• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan keagamaan dalam mengembangkan nilainilai kecerdasan spiritual anak jalanan di sanggar kreatif anak bangsa Ciputat–Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan keagamaan dalam mengembangkan nilainilai kecerdasan spiritual anak jalanan di sanggar kreatif anak bangsa Ciputat–Tangerang Selatan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

Abdul Rasyid AS. (108052000019)

Pembinaan Keagamaan Dalam Mengembangkan Nilai–Nilai Kecerdasan Spiritual Di Sanggar Kreatif Anak Bangsa Ciputat-Tanggerang Selatan

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya mencari nafkah di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya. Umumnya anak jalanan memiliki latar belakang keluarga yang komplek, dengan tingkat kesulitan yang tentu saja berbeda. Melihat kondisi tersebut, jika tidak didukung kondisi lingkungan yang baik dan kepribadian yang baik, maka menjadi pemicu timbulnya berbagai perilaku penyimpangan dan perbuatan-perbuatan yang negatif. yang dapat melanggar aturan dan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat di wilayah tertentu.

Adapun tujuan dari penelitian ini member pembinaan terhadap anak jalanan yang jauh dari pembinaan keagamaan dan untuk mengetahui pembinaan keagamaan dalam mengembangkan nilai-nilai Kecerdasan Spiritual di sanggar kreatif anak bangsa, dan mengetahui faktor mengembangkan nilai–nilai kecerdasan spiritual bagi pembinaan keagamaan dalam mengembangkan nilai–nilai kecerdasan spiritual terhadap anak jalanan (peserta didik).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan kualitatif, dengan desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

Subjek dalam penelitian ini adalah Pimpinan Yayasan SKAB, Pembina Agama dan tiga anak jalanan sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kegiatan pembinaan keagamaan dalam mengembangkan nilai-nilai kecerdasan spiritual bagi anak jalanan. Dalam pengambilan informan peneliti menggunakan teknik deskriftif. Adapun teknik analisa data yang digunakan reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pembinaan keagamaan dalam penelitian ini penulis mengarahkan anak jalanan agar mengenal dari pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh para pengajar dan diterapkan kedalam pengembangan nilai-nilai kecerdasan spiritual agar anak jalanan tersebut bukan pengajaran biasa tapi membekas dalam sehari-hari.

(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Alhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pembinaan Keagamaan Dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual Di

Sanggar Kreatif Anak Bangsa”.

Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda H.Nimar dan Ibunda Hj. Muhanih (Almarhumah) yang selama ini telah memberikan penulis dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah penulis, yang tak letih berdoa di setiap penghujung malam, dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada:

(7)

iii

Penyuluhan Islam. Terima kasih atas bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama ini. Bapak Drs. Sugiharto, M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

3. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.A selaku Dosen Pembimbing yang selalu mengajarkan dan memberi motivasi dalam pembuatan skripsi ini. Dan untuk Bapak Suhaimi M.Si, sekaligus selaku Dosen Penasehat Akademik yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Keluarga Besar Sanggar Kreatif Anak Bangsa, Yaitu Bapak Diki Komaruzaman, Bapak Sigit, beserta para tutor lainya yang berjuang demi sanggar, para anak didik pula dan seluruh yang banyak membantu penulis dalam penelitian ini hingga dapat berjalan baik dan lancar.

(8)

iv

8. Teman-teman kosan: M. Boy, Try Prasetyo, Enan Nurzaman, Oki Rahmat, yang selalu ada dalam perjalan penulis tidak lupa kekasih Elva Ristiawan yang selalu di hati penulis, dan teman-teman BPI angkatan 2008 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terima kasih buat sharingnya dalam proses merampungkan skripsi.

9. Sahabat dari adik-adik Jurusan HMJ BPI, DEMAF FIDKOM, HMI KOMFAKDA Cabang Ciputat serta teman sekitarnya yang selalu mendoakan hingga sekarang.

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.

Jakarta, 15 April 2014

Abdul Rasyid

(9)

v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR... ... ii

DAFTAR ISI... ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembinaan Keagamaan ... ... 16

1. Pengertian Pembinaan ... 16

2. Pengertian agama ... 17

3. Pengertiaan pembinaan keagamaan ... 21

(10)

vi

B. Kecerdasan Spiritual ... ... 36

1. Pengertian kecerdasan spiritual ... 36

2. Kecerdasan Spiritual Menurut Pandangan Islam ... 39

3. Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual ... 42

C. Anak Jalanan ... 44

1. Pengertian Anak Jalanan ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya... 46

B. Visi, Misi, Tujuan ... 48

C. Program dan Muatan Kurikulum Mata Pelajaran ... 50

D. Struktur Organisasi ... 57

E. Kegiatan ... 58

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Identifikasi Informan ... 61

B. Analisis Hasil Temuan ... 64

1. Pembinaan wudhu ... 65

2. Pembinaan Shalat ... 67

3. Pembinaan Membaca dan menulis Al qur’an ... 69

(11)

vii

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Transkip Wawancara 2. Surat Izin Penelitian

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak Jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya mencari nafkah dijalanan dan ditempat umum lainnya. Umumnya anak jalanan memiliki latar belakang keluarga yang komplek dengan tingkat kesulitan yang tentu saja berbeda. Latar belakang keluarga mereka di antara lain berasal dari :

1. Keluarga miskin atau ekonomi yang lemah sehingga mereka menjadi

“tulang punggung ekonomi” keluarga bahkan ada yang secara sengaja dieksploitasi.

2. Keluarga broken home kedua orang tua tidak ada atau tidak berfungsi selayaknya orang tua atau salah satu dari keduanya tidak berfungsi selayaknya orang tua.

3. Status hubungan kekelurgaan anak dan orang tua tidak jelas, artinya anak lahir di lluar nikah.1

Melihat kondisi tersebut jika tidak didukung kondisi lingkungan yang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai perilaku penyimpangan dan perbuatan-perbuatan yang negatif yang dapat melanggar aturan dan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat di wilayah tertentu. Contonya terhadap anak jalanan 1

(13)

yang sering meresahkan dan mengganggu masyarakat. Untuk itu, pada anak jalanan dibutuhkan penyesuaian diri bagi mereka.

Banyak penyimpangan yang terjadi pada anak jalanan contohnya kriminalitas, itu karena kurang perhatian dari orang tua, kurang kesadaran dari masyarakat sekitar dan pemerintah sehingga mereka bebas tanpa adanya aturan dan kewajiban. Maka perlu adanya pembinaan keagamaan yaitu, seseorang memberikan nasehat atau memberi kejelasan-kejelasan kepada anak jalanan tersebut agar memahami atau mengerti tentang hal yang dialaminya.

Pembinaan keagamaan ini merupakan proses masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang lain.2 Menurut Kamus Besar Indonesia Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara budaya guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.3 Sedangkan pengertian keagamaan

sendiri ialah, bahwa keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian

mendapat awalan ke dan akhiran an . Sehingga membentuk kata baru

yaitu keagamaan . Jadi keagamaan di sini mempunyai arti segenap

2

Djamaluddin anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2001), Cet. Ke-4, h. 77.

3

(14)

kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu4

Dari pembinaan keagamaan ini dapat mengantarkan anak jalanan tersebut menambahkan ilmu dan mendorong kepada kecerdasan spiritual yang di dalamnya mengajarakan pemahaman diri yang lebih baik lagi. Dari pengertian kecerdasan spiritual ialah mengacu kepada energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.5 Maka pentingnya bagi anak jalanan dan lainya membentuk karakter yang baik.

Dari Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam yang penulis buat dalam bahasa sehari-hari sering digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian penerangan kepada masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah maupun oleh lembaga non-pemerintah. Arti ini diambil dari kata dasar

suluh dengan kata lain dengan obor dan berfungsi sebagai penerang.6 dan adapun itu penyuluhan harus dikaitkan dengan metodenya karena metode itulah penunjang dalan penyuluhan tersebut. Selain itu juga penyuluahan berkaitan dengan metode-metode penyampainnya dalam bentuk komunikasi sehingga metode itu penting sekali.

Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncakan. Contohnya setiap orang “belajar” lebih banyak

4

Departemen Agama Republik Indonesia, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta :

1979), h.10

5

Ana Budi Kuswandani, Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) cet. Ke- 1, h. 6

6

(15)

melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya.7

Metode penyuluhan merupakan cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai dengan tujuannya. Tujuan pemilihan metode penyuluhan untuk mendorong terjadinya efek/perubahan perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya sasaran serta untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian sasaran penyuluh.8

Maka penulis menginginkan perubahan terhadap anak jalanan agar tidak berkelanjutan terhadap masalah yang dialaminya dan agar anak jalanan itu mendapatkan layak sepertinya anak-anak lain agar terarah dan terbimbing. Dan mendapatkan ilmu pembelajaran bagi mereka sehingga menambahkan motivasi mereka agar menjadi anak yang terbaik dan menggali kemampuanya lebih baik lagi.

Adapun tempat atau wadah bagi anak jalanan ini sudah ada, tempat ini memberikan sarana belajar dan kreasi seni dan kreatifitas lainnya agar

7

______,Metode dan Tekhnik Penyuluhan, Artikel diakses pada 28 Juni 2012 dari http://www.burhand182.wordpress.com/2012/06/28/metode-dan-teknik-penyuluhan/

8

(16)

para anak jalanan ini memperoleh bekal ilmu dan kreatifitas yang sama dengan sekolah lainnya. Ini merupakan sanggar kretif anak bangsa yaitu sekolah alternatif yang memiliki model pendidikan yang berbeda dengan lembaga pendidikan pada umumnya. Dan lebih menariknya adanya kerjasama antara Universitas Islam Negeri Jakarta dan Dompet Duafa dengan tujuan menciptakan anak bangsa yang lebih baik.

Keberadaan sanggar kreatif anak bangsa memberi pengaruh terhadap anak jalanan yang putus sekolah dan perhatian terhadap tempat tinggalnya yang mayoritas masyarakatnya didaerah pasar dan terminal hal ini juga dikatakan oleh pendiri sekaligus ketua Direktur Sanggar Kreatif Anak Bangsa Bapak Diki Komaruzaman bahwa:

“Sanggar Kreatif Anak Bangsa adalah sekolah alternatif yang memiliki model pendidikan yang berbeda dengan lembaga pendidikan pada umumnya. Model pendidikan dibangun dan diperkuat oleh suasana dan lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan menyenangkan bagi anak-anak jalanan yang putus sekolah pada usia SD, SMP, dan SMA. Keberadaan Sanggar Kreatif Anak Bangsa merupakan bagian dari impian dan harapan masyarakat yang memiliki komitmen kuat untuk menjadikan pendidikan sebagai gerakan sosial yang kreatif, terarah, dan berkelanjutan”.9

9

(17)

Jadi, dari semua penjelasan diatas penulis mengangkat judul ini pembinaan keagamaan yang membentuk kecerdasan spiritual agar peserta didik mendapatkan bekal dan mampu menjalankan dan meningkatkan lebih sempurna dan sesuai dengan syriat yang ditentukan agama.

Dan itulah beberapa hal yang dapat dijadikan latar belakang atau landasan, maka penulis mengangkat topik yang diberjudul

“Pembinaan

Keagamaan dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual

diSanggar Kreatif Anak Bangsa Ciputat.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah agar lebih fokus, terarah dan jelas. Maka batasannya adalah pada Pembinaan keagamaan pada anak jalanan dalam mengembangkan nilai-nilai kecerdasan spiritual di Sanggar Kreatif Anak Bangsa Ciputat.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana pembinaan keagamaan pada anak jalanan dalam mengembangkan nilai-nilai kecerdasan spiritual di sanggar kreatif anak bangsa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(18)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan menambah dan memperkaya teori-teori yang berkaitan dengan pembinaan keagamaan yang terdapat di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya. b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan, memberikan masukan dan dorongan dalam pengetahuan anak didik, lalu dijadikan acuan untuk memberikan partisipasi bagi lembaga dalam pengetahuan agama dan menambahkan informasi dan pengetahuan tentang pembinaan keagamaan bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam serta dapat memperkaya kepustakaan bagi akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain deskriftif. yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data.

(19)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.10Dalam penelitian ini penulis memberikan potensi terhadap peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan agama yang sesuai dengan syariat.

Penelitian deskriptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.11

Dalam pendekatan kualitatif dalam agama sebagai pedoman bagi kehidupan masyarakat hanya mencakup dan terpusat pada penyajian untuk pemenuhan kebutuhan adab yang integratif. Karena itu agama berfungsi sebagai pedoman moral dan etika yang terwujud dalam nilai-nila budaya. 2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seseorang Pimpinan Lembaga, pengajar (tutor) dan tiga anak didik yaitu tempat untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian.12 Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah deskriftif yaitu sampel yang diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Dan alasan penulis memilih

10

Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h. 3.

11

Msthufu,Metodologi Penelitian Agama(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada2006), h. 29.

12

(20)

tiga anak didik karena anak didik tersebut sudah lama menetap dan lebih dewasa.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian terhadap pembinaan keagamaan dalam menggembangkan nilai-nilai kecerdasan spiritual disanggar kreatif anak bangsa kecamatan ciputat.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi.13 Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini di antaranya:

a. Pengamatan/observasi

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses di mana peneliti terlibat langsung dalam objek penelitian. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan ini adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian, dan lain-lain. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.14 Yang penulis amati dalam penelitian ini keberadaan sanggar, bentuk kegiatan sanggar dan para anak didik di sanggar. Pada penulis mengamati dalam satu minggu dua kali

13

Djam’an Satori dan Aan Komariah,Metode Penetitian Kualitatif,(Bandung : Alfabeta, 2010), h.146.

14

(21)

pertemuan yang setiap hari selasa dan kamis pukul 13.00 sampai 15.00 wib.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis sifatnya. Karena bentuknya berasal dari komunikasi verbal antara peneliti dan responden.15 Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam pada subjek penelitian dan wawancara juga bertujuan untuk mengkuatkan data yang sebelumnya diperoleh. Penulis melakukan wawancara dengan pengurus sanggar yang pertama ketua sanggar bapak Diki Komaruzaman, kedua pengajar (tutor) bapak Diki dan tiga anak-anak didik sanggar diantaranya tony, imam dan ari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.16 Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokzumen pribadi.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data. Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian

15

Sanafiah Faisal,Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 1995) h. 39.

16

(22)

dasar.17 Dalam analisis data yang telah terkumpul dianalisis, peneliti melakukan dengan analisis deskriptif interpretatif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam, mengakar dan menyeluruh.

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sanggar Kreatif Anak Bangsa Kecamatan Ciputat. Dari mulai tanggal 3 maret 2013 yang dilakukan pada setiap hari selasa dan rabu. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan penulis dalam memilih lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Pihak lembaga menyediakan sarana bagi penulis dan memberikan data dan informasi sesuai dengan permasalah.

b. Lembaga sendiri terjangkau bagi penulis serta mempermudah bagi penulis.

Adapun teknik penulisan skripsi penulis berpedoman dan mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis,disertasi) uin syarif hidayatullah jakarta “yang diterbitan oleh CeQDA , april, cet,ke-2 tahun 2007

E. Tinjauan pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tinjauan ke perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mencari penelitian yang sebelumnya khususnya skripsi berikut:

17

(23)

1. Mumun Mulyana, NIM 102052025653 dengan judul ‘upaya pembimbing agama dalam meningkatkan pengetahuan ibadah shalat siswa di SDN Kunciran 4 pinang kota tanggerang’. Dalam skripsinya memiliki hasil kesimpulan memberikan materi yang sesuai dengan tujuan yang ingin diharapkan adapun metode yang digunakan para pembimbing dengan menggunakan metode tanya jawab, metode ceramah, dzikir dan bimbingan belajar Al-Qur’an Berisi mengenai pengetahuan ibadah shalat. Dengan menjadikan ibadah itu sebuah perbuatan yang mengasikan dan menyenangkan, sehingga peserta bimbingan akan merasa mudah dalam memahami dan memepraktekannya. Dalam hal ini pembimbing dituntut untuk memberikan perhatian yang dalam kepada peserta bimbingnya, yang membedakan dari skripsi ini lebih menekankan dalam metode penyampaiannya pada anak didik subjeknya.

(24)

3. Nonik Murzayanah, NIM 104052001990 dengan judul “metode bimbingan agama bagi anak usia 7-12 tahun pada keluarga di perumahan villa indah permai bekasi utara” dalam hasil kesimpulanya, setiap orang tua mempunyai tujuan yang sama dalam memberikan bimbingan terhadap anak-anak mereka khususnya di perumahan vila indah permai bekasi utara yaitu agar anak-anak meraka agar memiliki bekal hidup mereka kelak tidak hanya sekedar mengetahui tentang agama tetapi juga mereka memahami dan mampu manjalankandalam kehidupan sehari-hari.

4. Jamaludin Shidiq, NIM 105052001748 dengan judul “analisis terhadap materi bimbingan Agama bagi remaja mesjid Innayatullah Cimanggis

Bogor” dalam temuannya bedasarkan katagori aqidah, ibadah dan akhlak terdapat 50 frekuensi uraian materi pembimbing, yang terdiri aqidah 14 uraian materi atau sekitar 28% ibadah 16 uraian atau sekitar 32% dan akhlak 20 uraian materi sekitar 40% jadi dapat dilihat bahwa dalam analisa yang penulis lakukan dalam materi bimbingan agama yang paling menonjol yitu mengenai materi akhlak, kemudian disusul dengan materi ibadah serta materi aqidah.

(25)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokan lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN pada bab ini penulis membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini meliputi Pengertian Pembinaan, Pengertian Agama, Pengertian Pembinaan Agama dan Ruang Lingkup Pembinaan Agama, metode pembinaan keagamaan, pengertian kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual pandangan islam dan anak jalanan.

BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan tentang Sejara Berdirinya Sarana Kreatif Anak Bangsa, Visi dan Misi, program dan muatan kurikulum, Struktur Organisasi, kegiatan Sanggar Kreatif Anak Bangsa.

(26)
(27)

6

. Menurut Masdar Helmy Pembinaan mencakup segala ikhtiar

(usaha-usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan

kwalitas beragamabaik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan,

bidang ahlak dan bidang kemasyarakatan.1

b. Menurut Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN Pembinaan adalah suatu

usaha yang dilakukan dengan sabar, berencana, teratur dan terarah serta

bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala

aspek-aspeknya.2

c. Menurut Kamus Besar Indonesia Pembinaan adalah usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara budaya guna untuk memperoleh hasil

yang lebih baik.3

1

Masdar Helmy, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang : DiesNatalies,IAIN Walisongo Semarang), h. 31.

2

Departemen Agama Republik Indonesia,Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN,(Jakarta : 1979), h. 2

3

(28)

t t r !" " t

!#t ytur # #p"syr# t t!rp -

" # "sy# r t, #!t# # "!"!r !r "

!" ! # $w #!" ! " syr#t y

"!"# #t% r t!r p%&" -%r" ".

'w #! " # t !r r ! !r $

"syr# t t!rs! "!$$ %&" -%&" #! "( r !

# t t , !tp p! y !r " tu # "!" !r#

" " " . )" " !# y %&%

-%&% tu#! -#! y !ru ! %! tp -tp

vidu.

Semua orang menginginkan harta, pangkat dan bahkan dalam

memenuhi kebutuhan jasmaninya akan makan dan minum. Namun dalam

pemenuhannya agama juga mengajarkan bagaimana cara mendapatkan

semua itu sesuai dengan yang telah diajarkan oleh agama. Singkat kata

pembinaan agama dengan kepribadian anak, agama memberikan

bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya kepada yang

sebesar-besarnya, mulai dari hidup pribadi, masyarakat maupun dengan Tuhan.

2) Pengertian Keagamaan

(29)

Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.4

* +,-+rt. /, 0/r. 1+/-/2//, .tu3 +,0.r. . /4 /56 7/58 / 1 + / -/2/ /,

7 +r/3 /40/r.1 /t// -/2/ y/,-1+290./,2+,0/: /t /w/4 /,1+ dan akhiran

an . Sehingga membentuk kata baru yaitu keagamaan . Jadi keagamaan

di sini mempunyai arti segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan

ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan

kepercayaan itu .5

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.6

Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata

salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.

kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata

aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut sebagai orang Muslim. Orang yang demikian 4

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)edisi ke.3, h. 24.

5

Departemen Agama Republik Indonesia,Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN,(Jakarta : 1979), h.10

6

(30)

berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat.

Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian Islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat dihami dari firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat AI-Baqarah yang artinya,

Artinya: mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari pada yang mereka usahakan dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.7 (QS. Al Baqarah 202).

Dari uraian di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan keba-hagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.

Dengan demikian, perkataan Islam sudah menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk yang tunduk dan patuh kepada "I’uhan”. Keadaan ini membawa pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang

7

(31)

tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri. Demikianlah pengertian Islam dari segi kebahasaan sepanjang yang dapat kita pahami dari berbagai sumber yang dikemukakan para ahli.

Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda-beda. Harun Nasution mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.8

Berdasarkan pada keterangan tersebut, maka kata Islam adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh praktiknya. Namun keterlibatan ini masih dalam batas-batas yang dibolehkan Tuhan.

Dengan demikian, secara istilah Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT. Nama Islam demikian itu memiliki

8

(32)

perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri.

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.9(Q.S Al Imron ayat 19).

3) Pengertian Pembinaan Keagamaan

Pembinaan Keagamaan yaitu membimbing, mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi manusia yaitu nilai-nilai keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain, sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan bagi orang tersebut. Pembinaan agama merupakan proses masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang lain.10

9

Departemen Agama R I, Al-Qur’an Bayan dan terjemahannya, (Depok: CV Penerbit AlQur’an Terkemuka, 2009).

10

(33)

Pembinaan agama merupakan usaha dari seseorang untuk memberikan bimbingan dalam bersikap dan berpikir sehingga dapat diarahkan kejalan yang sesuai menurut ajaran-ajaran yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Yang terdapat didalam kitab suci Alqur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

4) Ruang Lingkup Pembinaan Keagamaan

Dalam pembinaan agama terdapat ruang lingkup yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang diberikan terhadap objeknya diantaranya hal dalam pengenalan bentuk syriah yaitu mengajarkan anak didik terhadap pembinaan shalat dan cara membaca dan menulis Al Qur’an. a) Pembinaan Shalat dilakukan pada yang pertama keutamaan shalat,

rukun shalat, rukun shalat dan prekteknya shalat. Mengenai pengertian shalat menurut istilah syara’ ialah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.11

Kedudukan shalat diterangkan oleh Sayyid Sabiq sebagai berikut: “Shalat dalam isalam menempati kedudukan yang tidak dapat dipandang sama dengan ibadah yang lainnya. shalat merupakan tiang agama yang tidak dapat berdiri tanpa shalat. Shalat adalah yang pertama-tama yang diwajibkan oleh Allah yang disampaikan kewajiban shalat itu secara langsung kepada rasulnya pada malam Mi’raj tanpa melalui perantara.”12

11

Lahmudin Nasution,Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,t.t), h. 55 12

(34)

b) Pembelajaran membaca dan meulis Al Qur’an diantaranya memulai dari lisan membaca salah satu huruf arab atau huruf hijaiyyah pengenalan ini yang harus dikenalkan pada anak didik baru mulai pada penulisan huruf arab atau tulisan arab.

Disetiap melakukan tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, tujuan dari pembinaan baca tulis Al-Qur’an adalah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sesuai makhorijul huruf dan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid dan dapat menulis huruf Al-Qur’an dengan benar dan rapi. Hafalan beberapa surat pedek, ayat pilihan dan doa sehari-sehari, sehingga mampu melakukan bacaan sholat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana Islami.13

1). Pembinaan Keagamaan dalam Keluarga

;< =>? ? @A B>C>rD > A E> Fw> G@AHI HID> A ItuE@r=> AB< J A B s@J?ur

FIHJ GK H>rI EJ> I> A <> ?G>I D @ = I> A B => F>t. L>r@A> G@?EIA> > A H> A

G@AHIHID> A > A>D H> =>? D @=J>rB> > H> => F >> =w H>rI <J>tuJ< >F> J AMuD

? @AHI HID >A>D J AMJD ?@AC> HI ?> AJ<I> y> A B E@rt>qwa, cerdas dan

terampil. Maka hal ini menempati posisi kunci yang sangat penting dan

mendasar serta menjadi fondasi penyangga anak selanjutnya.

Dalam hal ini hubungan diantara sesama anggota keluarga sangat

mempengaruhi jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh perhatian dan

kasih sayang yang akan membawa kepada kepribadian yang tenang,

13

(35)

t

Bapaknya yang meliputi hal hal sebagai berikut :

a. Memberi petunjuk, mengajari agar beriman kepada Allah dengan jalan

merenungkan dan memikirkan ciptaan-Nya (bumi, langit atau alam dan

isinya).

b. Menamkan dalam jiwanya roh kekhususan, bertaqwa dan beribadah kepada

Allah, melalui sholat, dan melatih tingkah laku denngan rasa haru dan

menangis disaat mendengar suara Al-Qur an.

c. Mendidik anak untuk dekat kepada Allah di setiap kegiatan dan situasi.

Melatih bahwa Allah selalu mengawasi, melihat dan mengetahui rahasia.

2).Pembinaan Keagamaan di Sekolah

Sekolah adalah sebagai pembantu pendidikan anak, yang dalam

banyak hal melebihi pendidikan dalam keluarga, terutama: dari segi

cakupan ilmu pengetahuan yang diajarkannya. Karena sekolah juga

merupakan pelengkap dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah betul

-betul merupakan dasar pembinaan anak.

Apabila Pembinaan pribadi anak terlaksana dengan baik, maka si

anak akan memasuki masa remaja dengan mudah dan membina masa

remaja itu tidak akan mengalami kesusahan. Akan tetapi jika si anak

kurang bernasib baik, dimana pembinaan pribadi di rumah tidak terlaksana

14

(36)

]^_]`a bcde ^fcgh^_ij bj k^_ lu, j^c^` ^^c^_j b_ i^f ^]^m `j^a ^ rbj^n^

y

^_i ag e `t ]^_ mbjk`_ ^^_ pr`k^]`_^y ^c ^_ a ^_i^t ag c^r. Fungsi sekolah

dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara

lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga, atau

membentuk keagamaan pada diri anak agar menerima pendidikan agama

yang diberikan.15

3).Pembinaan Keagamaan dalam Masyarakat

Selain keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarpun turut andil

dalam membina anak. Pembinaan agama yang diberikan oleh keluarga

sebagai dasar utama, sedangkan sekolah menjadi sangat penting untuk

memenuhi kekurangan maupun keluarga dalam mendidik anak.

Kebudayaan hidup yang semakin kompleks, mental anak untuk

mengetahui berbagai macam hal penemuan ilmiah dan agama, maka perlu

kerjasama antar keluarga dan sekolah serta masyarakat untuk mengarahkan

ke hal yang positif. Sehingga mampu mengenal makna kehidupan yang

sebenarnya.16

Masyarkat merupakan lapangan pendidiakan yang ketiga,

keserasian antara ketiga lapangan pembinaan ini akan memberi dampak

yang positif bagi perkembangan anak termasuk dalam pembentukan jiwa

keagamaan mereka. Seperti diketahui bahwa dalam keadaan yang ideal,

pertummbuhan seorang menjadai sosok yang memiliki kepribadian yang

terintegrasi dalam berbagai aspek, mencakup fisik, psikis, moral dan

15

Djalaluddin,Psikologi Agama(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 217 16

(37)

opqrqtrst. us ts v ws t q xq vssysrsy st vz vpr xsqy pz x{srr w s x{y os x{st

|z osr, vz xysx{yr}ws t -ws toz |s {sqy~ xozyr z xoqqx}zrsy oqoz|s {sq|zrq yr}

s) €xsy sy s x vz xspstysx pz x{s ts vsx t s x{or x{ sztz tsw vz vpzrwstqys x

(vz x{svstq) sps ysx{ tzr‚sqpssvsssysy sr t.

|ƒ Membina anak-anak itu berasal dari masyarakat dan akan kembali ke

masyarakat.

c) Masyarakat (dapat menjadi sumber) pengetahuan.

5) Bentuk Metode Pembinaan Keagamaan

Pada umumnya, metode yang digunakan dalam penyuluhan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual( individual counseling).

a. Penyuluhan Kelompok (group guidance)

Metode yang digunakan dalam membantu seseorang atau sekelompok orang orang memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok. Beberapa bentuk khusus metode penyuluhan kelompok, yaitu : karya wisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok dan organisasi.

b. Penyuluhan Individu (individual counseling)

(38)

dipecahkan melalui metode counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.17

Dalam metode pembinaan keagamaan memiliki bentuk - bentuk metode yang disampikan pada suatu kelompok diantaranya yaitu: a) Metode Ceramah b) Metode Diskusi c) Metode Tanya Jawab d) Metode Demostrasi dan Eksperimen18

1. Metode Ceramah

Metode ceramah ini sejak lama oleh orang-orang yunani, hindu dan cina di pergunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada orang banyak. Di sekolah-sekolah modern sekarang ini sudah banyak ditinggalkan, karena tugas guru sekarang anak-anak bisa untuk berfikir, membimbing mereka dalam perkembangannya, membantu mereka dalam cara belajar dan dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam hidup mereka.

Metode ceramah juga disebut metode memberitahukan (lekture method) karena banyak dipergunakan perguruan tinggi. Sebenarnya bukan hanya memberitahukan, menyampaikan sejumlah keterangan atau fakta-fakta, tetapi ceramah dimaksud juga menjelaskan dan menguraikan mengenai suatu masalah, topik dan pertanyaan.19 Adapun kekurangan dari metode ceramah ini adalah:

17

Anur Rahim Fakih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Cet, IV; Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 37.

18

Rochman Natawidjaja, Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok,

(Bandung : 1987), h. 56.

19

(39)

Dalam pengajaran modern, metode ini sudah diganti kedudukannya oleh Metode Problem Solving, karena metode ceramah ini ada kekurangan-kekurangan sebagai berikut:

a. Tujuan metode ini adalah pengisian dan penumpukan pengetahuan kepada orang lain, yang dianggapnya masih kosong dan pasif. Pengajaran ini berpusat kepada guru (teacher center). Pendirian modern, belajar itu aktif dengan semboyan “Learning by doing” yakni belajar sambil berbuat.

b. Metode ceramah ini tidak memberi kesempatan untuk berbuat dan berfikir, umtuk memecahkan masalah. Klien dipaksa mengikuti jalan pikiran penyuluh, mereka diharapkan hanya menerima keterangan atau penjelasan penceramah.

Metode ini dapat dipergunakan, karena masih ada kebaikan – kebaikannya. Manfaat penggunaanya bergantung kepada sifat bahan yang disampaikan, kecakapan penyuluh yang menyampaikan dan taraf perkembangan klien (penerima). Metode ceramah ada kebaikan dipergunakan bila:

a. Untuk menyampaikan sesuatu kepada klien, yang sulit disampaikan dengan cara lain. (umpamanya disekolah yang kurang lengkap alat dan bahan diperpustakaan).

(40)

2. Metode Diskusi

Seperti juga dengan metode lainya, metode diskusi ini pun dapat dihubungkan dengan metode-metode lainnya. Setelah ceramah dan karyawisata dapat diteruskan dengan diskusi. Metode ini merupakan bagian yang penting dalam metode pemecahan masalah. (problem solving).20Adapun manfaat diskusi antara lain:

a) Dalam diskusi anak belajar berfikir tentang suatu masalah.

Mereka mendapat latihan untuk mengemukakan pendapatnya.

b) Mendapat kesempatan untuk berfikir bersama tentang suatu masalah. Setiap peserta dapat memberikan sumbangannya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

c) Dalam diskusi seseorang dapat belajar toleran, terhadap pendirian orang lain, lebih kritis dan berhati-hati terhadap pendiriannya sendiri. Saling mengoreksi dan menerima.

d) Hasil belajar dengan diskusi akan lebih baik dari pada hanya dengan hafalan. Seseorang dapat menggunakan pikirannya dan pengetahuannya secara aktif dan efektif dalam menghadapi masalah.21

3. Metode Tanya Jawab

Pertanyaan untuk mengevaluasi pengetahuan klien. Pertanyaan harus pertanyaan ingatan, pertanyaan pikiran. Dan pertanyaan dapat

20

Drs. B. Simanjuntak dan Dra.I.L. Pasaribu, Didaktik dan Metodik, (Bandung : Tarsito,1986), hlm. 96-98

21

(41)

membangkitkan semangat dan minat klien dengan pertanyaan akan menimbulkan rasa ingin tahu akan jawaban sesuai rasa ingin tahu ini akan merupakan rangsangan untuk belajar. Pertanyaan yang baik akan mengandung masalah yang akan merangsang peserta didik untuk berfikir.22Dengan pertayaan dapat melatih peserta didik untuk mengingat. dengan tanya jawab dapat melatih peserta didik memberikan jawaban˗ jawaban.Berikut cirri-ciri pertanyaan yang baik:

a. Pertanyaan hendaknya merangsang peserta didik untuk berfikir.

b. Pertanyaan hendaknya jelas, tidak menimbulkan tafsiran yang bermacam˗ macam.

c. Pertanyaan hendaknya singkat, sehingga mudah ditangkap dalam keseluruhan.23

Dalam hubungan ini bimbingan dan penyuluhan mempunyai fungsi efektif dan menggali sumber-sumber kekuatan rohaniah dan menggunakan sumber-sumber manusia yang ada untuk mengatasi kebutuhan yang ditimbulkan oleh proses perubahan yang mempunyai dampak negatif atau yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

Dari uraian yang dikemukakan diatas, maka dapatlah diketahui bahwa tujuan bimbingan penyuluhan Islam adalah untuk kepribadian manusia yang tangguh terhadap diri sendiri dan Allah swt. Namun secara garis besarnya atau secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islam itu

22

Nana Sudjana,Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar(Jakarta : miizan, 2001), h. 78.

23

(42)

dapat di rumuskan sebagian membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah diketahui dari pengertianya. Individu yang dimaksudkan disini adalah orang yang dibimbing untuk diberi konseling, baik perorangan maupun kelompok, “mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya” berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedukaannya sebagai makhluk Allah, makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

Karena itu tujuan akhir bimbingan dan konseling Islam adalah kebahagian hidup manusia di dunia dan akhirat. Karena berbagai faktor, individu bisa juga terpaksa menghadapi masalah dan kerapkali pula individu tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri, maka bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah yang dihadapinya itu. Bantuan pemecahan masalah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan juga, khususnya merupakan fungsi konseling sebagai bagian sekaligus teknik bimbingan.

(43)

insan yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan objektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal24

Jadi fungsi dan tujuan metode penyuluhan adalah untuk memantapkan pemahaman agama bagi masyarakat, dalam kehidupan berkelompok sehingga dapat membentuk budaya yang berintikan agama Islam bertujuan sebagai subjek dakwah, karena itu bimbingan penyuluhan agama Islam harus mempengaruhi dan mengarahkan manusia dari alam kebodohan dan kealam yang berpengetahuan atau alam kekufuran kealam ketauhidan. Dengan demikian bimbingan penyuluhan Islam dimaksudkan untuk membina daya manusia sehingga melahirkan orang-orang sehat jiwa dan raga, takwa kepada Tuhan, luhur budi pekertinya, mencintai bangsa dan sesama manusia.

6). Bentuk Pembinaan Keagamaan

Bentuk-bentuk pembinaan keagamaan yang diantaranya pembinaan tentang wudhu, pembinaan shalat dan pembinaan dalam membaca al qur’an.

24

(44)

a. Wudhu

Wudhu, menurut bahasa berarti baik dan bersih. Menurut istilah syara’, wudhu ialah membasuh muka, dan kedua tangan sampai siku,

mengusap sebagian kepala dan membasuh kaki didahului dengan niat dan dilakukan dengan tertib.25

Perintah wudhu diberikan kepada orang yang akan mengerjakan shalat, dan menjadi salah satu dari syarat sahnya shalat, dasarnya: Firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah:



Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Jika kamu junub maka Mandilah. Dan jika kamu sakit, atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu itu). Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya

bagimu, agar kamu bersyukur. ”(QS. Al-maidah: 6)26

25

Ilmu Fiqh, Jilid I, Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983.

26

(45)

Allah hanya menerima shalat yang dikerjakan oleh mereka yang suci dari hadas. Karenanya, Allah swt, tidak menerima shalat mereka yang dikerjakan dalam keadaan berhadas.

b. Pengertian shalat

Dalam bahasa Arab perkataan “shalat” digunakan untuk beberapa arti, diantaranya digunakan untuk arti “do’a” seperti dalam firman Allah surat (At-Taubah (9): 103); digunakan untuk arti “rahmat” dan “mohon ampunan” seperti dalam firman Allah surat (Al-Ahzab (33): 43 dan 56).

Dalam istilah ilmu Fikih, shalat adalah salah satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula.27 Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorang pun yang sempurna, melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh perjalanan hidupnya yang sangat kompleks itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan problema.

Dalil-dalil Sebagai Dasar Shalat:

Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat: 56



Artinya: “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali supaya

menyembah kepada-Ku.”(QS. Adz-Dzuriyat: 56). Al-Qur’an surat Thaha ayat 14



sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat

Aku.”(QS. Thaha: 14)

c. Pembinaan baca Al qur’an

27

(46)

Al-Quran adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka amat baik jika anak dibiasakan membaca al-Quran dengan benar, dan diupayakan semaksimalnya agar mengbafal al-Quran atau sebagian besar darinya dengan diberi dorongan melalui berbagai cara. Karena itu, kedua orangtua bendaklah berusaha agar putera puterinya masuk pada salah satu sekolah tahfizh al-Quran; kalau tidak bisa, diusahakan masuk pada salah satunya.

Setiap orang tua harus menyadari bahwa mengajarkan al-Qur´an kepada anak-anak adalah suatu kewajiban mutlak dan harus dilaksanakan sejak dini agar ruh al-Qur´an dapat membekas dalam jiwa mereka. Sebab bagaimana anak-anak dapat mengerti agamanya jika mereka tidak mengerti al-Qur´an. Selain itu untuk kepentingan bacaan dalam sholat, anak-anak pun wajib mengetahui dan dapat membaca surah Al Fatihah dan lainnya yang menjadi keperluan sebagai bacaan dalam sholat. Dengan adanya tuntutan kewajiban sholat, maka mutlak bagi orang tua wajib memberi pendidikan al-Qur´an kepada anak-anaknya.

Islam juga memerintahkan untuk memberikan pendidikan membaca Al Qur-an kepada anak sejak usia dini, tentu saja dalam bentuk pendidikan awal. Pada masa sekarang ini pembelajaran membaca al Qur-an pada anak usai dini dapat diberikan dengan cara pembelajaran metode Iqra', dan ternyata metode ini banyak memberikan hasil positif bagi perkembangan dan kemampuan membaca al Qur-an anak usia dini (usia Taman Kanak-kanak). Cara yang dapat ditempuh orang tua dalam memberikan pendidikan al-Qur-an kepada anak-anaknya, antara lain adalah:

(47)

kemampuan anak-anaknya. Ini berarti orang tualah yang wajib terlebih dahulu dapat membaca Al Qur-an dan memahami ayat-ayat yang dibacanya.

2. Menyerahkan kepada guru mengaji al-Qur-an atau memasukkan anak-anak pada sekolah-sekolah yang mengajarkan tulis baca al-Qur-an.

3. Dengan alat yang lebih modern, dapat mengajarkan al-Qur-an lewat video casette, dan atau vcd, jika orang tua mampu menyediakan peralatan semacam ini, tetapi ingatlah bahwa cara yang pertamalah yang terbaik.28

Pada usia dini anak juga perlu diberi pengajaran tentang ibadah, seperti tentang bersuci, do'a-do'a, dan ayat-ayat pendek, cara mengucap salam, dan sedikit tentang tata cara melaksanakan şalat, serta beberapa hal lain yang dikategorikan kepada amal dan perbuatan baik yang diridhoi Allah. Dalam hal memberi pendidikan şalat kepada anak di usia dini dapat dilakukan orang tua dengan mulai membimbing anak untuk mengerjakan şalat dengan mengajak melakukanşalatdi sampingnya, dimulai ketika ia sudah mengetahui tangan kanan dan kirinya.29

b) Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Pengertian Kecerdasan Spiritual Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna perkembangan akal budi untuk

28

M. Thalib,40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, (Yogyakarta: Pustaka Al Kautsar, 1992), h. 106-107.

29

(48)

berfikir dan mengerti.30 Menurut Kamus Bahasa Indonesia Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa latin yaitu spritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.31

Dalam kamus psikologi spirit adalah suatu zat atau makhluk immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut aslinya, yang diberi sifat dari banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas energi disposisi, moral atau motivasi.32

Kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal dengan SQ (bahasa Inggris: spiritual quotient) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.

Spiritual Intelligence adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan kerohanian yang berkorelasi dengan IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Seperti EQ, Spiritual Intelligence menjadi lebih utama dalam penyelidikan ilmiah dan diskusi filosofis / psikologis. Ini merujuk kepada sekelompok atau serangkaian

30

Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993) cet. Ke-2, h. 186.

31

Ana Budi Kuswandani, Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) cet. Ke- 1, h. 6

32

(49)

kecenderungan yang terdiri dari persepsi, intuisi, kognisi, yang berkaitan dengan spiritualitas dan/atau religiusitas, khususnya modal spiritual.

Kecerdasan spiritual tidak berhubungan dengan agama, melainkan berhubungan erat dengan kejiwaan seseorang, demikian disimpulkan oleh banyak ahli psikologi dalam bidang ini. Jadi, tidak benar jika kecerdasan spiritual diartikan sebagai orang yang rajin melakukan ibadah, aktif datang ke sebuah pengajian, atau segala hal yang menyangkut agama.

Dengan demikian dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang sempurna dari perkembangan akal budi untuk memikirkan hal-hal diluar alam materi yang bersifat ketuhanan yang memancarkan energi batin untuk memotivasi lahirnya ibadah dan moral.

Dari sudut pandang psikologi, kecerdasan spiritual justru mengejutkan kita, karena ternyata sudut pandang psikologi memberitahu kita bahwa ruang spiritual (spiritual space) pun memiliki arti kecerdasan. Secara sederhana, manusia mempunyai tingkat kecerdasan spiritual yang berbeda-beda. Manusia bisa saja memiliki kecerdasan rendah secara spiritual, dengan ekspresi keberagamaannya yang monolitik, eksklusif, dan intoleran, yang sering kali berakibat pada kobaran konflik atas nama agama.

(50)

spiritual (Spiritual Quotient) yang baik, sangat diperlukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan memberikan dampak yang baik bagi dirinya sendiri dan lingkungan sosial keagamaan di sekitarnya. Menilik saat ini Indonesia banyak menjadi sorotan dunia karena mulai munculnya kekerasan-kekerasan atas nama agama.33

2. Kecerdasan Spiritual Dalam Pandangan Islam

Kemampuan seseorang untuk yakin dan berpegang teguh terhadap nilai spritual islam, selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai islam dalam hidupnya, dan mampu untuk menempatkan dirinya dalam kebermaknaan diri yaitu ibadah dengan merasakan dirinya selalu dilihat Tuhan, sehingga ia dapat hidup dengan mempunyai jalan dan kebermaknaan yang akan membawanya terhadap kebahagiaan dan keharmonisan yang hakiki. Allah berfirman Dalam Surat Al-Mu’minun yang artinya:

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat (QS: Al-Mu’minun: 1-4).34

Ciri-ciri manusia yang memiliki kualitas kecerdasan spiritual tinggi dijelaskan oleh Dadang Hawari sebagai berikut:

33

Sukidi,Kecerdasan Spiritual(Jakarta: Gramedia, 2004). 34

Departemen Agama,Al Qur’an dan Terjemahnya(Jakarta : Rajawali Pers 1989)h.

(51)

1) Beriman kepada Allah dan bertaqwa kepada Allah Sang Pencipta dan beriman terhadap malikatNya, kitab-kitab Allah, rasul-rasulNya, hari Akhir, serta Qadha’ dan Qadar. Hal ini membuatnya selalu bersandar kepada ajaran Allah dan merasa bahwa dirinya selalu diawasi, dicatat perbuatannya, akhirnya ia selalu menjaga perbuatan dan hatinya. Ia juga berusaha agar selalu berbuat sholeh kebajikan.

2) Selalu memegang amanah, konsisten dan tugas yang diembannya adalah tugas mulia dari Allah, ia juga berpegang pada amar ma’ruf nahi munkar, sehingga ucapan dan tindakannya selalu menerminkan nilai-nilai luhur, moral dan etika agama.

3) Membuat keberadaan dirinya bermanfaat untuk orang lain, dan bukan sebaliknya. Ia bertanggung jawab dan mempunyai kepedulian sosial. 4) Mempunyai rasa kasih sayang antar sesama sebagai pertanda seorang

yang beriman.

5) Bukan pendusta agama atau orang zalim. Mereka mau berkorban, berbagi, dan taat pada tuntunan agama.

6) Selalu menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakannya, dengan cara selalu beramal saleh dan berlomba-lomba untuk kebenaran serta kesabaran.

Karena itu kecerdasan spiritual adalah komponen utama bila dibandingkan engan IQ, EQ, dan CQ. Untuk mengembangkannya adalah dengan menghayati dan mengamalkan agama; yaitu rukun iman, rukun islam dalam kehidupan.35

35

(52)

Pentingnya petunjuk Al-Qur’an dan amal sholeh untuk menghilangkan awan hitam hati tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah surat Al-isra yang Artinya:

Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan memberi kabar gembira kepada kaum mukmin yang mengerjakan amal sholeh (kesadaran akan pekerjaan yang dilakukan atas kepatuhan terhadap Allah) bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Al-isra’9).36

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan kecerdasan spiritual menurut islam diatas adalah:

1) Jalan hidup spritualitas islam memiliki tiga fondasi dasar untuk membentuk pribadi muslim yang utuh, yaitu iman, islam, dan ihsan. Iman merupakan fondasi yang paling dasar dalam islam, ia adalah ikrar jiwa untuk yakin terhadap kekuatan tertinggi yaitu Allah. Syarat utama dari iman adalah keyakinan tadi, dan selanjutnya ikrar lisan dan akhirnya ikrar tingkah laku sebagai manifestasi dari keyakinan terhadap kekuatan Tertinggi dalam setiap perbuatannya. Islam merupakan pokok-pokok ibadah, rule, dan metodologi dalam menempuh jalan islam. Sedangkan ihsan merupakan kebaikan dan kebajikan budi pekerti sebagai manifestasi dari iman dan islam, amal perbuatannya hanya di sandarkan hanya pada Allah dan merasa seakan-akan melihat dan dilihat Allah.

2) Muslim yang memiliki kecerdasan spritual akan memiliki budi pekerti yang luhur, taat beribadah, tenang jiwanya, bijaksana, peduli dan peka dalam kehidupan pribadi, sosial, keluarga, maupun terhadap

36

(53)

lingkungan. Semuanya adalah sebagai menifestasi keadaan jiwa yang memiki jalan dan bersandar pada Allah dan tertuang pada perilaku dalam kehidupannya.

3. Nilai–nilai kecerdasan spiritual

Sinetar (2001) menuliskan beberapa aspek dalam kecerdasan spiritual, yaitu :

a. Kemampuan untuk memilih dan menata hingga ke bagian-bagian terkecil ekspresi hidupnya berdasarkan suatu visi batin yang tetap dan kuat yang memungkinkan hidup mengorganisasikan bakat.

b. Kemampuan untuk melindungi diri. Individu mempelajari keadaan dirinya, baik bakat maupun keterbatasannya untuk menciptakan dan menata pilihan terbaiknya.

c. Kedewasaaan yang diperlihatkan. Kedewasaan berarti kita tidak menyembunyikan kekuatan-kekuatan kita dan ketakutan dan sebagai konsekuensinya memilih untuk menghindari kemampuan terbaik kita. d. Kemampuan mengikuti cinta. Memilih antara harapan-harapan orang

lain di mata kita penting atau kita cintai.

e. Disiplin-disiplin pengorbanan diri. Mau berkorban untuk orang lain, pemaaf tidak prasangka mudah untuk memberi kepada orang lain dan selalu ingin membuat orang lain bahagia.37

Menurut Buzan (2003) ada sepuluh aspek-aspek dalam kecerdasan spiritual yaitu mendapatkan gambaran menyeluruh tentang jagad raya,

37

(54)

menggali nilai-nilai, visi dan panggilan hidup, belas kasih, memberi dan menerima, kekuatan tawa, menjadi kanak-kanak kembali, kekuatan ritual, ketentraman, dan cinta.

Selain dari hal di atas, menurut Robbins & Judge dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior menyebutkan budaya spiritualitas yang perlu dibentuk adalah:

1. Strong Sense of Purpose.Meskipun pencapaian keuntungan itu penting, tetapi hal itu tidak menjadi nilai utama dari suatu organisasi dengan budaya spiritual. Karyawan membutuhkan adanya tujuan perusahaan yang lebih bernilai, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk visi dan misi organisasi.

2. Trust and Respect. Organisasi dengan budaya spiritual senantiasa memastikan terciptanya kondisi saling percaya, adanya keterbukaan dan kejujuran. Salah satunya dalam bentuk manajer dan karyawan tidak takut untuk melakukan dan mengakui kesalahan.

3. Humanistic Work Practices. Jam kerja yang fleksibel, penghargaan berdasarkan kerja tim, mempersempit perbedaan status dan imbal jasa, adanya jaminan terhadap hak-hak individu pekerja, kemampuan karyawan, dan keamanan kerja merupakan bentuk-bentuk praktik manajemen sumber daya manusia yang bersifat spiritual.

(55)

Saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang menerapkan budaya spiritualitas di tempat kerja.38

C). Anak Jalanan

Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besa waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain ataupun melakukan aktifitas lain.39

Sedangkan Menurut Tata Sudrajat anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan (anak yang hidup dijalanan / children the street). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan (Children on the street) Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan (vulnerable to be street children).40

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah merupakan harapan dan cita-cita seorang anak. Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan bercita-cita menjadi anak jalanan. Anak merupakan bagian dari komunitas 38

Nata, Abudin, 2003,Ciri-ciri Kecerdasan Emosional, (Prenada Media: Jakarta ) h. 58.

39

Sirait, 2006, dalam Ranesi, 2006,Anak Jalanan.diperoleh pada 25 Oktober 2012, dari http://www.anjal.ranesi.or.id

40

(56)

seluruh manusia di muka bumi. Tanpa terkecuali anak jalanan. Mereka bukan binatang, sampah, atau kotoran yang menjijikkan. Anak jalanan juga manusia yang mempunyai rasa dan hati. Dikejar-kejar, ditangkap, diboyong ke truk secara paksa, diinterogasi bersama-sama dengan preman, pencuri, perampok, bahkan pembunuh tanpa memikirkan bagaimana cara hak-hak mereka bisa terpenuhi.

Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan ataupun tercampak dari keluarga yang tidak mampu, menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.Umumnya anak jalanan bekerja sebagi pengamen, pengasong, pemulung, tukang semir, ataupun pengais sampah. Tidak mengalami kecelakaan lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat terutama dari kultur jalanan, khususnya seks dan penyalah gunaan obat. Lebih memprihatinkan lagi lingkungan akan mendorong anak jalanan menjadi obyek sosial.

(57)

„6

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Sanggar Kreatif Anak Bangsa

Pada awalnya Sanggar Kreatif Anak Bangsa lahir dari sebuah gagasan mahasiswa yang peduli terhadap masalah pendidikan dan anak jalanan yang putus sekolah. Pada tahun 2010, Lingkar Samudera Belajar yang disingkat LSB (nama pertama kali muncul sebelum Sanggar Kreatif Anak Bangsa) hadir sebagai sebuah wahana dan wadah belajar bagi anak jalanan. Selama kurang lebih 3 bulan proses pembelajaran diselenggarakan dalam sebuah ruangan dari salah satu bangunan tua yang menjadi sekretariat organisasi mahasiswa, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat.

Kemudian berdasarkan beberapa pertimbangan tempat proses pembelajaran pindah ke sebuah kontrakan yang berada di Kampung Sawah Ciputat, sekaligus sebagai tempat tinggal sementara bagi anak jalanan yang ikut serta dalam proses pembelajaran di LSB. Selanjutnya, proses pembelajaran banyak diselenggarakan halaman-halaman kampus UIN Jakarta. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dana yang dimiliki oleh LSB pada saat itu.1

1

(58)

Pada tahun 2012, LSB berganti nama menjadi Sanggar Kreatif Anak Bangsa dan mulai mendirikan sekolah sederhana di daerah Pisangan Ciputat Tangerang Selatan. Saat ini, peserta belajar di Sanggar Kreatif Anak Bangsa tercatat sebanyak 30 anak jalanan, mereka adalah anak-anak bangsa yang terpaksa terjun ke jalan karena permasalahan ekonomi keluarga. Mereka biasa operasi di sekitar pasar Ciputat, Pesanggrahan, Lebak Bulus, Pasar Rebo, Pasar Jumat, bahkan Senayan.

Sebuah tempat yang menarik di Ciputat. Tepatnya di Jl Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, kira-kira dua kilometer dari Jl Raya Ciputat. Tempat itu adalah sebuah Sanggar Kreatif Anak Bangsa. Tempat sederhana itu didirikan diatas tanah seluas 8.000 m2, milik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

Bangunan sederhana yang memanjang terdiri dari deretan 5 buah kamar yang terdiri dari dapur, 3 kamar tidur dan kantor. Di depan deretan kamar-kamar tersebut dibangun sebuah “aula” yang cukup besar yang juga dibangun dengan bahan yang sama. Di pojok belakang ada kamar mandi

merangkap toilet. Bangunan ini terbuat dari bambu beratapkan rumbia. “Aula”

ini merupakan pusat kegiatan sanggar tersebut sebagai tempat berkumpul sekaligus tempat belajar mengajar para penghuninya.

(59)

yang seluruhnya juga alumni UIN. Mereka bekerja siang malam untuk mengangkat derajat anak jalanan ini supaya menjadi orang yang bermartabat kelak nanti.2

Dapat mengesankan adalah kesungguhan kedelapan anak muda ini untuk membaktikan diri demi kepentingan masa depan anak jalanan yang mereka asuh. Hubungan antara guru dan murid tampak akrab. Tampaknya mereka sangat menikmati tinggal di sanggar ini. Para pengelola muda ini antara lain terdiri dari Harris yang berasal dari Banten, Bara yang berasal dari Tasikmalaya, Khoiril Anwar asal Pati. Mereka bersatu dalam satu wadah yang bernama Sanggar Kreatif Anak Bangsa.3

B. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga

Sanggar Kreatif Anak Bangsa adalah sekolah alternatif yang memiliki model pendidikan yang berbeda dengan lembaga pendidikan pada umumnya. Model pendidikan dibangun dan diperkuat oleh suasana dan lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan menyenangkan bagi anak-anak jalanan yang putus sekolah pada usia SD, SMP, dan SMA.

Keberadaan Sanggar Kreatif Anak Bangsa merupakan bagian dari impian dan harapan masyarakat yang memiliki komitmen kuat untuk

2

Hasil Observasi penelitian saat mengujungi lokasi sanggar kreatif anak bangsa, tanggal 20 februari 2013 pukul 10.00.

3

Gambar

GAMBARAN UMUM LEMBAGA
gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan
Gambar Per Pengurus Sanggar Kreatif Anak Bnagsa
Gambar kunjungan Angnggota DPR RI Memberikan Bantuan untu
+2

Referensi

Dokumen terkait