantai

dasar ke mixer di lantai atas.

Prinsip kerja : berdasarkan putaran screw yang digerakkan oleh

(47)

commit to user

Spesifikasi : terbuat dari stainless steel dan dilengkapi dengan pipa

spiral untuk memasukkan tepung dari screw ke dalam mixer.

Panjang screw 9 meter (terdiri dari 3 screw yang digabung jadi 1),

diameter pipa 12 cm, dipasang miring. Panjang pipa spiral 130 cm

dan oleh 3 motor dengan kecepatan 1370 rpm dan daya listrik tiap

motor 7,5 Kwh.

3) Tangki Larutan Alkali

Fungsi : sebagai tempat terjadinya pencampuran antara air dan

bahan-bahan larutan alkali.

Prinsip kerja : berdasarkan perputaran agigator sehingga bahan-

bahan dapat tercampur rata dan homogen.

Spesifikasi : tangki ini terbuat dari stainless steel dengan kapasitas

400 liter dan menggunakan 1 buah motor dengan daya 1,5 Kwh.

Mempunyai dimensi panjang 80 cm, lebar 80 cm dan tinggi 100

cm.

4) Mixer

Fungsi : untuk mencampurkan tepung dengan larutan alkali agar

didapat campuran yang homogen dan elastis.

Prinsip kerja : berdasarkan adanya motor sehingga terjadi

perputaran baling–baling secara berlawanan arah yang

mengakibatkan adanya tekanan antara bahan, dinding mixer, dan

(48)

commit to user

Spesifikasi : alat ini terbuat dari stainless steel dengan kapasitas

250 Kg. Kecepatan pengadukan 100 rpm (fast mixing) dan 60 rpm

(slow mixing) dilengkapi dengan panel kontrol listrik dan

menggunakan motor dengan daya 15 Kwh. Alat ini mempunyai

dimensi panjang 20 cm, lebar 90 cm, tinggi 100 cm. Di dalam

mixer terdapat baling- baling sebanyak 34 buah dengan panjang

masing- masing 20 cm. Terdapat pula pipa alkali pada bagian atas

mixer panjang 196 cm dan memiliki lubang- lubang kecil

sepanjang pipa. Mixer ini beroperasi dengan sistem batch dengan

lama pengadukan 14 menit (3 menit fast mixing dan 11 menit slow

mixing).

5) Dough Feeder

Fungsi : untuk mengumpan adonan mie sebelum masuk ke mesin

press.

Prinsip kerja : berdasarkan perputaran jarum feeder yang digerakan

oleh motor yang membantu memasukkan adonan ke dalam mesin

press. Adonan yang ditampung akan dikeluarkan secara otomatis

melalui pintu feeder dengan cara menggeser maju atau mundur

pada platnya.

Spesifikasi : Dough feeder berbentuk bulat horizontal dengan tinggi

40 cm dan diameter 30 cm, panjang jarum feeder 130 cm

(49)

commit to user 6) DCM (Dough Compound Machine)

Fungsi : untuk menguleni adonan yang masuk melalui dough

feeder.

Prinsip kerja : berdasarkan gerakan 2 pasang roll press di dalam

mesin DCM yang digerakkan oleh motor listrik sehingga

menghasilkan lembaran adonan sebanyak 2 lembar.

Spesifikasi : mesin ini berdimensi panjang 150 cm, lebar 130 cm,

tinggi 140 cm dengan panjang roll press 60 cm dan diameter 40 cm

yang digerakkan oleh motor listrik dengan daya 1,5 Kwh.

7) Laminate Roller

Fungsi : mengubah adonan menjadi1 lembar adonan yang

dihasilkan oleh Dough Compound Machine.

Prinsip kerja : karena adanya tekanan antar roller pressing.

Spesifikasi : dengan sumber daya motor lstrik, mesin terbuat dari

stainless steel.

8) Continous Roller

Fungsi : melanjutkan proses dari laminate roller untuk membentuk

lembaran adonan menjadi lebih tipis.

Prinsip kerja : karena adanya tekanan antar roller pressing.

Spesifikasi : dengan sumber daya motor listrik, mesin terbuat dari

(50)

commit to user 9) Slitter

Fungsi : untuk membentuk lembaran adonan menjadi untaian mie

kemudian menuju waving coveyor.

10) Steamer

Fungsi : untuk mengukus untaian mie yang keluar dari waving unit

secara continue dengan uap air panas atau steam, selama 70-73

detik. Jumlah mesin steamer yang dimiliki PT. Tiga Pilar Sejahtera

Food ada 12.

Prinsip kerja : yaitu steam dari boiler yang dialirkan ke pipa steam

menuju steamer.

11) Cutter

Fungsi : untuk memotong mie dengan tekanan dan kecepatan 70

potong/ menit. Jumlah mesin yang ada sebanyak 12.

Prinsip kerja : yaitu untaian mie ditekan dengan kecepatan tinggi.

12) Fryer

Fungsi : untuk menggoreng mie hingga dihasilkan kadar air mie

mencapai 2,5-3 % dengan medium perantara minyak goreng

sehingga diperoleh kematangan mie yang merata selama 70-77

detik.

13) Cooling box

Fungsi : untuk mendinginkan mie setelah mie ke luar dari mesin

(51)

commit to user

Prinsip kerja : karena adanya aliran udara dari kipas/ fan di dalam

cooling box.

14) Mesin pengemas

Fungsi : untuk mengemas mie dengan etiket.

Prinsip kerja : merekatkan dan melipat bagian bawah kemasan.

Kemasan panjang dengan long sealer, bagian atas dengan upper

sealer, dan bagian lebar dengan end sealer.

15) Etiket Sealing Machine

Fungsi : untuk membungkus produk mie, bumbu, dan minyak

bumbu serta merekatkan etiket dengan mesin long sealer, upper

sealer dan end sealer.

Spesifikasi : sumber daya mesin ini berasal dari motor listrik.

16) Karton Sealing Machine

Fungsi : mesin untuk merekatkan laksban pada permukaan bagian

atas dan bawah karton.

b. Alat proses produksi

1) Pallet kayu : Sebagai dasar tumpukan dari bahan yang disimpan di

dalam gudang

2) Tangki minyak goreng : Tempat menampung dan menyimpan

minyak goreng sebelum digunakan untuk penggorengan mie.

3) Handlift : Alat untuk mengangkut bahan-bahan yang datang dari

(52)

commit to user

mempermudah pengankutan pallet barang dalam penataan di

gudang.

4) Trolly : Untuk mengangkut barang- barang dari ruang proses ke

gundang.

5) Hand pallet : Alat yang berupa landasan segi empat yang

digunakan untuk mengangkut muatan atau bahan- bahan untuk

didorong oleh pekerja, biasanya dengan bantuan pegangan pada

salah satu ujungnya atau dengan bantuan kereta dorong.

6) Chain Host (kereta rantai) : Alat pemindah bahan secara vertikal

dan lateral dalam ruangan dengan panjang, lebar dan tinggi yang

terbatas.

2. Layout Mesin dan Alat Produksi

Ket gambar:

1. Tempat bahan baku 6. Laminate rotler

2. Screw 7. Continou rotler

3. Mixer 8. Slitter (Pencetakan untaian mie)

4. Dough feeder 9. Steamer

5. DCM (dough compound machine) 10. Cutter

(53)

commit to user 11. Fryer

12. Coller

13. Packer

14. Product conveyor

15. Carton sealing machine

Tata letak perusahaan adalah suatu landasan utama dalam dunia

industri. Tata letak perusahaan (plant layout) dapat didefinisikan sebagai

tata cara pengaturan fasilitas perusahaan untuk memperlancar jalannya

produksi. Tata letak mesin dan alat produksi yang tepat mempengaruhi

suara mesin yang dihasilkan. Setiap mesin yang mempunyai motor pasti

menghasilkan suara pada saat mesin dihidupkan. Suara yang dihasilkan

setiap mesin berbeda-beda tergantung keadaan mesin dan tata letak mesin.

Peralatan mesin yang terpasang sesuai standar akan menghasilkan suara

mesin yang baik pula. Peralatan mesin yang terpasang sembarangan akan

menghasilkan suara yang kasar. Suara-suara mesin yang kasar tersebut

apabila memiliki intensitas yang tinggi akan menyebabkan terjadinya

kebisingan.

3. Mesin yang Berpotensi Menyebabkan Kebisingan

Berdasarkan hasil penelitian, kebisingan yang paling besar berasal dari

sekitar ruang seasoning dan ruang produksi mie instant. Ruang seasoning

berada di lantai basement di bawah ruang produksi mie instant. Pada lantai

basement terdapat beberapa mesin yang berpotensi menyebabkan

(54)

commit to user

mesin mixer dan tumbler. Mesin giling gula terletak di sebelah utara pada

ruang ini. Disebelah barat terdapat ruang formulator dan ruang packing

bumbu. Mesin giling gula ini berfungsi untuk menggiling gula dan

bahan-bahan lainnya yang nantinya akan dicampur dengan bubuk formulator

yang akan dijadikan bumbu untuk mie instant. Pada ruang mesin giling

gula ini apabila dinyalakan akan berpotensi menyebabkan kebisingan.

Di sebelah timur dari ruang mesin giling gula adalah ruang mesin

mixer and tumbler. Pada ruang ini terdapat dua mesin utama, yaitu mesin

yang digunakan untuk mencampur gula yang telah digiling dengan

bahan-bahan rahasia dari ruang formulator dan mesin mixer yang digunakan

untuk mencampur mie kremezz yang telah digiling dengan bumbu perasa

yang nantinya akan dijadikan mie kremezz Shorr.

Pada ruang seasoning ini juga terdapat glower yang berfungsi sebagai

pembersih udara. glower ini terletak menempel tembok bagian atas di atas

mesin giling gula. Pada glower terdapat motor listrik yang berfungsi untuk

menghisap debu yang ada pada ruang seasoning. Glower pada ruang

seasoning hanya satu buah, tetapi apabila dihidupkan akan menghasilkan

suara yang keras hingga menyebabkan kebisingan.

Pada bagian timur dari ruang seasoning ini terdapat gudang produk

jadi. Untuk memindahkan kardus-kardus produk jadi, pekerja

menggunakan handlif. Handlift ini terbuat dari besi dengan jumlah

(55)

kardus-commit to user

kardus produk jadi maka tidak akan menghasilkan suara. Namun, apabila

dijalankan tanpa muatan akan menghasilkan suara yang keras.

Ruangan lain yang berpotensi menyebabkan kebisingan adalah di

ruang produksi mie instant. Pada ruang produksi mie instant terdapat

mesin roll press. Mesin roll press ini digerakkan oleh motor listrik. Pada

ruang ini terdapat empat mesin roll press yang aktif dan satu mesin roll

press dalam masa perbaikan. Jarak antar mesin satu dengan mesin yang

lain kurang lebih 2 m. Selama penelitian ruang ini terdengar bising pada

saat mesin berproduksi sehingga harus menggunakan suara yang keras

untuk berkomunikasi.

4. Hasil Pengukuran Kebisingan

Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan pada unit produksi

mie instant adalah Sound Level Meter merk Rion Type NA-20/21. Adapun

hasil pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan Unit Mie Instant

Ruang Sumber Bising

compressor. 82,8 Kontinyu 7 Jam

(56)
(57)

commit to user

Sumber : Data Sekunder, 2011

Kebisingan yang terjadi pada suatu industri umumnya berasal dari

mesin-mesin produksi itu sendiri. Pada unit produksi mie instant

kebisingan terjadi pada mesin giling gula, mesin mixer and tumbler, dan

mesin roll press. Selain mesin-mesin tersebut kebisingan juga terjadi

karena suara yang berasal dari glower dan handlift yang sedang dijalankan

tanpa muatan.

5. Gangguan Kesehatan Karyawan

Kebisingan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

hilangnya pendengaran, baik sementara maupun permanent. Berdasarkan

hasil penelitian, pengaruh kebisingan terhadap fungsi pendengaran belum

dirasakan oleh karyawan. Berdasarkan wawancara pada pekerja, mereka

(58)

commit to user

Hanya saja terkadang mereka merasa pusing dan susah tidur pada malam

hari. Gangguan terbesar yang mereka rasakan adalah gangguan

komunikasi. Pada saat berada di ruang produksi wajib memakai masker

sehingga pada keadaan bising dan dengan mulut tertutup masker maka

komunikasi pun sulit dilakukan. Mereka harus berkomunikasi dengan cara

berteriak agar rekan yang diajak berbicara mendengar. Hal ini juga yang

menyebabkan terkadang pekerja melepaskan maskernya pada saat bekerja.

B. Pembahasan

1. Analisa Mesin yang Berpotensi Menyebabkan Kebisingan

Berdasarkan hasil penelitian ruangan yang berpotensi

menyebabkan kebisingan terbesar adalah di ruang seasoning.

Kebisingan pada ruang ini penyebab utamanya adalah berasal dari

mesin giling gula dan glower. Pada saat pengukuran dilakukan saat

mesin giling gula mati nilai kebisingan menurun, namun pada saat

mesin giling gula dalam keadaan hidup dan glower juga dalam

keadaan hidup maka kebisingan pun meningkat. Kebisingan pada

ruang seasoning mencapai 89,4 dBA. Hal itu berarti bahwa kebisingan

telah melebihi NAB.

Tata letak ruang seasoning berdekatan dengan gudang produk jadi.

Pada saat pekerja mengangkut kardus dengan handlift maka suara

handlift ini juga rendah. Namun pada saat kardus diturunkan dan

handlift ini dijalankan, maka kebisingan pun terjadi. Suara pada

(59)

commit to user

Sebaiknya pada roda handlift diberi bantalan karet agar gesekan antara

roda handlift dan lantai dapat berkurang, sehingga kebisingan pun juga

berkurang.

Pada ruang basement ketika semua mesin dihidupkan akan terjadi

kebisingan yang melebihi nilai ambang batas. Ruang basement yang

terletak di bawah lantai produksi mie instant terkesan ruangannya

sangat tertutup, sehingga pada saat mesin produksi dan glower dalam

keadaan hidup maka suara tidak dapat keluar ke udara bebas sehingga

kebisingan pun terjadi.

Pada ruang produksi mie instant, kebisingan juga terjadi pada

daerah mesin roll press. Kebisingan ini terjadi karena putaran motor

listrik. Pada saat pengukuran dilakukan di antara dua mesin yang

hidup nilai kebisingan pun naik. Namun pada saat pengukuran

dilakukan di samping mesin yang dalam masa perbaikan nilai

kebisinagn pun menurun. Kebisingan pada ruang ini terjadi karena

letak mesin yang jaraknya berdekatan. Selain itu pada ruang ini juga

terdapat beberapa kipas angin yang menghasilkan suara yang keras.

Pada saat mesin produksi hidup dan kipas angin juga hidup maka

kebisingan pun terjadi. Kebisingan pada ruang ini kemungkinan juga

terjadi karena tata letak ruang seasoning dan ruang produksi mie

instant yang berdekatan.

Gambar

Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya ..................................
Gambar 2. Layout Mesin dan Alat Produksi ................................................
Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya
Tabel 2. Intersitas Kebisingan dan Waktu Peparan Per Hari
+7

Referensi

Dokumen terkait