• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU

BANDAR LAMPUNG Oleh

Anggi Reza Saputra

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan rusa yang berasal dari Jawa, ditemukan di hutan dataran terbuka serta padang rumput daerah tropis. Upaya konservasi secara ek-situ telah dilakukan di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau pada bulan Juni – Juli 2015 menggunakan metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit selama 24 jam. Rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau banyak melakukan aktivitas di area yang memiliki naungan tepatnya di bawah gazebo (hari kerja: 23,72%; hari libur: 21,62%), area vegetasi bambu dan beringin (hari kerja: 14,62%; hari libur: 13,90%), dan yang ketiga area yang memiliki vegetasi rumput (hari kerja: 11,46% ; hari libur: 11,97%). Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja: 24,8% ; hari libur: 23,58%), aktivitas istirahat (hari kerja: 24,77% ; hari libur: 23,79%) dan aktivitas berjalan (hari kerja: 17,68% ; hari libur: 17,37%). Pemanfaatan mikrohabitat tertinggi pada area naungan, dan aktivitas tertinggi yang dilakukan adalah aktivitas istirahat dan makan.

(2)

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh

Anggi Reza Saputra

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU

BANDAR LAMPUNG Oleh

Anggi Reza Saputra

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan rusa yang berasal dari Jawa, ditemukan di hutan dataran terbuka serta padang rumput daerah tropis. Upaya konservasi secara ek-situ telah dilakukan di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau pada bulan Juni – Juli 2015 menggunakan metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit selama 24 jam. Rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau banyak melakukan aktivitas di area yang memiliki naungan tepatnya di bawah gazebo (hari kerja: 23,72%; hari libur: 21,62%), area vegetasi bambu dan beringin (hari kerja: 14,62%; hari libur: 13,90%), dan yang ketiga area yang memiliki vegetasi rumput (hari kerja: 11,46% ; hari libur: 11,97%). Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja: 24,8% ; hari libur: 23,58%), aktivitas istirahat (hari kerja: 24,77% ; hari libur: 23,79%) dan aktivitas berjalan (hari kerja: 17,68% ; hari libur: 17,37%). Pemanfaatan mikrohabitat tertinggi pada area naungan, dan aktivitas tertinggi yang dilakukan adalah aktivitas istirahat dan makan.

(4)

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Oleh

Anggi Reza Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Liwa, Lampung Barat pada tanggal

31 Maret 1993, sebagai anak keempat dari empat

bersaudara, dari pasangan Bapak Safrudin dan Ibu

Daliasma. Penulis menempuh pendidikan di Taman

Kanak-kanak (TK) Nurul Islam Pasar Liwa tahun

1998-1999. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan dasar di

Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Liwa tahun 1999-2005. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Liwa

tahun 2005-2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Negeri 1 Liwa tahun 2008-2011. Tahun 2011 Penulis resmi

terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui Ujian Masuk Lokal (UML).

Penulis menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi dan meraih gelar Sarjana

Sains pada tahun 2016.

Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unila, Penulis aktif dalam

organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO FMIPA Unila) sebagai

anggota Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) periode 2012-2013, dan anggota

(8)

Pertengahan tahun 2014 Penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Konservasi

Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung dengan judul “Inventarisasi

Mamalia di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Register 39 Kabupaten

Tanggamus”. Awal tahun 2015 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

selama 40 hari di Kampung Bujung Tenuk, Kecamatan Menggala, Kabupaten

(9)
(10)

Tanpa IMPIAN, kita tidak akan meraih apapun. Tanpa CINTA, kita tak

akan merasakan apapun. Dan tanpa ALLAH, kita bukan siapa-siapa

Mesut Ozil-

“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain

dengan kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang

berseri-seri disertai akhlak

yang baik”

-Nabi Muhammad S.A.W-

“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha

yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang

manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa b

erusaha”

-Mario Teguh-

“Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan”

-Francis Bacon-

“Percayalah, Tuhan tak pernah salah memberi rezeki”

(11)

SANWACANA

Assalammualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini

berjudul “Pemanfaatan Mikrohabitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Taman

Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana sains di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai

disusun, penulis telah mendapatkan banyak bantuan. Oleh karena itu, sehubungan

dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Abak dan Amak tercinta yang telah bekerja keras untuk membiayai semua

biaya perkuliahan, memberi bimbingan, dan nasihat serta doa yang diberikan.

(12)

2. Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. sebagai Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini

selesai disusun. Terimakasih juga atas kesabarannya dalam proses bimbingan

serta motivasi, nasihat,kritik, dan saran yang telah diberikan untuk penulis.

3. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. sebagai Pembimbing II serta sebagai Ketua

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lampung yang telah sabar membimbing dan memberikan saran kepada penulis

sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai.

4. Prof. Dr. Ir. H.Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai pembahas yang telah

memberikan nasihat, kritik, dan saran untuk pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Suratman Umar, M.Sc. sebagai Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan akademik selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Prof. Warsito, S.Si. DEA. Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Bapak M. Irwan Nasution sebagai pimpinan Taman Satwa Lembah Hijau

Bandar Lampung atas izin penelitian yang telah diberikan kepada penulis.

8. Bapak Rasyid Ibransyah, S.Kh atas bantuan dan bimbingan, serta arahan saat

(13)

9. Para Sahabat Agung Prasetyo, Robith Kurniawan, Dany Kurniawan, Wendy

Dwi Putra, Ahmad Yani, M Sobran Jamil, Fadila Sandi, Andrian Isro, Rahmat

Ori, Rangga Brahma, dan Adi Irawan yang telah membantu penulis selama

menjadi mahasiswa.

10.Seluruh teman-teman seperjuangan biologi 2011 atas kebersamaan,

kekeluargaan dan bantuan selama ini.

11.Seluruh pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan

kekhilafan perkataan dan perbuatan selama pelaksanaan penelitian dan proses

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada semua

pihak untuk hal tersebut di atas. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi salah

satu sumber informasi terbaru dan bermanfaat untuk para pembacanya.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 3 Juni 2016

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

D.Reproduksi & Pertumbuhan Rusa Timor ... 8

E.Perilaku Makan Rusa Timor ... 9

F. Status Ekologi & Perlindungan ... 11

G.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 12

III.METODE PENELITIAN ... 14

A.Gambaran Umum Penangkaran Rusa Timor ... 20

B.Penggunaan Mikrohabitat ... 20

C.Aktivitas Harian ... 24

1. Aktivitas Istirahat ... 24

(15)

3. Aktivitas Berjalan ... 27

D.Keadaan Suhu Penangkaran ... 28

V. KESIMPULAN ... 29

A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Ranggah Rusa Timor Jantan... 8

2. Spesies Tumbuhan Pakan Rusa Timor ... 10

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rusa Timor Di Taman Satwa Lembah Hijau ... 2

Gambar 2. Rusa Timor Di Taman Satwa Lembah Hijau ... 6

Gambar 3. Lokasi Kandang Peraga Rusa Timor ... 13

Gambar 4. Kandang Peraga Rusa Timor... 16

Gambar 5. Rancangan Petak Mikrohabitat ... 17

Gambar 6. Salah Satu Bangunan Rumah Terbuka ... 18

Gambar 7. Penggunaan Area Oleh Kelompok Rusa Timor ... 21

Gambar 8. Rusa Timor Di Area Naungan Bambu ... 22

Gambar 9. Aktivitas Minum Rusa Timor ... 23

Gambar 10. Aktivitas Harian Rusa Timor ... 25

Gambar 11. Rusa Timor Sedang beristirahat ... 26

Gambar 12. Rusa Timor melakukan aktivitas Makan ... 27

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati yang tinggi,

baik flora maupun fauna. Namun, keanekaragaman hayati tersebut semakin

menurun, akibat adanya perburuan liar satwa terutama yang memiliki nilai

komoditi ekonomi tinggi (Alikodra, 1979).

Pelestarian keanekaragaman sumber daya hayati perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya kepunahan. Pemerintah Indonesia memberlakukan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang bertujuan untuk

melindungi 400 jenis satwa baik mamalia, aves, dan reptil (Semiadi dan

Nugraha, 2004).

Rusa timor (Cervus timorensis) adalah salah satu jenis satwa yang memiliki penyebaran yang luas di Indonesia, mulai dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Menurut Ishak (1996) jumlah

(19)

2

Ancaman terhadap keberadaan populasi rusa timor berasal dari perburuan

yang dilakukan oleh manusia untuk diambil dagingnya (Alikodra, 1979).

Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi rusa

timor baik secara in-situ maupun ek-situ. Upaya konservasi secara in-situ

merupakan upaya konservasi yang dilakukan di dalam habitat alami,

sedangkan upaya konservasi secara ek-situ merupakan upaya konservasi

yang dilakukan di luar habitat alaminya, seperti penangkaran (Garsetiasih,

2002).

Salah satu kawasan konservasi ek-situ rusa timor yang ada di Bandar

Lampung adalah Taman Satwa Lembah Hijau, yang memiliki jumlah

individu rusa 23 ekor terdiri jantan dewasa 8 ekor, betina dewasa 13 ekor,

jantan anakan 1 ekor dan betina anakan 1 ekor (Gambar 1).

(20)

3

Penangkaran adalah satu kegiatan pengembak biakan satwa liar yang

bertujuan untuk mempertahankan maupun meningkatkan populasi satwa

(Mukhtar, 1996). Adapun syarat penangkaran untuk rusa timor dengan

memilih lahan yang ditumbuhi rumput, tersedia pohon sebagai naungan,

kolam air, dan area kandang diberi pagar pembatas (besi atau beton)

(Garsetiasih, 2002).

Penangkaran rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau dilakukan pada

habitat yang dibatasi pagar besi dengan luas ± 190 m2, bak air sebagai

tempat rusa melakukan aktivitas minum, dan naungan untuk berteduh ketika

hujan dan cuaca panas. Pakan yang diberikan seperti bayam, ampas tahu

dan lamtoro (Lembah Hijau, 2015).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan

mikrohabitat rusa timor (Cervus timorensis) di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.

C. Kerangka Pikir

Rusa timor (Cervus timorensis) ditangkarkan dalam upaya perlindungan dari kepunahan. Untuk menjadikan suatu penangkaran yang baik, salah

satunya yaitu membuat penangkaran yang mendekati kondisi habitat

(21)

4

berpengaruh langsung terhadap perilaku satwa liar tersebut (Soerianegara

dan Indrawan, 1985).

Menurut Wirakusumah (2003) mikrohabitat adalah lingkungan khusus

dalam skala kecil yang berbeda dari sekitarnya dan mempunyai arti penting

bagi kehidupan organisme di dalamnya. Hal yang harus diperhatikan dalam

pengelolaan penangkaran adalah lokasi dan model kandang. Kondisi

vegetasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam

pengelolaan suatu penangkaran.

Untuk mempertahankan dan melindungi populasi rusa timor di Taman

Satwa Lembah Hijau diperlukan informasi mengenai pemanfaatan

mikrohabitat.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dasar mengenai

pemanfaatan mikrohabitat rusa timor (Cervus timorensis) dalam mendukung upaya konservasi di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar

(22)

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Rusa Timor

Menurut Primack (1998) rusa timor adalah hewan mamalia dengan

klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Family : Cervidae

Genus : Cervus

Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)

Ciri morfologi rusa timor adalah memiliki ranggah, yang merupakan derivat

dari tulang pada bagian kepala. Rusa timor merupakan salah satu rusa asli

Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor berasal

dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa

Tenggara Barat (Setio, 2010). Rusa dikenal sebagai hewan yang memiliki

(23)

6

Rusa timor mempunyai warna rambut coklat keabu-abuan sampai coklat

tua kemerahan dan pada individu jantan warnanya lebih gelap (Gambar

2). Warna tubuh di bagian ventral lebih terang daripada di bagian dorsal.

Tinggi bahu rusa timor betina dewasa ± 100 cm, sedangkan yang jantan

dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala berkisar antara

120-130 cm, panjang ekor 10-30 cm, berat badannya dapat mencapai 100

kg (Suyanto, 2002).

Gambar 2. Rusa timor (Cervus timorensis) di Taman Satwa Lembah Hijau

B. Habitat dan Distribusi Rusa Timor

Rusa timor berasal dari Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai

wilayah Indonesia mulai dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

(24)

7

Habitat rusa timor mencakup hutan, dataran terbuka serta padang rumput

pada daerah beriklim tropis, subtropis dan savana. Rusa timor mampu

beradaptasi di hutan, pegunungan, dan rawa-rawa serta di temukan juga di

dataran rendah hingga ketinggian 2600 m di atas permukaan laut. Selain itu

rusa timor mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering, karena

ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif kecil (Wemmer, Kunz,

Lundie, dan McShea, 1996).

Dengan kemampuan adaptasi yang baik, rusa timor mampu berkembang

biak di luar habitat alaminya. Padang rumput dan daerah terbuka

merupakan tempat mencari makan sedangkan semak belukar merupakan

tempat berlindung (Anwar, Damanik, Hisyam, dan Whitten, 1984).

C. Perilaku Rusa Timor

Perilaku merupakan ekspresi yang ditimbulkan oleh semua faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal

dari lingkungannya (Setio, 2010). Perilaku dapat diartikan sebagai gerak

gerik organisme, merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari

bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau berdiam (Suyanto, 2002).

Perilaku juga merupakan gerak gerik hewan sebagai tanggapan terhadap

rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya

(25)

8

Berbagai macam perilaku rusa timor telah diamati oleh Burhanuddin (2007),

baik perilaku harian, perilaku kawin, perilaku tidur, perilaku makan dan

perilaku sosial.

D. Reproduksi dan Pertumbuhan Rusa Timor

Masa reproduksi rusa timor dimulai dari usia 1,5 tahun sampai 12,0 tahun,

sedangkan masa hidup bisa mencapai usia 15 sampai 20 tahun. Anak rusa

timor dengan usia 4 bulan dapat mencapai berat badan 17,35 kg untuk

individu jantan, sedangkan individu betina mencapai berat 16,15 kg. Masa

produktif rusa timor pada usia 1 sampai 2 tahun, dengan kelahiran satu

anakan pada setiap kelahiran (Setio, 2010). Ranggah pertama kali tumbuh

pada usia 1 tahun (Tabel 1) yang terdiri atas ranggah tunggal. Ranggah

yang dimiliki rusa timor mempunyai ciri-ciri besar, langsing, dan panjang

(Nowak, 1983).

Tabel 1. Perkembangan ranggah rusa timor jantan berdasarkan usia

Usia (bulan) Keadaan ranggah

4 – 6 Mulai terlihat adanya tonjolan

7 – 9 Ranggah tumbuh

13 - 15 Ranggah tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm)

24 Ranggah dengan 2 cabang

30 Ranggah dengan 3 cabang

84 Perkembangan ranggah sempurna (80-90 cm)

(26)

9

E. Perilaku Makan Rusa Timor

Menurut Burhanuddin (2007), rusa timor baik jantan maupun betina lebih

banyak melakukan aktivitas makan dan minum pada pagi dan sore hari, hal

ini dikarenakan pada siang hari rusa timor banyak melakukan aktivitas

istirahat.

Carter (1978) menyatakan untuk pakan rusa timor menyukai daun yang

lunak dan basah serta bagian yang muda seperti jenis kacang-kacangan dan

rumput. Saat merumput terdapat rusa timor yang menjadi pemimpin yaitu

rusa timor betina usia dewasa dalam memilih rumput yang memiliki

kandungan nutrisi lebih tinggi. Tumbuhan yang disukai oleh rusa timor

adalah alang-alang (Imperata cylindrica), rumput teki (Cyperus rotundus) dan sempu (Dillenia allata), Jenis tumbuhan pakan rusa timor meliputi 22 jenis dari 10 famili (Tabel 2). Bagian-bagian tumbuhan yang dimakan

antara lain pucuk, daun, kuncup dan buah (Carter, 1978).

(27)

Tabel 2. Spesies tumbuhan pakan rusa timor

No Nama Lokal Spesies Famili No Nama Lokal Spesies Famili

1 Buah hutan Melodorum latifolium Annonaceae 12 Jukut kikisan Rottboelia sp Gramineae

2 Sempu Dillenia allata Dilleniaceae 13 Rumput hangus Sporoblus sp Gramineae

(28)

11

F. Status Ekologi & Perlindungan

Rusa timor merupakan hewan yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999, yang mencakup

semua jenis dan genus Cervus ke dalam lampiran jenis satwa yang

dilindungi. Rusa termasuk hewan dalam kategori terancam punah (IUCN)

dalam daftar Appendix I CITES, sehingga keberadaannya harus dijaga dan

tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjualbelikan

dagingnya (Ibnu, 2008).

Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan pengelolaan

yang baik agar usaha perlindungan dapat tetap berlangsung. Untuk

memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan

melalui penangkaran (konservasi ek-situ) dengan sistem peternakan

(Subyaty, 2003).

Penangkaran rusa, mempunyai kelebihan karena rusa mudah beradaptasi

dengan lingkungan di luar habitat alaminya dan mempunyai reproduksi

yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran perlu diperhatikan yaitu

komponen habitat yang terdiri dari pakan, air, naungan, dan ruang. Usaha

penangkaran dilakukan untuk menghindari kepunahan dan dalam rangka

(29)

12

penangkaran kehidupan satwa liar dilakukan dengan baik (Garsetiasih,

2002).

G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman satwa Lembah Hijau diresmikan pada 14 April 2007, merupakan

taman wisata berorientasi lingkungan yang memadukan antara rekreasi

kesegaran alam lembah hijau dan pengetahuan. Taman satwa yang terletak

di pusat Ibukota Bandar Lampung, Provinsi Lampung ini berdiri di atas

kawasan lembah seluas 30 ha. Kawasan wisata ini terdiri dari taman

rekreasi dan kebun binatang mini. Jenis satwa yang ada di Taman Satwa

Lembah Hijau antara lain orang utan, siamang, kambing gunung, beruang

madu, binturong, owa sumatera, owa jawa, kuda, rusa timor, buaya, dan

aves yaitu pelikan, burung elang, kakatua, rangkong, pelikan, merak.

Rusa timor yang berada di Taman Satwa Lembah Hijau berjumlah 23 ekor

terdiri dari 12 ekor rusa jantan dewasa, 9 ekor rusa betina dewasa, 1 ekor

rusa jantan anakan dan 1 ekor rusa betina anakan yang berada pada kandang

peraga seluas 190 m2. Lokasi kandang peraga berdekatan dengan kolam

ikan koi dan juga bersebelahan dengan wahana rumah hantu (Gambar 3).

(30)

13

Gambar 3. Lokasi kandang peraga rusa timor

Taman Satwa Lembah Hijau berlokasi di JI. Radin Imba Kesuma Ratu,

Kampung Sukajadi, Kelurahan Sukadanaham, Kecamatan Tanjung Karang

Barat, Bandar lampung. Lembah Hijau merupakan sebuah area satwa yang

menempati suatu area berbukit, lembah serta sebuah sungai kecil berarus

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2015 bekerja sama

dengan Taman Satwa Lembah Hijau, didampingi pembimbing lapangan

Rasyid Ibransyah, S.K.H, di kandang peraga rusa timor Taman Satwa

Lembah Hijau Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan kamera DSLR Canon 1100D, jam tangan

Seiko , termometer, lembar kerja. Total individu rusa timor yang ada di

Taman Satwa Lembah Hijau adalah 23 ekor, objek utama yang diamati 4

individu rusa timor yaitu individu jantan dan betina dewasa serta individu

jantan dan betina anakan. Keempat individu rusa timor tersebut sudah

mewakili dari jenis kelamin dan tingkatan usia populasi secara keseluruhan

(32)

15

Tabel 3. Rusa timor yang menjadi objek penelitian di Taman Satwa Lembah Hijau

Keterangan TSLH : Taman Satwa Lembah Hijau

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode scan sampling, yaitu melakukan pencatatan terhadap aktivitas satwa dengan selang waktu tertentu

(Robinowitz, 1993). Interval waktu yang digunakan adalah 10 menit

dilakukan selama 24 jam pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada

pukul 08.00 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 08.00 WIB hari

berikutnya. Paramater yang diamati dalam penelitian ini antara lain :

1. Aktivitas makan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencari dan

memasukkan makanan ke dalam mulut.

2. Aktivitas minum yaitu aktivitas yang dilakukan dengan cara

menjulurkan lidahnya ke dalam air.

3. Aktivitas istirahat yaitu aktivitas mencari kenyamanan seperti

memamah biak, berbaring, dan berendam.

4. Aktivitas urinasi yaitu aktivitas keadaan mengeluarkan air seni

(33)

16

5. Aktivitas defekasi yaitu aktivitas keadaan mengeluarkan kotoran

melalui anus.

6. Aktivitas tidur yaitu aktivitas keadaan mulai memejamkan mata dan

tidak melakukan aktivitas apapun.

7. Aktivitas eliminatif yaitu aktivitas keadaan melakukan urinasi dan

defekasi (Burhanuddin, 2007).

Pemberian pakan rusa timor dilakukan setiap hari pada pukul 08.00 WIB

dan pukul 16.00 WIB, pakan yang diberikan adalah bayam, ampas tahu dan

lamtoro. Tujuh aktivitas di atas dan lokasi keberadaan rusa timor di

kandang peraga dicatat.

Untuk pengamatan pemanfaatan habitat, lokasi keberadaan rusa timor

dilakukan pembagian 9 petak imajinari yang terdiri dari petak: A, B, C, D,

E, F, G, H, I (Gambar 4 dan 5). Penggunaan 9 petak imajinari ini telah

mewakili kondisi habitat di kandang peraga dan memudahkan peneliti

dalam pengambilan data.

(34)

17

Dari 9 petak imajinari terdiri dari beberapa kondisi seperti area yang

memiliki naungan pada petak B dan G, area yang memiliki rumput dan

sedikit naungan pada petak A, D, E dan I. Untuk petak E dan I terdapat

rumah-rumahan di dalam area ini (Gambar 6) dan kondisi area selanjutnya

yang memiliki rumput namun tidak ada naungan didalamnya pada petak C,

F, dan H.

(35)

18

Gambar 6. Salah satu bangunan rumah terbuka yang ada di petak E dan I, kandang rusa

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Survei penelitian pendahuluan dilakukan selama satu hari untuk

mengetahui kondisi rusa timor dan kandang peraga. Survei dilakukan

dengan melihat kondisi kandang peraga dan berdiskusi dengan

pembimbing lapangan.

2. Habituasi dilakukan selama dua hari sebelum melakukan pencatatan data.

Habituasi merupakan masa pembiasaan terhadap keberadaan pengamat

agar satwa objek penelitian tidak terganggu aktivitas hariannya karena

keberadaan pengamat (Maharani, 2011). Habituasi dilakukan dengan

mengamati aktivitas yang dilakukan oleh rusa timor.

3. Pengamatan dan pencatatan data dilakukan selama 24 jam dengan

interval waktu 10 menit pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada

(36)

19

berikutnya. Pengamatan dilakukan di kandang peraga tepatnya di atas

gazebo pengunjung.

4. Pencatatan suhu lingkungan kandang peraga dilakukan pada kondisi

cuaca cerah dan hujan. Pencatatan suhu dilakukan dengan cara

(37)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh adalah:

1. Penggunaan mikrohabitat yang sering digunakan oleh kelompok rusa timor

di Taman Satwa Lembah Hijau adalah area dan area yang memiliki

vegetasi rumput.

2. Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja

(24,8%), hari libur (23,58%)), aktivitas istirahat (hari kerja (24,77%), hari

libur (23,79%)) dan aktivitas berjalan (hari kerja (17,68%), hari libur

(17,37%)).

B. Saran

Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan mikrohabitat rusa

timor di musim hujan dan penambahan vegetasi rumput pada kandang

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1979. Konservasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Anwar., S.J. Damanik, N. Hisyam dan A. J. Whitten.1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Burhanuddin, M. 2007. Pola Distribusi, Populasi dan Aktivitas Harian Rusa Timor (cervus timorensis, de blainville 1822) di Taman Nasional Bali Barat. Bali.

Brower, J. E., H.Z Jerrold dan C. N.V. Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. 3th Edition Wm. C. Brown Publishers. United States Of America.

Carter, W. V. 1978. Mamalia Darat Indonesia. Intermasa. Jakarta.

CITES.2015. Kategori Cites. http://id.wikipedia.org/wiki/CITES diakses pada tanggal 25 April 2015.

Francis, C. M. 2008. A Field Guide to the Mamal of Thailand and South East Asia. New HollandPublisher. UK.

Garsetiasih. 2002. Pengembangan Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Permasalahannya di NTT. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor.

(39)

Gunawan. 2010. Seleksi habitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Cagar Alam dan Taman Wisata Ciamis Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ishak M. 1996. Analisis pola penggunaan waktu populasi rusa jawa (Cervus timorensis) menurut jenis kelamin dan kelas umur di Pulau Rinca Taman Nasional Komodo. [Skripsi]. Universitas Mataram. Mataram.

IUCN.2015. Kategori Status Konservasi IUCN.

http://alamendah.org/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.

Jacoeb, T. N. Dan S. D. Wiryosuhanto. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Kansius. Yogyakarta.

Lembah Hijau. 2015. Profil Taman Satwa Lembah Hijau.

http://www.lembahhijaulampung.com/index-1.html diakses pada tanggal 15 April 2015.

Maharani, H. 2011. Studi Pakan Rusa Timor (Cervus timorensis russa, Mull. & Schl) di Penangkaran Rusa Taman Wisata Lembah Hijau Kota Bandar Lampung. [Skirpsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mukhtar, S.A. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis) dalam Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3 Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mukhtar, S.A. 2004. Populasi dan Daya Dukung Rusa dan Biawak di Taman Nasional Ujung Kulon. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 1 No 1. 1: 14-25.

Nowak, R. M and J. L. Paradiso. 1983.Mammals of the World 4thEdition.

Volume II. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London.

Primack, R.B. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Robinowitz, J. 1993. Observational Study Of Behavior Sampling Methods.

University of Chichago. Chichago

Semiadi G, Nugraha . 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Setio, P. 2010. “Prospek Pengembangan Penangkaran Rusa.” Makalah.

(40)

Soerianegara I dan A Indrawan 1985. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Subyaty, D. W 2003. Studi Produktivitas Hijauan Sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Penangkaran Rusa Jawa PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah.[Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suyanto, A. 2002. Mamalia di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat.

BCP-JICA. Bogor.

Wemmer, C., Kunz T.H., Lundie – Jenkins G. & McShea W.J. 1996. Mamalia Sign. In: Wilson, D. E., Cole F.R., Nichols J.D., Rudran R. Foster M.S.(eds). Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Mammals. Pp 157 176. Smithsonian Institution Press. Washington.

Gambar

Gambar 1. Rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung
Tabel 1. Perkembangan ranggah rusa timor jantan berdasarkan usia
Gambar 3. Lokasi kandang peraga rusa timor
Tabel 3. Rusa timor yang menjadi objek penelitian di Taman Satwa                 Lembah Hijau
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut teori ini konsumen media memiliki kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhan

1) Berdasarkan model pembahasan secara deskriptif maka diketahui rata-rata kinerja menunjukan bahwa perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Melakukan penyuluhan yang diawali dengan apersepsi terlebih dahulu; Hasil yang didapatkan menunjukkan sebagian besar ibu-ibu (80%) belum memahami dan mnegerti tentang cara

konsep perencanaan dan perancangan Pemalang Sport Center yang mampu mewadahi kebutuhan olahraga di Kabupaten Pemalang yang bersifat rekreatif, edukatif, dan profesional

Terdapat kontribusi secara simultan antara minat bakat, fasilitas kelas, monitoring orangtua terhadap hasil belajar matematika melalui keterampilan dalam

Kolaborasi KPK dan FPBA dalam penerbitan buku diawali dengan Training dan Workshop Anti Korupsi yang diikuti para kreator bacaan anak!. Buku yang merupakan komitmen dan upaya

Perencanaan sistem drainase sebagai pengendalian banjir kota Medan bertitik fokus pada pengelolaan sungai Deli karena sungai Deli yang merupakan sungai utama yang

Terapi latihan dapat mengurangi nyeri yaitu dengan menggunakan Active exercise karena dilakukan secara sadar dengan perlahan lahan hingga mencapai lingkup gerak sendi yang penuh