• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS FREKUENSI

EXERCISE

TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL

SKRIPSI

O L E H

EKO K BUTAR-BUTAR 040306036

IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EFEKTIVITAS FREKUENSI

EXERCISE

TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL

SKRIPSI

O L E H

EKO K BUTAR-BUTAR 040306036

IPT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

(3)

Judul Skripsi Nama

Nim

Departemen Program Studi

: : : : :

Efektivitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental

Eko K Butar-Butar 040306036

Peternakan

Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Edhy Mirwandhono, MSi) Ketua

( Dr.Ir. Ristika Handarini, MP ) ( Ir. Rasman Hutapea, MSi ) Anggota Pembimbing Lapangan

Mengetahui:

( Prof. Dr.Ir. Zulfikar Siregar MP) Ketua Departemen

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Efektivitas Frekuensi

Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental.” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Edhy Mirwandhono, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP selaku anggota komisi pembimbing. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Rasman Hutapea, MSi selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini, atas izin beliau juga penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Inseminasi Buatan Dinas Peternakan Sumatera Utara.

Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, Januari 2009

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

RINGKASAN ... vii

ABSTRAK ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian... 2

Hipotesis Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Simmental Sebagai Sumber Semen ... 3

Fisiologi Semen Sapi... 4

Kualitas Semen Sapi Untuk Prosesing Semen ... 6

Peran Exercise alam Peningkatan Kualitas Semen ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat Penelitian ... 14

Bahan ... 14

Alat... 14

Metode Penelitian... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Defenisi Operasional... 23

Parameter yang Diamati... 24 HASIL DANPEMBAHASAN Hasil ... 26

Pembahasan... 34

KESIMPULANDANSARAN Kesimpulan ... 46

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sifat-sifat semen pada sapi... 5

Tabel 2. Komposisi kimiawi semen sapi dalam mg/100 ml ... 6

Tabel 3. Kombinasi perlakuan dan sapi ... 17

Tabel 4. Kombinasi perlakuan yang dihasilkan ... 18

Tabel 5. Jadwal pemberian perlakuan pada minggu I dan II ... 20

Tabel 6. Evaluasi makroskopis semen sapi simmental ... 26

Tabel 7. Gerakan massa spermatozoa sapi simmental... 27

Tabel 8. Motilitas spermatozoa sapi simmental (%)... 28

Tabel 9. Konsentrasi spermatozoa sapi simmental (jt/ml) ... 28

Tabel 10. Persentase sperma hidup spermatozoa sapi simmental (%)... 29

Tabel 11. Persentase abnormalitas spermatozoa sapi simmental (%)... 30

Tabel 12. Persentase Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa sapi simmental (%) ... 32

Tabel 13. Persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU) spermatozoa sapi simmental (%) ... 33

Tabei 14. Uji keragaman gerakan massa spermatozoa sapi simmental ... 35

Tabel 15. Uji keragaman motilitas spermatozoa sapi simmental ... 36

Tabel 16. Uji keragaman konsentrasi spermatozoa sapi simmental ... 37

Tabel 17. Uji keragaman persentase sperma hidup spermatozoa sapi simmental ...38

Tabel 18. Uji keragaman persentase abnormalitas spermatozoa sapi simmental ...40

(7)

Tabel 20. Uji keragaman persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU)

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Spermatozoa hidup dan mati... 30 Gambar 2. Berbagai abnormalitas sperma sapi yang dijumpai selama

penelitian ...31 Gambar 3. Spermatozoa dengan mambran plasma sel yang utuh ditandai oleh

ekor yang malingkar... 32 Gambar 4. Gambar 4. Spermatozoa dengan tudung akrosom yang utuh ditandai

oleh ujung kepala berwarna hitam

pekat...

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pengamatan Gerakan Massa... Pengamatan Motilitas Spermatozoa... Pengamatan % Sperma Hidup ... ...………... Pengamatan MPU (Membran Plasma Utuh)... Pengamatan TAU (Tudung Akrosom Utuh)... Pemberian Perlakuan Exercise Terhadap Sapi...

(10)

RINGKASAN

Eko K Butar-Butar.Efektivitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental. Dibawah bimbingan Ir. Edhy Mirwandhono, MSi, Dr. Ir. Ristika Handarini, MP dan Ir. Rasman Hutapea, MSi sebagai pembimbing lapangan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa jangka waktu exercise yang efekif terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis, Inseminasi Buatan Daerah, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara mulai bulan Juni sampai dengan September 2008.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Bujur Sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan yaitu : P0 (gerak badan 0 jam); P1(gerak badan 2 jam / 1 kali

frekuensi per minggu); P2 (gerak badan 4 jam / 2 kali frekuensi per minggu); P3

(11)
(12)

ABSTRAK

Eko K. Butar-Butar. 2009. ”Efektivitas Frekuensi Exercise terhadap Peningkatan Kualitas Semen Sapi Simmental”. Dibawah bimbingan Ir. R. Edhy Mirwandhono, MSi, Dr. Ir. Ristika Handarini, MP. dan Ir. Rasman Hutapea, MSi. Sebagai pembimbing lapangan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis, Inseminasi Buatan Daerah, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara mulai bulan Juni sampai Desember.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa jangka waktu exercise yang efektif terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental. Penelitia ini menggunakan 4 ekor sapi Simmental dengan rataan bobot badan 502-930. Metode penelitian yang digunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) yang terdiri atas 4 perlakuan yaitu P0 (tidak gerak badan), P1 (gerak badan 2 jam/ 1 kali seminggu), P2 (gerak badan 4 jam/2 kali seminggu), P3 (gerak badan 6 jam/3 kali seminggu), masing-masing diulang 4 kali. Parameter penelitian meiputi pengamatan makroskopis (volume, warna, pH dan konsistensi) dan mikroskopis (gerakan masa, motilitas, konsentrasi, persentase sperma hidup, abnormalitas, Membran Plasma Utuh (MPU) dan Tudung Akrosom Utuh (TAU).

Hasil penelitian menunjukkan hasil evaluasi makroskopis (rataan volume semen 4.6 ml, warna putih susu sampai krem, pH 7 konsistensi encer sampai kental). Pada evaluasi mikroskopis tidak menunjukkan perbedaan nyata (P < 0.05) pada semua parameter. Dengan masing-masing nilai rataan yang diperoleh persentase motilitas 207,50 ± 14,01 %, konsentrasi 1388,25 ± 492,95 juta/ml, persentase sperma hidup 70,18 ± 12,94 %, abnormalitas 3,83 ± 2,00 %, MPU 56,02 ± 12,08 %, dan TAU 72,27 ± 9,15 %. Dapat disimpulkan bahwa exercise yang diberikan pada penelitian ini tidak dapat meningkatkan kualitas semen sapi Simmental.

(13)

ABSTRACT

Eko K. Butar-Butar. 2009. “Effectiveness of Exercise Frequency on Increase in Cement Quality of Simmental Cow”. Under advising of Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si, Dr. Ir. Ristika Handarini, MP, and Ir. Rasman Hutapea, M.Si, as field advisor, the research is conductedin Laboratory of Technic Implementor Unit, Regional Insemination, Livestock agency of North Sumatera beginning in June until December.

The goal of research is to know how is the time perod of effective exercise on increase in cement quality of Simmental cow. This research uses four cows of Simmental with average body weight 502-930. The method used was Latin Rectangular Design (RBSL) made of 4 treatments : P0 (not exercise), P1 (body exercise 2 hours/1 once a week), P2 (body exercise 4 hours/ 2 times a week), P3 (body exercise 6 hours/ three times a week), each is repeated 4 times. Parameters were observation of macroscopic (volume, colour, pH and consistency) and microscopic (mass movement, motility, concentration, percentage of life sperm, abnormality, Intact Plasma Membrane (MPU) and Intact Acrosome Cover (TAU).

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semen beku yang diproduksi di Unit Pelaksana Teknis Inseminasi Buatan Dinas Peternakan Sumatera Utara diperoleh dari berbagai jenis pejantan termasuk sapi Simmental. Sapi-sapi pejantan yang digunakan sudah melewati seleksi dan mempunyai kualitas unggul. Dari kegiatan penampungan semen yang dilakukan selama ini menunjukkan adanya penurunan kualitas semen yang dihasilkan. Pejantan sapi Simmental menghasilkan semen dengan standart kualitas minimal bahkan sering semen tidak dapat digunakan karena rendahnya motilitas spermatozoa.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi sapi Simmental sesuai dengan genetik yang dimiliki pada umumnya, tetapi pada kesempatan ini penulis lebih menyoroti kepada upaya peningkatan kualitas semen melalui exercise. Exercise telah diterapkan pada beberapa Balai Inseminasi Buatan antara lain Lembang dan Singosari, namun sejauh ini belum diteliti secara kuantitatif seberapa jauh dampak exercise terhadap peningkatan kualitas semen pejantan. Hanya dilaporkan bahwa exercise dapat meningkatkan sistem metabolisme dan kesehatan yang pada akhirnya berdampak pada sistem reproduksinya.

(15)

menghasilkan ternak baru yang berkualitas baik mendekati potensi genetik yang dimiliki oleh sapi Simmental atau bahkan lebih baik bila dilakukan persilangan. Uraian di atas mendorong penulis untuk meneliti pengaruh gerak badan

(exercise) terhadap kualitas dan kuantitas semen sapi Simmental.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui berapa jangka waktu exercise yang efektif terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelolaan pejantan sebagai upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas semen. Bahan informasi bagi peneliti dan kalangan akademisi atau instansi yang berhubungan dengan peternakan.

Hipotesis Penelitian

Exercise pada sapi Simmental berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Simmental sebagai Sumber Semen

Sapi Simmental berasal dari lembah Simme di Swis. Sapi ini menjadi sapi yang paling terkenal di Eropa. Di Perancis sapi ini dikenal dengan nama “Pie Rouge” dan di Jerman diberi nama “Fleckvieh” (Blakely dan Bade, 1998).

Sapi Simmental bukan hanya sapi dwiguna (sapi pedaging dan sapi perah), tetapi triguna (pedaging, perah dan pekerja). Melihat daya gunanya yang luas (triguna), diperkirakan sapi ini cocok dipergunakan sapi untuk memperbaiki mutu sapi di Indonesia. Sapi ini berukuran besar, pertumbuhan ototnya sangat baik dan tidak banyak penimbunan lemak di bawah kulit. Menurut Sugeng (1996). Berat sapi Simmental betina mencapai 800 kg dan jantan 1150 kg.

Warna bulu pada umumnya krem kecoklatan hingga sedikit merah dan warna bulu pada muka putih. Demikian pula dari lutut ke bawah dan ujung ekor warna bulunya putih. Tanduknya tidak begitu besar. Meskipun berat lahir anaknya tidak setinggi anak sapi lainnya, tetapi berat sapihnya tinggi. Demikian pula pertambahan berat badanya setelah sapih, kesulitan lahir tidak sering terjadi (Pane, 1993).

Menurut Williamson dan Payne (1993) bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut:

(17)

Genus : Bos Spesies : Bos Indicus

Meskipun sapi Simmental digolongkan dalam tipe triguna yaitu pedaging, perah dan pekerja tetapi umumnya sapi Simmental diusahakan sebagai ternak pedaging dikarenakan sapi Simmental memiliki pertumbuhan otot yang sangat baik, menghasilkan karkas yang tinggi dengan sedikit lemak (Ditjenak, 2004).

Fisiologi Semen Sapi

Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan. Semen terdiri dari dua bagian, spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan yang bersuspensi di dalam suatu cairan atau medium medi-gelatinous yang disebut plasma semen. Spermatozoa dihasilkan di dalam testes sedangkan plasma semen adalah campuran sekresi yang dibuat oleh epididymis dan kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelenjar vesikularis dan prostata (Toelihere, 1979).

(18)

sedikit jumlahnya, sedangkan semen yang keruh dan kental, dalam keadaan yang normal, memiliki konsentrasi spermatozoa tinggi (Salisbury dan Vandenmark, 1985).

Semen dari suatu spesies hewan mempunyai perbedaan dalam sifat-sifatnya dengan spesies lain. Perbedaan itu terletak pada volume, kekentalan, pH, konsentrasi, warna, dan baunya. Pada sapi dan domba (Tabel 1), volume semen sedikit karena kelenjar asesoris mengeluarkan cairan dalam jumlah yang rendah (Hardjopranjoto, 1995).

Tabel 1. Sifat-sifat semen pada sapi

Sifat Sapi (rataan, kisaran)

Jumlah penampungan (/minggu) Volume (ml)

Konsentrasi sperma (juta/ml) Jumlah sperma/ejakulasi (milyar) pH

Sperma hidup (%)

Sperma morfologi normal (%)

1 – 6 5 – 8 (1 – 15) 1000 – 1800 (300 – 2500)

4,8 (5 – 15) 6,8 (6,2 – 7,5)

65 85 Sumber : Toelihere (1981).

(19)

Tabel 2. Komposisi kimiawi semen sapi dalam mg/100ml

Konstituen Semen Sapi (mg/100ml)

pH Air, g/100ml Natrium Kalium Kalsium Magnesium Klorida Fructosa Sorbitol Asam citrate Inositol

Glyceryl Phosphoryl Choline (GPC) Ergothioneine Protein,g/100ml Plasmalogen 6,9 (6,4-7,8) 90 (87-95) 230 (140-280) 140 (80-210) 44 (35-60) 9 (7-12) 180 (110-290) 530 (150-900) (10-140) 720 (340-1150) 35 (25-46) 350 (100-500) Kosong 6,8 (30-90) Sumber: Toelihere (1979).

Kualitas Semen Sapi yang akan Diproses

(20)

Volume semen sapi jantan yang diejakulasikan tidak sama di antara sapi jantan yang satu dengan yang lain (Salisbury dan Vandenmark, 1985). Menurut Toelihere (1981) dalam jenis ternak itu sendiri volume semen per ejakulat berbeda-beda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan makanan, frekuensi penampungan dan berbagai faktor lain. Volume semen sapi bervariasi antara 1,0 sampai 15,0 ml, 4-8 ml, Hunter (1995) 4-8 ml. Semen sapi dan domba mempunyai volume rendah tetapi konsentrasi sperma tinggi sehingga memperlihatkan warna krem, kuning atau warna putih susu. Sapi jantan yang masih muda, akan menghasilkan semen sedikit, yaitu sekitar 1 sampai 2 ml atau lebih rendah dari itu. Sedangkan sapi jantan yang sudah dewasa dan potensial dengan berat badan sekitar 907,2 kg atau lebih, dapat menghasilkan 10 – 15 ml semen tiap ejakulasi Salisbury dan Vandenmark (1985).

Konsistensi atau derajat kekentalan dapat langsung diketahui dengan cara mengamati aliran semen yang mengalir pada dinding tabung setelah dimiringkan secara perlahan-lahan. Konsistensi semen mempunyai korelasi dengan warna, misalnya semen yang berwarna krem biasanya konsistensinya pekat atau kental, sedangkan yang warnanya jernih atau terang biasanya konsistensinya encer (Taurin et all., 2000).

(21)

fruktosa plasma seminalis, sehingga penting untuk memberikan unsur penyangga seperti garam phosphat, sitrat atau bikarbonat di dalam medium (Toelihere, 1981). Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa per milliliter semen sangat penting, karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai salah satu kriteria penentuan kualitas semen (Toelihere, 1981). Jumlah sel spermatozoa setiap unit volume semen sapi bervariasi dari nol sampai tiga miliyar (3000 x 106) sel spermatozoa setiap ml atau dari keadaan azoospermia semen sampai yang sangat padat. Konsentrasi spermatozoa yang berderajat tinggi biasanya berkisar dari 2000x106 sampai 2200x106 sel spermatozoa setiap ml (Salisbury dan Vandenmark, 1985).

Sesuai dengan bentuk morfologi spermatozoa dan pola metaboliknya yang khusus dengan dasar produksi energi spermatozoa hidup dapat mendorong dirinya sendiri maju ke depan di dalam lingkungan zat cair (Salisbury dan Vandenmark, 1985). Gerakan maju yang kuat merupakan indeks daya hidupyang penting dalam populasi spermatozoa dan biasanya terlihat sebagai gerakan seperti gelombang dalam ejakulat yang sangat pekat dari sapi jantan (Hunter, 1995).

(22)

hanya gerakan individual aktif progresif. d) buruk (dengan nilai N/O), bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan individual.

Kebanyakan penelitian menentukan kualitas semen berdasarkan motilitas spermatozoa dengan nilai 0 sampai 5, sebagai berikut: 0 yaitu bila spermatozoa immotil atau tidak bergerak; 1 bila pergerakan sperma berputar di tempat; 2 bila gerakan sperma berayun atau melingkar, kurang dari 50 persen bergerak progresif, dan tidak ada gelombang; 3 bila antara 50 sampai 80 persen spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa; 4 bila pergerakkan progresifnya gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90 persen sperma motil; 5 bila gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat, menunjukkan 100 persen motil aktif (Toelihere, 1981). Semen yang layak untuk diproses untuk preservasi (produk semen cair) maupun kriopreservasi (produksi semen beku) adalah semen dengan motilitas 70%, konsentrasi > 2000 juta sel per ml, gerakan massa ++ atau +++, dan persentase abnormalitas < 15 % (Rizal, 2002; Handarini., 2006 ) motilitas lebih besar dari 60% Marlene (2002).

(23)

tabung penampung, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan pada temperatur terlalu tinggi, penggesekan yang tidak berhati-hati (Partodiharjo, 1982).

Abnormalitas primer merupakan ketidaknormalan morfologi yang terjadi selama proses spermatogenesis, sedangkan abnormalitas sekunder merupakan ketidaknormalan morfologi yang terjadi selama spermatozoa melewati saluran reproduksi atau karena perlakuan setelah diejakulasikan. Berdasarkan kriteria tersebut, abnormalitas primer lebih berbahaya karena sebagian bersifat genetik (Rauge, 2003). Pada sapi apabila sperma abnormal melewati 30 sampai 35% menunjukkan adanya infertilitas atau ketidaksuburan pada pejantan tersebut (Toelihere, 1979).

Perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan yang hidup dipergunakan untuk menghitung jumlah sperma yang hidup secara obyektif pada waktu semen segar dicampur dengan zat warna eosin 2%. Sel-sel sperma yang hidup tidak atau sedikit sekali menghisap warna sedangkan sel yang mati akan mengambil warna karena permeabilitas dinding sel meningkat sewaktu mati. Tujuan pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel sperma yang mati dan hidup (Hafez, 1987).

(24)

domba 57%, sapi 64%, babi 66%, kuda 17%, dan manusia 46%, Rizal (2002) 87,89%, (Toelihere, 1993) disitasi Rizal (2002) 59,4-70,8%.

Membran plasma yang utuh merupakan hal yang mutlak harus dimiliki spermatozoa yang baik, karena membran plasma memegang peranan yang sentral dalam mengatur seluruh proses biokemik yang terjadi dalam sel. Selain berfungsi menjaga organel-organel sel secara fisik, membran plasma juga berperan dalam mengatur lalu lintas keluar masuk sel seluruh nyawa (substrat) dan elektrolit yang dibutuhkan dalam proses boikemik didalam sel. Keutuhan membran plasma menentukan hidup dan matinya spermatozoa, sehinggan nilai persentase MPU (Membran Plasma Utuh) seyogianya tidak jauh berbeda dari nilai persentase spermatozoa hidup. (Rizal, 2002). Nilai persentase MPU semen segar yang kurang dari 60% dikategorikan sebagai semen yang infertil (Revell dan Mrode, 1994) disitasi Rizal (2002) dan menurut Rizal (2002), persentase MPU domba garut sebesar 87,94%, dan Handarini (2006) melaporkan persentase MPU pada rusa sebesar 70,86%.

(25)

yang infertil (Revell dan Mrode, 1994) disitasi Rizal (2002) dan menurut Rizal (2002), persentase TAU domba garut sebesar 86,74%, dan Handarini (2006) melaporkan persentase TAU pada rusa sebesar 85,19%.

Peran Exercise dalam Peningkatan Kualitas Semen

Salah satu faktor yang paling penting untuk pengembangan sapi yang baik adalah latihan (exercise). Sapi jantan selama musim pembiakan bisa disamakan dengan atlit karena dalam kebanyakan situasi dia harus melintasi beberapa mil setiap hari dan mempertahankan aktivitas fisik yang tinggi. Kebugaran fisik membutuhkan beberapa minggu pengkondisian. Sapi jantan menurut sifatnya adalah sangat aktif dan makin aktif menjelang musim perkawinan (pembiakan). Jika ditempatkan pada daerah lapang pada anak sapi jantan, dia akan berlatih sendiri. Dalam mendesain fasilitas untuk sapi jantan, perlu menyediakan makanan dan tempat air sebisa mungkin. Sapi jantan yang kuat secara fisik bila dikeluarkan akan mengawini lebih banyak betina selama musim perkawinan karena memiliki libido yang tinggi dan tahan lama. Latihan selama musim perkawinan mengurangi luka dari perkelahian dan penunggangan yang normal terjadi selama waktu tersebut (http://geocities.com).

(26)

Sapi jantan memerlukan cukup latihan untuk mempertahankan kekuatan ototnya. Latihan bisa didapatkan dengan akses ke tempat latihan ataupun dengan pemakaian latihan mekanis. Namun demikian kelihatannya ada sedikit korelasi antara jumlah latihan dan kuantitas dan kualitas semen yang dihasilkan oleh sapi jantan. Latihan adalah faktor yang mempengaruhi selera sapi jantan dan kekuatan otot, dan bisa membantu mendukung pemakaian kuku yang benar. Jumlah latihan yang diberikan akan berbeda antara organisasi-organisasi Inseminasi Buatan (IB) (Mitchel, 2004).

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Inseminasi Buatan Dinas Peternakan, Propinsi Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 bulan (mulai bulan Juni – September 2008).

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

a. 4 ekor sapi jantan bangsa Simmental yang mempunyai umur rata-rata 3-7 tahun dengan kisaran bobot badan 502 – 930 kg.

b. Semen sapi Simmental. c. NaCl fisiologis .

d. Alkohol 70%.

e. Vaselin (KY Jell) sebagai pelumas VB bagian dalam. f. Eosin 2% untuk pengamatan sperma hidup dan mati.

g. Air hangat (45-55oC).

h. Larutan Formalin 1% untuk pengamatan tudung akrosom.

i. Larutan HOST (Hipo Osmotic Swelling Test) untuk pengamatan membran plasma.

(28)

Alat

a. Satu set Vagina Buatan (VB) terdiri dari : silinder luar, selongsong karet dibagian dalam (inner liner), wadah tempat air hangat, ventilasi udara, corong penampung dan tabung berkala (ml) sebagai penampung semen. b. Water Baht untuk mempertahankan semen pada suhu 37-39oC.

c. Mikroskop elektrik untuk mengamati motilitas sperma. d. Photometre untuk menghitung konsentrasi sperma. e. Termometer untuk mengukur suhu lingkungan.

f. Transferpette untuk mengambil sampel semen yang akan diamati. g. Cuvvettes untuk tempat semen yang akan diamati.

h. Pipet penghisap untuk mengambil sperma dari dalam tabung reaksi dan diteteskan keatas objek glass.

i. Object glass tempat sperma yang akan diamati dibawah mikroskop. j. Cover glass.

k. pH meter.

l. Pembakar bunsen.

m. Denominator untuk menghitung sperma yang hidup dan mati. n. Pipet tetes.

(29)

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL).

Perlakuan yang diteliti adalah : P = Gerak badan 0 jam 0

P1 = Gerak badan 2 jam (1 kali per minggu)

P = Gerak badan 4 jam (2 kali per minggu) 2

P = Gerak badan 6 jam (3 kali per minggu) 3

Untuk mendapatkan kombinasi perlakuan dilakukan pengacakan sebagai berikut :

A B C D

D A B C

C D A B

B C D A

Pengacakan baris

Angka acak : 618 362 950 810 Urutan pemilihan : 1 2 3 4 Pangkat (rank) : 2 1 4 3

D A B C

A B C D

B C D A

(30)

Pengacakan kolom

Angka acak : 309 260 986 991 Urutan pemilihan : 1 2 3 4 Pangkat (rank) : 2 1 3 4

A D B C

B A C D

C B D A

D C A B

[image:30.595.110.512.90.560.2]

Dimana : A = P0, B = P1, C = P2, D = P3

Tabel 3. Kombinasi perlakuan dan sapi

Sapi

S1 S2 S3 S4

I P0 P3 P1 P2

II P1 P0 P2 P3

III P2 P1 P3 P0

IV P3 P2 P0 P1

Keterangan: P 0 – 3 = Perlakuan

(31)
[image:31.595.114.510.114.281.2]

Tabel 4. Kombinasi perlakuan yang dihasilkan

Periode pelaksanaan

exercise (waktu)

Sapi

I S1P0 S2P3 S3P1 S4P2

II S1P1 S2P0 S3P2 S4P3

III S1P2 S2P1 S3P3 S4P0

IV S1P3 S2P2 S3P0 S4P1

Model linier RBSL yang digunakan adalah : Xij(k) = µ + i + j + k + ij(k)

dimana i = 1,2,3,... j = 1,2,3,... k = 1,2,3,...

Yij(k) = Hasil pengamatan dalam baris ke-i, kolom ke-j, dan perlakuan ke-k = Efek dari nilai tengah

i = Efek dari baris ke-i j = Efek dari kolom ke-j k = Efek dari perlakuan ke-k

(32)

Pelaksanaan Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan

a. Ternak diberikan perlakuan exercise selama 2 jam per minggu dan dilakukan selama 2 minggu.

b. Melakukan penampungan dan uji coba di Laboratorium untuk mengamati semua parameter yang akan diuji pada saat penelitian utama. 2. Perawatan Ternak

a. Pemberian Pakan

Pada pukul 06.30 WIB pemberian pakan pertama sebelum penampungan semen yang terdiri dari tauge 1 kg dan konsentrat 1 kg. Pada pukul 10.30 WIB pemberian pakan berupa hijauan. Pada pukul 15.00 WIB pemberian pakan berupa konsentrat kembali sebanyak 1 kg. Pada pukul 17.00 pemberian hijauan kembali.

b. Memandikan Sapi

Pada pukul 08.00 WIB sapi dimandikan. Pada pukul 12.00 WIB sapi disiram hal ini dilakukan untuk menurunkan panas tubuh sapi karena sapi jenis Simmental merupakan sapi bangsa subtropis yang kurang tahan terhadap panas. Pada pukul 14.00 WIB sapi dimandikan kembali.

c. Pembersihan Kandang

(33)
[image:33.595.132.509.128.469.2]

3. pemberian Perlakuan

Tabel 5. Jadwal Perlakuan pada Minggu I dan II

WAKTU Sapi A Sapi B Sapi C Sapi D

Pukul 08.00-09.00 √ √ √

Istirahat selama 15 menit

SELASA

Pukul 09.15-10.15 √ √ √

Pukul 08.00-09.00 √ √

Istirahat selama 15 menit

RABU

Pukul 09.15-10.15 √ √

Pukul 08.00-09.00 √

Istirahat selama 15 menit

JUMAT

Pukul 09.15-10.15 √

Minggu III dan IV :

Adaptasi kembali sekaligus dilakukan penampungan evaluasi semen di Laboratorium, pada saat inilah dilakukan pengambilan data. Demikian seterusnya berulang-ulang hingga seluruh ternak mengalami masing-masing perlakuan.

4. Penampungan

A. Perlakuan Ternak sebelum Penampungan

(34)

B.Persiapan Vagina Buatan

Dimasukkan air panas 50 – 60oC sampai 2/3 penuh melalui lubang pada pertengahan silinder dan selongsong, biarkan suhu turun sampai rata-rata 45oC. Ditambahkan tekanan bagian dalam vagina dengan cara meniupkan atau memompakan udara melalui pentil silinder. Dioleskan bahan pelicin 1/3 panjang VB.

C.Proses Penampungan

a. Teaser (sapi pemancing) disiapkan dalam kandang penampungan. b. Pejantan yang akan ditampung semennya didekatkan pada hewan

pemancing yang bagian belakangnya sudah disemprot dengan NaCl fisiologis. Bagian praeputium dibersihkan dengan menggunakan lap yang dibasahi dengan air hangat. Dibiarkan ia melakukan percumbuan terhadap hewan pemancing untuk menaikkan dorongan seksualnya dengan mencium-cium daerah genital hewan pemancing. Minimal dua kali false mounth baru dilakukan penampungan.

c. VB dipegang dengan tangan kanan, posisi penampung berada di bagian kanan sapi yang akan ditampung.

d. Pada false mount ketiga, tangan kiri penampung memegang bagian pangkal penis dan tangan kanan mengarahkan VB dengan posisi

(35)

D.Setelah ejakulasi, VB dilepas dengan segera dan dipegang dengan posisi tegak agar seluruh semen mengalir ke dalam tabung penampung.

E. Evaluasi Semen

Pengamatan Secara Makroskopis

a. Volume: dibaca langsung pada tabung penampung berskala. b. Warna: pengamatan visual (putih susu, kuning, krem).

c. Konsistensi atau derajat kekentalan: dilihat dari aliran semen pada dinding tabung (kental, sedang, encer).

d. pH: derajat keasaman semen diukur dengan menggunakan pH meter.

Pengamatan Secara Mikroskopis

a. Gerakan massa: untuk pengamatan gerakan massa dapat dilakukan dengan prosedur sebagaimana terdapat pada Lampiran 1. b. Motilitas: untuk melihat motolitas sperma dapat dilakukan

dengan melakukan prosedur terdapat pada Lampiran 2. c. Konsentrasi: dihitung dengan menggunakan Photometer.

d. Persentase sperma hidup : untuk mengetahui jumlah sperma yang hidup dapat dilihat Lampiran 3.

e. Abnormalitas sperma: menghitung sperma yang abnormal. f. MPU: menghitung sperma yang mempunyai membran plasma

(36)

g. TAU: menghitung sperma yang mempunyai tudung akrosom utuh (Lampiran 5)

Defenisi Operasional

1. Motilitas: adalah salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat dari banyaknya sperma yang bergerak dibandingkan dengan sperma lain yang diam atau beberapa persen sperma yang motil progresif dari seluruh sperma yang ada dalam satu pandang mikroskop.

2. Gerakan Massa: kecendrungan spermatozoa untuk bergerak bersama-sama kesatu arah, sehingga memebentuk gelombang yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang hidup didalamnya.

3. Konsentrasi: jumlah sperma dalam satuan ml.

4. Sperma hidup/mati: spermatozoa yang tidak terwarnai/terwarnai dalam pewarnaan eosin negrosin 2%.

5. MPU: membran plasma utuh ditandai dengan pembengkokan ujung ekor spermatozoa bila dipaparkan dalam larutan HOST.

(37)

Parameter yang diamati: 1. Volume.

Jumlah spermatozoa per ml semen. 2. Warna.

Warna semen yang diperoleh (putih seperti susu, kuning, krem). 3. pH.

Kadar keasaman semen dengan membandingkan warna yang ada di standart warna kertas laksmus.

4. Konsistensi.

Pengamatan tingkat kekentalan semen segar dengan cara memiringkan tabung penampung yang berisi semen segar kemudian ditegakkan kembali dan diamati laju aliran semen ke bawah melewati dinding tabung. Kekentalan digolongkan ke dalam: encer, sedang, dan kental.

5. Gerakan masa

Gerakan masa dilihat di bawah mikroskop elektrik berdasarkan gelombang masa yang ditimbulkan.

6. Motilitas

Motilitas dilihat di bawah mikroskop elektrik berdasarkan gerakan individu yang ditimbulkan.

7. Konsentrasi.

Jumlah sel spermatozoa dalam satu mililiter semen. 8. Persentase Sperma Hidup

Sperma tidak terwarnai

Sperma hidup = x 100 %

(38)

9. Abnormalitas Sperma

% abnormalitas =

Sperma tidak normal Total sperma yang dihitung

x 100 %

10.MPU (Membran Plasma Utuh)

MPU =

Sperma dengan ekor merlengkung Total sperma yang dihitung

x 100 %

11.TAU (Tudung Akrosom Utuh)

TAU =

Sperma dengan cap akrosom berwarna Total sperma yang dihitung

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Evaluasi Makroskopis Semen Sapi Simmental

[image:39.595.108.514.330.451.2]

Pengamatan makroskopis dilakukan sesegera mungkin setelah penampungan dengan cara mengamati langsung secara visual, meliputi parameter volume, warna dan konsitensi. Sedangkan pH dihitung dengan menggunakan pH meter. Hasil pengamatan selama penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Evaluasi makroskopis semen sapi Simmental

No. Kualitas Rataan (kisaran)

1. 2. 3. 4.

Volume (ml) Warna pH

Konsistensi

4.6 (1 – 9.1) Kuning (putih susu – krem) 7 Sedang ( encer - kental)

(40)

Evaluasi Mikroskopis Semen Sapi Simmental Gerakan Masa

[image:40.595.107.507.312.459.2]

Gerakan masa merupakan kecenderungan spermatozoa untuk bergerak bersama-sama ke satu arah, sehingga membentuk gelombang yang bergerak tebal atau tipis. Cepat atau lambatnya gerakan sperma tergantung pada konsentrasi spermatozoa yang hidup di dalamnya. Dari pengamatan yang dilakukan selama penelitian diperoleh data gerakan masa seperti terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Gerakan masa spermatozoa sapi Simmental Ulangan

Perlakuan

I II III IV Rataan (± SD)

P1 P2 P3 P4 3 3 4 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3

3,00 ± 0,82 2,75 ± 0,50 3,25 ± 0,50 2,75 ± 0,50 Rataan 3,25 2,75 2,75 3,00 2,94 ± 0,57

Dari Tabel 7 diperoleh rataan gerakan masa tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 3,25 ± 0,50. Rataan gerakan masa terkecil pada P2 dan P4 sebesar 2,75 ± 0,50.

Motilitas

(41)
[image:41.595.111.442.335.412.2]

Tabel 8. Motilitas Spermatozoa Sapi Simmental (%) Ulangan

Perlakuan

I II III IV Rataan (± SD)

P1 P2 P3 P4 50 60 50 60 40 40 40 20 40 45 65 50 70 65 65 70

50,00 ± 14,14 52,50 ± 11,90 55,00 ± 12,25 50,00 ± 21,60 Rataan 55,00 35,00 50,00 67,50 51,88 ± 14,01

Dari Tabel 8 diperoleh rataan motilitas tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 55% dan rataan motilitas terendah diperoleh pada perlakuan P1 dan P4 sebesar 50%. Secara individu motilitas terendah 20% pada perlakuan P4 ulangan II dan tertinggi pada perlakuan P1 dan P4 ulangan IV yaitu sebesar 70%.

Konsentrasi

Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa permililiter semen sangat penting, karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai salah satu kriteria penentuan kualitas semen (Toelihere,1981). Konsentrasi semen dihitung berdasarkan spectrophotometer. Hasil penghitungan diperoleh data konsentrasi seperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Konsentrasi Spermatozoa Sapi Simmental (juta/ml) Ulangan

Perlakuan I II III IV Rataan (± SD)

P1 P2 P3 P4 1924 1659 2123 1719 2230 596 1417 781 740 1652 829 1152 1466 1320 1151 1453

(42)

Dari Tabel 9 diperoleh rataan konsentrasi tertinggi pada perlakuan P1 sebesar 1590,00 juta/ml dan rataan konsentrasi terkecil terdapat pada perlakuan P4 sebesar 1276,25 juta/ml.

Persentase Sperma Hidup

[image:42.595.113.510.388.580.2]

Untuk pemeriksaan persentase spermatozoa hidup digunakan preparat ulasan dengan pewarna eosin 2% dengan batasan bahwa spermatozoa hidup tidak menyerap warna pada kepalanya, sedangkan spermatozoa mati akan menyerap warna karena permiabilitas dindingnya meningkat sehingga senyawa-senyawa kimia dapat dengan bebas melewati membran plasma masuk ke sel. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data persentase spermatozoa hidup terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Sperma Hidup Spermatozoa Sapi Simmental (%) Ulangan

Perlakuan

I II III IV

Rataan P1 P2 P3 P4 80,89 75,99 60,27 76,75 54,84 48,83 48,95 58,50 68,59 82,35 72,73 65,16 85,02 84,96 88,13 70,92

72,34 ± 13,59 73,03 ± 16,57 67,52 ± 16,83 67,83 ± 7,82 Rataan 73,48 52,78 72,21 82,26 70,18 ± 12,94

(43)
[image:43.595.219.406.84.182.2]

Gambar 1. Spermatozoa hidup dengan kepala berwarna putih dan spermatozoa mati dengan kepala berwarna merah

Persentase Abnormalitas

Abnormalitas merupakan suatu penyimpangan morfologis yang dapat menurunkan daya fertilitas semen. Dari pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan diperoleh data persentase abnormalitas seperti terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Persentase Abnormalitas Spermatozoa Sapi Simmental (%) Ulangan

Perlakuan

I II III IV Rataan (± SD)

P1 P2 P3 P4 4,26 3,47 1,85 4,33 8,56 4,94 3,51 3,85 3,01 3,74 6,69 2,19 1,27 2,08 1,43 6,07

4,28 ± 3,11 3,56 ± 1,17 3,37 ± 2,39 4,11 ± 1,59 Rataan 3,48 5,22 3,91 2,71 3,83 ± 2,00

Dari Tabel 11 diperoleh rataan persentase abnormalitas tertinggi terdapat pada P1 sebesar 4,28 % dan rataan persentase abnormalitas terendah terdapat pada perlakuan P3 sebesar 3,370 %.

[image:43.595.113.510.401.532.2]
(44)

kebanyakan kasus abnormal yang dijumpai adalah abnormal sekunder (Gambar 1) yaitu keadaan sperma yang menjadi abnormal setelah meninggalkan testes (Partodiharjo, 1982).

[image:44.595.173.499.183.316.2]

A B C D

Gambar 2. Berbagai abnormalitas sperma sapi yang dijumpai selama penelitian: (a) microcephalic dan kepala patah, (b) pembengkokan pada bagian ekor, (c)

pembengkakan pada bagian midpiece, (d) asimetris

Persentase Membran Plasama Utuh (MPU)

(45)
[image:45.595.100.523.111.236.2]

Tabel 12. Persentase Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa sapi Simmental (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Rataan (± SD)

P1 P2 P3 P4 75,57 60,39 53,02 76,75 49,12 35,27 40,74 35,00 44,35 64,31 65,96 59,13 62,74 65,95 62,31 55,16

57,95 ± 14,09 56,48 ± 14,33 55,51 ± 12,25 54,14 ± 13,71 Rataan 64,06 40,03 58,44 61,54 56,02 ± 12,08

[image:45.595.147.440.370.530.2]

Dari Tabel 12 diperoleh rataan persentase MPU tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 57,95 % dan rataan persentase MPU terkecil terdapat pada perlakuan P4 yaitu 54,14 %. Secara individu diperoleh persentase MPU tertinggi pada perlakuan P4 ulangan I yaitu sebesar 76,75%, dan yang terendah terdapat pada perlakuan P4 ulangan II sebesar 35,00%.

Gambar 3. Spermatozoa dengan mambran plasma sel yang utuh ditandai oleh ekor yang malingkar

Persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU)

(46)

yang dilakukan diperoleh data persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU) terlihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU) spermatozoa sapi Simmental (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Rataan (± SD)

P1 P2 P3 P4

77,13 72,88 78,93 77,68

68,66 68,96 44,70 59,27

80,17 80,09 77,36 76,06

78,22 72,05 70,45 73,66

76,05 ± 5,08 73,50 ± 4,71 67,86 ± 15,87

71,67 ± 8,43 Rataan 76,66 60,39 78,42 73,59 72,27 ± 9,15

[image:46.595.164.451.462.582.2]

Dari Tabel 13 diperoleh rataan persentase TAU tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 76,05% dan rataan persentase TAU terendah terdapat pada perlakuan P3 sebesar 67,86 %. Secara individu diperoleh TAU yang cukup tinggi yaitu masing-masing pada perlakuan P1 ulangan III sebesar 80,17% dan perlakuan P2 ulangan III sebesar 80,09%, dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 ulangan II sebesar 44,70%.

(47)

Pembahasan Evaluasi Makroskopis

Rataan volume semen yang diperoleh selama penelitian 4,6 ml dibawah rataan standar volume semen pejantan sapi yaitu sekitar 1,0 – 15,0 ml (Toelihere, 1981), 10 – 15 ml (Salisbury dan Vandenmark, 1985) dan 4 – 8 ml (Hunter, 1995).Warna semen berkisar pada warna kuning dengan kisaran putih susu sampai krem. Konsistensi dan warna semen berkorelasi dengan jumlah sel spermatozoa yang terdapat dalam semen tersebut. Semakin banyak jumlah spermatozoa maka konsistensi akan semakin kental dan warna lebih ke arah krem. pH hasil penelitian lebih tinggi dan cenderung ke arah asam dengan pH 7. Secara umum kualitas semen hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan standart kualitas semen sapi jantan yang telah dilaporkan oleh Toelihere (1981) yaitu kualitas semen pejantan untuk yang memenuhi syarat untuk prosesing mempunyai kisaran rataan volume 5 – 8 ml, pH 6,8 dengan konsentrasi sperma 1000 – 1800 juta/ml. Bila dilihat dari produksi awal atau rataan pada perlakuan P0 ulangan II (Tabel 8) menunjukkan rataan volume yang rendah yaitu 1 ml. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pejantan memang rendah meskipun pada saat-saat tertentu mampu menghasilkan semen 9,1 ml.

(48)

Evaluasi Mikroskopis Gerakan Masa

[image:48.595.113.515.257.408.2]

Efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental terhadap gerakan masa dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji keragaman gerakan masa spermatozoa sapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 0,69 0,69 0,69 2,88 4,94 0,23 0,23 0,23 0,48 0,48tn 0,48tn 0,48tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 23,57 %

tn = tidak nyata

Berdasarkan uji keragaman diketahui bahwa efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gerakan masa spermatozoa sapi Simmental asumsi peneliti hal ini dikarenakan pada pemeriksaan kualitas semen sapi Simmental khususnya gerakan masa di lakukan secara kasat mata di bawah mikroskop, sehingga dalam hal ini perlakuan exercise tidak memberi pengaruh yang cukup nyata terhadap gerakan masa spermatozoa sapi simmental.

(49)

dengan ++ dan +++ sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rizal (2002) semen segar yang memenuhi syarat prosesing adalah semen segar dengan gerakan masa ++ atau +++.

Motilitas Sperma

[image:49.595.114.507.320.468.2]

Efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental terhadap motilitas spermatozoa dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji keragaman motilitas spermatozoasapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 381,25 2168,75 68,75 325,00 2943,75 127,08 722,92 22,92 54,17 2,35tn 13,35* 0,42tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 19,87 %

tn = tidak nyata

* = nyata

(50)

Vandenmark (1985) bahwa kecepatan spermatozoa bervariasi, kecepatan akan menurun bila viskositas meningkat. Baris (frekuensi exercise) dan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap motilitas spermatozoa sapi Simmental. Karena hasil yang nyata yang didapat pada kolom (sapi) bukan pada perlakuan (exercise) maka tidak perlu dilakukan uji lanjut.

Dari seluruh hasil penampungan yang memenuhi syarat untuk dilakukan prosesing adalah 43,75% yaitu semen dengan motilitas lebih besar atau sama dengan 60% (Marlene, 2002) sedikit lebih rendah dibanding dengan yang dilaporkan Rizal (2002) dan Handarini (2006) yaitu 70%. Selama penelitian hanya dua kali penampungan mendapatkan persentase motilitas 70% yaitu masing-masing perlakuan P1 dan P4 pada ulangan IV.

Konsentrasi

[image:50.595.112.440.363.451.2]

Efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental terhadap konsentrasi dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 16.

Tabel 16. Uji Keragaman Konsentrasi Spermatozoa Sapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 139513,50 1300798,50 239829,50 1964777,50 3644919,00 46504,50 433599,50 79943.17 327462,92 0,14tn 1,32tn 0,24tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 40,15 %

tn = tidak nyata

(51)

nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi semen sapi Simmental. Secara individu terdapat konsentrasi yang tergolong rendah yaitu dibawah 1000 juta/ml yaitu pada perlakuan P1 ulangan IV (740 juta/ml), perlakuan P2 ulangan II (596 juta/ml), perlakuan P3 ulangan III (829 juta/ml) dan perlakuan P4 ulangan II (781 juta/ml) hal ini sesuai dengan yang di laporkan oleh Salisbury dan Vandenmark (1985) yaitu konsentrasi spermatozoa yang berderajat tinggi biasanya berkisar dari 2000x106 sampai 2200x106 sel spermatozoa setiap ml .

Persentase Sperma Hidup

[image:51.595.113.512.448.594.2]

Efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi simmental terhadap persentase sperma hidup dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji Keragaman persentase sperma hidup spermatozoa sapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 337,62 1854,38 101,47 218,40 2511,87 112,54 618,13 33,82 36,40 3,09tn 16,98** 0,93tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 12,4 %

tn = tidak nyata

** = sangat nyata

(52)

tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase sperma hidup sapi Simmental. Karena hasil nyata yang didapat pada kolom (sapi) bukan perlakuan (exercise) maka tidak perlu dilakukan uji lanjut.

Hasil penelitian didapatkan persentase sperma hidup cukup tinggi yakni rata-rata 70,18 ± 12,94 (berkisar antara 48,83 dan 88,13 %) tidak jauh berbeda dengan persentase sperma hidup Salisbury dan Vandenmark (1985) domba 57%, sapi 64%, babi 66%, dan hampir sama dengan yang dilaporkan Toelihere (1993) 59,4-70,8% dan lebih rendah dibanding dengan Rizal (2002) 87,89%.

Pengamatan persentase sperma hidup perlu dilakukan karena secara mikroskopois sperma yang tidak bergerak belum tentu mati. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Partodiharjo (1982) yaitu spermatozoa yang tidak bergerak belum tentu mati sehingga tidak menghisap warna, sedangkan pada penafsiran dengan dasar bergerak dan tidak bergerak dianggap immotil. Spermatozoa yang hidup dan bergerak, diiringi defect (cacat) pada dinding selnya, dapat menghisap warna. Di bawah mikroskop dianggap mati, sedang penafsiran yang lain dianggap hidup.

Persentase Abnormalitas

(53)
[image:53.595.115.511.102.236.2]

Tabel 18. Uji keragaman persentase abnormalitas spermatozoa sapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 31,32 13,19 2,25 13,38 60.14 10,44 4,39 0,75 2,23 4,68tn 1,97tn 0,34tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 12,4 %

tn = tidak nyata,

Berdasarkan uji keragaman diketahui bahwa efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase abnormalitas semen sapi Simmental. Hasil penelitian didapatkan rataan persentase abnormalitas sebesar 3,83 ± 2,00 (berkisar antara 1,27 dan 8,56) ini menunjukkan semen layak digunakan dalam program IB karena menurut Rizal (2002) Handarini. (2006) semen yang baik memiliki spermatozoa abnormal tidak lebih dari 15%. Dari rataan abnormalitas yang diperoleh menunjukkan sapi tidak memiliki tanda-tanda infertilitas atau ketidaksuburan karena menurut Toelihere (1979) sperma dengan abnormal 30 sampai 35% menunjukkan adanya infertilitas atau ketidaksuburan.

(54)

mendapat perlakuan kocokan yang keras dalam tabung penampung, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan pada temperatur terlalu tinggi, smear yang tidak berhati-hati Partodiharjo (1982). Menurut Toelihere (1979) spermatozoa yang berbentuk abnormal tidak dapat membuahi ovum.

Persentase MembranPlasmaUtuh (MPU)

[image:54.595.112.513.358.496.2]

Efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi simmental terhadap persentase Membran Plasma Utuh (MPU) dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada Tabel 19.

Tabel 19. Uji keragaman Persentase Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa sapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 110,52 1426,07 30,93 619,85 2187.36 36,84 475,36 10,31 103,31

0,36 tn 4,60 tn 0,09tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 12,4 %

tn = tidak nyata

Berdasarkan uji keragaman diketahui bahwa efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi Simmental tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase Membran Plasma Utuh (MPU) semen sapi Simmental.

(55)

pernyataan (Revell dan Mrode, 1994) disitasi Rizal (2002) yaitu nilai persentase TAU semen segar yang kurang dari 60% dikategorikan sebagai semen yang infertil.

Persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU)

[image:55.595.113.512.339.485.2]

Efektivitas frekuensi exercise terhadap peningkatan kualitas semen sapi simmental terhadap persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU) dapat diketahui dengan melakukan uji keragaman seperti tertera pada tabel 20.

Tabel 20. Uji keragaman Persentase Tudung Akrosom Utuh (TAU) spermatozoa sapi Simmental

SK DB JK KT Fhit F.05 F.01

Baris Kolom Perlakuan Galat Total 3 3 3 6 15 99.43 799,05 142,25 214,51 1255,24 33,14 266,35 47,42 35,75 0,93tn 7,45* 1,33tn 4,76 4,76 4,76 9,78 9,78 9,78

Keterangan : KK = 12,4 %

tn = tidak nyata

* = nyata

(56)
(57)
[image:57.595.54.504.137.452.2]

Rekapitulasi Hasil penelitian

Tabel 21. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Perlakuan Gerakan

Massa Motilitas Konsentrasi % Sperma Hidup

P1 P2 P3 P4

3,00 ± 0,82tn 2,75 ± 0,50tn 3,25 ± 0,50tn 2,75 ± 0,50tn

50,00 ± 14,14 tn 52,50 ± 11,90 tn 55,00 ± 12,25 tn 50,00 ± 21,60 tn

1590,00 ± 647,83 tn 1306,75 ± 499,54 tn 1380,00 ± 550,59 tn 1276,00 ± 403,31 tn

72,34 ± 13,59 tn 73,03 ± 16,57 tn 67,52 ± 16,83 tn 67,83 ± 7,82 tn

Perlakuan %

Abnormalitas % MPU % TAU

P1 P2 P3 P4

4,28 ± 3,11 tn 3,56 ± 1,17 tn 3,37 ± 2,39 tn 4,11 ± 1,59 tn

57,95 ± 14,09tn 56,48 ± 14,33 tn 55,51 ± 12,25 tn 54,14 ± 13,71 tn

76,05 ± 5,08 tn 73,50 ± 4,71 tn 67,6 ± 15,87 tn 71,67 ± 8,43 tn

(58)
(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian perlakuan exercise dengan frekuensi 0 jam per minggu, 2 jam per minggu, 4 jam per minggu dan 6 jam per minggu tidak memberikan pengaruh dalam peningkatan kualitas makroskopis dan mikroskopis semen sapi Simmental.

Saran

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J., dan Bade, D. H.,1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Balai Besar Inseminasi Buatan., 2004. Pejantan Sapi Potong dan Kambing, Singosari, Malang.

Ensminger, M. E., 1989. Beef Cattle Science. The Interstate Printers and Publisher, California.

Handarini, R. 2006. Dinamika Aktivitas Reproduksi Berkaitan Dengan Tahap Pertumbuhan Ranggah Rusa Timor (Cervus timorensis) Jantan Dewasa. Disertasi Doktor Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjopranjoto, S.H., 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Air Langga University Press, Surabaya.

Hafez, E. S. E., 1987. Reproduction in Farm Animals. Fifth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia.

Http://www.geocities.com /mojokertomo/cattle/pakan.doc11 April 2008.

Http://www.pssplab.com/journal/07.pdf.6 Mei 2008

Hunter, R. H. F.,1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Universitas Udayana dan Institut Teknologi Bandung, Bandung. Marlene, W. N., 2003. Kajian Biologi Reproduksi dan Penerapan IB Pada Rusa

Timor. Disertasi Doktor Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mitchel, J. R and G. A. Doak., 2004. The Artificial Insemination and Embryo Transfer of Dairy and Beef Cattle (Including Information Pertaining ti Goats, Sheep, Horses, Swine, and Other animals). Ninth Edition, Upper Saddle River, New Jersey.

Pane, P.,1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta. Partodiharjo, S ., 1982. Ilmu reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.

(61)

Rizal, M. 2002. Fertilitas Spermatozoa Ejakulat Epididimis Domba Garut Hasil Kriopreservasi Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris Dengan Berbagai Krioprotektan danAntioksidan. Disertasi Doktor Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Salisbury, G. W. dan Vandemark, N. L.,1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Diterjemahkan Oleh Djanuar, N., UGM Press, Yogyakarta.

Sugeng, B. Y., 1996. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Taurin, B., Santi, D., Putri, K. H., 2000. Inseminasi Buatan. Universitas terbuka, Jakarta.

Toelihere, M. R., 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Toelihere, M. R., 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Tomaszewska, M. W., I. K. Sutama, I. Gede Putu, dan T. D. Chaniago., 1991.

Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(62)

Lampiran 1. Prosedur Pengamatan Gerakan Massa (Toelihere, 1985)

Diteteskan semen pada gelas objek

Dengan perbesaran 10 x 10 diperhatikan gelombang sebagai berikut :

Kriteria Tanda Keterangan Nilai

Sangat Baik

Baik

Cukup

Buruk

+++

++

+

0

Gelombang-gelombang besar dengan jumlah banyak, tebal dan gelap dengan gerakan cepat.

Gelombang-gelombang tipis, jarang dan lambat.

Tidak terdapat gelombang, tetapi terlihat gerakan sperma sendiri-sendiri.

Hanya sedikit atau tidak ada gerakan sama sekali.

4

3

2

(63)

Lampiran 2. Pengamatan Motilitas Spermatozoa (Toelihere, 1985)

Diteteskan semen

Diaduk sampai rata

Dengan perbesaran 40 x 10

Diperhatikan gerakan sebagai berikut :

0 = Tidak Bergerak / mati 1 = Gerakan berputar ditempat 2 = Gerakan berayun

(64)

Lampiran 3. Pengamatan % Sperma Hidup

Disediakan satu buah gelas objek

Diteteskan zat warna pada ujung gelas objek kemudian teteskan

semen

Dibuat preparat ulas dengan meletakkan glass objek yang lainnya dan ditarik tanpa tekanan

Dikeringkan dengan menggunakan api Bunsen

Diamati dibawah mikroskop perbesaran 45x10

Dihitung jumlah sperma yang hidup *

(65)

Lampiran 4. Pengamatan MPU (Membran Plasma Utuh)

9,9 ml medium hipoosmotik (0,3 gr fruktosa dan 0,7 gr Na citrate dalam 100 ml air)

Diinkubasi dalam waterbath bersuhu37oC selama 30 menit

(66)

Lampiran 5. Pengamatan TAU (Tudung Akrosom Utuh)

Larutan NaCL fisiologik yang mengandung 1% formalin

Diteteskan semen + beberapa tetes NaCL

(67)

50

Lampiran 6. Jadwal Pemberian Perlakuan Exercise Terhadap Sapi

WAKTU

Sapi

JULI AGUSTUS

SEPTEMBER

1 2 4 8 9 11 14 22 23 25 29 30 1 4 12 13 15 19 20 22 25 2 3 5 9 10 12 15

A

√ √ √ √ √

B

√ √

√ √

√ √

C

D

√ √

(68)

Gambar

Tabel 21. Rekapitulasi hasil penelitian ...........................................................
Gambar 2. Berbagai abnormalitas sperma sapi yang dijumpai selama
Tabel 1.  Sifat-sifat semen pada sapi
Tabel 2.  Komposisi kimiawi semen sapi dalam mg/100ml
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai “ Hubungan antara Umur Ternak, Bobot Badan, dan Volume skrotum terhadap Kualitas Semen Sapi Simmental (Kasus Di Balai Inseminasi Buatan Lembang) ”

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh waktu pre freezing terhadap kualitas semen beku Sapi Simmental yang menggunakan pengencer Andromed ® ; 2) mencari waktu

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kualitas semen sapi Pesisir yang diukur dari motilitas, persentase hidup, abnormalitas dan membran plasma utuh pada

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4), proses pre freezing selama 9 menit memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas semen beku Sapi Simmental yang

Dapat disimpulkan bahwa penambahan filtrat jambu biji (FJB) 0.9% dalam pengencer air kelapa 80% kuning telur 20% dapat mempertahankan motilitas, viabilitas, membran plasma utuh

Hubungan Lama Penyimpanan dengan Membran Plasma Utuh (MPU) Spermatozoa Nilai rata-rata keutuhan membran plasma spermatozoa epididimis sapi PO yang diperoleh pada

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas dan kuantitas semen segar dari ketiga kelompok Sapi Simmental didapatkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada kelompok

Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar hasil penampungan sebanyak 18 – 24, 25 – 30, dan 31 – 36 kali dalam tiga bulan yang berasal dari Sapi Simmental yang