ABSTRAK
PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU
BANDAR LAMPUNG Oleh
Anggi Reza Saputra
Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan rusa yang berasal dari Jawa, ditemukan di hutan dataran terbuka serta padang rumput daerah tropis. Upaya konservasi secara ek-situ telah dilakukan di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau pada bulan Juni – Juli 2015 menggunakan metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit selama 24 jam. Rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau banyak melakukan aktivitas di area yang memiliki naungan tepatnya di bawah gazebo (hari kerja: 23,72%; hari libur: 21,62%), area vegetasi bambu dan beringin (hari kerja: 14,62%; hari libur: 13,90%), dan yang ketiga area yang memiliki vegetasi rumput (hari kerja: 11,46% ; hari libur: 11,97%). Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja: 24,8% ; hari libur: 23,58%), aktivitas istirahat (hari kerja: 24,77% ; hari libur: 23,79%) dan aktivitas berjalan (hari kerja: 17,68% ; hari libur: 17,37%). Pemanfaatan mikrohabitat tertinggi pada area naungan, dan aktivitas tertinggi yang dilakukan adalah aktivitas istirahat dan makan.
PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Oleh
Anggi Reza Saputra
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU
BANDAR LAMPUNG Oleh
Anggi Reza Saputra
Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan rusa yang berasal dari Jawa, ditemukan di hutan dataran terbuka serta padang rumput daerah tropis. Upaya konservasi secara ek-situ telah dilakukan di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau pada bulan Juni – Juli 2015 menggunakan metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit selama 24 jam. Rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau banyak melakukan aktivitas di area yang memiliki naungan tepatnya di bawah gazebo (hari kerja: 23,72%; hari libur: 21,62%), area vegetasi bambu dan beringin (hari kerja: 14,62%; hari libur: 13,90%), dan yang ketiga area yang memiliki vegetasi rumput (hari kerja: 11,46% ; hari libur: 11,97%). Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja: 24,8% ; hari libur: 23,58%), aktivitas istirahat (hari kerja: 24,77% ; hari libur: 23,79%) dan aktivitas berjalan (hari kerja: 17,68% ; hari libur: 17,37%). Pemanfaatan mikrohabitat tertinggi pada area naungan, dan aktivitas tertinggi yang dilakukan adalah aktivitas istirahat dan makan.
PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG
Oleh
Anggi Reza Saputra
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Liwa, Lampung Barat pada tanggal
31 Maret 1993, sebagai anak keempat dari empat
bersaudara, dari pasangan Bapak Safrudin dan Ibu
Daliasma. Penulis menempuh pendidikan di Taman
Kanak-kanak (TK) Nurul Islam Pasar Liwa tahun
1998-1999. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan dasar di
Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Liwa tahun 1999-2005. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Liwa
tahun 2005-2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 1 Liwa tahun 2008-2011. Tahun 2011 Penulis resmi
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui Ujian Masuk Lokal (UML).
Penulis menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi dan meraih gelar Sarjana
Sains pada tahun 2016.
Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unila, Penulis aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO FMIPA Unila) sebagai
anggota Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) periode 2012-2013, dan anggota
Pertengahan tahun 2014 Penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung dengan judul “Inventarisasi
Mamalia di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Register 39 Kabupaten
Tanggamus”. Awal tahun 2015 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama 40 hari di Kampung Bujung Tenuk, Kecamatan Menggala, Kabupaten
Tanpa IMPIAN, kita tidak akan meraih apapun. Tanpa CINTA, kita tak
akan merasakan apapun. Dan tanpa ALLAH, kita bukan siapa-siapa
–
Mesut Ozil-
“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain
dengan kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang
berseri-seri disertai akhlak
yang baik”
-Nabi Muhammad S.A.W-
“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha
yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang
manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa b
erusaha”
-Mario Teguh-
“Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan”
-Francis Bacon-
“Percayalah, Tuhan tak pernah salah memberi rezeki”
SANWACANA
Assalammualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini
berjudul “Pemanfaatan Mikrohabitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Taman
Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sains di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai
disusun, penulis telah mendapatkan banyak bantuan. Oleh karena itu, sehubungan
dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Abak dan Amak tercinta yang telah bekerja keras untuk membiayai semua
biaya perkuliahan, memberi bimbingan, dan nasihat serta doa yang diberikan.
2. Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. sebagai Pembimbing I yang telah
membimbing penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini
selesai disusun. Terimakasih juga atas kesabarannya dalam proses bimbingan
serta motivasi, nasihat,kritik, dan saran yang telah diberikan untuk penulis.
3. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. sebagai Pembimbing II serta sebagai Ketua
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung yang telah sabar membimbing dan memberikan saran kepada penulis
sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai.
4. Prof. Dr. Ir. H.Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai pembahas yang telah
memberikan nasihat, kritik, dan saran untuk pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Suratman Umar, M.Sc. sebagai Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan akademik selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Prof. Warsito, S.Si. DEA. Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak M. Irwan Nasution sebagai pimpinan Taman Satwa Lembah Hijau
Bandar Lampung atas izin penelitian yang telah diberikan kepada penulis.
8. Bapak Rasyid Ibransyah, S.Kh atas bantuan dan bimbingan, serta arahan saat
9. Para Sahabat Agung Prasetyo, Robith Kurniawan, Dany Kurniawan, Wendy
Dwi Putra, Ahmad Yani, M Sobran Jamil, Fadila Sandi, Andrian Isro, Rahmat
Ori, Rangga Brahma, dan Adi Irawan yang telah membantu penulis selama
menjadi mahasiswa.
10.Seluruh teman-teman seperjuangan biologi 2011 atas kebersamaan,
kekeluargaan dan bantuan selama ini.
11.Seluruh pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan
kekhilafan perkataan dan perbuatan selama pelaksanaan penelitian dan proses
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada semua
pihak untuk hal tersebut di atas. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi salah
satu sumber informasi terbaru dan bermanfaat untuk para pembacanya.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 3 Juni 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
D.Reproduksi & Pertumbuhan Rusa Timor ... 8
E.Perilaku Makan Rusa Timor ... 9
F. Status Ekologi & Perlindungan ... 11
G.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 12
III.METODE PENELITIAN ... 14
A.Gambaran Umum Penangkaran Rusa Timor ... 20
B.Penggunaan Mikrohabitat ... 20
C.Aktivitas Harian ... 24
1. Aktivitas Istirahat ... 24
3. Aktivitas Berjalan ... 27
D.Keadaan Suhu Penangkaran ... 28
V. KESIMPULAN ... 29
A. Kesimpulan ... 29
B. Saran ... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan Ranggah Rusa Timor Jantan... 8
2. Spesies Tumbuhan Pakan Rusa Timor ... 10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rusa Timor Di Taman Satwa Lembah Hijau ... 2
Gambar 2. Rusa Timor Di Taman Satwa Lembah Hijau ... 6
Gambar 3. Lokasi Kandang Peraga Rusa Timor ... 13
Gambar 4. Kandang Peraga Rusa Timor... 16
Gambar 5. Rancangan Petak Mikrohabitat ... 17
Gambar 6. Salah Satu Bangunan Rumah Terbuka ... 18
Gambar 7. Penggunaan Area Oleh Kelompok Rusa Timor ... 21
Gambar 8. Rusa Timor Di Area Naungan Bambu ... 22
Gambar 9. Aktivitas Minum Rusa Timor ... 23
Gambar 10. Aktivitas Harian Rusa Timor ... 25
Gambar 11. Rusa Timor Sedang beristirahat ... 26
Gambar 12. Rusa Timor melakukan aktivitas Makan ... 27
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati yang tinggi,
baik flora maupun fauna. Namun, keanekaragaman hayati tersebut semakin
menurun, akibat adanya perburuan liar satwa terutama yang memiliki nilai
komoditi ekonomi tinggi (Alikodra, 1979).
Pelestarian keanekaragaman sumber daya hayati perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya kepunahan. Pemerintah Indonesia memberlakukan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang bertujuan untuk
melindungi 400 jenis satwa baik mamalia, aves, dan reptil (Semiadi dan
Nugraha, 2004).
Rusa timor (Cervus timorensis) adalah salah satu jenis satwa yang memiliki penyebaran yang luas di Indonesia, mulai dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Menurut Ishak (1996) jumlah
2
Ancaman terhadap keberadaan populasi rusa timor berasal dari perburuan
yang dilakukan oleh manusia untuk diambil dagingnya (Alikodra, 1979).
Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi rusa
timor baik secara in-situ maupun ek-situ. Upaya konservasi secara in-situ
merupakan upaya konservasi yang dilakukan di dalam habitat alami,
sedangkan upaya konservasi secara ek-situ merupakan upaya konservasi
yang dilakukan di luar habitat alaminya, seperti penangkaran (Garsetiasih,
2002).
Salah satu kawasan konservasi ek-situ rusa timor yang ada di Bandar
Lampung adalah Taman Satwa Lembah Hijau, yang memiliki jumlah
individu rusa 23 ekor terdiri jantan dewasa 8 ekor, betina dewasa 13 ekor,
jantan anakan 1 ekor dan betina anakan 1 ekor (Gambar 1).
3
Penangkaran adalah satu kegiatan pengembak biakan satwa liar yang
bertujuan untuk mempertahankan maupun meningkatkan populasi satwa
(Mukhtar, 1996). Adapun syarat penangkaran untuk rusa timor dengan
memilih lahan yang ditumbuhi rumput, tersedia pohon sebagai naungan,
kolam air, dan area kandang diberi pagar pembatas (besi atau beton)
(Garsetiasih, 2002).
Penangkaran rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau dilakukan pada
habitat yang dibatasi pagar besi dengan luas ± 190 m2, bak air sebagai
tempat rusa melakukan aktivitas minum, dan naungan untuk berteduh ketika
hujan dan cuaca panas. Pakan yang diberikan seperti bayam, ampas tahu
dan lamtoro (Lembah Hijau, 2015).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan
mikrohabitat rusa timor (Cervus timorensis) di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.
C. Kerangka Pikir
Rusa timor (Cervus timorensis) ditangkarkan dalam upaya perlindungan dari kepunahan. Untuk menjadikan suatu penangkaran yang baik, salah
satunya yaitu membuat penangkaran yang mendekati kondisi habitat
4
berpengaruh langsung terhadap perilaku satwa liar tersebut (Soerianegara
dan Indrawan, 1985).
Menurut Wirakusumah (2003) mikrohabitat adalah lingkungan khusus
dalam skala kecil yang berbeda dari sekitarnya dan mempunyai arti penting
bagi kehidupan organisme di dalamnya. Hal yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan penangkaran adalah lokasi dan model kandang. Kondisi
vegetasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam
pengelolaan suatu penangkaran.
Untuk mempertahankan dan melindungi populasi rusa timor di Taman
Satwa Lembah Hijau diperlukan informasi mengenai pemanfaatan
mikrohabitat.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dasar mengenai
pemanfaatan mikrohabitat rusa timor (Cervus timorensis) dalam mendukung upaya konservasi di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Rusa Timor
Menurut Primack (1998) rusa timor adalah hewan mamalia dengan
klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Cervidae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)
Ciri morfologi rusa timor adalah memiliki ranggah, yang merupakan derivat
dari tulang pada bagian kepala. Rusa timor merupakan salah satu rusa asli
Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor berasal
dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa
Tenggara Barat (Setio, 2010). Rusa dikenal sebagai hewan yang memiliki
6
Rusa timor mempunyai warna rambut coklat keabu-abuan sampai coklat
tua kemerahan dan pada individu jantan warnanya lebih gelap (Gambar
2). Warna tubuh di bagian ventral lebih terang daripada di bagian dorsal.
Tinggi bahu rusa timor betina dewasa ± 100 cm, sedangkan yang jantan
dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala berkisar antara
120-130 cm, panjang ekor 10-30 cm, berat badannya dapat mencapai 100
kg (Suyanto, 2002).
Gambar 2. Rusa timor (Cervus timorensis) di Taman Satwa Lembah Hijau
B. Habitat dan Distribusi Rusa Timor
Rusa timor berasal dari Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai
wilayah Indonesia mulai dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
7
Habitat rusa timor mencakup hutan, dataran terbuka serta padang rumput
pada daerah beriklim tropis, subtropis dan savana. Rusa timor mampu
beradaptasi di hutan, pegunungan, dan rawa-rawa serta di temukan juga di
dataran rendah hingga ketinggian 2600 m di atas permukaan laut. Selain itu
rusa timor mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering, karena
ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif kecil (Wemmer, Kunz,
Lundie, dan McShea, 1996).
Dengan kemampuan adaptasi yang baik, rusa timor mampu berkembang
biak di luar habitat alaminya. Padang rumput dan daerah terbuka
merupakan tempat mencari makan sedangkan semak belukar merupakan
tempat berlindung (Anwar, Damanik, Hisyam, dan Whitten, 1984).
C. Perilaku Rusa Timor
Perilaku merupakan ekspresi yang ditimbulkan oleh semua faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal
dari lingkungannya (Setio, 2010). Perilaku dapat diartikan sebagai gerak
gerik organisme, merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari
bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau berdiam (Suyanto, 2002).
Perilaku juga merupakan gerak gerik hewan sebagai tanggapan terhadap
rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya
8
Berbagai macam perilaku rusa timor telah diamati oleh Burhanuddin (2007),
baik perilaku harian, perilaku kawin, perilaku tidur, perilaku makan dan
perilaku sosial.
D. Reproduksi dan Pertumbuhan Rusa Timor
Masa reproduksi rusa timor dimulai dari usia 1,5 tahun sampai 12,0 tahun,
sedangkan masa hidup bisa mencapai usia 15 sampai 20 tahun. Anak rusa
timor dengan usia 4 bulan dapat mencapai berat badan 17,35 kg untuk
individu jantan, sedangkan individu betina mencapai berat 16,15 kg. Masa
produktif rusa timor pada usia 1 sampai 2 tahun, dengan kelahiran satu
anakan pada setiap kelahiran (Setio, 2010). Ranggah pertama kali tumbuh
pada usia 1 tahun (Tabel 1) yang terdiri atas ranggah tunggal. Ranggah
yang dimiliki rusa timor mempunyai ciri-ciri besar, langsing, dan panjang
(Nowak, 1983).
Tabel 1. Perkembangan ranggah rusa timor jantan berdasarkan usia
Usia (bulan) Keadaan ranggah
4 – 6 Mulai terlihat adanya tonjolan
7 – 9 Ranggah tumbuh
13 - 15 Ranggah tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm)
24 Ranggah dengan 2 cabang
30 Ranggah dengan 3 cabang
84 Perkembangan ranggah sempurna (80-90 cm)
9
E. Perilaku Makan Rusa Timor
Menurut Burhanuddin (2007), rusa timor baik jantan maupun betina lebih
banyak melakukan aktivitas makan dan minum pada pagi dan sore hari, hal
ini dikarenakan pada siang hari rusa timor banyak melakukan aktivitas
istirahat.
Carter (1978) menyatakan untuk pakan rusa timor menyukai daun yang
lunak dan basah serta bagian yang muda seperti jenis kacang-kacangan dan
rumput. Saat merumput terdapat rusa timor yang menjadi pemimpin yaitu
rusa timor betina usia dewasa dalam memilih rumput yang memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi. Tumbuhan yang disukai oleh rusa timor
adalah alang-alang (Imperata cylindrica), rumput teki (Cyperus rotundus) dan sempu (Dillenia allata), Jenis tumbuhan pakan rusa timor meliputi 22 jenis dari 10 famili (Tabel 2). Bagian-bagian tumbuhan yang dimakan
antara lain pucuk, daun, kuncup dan buah (Carter, 1978).
Tabel 2. Spesies tumbuhan pakan rusa timor
No Nama Lokal Spesies Famili No Nama Lokal Spesies Famili
1 Buah hutan Melodorum latifolium Annonaceae 12 Jukut kikisan Rottboelia sp Gramineae
2 Sempu Dillenia allata Dilleniaceae 13 Rumput hangus Sporoblus sp Gramineae
11
F. Status Ekologi & Perlindungan
Rusa timor merupakan hewan yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999, yang mencakup
semua jenis dan genus Cervus ke dalam lampiran jenis satwa yang
dilindungi. Rusa termasuk hewan dalam kategori terancam punah (IUCN)
dalam daftar Appendix I CITES, sehingga keberadaannya harus dijaga dan
tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjualbelikan
dagingnya (Ibnu, 2008).
Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan pengelolaan
yang baik agar usaha perlindungan dapat tetap berlangsung. Untuk
memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan
melalui penangkaran (konservasi ek-situ) dengan sistem peternakan
(Subyaty, 2003).
Penangkaran rusa, mempunyai kelebihan karena rusa mudah beradaptasi
dengan lingkungan di luar habitat alaminya dan mempunyai reproduksi
yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran perlu diperhatikan yaitu
komponen habitat yang terdiri dari pakan, air, naungan, dan ruang. Usaha
penangkaran dilakukan untuk menghindari kepunahan dan dalam rangka
12
penangkaran kehidupan satwa liar dilakukan dengan baik (Garsetiasih,
2002).
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Taman satwa Lembah Hijau diresmikan pada 14 April 2007, merupakan
taman wisata berorientasi lingkungan yang memadukan antara rekreasi
kesegaran alam lembah hijau dan pengetahuan. Taman satwa yang terletak
di pusat Ibukota Bandar Lampung, Provinsi Lampung ini berdiri di atas
kawasan lembah seluas 30 ha. Kawasan wisata ini terdiri dari taman
rekreasi dan kebun binatang mini. Jenis satwa yang ada di Taman Satwa
Lembah Hijau antara lain orang utan, siamang, kambing gunung, beruang
madu, binturong, owa sumatera, owa jawa, kuda, rusa timor, buaya, dan
aves yaitu pelikan, burung elang, kakatua, rangkong, pelikan, merak.
Rusa timor yang berada di Taman Satwa Lembah Hijau berjumlah 23 ekor
terdiri dari 12 ekor rusa jantan dewasa, 9 ekor rusa betina dewasa, 1 ekor
rusa jantan anakan dan 1 ekor rusa betina anakan yang berada pada kandang
peraga seluas 190 m2. Lokasi kandang peraga berdekatan dengan kolam
ikan koi dan juga bersebelahan dengan wahana rumah hantu (Gambar 3).
13
Gambar 3. Lokasi kandang peraga rusa timor
Taman Satwa Lembah Hijau berlokasi di JI. Radin Imba Kesuma Ratu,
Kampung Sukajadi, Kelurahan Sukadanaham, Kecamatan Tanjung Karang
Barat, Bandar lampung. Lembah Hijau merupakan sebuah area satwa yang
menempati suatu area berbukit, lembah serta sebuah sungai kecil berarus
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2015 bekerja sama
dengan Taman Satwa Lembah Hijau, didampingi pembimbing lapangan
Rasyid Ibransyah, S.K.H, di kandang peraga rusa timor Taman Satwa
Lembah Hijau Bandar Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan kamera DSLR Canon 1100D, jam tangan
Seiko , termometer, lembar kerja. Total individu rusa timor yang ada di
Taman Satwa Lembah Hijau adalah 23 ekor, objek utama yang diamati 4
individu rusa timor yaitu individu jantan dan betina dewasa serta individu
jantan dan betina anakan. Keempat individu rusa timor tersebut sudah
mewakili dari jenis kelamin dan tingkatan usia populasi secara keseluruhan
15
Tabel 3. Rusa timor yang menjadi objek penelitian di Taman Satwa Lembah Hijau
Keterangan TSLH : Taman Satwa Lembah Hijau
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode scan sampling, yaitu melakukan pencatatan terhadap aktivitas satwa dengan selang waktu tertentu
(Robinowitz, 1993). Interval waktu yang digunakan adalah 10 menit
dilakukan selama 24 jam pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada
pukul 08.00 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 08.00 WIB hari
berikutnya. Paramater yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
1. Aktivitas makan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencari dan
memasukkan makanan ke dalam mulut.
2. Aktivitas minum yaitu aktivitas yang dilakukan dengan cara
menjulurkan lidahnya ke dalam air.
3. Aktivitas istirahat yaitu aktivitas mencari kenyamanan seperti
memamah biak, berbaring, dan berendam.
4. Aktivitas urinasi yaitu aktivitas keadaan mengeluarkan air seni
16
5. Aktivitas defekasi yaitu aktivitas keadaan mengeluarkan kotoran
melalui anus.
6. Aktivitas tidur yaitu aktivitas keadaan mulai memejamkan mata dan
tidak melakukan aktivitas apapun.
7. Aktivitas eliminatif yaitu aktivitas keadaan melakukan urinasi dan
defekasi (Burhanuddin, 2007).
Pemberian pakan rusa timor dilakukan setiap hari pada pukul 08.00 WIB
dan pukul 16.00 WIB, pakan yang diberikan adalah bayam, ampas tahu dan
lamtoro. Tujuh aktivitas di atas dan lokasi keberadaan rusa timor di
kandang peraga dicatat.
Untuk pengamatan pemanfaatan habitat, lokasi keberadaan rusa timor
dilakukan pembagian 9 petak imajinari yang terdiri dari petak: A, B, C, D,
E, F, G, H, I (Gambar 4 dan 5). Penggunaan 9 petak imajinari ini telah
mewakili kondisi habitat di kandang peraga dan memudahkan peneliti
dalam pengambilan data.
17
Dari 9 petak imajinari terdiri dari beberapa kondisi seperti area yang
memiliki naungan pada petak B dan G, area yang memiliki rumput dan
sedikit naungan pada petak A, D, E dan I. Untuk petak E dan I terdapat
rumah-rumahan di dalam area ini (Gambar 6) dan kondisi area selanjutnya
yang memiliki rumput namun tidak ada naungan didalamnya pada petak C,
F, dan H.
18
Gambar 6. Salah satu bangunan rumah terbuka yang ada di petak E dan I, kandang rusa
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Survei penelitian pendahuluan dilakukan selama satu hari untuk
mengetahui kondisi rusa timor dan kandang peraga. Survei dilakukan
dengan melihat kondisi kandang peraga dan berdiskusi dengan
pembimbing lapangan.
2. Habituasi dilakukan selama dua hari sebelum melakukan pencatatan data.
Habituasi merupakan masa pembiasaan terhadap keberadaan pengamat
agar satwa objek penelitian tidak terganggu aktivitas hariannya karena
keberadaan pengamat (Maharani, 2011). Habituasi dilakukan dengan
mengamati aktivitas yang dilakukan oleh rusa timor.
3. Pengamatan dan pencatatan data dilakukan selama 24 jam dengan
interval waktu 10 menit pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada
19
berikutnya. Pengamatan dilakukan di kandang peraga tepatnya di atas
gazebo pengunjung.
4. Pencatatan suhu lingkungan kandang peraga dilakukan pada kondisi
cuaca cerah dan hujan. Pencatatan suhu dilakukan dengan cara
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Penggunaan mikrohabitat yang sering digunakan oleh kelompok rusa timor
di Taman Satwa Lembah Hijau adalah area dan area yang memiliki
vegetasi rumput.
2. Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja
(24,8%), hari libur (23,58%)), aktivitas istirahat (hari kerja (24,77%), hari
libur (23,79%)) dan aktivitas berjalan (hari kerja (17,68%), hari libur
(17,37%)).
B. Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan mikrohabitat rusa
timor di musim hujan dan penambahan vegetasi rumput pada kandang
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 1979. Konservasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Anwar., S.J. Damanik, N. Hisyam dan A. J. Whitten.1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Burhanuddin, M. 2007. Pola Distribusi, Populasi dan Aktivitas Harian Rusa Timor (cervus timorensis, de blainville 1822) di Taman Nasional Bali Barat. Bali.
Brower, J. E., H.Z Jerrold dan C. N.V. Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. 3th Edition Wm. C. Brown Publishers. United States Of America.
Carter, W. V. 1978. Mamalia Darat Indonesia. Intermasa. Jakarta.
CITES.2015. Kategori Cites. http://id.wikipedia.org/wiki/CITES diakses pada tanggal 25 April 2015.
Francis, C. M. 2008. A Field Guide to the Mamal of Thailand and South East Asia. New HollandPublisher. UK.
Garsetiasih. 2002. Pengembangan Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Permasalahannya di NTT. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor.
Gunawan. 2010. Seleksi habitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Cagar Alam dan Taman Wisata Ciamis Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ishak M. 1996. Analisis pola penggunaan waktu populasi rusa jawa (Cervus timorensis) menurut jenis kelamin dan kelas umur di Pulau Rinca Taman Nasional Komodo. [Skripsi]. Universitas Mataram. Mataram.
IUCN.2015. Kategori Status Konservasi IUCN.
http://alamendah.org/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.
Jacoeb, T. N. Dan S. D. Wiryosuhanto. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Kansius. Yogyakarta.
Lembah Hijau. 2015. Profil Taman Satwa Lembah Hijau.
http://www.lembahhijaulampung.com/index-1.html diakses pada tanggal 15 April 2015.
Maharani, H. 2011. Studi Pakan Rusa Timor (Cervus timorensis russa, Mull. & Schl) di Penangkaran Rusa Taman Wisata Lembah Hijau Kota Bandar Lampung. [Skirpsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Mukhtar, S.A. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis) dalam Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3 Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mukhtar, S.A. 2004. Populasi dan Daya Dukung Rusa dan Biawak di Taman Nasional Ujung Kulon. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 1 No 1. 1: 14-25.
Nowak, R. M and J. L. Paradiso. 1983.Mammals of the World 4thEdition.
Volume II. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London.
Primack, R.B. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Robinowitz, J. 1993. Observational Study Of Behavior Sampling Methods.
University of Chichago. Chichago
Semiadi G, Nugraha . 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.
Setio, P. 2010. “Prospek Pengembangan Penangkaran Rusa.” Makalah.
Soerianegara I dan A Indrawan 1985. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Subyaty, D. W 2003. Studi Produktivitas Hijauan Sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Penangkaran Rusa Jawa PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah.[Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Suyanto, A. 2002. Mamalia di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat.
BCP-JICA. Bogor.
Wemmer, C., Kunz T.H., Lundie – Jenkins G. & McShea W.J. 1996. Mamalia Sign. In: Wilson, D. E., Cole F.R., Nichols J.D., Rudran R. Foster M.S.(eds). Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Mammals. Pp 157 176. Smithsonian Institution Press. Washington.