• Tidak ada hasil yang ditemukan

Development of Infrared Sensor Based Data Acquistion System for Predicting Soil Nitrogen Content as a Reference to Determine Fertilizing Dosage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Development of Infrared Sensor Based Data Acquistion System for Predicting Soil Nitrogen Content as a Reference to Determine Fertilizing Dosage"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA KADAR NITROGEN

TANAH BERBASIS SENSOR INFRA MERAH SEBAGAI

PEDOMAN PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN

ABDUL RONI ANGKAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Sistem Akuisisi Data

Kadar Nitrogen Tanah Berbasis Sensor Infra Merah sebagai Pedoman Penentuan Dosis

Pemupukan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2012

Abdul Roni Angkat

(3)

i

ABSTRACT

ABDUL RONI ANGKAT. Development of Infrared Sensor Based Data Acquistion System for Predicting Soil Nitrogen Content as a Reference to Determine Fertilizing Dosage. Supervised by I WAYAN ASTIKA and LENNY SAULIA.

Site specific nitrogen fertilizing needs an accurate map of soil nitrogen content. The use of sensors operated upon the soil is a promising method since the accurate soil sampling methods are costly and time consuming. The objectives of this research are to determine the relation between soil nitrogen level and near infrared spectrum using artificial neural network (ANN) and to develop soil nitrogen content data acquisition system for static dan dynamic measurement. The results showed that the 1506 nm wavelength can be used to estimate the soil nitrogen content. Furthermore it was found that static measurement showed a better correlation (R2= 0.6286) than the dynamic measurement (R2=0.3111). Combined with the developed ATMega32 microcontroller based display recorder, the precision of N content measurement achieved 0.12% wb with 0.1% wb noise.

(4)

ii

RINGKASAN

ABDUL RONI ANGKAT. Pengembangan Sistem Akuisisi Data Kadar Nitrogen Tanah

Berbasis Sensor Infra Merah sebagai Pedoman Penentuan Dosis Pemupukan.

Dibimbing oleh I WAYAN ASTIKA dan LENNY SAULIA.

Penerapan precision farming untuk pemupukan berpotensi meningkatkan hasil

panen dan mengurangi input pupuk. Pengurangan input pupuk tidak hanya mengurangi

biaya produksi tetapi juga mengurangi pengaruh buruk terhadap lingkungan seperti

berkurangnya limpasan kandungan nitrat ke dalam air tanah sebagai kibat penggunaan

pupuk nitrogen yang berlebihan. Pemupukan yang spesifik lokasi membutuhkan peta

status unsur hara tanah. Pada saat ini data tersebut tidak selalu tersedia untuk semua

lahan, dan kalaupun ada jarang di-update. Datanya biasanya di-update dalam interval

waktu tertentu. Selain itu data yang tersedia masih bersifat umum dan mencakup luasan

yang besar, sementara precision farming memerlukan informasi yang lebih spesifik.

Oleh karena itu dibutuhkan peta unsur hara tanah spesifik lokasi yang dapat dibuat

secara cepat sebelum pelaksanaan pemupukan. Hal ini disebabkan oleh sifat unsur

nitrogen yang cepat berubah sebagai akibat dari penguapan sebesar 4-60%, pencucian

sebesar 3-35%, aliran permukaan sebesar 12-25% dan erosi sebesar 11% (Antoe, 2010).

Pengujian tanah secara konvensional memerlukan biaya analisa tanah yang

relatif mahal dan waktu yang lama, di samping keterediaan laboratorium uji tanah yang

sangat terbatas. Hal ini menyebabkan rekomendasi pupuk untuk tanaman bersifat

umum dan seragam untuk seluruh Indonesia (Subiksa et al. 2007).

Pemanfaatan sensor infra merah dapat dijadikan alternatif untuk mengukur kadar

nitrogen tanah secara cepat, karena gelombang infra merah dapat beresonansi dengan

ikatan –CH-, -OH- dan –NH- (Luck 1974 dalam Buning-Pfaue 2003).

Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif untuk menduga kandungan

unsur hara nitrogen tanah secara cepat menggunakan Near Infrared Spectroscopy

(NIRS). NIRS memiliki beberapa keuntungan dibandingkan analisa kimia secara

tradisional karena dilakukan secara nondestruktif, dapat melakukan analisa sampel

hingga kedalaman 2-5 milimeter, dapat mendeteksi berbagai komponen dengan satu

(5)

iii

NIRS adalah tidak memerlukan banyak perlakuan terhadap sampel dan tanpa

menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu diperlukan

suatu penelitian untuk mengembangkan sistem akuisisi data kadar nitrogen tanah

berbasis sensor infra merah yang dapat dioperasikan secara portable maupun mobile.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun hubungan antara komposisi kadar

nitrogen tanah dengan spektra Near Infrared (NIR) menggunakan jaringan saraf tiruan

(JST). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk membuat sistem akuisisi kadar

nitrogen tanah yang nantinya dapat dioperasikan secara portable maupun mobile.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Penelitian tahap pertama

merupakan proses pembuktian kemampuan NIR dalam memprediksi kadar nitrogen

tanah melalui proses kalibrasi dan validasi menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST).

Sampel tanah yang diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm sebanyak 66

sampel dibagi dua dan dikemas ke dalam plastik A dan plastik B yang tertutup rapat.

Sampel dari kelompok A dibawa ke laboratorium tanah untuk mengukur kadar N tanah.

Sedangkan sampel dari kelompok B akan dianalisis menggunakan NIRS.

Penelitian tahap kedua merupakan proses pembuatansistem akuisisi data kadar

nitrogen tanah yang terdiri dari sensor infra merah dan peraga/perekam berdasarkan

analisa spektra NIR tanah untuk menentukan satu panjang gelombang yang mempunyai

bobot yang berat dalam penentuan kadar nitrogen tanah. Proses analisa spektra NIR

tanah menghasilkan panjang gelombang infra merah 1506 nm yang memiliki resonansi

yang baik terhadap unsur N dalam tanah. Selanjutnya spektra dari 25 buah sampel tanah

dalam polibag yang mempunyai kadar nitrogen yang berbeda diambil menggunakan

seperangkat alat pemancar sinar infra merah pada panjang gelombang 1506 nm yang

dilengkapi dengan photodetektor yang mempunyai kisaran gelombang 800-1800 nm.

Hasil pengukuran pantulan gelombang yang diterima photodetektor dibaca

menggunakan osiloskop dalam satuan voltase. Nilai tegangan dari 25 sampel tanah akan

diplotkan pada sumbu y, sedangkan kadar nitrogen tanah hasil uji laboratorium akan

diplotkan ke sumbu x untuk memperoleh suatu persamaan regresi linear. Sistem akuisisi

data tersebut dirancang dalam suatu bentuk hardware alat pengukur kadar nitrogen

tanah yang portabel untuk dibawa ke lapangan sehingga dapat diletakkan atau dipasang

pada implemen yang sedang berjalan atau melakukan pekerjaan. Alat pengukur kadar

(6)

iv

pembangkit tegangan sebagai pengganti sensor infra merah yang mengalami penguatan

32 kali. Semua rangkaian pada alat pengukur kadar nitrogen tanah menggunakan

sumber tegangan 5 V.

Hasil penelitian menunjukkan pola spektra absorban NIR pada semua sampel

tanah sama, memiliki 3 puncak pada panjang gelombang 1400 – 1450 nm, 1900 – 1950

nm dan 2200 – 2250 nm yang menunjukkan keberadaan ikatan O-H, O-H dan N-H

kombinasi. Model kalibrasi dan validasi terbaik spektra absorban NIR tanah pada

arsitektur 11-2-1 dengan iterasi 5000 kali dengan nilai r model kalibrasi dan validasi

sebesar 0.9595 dan 0.888, Nilai R2 kalibrasi dan validasi sebesar 0.9208 dan 0.7892, Selisih nilai RMSEC dan RMSEP sebesar 0.019 dan nilai CV sebesar 26.3%. Panjang

gelombang spesifik yang dapat digunakan untuk menduga kadar nitrogen tanah pada

panjang gelombang 1506 nm.

Pengukuran kadar ditrogen tanah dilakukan pada kondisi statis dan dinamis.

Pada pengukuran statis sampel tanah dalam keadaan diam, sedangkan pada pengukuran

dinamis sampel tanah digerakkan dengan kecepatan 0.1 m/s2. Nilai R2 pada posisi sampel tanah kondisi statis sebesar 0.6286 menunjukkan hubungan yang cukup kuat

antara kadar nitrogen tanah dengan tegangan reflektan yang dihasilkan dengan

persamaan regresi linear y = -1.2785x + 151.63. Sedangkan pada kondisi sampel

dinamis nilai R2 sebesar 0.3111 menunjukkan hubungan yang tidak kuat antara kadar nitrogen tanah dengan tegangan reflektan yang dihasilkan dengan persamaan regresi

linear y = -1.1881x + 151.26. Sehingga sistem akuisisi data kadar nitrogen ini tidak

cocok untuk pengukuran dinamis. Pembuatan sistem akuisisi data kadar nitrogen tanah

dalam suatu perangkat software dan hardware menggunakan mikrokontroler ATmega

32 dengan sumber tegangan 5 V dan bilangan biner 10 bit yang memiliki penguatan

maksimal sebesar 32. Tingkat ketelitian pengukuran kadar nitrogen mencapai 0.12 %

berat dengan noise sebesar ±0.1 %berat.

(7)

v

®

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

vi

PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA KADAR NITROGEN

TANAH BERBASIS SENSOR INFRA MERAH SEBAGAI

PEDOMAN PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN

ABDUL RONI ANGKAT

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

vii

(10)

viii

Judul tesis : Pengembangan Sistem Akuisisi Data Kadar Nitrogen Tanah Berbasis

Sensor Infra Merah sebagai Pedoman Penentuan Dosis Pemupukan

Nama : Abdul Roni Angkat

NRP : F151100091

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si

Ketua

Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(11)

i

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian

yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 ini Pengembangan Sistem Akuisisi Data

Kadar Nitrogen Tanah Berbasis Sensor Infra Merah sebagai Pedoman Penentuan Dosis

Pemupukan.

Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si dan Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si

selaku komisi pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, dan saran kepada

penulis, serta Dr. Ir. Radite P.A. Setiawan, M.Agr selaku penguji luar komisi

pembimbing dan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr selaku ketua program studi Teknik Mesin

Pertanian dan Pangan yang telah memberikan saran dan arahan untuk perbaikan tesis

ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian

Pertanian yang memberikan beasiswa kepada penulis selama menjalani pendidikan S2

di IPB. Selain itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada IMHERE B.2.C IPB

yang telah membantu biaya penelitian, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Bambang sebagai ketua

LIPI atas fasilitas yang diberikan selama melakukan penelitian di LIPI, rekan-rekan

peneliti di LIPI, Pak Prabowo, Pak Hendra, Mas Sidiq, Mb Vina dan Pak Imam atas

saran dan bantuannya selama melakukan penelitan di LIPI. Selain itu penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sulyaden di lab. TPPHP, rekan-rekan

seperjuangan di TMP 2010, Pandu Gunawan, Cecep Saepul Rahman, Ahmad Thoriq,

Lilis Sucahyo, Jhoni Firdaus, Irriwad Putri, Ismi Mahmudah Edris, Annisa Nur

Ichniarsyah yang selalu memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan

seperjuangan di TPP 2010, TMP 2009, TMP 2011, TEP 2010.

Secara khusus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada istriku

tercinta Lusi Lestari dan anakku tersayang Abdul Fattah Ramadhan Angkat sebagai

sumber inspirasi dan semangat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

(12)

ii

Bayu Angkat, Puri Ayu Ardaiyah Angkat atas doa dan motivasi kepada penulis untuk

mengapai cita-cita.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2012

(13)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 27 Juli 1978 sebagai

anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Jasman Angkat dan Juniarita.

Penulis lulus dari SMUN 3 Medan pada tahun 1997 lalu melanjutkan pendidikan S1

tahun 1997 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan selesai tahun 2001. Tahun 2001 sampai dengan

tahun 2004 penulis bekerja di PT Horiguchi Engineering Indonesia di Karawang

Internasional Industrial City (KIIC) sebagai Personel General Affair. Melalui test CPNS

Kementerian Pertanian pada Tahun 2004, penulis diterima sebagai PNS di Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP), Kementerian Pertanian.

Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Departemen Teknik Mesin

dan Biosistem Mayor Teknik Mesin Pertanian dan Pangan di Institut Pertanian Bogor

(14)

i

Jaringan Saraf Tiruan (JST)….………. 11

Aplikasi Near Infrared untuk Penentuan Kadar Nitrogen Tanah ……….. 14

Mikrokontroler …………..….………. 16

METODOLOGI PENELITIAN….……….. 18

Tempat dan Waktu Penelitian………..…… 18

Bahan dan Alat ……….….. 18

Prosedur Penelitian……….…. 19

Penelitian Tahap Pertama ………....…… 19

Penelitian Pendahuluan ………. 19

Persiapan Sampel ………..………. 20

Pengambilan Spektra NIR Tanah ………..…..….. 21

Pengukuran Kadar Nitrogen Tanah………. 22

Pengembangan Model Jaringan Saraf Tiruan (JST)………..…. 23

Analisa Data ……….………. 24

Penelitian Tahap Kedua ………. 25

(15)

ii

Pembuatan Seperangkat Alat Optik Pemancar dan Penerima

Gelombang Infra Merah ……….……...……. 26

Persiapan Sampel ………...……….………. 27

Pengambilan Spektra Tanah ……...……….…….………. 29

Pengukuran Kadar Nitrogen Tanah ……….………….………. 29

Kalibrasi Pendugaan Kadar Nitrogen Tanah ……… 29

Pembuatan Peraga dan perekam Data Kadar Nitrogen Tanah ………... 30

Simulasi Pengujian Sistem Akuisisi Data Kadar Nitrogen Tanah ...……. 34

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….………. 36

Pola Gelombang Spektra NIR Tanah ………..……... 36

Kalibrasi dan Validasi Spektra NIR terhadap Kadar Nitrogen Tanah Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan (JST) …....………. 38

Deskripsi Data ………..… 38

Segmentasi Data………..….. 39

Analisis Komponen Utama (PCA) ………. 41

Pengembangan Model JST ………... 42

Hasil Kalibrasi dan Validasi Absorban NIR ……….…… 42

Analisa Spektra NIR Tanah ……….….. 44

Deteksi Kadar Nitrogen Tanah Menggunakan Infra Merah dengan Panjang Gelombang 1506 nm ………...…………...…. 46

Pembuatan Alat Peraga dan Perekam Data Kadar Nitrogen Tanah.…….….. 48

Hasil Simulasi Pengujian Sistem Akusisi Data Kadar Nitrogen Tanah Berbasis Sensor Infra Merah ...……….….. 51

Uji Resolusi ……….……..…………..…..….. 51

Uji Noise……….………...…………..…..….. 53

KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 58

Kesimpulan ………...….. 58

Saran ………..………... 58

DAFTAR PUSTAKA ………. 59

(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penggolongan unsur hara tanaman ………...………...….… 5

Tabel 2 Hubungan linear antara panjang gelombang dengan total karbon dan

total nitrogen dalam tanah basah ……….. 15

Tabel 3 Hubungan linear antara panjang gelombang dengan kandungan bahan

organik dan total nitrogen dalam tanah ……….… 16

Tabel 4 Dosis perlakuan pupuk pada sampel tanah ………...… 28

Tabel 5 Karakteristik data untuk kalibrasi dan validasi metode JST..……… 39

Tabel 6 Hasil kalibrasi dan validasi spektra absorban NIR dengan metode JST… 43

Tabel 7 Resolusi alat ukur kadar nitrogen tanah ………..…...… 53

Tabel 8 Uji t berpasangan untuk rata-rata kadar nitrogen tanah ………..……….. 56

(17)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sketsa profil tanah secara umum ……….………... 4

Gambar 2 Hubungan antara pH dengan ketersediaan unsur hara tanah ...……... 6

Gambar 3 Siklus proses dalam precision farming……….…………... 7

Gambar 4 Struktur jaringan saraf tiruan ………..……..……….... 11

Gambar 5 Diagram alir prosedur penelitian tahap pertama ……….….. 20

Gambar 6 Pengambilan sampel tanah secara komposit…………..…………... 21

Gambar 7 NIRFlex N-500 dan spektra suite NIRware 1.2……….…... 22

Gambar 8 Pengambilan spektra tanah dalam bentuk komposit……….. 22

Gambar 9 Model jaringan saraf tiruan tiga lapis (backpropagation method)... 24

Gambar 10 Diagram alir prosedur penelitian tahap kedua ………... 26

Gambar 11 Seperangkat alat optik pemancar dan penerima gelombang infra merah. 27 Gambar 12 Persiapan sampel tanah tahap II …………..………... 28

Gambar 13 Pengambilan spektra tanah dalam bentuk komposit ………... 29

Gambar 14 Diagram alir akuisisi data kadar nitrogen tanah ………... 30

Gambar 15 Skema rangkaian alat ukur kadar nitrogen tanah ………….……... 31

Gambar 16 Skema rangkaian pembangkit tegangan ………... 32

Gambar 17 Skema rangkaian penguat……….…... 32

Gambar 18 Konfigurasi penggunaan pin Mikrokontroler ATmega 32………... 34

Gambar 19 Pola spektra reflektan NIR tanah ……….. 37

Gambar 20 Pola spektra absorban NIR tanah ………..…… 37

Gambar 21 Pola spektra reflektan NIR tanah setelah dinormalisasi……… 38

Gambar 22 Pola spektra absorban NIR tanah setelah dinormalisasi……… 38

Gambar 23 Spektra reflektan setelah segmentasi 8………..………. 40

Gambar 24 Spektra absorban setelah segmentasi 8………...…..……..… 40

Gambar 25 Kurva variasi kumulatif 11 komponen utama (PC) pada segmen 8…… 41

Gambar 26 Hasil kalibrasi dan validasi absorban NIR arsitektur 11-2-1 Iterasi 5000 kali ……… 44

Gambar 27 Lokasi komponen kimia pada spektra NIR tanah …..………... 45

(18)

v

Gambar 29 Grafik hubungan antara kadar nitrogen tanah dan tegangan

kondisi dinamis ……….………..……….. 47

Gambar 30 Ilustrasi pantulan cahaya yang mengenai tanah ……… 48

Gambar 31 Bagian luar alat pengukur kadar nitrogen tanah ……… 49

Gambar 32 Bagian dalam alat pengukur kadar nitrogen tanah ………...49

Gambar 33 Software Code Vision AVR Evaluation V2.05.0 ………...….50

Gambar 34 Software Road to Msi Serial Port ………... 51

Gambar 35 Grafik perubahan tegangan terhadap waktu pada uji resolusi …... 52

Gambar 36 Grafik perubahan nilai digital terhadap waktu pada uji reolusi …... 52

Gambar 37 Grafik perubahan kadar nitrogen terhadap waktu pada uji resolusi ... 52

Gambar 38 Grafik perubahan kadar nitrogen terhadap waktu pada simulasi 1 uji noise ... 54

Gambar 39 Grafik perubahan kadar nitrogen terhadap waktu pada simulasi 2 uji noise ... 54

(19)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Spesifikasi alat optik pemancar dan penerima gelombang infra

merah ………..………. 63

Lampiran 2 Spesifikasi mikrokontroler ATmega 32 ……….….. 65

Lampiran 3 Hasil analisis komponen utama (PCA) dan spektra absorban……...… 67

Lampiran 4 Set data input JST untuk kalibrasi dan validasi absorban NIR……... 70

Lampiran 5 Hasil kalibrasi dan validasi model JST arsitektur 11-2-1 iterasi

5000 kali ………..…. 71 Lampiran 6 Hasil Pengukuran spektra tanah menggunakan infra merah dengan

panjang gelombang 1506 nm ……… 72

Lampiran 7 Hasil simulasi pengujian resolusi alat ukur kadar nitrogen tanah …..… 73

(20)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penerapan precision farming untuk pemupukan berpotensi meningkatkan hasil

panen dan mengurangi input pupuk. Pengurangan input pupuk tidak hanya mengurangi

biaya produksi tetapi juga mengurangi pengaruh buruk terhadap lingkungan seperti

berkurangnya limpasan kandungan nitrat ke dalam air tanah asebagai kibat penggunaan

pupuk nitrogen yang berlebihan. Pemupukan yang spesifik lokasi membutuhkan peta

status unsur hara tanah. Pada saat ini data tersebut tidak selalu tersedia untuk semua

lahan, dan kalaupun ada jarang di-update. Datanya biasanya di-update dalam interval

waktu tertentu. Selain itu data yang tersedia masih bersifat umum dan mencakup luasan

yang besar, sementara precision farming memerlukan informasi yang lebih spesifik.

Oleh karena itu dibutuhkan peta unsur hara tanah spesifik lokasi yang dapat dibuat

secara cepat sebelum pelaksanaan pemupukan. Hal ini disebabkan oleh sifat unsur

nitrogen yang cepat berubah sebagai akibat dari penguapan sebesar 4-60%, pencucian

sebesar 3-35%, aliran permukaan sebesar 12-25% dan erosi sebesar 11% (Antoe, 2010).

Uji tanah merupakan metoda yang akurat untuk menentukan kadar nitrogen

dalam tanah sebagai dasar rekomendasi pemupukan. Perencanaan yang matang,

terencana, dan berkesinambungan dari kegiatan uji tanah akan menghasilkan basis data

yang akurat sebagai dasar dalam menentukan takaran pupuk nitrogen untuk suatu

komoditas yang spesifik dalam rangka precision farming. Penggunaan pupuk nitrogen

sebagai input pertanian dalam rangka usaha meningkatkan produksi pertanian semakin

lama semakin tinggi, karena tidak tersedianya pedoman untuk melakukan pemupukan

secara tepat dosis. Kondisi ini membutuhkan alat uji tanah yang dapat mengukur kadar

nitrogen tanah secara cepat, sehingga rekomendasi pemupukan dapat diberikan secara

cepat berdasarkan peta unsur hara nitrogen tanah.

Pengujian tanah secara konvensional memerlukan biaya analisa tanah yang

relatif mahal dan waktu yang lama, di samping keterediaan laboratorium uji tanah yang

sangat terbatas. Hal ini menyebabkan rekomendasi pupuk untuk tanaman bersifat

(21)

2

Pemanfaatan sensor infra merah dapat dijadikan alternatif untuk mengukur

kadar nitrogen tanah secara cepat, karena gelombang infra merah dapat beresonansi

dengan ikatan –CH-, -OH- dan –NH- (Luck 1974 dalam Buning-Pfaue 2003).

Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif untuk menduga kandungan

unsur hara nitrogen tanah secara cepat menggunakan Near Infrared Spectroscopy

(NIRS). NIRS memiliki beberapa keuntungan dibandingkan analisa kimia secara

tradisional karena dilakukan secara nondestruktif, dapat melakukan analisa sampel

hingga kedalaman 2-5 milimeter, dapat mendeteksi berbagai komponen dengan satu

data spektra (Arnold et al. 2002, dalam McLeod et al. 2009) dan dapat menentukan sifat

fisik dan kimia bahan (Buning-Pfaue, 2003). Kelebihan lain dari NIRS adalah tidak

memerlukan banyak perlakuan terhadap sampel dan tanpa menghasilkan limbah yang

dapat mencemari lingkungan (Buning-Pfeaue, 2003).

Hingga saat ini, penggunaan teknologi NIRS untuk produk pertanian sudah

banyak dilakukan oleh industri dan para peneliti, seperti pendugaan tingkat ketuaan dan

kematangan sawo menggunakan NIRS pada kisaran gelombang 1400-2000 nm (Senduk

2002). Shao et al. (2007) melakukan penentuan kualitas yogurt. Penentuan komposisi

kimia biji jarak pagar (Mardison, 2010).

Khusus dalam penelitian untuk menentukan komposisi kandungan unsur hara

tanah menggunakan NIRS belum ditemukan di Indonesia. Beberapa penelitian

penentuan komposisi kandungan unsur hara tanah menggunakan NIRS dilakukan oleh

peneliti dari luar negeri yang diantaranya penelitian mengenai kebutuhan unsur hara

makro bagi pertumbuhan alfalfa (Moron et al.2004). Pada penelitian yang dilakukan

oleh Yong et al. (2005), menghasilkan bahwa NIRS dapat memprediksi dengan baik

unsur hara N dengan standar error prediction (SEP) sebesar 3.28. Sejalan dengan

penelitian tersebut Huang et al. (2007) melakukan pendugaan unsur hara N

menggunakan NIR dengan standar error prediction (SEP) sebesar 3.28. Selain itu

penelitian terhadap kandungan unsur hara nitrogen juga dilakukan pada pupuk kandang

yang menghasilkan standar error prediction (SEP) sebesar 0.72 (Chen et al.2009).

Data yang dihasilkan oleh NIRS tidak dalam hubungan yang linear. Sehingga

diperlukan model yang dapat menghubungkan dua set data dalam hubungan yang tidak

linear. Salah satunya dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST). Namun hingga

(22)

3

maupun kuantitatif masih sangat sedikit, bahkan beberapa instrumen NIRS keluaran

terbaru sekalipun masih belum melengkapi instrumennya dengan model JST untuk

pengolahan datanya, walaupun beberapa literatur menyatakan bahwa hubungan antara

nilai reflektan dengan komposisi kimia bahan organik tidak linear.

Perumusan Masalah

Pemupukan nitrogen dengan dosis yang tepat pada tanaman dapat dilakukan

jika diketahui kadar nitrogen tanah secara spesifik lokasi. Pengujian tanah secara

konvensional untuk mengukur kadar nitrogen tanah dilakukan di laboratorium uji tanah.

Pengujian tersebut membutuhkan biaya yang relatif mahal dan waktu yang relatif lama.

Identifikasi kadar nitrogen tanah harus dilakukan secara cepat dan murah,

karena kehilangan kadar nitrogen tanah dapat terjadi setiap saat yang disebabkan

penguapan, erosi, aliran permukaan dan pergiliran tanaman. Penggunaan sensor infra

merah yang dapat beresonansi dengan ikatan nitrogen dalam tanah diperlukan untuk

dapat mengukur kadar nitrogen tanah secara cepat pada kondisi statis dan dinamis.

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini mengembangkan sensor berbasis infra

merah untuk akuisisi kadar nitrogen. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah :

1. membangun hubungan antara komposisi kadar nitrogen tanah dengan spektra Near

Infrared (NIR) menggunakan jaringan saraf tiruan (JST).

2. membuat sistem akuisisi data kadar nitrogen tanah pada kondisi statis dan dinamis

yang terdiri atas sensor, peraga dan perekam.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membuat alat

pengukuran kadar nitrogen tanah secara portable maupun mobile (digandengkan pada

(23)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Tanah

Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak di

permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh

faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk

kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode

tertentu (Hanafiah, 2005).

Profil irisan tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas

hingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon

O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah,

horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah

seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sketsa profil tanah secara umum.

Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman yang

sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan

di bawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan

sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh karena itu,

istilah kesuburan tanah biasanya mengacu kepada ketersediaan hara pada lapisan setebal

(24)

5

kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi

sumber hara dan air.

Unsur Hara Tanaman

Unsur hara yang diperlukan tanaman yaitu Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen

(O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),

Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor

(Cl), natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si) (Rosmarkam et al. 2002).

Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibagi menjadi dua

golongan, yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan

tanaman dan terdapat dalam jumlah lebih besar dibandingkan unsur hara mikro. Ada

juga unsur hara yang tidak mempunyai fungsi pada tanaman, tetapi kadarnya cukup

tinggi dalam tanaman dan tanaman yang hidup pada suatu tanah tertentu selalu

mengandung unsur hara tersebut, misalnya unsur Al (Aluminium), Ni (Nikel), Se

(selenium), dan F (Fluor). Penggolongan unsur hara tanaman menurut Davidescu (1982)

dalam Rosmarkam et al. (2002) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Penggolongan unsur hara tanaman

Golongan Sumber : Davidescu (1982) dalam Rosmarkam (2002)

Menurut Yoshida (1981), tanaman dapat menyerap dan menggunakan berbagai

bentuk N seperti : N-amonium, N-nitrat, N-urea dan N-asam amino. N-amonium adalah

bentuk N yang paling banyak dijumpai dan merupakan bentuk yang stabil pada

tanah-tanah yang digenangi. Sedangkan N-nitrat paling banyak dijumpai pada lahan-lahan

kering (upland). Meskipun konsentrasi N-nitrat yang relatif rendah bersifat racun bagi

beberapa tanaman pertanian lahan kering, ternyata konsentrasi yang tinggi masih dapat

ditoleransi dan digunakan secara efisien oleh tanaman padi.

Tanaman menyerap P secara besar-besaran dalam bentuk H2PO4- dan HPO4

2-yang terdapat dalam larutan tanah. Pada kondisi pH tanah < 7.22 bentuk H2PO4

(25)

6

pada kondisi pH > 7.22 ion HPO42- dominan. Pada kondisi yang terakhir tersebut

konsentrasi ion sangat ideal dan berarti bagi pertumbuhan tanaman (Tisdale et al.,

1985).

Menurut Tisdale et al., (1985) Kalium diserap dalam bentuk ion K+, konsentrasinya dalam tanah 4-5 persen. Ion K+ bersifat mobile, yang dapat ditranslokasikan ke jaringan yang lebih muda dan jaringan meristematik bila terjadi

kekurangan dari jaringan yang tua.

Salah satu parameter yang dapat menduga ketersediaan unsur hara tanah adalah

nilai pH tanah. Hubungan antara ketersediaan unsur hara tanah dengan pH tanah dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Hubungan antara pH dengan ketersediaan unsur hara tanah.

Precision Farming

Precision farming merupakan istilah yang digunakan untuk menjabarkan

tujuan peningkatan dan efisiensi dalam pengelolaan pertanian (Blackmore, 1994).

Definisi lain precision farming adalah pengelolaan setiap masukan produksi tanaman

seperti pupuk, kapur, herbisida, insektisida, bibit, dan lain-lain pada suatu tempat

tertentu untuk mengurangi pemborosan, meningkatkan keuntungan, dan menjaga

(26)

7

peningkatan produktivitas, sementara biaya produksi menurun dan dampak lingkungan

minimal (NRC 1997, dalam Shibusawa, 2001).

Menurut Blackmore (1994), tiga aspek dalam precision farming adalah: (1)

menemukan apa yang terjadi dalam lahan, (2) memutuskan apa yang dilakukan untuk

itu, dan (3) memberi perlakukan pada area tergantung pada keputusan yang dibuat.

Tanaman dan sifat tanah tidak hanya bervariasi terhadap jarak dan kedalaman,

tetapi juga terhadap waktu. Beberapa sifat tanah adalah sangat stabil, berubah kecil

terhadap waktu, seperti tekstur dan kandungan bahan organik tanah. Sifat-sifat tanah

yang lain, seperti kadar nitrat (NO3-) dan kandungan lengas dapat berfluktuasi dengan cepat. Precision farming melakukan pengumpulan sampel tanah dan tanaman untuk

mendapatkan informasi tentang bagaimana variasi kondisi di lahan.

Teknologi precision farming dapat digunakan dalam semua aspek siklus

produksi tanaman dari operasi pratanam sampai pemanenan. Teknologi tersebut

sekarang tersedia, atau akan segera ada, untuk memperbaiki pengujian tanah (soil

testing), pengolahan tanah (tillage), penanaman (planting), pemupukan (fertilizing),

pemberantasan gulma (spraying), pemanduan tanaman (crop scouting ), dan pemanenan

(harvesting).

Pelaksanaan precision farming merupakan suatu siklus yang

berkesinambungan dari tahap perencanaan (planning season), tahap pertumbuhan

(growing season), dan tahap pemanenan (harvesting season) seperti disajikan pada

Gambar 3.

(27)

8

Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific crop

management (SSCM ). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield monitoring)

seringkali menjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM atau program

precision farming. Data hasil tanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data

tanah dan lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan

tanaman secara presisi (precision crop management sistem).

Menurut Wolf dan Wood (1997), komponen teknologi dari precision farming

adalah : (1) global positioning sistem (GPS), (2) yield monitoring, (3) digital soil

fertility mapping, (4) crop scouting, dan (5) variable rate application (VRA).

Near Infrared (NIR)

Infrared merupakan radiasi elektromagnetik yang berada pada kisaran panjang

gelombang 750-2500 nm, terletak diantara sinar tampak dan gelombang mikro. Infrared

dibedakan menjadi 3 yaitu near infrared, mid infrared, dan far infrared. Near infrared

berada pada kisaran panjang gelombang 750-2600 nm (Murray & Williams 1990). Near

infrared banyak digunakan untuk menentukan kandungan kimia suatu bahan organik,

karena ikatan molekul bahan organik sangat peka pada kisaran panjang gelombang near

infrared tersebut.

Semua bahan organik terdiri dari atom-atom, utamanya karbon, oksigen,

hidrogen, nitrogen, posfor dan sulfur. Atom-atom tersebut terikat secara kovalen dan

elektrovalen untuk membentuk molekul. Ketika molekul-molekul tersebut disinari

dengan sumber energi dari luar, maka molekul-molekul tersebut mengalami perubahan

energi potensial (Murray & Williams 1990). Radiasi elekromagnetik dapat ditampilkan

dalam bentuk frekuensi (v) panjang gelombang ( ) dan jumlah gelombang ( 1), Namun

yang umum digunakan adalah dalam bentuk panjang gelombang dalam satuan

nanometer (nm) dan jumlah gelombang dalam satuan cm-1. Untuk mengkonversi dari

Menurut Hruschka (1990) NIR berada kisaran panjang gelombang 700-3000

nm, tetapi yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi pada kisaran panjang

(28)

9

Intensitas yang diserap oleh molekul dapat digambarkan dalam trasmittance

seperti pada Persamaan 2.

Menurut Hukum Beer-Lambert, jumlah intensitas yang diserap oleh bahan atau

absorbance (A) dinyatakan dengan Persamaan 3 :

A

dimana k adalah penyerapan molekul, c adalah konsentrasi dari penyerapan molekul,

dan I adalah jarak antara sumber energi penyinaran ke sampel. Dalam NIR

spectroscopy, reflektan analog dengan transmittance (T) (Murray & Williams 1990)

untuk produk cair, intensitas yang diserap dapat dihitung menggunakan Persamaan 4 :

terdiri dari unsur yang mengandung kelompok-kelompok dari atom-atom yang diserap

dalam wilayah near infrared. Diantaranya -CH-, -OH-, -NH- dan kelompok lainnya,

kelompok CO, CH dan NH mencerminkan kandungan minyak, kelompok OH pada

panjang gelombang 970, 1190, 1450 dan 1940 nm mencerminkan kandungan air (Luck

1974 dalam Buning-Pfaue 2003) dan CH mencerminkan kandungan asam lemak pada

panjang gelombang 1200, 1400, 1725, 1750, 2300 dan 2340 nm (Cozzolino et al. 2005).

Menurut Hruschka (1990) puncak spektra untuk kadar air terjadi pada panjang

gelombang 1450 nm dan 1940 nm, air sangat kuat dalam menyerap spektra dan pada

panjang gelombang 1940 nm terpisah dari serapan komponen lain sehingga peningkatan

serapan spektra terlihat sangat jelas.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih setup pengukuran NIR

adalah penetrasi radiasi NIR yang dapat masuk ke dalam jaringan bahan, penetrasi ini

biasanya akan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman bahan yang akan

ditembus. Kedalaman daya tembus dari NIR dipengaruhi oleh panjang gelombang yang

diberikan. Hasil penelitian Lammertyn et al. (2000) yang mengukur daya tembus

cahaya NIR pada berbagai panjang gelombang terhadap buah apel adalah sampai

kedalaman 4 mm pada kisaran panjang gelombang 700-900 nm dan 2-3 nm pada

(29)

10

Variasi pada ukuran dan suhu partikel sampel mempengaruhi penyebaran

radiasi NIR pada saat melewati bahan. Partikel berukuran besar tidak dapat

menyebarkan radiasi NIR sebanyak partikel kecil. Semakin banyak radiasi yang diserap

maka semakin tinggi nilai absorban dan panjang gelombang yang diserap juga akan

lebih besar dan kuat.

Sinar yang dipancarkan dari sumber ke bahan organik, hanya sekitar 4% yang

akan dipantulkan kembali ke permukaan luar (regular reflection) dan sisanya sebesar

96% akan masuk ke dalam produk tersebut yang selanjutnya mengalami penyerapan

(absorption), pemantulan (body reflectan), penyebaran (scattering) dan penerusan

cahaya (transmittance) (Mohsenin, 1984).

Setelah dipancarkan radiasi NIR akan diserap oleh semua bahan organik dan

informasi utama yang dapat diekstrak adalah stretching dan bending ikatan kimia C-H

(seperti bahan organik turunan minyak bumi), C-H dan N-H (seperti protein dan asam

amino) yang merupakan ikatan dasar dari semua ikatan kimia bahan organik. Informasi

tersebut dapat dilihat dari pantulan NIR yang dihasilkan dalam bentuk spektrum

pantulan. Parameter ini dijelaskan oleh panjang gelombang dalam nanometer, amplitudo

dengan tinggi puncak gelombang menjelaskan intensitasnya. Dengan tiga parameter ini

seluruh informasi penyerapan dari suatu bahan dapat dijelaskan. Setiap bahan organik

mengandung ribuan jenis ikatan C-H, O-H, dan N-H yang mengakibatkan setiap bahan

memiliki spektrum pantulan atau absorbsi yang unik.

Informasi yang terkandung dalam spektra NIR dapat diambil dengan

menggunakan berbagai teknik analisis multi variabel yang disebut juga dengan

kemometrik. Tujuan dari teknik ini adalah untuk membuat model kalibrasi yang mampu

memprediksi karakteristik sampel yang tidak diketahui. Teknik analisis multi variabel

tersebut dibagi ke dalam dua jenis yaitu berdasarkan hubungan linearitas parameter dan

non-linearitas parameter. Multiple Linear Regression (MLR), Principle Componen

Regression (PCR), dan Partial Least Squares Regressioni (PLSR) adalah metode

kalibrasi yang mengandalkan sifat linear antar parameter dugaan dengan parameter

referensi. Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah metode kalibrasi yang dibangun tidak

berdasarkan hubungan linear parameter. Jaringan Saraf Tiruan (JST) telah digunakan

untuk membangun model kalibrasi NIR (Naes et al., 1993 dan Geladi et al., 1996 dalam

(30)

11

Jaringan Saraf Tiruan (JST)

Jaringan Saraf Tiruan (JST) merupakan sebuah struktur komputasi yang

dikembangkan dari proses sistem jaringan saraf biologi di dalam otak manusia. Pada

dasarnya jaringan saraf tiruan terdiri dari beberapa lapisan yaitu sebuah lapisan input,

satu atau lebih lapisan terselubung dan sebuah lapisan output, setiap lapisan terdiri dari

beberapa simpul (node). Simpul merupakan unit komputasi yang paling sederhana

dalam setiap lapisan dan terhubung satu sama lain. Setiap hubungan tersebut

diekspresikan dengan sebuah bilangan yang disebut bobot. Setiap lapisan, node

menerima input dari lapisan sebelumnya dan hasil outputnya akan menjadi input pada

lapisan berikutnya. Simpul dan bobot dalam jaringan saraf tiruan dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4 Struktur jaringan saraf tiruan.

Aspek non-linear permodelan jaringan saraf tiruan berhubungan erat dengan

fungsi transfer yang diaplikasikan pada kombinasi linear setiap node. Fungsi transfer

yang umum digunakan adalah fungsi sigmoid, linear dan tangen hiperbolik.

Kemampuan dasar jaringan saraf tiruan adalah mempelajari contoh input

(31)

12

Masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan komputasi konvensional dapat

dipecahkan dengan metode jaringan saraf tiruan. Selain itu jaringan saraf tiruan dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan dimana hubungan antar input dan output

belum diketahui dengan jelas, permasalahan seperti ini sering dijumpai pada aplikasi

pertanian.

Jaringan saraf tiruan merupakan teknik komputasi yang efektif untuk berbagai

permasalahan seperti pengenalan contoh (termasuk pengenalan suara dan citra),

klasifikasi, komparasi dua data, optimasi, permodelan dan peramalan pemecahan

permasalahan kombinasional, adaptive control, dan multisensor data fusion.

Keuntungan jaringan saraf tiruan yang tidak didapatkan pada sistem komputasi

konvensional adalah dapat memecahkan permasalahan nonlinear, dapat memperkecil

kesalahan, perhitungan secara paralel dan cepat dan kemampuan generalisasi yang baik.

Cara kerja JST adalah dengan menjumlahkan seluruh masukan setelah diberi

suatu pembobot dan memasukkan hasil penjumlahan ini dalam suatu fungsi aktivasi

yang berfungsi untuk mengubah suatu nilai yang tidak terbatas menjadi nilai yang

terbatas atau dikenal dengan fungsi pemampat. Untuk mendapatkan kemampuan node

yang lebih tinggi maka dirangkaikan beberapa buah node mengikuti konfigurasi

seri-paralel membentuk JST. Node-node pada lapisan input tidak melakukan perhitungan

tapi hanya mendistribusikan masukan.

Aturan belajar dalam JST adalah untuk mengubah-ubah faktor bobot yang

terdapat dalam JST tersebut dan merupakan serangkaian algoritma yang dapat

mengadaptasi atau mengubah-ubah faktor bobotnya sehingga diperoleh bobot yang

diinginkan (sesuai target yang diinginkan). Untuk memperoleh nilai bobot yang benar

JST dilatih berdasarkan suatu prosedur yang disebut dengan training set (pelatihan).

Paterson (1995), mengklasifikasikan JST berdasarkan strategi pelatihan atas tiga kelas

yaitu: 1) Pelatihan terawasi yaitu setiap contoh diberi nilai input dan target, nilai output

hasil perhitungan selama proses pelatihan dibandingkan dengan nilai target untuk

menentukan besarnya galat; 2) Pelatihan reinforcement yaitu nilai target tidak diberikan,

hanya diberikan indikasi apakah nilai output JST sudah benar atau salah dan tugas JST

adalah memperbaiki kinerja jaringan; 3) Pelatihan tidak terawasi yaitu, sampel hanya

diberi nilai input tanpa nilai target, sistem harus menemukan dan beradaptasi terhadap

(32)

13

Dalam pelatihan ini digunakan metode pelatihan terawasi (supervised learning)

dengan penjalaran balik (backpropogation). Algoritma penjalaran balik dapat

diaplikasikan untuk jaringan saraf lapis jamak (multilayer network) yang menggunakan

fungsi aktivasi yang berbeda dan metode pelatihan terawasi. Kelebihan algoritma

penjalaran balik ini dipilih karena dapat mempelajari contoh dan memproses data input

non linier dan merupakan algoritma JST yang paling umum digunakan. Terdapat tiga

tahapan pelatihan dalam backpropagation yaitu: 1) Perhitungan ke depan dengan input

data dari data training, 2) Perhitungan dan penjalaran balik error, 3) Perbaikan

pembobot.

Algoritma pelatihan penjalaran balik (backpropogation) dapat dijelaskan sebagai

berikut (Paterson, 1995) :

1. Inisialisasi pembobot (W)

Pembobot dipilih secara acak dalam kisaran nilai yang terkecil [-n,n] kemudian

setiap tegangan input diberikan kedalam node input JST untuk diproses dan dikirim

ke node di depannya.

2. Tentukan secara acak pasangan input dan target {xp,tp} dan hitung ke arah depan nilai net input untuk masing-masing unit j dari lapis q menggunakan Persamaan 5.

……… (5)

Input pada lapisan satu diberi indeks dengan superscript 0 sehingga menjadi

(Persamaan 6).

………... (6)

Jika telah diperoleh nilai net input untuk masing-masing unit pada lapisan

sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah masukan nilai net input setiap node

input ke dalam fungsi aktivasi. Fungsi aktivasi digunakan adalah binari sigmoid

sebagai berikut (Persamaan 7) :

………. (7)

menggunakan nilai OQj computed oleh unit lapisan terakhir dan nilai target yang

berhubungan (tpj) untuk menghitung nilai delta (Persamaan 8).

(33)

14

3. Hitung delta masing-masing lapisan di depan dengan penjalaran balik error

menggunakan Persamaan 9 :

……… (λ)

untuk semua j dari lapisan q = Q, Q-1,……

4. Langkah selanjutnya adalah memperbaharui semua pembobot menggunakan

Persamaan 10 :

….……… (10)

untuk tiap lapisan q, maka digunakan Persamaan 11.

………. (11)

5. Kembali ke langkah 2 dan ulangi sampai mencapai total error pada tingkat yang

dapat diterima.

Dalam aplikasi JST jumlah iterasi pelatihan merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kekuatan model (model robustness). Overtraining dan undertraining

dapat terjadi apabila iterasi training terlalu sedikit dan terlalu banyak. Hsieh et al

(2002) menyatakan bahwa jumlah iterasi yang kurang dari 40.000 menghasilkan akurasi

yang lebih rendah sedangkan jumlah iterasi yang lebih dari 90.000 juga dapat

menurunkan keakuratan.

Laju pelatihan (learning rate) dan momentum diperlukan dalam JST untuk

mencapai kondisi optimal. Kondisi yang diinginkan dari suatu JST adalah galat yang

kecil hingga mencapai minimum global bukan minimum lokal. Paterson (1995)

menyatakan bahwa koefisien laju pelatihan (η) dalam delta rule secara umum

menentukan ukuran penyesuaian pembobot yang dibuat pada tiap-tiap iterasi dan karena

itu mempengaruhi laju konvergensi. Apabila pemilihan laju pelatihan terlalu besar maka

untuk mencapai konvergensi akan lebih lambat daripada penurunan error langsung,

sebaliknya laju pelatihan yang terlalu kecil penurunan error akan melaju sangat kecil

sehingga butuh waktu yang lama untuk mencapai konvergensi.

Aplikasi Near Infrared untuk Penentuan Kadar Nitrogen Tanah

Penemuan energi Near Infrared dianggap berasal dari Herschel pada abad ke

sembilan dan pada tahun 1950, aplikasi pertama kali dilakukan di bidang kimia. Pada

(34)

15

diperkenalkan cahaya serat optik dan awal 1990-an adanya perkembangan detektor

monokromator dimana NIRS menjadi lebih kuat sebagai alat penelitan ilmiah. Metode

optik dalam sejumlah bidang ilmu termasuk fisika, fisiologi, obat-obatan, dan makanan.

Aplikasi Near Infrared di bidang pertanian dilakukan sejak tahun 1964 dan terus

berkembang sampai saat ini. Pada awal 1970-an di Jepang melakukan metode NIRS

untuk menentukan kandungan protein gandum (Padey, 2010).

Hernandez et al. (2004) menggunakan NIR untuk mengukur total nitrogen dan

total karbon pada tanah basah di Ohio Negara Amerika Serikat. Pengukuran total

nitrogen dan total karbon menggunakan NIR Sistems Spectrometer Model 6500 yang

mempunyai range gelombang 750 – 2500 nm. Pengolahan data dan analisa spektra

menggunakan Spectral Analysis Software (NAS) Version 3.30 untuk DOS

menghasilkan panjang gelombang spesifik untuk menganalisa ikatan-ikatan kimia

dalam tanah untuk memprediksi total nitrogen dan total karbon dalam tanah (Tabel 2).

Tabel 2 Hubungan linear antara panjang gelombang dengan total karbon dan total

nitrogen dalam tanah basah (Hernandez et al., 2004)

Panjang Gelombang (nm) Penyerapan Infra Merah r2

Total Karbon :

Spectroscopy untuk memprediksi kandungan bahan organik dan nitrogen tanah.

Penelitian dilakukan di provinsi Hangzhou Negara China pada lahan yang sebelumnya

ditanami tanaman jagung. Spektra tanah diambil dengan menggunakan FieldSpec Pro

FR yang mempunyai gelombang VIS-NIR yang memiliki range 350 – 2500 nm.

Pengolahan data menggunakan software ViewSpec pro version 2.14 dan Unscrambler

8.0 dengan metode Principal Component Analysis (PCA) dan Partial Least Square

(35)

16

mempunyai hubungan linear dengan kandungan bahan organik dan nitrogen tanah

(Tabel 3).

Tabel 3 Hubungan linear antara panjang gelombang dengan kandungan bahan organik

dan total nitrogen dalam tanah (Preira et al., 2005)

Unsur tanah R2 RMSEP SEC Panjang Gelombang (nm)

N 0.86 4.77 4.86 1364, 1826, 2136, 2177

OM 0.87 0.08 0.08 1074, 1417, 1755, 1814

Borjesson et al. (1999) melakukan penelitian terhadap kandungan nitrogen

dalam tanah yang diambil oleh tanaman gandum dalam satu musim tanam dengan

menggunakan Near Infrared Spectroscopy. Penelitian yang dilakukan di daerah

pertanian barat daya swedia tersebut menghasilkan panjang gelombang spesifik untuk

melihat kandungan nitrogen dalam tanah pada panjang gelombang 1400 nm, 1700 nm

dan 2000 nm.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shao et al. (2011) menggunakan

Near Infrared Spectroscopy menghasilkan range panjang gelombang spesifik yang

memiliki bobot yang tinggi dalam penentuan unsur hara nitrogen dalam tanah di

provinsi Zheijiang di Provinsi China. Pengolahan data menggunakan metode Partial

Least Square menghasilkan 4 range panjang gelombang yaitu 1220 – 1231 nm, 1425 –

1428 nm, 1897 – 1909 nm, 2109 – 2151 nm.

Mikrokontroler

Mikrokontroler merupakan komputer mikro yang dibuat dalam bentuk chip

semikonduktor. Mikrokontroler telah banyak digunakan di berbagai peralatan

elektronik, dari peralatan rumah tangga, perangkat audio-video, pengendali

mesin-mesin industri sampai pesawat ruang angkasa. Sebuah komputer mikro memiliki tiga

komponen utama, unit pengolah pusat, memori, dan sistem input/output untuk

dihubungkan dengan perangkat luar (Usman, 2008).

Mikrokontroler yang ada saat ini salah satunya adalah mikrokontroler jenis AVR

(Advanced Virtual RISC ) yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1996 oleh dua

orang mahasiswa Norwegian Institute of Technology yaitu Alf-Egil Bogen dan Vegard

(36)

17

mikrokontroler AVR memiliki banyak seri. Setiap seri memiliki perbedaan kemampuan,

feature-feature, ukuran chip dan harga. Dimana pada beberapa seri mikrokontroler ini

telah memiliki ADC dan PWM. Mikrokontroler AVR menggunakan teknologi RISC

(Reduced Instruction Set Computer), yang memberikan kemampuan untuk

melaksanakan instruksi dengan cepat karena mengurangi jumlah instruksi level mesin.

Pengurangan jumlah instruksi ini berpengaruh pada kecepatan yang disebabkan karena

dengan jumlah instruksi mesin yang terbatas, kebanyakan dapat berjalan dalam satu

putaran dari clock processor. Dipandang dari segi MIPS (million of instructions per

second), AVR yang menggunakan clock 8 MHz dapat mengeksekusi 8 juta instruksi

(37)

18

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai pada bulan Januari -

Agustus 2012. Pengambilan data spektra Near Infra Red (NIR) tanah dilaksanakan di

Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen

Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Analisa hubungan kadar nitrogen tanah dengan panjang gelombang infra merah tertentu

dilaksanakan di Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Serpong. Sedangkan pembuatan software dan hardware sistem akuisisi kadar nitrogen

tanah dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin dan Otomatisasi, Departemen Teknik

Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan untuk pengambilan spektra NIR tanah adalah

sampel tanah yang diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm sebanyak 66 titik

pengambilan untuk mewakili sampling yang dilakukan pada proses kalibrasi dan

validasi pada Jaringan Saraf Tiruan (JST). Sedangkan pembuatan sistem akuisisi data

unsur hara nitrogen menggunakan 25 buah polibag yang berisi tanah dengan kadar

nitrogen yang berbeda untuk mencari persamaan regresi linearnya.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Spektrometer

NIRFlex N-500 (fiber optic solids) dengan panjang gelombang 1000-2500 nm,

digunakan untuk mengambil data spektra tanah pada proses kalibrasi dan validasi.

Seperangkat alat optik pendeteksi unsur hara nitrogen berbasiskan sensor infra merah

yang dilengkapi alat pemancar gelombang dan detektor pada panjang gelombang 1506

nm.

Selanjutnya data yang diperoleh diolah menggunakan software MINITAB 14

untuk analisis Principal Component Analysis (PCA). Sedangkan untuk analisis Jaringan

Saraf Tiruan (JST) menggunakan software MATLAB 7. Proses akuisisi data kandungan

unsur hara nitrogen tanah menggunakan software MS Excell untuk mencari persamaan

regresi linear antara kadar nitrogen tanah hasil laboratorium dengan satuan tegangan

(38)

19

Sistem akuisisi data kadar nitrogen tanah menggunakan mikrokontroler

ATmega 32 yang dilengkapi dengan display untuk pembacaan secara digital. Software

Code Vision AVR Evaluation V2.05.0 digunakan untuk memasukan program ke

mikrokontroler, sedangkan untuk mentransfer data ke komputer atau laptop digunakan

software Road to Msi Paralel Port.

Prosedur Penelitian

Penelitian Tahap Pertama

Penelitian tahap pertama merupakan proses pembuktian kemampuan NIR

dalam memprediksi kandungan nitrogen tanah melalui proses kalibrasi dan validasi

menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST). Diagram alir penelitian tahap pertama dapat

dilihat pada Gambar 5.

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk melihat karakteristik tanah secara

kualitatif melalui kandungan PH, vegetasi lahan, kemiringan lahan dari bentangan lahan

yang akan diambil sampel tanahnya. Hasil dari penelitian pendahuluan ini akan

digunakan untuk melihat karakteristik tanah dalam menentukan lokasi titik pengambilan

sampel yang tepat, sehingga karakteristik sampel tidak terlalu homogen. Hal ini sangat

penting untuk variasi input pada proses pembelajaran JST, sehingga proses kalibrasi dan

(39)

20

Gambar 5 Diagram alir prosedur penelitian tahap pertama.

Persiapan Sampel

Pengambilan sampel tanah dilakukan secara acak pada lokasi yang berbeda

karakteristik tanahnya dengan mempertimbangkan kandungan pH, vegetasi lahan,

kemiringan lahan dan kadar air tanah secara kualitatif. Sampel tanah diambil secara

komposit pada kedalaman 0-20 cm sebanyak 66 sampel. Sampel tanah yang diperoleh

dibagi dua, selanjutnya dikemas ke dalam plastik A dan plastik B yang tertutup rapat

(40)

21

laboratorium dan pengambilan spektra. Sampel dari kelompok A dibawa ke

laboratorium pengujian tanah untuk menganalisis kadar N tanah. Sedangkan sampel dari

kelompok B akan dianalisis menggunakan spektroskopi NIR. Secara jelas, cara

pengambilan sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pengambilan sampel tanah secara komposit.

Dari 66 kelompok sampel tanah, 2/3 dari total kelompok sampel atau sebesar

44 sampel digunakan untuk kalibrasi, sedangkan 1/3 dari total kelompok sampel tanah

atau sebesar 22 sampel digunakan untuk validasi.

Pengambilan Spektra NIR Tanah

Spektra yang diambil pertama kali yaitu spektra reference yang menggunakan

reference berwarna putih sebagai sampel. Hal ini dilakukan agar semua sampel yang

akan diambil spektranya berada pada kondisi awal yang sama, kemudian sampel tanah

akan disinari dengan gelombang NIR menggunakan NIRFlex N-500 (fiber optic solids)

pada panjang gelombang 1000-2500 nm. Daerah yang disinari akan memberikan hasil

berupa spektra yang direkam oleh detektor. Informasi yang diperoleh merupakan hasil

interaksi gelombang elektronika dengan komponen unsur kimia pada tanah. Pembacaan

spektra akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak spektra suite NIRware

1.2 yang terhubung dengan NIRFlex N-500-fiber optic solid (Gambar 7).

(41)

22

Gambar 7 NIRFlex N-500 (a) dan spektra suite NIRware 1.2 (b).

Nilai yang diperoleh adalah nilai absorban yaitu nilai NIR yang diserap oleh

objek, nilai absorban dapat ditentukan dengan Persamaan 12 :

………..…. (12)

dimana:

Aα = Nilai absorban

Sα = Intensitas panjang gelombang pada sampel Dα = Intensitas panjang gelombang pada dark Rα = Intensitas panjang gelombang pada reference

Setiap sampel tanah akan diambil spektranya sebanyak 3 kali dalam bentuk

komposit (Gambar 8).

Gambar 8 Pengambilan spektra tanah dalam bentuk komposit.

Pengukuran Kadar Nitrogen Tanah

Kadar nitrogen dalam bentuk nitrogen tanah diukur di laboratorium pengujian

tanah untuk referensi output hasil spektra yang diperoleh pada analisa tanah

menggunakan NIRFlex N-500. Nilai nitrogen (N) yang diperoleh pada pengujian di

(42)

23

laboratorium akan dibandingkan dengan spektra yang diperoleh untuk menentukan

hubungan spektra dengan nilai aktual kadar nitrogen (N) tanah.

Pengembangan Model Jaringan Saraf Tiruan (JST)

Data hasil pengukuran adalah berupa data reflektan selanjutnya ditransformasi

menjadi nilai absorban menurut persamaan Absorban = Log (1/Reflektan). Semua data

masukan merupakan nilai principal component (PC) spektra tanah pada panjang

gelombang 1000 – 2500 nm yaitu PC1, PC2,.., PCn.

JST dilatih dengan menggunakan algoritma backpropagation (penjalaran

balik). Fungsi transfer yang dipilih adalah fungsi sigmoid. Dalam pembelajaran

backpropagation semua data input sudah dinormalisasi. Sampel yang digunakan sebagai

pembelajaran (training) dalam JST berjumlah 44 sampel sedangkan 22 sampel sisanya

digunakan sebagai validasi untuk memperoleh nilai prediksi.

Arsitektur JST yang dibuat terdiri dari tiga lapisan yaitu : lapisan input, lapisan

terselubung dan lapisan output. Lapisan input JST terdiri dari 5, 8 dan 11 principal

component (PC) dari data absorban NIR sampel tanah. Jumlah iterasi yang digunakan

sebesar 5000, 10000, 15000, 25000, 50000, 75000 dan 100000 iterasi untuk setiap

jaringan. Untuk memperoleh nilai bobot yang benar jaringan saraf tiruan dilatih

berdasarkan suatu data yang disebut training set (pelatihan). Laju pelatihan dan

momentum yang digunakan adalah 0.8. Lapisan terselubung digunakan variasi noda 2,

4, 6, 8, dan 10 noda. Output JST adalah berupa kandungan nitrogen tanah. Pelatihan

berakhir pada jumlah iterasi yang telah ditetapkan sehingga diperoleh nilai error yang

(43)

24

Gambar 9 Model jaringan saraf tiruan tiga lapis (backpropagation method).

Analisa Data

Nilai prediksi unsur N hasil JST akan divalidasi dengan nilai unsur N yang

dilakukan secara kimia (nilai referensi). Untuk menentukan hubungan antara keduanya

maka dihitung beberapa parameter yang dapat menjelaskan sejauh mana hasil prediksi

itu baik atau kurang memuaskan. Parameter yang digunakan adalah Root Mean Square

Error Validation(RMSEV), dan Coefficient of Variability (CV) seperti pada Persamaan

13 dan 14 (Williams in William and Norris, 1987).

n Ya Yp

RMSEV

2

……… (13)

% 100

x y RMSEV

CV  ……….………. (14)

Dimana : RMSEV = Root Mean Square Error Validation

Yp = Nilai hasil dugaan JST

Ya = Nilai referensi

y = Nilai rataan referensi

n = Jumlah sampel yang digunakan dalam validasi

(44)

25

Validasi dilakukan untuk menguji ketepatan prediksi JST terhadap contoh yang

diberikan selama proses pelatihan. Proses validasi dilakukan dengan memberikan

sampel data yang berbeda dengan data yang digunakan saat pelatihan sekaligus untuk

melihat kemampuan JST dalam memberikan jawaban yang benar.

Walpole (1995) menyatakan bahwa dengan simpangan baku (standar deviasi)

saja kita tidak dapat mengatakan banyak mengenai keragaman satu kumpulan data.

Ukuran lain yang mungkin lebih layak adalah koefisien keragaman (CV) yang

didefinisikan sebagai CV x100% menyatakan simpangan baku sebagai persentase

dari nilai tengahnya. Koefisien keragaman dapat digunakan untuk membandingkan dua

keragaman kelompok data yang selang nilainya jauh berbeda satu sama lain bahkan

dapat digunakan untuk membandingkan keragaman dua atau lebih kelompok data

meskipun satuan pengukurannya tidak sama. Fontaine et al. (2002) mendefenisikan

CV(coefficient of variation) sebagai relative standar deviasi (RSD) =s/x x100% untuk

membandingkan keragaman sampel dengan hasil kalibrasi NIRS. Fang et al. (2000)

mengevaluasi performance JST dengan parameter RMS (root mean square

error

Penelitian tahap kedua merupakan proses analisa spektra dan pembuatan

sistem akuisisi data kadar nitrogen tanah berbasis sensor infra merah. Diagram alir

prosedur penelitian tahap kedua dapat dilihat pada Gambar 10.

Analisa Spektra NIR Sampel Tanah

Spektra NIR yang diperoleh dari 66 sampel tanah dianalisa untuk memperoleh

panjang gelombang tertentu yang mempunyai bobot yang sangat berat untuk penentuan

nitrogen tanah. Panjang gelombang yang dipilih tersebut akan dijadikan dasar

(45)

26

Gambar 10 Diagram alir prosedur penelitian tahap kedua.

Pembuatan Seperangkat Alat Optik Pemancar dan Penerima Gelombang Infra

Merah

Pembuatan seperangkat alat optik menggunakan prinsip pemancaran sinar infra

merah dengan panjang gelombang tertentu yang mengenai objek dan pantulan

gelombang diterima oleh photodetektor. Alat pemancar sinar infra merah menggunakan

panjang gelombang 1506 nm, sesuai dengan analisa spektra infra merah yang telah

dilakukan sebelumnya. Sedangkan photodetektor yang digunakan mempunyai kisaran

panjang gelombang 800 – 1800 nm. Hasil pengukuran pantulan gelombang yang

(46)

27

tenaga berasal dari listrik. Secara jelas skema seperangkat alat optik penerima dan

pemancar gelombang infra merah dapat dilihat pada Gambar 11. Spesifikasi dari

masing-masing komponen disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 11 Seperangkat alat optik pemancar dan penerima gelombang infra merah.

Persiapan Sampel

Sampel tanah yang akan diambil spektranya dalam satuan voltage sebanyak 25

buah sampel. Setiap sampel tanah dimasukkan ke dalam plastik dengan berat 600 gr.

Sampel tanah berasal dari titik pengambilan sampel yang sama dengan diberi perlakuan

urea dengan dosis yang berbeda-beda, seperti yang disajikan pada Tabel 4. Proses

persiapan sampel dapat dilihat pada Gambar 12. Selanjutnya sampel tanah dibiarkan

selama seminggu agar tanah dan pupuk menjadi homogen. Selanjutnya sampel tanah

yang telah diambil spektranya akan diuji di laboratorium tanah untuk mengukur

kandungan nitrogen tanah aktual sebagai referensi.

Laser Source Digital Tunable Laser

(47)

28 Tabel 4 Dosis perlakuan pupuk pada sampel tanah

Sampel Jumlah Pupuk Urea

Jumlah Unsur

Gambar

Gambar 4.
Gambar 5 Diagram alir prosedur penelitian tahap pertama.
Gambar 6 Pengambilan sampel tanah secara komposit.
Gambar 7 NIRFlex N-500 (a) dan spektra suite NIRware 1.2 (b).
+7

Referensi

Dokumen terkait