• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

STATUS HUBUNGAN DENGAN TENAGA KERJA : Petunjuk dalam pengisian angket

1. Bacalah dengan seksama butir pernyataan

2. Jawab semua pernyataan pada angket dengan memberi tanda(√) pada kolom jawaban

sesuai dengan pilihan ganda.

3. Pilihan jawaban untuk variable faktor kekuatan dan peluang meliputi: Sangat

Setuju(SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju(STS).

No TENAGA KERJA JAWABAN

PERNYATAAN SS S KS TS STS

1 Anda sering mengarahkan tenaga kerja anda ke pelatihan tenaga kerja

2 Anda membuat spesialisasi pekerjaan untuk tenaga kerja anda

3 Anda memberikan upah sesuai dengan kinerja dan kontinuitas dalam memberikan THR kepada pekerja anda

No MODAL JAWABAN

PERNYATAAN SS S KS TS STS

4 Anda mampu memenuhi semua kebutuhan modal awal anda dalam memulai usaha

5 Anda menggunakan dana pihak ketiga dari bank, koperasi, BPR

6 Anda melakukan kerja sama dengan pemilik modal (bagi hasil)

No BAHAN BAKU JAWABAN

PERNYATAAN SS S KS TS STS

7 Bahan baku lokal sudah tersedia di pasar Kota Binjai 8 Anda menanam sendiri atau memiliki lahan sendiri dalam

memasok sumber daya produksi

9 Anda melakukan pembelian bahan baku produksi dari orang lain

No ALOKASI WAKTU KERJA JAWABAN

PERNYATAAN SS S KS TS STS

10 Lama waktu kerja yang anda berikan kepada para pekerja anda sudah sesuai dengan aturan ketenagakerjaan

11 Waktu istirahat yang anda berikan kepada para pekerja anda sudah cukup

12 Anda memberikan bonus atau insentif pada pekerja jika melewati waktu/jam kerja yang telah ditentukan

(2)

Lampiran 2 Data Responden

R Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

(3)

34 3 4 4 5 3 3 5 3 5 5 5 5

35 3 5 5 5 3 3 5 3 5 5 5 5

36 3 4 4 4 3 3 5 3 5 5 4 5

37 3 3 3 5 3 3 5 3 5 5 5 5

38 3 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 5

39 4 5 5 4 3 3 5 3 4 4 4 5

40 2 2 4 4 2 3 4 2 3 5 5 5

41 3 4 5 4 3 3 5 3 4 5 5 5

42 2 3 4 5 3 3 5 3 5 5 5 5

43 2 2 4 5 2 3 4 2 3 4 4 4

44 3 5 5 5 3 3 5 3 5 5 5 5

45 3 5 5 5 3 3 5 3 5 5 5 5

46 3 4 5 4 3 3 5 3 4 4 4 4

47 3 4 4 4 3 3 5 3 5 4 4 4

48 3 4 4 5 3 3 5 3 5 5 5 5

49 3 4 4 4 3 3 5 3 5 5 5 5

50 2 2 4 4 2 2 5 2 2 5 5 5

Rata-rata

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga

Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanji di Kota Bukit Tinggi.

Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko,. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan

Usaha Kecil. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arifah, Tutik. 2011 Strategi Pengembangan Industri Kecil Jamur Tiram di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Skripsi, Semarang : Dahara Prize Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta Brooks, Fern. 1992. Strategi Bisnis. Semarang: UNNES.

Badan Pusat Statistika, 2014. Binjai dalam Angka tahun 2013, Badan Pusat Statistika Kota Binjai, Binjai

Bambang, Riyanto, 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke Empat, BPFE,Yogyakarta

Hafsah, Muhammad jaffar. (2004) Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Infokop, Nomor 25 Tahun XXX: 40 44.

Irawan dan Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.

Jr, Harry N. Boone and Deborah A. 2012.Analyzing Likert Data.Journal of

Extension, Volume 50 Number 2. Morgantown. West Virginia University.

Kuncoro, Mudrajat. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Nurjanah, 2013. Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif melalui Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Philip, Kottler, 2003. Manajemen Pemasaran. Klaten: PT. Indeks Gramedia. Polem, Zainudin, 2015. Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota

Medan.

Porter, Michael. E dan Maulana, Agus. 2008. 2008. Strategi Bersaing (Tekhnik

(5)

Prawiro, Kusumo. 2001.Ekonomi Rakyat: Konsep, Kebijakan, dan Strategi. Yogyakarta: BPFE.

Rachmat, Budi. 2005. Modal Ventura, Cara Mudah Meningkatkan Usaha Kecil &

Menengah. Bogor : Ghalia Indonesia.

Rahmana, Arief. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan

Daya Saing Usaha Kecil Menengah

Rangkuti, Fredy. 2009. Analysis SWOT. Tekhnik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia.

Riyanto, Bambang. 1999. Dasar – dasar Pembekanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Rouf, Rahman Abdel, 2013. Peranan Pengembangan Potensi Wilayah Kota

Binjai Sektor Industri Pengolahan Makanan (Studi Kasus: Olahan dari Buah Rambutan).

Sinulingga, Sukaria. 2011. MetodePenelitian. Medan: USU Press.

Situmorang, S. H. 2008. Bisnis Perencanaan dan Pengembangan.Medan : USU Press

Sugiyono. 2003. MetodePenelitianAdministrasi. Bandung :Alfabeta.

Sriyadi. 1991. Bisnis Pengantar Ilmu Ekonomi Perusahaan Modern. Semarang: IKIP PRESS.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan (Problematika dan Pendekatan). Jakarta : Salemba Empat.

Swastaha, Basu. 2000. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi

Perusahaan Modern).Yogyakarta : Libert.

Tambunan, Tulus.T.H. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Tiktik Sartika., Abd.Rachman Soejoedono. 2002. EKONOMI Skala

Kecil/Menengah & Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

(6)

Tim Penyusun Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah

Daerah. Jakarta

Tim Penyusun Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2003), metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antar variabel. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011).

3.2 Lokasi Penelitian

(8)

3.3 Definisi Operasional

1. Tenaga Kerja adalah salah satu faktor yang penting dalam tiap industri atau kegiatan produksi, mulai dari skill hingga cara pengupahan akan terus berkembangan tiap saat seiring berkembangnya proses industrialisasi. 2. Modal adalah faktor terpenting selanjutnya, hampir semua industri yang

sedang berjalan ditopang oleh modal yang telah tersedia, mulai dari modal sendiri/keluarga maupun dari produk perbankan. Modal yang dimaksud dalam hal ini adalah modal dalam hal finansial.

3. Alokasi Waktu adalahjam atau waktu kerja yang diperlukan dalam kegiatan usaha industri, sesuai atau tidak dengan peraturan jam kerja yang telah diatur oleh perundang-undang ketenagakerjaan.

4. Bahan Baku adalah inti dari semua kegiatan produksi dan industri, bahan baku yang mudah didapat dan tersedia akan memudahkan keberlangsungan usaha. 3.4 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert (likert scale). Skala likert menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur perilaku individu dengan merespon 5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan, sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Harry Boone, 2012).

(9)

Tabel 3.1

Sumber :Data diolah penulis

Didalam penelitian ini akan terdapat beberapa tabel ukuran dari kuesioner yang berisi ukuran dari beberapa variabel seperti tenaga kerja, contohnya: Ukuran likert dari kuesioner yang mengenai tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Ukuran Likert Pelatihan Tenaga Kerja

No. Banyaknya Pelatihan yang Diikuti

Sumber : Data di olah penulis

Tabel 3.3

Ukuran Likert Kemampuan/skill Tenaga Kerja

No. Banyaknya Unit yang Dihasilkan oleh 1 Pekerja dalam Sehari

Kategori Skor

(10)

Tabel 3.4

Ukuran Likert Pendidikan Tenaga Kerja

No. Banyaknya Pelatihan yang Diikuti

5 Tidak Ada Pendidikan Sama Sekali

Sangat Tidak Baik

1

Sumber : Data diolah penulis

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini merupakan seluruh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang termasuk kategori sektor industri kecil keripik di Kota Binjai. Penentuan sampel dilakukan secara

purposive sampling dengan menetapkan secara sengaja lokasi penelitian dan

responden yang diteliti. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian adalah kelompok pelaku usaha sektor industri kecil yang berfokus pada pelaku usaha keripikdi Kota Binjai. Responden yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 responden dengan referensi pengambilan sampel berdasarkan teori yang menyatakan dalam sebuah penelitian jumlah responden yang baik adalah minimal sejumlah 30 responden karena dianggap representatif (Sugiyono, 2003).

3.6 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

(11)

digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, diskusi terfokus, wawancara, serta penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, buku literatur, internet, jurnal, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu : 1. Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini yang menjadi repondennya adalah pengusaha di sektor industridi Kota Binjai. Berangkat dari skor dan nilai pada kuesioner nantinya maka akan diketahui apa dan bagaimana strategi yang potensial digunakan untuk para pengusaha industri kecil di Kota tersebut.

2. Studi Kepustakaan

(12)

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT.

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode penelitan yang banyak digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono 2011, penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Sedangkan, menurut Sukmadinata 2006, metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung.

(13)

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan, misi, tujuan, strategi dan kebijakan (Rangkuti,2014). Analisis ini digunakan untuk menjawab permasalahan kedua mengenai bagaimana strategi dalam mengembangkan industri kecil keripik di Kota Binjai dengan menggunakan analisis SWOT.

Indikator SWOT meliputi faktor internal dan eksternal : a. Indikator internal.

Faktor lingkungan internal adalah data yang diperlukan dari lingkungan internal industri itu sendiri. Data lingkungan internal terdiri atas indikator kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Berdasarkan klasifikasi UMKM diatas dapat kita peroleh beberapa hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan untuk mendukung keberlangsungan industi kecil keripik di Kota Binjai, yaitu :

Kekuatan :

1) Proses rekrutmen tenaga kerja yang berasal dari daerah menghasilkan murahnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. 2) Produk hasil produksi memiliki bentuk dan rasa yang khas dari

daerah tersebut.

(14)

dasar lainnya menjadikan kegiatan produksi tidak perlu mengeluarkan biaya besar dalam hal distribusi bahan baku.

Kelemahan :

1) Tenaga yang kurang terampil menyebabkan produksi kurang efisien. 2) Lemahnya manajemen antara pelaku usaha dengan karyawan yang

bisa mengganggu peningkatan hasil produksi karena disebabkan lemahnya pula pendidikan para tenaga kerja.

3) Kurang menguasai perkembangan teknologi produksi menyebabkan hasil produksi yang tidak pula meningkat tiap tahunnya.

4) Kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap produk kredit perbankan menyebabkan pelaku usaha kekurangan modal.

3. Indikator eksternal.

Faktor lingkungan eksternal adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan dalam percaturan perekonomian nasional maupun internasional, yaitu lingkungan umum (faktor sosial, teknologi), lingkungan perekonomian nasional, kebijakan perekonomian politik, lingkungan operasional (kondisi pesaing, kekuatan pembeli, ancaman kekuatan pendatang baru, kekuatan pemasok) (Rangkuti, 2014).

(15)

Peluang :

1. Produk yang memiliki ciri khas seperti keripik ubi dan kue bawang, dan makanan khas lainnya akan terjaga peluangnya di pasar.

2. Harga yang terjangkau karena biaya produksi yang murah menyebabkan kompetisi tinggi adalah sesuatu yang baik dalam hal pemasaran.

3. Promosikan daerah melalui tugas pemerintah untuk mengenalkan ciri khas daerah akan menjaga iklim produksi khas daerah terjaga walaupun akan datang gempuran produk asing pada masa Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nantinya.

Ancaman ;

1. Adanya industri yang lebih besar yang menggunakan bahan dasar yangsamadapat mengganggu produksi industri kecil, dikarenakan bahan dasar akan lebih banyak mengalir ke industri yang lebih besar, sehingga industri kecil akan kesusahan dalam mencari bahan dasar dengan harga yang sepantasnya.

2. Datangnya sistem ekonomi baru pada saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nantinya akan menyebabkan banyaknya beredar makanan ringan sejenis yang akan menjadi pesaing berat makanan ringan khas dari daerah. 3. Tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak yang terus mengalami

kenaikan akan mengancam kegiatan produksi skala kecil.

(16)
(17)

Tabel 3.5

Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Faktor-faktor

Tahap-tahap penentuan peubah-peubah internal dan eksternal dalam matriks EFI dan EFE menurut Rangkuti(2014) adalah:

(18)

2. Hitung rating pada matriks EFI dan EFE untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), untuk mengidentifikasi kekuatan utama, kelemahan utama, peluang dan ancaman beserta nilai pengaruhnya. (kolom 3)

3. Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1,2, dan 3. Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antar 2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap perkembanganIndustri Kecil Keripik di Kota Binjai. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

1 = jika indicator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal.

2 = jika indikator horizontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.

3 = jika indikator horizontal lebih penting dari pada vertikal. Tabel 3.6

Matriks Faktor Internal dan Eksternal

No. Faktor Internal 1 2 3 1. Tenaga Kerja

2. Modal

3. Spesialisasi Kerja ….

6.

Sumber : (Rangkuti:2014)

(19)

skala semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor-faktor kunci internal dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1.

5. Kalikan bobot yang terdapat pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 0 (poor).

6. Menjumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot dan rating untuk mendapatkan total dari skor pembobotan.

a) Diagram SWOT

(20)

Opportunity (O)

Threat (T)

Sumber : Rangkuti (2009) (diolah penulis)

Gambar 3.1 Diagram SWOT

Setiap kuadran pada diagram SWOT memperlihatkan ciri yang berbeda, sehingga diperlukan strategi yang berbeda dalam penggunaannya. Diagram SWOT yang dibuat berdasarkan nilai pengaruh unsure SWOT akan didapat rumusan bentuk strategi yang tepat.

b) Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan da kelemahan yang dimilikinya.

kuadran 4 kuadran 1

kuadran 3 kuadran 2

(21)

Tabel 3.7

Peluang yang dapat diidentifikasi.

Sumber : Rangkuti (2000) (diolah penulis)

Keterangan :

IFAS : InternalStrategic Factors Analysis Summary EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Kota Binjai

Kota Binjai merupakan salah satu kota dimana dahulu merupakan daerah tingkat II berstatus Kotamadya. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai diapit oleh dua Kabupaten besar yaitu Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Jarak tempuh antara Kota Binjai dan Kota Medan adalah 22 Km.Sebelum berstatus Kotamadya, Binjai adalah IbukotaKabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat disebelah Barat dan Utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur dan Selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan MEBIDANG yang meliputi kawasanMedan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumaterayang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena itu, Binjai terletak di daerah strategis dimana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari Provinsi Aceh.

(23)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Binjai

No. Kecamatan Luas(Km²)

1. Binjai Selatan 29,96

2. Binjai Kota 4,12

3. Binjai Timur 21,70

4. Binjai Utara 23,59

5. Binjai Barat 10,86

TOTAL 90,23

Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Binjai

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui luas masing-masing kecamatan yang ada di Kota Binjai. Kecamatan Binjai Selatan memiliki luas 29,96 km2, Kecamatan Binjai Kota memiliki luas 4,12 km2, Kecamatan Binjai Timur memiliki luas 21,70 km2 , Kecamatan Binjai Utara memiliki luas 23,59 km2 dan Kecamatan Binjai Barat memiliki luas 10,86 km2 dan total luas keseluruhan Kota Binjai adalah 90,23 km2. Kota Binjai secara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

1. Batas Utara: Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

2. Batas Selatan: Sei Bingei Kabupaten LangkatdanKecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

3. Batas Timur: Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 4. Batas Barat: Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat

(24)

4.2 Potensi Wilayah Kota Binjai

Basis ekonomi Kota Binjai adalah bidang jasa, perindustrian serta perdagangan. Bidang jasa merupakan 13,36% dari total aktifitas perekonomian. Sementara bidang industri mencapai 21,65% dari total aktifitas perekonomian dan Bidang perdagangan hanya sebesar 15,91% dari total aktivitas perekonomian di Kota Binjai.

Gambar 4.1

Grafik Distribusi PDRB Menurut Sektor di Kota Binjai (%) Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Binjai

Berdasarkan grafik diatas, dapat ketahui bahwa bidang industri merupakan bidang yang paling besar mempengaruhi perekonomian di Kota Binjai. Adapun bidang-bidang lain yang mempengaruhi perekonomian Kota Binjai seperti jasa dan perdagangan belum mampu melebihi persentase dari bidang industri.

(25)

buah rambutan kini diolah menjadi berbagai jenis olahan baru dan hasil olahan tersebut sedang gencar dipromosikan oleh pemerintah untuk dapat menjadi olahan khas ataupun oleh-oleh apabila ada wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung ke Kota Binjai. Olahan berbahan dasar buah rambutan ini pun beragam, mulai dari keripik yang bahan utamanya adalah rambutan, selai rambutan atau buah rambutan yang telah dikemas dalam bentuk buah kaleng.

Buah rambutan dapat diolah menjadi bermacam-macam bentuk makanan ringan berdasarkan hasil pemikiran/ide kreatif dari para pelaku usaha industri. 4.3 Kota Binjai Menuju Kota Industri

Kota Binjai dengan jumlah penduduk 252.652 jiwa, dan luas wilayah 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 kecamatan dan 37 kelurahan. Dari lima kecamatan yang ada, dua kecamatan yang ada di Kota Binjai akan bersingungan langsung dengan rencana pembangunan jalan tol Medan – Binjai yakni Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Timur.

Rencana pembangunan jalan tol Medan – Binjai sepanjang dua puluh kilometer, akan mengenai wilayah Kota Binjai , terutama di Kecamatan Binjai Utara. Sementara Kecamatan Binjai Utara oleh pemerintah Kota Binjai di proyeksikan menjadi kawasan industri dan perumahan. Disatu sisi, kawasan Kecamatan Binjai Timur, yang berbatasan dengan kecamatan Binjai Utara juga diproyeksikan pemerintah Kota Binjai menjadi kawasan perumahan.

(26)

memadai seperti pembangunan jalan tol Medan – Binjai, harus menyiapkan kawasan industri sebagai mana Kota Medan dapat mendirikan kawasan industri. Pembanguna KIB di Kecamatan Binjai Timur sangat memungkinkan dapat dilaksanakan oleh pemerintah Kota Binjai. Berbagai faktor yang mendukung dijadikannya Kecamatan Binjai Timur menjadi lokasi KIB seperti adanya lahan pertanahan luas, sudah adanya jalur jalan lingkar luar Kota Binjai yang berjarak satu setengah kilometer dari rencana pembangunan KIB dan tentunya realisasi pemerintah untuk membangun jalan tol Medan – Binjai yang nantinya melewati Kota Binjai di Kecamatan Binjai Utara.

Sementara tantangan untuk menjadikan KIB bagi pemerintah Kota Binjai semakin mudah, mengingat satu-satunya hal penting bagi berdirinya kawasan industri sudah dimiliki pemerintah Kota Binjai yakni lahan luas dan tentunya harganya lebih murah dibandingkan dengan daerah lain misalnya harga lahan di Kota Medan atau Belawan.

(27)

mendapat pinjaman perbankan, serta jumlah tenaga kerja mereka juga kebanyakan masih anggota keluarga dan tetangga. Jika industri skala kecil seperti itu saja mampu menyerap tenaga kerja disekitar industri itu berada, apalagi jika industri ini terus dikembangkan dengan strategi yang potensial dan didukung oleh pemerintah. Masalah ketenagakerjaan di daerah akan teratasi dengan adanya industri tersebut, karena penyerapan tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang berpendidikan dibawah SMA. Masalah tenaga kerja yang dianggap tidak memiliki

skill karena kurangnya tingkat pendidikan bisa diatasi dengan industri semacam

ini jika dikembangkan lebih lanjut. 4.4Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara langsung kepada 50 responden yang bergerak di bidang usaha IndustriKecil Keripik di Kota Binjai. Daftar pertanyaan yang disusun ditanyakan langsung kepada responden melalui kuesioner.

4.4.1.1Karakteristik Responden Usaha Industri Kecil Keripik Berdasarkan Usia

(28)

Tabel 4.3

Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Responden

No Usia (Tahun) Responden Persen (%)

Sumber : Diolah Penulis

Hal ini juga dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Dari tabel dan grafik usia responden di atas dapat dilihat, usia 46-50 tahun paling dominan dalam penelitian ini dengan persentase sebesar 54% atau lebih dari separuh jumlah responden yang di teliti. Dengan kata lain usia yang mendominasi adalah usia yang tidak lagi muda tapi masih dalam kategori usia produktif. Posisi berikutnya ditempatin oleh responden yang berusia 41-45 tahun yaitu sebanyak 26%. Dan usia 36-40 tahun sebanyak 20%. Sedangkan usiayang

0

26-30 31-35 36-40 41-45 > 46

1 2 3 4 5 Jumlah

Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

(29)

paling sedikit adalah usia muda yaitu 26-30 tahun dan 31-35 tahun masing- masing sebanyak 4%.

4.4.1.2Komposisi Usaha Industri Kecil Keripik Kota Binjai Berdasarkan

Jumlah Karyawan

Jumlah karyawan merupakan bagian dari penentuan sampel penelitian untuk mengetahui pengembangan usaha industri kecil tersebut. Indikasinya adalah semakin banyak jumlah karyawan yang dimiliki suatu usaha, maka bisa dikatakan usaha tersebut adalah usaha yang cukup baik perkembangannya dan akan membantu ekonomi penduduk setempat. Hal ini ditunjukkan melalui tabel distribusi sampel responden sebagai berikut ini :

Tabel 4.4

Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Karyawan

No Jumlah Karyawan Responden Persen (%)

1 1-5 35 70%

2 6-10 15 30%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data Diolah Penulis

(30)

Gambar 4.3

Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Karyawan

Dilihat dari tabel jumlah karyawan diatas, didominasi oleh usaha yang memiliki karyawan 1-5 orang sebesar 70%. Sedangkan jumlah karyawan 6-10 orang sebesar 30%. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha keripik di Kota Binjai masih menggunakan jumlah karyawan yang sedikit.

4.4.1.3Karakteristik Responden Usaha Industri Kecil Keripik Berdasarkan

Pendidikan

Kesuksesan suatu industri salah satunya adalah ditentukan oleh tenaga kerja yang dimilikinya. Tenaga kerja yang baik adalah tenaga kerja yang memiliki

skill atau kemampuan yang disertai tingkat pendidikan yang mumpu. Pada lini

usaha industri kecil keripik di Kota Binjai ini, jumlah tenaga kerja kebanyakan adalah hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP). Ini artinya tenaga kerja yang ada belum terlalu menguasai skill dalam proses produksi sehingga membutuhkan beberapa pelatihan oleh pemilik usaha. Hal ini ditunjukkan melalui tabel berikut ini

1 2 Jumlah

Jumlah Karyawan 00-Jan 00-Jan

Responden 35 15 50

Persen (%) 70% 30% 100%

Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Karyawan

(31)

Tabel 4.5

Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan Responden

No Pendidikan

Responden

Responden Persen (%)

1 SD 11 22%

2 SMP 30 60%

3 SMA 9 18%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data Diolah Penulis

Berikut distribusi sampel berdasarkan pendidikan responden dalam bentuk grafik/chart :

Gambar 4.4

Grafik Disribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan Responden

Dilihat dari tabel di atas latar belakang pendidikan pemilik usaha keripik di Kota Binjai berada pada tingkat SMP sebesar 60%. Di ikuti dengan tingkat pendidikan SD sebesar 22% dan SMA sebesar 18%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemilik usaha keripik di Kota Binjai di dominasi oleh pendidikan pada tingkat menengah.

Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan

Responden

(32)

4.4.1.4 Komposisi Usaha Industri Kecil Keripik di Kota Binjai Berdasarkan

Status Hubungan Dengan Tenaga kerja

Status hubungan tenaga pekerja dalam proses produksi erat kaitannya dengan kelangsungan hidup usaha, karena ini berkaitan langsung dengan beban upah ataupun gaji yang harus dikeluarkan oleh pengusaha keripik. Sudah dapat dipastikan upah yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang berasal dari tetangga atau saudara akan lebih ringan atau lebih sedikitdibandingkan harus membayar orang lain dengan tingkat kemampuan tertetu. Hal ini ditunjukkan dalam sajian tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Distribusi Sampel Berdasarkan Status Hubungan Dengan Tenaga Kerja

No. Status Hubungan Responden Persen (%)

1 Tetangga 27 54%

2 Saudara 23 46%

Jumlah 50 100%

(33)

Berikut distribusi sampel berdasarkan status hubungan tenaga kerja dalam tampilan grafik/chart :

Gambar 4.5

Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Status Hubungan Tenaga Kerja

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status hubungan pemilik usaha dengan tenaga kerja adalah tetangga sebesar 54%, sedangkan status hubungan pemilik usaha dengan tenaga kerja adalah saudara sebesar 46%. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik usaha lebih banyak menggunakan tenaga kerja yang berasal dari saudara sendiri, sehingga upah tenaga kerja bisa lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga kerja dari luar lingkungan keluarga. 4.4.1.5Komposisi Usaha Industri Kecil Keripik Kota Binjai Berdasarkan

Lama Usaha

Lama usaha adalah lamanya seorang pengusaha atau pedagang menjalankan usahanya. Lama usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, karena lamanya seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi produktivitas atau keahlian, sehingga dapat menambah efisiensi

0 10 20 30 40 50 60

1 2 Jumlah

Distribusi Sampel Berdasarkan Status Hubungan

Tenaga Kerja

(34)

dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada hasil penjualan. Selain itu, semakin bertambahnya ketrampilan berdagang semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring. Semakin lama menekuni bidang usaha perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen (Wicaksono, 2011)

Tabel 4.6

Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Usaha

No. Lama Usaha Responden Persen(%)

1 1-5 tahun 24 48%

2 6-10 tahun 23 46%

3 >10 tahun 3 6%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data diolah Penulis

Berikut distribusi sampel berdasarkan lama usaha dalam tampilan grafik/chart :

Gambar 4.6

Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Usaha 0

10 20 30 40 50 60

1 2 3 Jumlah

Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Usaha

(35)

Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa usaha industri kecil keripik di Kota Binjai masih tergolong muda. Terlihat dari lama usaha industri 1-5 tahun sebesar 48%, lama usaha industri 6-10 tahun sebesar 46% dan lama usaha diatas 10 tahun hanya sebesar 6%. Hal ini mengindikasikan bahwa para pengusaha industri kecil keripik di Kota Binjai ini masih tergolong pengusaha yang baru memasuki dunia usaha.

4.4.1.6Kendala Yang Dialami Dalam Hal Lokasi Usaha dan Modal Usaha

Dalam hal permodalan dan lokasi usaha industri kecil keripik di Kota Binjai masih banyak ditemui beberapa persoalan menyangkut kelangsungan usaha. Dalam hal modal usaha, misalnya hampir semua modal pelaku usaha didominasi oleh modal sendiri ataupun dari pinjaman saudara. Dalam hal ini kendala salah satunya adalah ketidaktahuan para pelaku industri kecil keripik tentang produk perbankan yang bisa memberi bantuan sebagai modal awal. Masalah selanjutnya adalah dari sebagian kecil pelaku usaha yang mengetahui akses permodalan lewat produk pinjaman perbankan tidak mendapat respon yang lebih lanjut dari perbankan atau sebagian ditolak permohonan pinjamannya dengan berbagai alasan.

(36)

pelaku usaha, atau memilih lokasi usaha yang tidak berjauhan dengan rumah pengusaha. Keuntungannya adalah lokasi usaha berdekatan dengan sumber bahan baku yang lebih murah harganya karena terletak di pinggir Kota yang berdekatan dengan rumah para pengusaha.

4.4.2 Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Keripik di Kota Binjai

4.4.2.5Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)

Hasil evaluasi faktor internal ini didasarkan atas peringkat (rating) dan bobot yang diberikan oleh responden terhadap faktor-faktor internal yang telah ditentukan.

Adapun hasil evaluasi faktor internal yang diberikan yaitu : Tabel 4.7

Pembobotan Faktor Internal

No. Faktor Internal 1 2 3

1 Pengarahan Pelatihan TK

2 Spesialisasi Pekerjaan 3 Pemberian Upah Sumber : Data diolah penulis

Cara menghitung Bobot :

(37)

Tabel 4.8

Hasil Penghitungan Skala Bobot

3/14 0.21

Hasil Evaluasi Faktor Internal

No. Faktor Internal

(Kekuatan) Bobot Rating Bobot x Rating

1. Pelatihan TK 0.21 3 0.63

2. Spesialisasi

Pekerjaan 0,21 4 0.84

3. Pemberian Upah 0,07 4 0.28

Total Skor Kekuatan (S) 1.75

No. Faktor Internal

(Kelemahan) Bobot Rating Bobot x Rating

1 Modal Awal 0.07 4 0.28

2 Modal dari Pihak

Ketiga 0.07 3 0.21

3 Bagi Hasil Pemilik

Modal 0.21 3 0.63

Total Skor Kelemahan (W) 1.12

Sumber : Diolah Penulis

Total Kekuatan-Total Kelemahan (S-W) = 0.63

4.4.2.2 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

(38)

Tabel 4.10

Pembobotan Faktor Eksternal

No. Faktor Eksternal 1 2 3

1 Bahan Baku Lokal 2 Bahan Baku Tanam Sendiri 3 Bahan Baku Dari Agen 4 Lama Waktu Kerja 5 Waktu Istirahat Pekerja 6 Bonus/Insentif

Sumber : Data diolah penulis

Cara Menghitung Bobot ;

Diketahui total seluruh skala faktor eksternal adalah 13 yang didapat dari 1+3+2+2+3+2 = 13. Setiap skala pada faktor dibagi jumlah total keseluruhan skala faktor, maka akan diperoleh angka 1 seperti penjelasan pada bab 3.

Tabel 4.11

Hasil Penghitungan Skala Bobot

1/13 0.076

Hasil Evaluasi Faktor Eksternal

No. Faktor Eksternal

Peluang (O) Bobot Rating

(39)

No. Faktor Eksternal Ancaman

Sumber : Diolah Penulis

Total Peluang-Total Ancaman (O-T) = -0.53

4.4.2.2.1 Matriks SWOT

Dengan tersusunnya hasil evaluasi faktor internal (EFI) dan hasil evaluasi faktor eksternal (EFE), maka dibuatlah rumusan matriks SWOT kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan strategi yang tepat dalam pengembangan industri kecil di Kota Binjai. Adapun rumusan matriks SWOT berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal, yaitu:

Tabel 4.13

Rumusan Matriks SWOT

EFI

EFE

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

SO = 1.75+1.59 SO = 3.34

Strategi WO WO = 1.12+1.59 WO = 2.71

Ancaman (T) Strategi ST

ST = 1.75+2.12 ST = 3.87

Strategi WT WT = 1.12+2.12 WT = 3.24

Sumber :Data diolah penulis

(40)

perkembangan usaha dan meminimalkan ancaman yang akan datang kedepannya (threat).

Adapun hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap matriks SWOT di atas yaitu:

Tabel 4.14

Hasil Analisis Matriks SWOT Kualitatif

EFI

EFE

Kekuatan (S)

1. Mengarahkan tenaga kerja ke pelatihan kerja

2. Membuat spesialisasi pekerjaan 3. Pemberian upah sesuai kinerja

dan pemberian THR

Kelemahan (W) 1. Memenuhi kebutuhan

kebutuhan modal

2. Menggunakan modal dana pihak ke-3

Bank,koperasi,BPR 3. Kerjasama dengan agen Peluang (O)

1. Memberikan pengarahan dan kepelatihan kerja kepada para pekerja sehingga menjadi lebih handal dan professional dan meningkatkan efisiensi produktivitas.

2. Membuat spesialisasi pekerjaan sehingga pekerja focus

melakukan pekerjaannya dan selesai tepat waktu.

3. Memberikan upahsesuai dengan kinerja dan jam kerja pekerja dan memberikan Tunjangan Hari Raya dan tunjangan hari besar agama lainnya untuk memicu kinerja pekerja.

4. Memasok bahan baku yang masih tersedia di pasar sekitar 5. Menanam sendiri sumber daya

atau bahan baku guna menghemat pengeluaran. 6. Dan membeli bahan baku yang

tidak mampu ditanam sendiri.

Strategi WO 1. Setelah kebutuhan modal

usaha tercukupi semua meminjam dana dari bank atau koperasi.

3. Melakukan kerjasama dengan agen yang lebih besar.

4. Memasokbahan baku dari agen bahan baku.

(41)

Lanjutan, Tabel 4.14

Hasil Analisis Matriks SWOT Kualitatif

Ancaman (T)

1. Lama waktu kerja yang diberikan sesuai aturan ketenaga kerjaan

2. Memberikan waktu istirahat yang sesuai ketenagakerjaan. 3. Memberikan bonus

dan insentif pada pekerja

Strategi ST

1. Memberikan pelatihan kepada semua pekerja minimal pelatihan dari pemilik usaha tentang bagaimana produk mereka agar menjadi lebih baik dan mampu bersaing.

2. Menyesuaikan waktu jam kerja dengan aturan ketenagakerjaan sehingga para pekerja tidak merasa tertekan dan nyaman dalam proses produksi.

3. Setelah melakukan pelatihan,selanjutnya adalah spesialisasi pekerjaan agar pekerja lebih handal dalam

mengerjakan pekerjaannya namun tetap sesuai aturan ketenagakerjaan.

4. Memanjakan pekerja dengan pemberian bonus THR dan jam istirahat yang sepantasnya agar pekerja nyaman dan tidak mengganggu proses produksi.

5. Memberikan bonus atau insentif apabila pekerja melakukan pekerjaan secara lembur pada saat menerima banyak orderan sehingga pekerja

terangsang untuk lebih produktif.

Strategi WT

1. Memenuhi kebutuhan modal dengan

meminjam dana dari pihak ketiga seperti bank dan koperasi, 2. Melakukan kerjasama

berupa bagi hasil dengan agen yang lebih besar,

3. Memberikan waktu istirahat sesuai dengan jam kerja yang telah dilakukan dan sesuai aturan ketenagakerjaan, 4. Memberikan insentif

saat lembur menerima orderan.

(42)

Gambar 4.7

Matriks SWOT Kuantitaif

Berdasarkan gambar hasil diatas diperoleh analisis yang menunjukkan bahwa strategi yang direkomendasikan dalam pengembangan industri kecil keripik di Kota Binjai adalah berada pada strategi kuadran II yaitu diversifikasi strategi, yang didapat dari perolehan angka tertinggi skor S dan T berjumlah 1,75 dan 2,12. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, industri kecil ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

carastrategi diversifikasi(produk/pasar).Strategi ini menggunakan kekuatan yang

dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.Strategi ST menggunakan kekuatan

internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari penjelasan teori dan penjabaran metode analisis SWOT dalam upaya Analisis Strategi Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai. Diketahui faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut: a. Faktor Internal

Jika dinilai dari beberapa faktor yang berpengaruh langsung terhadap perkembangannya seperti modal, bahan baku dan tenaga kerja, alokasi waktu kerja maka hasilnya sebagai berikut:

1) Dilihat dari Aspek permodalan, akibat dari tidak terlalu familiar nya produk permodalan perbankan oleh para industri kecil keripik di Kota Binjai tersebut menyebabkan hal permodalan usaha sebagian besar didapat dari modal sendiri.

2) Dilihat dari Aspek tenaga kerja, usaha yang sederhana dengan proses produksi yang tidak terlalu rumit menyebabkan proses rekrutmen tenaga kerja didominasi oleh keluarga dan penduduk sekitar usaha industri kecil keripik berdiri.

(44)

b. Faktor Ekstenal

Jika dinilai dari beberapa faktor yang berpengaruh tidak langsung terhadap perkembangannya seperti penghasilan/omset perbulan, peran pemerintah, pesaing sampai keadaan yang sama sekali tidak terkontrol oleh pengusaha kecil seperti pengaruh harga minyak/bbm,maka hasilnya sebagai berikut:

1) Dilihat dari Aspek daya beli masyarakat, harga jual produk yang murah disebabkan upah yang murah dan bahan baku yang mudah ditemui berdampak positif pada daya beli masyarakat dan permintaan yang tetap stabil.

2) Dilihat dari peran pemerintah, peran serta dukungan langsung pemerintah dalam mempromosikan produk asli daerah masih sangat minim. Serta belum disediakannya lokalisasi khusus untuk pedagang terkesan kecilnya perhatian pemerintah dalam mendorong pengembangan usaha pedagang kecil.

3) Dilihat dari aspek pesaing, pesaing yang dimaksud adalah pesaing dengan bahan baku produksi sejenis,pesaing dengan bahan baku sejenis dengan level usaha yang lebih besar bisa mengeksploitasi seluruh sumber bahan baku hingga menyulitkan usaha kecil untuk mendapatkan bahan baku yang sama.

(45)

bakar minyak dan kemurahan tarif listrik industri kecil dan belum tepatnya sasaran subsidi selama ini menjadikan aspek ini ancaman yang cukup ditakuti oleh industri kecil.

2. Berdasarkan hasil analisis SWOT kualitatif terhadap faktor internal dan eksternal dalam usaha Strategi Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai, maka strategi yang tepat adalah strategi ST yaitu strategi yang berusaha memanfaatkan peluang dengan kekuatan yang dimiliki. Adapun strategi ST tersebut adalah sebagai berikut:

a. Lebih Memperkenalkan produk usaha industri kecil keripik kepada masyarakat sekitar maupun secara menyeluruh ke kota-kota terdekat dengan Kota Binjai dengan memanfaatkan teknologi dan informasi masa kini.

b. Mengarahkan tenaga kerja untuk mengikuti pelatihan terkait usaha pembuatan keripik agar lebih terampil.

c. Menyediakan dan memfasilitasi ruang khusus semacam pasar khusus sebagai sarana menjual produk industri keripik.

(46)

5.2 Saran

1. Bagi pengusaha sangatlah diharapkan untuk lebih ulet dan tahan terhadap segala tantangan yang ada karena dibalik kegiatan produksi usaha ada banyak tenaga kerja yang menggantungkan kehidupannya dan membantu mengurangi angka pengangguran bagi negara hingga meningkatkan pendapatan perkapita nantinya, serta para pengusaha hendaknya mulai berani terlibat dalam segi permodalan melalui produk perbankan guna mengembangkan usaha.

(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Pengembangan

2.1.1 Konsep Strategi

Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu industri kecil, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti 2009:4). Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang bersangkutan sangat menentukan suksesnya strategi apa yang akan disusun. Konsep-konsep tersebut adalah:

1. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan perusahaan agar dapat

melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Distinctive

Competence ini meliputi keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya.

2. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan perusahaan

untuk melakukan yang lebih baik dibanding dengan pesaingnya. Strategi yang digunakan untuk memperoleh keunggulan dalam bersaing adalah

cost leadership, differensial dan focus. Porter menyebutkan competive

advantage terbagi menjadi 3 (Rangkuti, 2009: 6) yaitu :

a. Keunggulan biaya menyeluruh (Cost Leadership)

(48)

dibuat, menjual banyak lini produk yang berkaitan untuk menebarkan biaya, serta melayani kelompok pelanggan yang besar guna membangun volume. Penerapan strategi biaya rendah mungkin memerlukan investasi modal pendahuluan yang besar untuk peralatan modern, penetapan harga yang agresif dan kerugian awal untuk membina bagian pasar yang tinggi pada akhirnya dapat memungkinkan skala ekonomis dalam pembelian yang akan semakin menekan biaya (Porter,2008:32).

b. Diferensiasi

Diferensiasi merupakan strategi yang baik untuk menghasilkan laba di atas rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan posisi yang aman untuk mengatasi kekuatan pesaing, meskipun dengan cara yang berbeda dari strategi keunggulan biaya. Diferensiasi memberikan penyekat kepada persaingan karena adanya loyalitas dari merk pelanggan dan mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga. Diferensiasi juga meningkatkan margin laba yang menghindarkan kebutuhan akan posisi biaya rendah (Porter, 2008: 34) c. Fokus

(49)

2.1.2 Tipe-tipe Strategi

Menurut Rangkuti (2009: 7) Strategi dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) tipe strategi yaitu:

1. Strategi manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi, pengembangan pasar dan sebagainya.

2. Strategi investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali divisi baru dan sebagainya.

3. Strategi bisnis

Strategi ini sering disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, produksi atau operasional, distribusi, dan strategi yang berhubungan dengan keuangan.

2.2 IndustriKecil

2.2.1 Pengertian Industri

(50)

perekayasaanindustri. Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, produk akhir dan konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri merupakan kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang yang positif dan tinggi (Kuncoro, 2007: 167).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa industri adalah kegiatan mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi menjadi barang yang siap digunakan dengan nilai yang lebih tinggi.

Departemen Perindustriandan Perdagangan menjelaskan bahwa industri dapat dibedakan berdasarkan tingkat investasinya, yaitu:

1. Industri besar dengan tingkat investasi lebih dari 1 milyar 2. Industri sedang dengan tingkat investasi 200 juta-1 milyar 3. Industri kecil dengan tingkat investasi 5 juta-200 juta

4. Industri kerajinan rumah tangga dengan tingkat investasi kurang dari 5 juta. Selainitu, industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenagakerja, yaitu:

1. Industri besar: yaitu menggunakan jumlah tenaga kerja antara 100 orang atau lebih

2. Industri sedang: yaitu menggunakan jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang 3. Industri kecil: yaitu menggunakan jumlah tenaga kerja 5-19 orang

(51)

Untukkeperluan pengembangan sektor industri sendiri (industrialisasi), serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan, industri di Indonesia digolongkan berdasarkan hubungan arus produknya menjadi:

1. Industri Hulu, terdiri dari: a. Industri dasar kimia

b. Industri mesin, logam dan elektronika 2. Industri Hilir, terdiridari:

a. Aneka industri b. Industri kecil 2.2.2 Industri Kecil

Industri kecil merupakan industri yang tergolong dalam batasanusaha kecil, yang menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 Milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha paling banyak Rp 200 juta.

Menurut Tambunan (1999: 20) industri kecil merupakan kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Karakteristik industri kecil disebutkan antara lain sebagai berikut:

(52)

2. Sebagian tenaga kerja yang bekerja di industri kecil adalah pekerja bayaran (wage labour).

3. Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup canggih.

Berdasarkan UU No. 9/1995 (dalam Anoraga, 2002:225) tentang usaha kecil, mendefinisikan usaha kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Usaha kecil yang dimaksud meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal merupakan berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan berbadan hukum antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun dan atau yang berkaitandengan seni dan budaya.

(53)

2.3 Perkembangan Industri Kecil

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil dalam upaya meningkatkan keuntungan menurut tim dosen STIE YKPN (2001: 39-40) yaitu:

1. Pengalaman 2. Modal 3. Lokasi

4. Lembaga demografis konsumen 5. Strategi manajemen persediaan 6. Pesaing

7. Administrasi keuangan

Sedangkan menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, ciri-ciri dari usaha yang berkembang adalah:

1. Adanya peningkatan setelah diberi kredit

2. Peningkatan atas produktifitas, seperti pertumbuhan tenaga kerja

3. Biasanya usaha kecil di Indonesia berorientasi pada usaha jangka pendek yaitu mendapatkan keuntungan dalam jangka singkat

4. Modal meningkat dibandingkan dengan modal sebelum memperoleh kredit

(54)

1. Produksi dan pengolahan 2. Pemasaran

3. Sumber Daya Manusia 4. Teknologi

(55)

kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,pemasaran dan keuangan.

Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Seperti kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil (Kuncoro, 2007: 368).

2.4 TeoriFungsi Produksi

(56)

teknologi yang digunakan, sedangkan S karakteristik sosial budaya yang mempengaruhi.

Faktor produksi diartikan sebagai benda-benda yang disediakan oleh alam atau yang diciptakan olehmanusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi empat jenis yaitu sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan keahlian kewirausahaan.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang ada pada negara berkembang pada umumnya mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada pada negara tersebur (Suryono,2000: 83). Menurut UU No. 13, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan nasional.

2. Permodalan

(57)

Modal dalam arti sempit adalah sejumlah nilai uang yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Modal dalam pengertian umum mencakup benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat perkakas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha (Sriyadi, 1991: 109).Sehubungan dengan kegiatan usaha, modal dibedakan menjadi dua yaitu (Sriyadi,1991: 111):

a. Modal Tetap (fixed capital), adalah semua benda-benda modal yang dipergunakan terus-menerus dalam jangka lama pada kegiatan produksi, seperti tanah, gedung, mesin, alat-alat perkakas, dsb

b. Modal Bekerja (working capital), modal untuk mendapatkan operasi perusahaan seperti pembelian bahan dasar dan bahan habis pakai, membiayai upah dan gaji, membiayai pengiriman dan transportasi, biaya penjualan dan reklame, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.

Jenis modal menurut Bambang Riyanto (1999: 227) ada dua, yaitu: a. Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan. Modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Ada 3 macammodal asing, yaitu:

1) Modal asing atau utang jangka pendek yaitu modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun.

(58)

3) Modal asing atau modal jangka panjang yaitu modal asing yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.

b. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri yang berasal dari modal intern adalah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Adapun modal industri yang berasal dari sumber ekstern adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.Sumber modal yang mungkin digali oleh industri kecil antara lain dapatdigolongkan menjadi dua kelompok yaitu (Anoraga, 2002:267):

1) Sumber-sumber ekstern dapat terdiri dari pihak lain bukan bank, bank, modal ventura.

2) Sumber-sumber intern terdiri dari:

a) Tabungan pribadi yaitu dana tabungan pemilik

b) Laba yang ditahan yaitu dana yang diperoleh dari sisa laba yang tidak diambil perusahaan atau tidak dibagikan bagi koperasi.

(59)

sementara ke dalam Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) yang ingin mengembangkan usahanya, namun mengalami kesulitan dalam pendanaan. 3. Pemasaran

Menurut Ferno (1992: 11) pemasaran merupakan pandangan bisnis secara keseluruhan, sebagai usaha-usaha integrasi untuk menyamakan pembeli dan kebutuhannya serta untuk promosi, menyalurkan produk atau servis untuk mengisi kebutuhan tersebut. Tujuan fundamental dari pemasaran cukup sederhana yaitu menambah peluang bisnis.Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial.

Dari pengaruh berbagai faktor tersebut, masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2009: 48). Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler, 2000:19). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai.

Unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi 3unsur utama yaitu (Rangkuti, 2009: 49):

(60)

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

1) Segmentasi pasar, adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah

2) Targeting, adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen

pasar yang akan dimasuki

3) Positioning, adalah penetapan posisi pasar

b. Unsur taktik pasar

Terdapat dua unsur taktik pemasaran:

1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalamberbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasiyang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain

2) Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat

c. Unsur nilai pemasaran

Nilai pemasaran dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1) Merk atau brand, nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan

2) Pelayanan atauservice, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen

(61)

jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Teknologi

Dalam arti biasa (sehari-hari) teknologi berarti suatu perubahan berarti dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknis produksi yang ada (Irawan dan M. Suparmoko, 2002: 196). Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan teknologi (technological change) adalah termasuk perubahan dalam fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu yang dapat menambah hasil dengan input tertentu. Perubahan teknologi ini menyebabkan tambahan produksi dengan sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang punya kegunaan yang lebih banyak. Teknologi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya antara lain: teknologi modern atau teknologi maju, teknologi madya atau teknologi tepat dan teknologi tradisional atau rendah

2.5 Penelitian Terdahulu

(62)

satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar telah banyak dimanfaatkan pelaku usaha industri untuk dijadikan olahan makanan. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan industri ini adalah ketersediaan bahan baku rambutan yang berkualitas dan sesuai dengan standart produksi dan juga pemasaran yang membutuhkan kerja keras karena belum semua mengerti dengan hadirnya produk olahan yang baru seperti olahan dari buah rambutan

Utami Rukmana Sari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analsis Kebutuhan Modal pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Kota Medan”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pembiayaan UMKM pada sektor makanan dan minuman sebagian besar berasal dari dana sendiri sehingga minim dalam hal permodalan. Untuk pengembangan usaha, para pengusaha sektor makanan dan minuman memilih meminjam dana melalui kredit bank dengan kebutuhan modal berkisar Rp. 5 juta - Rp.50 juta.

(63)

sanjai. Umur, tingkat pendidikan, beban tanggungan dan pengalaman kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukit Tinggi.

Deliana Rehulina (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang (Studi kasus : Kerajinan Tangan)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dalam penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner wawancara terhadap 30 responden usaha ekonomi kreatif yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif yang berada di Kabupaten Deli Serdang mampu menyerap 1-30 tenaga kerja pada industri kerajinan dan pendapatan rata-rata sebesar Rp 500.000,00 – Rp 7.000.000,00 setiap bulannya. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang.

2.6 Kerangka Konseptual

(64)

masalah jam kerja tenaga kerja informal yang selama ini masih rancu regulasinya dan selain itu semua yang menjadi masalah dari dulu hingga sekarang adalah masalah keterbatasan modal finansial, apakah didapat dari modal sendiri, meminjam dari tetangga atau kerabat ataupun dari produk perbankan. Berangkat dari semua inilah akan diketahui bagaimana strategi mengembangkannya apa yang harus dilakukan untuk kemajuan suatu industri tersebut, dan jika semua variabel diatas dapat terjawab permasalahannya maka bukan tidak mungkin usaha kecil tersebut akan terus tumbuh menjadi usaha dengan skala yang lebih besar.

Gambar 2.1

Alokasi Waktu Kerja : 1. Lama waktu kerja, 2. Waktu istirahat,

(65)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijaksanaan pembangunan yang dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah mengadakan industrialisasi dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan industri sudah saatnya dipacu mengingat struktur perekonomian yang masih belum seimbang. Di samping struktur ekonomi yang pincang, negara masih dihadapkan pada satu masalah pelik yaitu besarnya jumlah penduduk serta tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini membawakonsekuensi bahwa jumlah pencari kerja bertambah dengan pesat.

Menurut Arief Rahmana, Pengembangan UKM menjadi suatu hal yang krusial mengingat UKM mempunyai peranan yang demikian penting untuk pertumbuhan ekonomi sebuah negara termasuk di negara Indonesia (Husband and Purnendu, 1999; Tambunan, 2005). Sebagai ilustrasi, UKM di Indonesia telah memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 99,74% dari total serapan nasional dan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp 1.013,5 triliun atau 56,73%. Besarnya kontribusi ini, menunjukkan bahwa UKM mempunyai kemampuan untuk memperkuat struktur perekonomian nasional (Prawirokusumo, 2001).

(66)

Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 1999). Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan kecilmenurut (Tambunan, 1999) :

1. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan , baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha impor , maupun dipasar ekspor.

2. Keterbatasan Financial

Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek financial : mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi perubahan output jangka panjang.

3. Keterbatas SDM

(67)

produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar Internasional.

4. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku dan inpu-input lainnya juga sering menjadi salah kendala serius pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga bahan baku yang terlampau tinggi shingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.

5. Keterbatasan Teknologi

Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama atau tradisional yang sifatnya manual. Keterbelakagan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi didalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.

Permasalahan ini mengakibatkan lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh lagi UKM tidak memiliki keunggulan kompetitif.

(68)

1. Strategi Pengembangan UKM

Menurut Tiktik Sartika dan Soejoedono (2002) strategi pengembangan UKM antara lain adalah:

a. Kemitraan Usaha

Kemitraan adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak TEG sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Salah satu bentuk kemitraan usaha yang melibatkan UKM dan usaha besar adalah producton linkage. UKM sebagai pemasok bahan baku dan bahan penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor, di mana saat ini harga produk impor cenderung sangat tinggi karena depresiasi rupiah. b. Permodalan UKM

Pada umumnya permodalan UKM sangat lemah, baik ditinjau dari mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses ke modal kerja jangka panjang untuk investasi. Untuk memobilisasi modal awal perlu dipadukan tiga aspek yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program penjaminan, sedangkan untuk meningkatkan akses permodalan perlu pengoptimalan peranan bank dan lembaga keuangan mikro untuk UKM.

(69)

hanya berkisar antara 15-21 persen dari total kredit perbankan (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Mei 2004). Untuk mengoptimalkan jangkauan pemberian kredit kepada UKM telah dikembangkan skim kredit dengan Program Kemitraan Terpadu, misalnya Program Kemitraan BUMN dan Bina Lingkungan (PKBL), Program Kemitraan dengan BPR, Koperasi dan Asosiasiserta kredit program.

c. Modal Ventura

(70)

yangmembiayai disebutperusahaan pemodal(invesment

company atau venture capitalist).

2. Rekomendasi strategi Pengembangan UKM

Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, berikut beberapa pilihan strategi yang dilakukan dalampem pemberdayaan UKM, yaitu:

a. Kemudahan dalam Akses Permodalan

Salah satu permasalahan yang dihadapi UKM adalah aspek permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya usaha-usaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu dalam pemberdayaan UKM pemecahan dalam aspek modal ini penting dan memang harus dilakukan. Yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan UKM melalui aspek permodalan ini adalah:

1. Bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan.

(71)

3. Bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten.

b. Bantuan Pembangunan Prasarana

Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya usaha, tidak akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak dapat dipasarkan, atau kalaupun dapat dijual tetapi dengan harga yang amat rendah. Oleh sebab itu, komponen penting dalam usaha pemberdayaan UKM adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.

c. Pengembangan Skala Usaha

(72)

mengendalikan distribusi hasil produksi dan input produksi, secara individual. Melalui kelompok, mereka dapat membangun kekuatan untuk ikut menentukan distribusi. Pengelompokan atau pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar barang, dan pasar input produksi. Aspek kelembagaan ini penting untuk ditangani dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Gambar

Tabel 3.1 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.4 Ukuran Likert Pendidikan Tenaga Kerja
Tabel 3.5 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan
Tabel 3.6 Matriks Faktor Internal dan Eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait

2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Seri D Nomor 14) sebagaimana

Bidang Program dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pengkajian dan pengembangan program dan model

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka harus segera meneruskan kepada Bupati melalui BLH..

Permohonan/usul perpanjangan BUP PNS yang menduduki jabatan Guru Besar/Profesor dan pengangkatan Guru Besar/Profesor Emeritus yang diajukan sebelum berlakunya

Demikian atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terima kasih.. Semarang, 18 Juni 2013

Variable EPStidak berpengaruh secara signi- fikan terhadap DPR dengan nilai koefisien regresi -0,0073, t hitung sebesar -1,31944 dan signifikan 0,094 dimana nilainya diatas

[r]

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Se jauhmanakah