• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Temperatur Otomatis Pada Oven Berbahan Bakar LPG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Temperatur Otomatis Pada Oven Berbahan Bakar LPG"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KENDALI TEMPERATUR OTOMATIS PADA OVEN

BERBAHAN BAKAR LPG

Oleh :

01 5203 027

Lokot Syah Putra Nst

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SISTEM KENDALI TEMPERATUR OTOMATIS PADA OVEN

BERBAHAN BAKAR LPG

Oleh :

Nim. 01 5203 027 Lokot Syah Putra Nst

Disetujui Oleh :

PEMBIMBING KARYA AKHIR

Nip. 130 353 117 Ir. Mustafrind Lubis

Diketahui Oleh :

KETUA PROGRAM DIPLOMA IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK USU

Nip. 131 459 554 Ir. Nasrul Abdi, MT

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

Sudah banyak alat-alat elektronika sistem kontrol. Sebagai mahasiswa

teknik diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang didapat selama dibangku kuliah ke dalam kehidupan

sehari-hari maupun di dunia industri. Untuk itu penulis merencanakan sebuah Karya

Akhir yang berjudul “Sistem Kendali Temperatur Otomatis Pada Oven Berbahan Bakar LPG”. Tujuan sistem kendali temperatur otomatis pada oven ini, karena penulis melihat kegunaan dari alat ini banyak sekali, salah satunya

adalah untuk mempermudah sistem pengoperasian oven gas yang manual menjadi

otomatis, hanya saja alat ini berfungsi mengatur temperatur suhu oven dengan

cara kerja melakukan pada katup kran pensupplay bahan bakar LPG sesuai dengan

yang disetting.

Alat ini bisa digunakan untuk industri makanan, konveksi, keramik dan

kedokteran yang menggunakan oven pemanas. Pengontrolan otomatis banyak

macamnya, namun kontroler yang digunakan ini memberikan beberapa

keuntungan, diantaranya lebih simpel dan lebih mudah pengoperasiannya serta

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena

atas berkat, rahmat, dan kesehatan serta ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya akhir ini. Dan tak lupa juga seiring shalawat dan salam

penulis ucapakan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.

Tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik, Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun penulisan pada karya akhir ini adalah berdasarkan hasil

pengamatan dan penelitian yang penulis dapatkan secara informatif. Karena hal

tersebut diatas maka penulis memilih judul untuk karya akhir ini dengan judul

“SISTEM KENDALI TEMPERATUR OTOMATIS PADA OVEN BERBAHAN BAKAR LPG”.

Selama penulisan karya akhir ini penulis mendapat dukungan, dan banyak

bantuan serta masukan dari beberapa pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapakan rasa terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Armansyah Ginting, M. Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT selaku Ketua Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Ir. Rahman Hasibuan selaku Koordinator Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik.

5. Bapak Ir. Mustafrind Lubis selaku Dosen Pembimbing Karya Akhir.

6. Keluarga kedua orang tua yaitu ayahku H. Hermansyah Aksyah Nst yang sangat sabar menunggu hasil tugas akhir penulis dan ibuku Hj. Yulia Mesra Nst, yang kedua-keduanya sangat berjasa, yang telah memberikan semagat, dukungan moril dan meteril serta do’a kepadaku. Amin.

7. Abangku yaitu Bang Surya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Seluruh teman-teman satu angkatanku Stambuk ’01 khususnya Selamat, Mahyar, Fajar, Riswan, Linando, Jecklin, serta Lenon. Abang-abang stambukku dan adik-adik stambukku di Program Diploma IV Teknologi

Instrumentasi Pabrik USU.

9. Anak-anak Pasta Band khususnya Razak, Rere, Dan Padil.

10. Teman Spesial Siti Anggraini Harahap yang telah mendukung dan

mendoakan agar cepat wisuda.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih belum sempurna dan

masih banyak kekurangan. Disebabkan terbatasnya pengetahuan penulis. Maka

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya sehingga Karya Akhir ini

dapat sempurna sesuai apa yang diharapkan. Selain itu Penulis berharap Karya

Akhir ini dapat bermamfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Medan, Maret 2008 Hormat Saya

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ...

1

I.2. Tujuan Karya Akhir ... 2

I.3. Rumusan Masalah ... 2

I.4. Batasan Masalah ... 3

I.5. Tinjauan Pustaka ... 3

I.6. Metode Penulisan ... 5

I.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Pengukuran Temperatur ... 7

II.2. Alat-Alat Ukur Temperatur ... 9

II.2.1. Termometer Air Raksa ... 9

II.2.2. Termometer Bimetal ... 10

(7)

II.3. Komponen Rangkaian Elektronik ... 16

II.3.1. Resistor ... 16

II.3.1.1. Macam- macam Resistor ... 17

II.3.2. Dioda ... 18

II.3.2.1. Dioda Silikon ... 18

II.3.3. Transistor ... 19

II.3.3.1. Transistor Sebagai Saklar ... 20

II.3.4. IC Opto-Coupler ... 21

II.3.5. Relai ... 22

II.3.6. Saklar ... 24

II.3.7. Error Detector ... 25

BAB III THERMOCOUPLE III.1. Prinsip Kerja Thermocouple ... 26

III.2. Konstruksi Thermocouple ... 26

III.3. Cara Kerja Thermocouple ... 27

III.4. Penggunaan Thermocouple ... 28

BAB IV SISTEM KENDALI TEMPERATUR OTOMATIS IV.1. Prinsip Kerja Rangkaian Sistem Kendali ... 29

IV.2. Proses Sistem Kendali Pada Oven ... 30

IV.2.1. Settingan Parameter ... 30

(8)

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 41

V.2. Saran ... 42

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Termometer Air Raksa ... 9

Gambar 2.2. Termometer Bimetal ... 12

Gambar 2.3. Rangkaian Dasar Thermocouple ... 13

Gambar 2.4. Resistor Tetap ... 17

Gambar 2.5. Resistor Variabel ... 17

Gambar 2.6. Dioda Silikon ... 19

Gambar 2.7. Simbol Transistor ... 20

Gambar 2.8. Transistor Sebagai Saklar ... 21

Gambar 2.9. Rangkaian Opto-Coupler ... 22

Gambar 2.10. Bentuk Dari Relai ... 24

Gambar 2.11. Bentuk Dari Saklar ... 24

Gambar 3.1. Konstruksi Thermocouple ... 27

Gambar 4.1. P & ID Susunan Proses Kendali ... 32

Gambar 4.2. Blok Diagram Sistem Kendali Pada Oven ... 32

Gambar 4.3. Rangkaian Dasar Op-Amp Sebagai Komperator ... 33

Gambar 4.4. Kaidah Tangan Kiri ... 35

Gambar 4.5. Dasar Mesin DC Sederhana ... 36

Gambar 4.6. Motor DC Power Window ... 37

Gambar 4.7. Transmisi Gir ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Setting Temperatur ... 30

(11)

ABSTRAK

Sudah banyak alat-alat elektronika sistem kontrol. Sebagai mahasiswa

teknik diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang didapat selama dibangku kuliah ke dalam kehidupan

sehari-hari maupun di dunia industri. Untuk itu penulis merencanakan sebuah Karya

Akhir yang berjudul “Sistem Kendali Temperatur Otomatis Pada Oven Berbahan Bakar LPG”. Tujuan sistem kendali temperatur otomatis pada oven ini, karena penulis melihat kegunaan dari alat ini banyak sekali, salah satunya

adalah untuk mempermudah sistem pengoperasian oven gas yang manual menjadi

otomatis, hanya saja alat ini berfungsi mengatur temperatur suhu oven dengan

cara kerja melakukan pada katup kran pensupplay bahan bakar LPG sesuai dengan

yang disetting.

Alat ini bisa digunakan untuk industri makanan, konveksi, keramik dan

kedokteran yang menggunakan oven pemanas. Pengontrolan otomatis banyak

macamnya, namun kontroler yang digunakan ini memberikan beberapa

keuntungan, diantaranya lebih simpel dan lebih mudah pengoperasiannya serta

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan teknologi elektronika dewasa ini, sudah sangat

maju baik dibidang industri, pertanian, kesehatan, pertambangan, perkantoran, dan

lain-lain.

Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

diciptakan untuk pengontrolan proses pada suatu sistem adalah “Thermocouple”.

Pada saat ini thermocouple sering digunakan dalam industri-industri karena thermocouple mempunyai range temperatur yang sangat lebar dan dalam

pengoperasiannya thermocouple tidak memerlukan sumber daya dari luar, namun

thermocouple sendiri bekerja sebagai pembangkit tegangan.

Dimana dalam mengontrol suatu temperatur pada oven ini energi thermal

yang telah diubah menjadi tegangan karena beda potensial pada thermocouple

telah menjadi suatu input pada driver motor, sehingga motor DC dapat berputar.

Perputaran motor DC searah jarum jam mengakibatkan perputaran pada

kran untuk membuka kran dan perputaran motor DC berlawanan arah putaran

jarum jam mengakibatkan perputaran pada kran untuk menutup kran. Hal ini akan

terjadi terus sesuai dengan input yang diterima motor DC.

Untuk itulah dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan,

maka tugas akhir ini membahas tentang SISTEM KENDALI TEMPERATUR

(13)

I.2. Tujuan Karya Akhir

Adapun tujuan dari karya akhir ini adalah :

1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan masa studi sebagai mahasiswa

program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri.

2. Dapat mengetahui cara kerja thermocouple sebagai sensor. 3. Dapat mengetahui prinsip kerja sistem kendali pada oven.

4. Dapat mengetahui cara kerja sistem kendali pada oven.

I.3. Rumusan Masalah

Thermocouple merupakan salah satu peralatan yang sangat berperan didalam pengontrolan temperatur. Adapun kegunaan dari peralatan ini adalah

untuk mempertahankan temperatur sesuai dengan nilai batas range yang telah

ditetapkan. Untuk menjaga dan mempertahankan temperatur maka thermocouple

senantiasa mendeteksi berapa derajat temperatur yang telah dihasilkan oleh oven.

Apabila temperatur oven melebihi nilai batas range maka thermocouple akan memberikan indikasi ke kontroler agar membuka dan menutup kran.

Kaitan antara thermocouple dengan kontroler terjadi karena terjadinya sistem pengoperasian oven gas yang manual menjadi otomatis. Kontroler ini

berfungsi mengatur temperatur suhu oven dengan cara kerja melakukan menutup

dan membuka pada katup kran pensuplai bahan bakar LPG sesuai dengan yang

disetting. Pemanasan dan pengontrolan yang dilakukan pada sistem kendali dapat

bekerja secara otomatis setelah diadakan pengaturan pada kontroler. Jika

temperatur pada oven kurang dari temperatur setting maka katup kran akan

(14)

temperatur setting. Jika temperatur pada oven lebih dari temperatur setting maka

katup kran akan menutup guna memperkecil pengapian sampai temperatur suhu

sesuai dengan temperatur setting. Jika temperatur suhu oven sama dengan

temperatur setting, maka rangkaian akan tetap mempertahankan kondisi tersebut.

I.4. Batasan Masalah

Mengingat masalah yang dipilih tersebut mempunyai ruang lingkup yang

relatif luas dan terbatasnya serta pengalaman-pengalaman penulis, maka perlu

untuk membatasi pembahasan masalah antara lain :

1. Hanya membahas prinsip kerja, dan cara kerja Thermocouple.

2. Hanya membahas Proses Sistem Kendali.

3. Tidak membahas secara mendetail alat-alat pendukung proses pengontrolan

dan fungsi peralatan tersebut pada sistem kendali.

4. Hanya membahas penggunaan pada proses Thermocouple.

5. Tidak membahas perhitungan secara mendetail.

I.5. Tinjauan Pustaka

Sistem kontrol telah memegang peranan yang sangat penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem kontrol telah menjadi

bagian yang penting dan terpadu dari proses–proses dalam pabrik dan industri

modern. Misalnya, kontrol otomatis dalam kontrol numerik dari mesin alat-alat

(15)

Selain itu sistem kontrol juga merupakan bagian yang penting dalam

operasi industri seperti pengontrolan tekanan, suhu, kelembaban, dan arus dalam

proses industri.

Sistem kontrol adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen

atau elemen pendukung yang digunakan untuk mengukur nilai dari variabel sistem

yang dikontrol dan menerapkan variabel tersebut ke dalam sistem untuk

mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang

dikehendaki.

Dalam istilah lain disebut juga teknik pengaturan, sistem pengendalian

atau pengontrolan. Ditinjau dari segi peralatan, sistem kontrol terdiri dari susunan

beberapa komponen fisis yang digunakan untuk mengarahkan aliran energi ke

suatu mesin atau proses agar dapat menghasilkan nilai yang diinginkan.

Tujuan utama dari suatu sistem pengontrolan adalah untuk mendapatkan

optimasi, yang diperoleh berdasarkan fungsi dari sistem kontrol itu sendiri, yaitu :

pengukuran, pembanding, pencatatan dan perhitungan, serta perbaikan.

Secara umum sistem kontrol dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a). Dengan operator (manual)

b). Secara otomatik.

Di dalam sistem kontrol secara otomatik maka akan terdapat sistem kontrol

jaringan tertutup (closed-loop) dan jaringan terbuka (open-loop).

Sistem kontrol dapat dilakukan secara kontiniu (analog) dan diskontiniu

(digital). Sistem kontrol juga dapat dilakukan berdasarkan sumber penggerak,

(16)

Pengontrolan secara elektris dan pneumatis atau kombinasinya lebih

banyak ditemukan dalam industri maupun aplikasi teknis lainnya. Hal ini

disebabkan beberapa kelebihan yang diberikannya yaitu pemakaian daya yang

lebih kecil, kemampuan untuk pengontrolan jarak jauh, lebih mudah diperoleh,

dan responsnya lebih cepat. Di samping itu dimensi peralatan dapat dibuat lebih

kecil.

I.6. Metode Penulisan

Dalam membahas suatu objek, kelengkapan data objek merupakan bagian

yang harus dipenuhi. Untuk melengkapi data tersebut maka perlu dilakukan

metode pengumpulan data.

1. Melakukan studi kepustakaan.

2. Konsultasi dengan orang yang berkecimpung dan ahli terhadap masalah

pengontrolan temperatur.

3. Berpedoman pada buku yang membahas mengenai rangkaian pendukung.

4. Melakukan diskusi kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa.

I.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka

penulis membuat suatu sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan ini

merupakan urutan bab demi bab termasuk isi dari sub-sub babnya. Adapun

(17)

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan karya akhir, rumusan

masalah, batasan masalah, tinjauan pustaka, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian dasar-dasar teori yang mendukung pemahaman cara

kerja rangkaian.

BAB III. THERMOCOUPLE

Bab ini berisi uraian tentang pengertian thermocouple, prinsip kerja

thermocouple, konstruksi thermocouple, cara kerja thermocouple, dan penggunaan

BAB IV. SISTEM KENDALI PADA OVEN

thermocouple.

Bab ini berisi uraian tentang prinsip kerja rangkaian, proses sistem

kendali, settingan parameter, cara kerja rangkaian dan alat-alat pendukung.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Teori Pengukuran Temperatur

Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang

tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

sifat barang tersebut tidak berubah–ubah dalam waktu yang lama. Yang perlu

diperhatikan dalam melakukan aktifitas pengukuran adalah :

a). Standar yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standar

yang dapat diterima oleh umum.

b). Cara pengukuran dan alat yang digunakan harus sesuai persyaratan.

Umumnya, dalam melakukan pengukuran dibutuhkan instrumen untuk

menentukan besaran. Instrumen adalah sebuah alat untuk menentukan nilai dari

suatu kuantitas atau variabel.

Instrumen membantu meningkatkan keterampilan manusia dalam banyak

hal yang memungkinkan seseorang untuk menentukan nilai besaran yang tidak

diketahui. Tanpa bantuan tersebut manusia tidak dapat menentukannya.

Temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui

oleh Sistem Pengukuran Internasional (The International Measuring System).

Tidak seperti panjang, massa dan waktu yang merupakan besaran ekstensif,

temperatur merupakan besaran intensif.

Untuk kebanyakan tujuan, hukum ke nol termodinamika memberikan

konsep temperatur yang berguna. Hukum tersebut mengatakan, bahwa “Jika

(19)

antara dua benda yang dalam keadaan kontak thermal menukarkan energi thermal

dalam jumlah yang sama). Waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan

thermal tergantung sifat benda tersebut, pada saat kesetimbangan thermal ke dua

benda mempunyai temperatur yang sama dengan benda ke tiga C, maka benda A

dan B dalam keadaan setimbang thermal terhadap satu sama lain”.

Benda ketiga C ini nanti yang akan kita sebut thermometer. Dua benda A

dan B yang dalam kesetimbangan thermal mempunyai tempertur yang sama. Lord Kelvin dalam tahun 1848 mengusulkan sekala temperatur

termodinamika yang memberikan dasar teoritis yang tidak tergantung pada sifat

bahan manapun dan didasarkan pada siklus Carnot.

Suatu angka dipilih untuk menjelaskan temperatur dari titik tetap yang

ditentukan. Pada saat ini titik tetap diambil sebagai titik-tripel (triple point) (yaitu keadaan dimana fase-fase padat, cair dan uap berada bersama dalam ekuilibrium), dan karena inilah keadaan air dapat diulang dan dapat diketahui.

Angka ini adalah 273,16 0K (0K = derajat Kelvin) yang juga merupakan

titik es. Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit, dan Rankine yang berkaitan satu

sama lain seperti berikut :

0

F = 0(C + 32)

0

C = (0F – 32)

0

R = 0

Skala temperatur yang bersumber dari hukum kedua termodinamika tidak

mudah menerapkannya dalam praktek. Oleh karena itu International Practical

Temperature Scale 0f 1968 (IPTS-68) telah dipilih sebagai pendekatan yang F + 459,69

(20)

paling cocok dari skala temperatur termodinamika. Ketidaksesuaian antara kedua

skala temperatur ini diperkirakan dalam derajat centigrade.

Pada dasarnya, ada empat metode pengukuran temperatur :

1. Pemuaian panas

2. Termolistrik

3. Resistansi

4. Radiasi

Metode yang dipilih akan tergantung pada faktor-faktor seperti ketelitian,

persyaratan rekaman, persyaratan pengendalian, temperatur, lokasi, biaya dan

kondisi luar yang penting.

II.2. Alat-Alat Ukur Temperatur

II.2.1. Termometer Air Raksa

Prinsip kerja berdasarkan perubahan temperatur menyebabkan perubahan

volume, agar perubahan volume tersebut dapat tampak lebih jelas (lebih sensitif),

maka digunakan system reservoir dan kapiler (lihat Gambar 2.1.)

(21)

Umumnya bila suatu aliran dipanaskan maka volumenya akan bertambah

menurut hubungan :

Vt = Vo + (1 + β Δt)

Keterangan : Vt = Volume pada termometer t

Vo = Volume mula

Β = Koefisien muai volume dari cairan Δt = Perubahan temperatur

II.2.2. Termometer Bimetal

Dua buah logam dengan koefisien muai panjang berbeda diletakkan

sejajar, karena satu logam mempunyai koefisien muai panjang yang lebih besar,

maka kenaikan temperatur akan ditunjukkan oleh penyimpangan (defleksi) dari

bimetal. Penurunan temperatur akan disertai dengan gerakan pada arah yang

berlawanan. Umumnya bila suatu batang dipanaskan maka akan terjadi

pertambahan panjang.

Lt = Lo (1 + α Δt)

Keterangan : Lt = Panjang mula

α = Koefsien muai panjang

Δt = Perubahan temperatur

Lt = Panjang pada temperatur

Suatu batang bimetal yang mula-mula lurus pada temperatur To, akan

melengkung bila temperatur diubah menjadi T. Jari-jari lengkungan akan

(22)

t (3 (1 + m)2 + (1 + m) (m2 + 1/ mn)) 6 (

α

A -

α

B) (T – To) (1 + m)

Keterangan : 2 R t m n

α

A dan

α

T B To = = = = = = =

Jari-jari lengkungan yang terjadi

Tebal total pelat

Perbandingan tebal pelat terhadap A

Perbandingan modulus elastisitas bahan A terhadap B

Masing-masing koefisien muai panjang bahan A dan B

Temperatur pada waktu terjadi pelengkugan

(temperatur yang diukur/ ditunjukkan) (o

Temperatur pada waktu kedua pelat diletakkan C)

(pada waktu pelat tidak melengkung) (0

Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar, diusahakan agar metal B

mempunyai

α

C)

A

Bimetal ini selain pengukur pengukur temperatur, sering pula digunakan

sebagai elemen control pada sistem pengontrol temperatur (pada kontroler jenis

on-off).

yang sekecil mungkin dan metal A yang sebesar mungkin.

Contohnya : invar (campuran besi-nikel) dengan koefisien muai kecil, paduan kuningan atau nikel dengan koefisien muai besar.

(23)

Gambar 2.2. Temometer Bimetal

Konstruksi antara lain :

− Spiral

− Bentuk U

− Washer

− Helik

− Helik Ganda

II.2.3. Thermocouple

Thermocouple terdiri dari sambungan (junction) dari dua logam yang berbeda. Pada sambungan ini terdapat tegangan listrik yang nilainya dipengaruhi

oleh temperature junction. Perubahan temperatur akan memberikan harga

(24)

Pada thermocouple terdapat 3 efek yang saling berkaitan yaitu :

1. Efek Seebeck

Bila dua logam yang berbeda dan dihubungkan maka akan timbul tegangan

listrik antara kedua terminal yang besarnya tergantung pada temperatur pada

junctionnya (temperatur pada titik hubung antara kedua logam tersebut).

2. Efek Peltier

Bila pada junction tersebut mengalir arus listrik maka tegangan listrik yang terjadi tadi akan berubah naik atau turun tergantung dari arah arus listrik yang

mengalir pada junction tersebut.

3. Efek Thomson

Bila sepanjang logam tersebut terdapat gradient temperatur, maka besarnya

tegangan juga akan berubah.

Jika dipasang volt meter kita dapat membaca beda potensial listriknya.

Rangkaian dasar thermocouple dapat dilihat seperti Gambar 2.3 sebagai berikut :

Tem per at ur e r ecor der

C

Gambar 2.3. Rangkaian Dasar Thermocouple

Wayar penghubung antara simpul tersebut biasanya tembaga, sedangkan

(25)

Adapun tipe dari thermocouple adalah sebagai berikut :

1. Tipe K Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy).

Thermocouple type K merupakan thermocouple yang paling umum digunakan.

Thermocouple ini menggunakan type base metal, tersedia untuk rentang suhu

−200 °C hingga +1200 °C dan diperpanjang hingga 1300 °C untuk pembacaan

pendek. Thermocouple ini tahan terhadap oksidasi atmosfer tetapi dipengaruhi

oleh penurunan dan sulfur yang berisi gas pada temperatur yang tinggi.

2. Tipe E (Chromel/Constanta) (Cu-Ni alloy).

Tipe E memiliki output yang besar membuatnya cocok untuk digunakan pada

temperatur rendah. Tipe E memiliki e.m.f paling tinggi dari semua metal

thermocouple, memilki range aplikasi dari –270 °C hingga 800 °C. Untuk

pembacaan pendek dalam kondisi oksidasi temperature hingga 1100 °C dapat

ditolerasi. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.

3. Tipe J (Iron/Constanta).

Rentangnya terbatas −40 °C hingga +750 °C membuatnya kurang populer

dibanding tipe K. Terkenal dengan harga yang rendah yang memiliki e.m.f

yang tinggi dan resistansi yang baik untuk oksidasi dan penurunan atmosfer.

Bisa dipakai hingga 1000 °C. Thermocouple ini perlu dilindungi dari abu,

oksigen dan sulvur yang berisi gas. Range thermocouple ini adalah -200 °C hingga 850 °C dan untuk pembacaan pendek hingga 1200 °C.

(26)

Thermocouple ini memiliki pengukuran stabil dan tahanannya yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi

tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C. Tipe N merupakan

perbaikan tipe K.

5. Tipe B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh).

Cocok untuk mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang

sama pada suhu 0°C hingga 42°C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu

50°C. Type B memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan tipe S,

perbandingannya sebagai berikut :

− Range temperatur yang lebih tinggi, hingga 1800 °C.

− Resistansi terhadap bahan-bahan kimia yang lebih tinggi.

− Ketidakmurnian metal mempengaruhi kalibrasinya terhadap jumlah yang

lebih kecil.

− Difusi Rh dari kawat positif ke negatif diproses secara lebih lambat.

− Dalam range temperature hingga sekitar 100 °C, e.m.f dapat diabaikan

sehingga tidak ada stabilisasi temperatur referensi yang dibutuhkan.

6. Tipe R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium).

Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. Biaya tinggi membuat mereka tidak

(27)

7. Tipe S (Platinum/Platinum with 10% Rhodium).

Merupakan thermocouple yang paling umum dari semua rare metal. Cocok

untuk mengukur suhu di atas 1600 °C. Karena stabilitasnya yang tinggi tipe S

digunakan untuk standard pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C). Karena

strukturnya memberikan resistansi yang tinggi terhadap korosi, kawat yang

agak tipis mungkin dipakai, untuk menghasilkan biaya yang murah dan inersia

thermal yang rendah daripada thermocouple tersebut. Thermocouple tipe B, R,

dan S adalah thermocouple logam mulia yang memiliki karakteristik yang

hampir sama. Mereka adalah thermocouple yang paling stabil, tetapi mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 °C).

8. Tipe T (Copper / Constanta).

Thermocouple ini dibuat untuk pemakaian yang kontiniu dengan range

temperatur −200 °C sampai 400 °C untuk pembacaan pendek hingga 500 °C.

Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari

konstanta. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian

kawat tembaga. Type T memiliki spesifikasi yang sama dengan thermocouple

tipe U.

II.3. Komponen Rangkaian Elektronik

II.3.1. Resistor

Untuk memperoleh hambatan yang nilai ohmnya bervariasi, maka

diciptakanlah hambatan dari bahan tertentu, misalnya dari gulungan kawat, dari

(28)

rupa, sehingga praktis dan sangat mudah digunakan Hambatan semacam ini

disebut resistor

II.3.1.1 Macam-Macam Resistor

Berdasarkan perubahan nilainya, resistor terbagi dua yaitu :

1. Resistor Tetap

Resistor tetap adalah resistor yang nilaiya tidak dapat diubah-ubah. Gambar

resistor tetap pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Resistor Tetap

2. Resistor variabel

Resistor variabel adalah resistor yang nilainya dapat diubah-ubah. Gambar

resistor variabel pada Gambar 2.5.

Contoh : Potensiometer

(29)

II.3.2. Dioda

Dioda adalah sebuah komponen pada elektronika yang terbuat dari bahan

semi konduktor. Dioda artinya adalah dua elektroda yaitu anoda dan katoda.

Semi konduktor yang berlebihan elektron disebut dengan semi konduktor

tipe N. Sementara semi konduktor yang kekurangan elektron disebut semi

konduktor tipe P.

Apabila semi konduktor tipe P ditempelkan dengan semi koduktor tipe N,

maka terjadilah sebuah dioda. Hasil penempelan kedua semi konduktor disebut

dioda, karena mempunyai dua buah kaki.

- kaki sisi P disebut anoda

- kaki sisi N disebut katoda.

Sambungan yang terjadi antara sisi P dan sisi N disebut sambungan PN.

II.3.2.1. Dioda Silikon

Dioda silikon mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap arus listrik.

Dioda ini digunakan pada sistem kendali. Dioda silikon ada yang sampai mampu

menahan arus 5 ampere bahkan lebih. Jadi jika kita memberi tegangan muka yang

tinggi maka dioda ini tidak mudah rusak.

Fungsi dioda silikon adalah :

- Sebagai penyearah arus DC, contohnya pada sumber daya adaptor.

- Sebagai catu daya pada pesawat

(30)
[image:30.595.165.460.82.273.2]

Gambar 2.6. Dioda Silikon

II.3.3. Transistor

Transistor adalah sebuah komponen yang terbuat dari bahan semi

konduktor.

Transistor berasal dari dua kata bahasa inggris, yaitu transfer yang berarti pemindahan atau pengubahan dan resistor yang berarti penahahn atau tahanan. Jadi transistor berarti pemindahan atau pengubahan tahanan.

Pada dasarnya transistor terdiri dari duah buah dioda , dimana dioda yang

satu dengan yang lain dihubungkan. Penggabungan kedua dioda tersebut adalah

pada sisi yang sama. Sisi positif dengan sisi positif dan sisi negatif dengan sisi

negatif. Dengan cara penggabungan seperti disebutkan maka didapatkan dua jenis

transistor yaitu :

- Transistor PNP

(31)

Dari sini dibuat dua kemungkinan yaitu : transistor PNP, dalam transistor

ini disisipkan suatu lapisan N diantara sebuah lapisan P. Transistor NPN, dalam

transistor ini disisipkan suatu lapisan tipis P diantara dua buah lapisan N.

Ketiga lapisan dari transistor tersebut disebut : emitter (E), base (B) colector (C). Dapat dilihat simbol transistor pada Gambar 2.7 sebagai berikut :

C (P) C (N)

B (N) B (P)

E (P) E (N)

[image:31.595.123.478.253.383.2]

a). Transistor PNP b). Transistor NPN

Gambar 2.7. Simbol Transistor

II.3.3.1. Transistor sebagai Saklar

Disamping sebagai penguat transistor sering juga digunakan sebagai saklar

untuk pengontrolan arus kecil, medium atau arus besar dalam aplikasi-aplikasi

suatu rangkaian. Pada Peralatan ini digunakan transistor sebagai saklar. Seperti

(32)

+V

+V

C

C

B

B

+V

ON =

E

+V

+V

B

0 V OFF =

C

E

Saklar On Saklar Off

Keterangan :

Gambar 2.8. Transistor sebagai Saklar

II.3.4. IC Opto Coupler

IC (Integrated Circuit) adalah rangkaian terpadu yang terdiri dari transistor, dioda dan resistor, yang dipadu sedemikian rupa untuk melaksanakan

fungsi tertentu. Tujuan penggunaan IC adalah untuk mempermudah rangkaian.

Sebuah kopling elektronik opto (atau kopel secara optik) pada dasarnya

[image:32.595.156.428.86.379.2]

terdiri dari transistor foto yang digunakan dalam satu paket.

Gambar 2.6 menunjukkan rangkaian dan susunan terminal untuk

komponen tersebut yang menggunakan paket plastik. Rangkaian tersebut

digunakan pada komponen sistem kendali.

Bila arus mengalir pada dioda, sinar yang dikeluarkan mengenai langsung

transistor foto dan menyebabkan arus mengalir pada transistor. Kopling ini dapat

bekerja sebagai saklar.

Saklar On - Basis lebih positif

daripada emiter - Arus kolektor pada

saturasi

- Beraksi seperti pada saklar tertutup

Saklar Off - Tegangan basis nol

- Arus kolektor pada cutoff

(33)

4

1

2

3

6

5

[image:33.595.241.379.88.208.2]

4N25

Gambar 2.9. Rangkaian Opto Coupler

Bila ada pulsa melalui opto coupler akan menyebabkan transistor on

selama panjang pulsa itu. Karena koplingnya secara optik, maka isolasi listrik

antara terminal input dan output sangat besar.

II..3.5. Relai

Relai adalah saklar mekanik yang bekerja secara magnetik oleh daya

listrik. Diantara keuntungan yang paling menonjol dari relai adalah

kemampuannya memberikan isolasi listrik yang penuh antara rangkaian kumparan

atau rangkaian bergerak disuatu pihak dengan rangkaian kontak atau penghubung

pihak lain. Selain itu relai dapat mengontrol lebih dari satu rangkaian. Banyak

jenis rangkaian yang mutlak memerlukan relai dan tidak dapat digantikan oleh

penghubung lain.

Adapula relai yang dirancang secara khusus seperti relai koaksial, yaitu

relai dengan pencadaran atau shielding yang dimaksudkan agar relai ini tidak mempengaruhi sinyal yang disaklarkan yang sangat peka terhadap gangguan dari

(34)

Pada peralatan relai ini yang mendapat perhatian pertama yakni relai

penghubung catu daya dan pembalik polaritas. Pemilihan relai ini berdasarkan

beban yang akan disaklarkan, yaitu motor DC. Perlu diperhatikan bahwa motor

tersebut merupakan beban induktif sehingga saat tegangan catu diputuskan maka

putaran sisa akan menimbulkan tegangan yang melonjak yang dapat

mengakibatkan bunga api pada relai dan dapat mengakibatkan kerusakan

premature pada kontak relai.

Relai dua kutub mempunyai dua sel kotak yang terpisah masing-masing

dari tipe pemindah hubungan dan digerakkan oleh jangkar dan batang isolator.

Dalam beberapa rangkaian kadang diperlukan empat atau lebih kutub-kutub,

untuk ini terdapat relai yang memiliki beberapa sel kontak yang terisolasi satu

sama lainnya. Relai koaksial adalah tipe relai yang terutama digunakan untuk

men-swicth rangkaian antena pada peralatan yang berfrekuensi tinggi, misalnya dari status penerimaan menjadi pemancar. Kini dapat diperoleh dipasaran

berbagai macam tipe relai.

Pada peralatan ini digunakan jenis relai dua posisi. Relai dua posisi

prinsipnya sama dengan saklar dua posisi. Bedanya hanya pada sistem

mengoperasikannya. Kalau pada saklar pengoperasiannya manual semaentara

(35)
[image:35.595.183.439.84.270.2]

Gambar 2.10. Bentuk Dari Relay

II.2.6. Saklar

Saklar listrik adalah suatu alat untuk membuka dan menutup suatu

rangkaian listrik atau untuk memasukkan kembali suatu sinyal listrik kedalam

suatu rangkaian listrik. Pada peralatan ini digunakan saklar dengan posisi

membuka adalah ON, atau kerja (push-to-make), posisi menutup adalah OFF atau

putus (push-to-brake). Berikut adalah gambar saklar pada Gambar 2.11 :

[image:35.595.271.353.531.707.2]
(36)

Dalam posisi ON, switch yang menutup mempunyai resistansi sangat kecil

sekali, oleh karena itu arus maksimum bisa mengalir kepada beban dengan

“Relai” yang secara praktis 0 volt. Dengan menutupsaklar berarti kita mempunyai

resistansi yang sangat besar sekali tidak terhingga, akibatnya tidak ada arus yang

mengalir melalui rangkaian. Perlu diperhatikan bahwa saklar hanya berada pada

suatu jalur saja, tetapi rangkaian keseluruhan akan terbuka bila saklar di

OFF-kan.. Oleh sebab itu isolasinya harus cukup baik untuk menahan tegangan ini

(37)

BAB III

THERMOCOUPLE

III.1. Prinsip Kerja Thermocouple

Thermocouple adalah alat ukur yang universal untuk arus bolak-balik dan arus searah dan tidak dipengaruhi oleh bentuk gelombang daripada tegangan yang

akan diukur, sehingga sangat baik digunakan dalam sistem kendali.

III.2. Konstruksi Thermocouple

Sensor thermocouple adalah sebuah susunan yang terdiri dari sebuah

thermocouple, yang kabel-kabelnya disatukan, penyekat dan terminal head,

ditempatkan didalam sebuah protectife tube yang disebut well atau sheat.

Pemasangan thermocouple pada industri adalah pada umumnya (lurus),

untuk penggunaan pada tekanan atmosfer. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1

leadnya disekat dengan tabung keramik atau beads (manik-manik). Proteksi yang memadai dari pengaruh kimia dan pengaruh mekanik diberikan oleh tubular,

metallic atau keramik sheat, yang di pasang langsung pada terminal head yang terdiri dari sebuah terminal blok dan skrup penghubung (connecting screws).

Terminal head juga dilengkapi dengan tight sealing (penyegel) yang memiliki

karet, karena kabel kompensasi atau kabel sambungan masuk ke head. Jika

sheatnya keramik, biasanya menggunakan sebuah head penyesuai tambahan

(additional head adapter). Adapter ini dipasang dengan sebuah flange kedinding

(38)

Standard untuk diameter kabel thermocouple dapat berubah-ubah antara

0.2 mm sampai 4 mm untuk base metal dan 0.1 mm sampai 0.5 mm untuk rare

metal. Dalam pemilihannya, perlu untuk menghitung kekuatan mekanik, toleransi

suhu, resistansi elektrik, thermal inertia kabel tersebut. Keramik penyekat kabel, menyekat konduktor dari yang lain dan metal sheat. Alat ini dibuat sebagai

penyekat beads atau sebagai penyekat tabung dengan satu, dua, empat atau lebih

banyak lubang. Kemampuan thermocouple bertahan pada suhu yang tinggi tanpa

melepas penyekatnya merupakan syarat pada insulator ini. Konstruksi

thermocouple dapat dilihat seperti Gambar 3.1 sebagai berikut :

Ceramic

Gambar 3.1. Konstruksi Thermocouple

III.3. Cara Kerja Thermocouple

(39)

Thermocouple terdiri dari dua jenis logam yang membentuk suatu rangkaian tertutup yang mempunyai dua simpul yaitu simpul pengukur dan simpul

pembanding karena perbedaan temperatur antara kedua simpul tersebut dan sifat

dari logam itu sendiri. Thermocouple terdiri dari beda tegangan di antara kedua simpul tesebut.

Cara kerja thermocouple sebagai sensor berfungsi mendeteksi temperatur

suhu pada oven, bila thermocouple mendeteksi adanya temperatur yang

berlebihan, maka thermocouple akan memberikan sinyal kepada kontroler, begitu

juga sebaliknya bila thermocouple mendeteksi adanya temperatur yang kurang, maka thermocouple akan memberikan sinyal kepada kontroler. Bila temperatur sudah tepat, maka proses tersebut sudah berjalan dengan baik.

III.4. Penggunaan Thermocouple

Thermocouple paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas, hingga 1800 °K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana

perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya

rentang suhu 0-100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor

dan RTD lebih cocok. Pada peralatan ini digunakan Ithermocouple tipe J dengan

rentang suhu berkisar −40 °C hingga 750 °C.

(40)

SISTEM KENDALI TEMPERATUR OTOMATIS

Secara sederhana, thermocouple merupakan suatu perangkat yang

langsung mengubah energi panas (thermal) menjadi beda potensial, bila terdapat

perbedaan temperatur antara kedua ujung sambungan kawat logam yang berbeda

jenisnya.

IV.1. Prinsip Kerja Rangkaian Sistem Kendali

Prinsip kerja rangkaian kontrol temperatur yaitu bila opto coupler aktif

(hidup) maka motor akan bergerak berputar berlawanan dengan arah putaran

jarum jam (membuka kran), tetapi bila opto coupler mati, maka motor akan

bergerak berputar searah dengan arah putaran jarum jam (menutup kran).

Hal ini akan berlangsung secara terus-menerus dalam ambang batas yang

ditentukan sesuai dengan pengaturan suhu pada V setting rangkaian, dan akan

terus berlangsung pada kondisi tersebut selama setting waktu yang telah

ditentukan.

Arah putaran motor dikendalikan oleh driver. Rangkaian ini bekerja

dengan cara membalikkan arah polaritas dengan arah arus jangkar tetap. Bila

motor mendapat polaritas tegangan, maka motor akan bergerak berputar, dan bila

kemudian motor mendapat perubahan polaritas, maka motor akan merubah arah

putaran yang berlawanan dengan arah putaran motor sebelumnya secara perlahan

dalam range rotation.

(41)

Sistem kendali temperatur otomatis pada oven berbahan bakar LPG ini

secara garis besar terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling

bekeja sama. Terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Settingan parameter.

2. Sistem kendali temperatur pada oven.

IV.2.1. Settingan parameter.

Settingan parameter merupakan hal yang pertama dilakukan pada proses

sistem kendali pada oven. Alat yang dilakukan settingan adalah sebagai berikut :

Untuk dapat melakukan pengukuran pada temperatur yang terdapat pada

oven, maka thermocouple perlu dilakukan settingan seperti pada Tabel 4.1 berikut

[image:41.595.176.446.429.728.2]

ini.

Tabel 4.1. Setting Temperatur

Potensiometer ()

Pengukuran

Temperatur

(° C)

1000 35-40

860 40-45

735 45-60

600 60-65

480 65-70

350 70-75

195 75-80

(42)

Nilai setpoint pada sistem kendali dapat diatur melalui pemanasan yang

paling tinggi untuk proses pemanasan pada Cake (roti) melalui temperatur 80° sampai dengan 85° pada posisi 0 ohm. Memasukkan nilai setpoint ini dilakukan

setelah proses sistem kendali

IV.2.2. Sistem Kendali Temperatur Pada Oven

Kontroler bekerja ketika itu juga driver motor memberikan arus

mengendalikan motor DC agar motor DC dapat berjalan. Motor DC menyebabkan

gir dapat bergerak.

Kemudian gir tersebut membuka kran agar gas dapat masuk melalui selang

dan diteruskan ke oven. Pada oven sendiri terdapat sebuah thermometer untuk

menunjukkan suhu temperatur yang ada di oven tersebut, kalau temperatur sudah

kita inginkankan tercapai maka proses tersebut sudah berjalan dengan baik.

Untuk mempermudah hubungan antara bagian-bagian dari penyusunan

(43)

Input

Kontroler Mekanik

[image:43.595.145.444.93.291.2]

Output Proses Oven Kontroler Kran Tabung Gas Aliran Gas V (Volt) I (A)

Gambar 4.1. P & ID Susunan Proses Sistem Kendali

Kalau temperatur yang kita inginkan tidak tercapai maka thermocouple

memberikan sinyal ke kontroler agar kontroler tersebut mengendalikan driver

motor lalu ke motor DC supaya gir bergerak menutup kran. Setelah itu gas juga

tidak masuk melalui selang yang akan diteruskan ke oven.

Adapun gambar blok diagram sistem kendali pada oven pada Gambar 4.2 :

Gambar 4.2. Blok Diagram Sistem Kendali Pada Oven

Thermocouple Motor

DC Gir Kran Oven Op-amp Driver

motor Gir

Thermocouple

Motor DC Keterangan :

[image:43.595.92.522.527.633.2]
(44)

Blok diagram sistem kendali terdiri dari :

a). Kontroler

- Op-Amp adalah penguat diffrensial dengan dua masukan dan satu keluaran

yang mempunyai penguatan tegangan yang amat tinggi. Dengan penguatan

yang amat tinggi ini penguat operasioanal dengan rangkaian balikan lebih

banyak digunakan daripada dalam lingkar terbuka.

Pemakaian Op-Amp amatlah luas meliputi bidang elektronika seperti

audio, pengatur tegangan DC, kendali otomatik, komputer analog,

elektronika nuklir dan lain-lain.

Op-amp jenis LM324 ini salah satu aplikasi non linier sebagai komparator.

Komparator disebut sebagai aplikasi non linier dari op-amp karena

keluarannya bukan merupakan replikasi dari masukannya. Keluaran dari

suatu komparator adalah tegangan kotak sebesar tegangan saturasi negatif

atau tegangan saturasi op-amp tergantung dari perbandingan masukan

inverting dengan tegangan pada masukan non-inverting op-amp.

Rangkaian dasar op-amp sebagai komparator ditunjukkan pada Gambar

4.3.

+ ref

V V out

-

[image:44.595.245.411.565.665.2]

Vin LM 324

(45)

- Driver untuk motor DC ini digunakan untuk mengendalikan motor

sehingga tidak terjadi penumpukan lilitan pada bidang yang dililit. Untuk

driver motor ini digunakan dua (2) buah transistor NPN dan dua buah

transistor PNP, yang bekerja seperti saklar yang berfungsi untuk

membalikkan polaritas tegangan DC jangkar pada motor DC.

Pembalikan polaritas tegangan DC medan penguat bias menyebabkan arus

pada transistor yang disebabkan oleh bunga api pada saat transistor

bekerja. Hal ini terjadi karena adanya induksi belitan medan yang cukup

besar. Dan bila transistor berfungsi arus medan akan sama dengan nol dan

fluksi sangat kecil, maka putaran motor akan running (tidak terkendali).

Pengembalian polaritas tegangan jangkar melalui chopper empat kuadrat

akan membalikkan putaran secara mulus.

b). Mekanik

- Motor adalah suatu mesin yang dapat merubah tenaga listrik menjadi

tenaga mekanik, dalam hal ini adalah motor DC power window yang biasa kita dapati pada mobil yang menggunakan sistem secara otomatis. Untuk

catu daya motor DC power window menggunakan tegangan output

berkisar 12 volt 3 ampere.

Prinsip dasar motor arus searah adalah “bila sebuah kawat berarus

diletakkan antara kutub utara dan selatan magnet (U-S), pada kawat akan

bekerja gaya yang akan menggerakkan kawat. Arah gerak kawat

ditentukan dengan kaidah tangan kiri, yang berbunyi “Apa bila tangan kiri

kita terbuka diletakkan diantara kutub utara dan selatan magnet. Sehingga

(46)

kiri dan arus dalam kawat mengalir sesuai arah keempat jari, maka kawat

[image:46.595.215.419.194.380.2]

itu mendapat gaya searah dengan arah ibu jari”. Seperti terlihat pada

gambar 2.5 :

Arah gaya medan magnet

arus listrik

Gambar 4.4. Kaidah Tangan Kiri

Besarnya gaya yang dihasilkan adalah :

F = B I L (Newton)

Dimana :

F = besarnya gaya yang dihasilkan (N)

B = rapat fluksi magnet (weber/ 2 m )

I = arus mengalir (A)

L = panjang kawat penghantar (M)

Dasar dari suatu mesin DC dua kutub yang terdiri dari kumparan

(47)

ada poros terisolasi sehingga menyebabkan kumparan berputar diantara

kutub-kutub magnetnya. Seperti pada gambar 2.6 :

[image:47.595.185.432.143.287.2]

komutator kumparan

Gambar 4.5. Dasar Mesin DC Sederhana

Jadi bila arus mengalir keseluruh kumparan arah arus pada suatu sisi

kumparan akan berlawanan dengan arah arus pada sisi lainnya, maka akan

mengakibatkan gaya-gaya yang ditimbulkan akan mempunyai arah

berlawanan pula tetapi dengan besar gaya yang sama. Dengan demikian

kumparan tersebut dapat berputar pada porosnya. Momen putar (torsi) dari

gaya-gaya tersebut merupakan hasil kali besarnya gaya dengan jaraknya.

Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya, motor DC yang digunakan

yaitu, motor DC dengan Magnet medan sendiri.

Jenis motor DC yang dipakai jenis motor shunt yaitu, mempunyai

kecepatan yang hampir konstan. Pada tegangan jepit konstan, motor shunt

mempunyai putaran hampir konstan walaupun terjadi perubahan beban.

Untuk membalaik arah putaran motor DC dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Membalik arah arus jangkar, arah arus penguat tetap.

(48)

Maka perlu untuk mengetahui spesifikasi motor DC power window pada

[image:48.595.221.401.177.350.2]

tabel 4.2. serta gambar motor DC power window pada Gambar 4.4 berikut ini :

[image:48.595.197.428.447.644.2]

Gambar 4.6. Motor DC Power Window

Tabel 4.2. Spesifikasi Motor DC

Tegangan Nominal 12 V

Tenaga Putaran 3 N.M

Tidak Ada Beban Arus ≤ 2.8

Batas Kecepatan 90 rpm (80-100)

Arus ≤ 9 A

Kecepatan Awal 65 rpm (55-75)

Kandang Arus ≤ 28 A

Kandang Putaran ≥ 9

Kebisingan ≤ 55 DB

- Gir Motor adalah dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang

(49)

A

Gir 1

Gir 2 5

ikut berputar pula yang disebut dengan gir. Alat yang menggunakan cara

kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda gesek. Cara

ini cukup baik untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak

perlu tepat.

Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak dapat

dilakukan roda gesek. Untuk itu kedua roda tersebut harus dibuat bergigi

pada kelilingnya sehingga meneruskan daya dilakukan oleh gigi-gigi

kedua roda yang saling berkait. Roda bergigi semacam ini, yang dapat

berbentuk silinder atau kerucut yang disebut roda gigi.

Pada motor DC power window ini terdapat 2 gir yang saling

bersinggungan. Bila salah satu gir diputar, maka gir yang lainnya ikut

berputar. Kedua gir tersebut berputar dengan arah putaran yang saling

berlawanan. Bila salah satunya berputar searah dengan arah putaran jarum

jam, maka gir yang satunya akan berputar berlawanan arah dengan arah

putaran jarum jam. Transmisi gir tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.2

[image:49.595.219.382.527.726.2]

sebagai berikut :

Gambar 4.7. Transmisi Gir B

(50)

Dari gambar terlihat arah putaran kedua gir yang saling berlawanan arah,

juga perbandingan transmisi gir berdasarkan diameter lingkaran jarak bagi.

Perbandingan transmisinya 1 : 5, bila gir 1 berputar dari titik A dan

kembali ke titik A untuk kelima kalinya, maka gir 2 hanya memerlukan

satu kali dari titik B untuk kembali ke titik B seperti semula. Begitu juga

sebaliknya, bila gir 2 berputar satu kali putaran sepanjang jarak lingkar

bagi, maka gir 1 harus berputar sebanyak lima kali putaran agar jarak

lingkar bagi gir 1 sama dengan panjang jarak lingkar bagi gir 2.

c). Proses

- Agar aliran gas dapat dikontrol sesuai dengan keinginan sistem, maka

digunakan kran gas dengan range 0 sampai 90

Kran yang digunakan untuk gas juga dapat digunakan untuk pemakaian zat

cair seperti minyak, air dan sebagainya. Serta kran ini juga banyak dijual

di pasaran bebas. Dalam peralatan sistem kendali ini kran ini bersifat

umum agar lebih praktis dan mudah dalam mendapatkannya.

derajat putar. Dengan

demikian suplai gas dapat berubah-ubah sesuai dengan kontrol sistem.

- Untuk mendapatkan sumber thermal (energi panas) pada sistem ini,

peralatan ini menggunakan oven. Oven sebagai media penghantar sumber

thermal terdiri dari plat hasil perpaduan logam. Oven ini berbentuk 3

dimensi, dengan bagian depan oven diberi jendela dan dipasang kaca agar

bagian dalam dapat dilihat (transparan) dan di bagian sisi lainnya diberi

(51)

Temperatur maksimal suhu pada oven adalah 650 °C. lihat pada gambar

4.8 bentuk akhir pada oven.

[image:51.595.243.381.167.335.2]
(52)

BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Setelah menganalisa perangkat kontrol temperatur baik dari perangkat alat

elektronika dan mekanik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rangkaian ini berfungsi mengatur temperatur suhu pada oven dengan cara

kerja pengontrolan pada katup kran pensuplai bahan bakar gas yang disetting.

2. Jika temperatur suhu oven kurang dari temperatur setting maka rangkaian

akan bekerja secara otomatis, sehingga motor akan berputar berlawanan arah

dengan arah putaran jarum jam yang mengakibatkan katup kran akan

membuka guna memperbesar pengapian sampai temperatur suhu pada oven

sesuai dengan temperatur setting.

3. Jika temperatur suhu oven lebih dari temperatur setting maka rangkaian akan

bekerja secara otomatis, sehingga motor akan berputar searah dengan arah

putaran jarum jam yang mengakibatkan katup kran akan menutup guna

memperkecil pengapian sampai temperatur suhu pada oven sesuai dengan

temperatur setting.

4. Temperatur standart dalam pembutan cake/roti adalah 80-85 °C sesuai

(53)

V.2. Saran

Adapun saran-saran yang dimasukkan sebagai berikut :

1. Sebaiknya motor penggerak pada sistem diberikan catu daya tersendiri, agar

rangkaian sistem tidak memerlukan tegangan output yang sangat besar.

2. Peralatan thermocouple yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Charles L. Phillips Royce D. Harbor, Prof. R. J. Widodo, Dasar-Dasar Sistem

Kontrol, Penerbit Gramedia, 1998.

Drs. Sumanto, MA, Mesin Arus Searah, Penerbit Andi Offset Yogyakarta : 1995.

Frank D. Petruzella, Drs. Sumanto, MA, Elektronik Industri, Penerbit Andi

Yogyakarta, 1995.

Katshiko Ogata, Edi Leksono, Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan),

Edisi Pertama, Penerbit Erlangga, 1995.

Owen Bishop, Irzam Harmein, Dasar-Dasar Elektronika, Penerbit Erlangga :

2004.

Power Window Motor (HT420-1), Product Category: Auto Parts And Accessories,

(55)

SENSOR R1 1K LM324 R3 1K R2 1K GND POT 1 10K R4 R5 10K A A GND LM324 POT 2 10K BC945 Tr1 R6 1K GND R8 IN4002 1K LED1 LED2 D1 R9 1K IN IN B C E 4N25 3 2 3 2 4 5 6 1 2 VR R7 1K Tr2 BD140 R11 R12 R15 R14 R13 2K2 2K2 R16 BD139 Tr3 Tr4 Tr5 Tr6 Tr8 Tr7 Tr9 BD139 BD139 TIP141 TIP141 12VDC 1 2 3 4 A B D2 D3 BRIDGE AC AC B80C2200 IN4148 IN4148 RELAY 1 RELAY 2 A B C A B C SW1 SW2 A MOTOR TIP144 TIP144

Gambar

Gambar 2.2. Temometer Bimetal
Gambar 2.3. Rangkaian Dasar Thermocouple
Gambar 2.4. Resistor Tetap
Gambar 2.6. Dioda Silikon
+7

Referensi

Dokumen terkait