• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGETAHUAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA POLA PEMUPUKAN, PERGILIRAN TANAMAN, KEBERSIHAN LADANG MASYARAKAT DI KABUPATEN KARO DAN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGETAHUAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA POLA PEMUPUKAN, PERGILIRAN TANAMAN, KEBERSIHAN LADANG MASYARAKAT DI KABUPATEN KARO DAN DELI SERDANG."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGETAHUAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA POLA PEMUPUKAN, PERGILIRAN TANAMAN

DAN KEBERSIHAN LADANG MASYARAKAT DI KABUPATEN KARO DAN KABUPATEN

DELI SERDANG Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

PERMATA GINTING

NIM : 8146174033

PROGRAM PASCASARJANA UNJIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Permata Ginting, Analisis Pengetahuan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal Pada Pola Pemupukan, Pergiliran Tanaman, Kebersihan Ladang Masyarakat Di Kabupaten Karo Dan Deli Serdang. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

(6)

ABSTRACT

Permata Ginting, Environmental Science Analysis Based Local Wisdom At Fertilization Pattern, Crop rotation, Hygiene Field in Karo and Deli Serdang. Postgraduate School of The State University of Medan, 2016.

This type of research is ex post facto, the sampling technique used was stratified random sampling. This study aims to determine the level of environmental knowledge based on local wisdom on the pattern of fertilization, crop rotation and cleanliness of public fields in Karo and Deli Serdang. Data was collected using a questionnaire to calculate percentages, looking for differences in normal distribution of data using the formula Kolmogorov-Smirnov (K-S) and also for the homogeneity of the data used by the formula of environmental knowledge Levene. Based on the results of ANOVA test a significant difference to the level of public knowledge (F = 4.41; P = 0.035). The level of knowledge of the agricultural environment in the communities in Karo, 24.91 ± 5.74 (± ̅SB) was significantly higher than the level of environmental knowledge of farming communities in Deli Serdang 23.74 ± 6.56. Based on the Anova test results on the data level of knowledge of the agricultural environment in the communities in Karo and Deli Serdang found that the location of agricultural land significant effect on the level of knowledge society. Based on Tukey test results showed that the level of environmental knowledge of peasant farming, 28.42 ± 4.01 was significantly higher than the level of environmental knowledge of primary school students, 0.000), for Karo (F = 28.558; P = 0.000). Based on Tukey test results can be seen that there are differences in the environmental knowledge owned by farmers, high school students, junior high school students, elementary students in Karo and Deli Serdang is significantly different overall. Knowledge society in terms of fertilization, farming communities have chosen manure and compost as a fertilizer major to restore soil fertility, but can not be separated from chemical fertilizers. Chemical fertilizer given to plants to see its development. The community also has been farming in rotation and in the hygiene field, to eradicate the weeds are still using herbicides.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Tuhan yang maha kuasa, karena berkat kasih dan karuniaNya kepada penulis sehingga penelitian ini

dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini berjudul “ Analisis Pengetahuan Lingkungan Terhadap Berbasis

Kearifan Lokal Pada Pola Pemupukan, Pergiliran Tanaman Dan Kebersihan Ladang Masyarakat Di Kabupaten Karo Dan Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Syarifuddin, M.Sc. Ph.D dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. rer. Nat. Binari Manurung, M.Si, Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran-saran dalam penyusunan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Desa Samura, Kepala Desa Raya, Kepala Desa Tiga Jumpa, Kepala Desa Tiga Panah, Kepala Desa merdeka, Kepala SD Negeri No. 040450 Kabanjahe, Kepala SMP Negeri 3 Berastagi, Kepala SMA Negeri 1 Barus Jahe di Kabupaten Karo dan Kepala Desa Sikeben, Kepala Desa Namo Bintang, Kepala Desa Namo Rambe, Kepala Desa Kutalimbaru, Kepala Desa Aji Baho, Kepala SD Negeri No. 101843 Bandar Baru, SMP Negeri 1 Sibolangit,Kepala SMA Negeri 1 Sibolangit di Kabupaten Desi Serdang yang telah memberikan kesempatan dan bantuan pengumpulan data dilapangan.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu Mertua Mereksa Surbakti dan Manik Br Ginting (+) dan orangtua penulis Jaman Ginting (+) dan Ukurta Br Tarigan atas dukungan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

(8)

menyelesaikan studi di program Pascasarjana UNIMED. Juga Kepada sahabat-sahabat seperjuangan di program studi Pendidikan Biologi program Pascasarjana Unimed Kelas B-2 Angkatan 2014 yang telah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Semoga penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, juni 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Lingkungan ... 8

(10)

BAB III : METODE PENELITIAN ... 25

4.1.5 Pengaruh Interaksi antara lokasi pertanian dan status ... 33

4.1.6 Pergiliran Tanaman, Pupuk, Kebersihan Ladang ... 34

(11)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 46

5.1 Simpulan ... 46

5.2 Implikasi ... 46

5.3 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.4.1.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 28

Tabel 4.1.6.2 Pergiliran Tanaman ... 34

Tabel 4.1.6.3 Jenis Pupuk ... 36

Tabel 4.1.6.4 Herbisida ... 37

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrument Penelitian ... …… .54

Lampiran 2. Data Skor Analisis Pengetahuan Lingkungan ... ……. .68

Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas ... ……. .88

Lampiran 4. Hasil Uji Homogenitas ... ……. .88

Lampiran 5 Data Hasil Analisa Pengetahuan Kab. Karo dan D. Serdang ... ……. .90

Lampiran 6. Data Hasil Analisa Pengetahuan Lingkungan Kab D. Serdang ……. .91

Lampiran 7. Data Hasil Analisa Pengetahuan Lingkungan Kab. Karo ... ……. .93

Lampiran 8. Grafik Pengetahuan Lingk. Berdasarkan Status di Kab Karo Dan Deli Serdang ... ……..95

Lampiran 9. Grafik Pengetahuan Lingk. Berdasarkan Status di Kabupaten Deli Serdang ... ……..103

Lampiran 10. Grafik Pengetahuan Lingkungan Berdasarkan Status di Kab. Karo ... ……..110

Lampiran 11 Herbisida Di Kab. Deli Serdang ... ……..111

Lampiran 12 Herbisida Di Kab. Karo ... ……..112

Lampiran 13 Jenis Pupuk ... ……..113

Lampiran 14 Sumber Pegetahuan di Kab Karo ... ……..114

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati (biodiversity) maupun keberagaman tradisi (culture diversity). Dari keberagaman tersebut memunculkan pengetahuan local dalam interaksinya dengan lingkungan. Pengetahuan local ini antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda, tergantung pada tradisi dan keanekaragaman hayati yang ada didaerah tersebut. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat dalam hal lingkungan merupakan warisan tradisi hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan. Pengetahuan lokal apabila digali dan dikembangkan bisa dijadikan acuan bagi manusia modern dalam mengelola alam secara berkelanjutan. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat bukan merupakan sesuatu yang ada dengan sendirinya, tetapi merupakan akumulasi dari pengalaman hidup dalam interaksinya dengan lingkungan dan pendukung kebudayaan yang lainnya.

Dalam kedinamisan dan perubahan yang terjadi adakalanya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tidak cukup dapat beradaptasi. Perubahan pengetahuan dan tradisi juga bias terjadi karena adanya arus modernisasi dan globalisasi. Turnbull (2002) mengemukakan bahwa adanya perubahan radikal dimasyarakat akibat adanya pengaruh dari modernisasi dan globalisasi. Pengetahuan tentang alam dan fenomena alam tetap menjadi panduan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas. Bagi masyarakat local, mengetahui fenomena alam merupakan suatu keharusan untuk meraih hasil yang maksimal. Tanpa pengetahuan tentang lingkungan dan fenomena alam aktivitas mereka akan sia-sia tanpa makna. Pada dasarnya pemahaman terhadap lingkungan alam sekitarnya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan keturunannya

(16)

2

Aturan-aturan atau norma-norma itu disebut kearifan lokal karena mengatur tentang keseimbangan alam atau ekosistem dan menjadi sistem pengetahuan bagi masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Adanya bentuk-bentuk kearifan lokal tersebut terbukti mampu menyangga kelestarian alam sebagai suatu bentuk ekosistem dan sekaligus menyangga layanan sosio-ekologis alam untuk kebutuhan seluruh makhluk hidup. Dengan pranata sosial yang bersahabat dengan alam, kearifan lokal tumbuh di tengah-tengah masyarakat memiliki peranan yang sangat memadai didalam melakukan rehabilitasi dan pemeliharan terhadap kelestarian lingkungan.

Suhartini (2009) mengemukakan bahwa kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Kearifan lokal merupakan tatanilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan secara arif. Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.

Adalah suatu realitas bahwa sebagian masyarakat masih memiliki kearifan tradisional (tradisional wisdom) dalam mengelola sumber daya alam, sistem lokal ini berbeda satu sama lain, sesuai dengan kondisi sosial budaya dan tipe ekosistem setempat. Mereka umumnya memiliki sistem pengetahuan dalam mengelola sumber daya lokal yang diwariskan dan ditumbuh kembangkan terus menerus secara turun temurun.

Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungannya yang diketahui sebagai kearifan lokal suatu masyarakat, dan melalui kearifan lokal ini masyarakat mampu bertahan menghadapi berbagai krisis yang menimpanya. Maka dari itu kearifan lokal penting untuk dikaji dan dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan lingkungannya.

(17)

3

mengelola lingkungan. Seringkali pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat dijadikan pedoman yang akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan pemukimannya.

Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan dapat ditumbuhkan secara efektif melalui pendekatan kebudayaan. Jika kesadaran tersebut dapat ditingkatkan, maka hal itu akan menjadi kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan lingkungan. Dalam pendekatan kebudayaan ini, penguatan modal sosial, seperti pranata sosial budaya, kearifan lokal, dan norma-norma yang terkait dengan pelestarian lingkungan hidup penting menjadi basis yang utama.

Hasil penelitian Mulyati Rahayu, Mohammad Fathi Royyani dan Rugayah (2009) mengemukakan bahwa Pengetahuan local etnis Wawonii, walaupun telah mengalami banyak perubahan dan juga memiliki banyak keterbatasan, namun menyimpan kearifan antara lain berupa pengetahuan local tentang satuan lingkungan dan juga pemanfaatan tetumbuhan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Masuknya budaya modern tidak menutup kemungkinan dapat mengikis pengetahuan lokal masyarakat dalam pola penggunaan lahan perladangan secara tradisional dan ramah lingkungan.

Adimihardja (2008) mengemukakan bahwa sistem pengetahuan lokal harus dipahami mencakup berbagai bentuk kreativitas intelektual masyarakat tertentu yang merupakan respon berkelanjutan dan kontemporer secara individual dan sosial terhadap lingkungannya. Sistem pengetahuan dan teknologi lokal ini memberikan gambaran kepada kita mengenai kearifan tradisi masyarakat dalam mendayagunakan sumberdaya alam dan sosial secara bijaksana yang mengacu pada keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

(18)

4

lingkungan lahan perladangan yang mereka geluti. Struktur mata pencaharian masyarakat adalah lebih didominasi oleh petani lahan kering. Tanaman sayuran yang menjadi komoditi masyarakat di Kabupaten Karo adalah kol, tomat, cabai, kentang, wortel serta tanaman jenis lainnya, demikian juga untuk Kabupaten Deli Serdang seperti sawi, kacang panjang, terong, cabai, timun, kangkung, bayam dan sebagainya. Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang memiliki adat, kebudayaan dan kearifan lokal. Sistem yang digunakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan petani lahan kering sangat sederhana dan alami. Kenyataan bahwa sistem dan pola tanam yang dilakukan mampu bertahan. Pola dan sistem pertanian yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Karo dan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang dalam pengelolaan pertanian lahan kering dalam rangka menjaga kesuburan tanah sehingga mampu bertahan tanpa menimbulkan dan meninggalkan kerusakan yang berarti terhadap lahan yang diolah.

Dapat mengakibatkan perbedaan pemahaman dan perlakuan mereka terhadap lahan perladangan di masing-masing kabupaten ini.

Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang adalah daerah yang memiliki adat, kebudayaan dan kearifan lokal dalam setiap kegiatan perladangan yang dilakukan oleh petani tradisional yang telah mentradisi secara turun temurun. Dominasi dan tingkat keberhasilan petani dalam mensuplai produk sayuran dilakukan dengan cara dan metode bercocok tanam berasaskan kearifan lokal yang dimiliki, dengan kata lain selama ini masyarakat di Kabupaten Karo dan masyarakat di Kabupaten Deliserdang mengolah lahan sampai sekarang masih mampu bertahan dalam mengolah lahan dan bercocok tanam untuk satu atau lebih suatu komoditas, lahan yang digunakan dan diolah masih mampu memberikan kemanfaatan dan kegunaannya sebagai tubuh alami untuk bercocok tanam satu atau lebih suatu komoditas dengan pola yang sama dan hasil yang hampir sama pula.

(19)

5

bahwa sistem dan pola tanam yang dilakukan mampu bertahan dan terdapat suatu yang lain dari sistem yang pernah ada dan dilakukan.

Hal tersebut menginspirasi untuk melakukan suatu kajian deskripsi bagaimana sebenarnya pengetahuan lingkungan dan sikap terhadap pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang berbasis kearifan lokal pada anak-anak petani di Kabupaten Karo Dan Kabupaten Deliserdang.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latarbelakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan kearifan lokal pada petani di Kabupaten Karo dan petani di Kabupaten Deli Serdang yaitu :

1. Terdapat perbedaan pengetahuan lingkungan masayarakat (petani dan anak-anak petani) di kabupaten Karo dan Deli Serdang dalam hal bertani.

2. Terdapat perbedaan pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang pada masyarakat (petani dan anak-anak petani) di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini batasan masalah yang akan diteliti adalah analisis pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh lokasi lahan pertanian terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang?

(20)

6

3. Bagaimanakah interaksi antara lokasi lahan pertanian dan status masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat?

4. Apakah ada perbedaan pergiliran tanaman, pemupukan, kebersihan ladang pada masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang?

5. Berasal dari manakah sumber pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lokasi lahan pertanian terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh status masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 3. Untuk mengetahui interaksi antara lokasi lahan pertanian dan status

masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pergiliran tanaman, jenis pupuk, kebersihan ladang pada masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

(21)

7

1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan sebagai masukan informasi empirik yang menguatkan tentang pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

2. Manfaat Secara Praktis.

(22)

BAB V

SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh beberapa simpulan yaitu :

1. Tingkat pengetahuan lingkungan pertanian pada masyarakat Kabupaten Karo

dan Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa lokasi lahan pertanian berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan lingkungan masyarakat (F = 4,491 ; P = 0,035).

2. Tingkat pengetahuan lingkungan pertanian berdasarkan status masyarakat

diperoleh bahwa status masyarakat berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan lingkungan masyarakat (F = 66,476 ; P = 0,000).

3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antar lokasi pertanian terhadap

pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat (F = 8,390 ; P = 0, 000)..

4. Dalam pergiliran tanaman masyarakat petani di Kabupaten Karo lebih memilih

pola pergiliran tanaman sebagai berikut : kol – cabai – jagung - kentang dan kol – cabai – tomat - sayur putih. Masyarakat petani di Kabupaten Deli Serdang lebih banyak memilih pola tanam berikut : kacang tanah – terung – jagung – ubi kayu dan cabai – tomat – timun – terung. Sesuai dengan keadaan suhu dan iklim daerah masing-masing. Dalam hal pemupukan masyarakat menggunakan pupuk kandang, kompos sebagai pupuk utama dan pupuk kimia hanya sebagai tambahan. Untuk kebersihan ladang dalam hal membasmi gulma masyarakat menggunakan herbisida dilakukan pada saat pembukaan ladang.

5. Sumber pengetahuan lingkungan yang berbasis kearifan lokal di Kabupaten

Karo dan Deli Serdang bagi pengetahuan petani tentang pengetahuan lingkungan pertanian yang utama berasal dari orangtua.

1.2 Implikasi

(23)

atau lokasi pertanian memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Oleh karena itu setiap lokasi atau daerah harus meningkatkan pengetahuan lingkungan mereka dengan mengindahkan kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing lokasi pertanian. Demikian juga dengan status masyarakat juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan lingkungan masyarakat, untuk itu perlu meningkatkan pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal. Status masyarakat yang dimaksud adalah Petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD. Oleh karena itu pengetahuan petani dan siswa SMA, siswa SMP, SD perlu ditingkatkan pemahamannya tentang pengetahuan kearifan lokal dalam bertani. Selain itu ada juga pengaruh interaksi lokasi pertanian dan status masyarakat terhadap pengetahuan lingkungannya. Oleh sebab itu masing-masing daerah harus meningkatkan pengetahuan lingkungan masyarakatnya terhadap pengetahuan lingkungan yang berbasis kearifan lokal.

Demikian juga dengan pemupukan, masyarakat di Kabupaten Karo dan Deli Serdang memilih pupuk kandang, kompos sebagai pupuk utama dan pupuk kimia sebagai pupuk tambahan. Begitulah seharusnya bahwa saat sekarang ini sesuai dengan kondisi tanah pertanian yang semakin berkurang tingkat kesuburannya akibat terlalu dieksploitasi selama ini perlu di lakukan pemberian pupuk kandang dan kompos untuk mengembalikan kesuburan tanah disamping tidak meninggalkan pupuk kimia karena pupuk kimia masih diperlukan sesuai kebutuhan tanaman namun pemakaiannya sudah semakin berkurang.

Sistem pertanian di Kabupaten Karo dan Deli Serdang juga dalam hal bercocok tanam telah menggunakan pola bertanam secara pergiliran tanaman (crop rotation). Dalam hal pergiliran tanaman hendaknya melaksanakannya dengan memperhitungkan tingkat kesuburan tanah serta dalam hal menanggulangi hama dan

gulma pada tanaman, misalnya setelah menanam jagung ditanam kacang tanah karena tanaman kacang tanah dapat mengikat nitrogen dari udara sehingga dapat menyuburkan tanah pertanian. Maka dari itu dalam bercocok tanam, tanaman yang ditanam harus lah bergilir tidak hanya satu macam tanaman saja.

(24)

penyiangan dan sisa-sisa tanaman setelah habis panen semua dari masyarakat petani memusnahkannya dengan cara dibakar. Pembakaran tersebut tidak baik karena menyebabkan polusi udara. Cara yang lebih efektif dan menguntungkan adalah sampah yang berupa botol-botol dan plastic dari sisa-sisa pupuk dan obat-obatan sebaiknya ditanam agar tidak terjadi pencemaran udara dan didalam tanah sampah lambat laun akan terurai. Untuk sampah yang berasal dari sisa-sisa tanaman atau dari rumput hasil penyiangan sebaiknya juga ditanam di sekitar tanaman sehingga dapat dijadikan pupuk hijau yang sangat bermanfaat untuk kesuburan tanaman. Dalam hal membersihkan lahan dari gulma dalam hal permulaan bertani masyarakat lebih condong menggunakan herbisida, karena menurut mereka lebih efektif. Karena rumput cepat mati dan kering dalam waktu beberapa hari dan tidak membutuhkan banyak tenaga. Sebenarnya mereka telah mengatahui dampak penggunaan herbisida yang secara terus menerus yang dapat merusak kesuburan tanah tapi karena dianggap efektif dan mengirit biaya maka tetap mereka laksanakan sampai saat ini. Tapi sudah saatnya lah petani mengurangi penggunaan herbisida, karena penggunaan herbisida secara terus menerus dapat menyebabkan kerugian bagi lahan dan tanaman yang ditanam. Kerugiannya adalah tanaman akan terganggu pertumbuhannya, tanah pertanian menjadi kurang kesuburannya serta akhirnya dapat tumbuh gulma yang resisten terhadap herbisida yang mengakibatkan semakin sulit dalam pemberantasan gulma tanaman. Dalam pengendalian gulma sebaiknya dilakukan dengan cara manual yaitu mencangkul atau mencabutnya saja sehingga pertumbuhan tanaman, kesuburan tanah tetap terjaga.

Saran

1. Agar masyarakat petani dapat meningkatkan pengetahuan lingkungannya

terhadap pemupukan, masyarakat petani jangan terlalu banyak menggunakan pupuk kimia dan sudah dapat beralih ke pupuk kandang dan kompos untuk memulihkan kesuburan tanah kembali.

2. Agar masyarakat petani dapat meningkatkan pengetahuan lingkungannya

(25)

dengan berbagai macam jenis tanaman. Sehingga sisa tanaman dapat berguna bagi tanaman berikutnya.

3. Agar masyarakat petani dapat meningkatkan pengetahuan lingkungannya

terhadap kebersihan ladang, karena ladang yang terbebas dari sampah dapat menyebabkan tanaman tumbuh dengan baik.

4. Dalam hal membersihkan gulma hendaknya petani mengurangi penggunaan

herbisida.

5. Dalam hal pemupukan juga hendaknya dikurangi pemakaian pupuk kimia dan

(26)

50

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2008. Kearifan Budaya Lokal Dalam Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk

Pertanian di Kalimantan. Bandung : Humaniora Utama Press.

Adimihardja, K. (2009). Leuweung: Hutan Keramat Warga Kasepuhan di Gunung

Halimu. Dalam Herwasono Soedjito et al. ( Penyunting ), Situs Keramat

Alami. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, Komite Nasional MAB Indonesia, LIPI dan Conservation Internasional Indonesia.

Agung, L. (2015). The Development of Lokal Wisdom-Based Social Science

Learning Model with Bengawan Solo as the Learning Source. American

International Journal of Social Science Vol. 4 No. 4 ; August 2015.

Agustina, 2011. Pertanian Berkelanjutan. Sekolah Tinggi Penyulihan Pertanian. Malang

Alfons, Hedayana, R. (2010). Analisis Finansial Sistem Pengelolaan Tanah Untuk

Usaha Tani Berbasis Kedelai Di Lahan Kering. Jurnal Budidaya Pertanian,

Vol. 6. No. 1, Juli 2010, Hal. 30 – 38

Amrawaty. A, Saleh. M, Ali. S, dan Husnah. N, (2014). Build Synergy Between

Local And Modern Knowledge In Developing Beef Cattle. International

Journal of science & technology research Volume 3, ISSUE 11, November 2014.

Anonim. 2007. Petunjuk pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Apriadi. 2009. Menghindari, Mengolah dan menyingkirkan Sampah, Abdi Tandur,

Jakarta.

Bettencourt, A. 1989. What is Conctructivism and Why Are They All Talking about it? Michigan State University.

Berry, J.W. (2008). Globalisation and Acculturation. International Journal of Intercultural Relations No. 32 tahun 2008 hal. 328-336. Elsevier.

Bhawuk, Dharm, P.S. (2008). Globalization and Indigenous Cultures :

Homogenization Or Differentiation?. International Journal of Intercultural

Relations No. 32 tahun 2008 hal. 305 – 317. Elsevier.

David L. Jordan, Jack E. Bailey, J. Steven Barnes, Clyde R. Bogle, S. Gary Bullen, A. Blake Brown, Keith L. Edmisten, E. James Dunphy, and P. Dewayne

Johnson. 2002. Yield and Economic Return of Ten Peanut- Based Cropping

(27)

51

Hammel, J.E. 1986. Long term tillager and crop rotation effect on bulk density and

soil Impedance in Northern Idaho. Soil Sci. Soc. Am. J. 53: 1516 – 1519.

Hariadi. S.S, Widhiningsih, D.F (2015. Farmer GroupRoleOn Adoption OfLocal Wisdom Innovation To Support Food Self-Sufficiency. International Journal

of Humanities and Social Scince Invention. ISSN (online): 2319-7722, ISSN

(Print): 2319-7714. www.ijhssi.org//Volume 4 Issu 10//October. 2015//PP. 51-57.

Hastuti, E. Julianti, D. Erlangga, D. Osmari, T (2015). Local Wisdom of Economics and Business Overseas Traders Minang Community in Jakarta.

International Journal of Humanities and Social Science. ISSN 2220 – 8488 (Print), 2221 – 00989 (Online). Vol. 5, No. 5 ; May 2015.

Jumberi, A. 2002. Kearifan Lokal dalam budidaya padi di lahan rawa pasang surut.

Dalam Kearifan Budidaya Lokal lahan Rawa. Badai Besar Sumber Daya

Lahan Pertanian. Banjarbaru/Bogor.

Lingga. P, Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.

Mungmachon, R. 2012. Knowledge and Local Wisdom : Community Treasure,

International Journal of Humanities and Social Science Vol. 2 No. 13 ; July 2012.

Mathers, A.C, Steward dan Thomas J.D. 1977. Manure effects on water stability and

run off quality from irrigation grain sorghum plot, Soil Sci. Am. J. 41:

782-784

McCalla, T.M. 1975. Use of animal waste as a soil amendement in organic material

as fertilizer. Soil Bull. 27. Rome: Sida and FAO. Pp : 83088

Muhaimin,2005. Membangun Kecerdasan Ekologis, Model Pendidikan untuk

meningkatkan Kompetensi Ekologis. ALFABETA. Bandung

Novizan. 2002. Penerapan Teknologi Organik, Pemasyarakatan dan

Pengembangannya, Yogyakarta : Kanisius.

Piaget, J. 1971. Psychology and Epistemology. New York : The Viking Press.

Rahayu, M. Royyani, M,F. dan Rugayah. ( 2009 ). Pengetahuan Lokal tentang

Lingkungan Studi Kasus Etnis Wawoni, Sulawesi Tenggara, J. Tek. Ling.

(28)

52

Rachmawati, Murni, Mappajaya dan Andy. (2012). Local Wisdom In Java’s

Architecture (Studied In Nature, Technology And Humanity), Academic

Reseach International Vol.3, No. 1, Juli 2012. SAVAP International.

Ritohardoyo, S. 2006. Ekologi manusia. Bahan Ajar Program Studi Ilmu

Lingkungan, Jakarta : Pustaka

Singsomboon, T. (2014) Tourism Promotion And The Use Of Local Wisdom Through

Creative Tourism Process, IJBTS International Journal of Business Tourism

and Applied Sciences Vol.2 No. 2 July-December 2014.

Siswanto, Ari, Salim, Azizah, Dahlan, Dalila. N, Hariza dan Ahmad. (2013). The Phenomenology of Lamban Tuha: The Local Wisdom of South Sumatera

Traditional Architecture. International Transaction Journal o0f Engineering,

Management & Applied Sciences & Technologies Vol 4 No. 4

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan sumberdaya

Alam dan Lingkungan, Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Supirin, 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta : Audi.

Sutedjo, 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta : Jakarta

Sutedjo, M. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara, Jakarta

Tamalene, N. Muhdar, Suarsini, Racman. 2014. The Practice of Lokal Wisdom of Tobelo Dalam (Togutil) tribal Community in Forest Convervation in Halmahera,

Indonesia. International Journal of Plant Research, p-ISSN : 2163 – 2596 e- ISSN :

2163 – 260X ; 4 (4A) : 1 – 7

Turnbull, C.M. 2002. The Mbuti Pygmies : Changew and Adaptation. Wadworth. Thomson Learning 10 Davis Drive Belmont, CA. USA.

Utina, R. 2012. Kecerdasan Ekologis Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bajo Desa

Torosiaje Propinsi Gorontalo,Prosiding Konferensi Dan Seminar Nasional

Pusat Studi Lingkungan Hidup Indonesia ke 21, 13-15 September, ISBN; 978-602-18848-0-5 hal. 14-20

Veronica, A, K. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Kepedulian Mahasiswa

Pascasarjana Ilmu Lingkungan Terhadap Lingkungan Hidup Kota

Jakarta. J. Ekoton Vol. 8, No. 2. Hal. 1-24, Oktober 2008. ISSN

1412-3487.

(29)

53

Yunita, 2012. Developing local wisdom as the basic of intergrated extension model

in paddy cultivation at lowland ecosystem in South Sumatera. Proceeding

of 2012, International Conference on Biotechnology and Environment Management, Phuket.

Yuwono. 2005. Ilmu Kesuburan Tanah. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Yuwono, M, Basuki, N,Agustin, L. 2006. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L) Lamb). Pada Macam dan Dosis Pupuk Organik yang

Gambar

Tabel 3.4.1.1  Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................
Gambar 3.3       Desain  Penelitian .................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan Polkeskan = Jumlah Pengelola Kesehatan Ikan masing-masing jenjang jabatan yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh kegiatan pengelolaan Kesehatan Ikan

Analisis peneliti menyatakan bahwa dengan pendidikan kesehatan yang menarik akan dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS pada remaja di

NIP.. في طلخا نف ملعت : ةلاسرلا فاونع دهعلدا حلافلا راد كي أ فاكنوسكنوس تاراهم في ةيبرعلا ةغللا ملعت ىلع بلاطلا ةردق تُستح لىإ ةساردلا

mempergunakan teopri ilmu pengetahuan, profesional dapat menjelaskan apanyang dihadapinya dan apa yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Teori ilmu

Perlu diperhatikan bahwa gerak geser ini gayut muatan, tidak seperti gerck geser elektrik sehingga untuk nuatan beda ekan memberikan arah yang beda pula.. Jan Polman,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian kaku leher pada pasien pasca seksio sesarea dengan anestesi spinal di RSUD AA Provinsi Riau berdasarkan

Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar memiliki produktivitas padi gogo yang tinggi, meskipun tidak memiliki luas panen padi gogo yang luas, sedangkan