• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola dan Siklus Pertumbuhan Ranggah Rusa Timor Jantan (Cervus timorensis) (The Pattern and Antler Development Cycle of Timor Stags [Cervus timorensis])

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola dan Siklus Pertumbuhan Ranggah Rusa Timor Jantan (Cervus timorensis) (The Pattern and Antler Development Cycle of Timor Stags [Cervus timorensis])"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pola dan Siklus Pertumbuhan Ranggah Rusa Timor Jantan (

Cervus

t imorensis

)

(T he Pat t ern and Ant ler Development Cycle of T imor St ags

[ Cervus t imorensis] )

Ristika Handarini*

*) Staf Pengajar Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3, Medan 20155. E-mail: ristika@softhome.net

Abst ract: The l engt h of ever y ant l er devel opment al st age i s ver y i mpor t ant t o be st udi ed because t he peak of r epr oduct i ve act i vi t i es of t i mor st ags (Cer vus t i mor ensi s) do not occur at ever y st age of t he ant l er devel opment al cycl e. The cycl i ng ant l er i s a t empor ar y phenomenon whi ch i s cast ed annual y (annual ant l er cycl e). Ti mor st ags have ant l er devel opment st ages as f ol l ows: pedi cl e (t he spot wher e a new set of ant l er devel ops), vel vet (young sof t hai r y coat ed ant l er ) and har d ant l er . Thi s r esear ch was ai med t o st udy t he l engt h of each ant l er devel opment al st age i n t he ant l er cycl e whi ch can be used t o det er mi ne t he act i ve r epr oduct i ve per i od of t he st ag. The r esear ch was conduct ed by anal yzi ng each nat ur al ant l er devel opment al st age, i . e t he vel vet , har d ant l er and cast i ng st age per i ods. Thi s r esear ch was conduct ed f or 18 mont hs (st ar t ed f r om June 2002 unt i l December 2003) on f our adul t st ags (4 t o 6 year s), mor phomet r y wer e measur ed at t hr ee weeks i nt er val s. Resul t s of t hi s r esear ch showed t hat t hose st ags had i ndi vi dual var i at i on on each ant l er devel opment al st age. The mean l engt h of vel vet , har d ant l er and cast i ng per i ods wer e 155. 75 ± 7. 13 days, 207. 25 ± 2. 75 days and 16. 25 ± 0. 88 days r espect i vel y. Mean l engt h of t he f ul l ant l er cycl e was 379. 25 ± 8. 88 days. It i s concl uded t hat t he har d ant l er devel opment is t he l ongest st age of t he ant l er cycl e i n whi ch t he st ag has opt i mum r epr oduct i ve act i vi t i es, st ar t ed f r om June t o Febr uar y.

Keywords: Cer vus t i mor ensi s, ant l er cycl e, vel vet , har d ant l er , cast i ng

Abstrak: Lama setiap tahap pertumbuhan ranggah dalam satu siklus ranggah menjadi sangat penting diketahui mengingat puncak aktivitas reproduksi rusa timor (Cer vust i mor ensi s) jantan tidak terjadi pada setiap tahap pertumbuhan ranggah. Ranggah yang bersiklus bersifat temporer dan akan lepas setiap tahunnya (annual ant l er cycl e). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama setiap tahap pertumbuhan ranggah dalam satu siklus ranggah sehingga dapat ditentukan lama masa aktif reproduksi rusa timor jantan. Metode penelitian dengan pengamatan lama setiap tahap pertumbuhan ranggah (vel vet, keras, dan tanpa ranggah) dalam satu siklus ranggah secara alamiah dan morfometri ranggah dilakukan interval tiga minggu. Penelitian ini berlangsung selama 18 bulan (Juni 2002 sampai Desember 2003) pada empat ekor rusa jantan (kisaran umur 4 – 6 tahun). Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi individu pada lama setiap tahap pertumbuhan ranggah. Rataan setiap tahap pertumbuhan ranggah masing-masing: ranggah vel vet 155.75 ± 7.13 hari, ranggah keras 207.25 ± 2.75 hari dan tanpa ranggah selama 16.25 ± 0.88 hari. Rataan lama siklus ranggah 379.25 ± 8.88 hari. Dapat disimpulkan bahwa periode terlama dari tahap pertumbuhan ranggah dalam satu siklus berada pada tahap ranggah keras, di mana pada periode ini rusa jantan berada pada masa aktif reproduksi antara bulan Juni sampai Februari.

Kata kunci: Cer vus t i mor ensi s, siklus ranggah, vel vet, ranggah keras, tanpa ranggah

Pendahuluan

Ranggah merupakan salah satu tampilan karakter seksual sekunder yang khas pada rusa jantan setelah mencapai pubertas, kecuali pada dua spesies rusa yaitu rusa

Chi nese Wat er (Hydr opot es i ner mi s) dan rusa

Musk (Moschus chr ysogast er). Baik rusa jantan maupun betinanya mempunyai ranggah (Grzimek, 1990). Ranggah pada rusa jantan

menjadi suatu karakter spesifik (phenot ype per f or mance) karena erat kaitannya dengan masa aktif reproduksi.

Selama pertumbuhan ranggah, terdapat empat tahap pertumbuhan yaitu: tahap pedi cl e

(2)

pertumbuhan ranggah dalam satu siklus diawali dengan ranggah vel vet, keras, dan cast i ng

(Bubenik, 2002). Tahap ranggah keras pada spesies-spesies rusa temperate, merupakan suatu indikator adanya musim kawin dan berkaitan langsung dengan periodisitas yang mengikuti pola ”shor t day br eeder s” (Garcia et al . , 1997).

Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap tahap pertumbuhan ranggah setelah rusa jantan memasuki pubertas (tahap ranggah

vel vet, ranggah keras, dan tanpa ranggah). Dengan mengetahui masa aktif reproduksi diharapkan dapat dicapai upaya optimalisasi pemanfaatan rusa jantan terutama pada peternakan yang bertujuan untuk penyediaan bibit dan veni son. Juga memudahkan untuk mengatur strategi reproduksi, baik untuk perkawinan alami atau untuk penampungan semen dalam program penerapan teknologi reproduksi. Pertumbuhan dan morfologi ranggah sangat erat kaitannya dengan beberapa parameter reproduksi rusa jantan (Willard dan Randell, 2002). Rusa jantan dengan morfologi ranggah abnormal atau asimetris menunjukkan adanya perbedaan aktivitas pada jaringan testikuler bagian kiri dan kanan, yang pada akhirnya berpengaruh juga pada produksi spermatozoa (Gizejewski et al . , 1998).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama setiap tahap dalam satu siklus ranggah, mendapatkan pola pertumbuhan dan morfometri ranggah dalam satu siklus ranggah, serta menentukan saat optimum pertumbuhan ranggah muda untuk tujuan produksi vel vet . Kegunaan penelitian untuk menentukan lama masa aktif reproduksi rusa timor jantan yang dikarakterisasi dengan performa ranggah (karakter fenotip) sehingga mempermudah pengaturan strategi reproduksi rusa jantan, serta untuk menentukan waktu pemanenan ranggah vel vet.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi pemeliharaan rusa Pondok Gede, Bekasi, Jakarta Timur. Penelitian berlangsung selama satu siklus ranggah yaitu sekitar 18 bulan, terhitung mulai bulan Juni 2002 sampai Desember 2003.

Hewan Percobaan

Pada penelitian ini digunakan empat ekor rusa timor (Cer vus t i mor ensi s) jantan dewasa (umur 4 sampai 6 tahun) dari Perum

Pemangku Hutan) Jonggol. Bobot badan rusa jantan pada awal penelitian berkisar antara 48 sampai 86.9 kg. Kualifikasi rusa yang digunakan untuk penelitian: sehat, tidak cacat, bentuk testis normal dengan konsistensi kenyal dan simetris, bentuk ranggah normal, simetris, dan berada pada tahap ranggah keras serta mempunyai libido tinggi. Rusa ditempatkan pada dua kandang kelompok berukuran 5 x 8 meter2. Pakan yang diberikan terdiri atas: hijauan/rumput lapangan (sekitar 10% dari bobot badan), ubi jalar, dan konsentrat (250 gram/ekor/hari, protein kasar sekitar 16% dari bahan kering).

Metode Penelitian

Pembiusan

Prosedur pengukuran ranggah didahului dengan handl i ng rusa. Rusa dianestesi dengan Xyl azi ne hydr ochl or i de® dan Ket ami n® dengan dosis masing-masing 1 mg/kg bobot badan secara intramuskuler (im) menggunakan bl ow pi pe/ sumpit (Dradjat, 2000). Setelah rusa dianestesi, direbahkan dengan posisi miring ke sisi kanan untuk menjaga posisi lambung tetap berada di atas, selanjutnya dilakukan pengukuran ranggah.

Pengamat an Lama T ahap Ranggah

Beberapa definisi yang digunakan sebagai batasan metode pengamatan lama setiap tahap ranggah yaitu: tahap ranggah

velvet, dimulai dari pertumbuhan ranggah

muda dan berakhir pada awal terjadinya

sheddi ng (pengelupasan vel vet) pada salah satu atau kedua ujung ranggah. Tahap rangggah keras, dimulai dari sheddi ng vel vet sampai lepas ranggah (cast i ng). Tahap tanpa ranggah, dihitung mulai dari cast i ng (lepas ranggah) sampai muncul ranggah baru dari tunas ranggah (pedi cl e).

Morf omet ri Ranggah

Pengukuran morfologi ranggah dilakukan selama satu siklus ranggah dengan interval setiap tiga minggu sekali. Pengukuran ranggah meliputi: cabang ranggah utama (mai n beam) yaitu diukur mulai dari alas cincin pedi cl e

(3)

Analisis Dat a Secara teori dapat diuraikan proses pembentukan ranggah keras diawali dengan proses osifikasi dari matriks fibrokartilaginosa yang secara visual menunjukkan adanya proses pengelupasan vel vet pada bagian ujung ranggah. Proses ini merupakan kombinasi dari osifikasi intramembran dan endokhondral. Osifikasi dimulai dari bagian pangkal menuju ke bagian ujung ranggah. Sel-sel car t i l ago dan

f i ber akan membentuk kolom dan mengalami kalsifikasi. Osteoblast akan diubah menjadi osteosit dan tulang ranggah (t rabeculae) terbentuk oleh adanya penimbunan garam-garam kalsium dalam matriks sel. Tr abecul ae akan dipenuhi dengan osteosit dan ukurannya semakin bertambah seiring bertambahnya umur ranggah keras (Hoymork dan Reimers 2002). Beberapa peneliti telah membagi lagi tahap ranggah keras menjadi tahap osifikasi (6 sampai 22 hari dan 52 sampai 73 hari) dan tahap setelah osifikasi (diatas 73 hari sampai cast i ng) setelah membuat preparat histologi dari irisan ranggah secara berseri selama tahap ranggah keras (Li

et al . , 1995). Semua data ditabulasi dan ditampilkan

dalam bentuk rataan ± simpangan baku (SB). Analisis varians data (Anova, SPSS Pr ogr amme) dilakukan untuk membedakan durasi setiap tahap ranggah, terutama tahap ranggah vel vet

dan keras. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pola morfometri ranggah berdasarkan umur.

Hasil dan Pembahasan

Siklus Pertumbuhan Ranggah

Tahap ranggah vel vet, tahap ranggah keras, dan tahap tanpa ranggah merupakan tahapan ranggah yang dinamis dan selalu berulang setiap tahun secara berurutan. Dari ketiga tahap ranggah tersebut lama tahapan didominasi oleh dua tahap ranggah yaitu ranggah vel vet dan keras yang mewakili kondisi masa aktif dan tidak aktif reproduksi rusa timor jantan (Tabel 1). Rataan siklus ranggah hasil penelitian ini (379.25 ± 8.88 hari), 10 hari lebih lama daripada siklus ranggah rusa r oe, yaitu 369 ± 11.52 hari, namun masih berada dalam kisaran siklus ranggah rusa sambar yaitu antara 259 sampai 393 hari (Sempere, et al. 1992). Penelitian pada rusa timor di Indonesia hanya memberikan gambaran sekitar 12 bulan (Ismail, 2002) sampai 14 bulan (Jacob dan Wiryosuhanto, 1994).

Setelah cast i ng (lepas ranggah), rusa memasuki tahap tanpa ranggah. Tahap ini merupakan tahapan yang paling pendek dibandingkan kedua tahap ranggah yang lain, yaitu dengan rataan 16.25 ± 0.88 hari (sekitar 4.28 ± 0.28% dari keseluruhan tahap ranggah). Rataan lama tanpa ranggah lebih cepat dibandingkan pengamatan sebelumnya, yaitu sekitar satu sampai dua bulan (Takandjandji dan Garsetiasih, 2002). Selama proses osifikasi dan kalsifikasi, pembuluh darah yang ada di bagian tengah ranggah mengalami penyempitan mulai dari bagian ujung ranggah menuju pangkal ranggah (Church, 2002). Sedangkan pada bagian pedi cl e yang tertutupi ranggah keras masih tetap aktif. Tidak banyak peneliti yang mengamati lama tahap tanpa ranggah, bahkan sering diabaikan karena penghitungan tahap ini digabungkan dengan tahap pertumbuhan ranggah vel vet (Sempere et al ., 1992).

Rataan lama tahap ranggah vel vet dari empat ekor rusa adalah 155.75 ± 7.13 hari (121 sampai 170 hari) atau sekitar empat sampai enam bulan. Tahap ranggah keras dalam penelitian ini merupakan tahap terpanjang dalam satu siklus pertumbuhan ranggah dengan kisaran waktu 204 sampai 211 hari (6 sampai 7 bulan). Lama tahap ranggah keras rusa timor mendekati hasil penelitian rusa merah yaitu 205 hari dan rusa sambar yaitu 231 ± 40 hari (Semiadi, 1993). Informasi lama tahap ranggah keras di Indonesia hanya memberikan gambaran sekitar enam sampai tujuh bulan (Ismail, 2002).

Tabel 1. Lama setiap tahap pertumbuhan ranggah selama satu siklus

Rusa

Umur (tahun)

Lama Setiap Tahap Ranggah (hari) Lama Siklus (hari)

Vel vet Keras Tanpa Ranggah

I 4 151 205 15 371

II 5 154 209 16 379

III 5 148 204 18 370

IV 6 170 211 16 397

Rataan ± SB 155.75 ± 7.13 207.25 ± 2.75 16.25 ± 0.88 379.25 ± 8.88 Persentase (%) 41.03 ± 0.89a 54.70 ± 0.75b 4.28 ± 0.28

(4)

0

Pada kondisi iklim empat musim, rusa memasuki tahap ranggah keras pada akhir musim gugur sehingga pada musim dingin rusa memasuki musim kawin (br eedi ng season). Di lokasi penelitian (kondisi iklim tropis), rusa jantan memasuki tahap ranggah keras pada bulan Juni sampai Juli (awal musim kemarau) dengan rataan curah hujan siklus I 12.59 mm (kisaran antara 0 – 61 mm). Rusa mengalami

cast i ng ketika musim hujan tiba (rataan curah hujan 176.58 mm). Meskipun pada penelitian ini musim tidak diteliti namun ada kecenderungan pada saat musim kemarau rusa berada pada tahap ranggah keras dan awal musim hujan ranggah keras mengalami cast i ng

berganti dengan tahap ranggah vel vet, demikian juga yang terjadi pada rusa-rusa timor jantan di Penangkaran Cariu dan Ranca Upas, Jawa Barat (Ismail, 2002) dan Taman Nasional Way Kambas (Subagyo, 2000). Hal ini merupakan suatu mekanisme pertahanan daya hidup yang alamiah sesuai dengan kondisi iklim dan pada kondisi iklim tropis erat kaitannya dengan curah hujan dan ketersediaan hijauan (Gambar 1).

Hasil pengamatan Dradjat (2000) menunjukkan rendahnya persentase alokasi waktu untuk kegiatan makan dibandingkan aktivitas r ut t i ng dan perkawinan. Turunnya nafsu makan ini diikuti dengan penurunan bobot badan rusa jantan pada tahap ranggah keras. Penurunan ini mencapai 5 sampai 10% dari bobot badan tahap ranggah vel vet pada rusa chi t al (Mylrea, 1992), 20% dan bahkan sampai 30% pada rusa f al l ow jantan.

Kecenderungan adanya fluktuasi bobot badan sesuai tahap pertumbuhan ranggah juga dijumpai pada rusa merah (Ball et al . , 1994). Sebaliknya pada saat musim hujan (rataan curah hujan 176.58 mm, kisaran 10.3 – 562.8 mm) rusa jantan memasuki tahap ranggah

vel vet, nafsu makan rusa jantan mulai meningkat. Alam juga menyediakan pakan hijauan pada musim hujan yang melimpah. Pada tahap ranggah vel vet rusa mempunyai kesempatan untuk memulihkan kondisi tubuhnya kembali setelah energinya terkuras untuk aktivitas reproduksi pada tahap ranggah keras.

Hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan adanya pola pertumbuhan ranggah keras yang cenderung bersamaan dalam suatu kelompok penelitian. Cast i ng

(5)

Morfometri Ranggah

Rataan panjang ranggah rusa timor hasil penelitian ini (Tabel 2) lebih pendek dibandingkan laporan sebelumnya yaitu 91 sampai 95.3 cm, di Kaledonia mencapai 84.5 sampai 87 cm dan di Selandia Baru 86.4 sampai 89.5 cm (Whitehead, 1993). Beberapa spesies Cer vus t i mor ensi s yang telah diamati antara lain: C.t . f loresiensis; 42.6 cm, C.t . macassaricus; 45.3 cm, C. t . t i mor ensi s; 36.6 cm, C. t . mol uccensi s; 54.7 cm, dan yang terpanjang C. t . r ussa mencapai 78.8 cm (Semiadi, 1997).

Secara individu dapat dilihat perkembangan panjang ranggah pada siklus ranggah berikutnya pada tahun kedua penelitian (Gambar 2). Rusa-rusa tersebut masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan percabangan ranggah. Analisis polinomial menunjukkan R2=1 dengan koefisien korelasi yang cukup tinggi antara umur dengan panjang ranggah utama (r=0.949) dan

cabang ranggah I (r=0.966) dalam arti semakin bertambah umur rusa semakin panjang ranggah sampai pada umur tertentu mengikuti kurva sigmoid. Percabangan ranggah utama rusa umur empat dan enam tahun lebih tinggi dibandingkan rusa umur lima tahun, sedangkan cabang ranggah I menunjukkan penurunan panjang ranggah seiring dengan meningkatnya umur rusa.

Rusa jantan akan terus mengalami pertumbuhan ranggah. Perkembangan pertumbuhan ranggah selama dua siklus diperoleh pertambahan panjang antara 10 sampai 18.4 cm pada rusa umur empat dan lima tahun (Tabel 3). Rusa IV merupakan rusa dengan umur paling tua (enam tahun) yang digunakan dalam penelitian. Apakah dengan panjang ranggah 63 cm tersebut merupakan panjang ranggah maksimum yang dapat dicapai secara individu? Hal ini tentunya akan bisa terjawab bila siklus ranggah diikuti terus sampai benar-benar panjang ranggah tidak mengalami pertumbuhan lagi.

Tabel 2. Morfometri ranggah rusa j antan

Rusa

Umur (Tahun)

Ranggah Utama (cm)

Cabang Ranggah I (cm)

Cabang Ranggah II (cm)

Cabang Ranggah III (cm)

I 4 42 39 10.1 -

II 5 42 14 9.8 19

III 5 33.6 8.9 12.5 13.7

IV 6 63 19.2 19 32

Rataan±SB 5 ± 0.50 45.15 ± 8.93 20.28 ± 9.36 12.85 ± 3.08 21.57 ± 6.96

Gambar 2. Panj ang ranggah utama rusa timor j antan

y = 7,35x2 - 44,45x + 76,1

R22 = 1

y = 14,7x2 - 48,3x + 75,6

R12 = 1

0 10 20 30 40 50 60 70

4 5 6

Umur

P

a

nj

a

n

g r

a

n

gga

h (

c

m

)

Ranggah utama Cabang ranggah I

(6)

Tabel 3. Pertambahan panj ang ranggah utama pada siklus ranggah i dan ii

Rusa

Umur (tahun)

Panj ang Ranggah Maksimum (cm) Pertambahan Panj ang Ranggah (cm) Siklus I Siklus II

I 4 42 52 10

II 5 42 54 12

III 5 33.6 52 18.4

IV 6 63 63 0

Tabel 4. Waktu pemanenan ranggah velvet

Rusa Umur Lama Waktu Cast ing Sampai

Velvet (hari)

Panj ang Velvet

(cm)

I 4 66 17

II 5 60 17

III 5 68 15

IV 6 57 25

Rataan ± SB 63 ± 3.6 19.6 ± 3.92

Tabel 5. Diameter ranggah velvet rusa timor*

Rusa Umur

Ranggah Utama (mm)

Cabang Ranggah I

(mm)

Cabang Ranggah II

(mm)

Cabang Ranggah III

(mm)

I 4 35.88 25.44 24.87 -

II 5 37.65 30.15 29.90 26.31

III 5 29.84 23.39 22.12 26.44

IV 6 52.75 30.90 35.61 28.08

Rataan ± SB 39.03 ± 6.86 27.47 ± 3.067 28.13 ± 4.63 26.94 ± 0.76

Keterangan: * pengukuran dilakukan sampai rusa sheddi ng

Pada beberapa spesies dilaporkan bahwa pada awal memasuki masa pubertas, rusa jantan biasanya belum menunjukkan lama tahap ranggah yang konsisten dan hal ini terjadi pada dua siklus ranggah pertama (belum ada percabangan ranggah) (Semiadi, 1993). Sebagai perbandingan, pada rusa sambar memasuki masa fertil umur 12 – 15 bulan dengan kisaran bobot badan 45 – 50 kg dan rusa merah minimum bobot badan pubertas 56.3 kg (Suttie et al., 1991).

Menurut Semiadi dan Nugraha (2004), kriteria pemanenan ranggah mengikuti bentuk bagian ujung ranggah utama (mai n beam) yaitu sebelum terjadi percabangan ranggah (bila mulai terjadi percabangan tidak lebih dari 5 mm). Mengacu pada definisi tersebut, maka dapat dilihat lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kriteria ranggah guna tujuan produksi vel vet pada rusa timor jantan. Lama waktu cast i ng sampai terbentuk

vel vet (yang siap dipanen) membutuhkan waktu sekitar 57 – 68 hari dengan rataan 63 ± 3.6 hari (Tabel 4). Pemotongan vel vet rusa

pengalaman di lapangan merekomendasikan pemotongan ranggah rusa sambar pada umur 50 sampai 55 hari.

Bila ditilik dari rataan panjang ranggah utama vel vet (19.6 ± 3.92 cm, kisaran 15 sampai 25 cm), angka ini masih jauh dari yang diharapkan. Mengacu pada sistem grading,

vel vet rusa merah di mana gr ade super A, A, B, C harus mempunyai panjang ranggah ≥ 40 cm dengan kisaran lingkar ranggah antara 13 sampai 18 cm, gr ade D ≥ 30 cm dengan lingkar ranggah ≥ 11 cm, dan gr ade E panjang ranggah < 30 cm dan lingkar ranggah < 11 cm, maka hasil penelitian ini masih berada pada gr ade E. Penentuan gr ade

juga harus diperkuat dengan analisis komposisi

(7)

Seiring dengan proses pengembangan populasi rusa ke arah peternakan, Semiadi dan Nugraha (2004) mengemukakan perlunya penetapan kualitas atau standar ranggah

vel vet khusus untuk rusa tropis. Standar ini tentunya akan terus diperbaiki untuk mencapai gr ade yang telah diakui di beberapa negara. Panjang vel vet akan berubah setiap saat dengan semakin baiknya pemeliharaan rusa. Potensi tersebut masih terus ditingkatkan dengan cara memperbaiki manajemen pemeliharaan rusa. Perkembangan ranggah tidak terlepas dari ukuran diameter ranggah utama dan percabangannya untuk menentukan dosis pembiusan pada saat pemotongan ranggah vel vet (Tabel 5).

Kisaran diameter ranggah utama antara 29.84 sampai 52.75 mm dengan rataan diameter 39.03 ± 6.86 mm (3.9 cm). Terdapat korelasi positif antara panjang ranggah dan diameter ranggah (r=0.870), menunjukan semakin panjang ranggah semakin besar diameter ranggah. Informasi diameter ranggah diperlukan untuk menentukan dosis anestesi pada proses pemotongan ranggah

vel vet mengingat banyaknya pembuluh darah disekitar dan di dalam ranggah vel vet . Menurut Semiadi dan Nugraha (2004), pada rusa merah dosis yang digunakan 1 ml/cm diameter ranggah untuk setiap ranggah (kiri dan kanan). Jumlah obat bius yang diberikan disesuaikan dengan diameter ranggah individu rusa jantan. Pada rusa merah pemberian obat bius berkisar antara 2.5 sampai 5.5 ml untuk satu ranggah (dosis 1 mg/kg bb). Pemberian suntikan anestesi lokal dilakukan pada tiga sampai empat lokasi disekeliling

pedi cl e (sub kutan). Pada rusa timor yang digunakan dalam penelitian, dengan kisaran diameter ranggah antara 2.98 sampai 5.27 cm, maka jumlah pemberian obat bius sekitar 3.0 sampai 5.3 ml (dosis 1 mg/kg bb).

Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, rataan lama siklus ranggah rusa timor jantan mencapai waktu satu tahun didominasi oleh tahap ranggah keras (207.25 ± 2.75 hari) yang terjadi pada bulan-bulan musim kemarau bulan Juni sampai Februari (rataan curah hujan 12.59, kisaran 0 – 61 mm) dan cast i ng

pada bulan-bulan musim hujan (rataan curah hujan 176.58 mm, kisaran 10.3 – 562.8 mm), sehingga memberi waktu yang cukup lama untuk menjalani masa aktif reproduksi.

Panjang maksimum ranggah 63 cm (umur enam tahun, bobot badan 84.5 kg) mengikuti pola tiga percabangan ranggah pertambahan panjang ranggah antarsiklus

maksimum 30 cm, dengan rataan kecepatan pertumbuhan ranggah vel vet 1.93 ± 0.22 cm sehingga waktu pemanenan ranggah yang tepat dua bulan setelah memasuki tahap ranggah

vel vet dengan panjang maksimum 25 cm.

Saran

Untuk manajemen reproduksi dengan tujuan perkawinan alamiah atau penampungan semen rusa jantan sebaiknya dilakukan pada tahap ranggah keras dan dilakukan penelitian ke arah komposisi nutrisi ranggah vel vet.

Daftar Pust aka

Ball A.J., Thomson J.M., Fennessy PF. 1994. Relationship between velvet antler weight and liveweight in red deer (Cer vus el aphus). NZ Jour nal of Agr i c Res 37:153 – 157.

Bubenik G, White RG, Blake JE, Rowell JE, Schams D. 2002. Reindeer antler development, reproduction, and endocrinology. http://www.uaf.edu/lars/document_link/ doclink15.html. 2 Agustus 2002.

Church, J., S., 2002. Velvet antler. http:/albertaelk.com/research/eva.htm.

Dradjat A.S 2000. Penerapan teknologi inseminasi buatan, embrio transfer dan fertilisasi in vitro pada rusa Indonesia. Laporan Riset Unggulan Terpadu V Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan. Jakar t a. 92 – 111.

Garcia R.L., Sadighi M, Francis SM, Suttie JM, Fleming JS. 1997. Expression of neurotropin-3 in the growing velvet antler of the red deer (Cer vus el aphus).

J Mol ecul ar Endocr i nol ogy 9: 173 – 182.

Gizejewski Z, Soderquist L, Martinez RH. 1998. Post –mortem examination of genital organs and characteristics of epididymal spermatozoa from wild red deer stags (Cer vus el aphus car pat i cus var . mont anus). Proc. 2nd World Conf Ungulates. New Zeal and. 121 – 128.

Grzimek B. 1990. Deer. In: Animal Life Encyclopedia. Van Nostrand Reinhold Co.

(8)

Hoymork A, Reimers E. 2002. Antler development in reindeer in relation to age and sex. http://wl.920.telia. com/~u92018925/caes/Workshop1999 /workshop99. Abstracts. htm. 2 Agustus 2002.

Ismail D. 2002. Kajian tingkah laku dan kinerja reproduksi rusa jawa (Cer vus t i mor ensi s) yang dipelihara di penangkaran Cariu dan Ranca Upas, Jawa Barat. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Jacob TN, Wiryosuhanto SD. 1994. Prospek budidaya ternak rusa. Penerbit Kanisius. Jakarta. Ed. 1.

Li C, Kenneth A, Waldrup, Corson ID, Littlejohn RP, Suttie JM. 1995. Histogenesis of antlerogenic tissues cultivated in diffusion chambers in vivo in red deer (Cer vusel aphus). J of Exp Zool, 272: 345 – 355.

Semiadi G. 1993. The domestication and nutrition of sambar deer (Cer vus uni col or): A comparative study with red deer (Cer vus el aphus). Disertasi Massey University. Palmerstone North. New Zeal and.

Semiadi G. 1997. Karakteristik ranggah pada rusa timorensis (Cer vus t i mor ensi s).

Bi ot a II (2): 82 – 87.

Semiadi G, Nugraha RTP. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. 155 – 162.

Semiadi G, Subekti K, Sutama IK, Masy’ud B, Affandy L. 2003. Antler’s growth of the endangered and endemic Bawean deer (Axi s kuhl i i Mul l er and Schl egel, 1842). J Zool Tr eubi a. 33(1):89-95.

Sempere AJ, Mauget R, Bubenik GA. 1992. Influence of photoperiod on the seasonal pattern of secretion of luteinizing hormone and testoterone and on the antler cycle in roe deer (Capr eol us capr eol us). J Repr od. Fer t . 95: 693 – 700.

Subagyo A. 2000. Kondisi habitat dan beberapa aspek perilaku rusa Sambar (Cer vus uni col or Ker r , 1792) di Resort Way Kanan, Taman Nasional Way Kambas,

Lampung. Tesis.

Suttie JM, Fennessy PF, Crosbie SF, Corson ID, Laas FJ, Elgar HJ, Lapwood KR. 1991. Temporal changes in LH and testosterone and their relationship with the first antler in red deer (Cer vus el aphus) stags from 3 to 15 months of age. J Endocr i nol ogy 131: 467 – 474.

Gambar

Tabel 1. Lama setiap tahap pertumbuhan ranggah selama satu siklus
Gambar 1.  Profil curah hujan dan kondisi ranggah
Tabel 2. Morfometri  ranggah rusa jantan
Tabel 3. Pertambahan panjang ranggah utama pada siklus ranggah i dan ii

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan nutrisi media pada perlakuan belum panen masih banyak karena jamur tiram ( Pleurotus ostreatus) hanya mendegrasi nutrien media untuk pertumbuhan miselium,

Pengobatan Leukemia B-LLA Kanker adalah penyakit penyebab utama kematian kalangan anak-anak, dan leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan kanker pada anak yang paling

Perencanaan sistem drainase sebagai pengendalian banjir kota Medan bertitik fokus pada pengelolaan sungai Deli karena sungai Deli yang merupakan sungai utama yang

Kemudian hakikat pokok ini diiringi dengan akibat-akibatnya, yaitu, apabila sebagian orang Yahudi dan Nasrani itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain, maka

Pada penelitian yang dilakukan (Sobandi &amp; Nurhasanah, 2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melaluli peningkatan minat

Prinsip kehati-hatian dalam mengelola perusahaan telah diatur dalam Pasal 85 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan: (1) Setiap

4FKBMBO EFOHBO QFSOZBUBBO ZBOH UFSNBLUVC EBMBN ,JUBC 1FSKBOKJBO #BSV UFSTFCVU &#34;M2VSBO TFDBSB MFCJI HBNCMBOH

Melakukan penyuluhan yang diawali dengan apersepsi terlebih dahulu; Hasil yang didapatkan menunjukkan sebagian besar ibu-ibu (80%) belum memahami dan mnegerti tentang cara