• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMANCE OF PRIMARY SCHOOL SUPERVISORS IN EDUCATION QUALITY ASSURANCE SYSTEM IN THE METRO CITY (CASE STUDY ON THREE PRIMARY SCHOOLS IN THE METRO CITY) KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERFORMANCE OF PRIMARY SCHOOL SUPERVISORS IN EDUCATION QUALITY ASSURANCE SYSTEM IN THE METRO CITY (CASE STUDY ON THREE PRIMARY SCHOOLS IN THE METRO CITY) KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PAD"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRACT

PERFORMANCE OF PRIMARY SCHOOL SUPERVISORS IN EDUCATION QUALITY ASSURANCE SYSTEM IN THE METRO CITY

(CASE STUDY ON THREE PRIMARY SCHOOLS IN THE METRO CITY)

By

Tommy Marsan

School supervisors play an important role in improving the quality of education in schools. The school supervisors have the duty, responsibility and full authority to conduct training on schools both academic and managerial fields. Their roles are as partners of teachers and staffs, innovators, counselors, motivators, collaborators, assessors, evaluators and consultants.

The purposes of this study are to determine: 1) The implementation of monitoring and guidance by the school supervisors, 2) The performance of the school supervisors in order to guarantee the quality of education, 3) The factors of supporting and inhibiting that are affecting the performance of the school supervisors, 4) The efforts of development in improving competence of school supervisors, 5) The expectations of the school supervisors roles in improving the quality of education.

(2)

iii

competencies required by school supervisors in Permendiknas No. 12 of 2007 are owned by the school supervisors. 3) during the visit in grade schools, supervisors did not provide examples of teaching, they just observed teaching learning process conducted by the teachers, 4) There is no government participation in Metro City to allocate special funds to improve the competence of school supervisors. 5) The efforts done by the Department Dikbudpora Metro City in improving the competence of school supervisors were to advise the supervisors to continue their study (Master deggree), provide the IHT , workshops and trainings.

(3)

iv ABSTRAK

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO

(STUDI KASUS PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KOTA METRO)

Oleh Tommy Marsan

Pengawas sekolah mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan pembinaan pendidikan di sekolah, baik dari bidang akademik maupun bidang manajerial. Pengawas sekolah berperan sebagai mitra kepala sekolah, guru dan staf tata usaha, inovator, konselor, motivator, kolaborator, asesor, evaluator dan konsultan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah, 2) Kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan, 3) Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah, 4) Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah, 5) Harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan.

(4)

v

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengawas sekolah di Kota Metro dalam melaksanakan pembinaan hanya menggunakan acuan yang dibuat oleh pemerintah pusat. 2) Belum seluruh kompetensi pengawas sekolah yang dipersyaratkan

dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 dimiliki oleh pengawas sekolah. 3) Selama melakukan kegiatan kunjungan kelas pengawas sekolah tidak

memberikan contoh mengajar hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, 4) Tidak ada peran serta Pemerintah Kota Metro untuk mengalokasikan dana khusus untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah, 5) Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Dikbudpora Kota Metro dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah dengan menyarankan pengawas sekolah melanjutkan pendidikan ke pascasarjana, selain itu memberikan workshop dan IHT serta pelatihan-pelatihan.

(5)

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KOTA METRO)

Oleh Tommy Marsan

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI KOTA METRO (STUDI KASUS PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KOTA METRO)

(Tesis)

OLEH

TOMMY MARSAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(7)
(8)
(9)
(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang 05 Maret 1980. Merupakan anak ke satu dari lima bersaudara, dari pasangan Khaidir Bulhasan (Alm) dan Dernasari.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Perumnas Wayhalim pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Karang pada tahun 1995, Sekolah Menegah Atas Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 1998, dan menyelesaikan S1 Teknik Informatika STMIK Darmajaya pada tahun 2006. Pada tahun 2010 penulis di terima di Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pengalaman kerja yang dialami oleh penulis antara lain pada tahun 2006 sampai dengan Juni 2007 penulis bekarja di PT. Adira Multi Finance Tbk. Pada Bulan Agustus 2007 penulis di angkat menjadi pegawai negeri sipil pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Lampung.

(11)

x

MOTO

Janganlah pernah menyerah dan putus asa untuk meraih sesuatu yang dinginkan

(12)

xi

Tesis ini ku persembahkan kepada:

Orangtuaku Papi Khaidir Bulhasan (Alm) dan Mami Dernasari

Mertuaku Papi Ahmad Djunaidi MZ (Alm) dan Mami Lindawati, S.Pd

Istiku Diana Sari DJ, S.Si., M.T.

dan

Putri cantikku Salsabila Putri Naomy

(13)

xii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu Pemerintahan Pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Tesis dengan judul “Kinerja Pengawas Sekolah Dasar Dalam Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan di Kota Metro (Studi Kasus Pada Tiga Sekolah Dasar di Kota

Metro)” ini adalah salah satu syarat untuk menempuh gelar Magister Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat dukungan, bantuan dan bimbingan dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung;

(14)

xiii

dan selaku pembahas dan penguji, terima kasih atas saran untuk tesis ini; 5. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembimbing utama, terima kasih atas

kesediaannya memberi bimbingan, saran, bantuan serta kemudahan dalam proses penyelesaian tesis ini;

6. Bapak. Drs. A. Effendi, M.M. selaku pembimbing pembantu, terima kasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, bantuan dan kemudahan dalam proses penyelesaian tesis ini;

7. Bapak Dr. Suwondo, M.A. selaku pembimbing akademik, terima kasih atas saran dan kemudahan yang diberikan dalam proses menyelesaikan pendidikan Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

8. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan dan saran dalam penyelesaian administrasi akademik;

9. Semua dosen Magister Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan;

10. Istri tercinta, yang tersayang putriku Salsabila Putri Naomy;

11. Adik-adik kandungku dan kakak-kakak dan adik-adik iparku terima kasih atas doa dan dorongan semangatnya untuk menyelesaikan tesis ini;

(15)

xiv

kemudahan serta dukungannya yang diberikan dalam menempuh studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung:

13. Staf Administrasi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian administrasi;

14. Teman-teman Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

15. Teman-teman staf Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Lampung, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu penulis berharap agar dapat memakluminya.

Bandar Lampung, Mei 2014

(16)

xv

1.2 Rumusan Masalah... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 15

2.1 Kinerja Pengawas Sekolah ... 15

2.1.1 Pengertian Kinerja... 15

2.2 Pengawas Sekolah... 29

2.2.1 Pengertian Pengawas Sekolah... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 40

3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 40

3.1.1 Pendekatan Penelitian... 40

(17)

xvi

3.2 Fokus Penelitian... 42

3.3 Instrumen Pengumpulan Data... 43

3.4 Sumber Data Peneliti... 44

3.5 Jenis Data... 46

3.4.1 Data Primer... 46

3.4.2 Data Sekunder... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 46

3.6.1 Wawancara... 47

3.6.2 Observasi ... 49

3.6.3 Studi Dokumentasi... 49

3.7 Teknik Analisis Data... 50

3.8 Pengecekan Keabsahan Data... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 56

4.1 Gambaran Umum Daerah dan Tempat Penelitian... 56

4.1.1 Kota Metro... 56

4.1.2 Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga... 59

4.1.3 SDN 1 Metro Pusat... 62

4.1.4 SDN 6 Metro Selatan... 64

4.1.5 SDN 7 Metro Utara... 65

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 66

4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan Oleh Pengawas Sekolah... 66

4.2.2 Kinerja Pengawas Sekolah Dalam Rangka Penjaminan Mutu Pendidikan... 96

4.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Kinerja Pengawas Sekolah... 109

4.2.4 Upaya-Upaya Pengembangan Dalam Meningkatkan Kompetensi Pengawas Sekolah... 114

4.2.5 Harapan Terhadap Peranan Pengawas Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 125

(18)

xvii

1.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah... 8

1.4 Jumlah Pengawas Sekolah Berdasarkan Jenjang Pengawas... 10

3.1 Pengkodean... 53

4.1 Yang menjadi sasaran pembinaan oleh pengawas sekolah dan kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah... 66 4.2 Jadwal dan waktu pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah... 68

4.3 Aspek-aspek pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah... 70

4.4 Aspek lain yang menjadi pembinaan oleh pengawas sekolah selain pembinaan akademik dan manajerial... 72

4.5 Respon teerhadap kehadiran pengawas sekolah dalam pembinaan di sekolah... 78

4.6 Pembinaan terhadap semua guru oleh pengawas sekolah... 78

4.7 Unsur kompetensi dan profesionalisme guru menjadi bahan pembinaan oleh pengawas sekolah... 81

4.8 Teknik yang digunakan pengawas sekolah dalam melaksanakan Pembinaan... 82

4.9 Kunjungan kelas dan pemberian contoh mengajar di depan kelas... 84

4.10 Cara pelaksanaan supervisi dan kunjungan kelas pengawas sekolah... 85

4.11 Prosedur dan tahapan pelaksanaan pembinaan dan kunjungan kelas oleh pengawas sekolah... 87

4.12 Pengawas sekolah sebelum dan sesudah melakukan kunjungan kelas diadakan diskusi... 88

4.13 Pendekatan yang digunakan oleh pengawas sekolah dalam melakukan Pembinaan... 90

4.14 Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan pembinaan oleh pengawas sekolah... 93

4.15Laporan hasil kegiatan pembinaan oleh pengawas sekolah... 94

416 Refleksi atas hasil kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah... 96

(19)

xviii

4.18 Pendidikan Terakhir Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga... 98 4.19 Kedudukan dan fungsi pengawas sekolah dalam struktur organisasi

Dikbudpora... 102 4.20 Pedoman dan peraturan yang digunakan oleh pengawas sekolah

dalam melaksanakan pembinaan... 104 4.21 Kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah... 105 4.22 Kompetensi yang dimiliki oleh pengawas sekolah berhubungan

dan menggambarkan tugas pokok pengawas sekolah dalam

penjaminan mutu pendidikan... 108 4.23 Faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatkan kinerja dan

kompetensi pengawas sekolah... 110 4.24 Matriks Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi

Kinerja Pengawas Sekolah... 114 4.25 Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi

pengawas sekolah... 115 4.26 Peran serta pemerintah Kota Metro dalam upaya peningkatan

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Hasil Uji Kompetensi Awal... 6

1.2 Grafik Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kota Metro... 9

2.1 Model Boyatziz Kinerja Efektif... 17

2.2 Model Kinerja Individu... 18

2.3 A Balane Scorecard Approach... 22

2.4 Manfaat Hasil Evaluasi Kinerja dan Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja... 25

2.5 Komponen Program Kompensasi... 26

2.6 Kerangka Pikir Penelitian... 39

3.1 Pola Interaktif Analisis Data Penelitian... 52

4.1 Peta Kota Metro... 57

4.2 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga Kota Metro... 61

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakng

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan dalam ayat ke 3 disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

(22)

untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pada tataran operasional, penjaminan mutu dilakukan melalui serangkaian proses dan sistem yang saling terkait untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu dari tenaga kependidikan, program dan lembaga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai agent of change dituntut untuk dapat menciptakan, membangun dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, agar hal tersebut dapat terwujud diperlukan pelayanan pendidikan yang bermutu secara lebih merata, berkualitas dan terjangkau. Oleh sebab itu bagi suatu bangsa ingin maju, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti sandang, pangan, dan papan. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, mulai dari kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan undang-undang pendidikan tidak jelas. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, Indonesia semakin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kota dan kabupaten (wartawarga.gunadarma.ac.id).

(23)

3

pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka Kreditnya).

Pengawas sekolah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan formal seharusnya memegang peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pendidikan di sekolah, baik dari bidang akademik maupun bidang manajerial. Karena perannya sebagai pembina maka pengawas sekolahberfungsi sebagai mitra guru dan kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, asesor, evaluator dan konsultan.

Pada kenyataannya kehadiran dan kinerja pengawas sekolah di jenjang SD hingga SMA sederajat dikeluhkan para guru. Pengawas dinilai justru menjadi penghambat sekolah dan guru, untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan pada masyarakat. Persoalan kinerja pengawas sekolah yang dinilai belum baik, bukan hanya dari segi kompetensi yang memang ternyata rendah. Proses rekrutmen dan pengangkatan pengawas juga disoroti

karena ada yang tidak melalui proses pemilihan dan pelatihan (Kompas.com, 5 Mei 2012).

(24)

pernah disentuh dengan inovasi yang terjadi. Temuan di lapangan dari pengawas yang hampir mewakili semua provinsi, menunjukkan tenaga pengawas kurang diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi tetapi semacam tenaga buangan dari kepala sekolah dan guru atau tenaga struktural yang memperpanjang masa pensiun. Kualifikasi pendidikan para pengawas umumnya sarjana (S1) namun masih ada yang belum sarjana terutama pengawas TK/SD, dan yang berpendidikan sarjana pun bidang ilmunya masih ada yang kurang relevan dengan bidang kepengawasannya. Usia rata-rata pengawas cukup tua yakni 52 tahun dengan rata-rata masa kerja sebagai PNS 25 tahun. Sedangkan masa kerja menjadi pengawas rata-rata 6 tahun. Jenjang karir pengawas masih kurang jelas dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas boleh dikatakan tidak ada baik berupa Diklat kepengawasan, penataran khusus pengawas, seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lainnya. Bahkan dalam kegiatan penataran/pelatihan guru, pelatihan kepala sekolah dan kegiatan akademik lainnya pengawas tidak pernah dilibatkan. Tugas pokok yang rancu bahkan di beberapa daerah menempatkan pengawas bukan lagi sebagai supervisor akademik dan manajerial. Selain itu daya dukung kurang menunjang untuk melaksanakan tugas kepengawasan satuan pendidikan. Biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan tidak memadai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah terpencil. Pengawas juga kurang diberikan penghargaan sebagaimana tenaga

(25)

5

Gambaran pengawas sekolah yang berkembang saat ini bahwa jabatan pengawas kurang menarik, rekrutmennya bercitra negatif, wawasan kalah oleh guru, tugas pokok kurang terprogram, pembinaan karier kurang efektif, fasilitas kerja belum optimal, penghargaan dan perlindungan kurang diperhatikan, bidang keahlian ada yang kurang sesuai, tingkat pendidikan masih heterogen, tidak melalui pendidikan profesi (Aqib, 2009:48).

Survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan pada tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu kabupaten (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:6) menunjukkan bahwa para pengawas memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang pengawas sekolah harus memiliki 6 (enam) kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial.

(26)

Gambar 1.1 Hasil Uji Kompetensi Awal

Sumber : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMPK dan PMP)

(27)

7

Pengawas sekolah diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada sekolah yang menjadi binaannya. Pengawasan sekolah pada intinya meliputi pengawasan akademik dan pengawasan manajerial (Sudjana dkk, 2006:2). Pengawasan akademik bertujuan membantu dan membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal sedangkan pengawasan manajerial bertujuan membantu dan membina kepala sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan dengan mengoptimalkan kinerja sekolah.

Oleh sebab itu kinerja pengawas sekolah dalam sebuah institusi pendidikan merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti mengingat pengawas sekolah: (1) merupakan garda terdepan dalam menjaga mutu pendidikan, (2) jika pengawas sekolah tidak disertai dengan kompetensi profesional dan motivasi serta semangat kerja, maka pembinaan dan penilaian sekolah tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu, pengawas sekolah dapat meningkatkan atau ditingkatkan kinerjanya sesuai harapannya sendiri atau lembaga, (3) pengawas sekolah di haruskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pengawas untuk mewujudkan tujuan pendidian nasional.

(28)

Tabel 1.1 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan Tingkat

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

Tabel 1.2 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

Berdasarkan sumber data yang sama dapat pula di ketahui jumlah guru yang terdapat di kota Metro berjumlah 4.625 orang dari semua jenjang mulai dari TK sampai SMA di sekolah negeri maupun swasta. Serta jumlah siswa di Kota Metro

(29)

9

sejumlah 46.125 yang tersebar di 5 kecamatan. Seperti terlihat pada gambar dan tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah Siswa Berdasarkan Kecamatan dan Status Sekolah

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

Sebaran Guru Menurut Jenjang Dan Status Sekolah

Negeri Swasta

Gambar 1.2 Grafik Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kota Metro

(30)

Sementara itu, dilain pihak, berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh LPMP Provinsi Lampung dengan aplikasi SIM NUPTK dan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro dapat di tampilkan bahwa kota Metro memiliki 20 pengawas yang tersebar di semua satuan pendidikan yang terdiri dari pengawas TK sebanyak 3 orang, pengawas SD sebanyak 4 orang, pengawas SMP sebanyak 4 orang, pengawas SMA sebanyak 6 orang, pengawas SMK sebanyak 3 orang. Seperti terlihat di tabel dibawah ini:

Tabel 1.4 Jumlah Pengawas Sekolah Berdasrkan Jenjang Pengawas

No Jenjang Pengawas Jumlah Pengawas

1 Jenjang Pengawas TK 3 orang 2 Jenjang Pengawas SD 4 orang 3 Jenjang Pengawas SMP 4 orang 4 Jenjang Pengawas SMA 6 orang 5 Jenjang Pengawas SMK 3 orang

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan LPMP Provinsi Lampung Tahun 2012

(31)

11

melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran kurang optimal (supervisi akademik); (4) tidak meratanya frekuensi kunjungan pengawas sekolah di setiap sekolah; (5) masih adanya pengawas sekolah yang tidak membimbing guru suatu mata pelajaran; (6) kunjungan pengawas sekolah masih cenderung bersifat inspeksi dan mendikte; (7) waktu jam kunjungan pengawas ke sekolah untuk melakukan pembinaan terlalu singkat; (8) adanya persaingan antar pengawas sekolah.

Gambaran kondisi pengawas sekolah di Kota Metro sebagaimana dikemukakan diatas diduga karena pengawas sekolah kurang menyadari dan memahami posisi dan peran strategis yang dimilikinya. Dugaan ini didasari oleh teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:4) memberikan alasan yang utama bertumpu pada dua hal, yaitu: (1) beban kerja pengawas sekolah terlalu berat dan (2) latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang studi yang disupervisi. Mengingat banyaknya bidang studi yang diajarkan oleh guru-guru di sekolah, terasa mengalami kesulitan untuk mempertemukan keduanya. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif cara yang lebih tepat bagi kondisi lapangan, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal guna peningkatan mutu pendidikan.

(32)

pendidikan terkesan kurang optimal, sehingga program pembinaan bagi para pengawas belum menjadi prioritas.

Pada sisi lain, hasil kerja yang dicapai para pengawas dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya belum begitu signifikan terhadap kemajuan-kemajuan sekolah binaannya. Oleh karena itu, posisi, peran dan eksistensi pengawas kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan guru dan kepala sekolah.

Pengawas Sekolah pada jenjang Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga di Kota Metro menjadi objek dalam penelitian dengan tiga sekolah yang menjadi sasaran penelitian yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Metro Pusat, Sekolah Dasar Negeri 6 Metro Selatan, Sekolah Dasar Negeri 7 Metro Utara.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti kinerja pengawas sekolah dasar dalam sistem penjaminan mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro berdampak luas terhadap peningkatan sumber daya manusia, yang meliputi guru, siswa, kepala sekolah serta pemangku kepentingan lainnya guna peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di sekolah agar dapat berlangsung dengan efektif, berdaya guna dan berhasil guna.

1.2 Rumusan Masalah

(33)

13

1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah?

2. Bagaimanakah kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah ?

4. Bagaimanakah upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah

5. Bagaimanakah harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan: 1. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah 2. Kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan 3. Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas

sekolah

4. Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah

5. Harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan

1.4 Manfaat Penelitian

(34)

1.4.1 Secara Teoritis:

a. Menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pengawas sekolah.

b. Bahan kajian dalam pengembangan dan pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya mengenai strategi yang harus dilakukan guna meningkatkan kinerja pengawas sekolah.

1.4.2 Secara Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro Diperolehnya informasi mengenai kondisi yang ada terhadap kinerja pengawas sekolah dasar dalam sistem penjaminan mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, serta sebagai masukan untuk membuat suatu kebijakan terhadap kinerja pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Metro

b. Bagi Pengawas Sekolah

(35)

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Pengawas Sekolah

Pada sub bab tentang kinerja pengawas sekolah akan dibahas tentang pengertian kinerja, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, evaluasi kinerja, tujuan evaluasi kinerja, pemanfaatan hasil evaluasi kinerja, sistem pendukung evaluasi kinerja,

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance” (job performance).

Secara etimologis performance berasal dari kata “to perform” yang berarti

menampilkan atau melaksanakan (Suharsaputra 2010:144). Kinerja Menurut Simanjutak adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Simanjuntak 2005:1).

(36)

Prawirosentono dalam Usman (2009:488) menyatakan bahwa kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tangung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya Simamora (2000:7) yang mendefinisikan bahwa kinerja adalah keadaan/tingkat perilaku seseorang yang harus dicapai dalam persyaratan tertentu. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002:78) Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain : (a) kuantitas output, (b) kualitas output, (c) jangka waktu output, (d) kehadiran ditempat kerja, dan e) sikap kooperatif.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja baik secara individu maupun organisasi mempunyai peran yang sangat besar dalam keberlangsungan organisasi menjalankan peran dan fungsinya oleh sebab itu organisasi perlu memperhatikan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja pegawainya agar dapat memberikan kontribusi optimal bagi organisasi.

Sutermeiter dalam Suharsaputra (2010:147) menyatakan bahwa produktifitas ditentukan oleh kinerja pegawai sedangkan kinerja tergantung dua hal yaitu kemampuan dan motivasi. Gibson dalam Suharsaputra (2010:147) ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu:

1. Variabel individual, meliputi: kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografis (umur, asal-usul dan jenis kelamin).

(37)

17

3. Variabel psikolgis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

Menurut Boyatziz dalam Palan (2007:44) kinerja efektif sebagai pencapaian hasil tertentu (spesifik) yang diisyaratkan suatu pekerjaan melalui tindakan tertentu (spesifik) yang sejalan dengan kebijakan, prosedur, dan lingkungan organisasi. Meskipun demikian, keberadaan suatu kompetensi tidaklah menghasilka kinerja. Hanya ketika suatu kompetensi tersebut ditampilkan dalam tindakan barulah menghasilkan kinerja. Boyatziz juga memasukkan pentingnya sebuah organisasi yang kondusif. Lingkungan kondusif lebih lanjut diklasifikasikan sebagai lingkungan yang sesuai tuntutan pekerjaan dan konteks organisasi. Berdasarkan hal tersebut minerja efektif model Boyatziz, mensyaratkan tiga elemen penting yang akan menunjang kinerja, yaitu: (kompetensi individu), (2) fungsi dan tuntutan pekerjaan tersebut, dan (3) lingkungam organisasi. Model Boyatziz tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Model Boyatziz Kinerja efektif Sumber: Palan (2007:44)

Kompetensi Individu

Tuntutan Pekerjaan

Lingkungan Organisasi Tindakan atau perilaku spesifik yang

(38)

Teori ini didukung oleh Simanjutak (2005:10-14) yang menyatakan bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi faktor yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) kompetensi individu orang yang bersangkutan, (2) dukungan organisasi, (3) dukungan manajemen. Model tersebut dijabarkan pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar.2.2. Model Kinerja Individu Sumber: Simanjuntak (2005:14)

Gambar di atas menunjukkan bahwa kompetensi individu di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kemampuan fdan keterampilan kerja serta motivasi dan etos kerja. Kinerja individu juga tergantung pada dukungan organisasidalam bentuk

KOMPETENSI INDIVIDU

Kemampuan dan keterampilan Motivasi, sikap dan etos kerja

DUKUNGAN MANAJEMEN

Hubungan Industrial Kepemimpinan

KINERJA INDIVIDU

DUKUNGAN ORGANISASI

Struktur Organisasi Teknologi dan Peralatan

(39)

19

pengorganisasian, ketersediaan sarana dan prasarana kerja, teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja yang ada dalam organisasi. Selain hal tersebut tanpa dukungan manajemen, kinerja individu tidak dapat berjalan dengan baik. Dukungan manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan manajerial seorang pimpinan, baik dalam membangun sistem kerja dan hubungan yang aman dan harmonis, mengembangkan kompetensi SDM, menumbuhkan motivasi dan memobilsiaso seluruh pegawai secara optimal.

Menurut Palan (2007:25) kinerja merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar motivasi dan keterampilan. Selain itu juga kinerja juga dipengaruhi oleh lingkungan organisasi yang melibatkan proses dan sistem. Kurangnya keterampilan biasanya diatasi dengan pengembangan, sementara masalah motivasi dikelolah dengan menciptakan lingkungan kerja yang sesuai. Organisasi menyediakan kepemimpinan yang mendukung, kesempatan pengembangan, ototnomi yang memadai, dan insentif yang dirancang dengan baik untuk memberikan lingkungan yang memotivasi.

(40)

tugas yang harus dijalankan. Kejelasan uraian tugas dapat memudahkan pengawas sekolah untuk bekerja secara optimal, karena dengan kejelasan tugas tersebut apa yang menjadi kewajiban dapat terukur secara jelas sehingga iklim organisasi yang kondusif harus diciptakan oleh para pengambil kebijakan adalah bagaimana menyesuaikan antara tuntutan tugas yang diberikan kepada pekerja dengan output yang harus dihasilkan oleh pengawas sekolah.

2.1.3 Evaluasi Kinerja

Semua organisasi kemungkinan mengevaluasi atau menilai kinerja karyawannya. Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan akuntabilitasnya. Pada prinsipnya mencakup berbagai aspek, baik aspek kualitatif maupun aspek kuantitatif. Penilaian kinerja merupakan salah satu fungsi mendasar personalia, kadang-kadang disebut disebut juga evaluasi kinerja (Sofyandi 2008:123).

(41)

21

menyatakan bahwa standar kerja dapat dibuat untuk setiap individu berpedoman pada uraian jabatan.

Andrew E. Sikula (1981) dalam Mangkunegara (2001:69) menjelaskan bahwa penliain kinerja pegawai merupakan evaluasi sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian adalah proses penaksiran atau menentukan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek, orang maupun sesuatu. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, evaluasi kinerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Guna menilai kinerja pengawas sekolah hendaknya dibuat pengembangan indikator kinerja, sehingga dalam melakukan evaluasi kinerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah ditetapkan.

Agar mempermudah proses evaluasi kinerja perlu dilakukan perencanaan kinerja. Perencanaan kinerja adalah aktifitas analisis untuk menetapkan tingkat pencapaian kinerja yang diinginkan, yang dinyatakan dengan ukuran kerja atau indikator kerja (Akdon 2009:283).

(42)

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan kinerja adalah model Balance Scorecard Approach seperti yang dikemukan oleh Hill dan Jones pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 A Balance Scorecard Approach Sumber: Hill dan Jones (2009:383)

Model diatas menitikberatkan pada penetapan sasaran strategik, penetapan indikator pencapaiannya dan menentukan strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi. Penetapan sasaran ini berdasarkan visi, misi dan tujuan organisasi yang telah dibuat sebelumnya, penetapan indikator kinerja serta upaya untuk mencapai sasaran secara detail. Selanjutnya membentuk struktur organisasi dan menggunakan sumber daya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

Pendapat Hill dan Jones (2009:382) menyatakan bahwa untuk mengevaluasi seberapa baik strategi dan pengorganisasian sumber daya, pimpinan organisasi mengembangkan cara mengukur kinerja spesifik, yaitu:

(43)

23

1. Efisiensi, dapat diukur dengan tingkat biaya produksi, produktivitas tenaga kerja (seperti waktu membuat produk), produktivitas modal (pendapatan per dolar diinvestasikan di properti, peralatan pabrik, dan biaya bahan baku). 2. Kualitas, dapat diukur dengan jumlah pengembalian produk cacat dari

pelanggan, dan tingkat keandalan produk dari waktu ke waktu.

3. Inovasi, dapat diukur dengan jumlah roduk baru dalam periode tertentu, berikutnya yang dihasilkan dari produk baru versus kompetisi, dan produktivitas R & D (berapa banyak pengeluaran R & D diperlukan untuk menghasilkan produk yang sukses).

4. Tingkat kepuasaan pelanggan, dapat diukur dengan jumlah pelanggan tetap, tingkat pelanggan tidak puas, tingkat pengiriman tepat waktu kepada pelanggan, dan tingkat pelayanan pelanggan.

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa untuk menentukan apakah seorang pengawas sekolah dapat berkinerja dengan baik atau tidak dapat di lihat dari 4 (empat) hal yaitu efisiensi pekerjaan yang dilakukan, kualitas pekerjaan pengawas sekolah, inovasi pengawas sekolah serta tingkat kepuasan pelanggan terhadap pengawas sekolah hasil kerja pengawas sekolah.

2.1.4 Tujuan Evaluasi Kinerja

Tujuan Evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan organisasi. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rencana kerja telah dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan pembinaan kinerja telah dicapai. Evaluasi kerja tersebut harus mampu mengindikasikan masalah-masalah yang dihadapi, semuanya digunakan untuk menyusun rencana kerja (Simanjuntak 2005:108).

(44)

Penilaian kinerja merupakan langkah penting dalam melihat kondisi organisasi serta orang-orang yang berada didalamnya, sehingga diperoleh informasi yang penting bagi pengembangan organisasi baik secara individu maupun kelembagaan.

Menurut Ruki (2001:20-21) penilaian prestasi kerja mempunyai tujuan:

1. Meningkatkan prestasi kerja karyawan baik secara individu maupun sebagai kelompok.

2. Mendorong kinerja SDM secara keseluruhan yang direfleksikan dengan kenaikan produktivitas.

3. Merangsang minat dan pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil dan prestasi kerja.

4. Membantu perusahaan untuk menyusun program pengembangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.

5. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai dengan gaji/imbalannya.

6. Memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaan atau hal-hal yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Penilaian kinerja dalam suatu organisasi mutlak diperlukan, karena mendorong peningkatan kualitas organisasi serta semua hal yang terlibat dalam organisasi. Evaluasi kinerja dapat menjadi acuan penting sebagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi.

Dari berbagai pendapat di atas tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan prestasi pengawas sekolah dalam melaksanakan tupoksinya dalam suatu organisasi. Kemudian hasil tersebut digunakan untuk perbaikan kegiatan yang akan datang.

2.1.5 Pemanfaatan Hasil Evaluasi Kinerja

(45)

25

potensi individu yang bersangkutan dengan demikian hasil evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan oleh banyak pengguna. Di bawah ini digambarkan pemanfaatan hasil evaluasi kinerja dan sistem pendukung evaluasi kinerja (Simanjuntak, 2005:108-115).

Gambar 2.4 Manfaat Hasil Evaluasi Kinerja dan Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja. Sumber: Simanjuntak (2015:115)

Berdasarkan gambar tersebut hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk beberapa tujuan yaitu:

1. Sistem Promosi dan Mutasi

Promosi dan mutasi merupakan proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi atau status seorang karyawan. Tenaga yang berhasil mencapai kinerja yamng prima, potensial untuk dibebani tanggung jawab yang lebih besar melalui promosi, atau diberi kesempatan untuk memperkaya pengalaman melalui mutasi. Syaidam (2005:549) menyatakan bahwa tujuan mutasi karyawan adalah:(a) menempatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan

(46)

organisasi, (b) meningkatkan semangat dan kegairahan kerja karyawan, (c) upaya pengembangan karyawan, dan (d) sebagai tindakan preventif dalam upaya mengamankan karyawan dan organisasi.

2. Sistem Pemberian Imbalan atau Kompensasi

Pendapat yang diungkapkan oleh Simanjuntak (2003:110) menyatakan bahwa melalui evaluasi kinerja individu, dapat diketahui siapa yang memberi kontribusi besar dalam pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan, orang yang berprestasi wajar memperoleh imbalan yang lebih besar.

Mathis dan Jackson (2002:118) menyebutkan imbalan dapat berbentuk intrinsik (internal) atau ekstrinsik (eksternal). Imbalan instrinsik antara lain berbentuk pujian yang didapatkan atas penyelesaian suatu proyek atau berhasil memenuhi beberapa tujuan kinerja. Efek psikologis dan sosial yang lain dari kompensasi juga merupakan gambaran dari jenis imbalan instrinsik. Imbalan ekstrinsik bersifat terukur, memiliki imbalan moneter dan non-moneter. Jenis kompensasi bersifat langsung, imbalan moneter diberikan oleh engusaha berupa gaji pokok dan gaji variabel adalah bentuk paling umum dari kompensasi langsung ini. Kompensansi tidak langsung biasanya terdiri dari tunjangan karyawan.

Gambar 2.5 Komponen Program kompensasi Sumber Mathis dan Jackson (2002:118)

(47)

27

Selain itu menurut Sofyandi (2008:159-160) menyatakan bahwa kompensasi merupakan suatu bentuk biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja.

Kompensasi dikategorikan dalam dua golongan, yaitu: kompensasi langsung (direct compensation) dan kompensasi tidak langsung (indirect compensation). Kompensasi langsung adalah suatu balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan karena telah memberikan prestasi demi kepentingan perusahaan. Kompensasi ini diberikan karena berkaitan secara langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan seperti: upah, gaji, insentif atau bonus, dan tunjangan tidak langsung. Kompensasi tidak langsung adalah pemberian kompensasi kepada karyawans sebagai tambahan yang didasarkan kepada kebijakan pimpinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan seperti: tunjangan hari raya, tunjangan pensiun,tunjangan kesehatan dan lainnya, termasuk fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang diberikan perusahaan.

3. Perencanaan Karier

(48)

dan yang berhubungan dengan pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan langkah untuk meraih karier tertentu (Sofyandi, 2008:149).

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembngan sumber daya manusia yang ada di dalam suatu organisasi berhubungan dengan usaha-uasah berencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengethuan dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi. Selain itu pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang memperguanakan suatu prosedur sistematis dan terorganisir guna mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapka (Mangkunegara, 2001:44).

2.1.6 Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja

Simanjuntak (2005:113-115) menyatakan bahwa pelaksanaan evaluasi kinerja perlu didukung oleh beberapa sistem, yaitu:

1. Metode atau cara pengukuran, pelaksanaan, dan waktu pengukuran evaluasi kinerja

(49)

29

3. Uraian Jabatan

Setiap individu harus mempunyai uraian jabatan yang jelas. Uraian jabatan dapat dirumuskan sebagai hasil dari analisis jabatan. Uraian jabatan adalah rincian ihtisar jabatan atau fungsi-fungsi menjadi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan (Simanjuntak. 2005:46).

4. Analisis Jabatan

Analisis jabatan merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengetahui mengenai isi dari suatu jabatan (job content) yang meliputi tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan tanggung jawab, kewenangan dan kondisi kerja, dan mengenai syarat-syarat kualifikasi yang dibutuhkan (job requirements) seperti pendidikan, keahlian, kemampuan, pengalaman kerja, dan lain-lain, agar seseorang dapat menjalankan tugas-tugas dalam suatu jabatan dengan baik (Sofyandi.2008:90).

2.2 Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah adalah seseorang yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan, pembinaan terhadap kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan stakeholder lainnya. Di bawah ini akan di bahas tentang pengertian pengawas sekolah, jenis pengawas sekolah, tugas pokok pengawas sekolah, fungsi pengawas sekolah, kewenangan dan hak pengawas sekolah.

2.2.1 Pengertian Pengawas sekolah

(50)

wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.

Pandong (2003) dalam Sudjana (2006:6) Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Sudjana (2011:25) pengawas sekolah adalah guru yang berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas, tugas dan tanggung jawab dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan/sekolah.

(51)

31

2.2.2 Jenis Pengawas Sekolah

Berdasarkan sifat tugas, dan kegiatannya bidang pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah seperti yang tertuang dalam Buku Kerja Pengawas Sekolah (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan BPSDMP & PMP Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011) terdapat 5 jenis pengawas sekolah antara lain:

1. Pengawas Taman Kanak-Kanak, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada pendidikan usia dini formal baik negeri maupun swasta dalam jenis penyelenggaraan dan pengembangan program pembelajaran di taman kanak-kanak.

2. Pengawas Sekolah Dasar, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas penagawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta baik pengelolaan sekolah maupun seluruh mata pelajaran sekolah dasar kecuali mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan jasmani dan kesehatan. 3. Pengawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran, adalah pengawas sekolah

yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran atau rumpun mata tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta.

(52)

swasta pada sekolah luar biasa di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional untuk seluruh mata pelajaran.

5. Pengawas bimbingan dan konseling, adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta pada kegiatan bimbingan dan konseling

2.2.3 Tugas Pokok Pengawas Sekolah

Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:

1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,

2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya,

3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah. (Sudjana, 2006:16)

(53)

33

di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.

Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan yang dilakukan oleh pengawas antara lain:

1. Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.

2. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.

3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.

4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.

5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa.

6. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.

(54)

8. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya. 9. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi

sekolah.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan. (Sudjana, 2006:17-18)

2.2.4 Fungsi Pengawas Sekolah

Menurut Sudjana (2011:28) mengungkapkan lingkup pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan fungsi supervisi akademik dan supervisi manajerial ke sekolah-sekolah binaannya antara lain: (1) menyusun program pengawasan/supervisi baik akademik maupun manajerial, (2) melaksanakan program yang telah disusun baik supervisi akademik maupun manajerial, (3) mengevaluasi pelaksanaan program untuk diketahui keberhasilan dan kegagalannya, (4) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengawasan, atau yang disebut pembinaan, (5) menyusun pelaporan pelaksanaan rogram pengawasan/supervisi baik akademik maupun manajerial.

(55)

35

terus menerus pada peserta didik, (6) melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (8) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (9) mengembangkan dan memanfaatkan alat Bantu dan media pembelajaran dan atau bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-sumber belajar, (11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik, model, pendekatan) yang tepat dan berdaya guna, (12) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan (13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas, pengawas hendaknya berperan sebagai:

1. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya

2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya

3. Konsultan pendidikan di sekolah binaannya

4. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah

5. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah (Sudjana, 2006:21)

(56)

dan sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya berperan sebagai:

1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah,

2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah binaannya

3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya 4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan. (Sudjana,

2006:22)

2.2.5 Kewenangan dan Hak Pengawas Sekolah

(57)

37

antara lain: 1) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, 2) menetapkan kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, 3) menetapkan dan atau mengusulkan program pembinaan secara langsung.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas sekolah/satuan pendidikan, setiap pengawas memiliki kewenangan dan hak-hak yang melekat pada jabatannya. Beberapa kewenangan yang ada pada pengawas adalah kewenangan untuk:

1. Bersama pihak sekolah yang dibinanya, menentukan program peningkatan mutu pendidikan di sekolah binaannya.

2. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada sekolah binaannya dan membicarakannya dengan kepala sekolah yang bersangkutan, 3. Menentukan metode kerja untuk pencapaian hasil optimal berdasarkan

program kerja yang telah disusun.

4. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga kependidikan guna peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas. (Sudjana, 2006: 22-23)

Hak yang seharusnya diperoleh pengawas sekolah yang profesional adalah : 1. Menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan pangkat dan

golongannya,

(58)

3. Memperoleh biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas-tugas kepengawasan seperti; transportasi, akomodasi dan biaya untuk kegiatan kepengawasan.

4. Memperoleh tunjangan profesi pengawas setelah memiliki sertifikasi pengawas.

5. Menerima subsidi dan insentif untuk menunjang pelaksanaan tugas dan pengembangan profesi pengawas.

6. Memperoleh tunjangan khusus bagi pengawas yang bertugas di daerah terpencil, rawan kerusuhan dan atau daerah bencana alam. (Sudjana, 2006: 22-23)

2.3 Kerangka Pikir

(59)

39

Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dengan kejelasan tugas tersebut apa yang menjadi kewajiban dapat terukur secara jelas. Demi mendukung pencapaian visi dan misi Disdikbudpora dan Pemkot Metro berbagai upaya harus ditempuh oleh Disdikbudpora dan Pemkot Metro untuk meningkatkan kinerja anggota organisasi yang berada di dalamnya. Selain itu iklim organisasi yang kondusif akan mendukung kinerja pengawas sekolah. Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teori fenomenologi. Frnomenologi pada dasarnya berpandangan bahwa apa yang tampak di permukaan, termasuk pola perilaku sehari-hari hanyalah suatu gejala

atau fenomena dari apa yang tersembunyi di “kepala” sang pelaku. Perilaku apa

pun yang tampak di tingkat permukaan baru bisa dipahami atau dijelaskan manakala bisa mengungkap atau membongkar apa yang tersembunyi dalam dunia kesabaran atau dunia pengetahuan si manusia pelaku (Burhan Bungin, 2008:9). Dalam pandangan fenomenologis peneliti berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.(Moleong, 2004:9).

(61)

41

(8) ada kriteri khusus untuk keabsahan data, (9) desain bersifat sementara, (10) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moleong, 2004:4-8).

Erickson dalam Susan Stainback (2003) diungkapkan kembali oleh Sugiyono (2011:22) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Intesive, long term participation in field setting

2. Careful recordinfg of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidance

3. Analytic reflection on the documentary records obtained in the field

4. Reporting the result by means of detailed dscriptions, direct quotes from interview, and interpretative commentary

Penelitian ini diperlukan pengamatan secara mendalam dan menyeluruh, dan data yang diungkap bukan berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata dan dokumen. Penggunaan teori fenomenologis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengungkapkan fenomena dan peneliti akan berupaya menemukan peristiwa-peristiwa yang dapat dipahami peneliti dan berbagai pendapat dan isu yang ada, dan fenomena-fenomena yang nampak pada obyek penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja pengawas sekolah dasar pada Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Kota Metro.

3.1.2 Rancangan Penelitian

(62)

peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, dan bila penelitiannya berfokus pada fenomena masa kini (kontemporer) di dalam kehidupan nyata.

3.2 Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Adapun maksud dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus yaitu pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi; kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhui inklusi-inklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) atau informasi baru yang diperoleh di lapangan sebagaimana dikemukakan Moleong (2004:93-94). Dalam metode kualitatif, fokus penelitian berguna untuk membatasi bidang inquiry. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh dilapangan. Oleh karena itu fokus penelitian akan berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan penelitian.

Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu mencoba menjawab pertanyaan:

1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah?

2. Bagaimanakah kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah ?

(63)

43

5. Bagaimanakah harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan?

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini sejalan

dengan pendapat Moleong yang menyatakan bahwa : Hanya “manusia sebagai

alat” sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya, dan

hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di

lapangan. Hanya “manusia sebagai instrumen” pulalah yang dapat menilai apakah

kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian pasti menyadarinya serta dapat mengatasinya (2004 : 5).

Kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif adalah mutlak. Sesuai dengan pendapat Moleong (2004:19) menyatakan bahwa pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak tergantung pada dirinya sendiri, hal ini disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat apa yang akan diteliti. Oleh sebab itu keuntungan peneliti sebagai instrumen penelitian adalah dapat memutuskan secara luwes dan senantiasa dapat menilai keadaan serta menentukan keputusan dalam penelitian.

(64)

3.4Sumber Data Peneliti

Sumber penelitian ini adalah manusia dan bukan manusia (Miles dan Huberman, 1992:2). Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek dan informan kunci sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian seperti gambar, foto, catatan atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling). Melalui teknik ini akan diperoleh informan kunci, dan informan kunci dapat dikembangkan untuk memperoleh informan lainnya hingga dirasakan data yang di peroleh sudah jenuh.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kebudayan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Kota Metro ditetapkan sebagai informan kunci (key informan). Ditetapkannya sebagai informan utama, sesuai dengan pendapat Lincoln dan Guba (1985) bahwa seseorang yang menjadi informan kunci hendaknya seseorang yang memiliki pengetahuan dan informasi, atau dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian yaitu dalam mengetahui kinerja pengawas sekolah. Dari informan kunci tersebut selanjutnya dikembangkan untuk mencari informan lainnya dengan teknik bola salju (snowball sampling). Teknik bola salju ini digunakan untuk mencari informan secara terus menerus dari informan satu ke informan lainnya sehingga data yang diperoleh semakin banyak, lengkap dan mendalam.

(65)

45

dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukkin ini kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya di minta menunjukkan orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian prosedur ini di lanjutkan sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. (Irawan Soehartono, 2002:63).

Pendapat yang lain di ungkapkan oleh Sugiyono (2011:125) tentang Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oeh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

Teknik bola salju ini selain untuk memilih informan yang dianggap paling mengetahui masalah yang dikaji, juga cara memillihnya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam mengumpulkan data. Penggunaan teknik bola salju akan berhenti apabila data yang diperoleh dianggap jenuh, atau jika data tentang kinerja pengawas sekolah tidak berkembang lagi sehingga sama dengan data yang diperoleh sebelumnya.

Informan dalam penelitian ini sebanyak 17 orang dengan rincian sebagai berikut: 1. Sekretaris Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro 2. Pengawas Sekolah Dasar sebanyak 4 orang

(66)

5. Tata Usaha Sekolah sebanyak 3 orang

3.5 Jenis Data

Jenis Data dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Menurut Sugiyono (2011:193) data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011:193).

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, dokumen, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2011:193).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

(67)

47

1. Wawancara

Moleong (2004) menyatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua belah pihak yakni pewawancara (interviewer) dalam hal ini peneliti sendiri yang akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada yang diwawancarai (interview) sebagaia subjek yang akan memberikan jawaban tas pertanyaan. Menurut Lincoln dan Guba (1985) tujuan dari wawancara adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, rekonstruksi kebulatan-kebulatan yang dialami masa lalu, memproyeksi kebulatan-kebulatan yang diharapkan untuk masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang telah dikembangkan oleh peneliti.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011:194) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang peneliti dalam menggunakan metode interviev antara lain: (1) bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, (3) bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

(68)

Wawancara akan dilaksanakan dengan efektif dan terarah, artinya dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak-banyaknya.

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2011:197).

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 17 orang informan yaitu: Sekretaris Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha sekolah.

Isu-isu yang digali melalui wawancara antara lain:

1. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan oleh pengawas sekolah 2. Kinerja pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan

3. Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah

4. Upaya-upaya pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pengawas sekolah

5. Harapan terhadap peranan pengawas sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Uji Kompetensi Awal
Tabel 1.1  Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Kecamatan dan Tingkat Sekolah.
Gambar 1.2 Grafik Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kota Metro
Gambar 2.1. Model Boyatziz Kinerja efektif Sumber: Palan (2007:44)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan