• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Pengenalan Toleransi Beragama Pada Anak Usia 5 - 10 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Pengenalan Toleransi Beragama Pada Anak Usia 5 - 10 Tahun"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PENGENALAN TOLERANSI BERAGAMA PADA ANAK USIA 5 – 10 TAHUN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Ilman Taqwaya 51910270

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Ilman Taqwaya

Tempat Tgl Lahir : Bekasi, 11 Mei 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bulak Tinggi Raya no.3 RT 08 / RW 16

Jatirahayu Pondok Melati Bekasi 17414

Handphone : 0856 1619 301

Email : ilmantaq@gmail.com

Pendidikan

1998 – 2004 : SDN Jatirahayu

2004 – 2007 : SMP Nasional I

2007 – 2010 : SMA Nasional I

2010 – 2014 : Desain Komunikasi Visual (Program Sarjana)

(5)

vi

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Penelitian ... 3

Bab II Media Pengenalan Toleransi Beragama Pada Anak ... 4

II.1 Pembahasan Masalah ... 4

II.9 Menyikapi Perbedaan Agama ... 20

II.10 Bahaya Tidak Terciptanya Toleransi antar Umat Beragama ... 23

II.11 Solusi Masalah ... 23

Bab III Strategi Perancangan Visual Media Informasi Pengenalan Toleransi Beragama Pada Anak ... 24

III.1 Strategi Perancangan ... 24

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 24

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 25

(6)

vii

III.1.4 Pendekatan Verbal ... 26

III.1.5 Strategi Kreatif ... 26

III.1.6 Strategi Media... 27

III.1.7 Pendekatan Distribusi ... 29

III.2 Konsep Visual... 30

III.2.1 Format Desain... 30

III.2.2 Tata Letak ... 31

III.2.3 Tipografi ... 31

III.2.4 Warna ... 32

Bab IV Media dan Teknis Produksi ... 33

IV.1 Media Utama ... 33

IV.2 Media Pendukung ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(7)

42 DAFTAR PUSTAKA

Aidh bin Abdullah al-Qarni, Dr. 2008. 391 Hadits Pilihan Mendasari Kehidupan

Sehari-hari. Bekasi: Pustaka Darul Haq.

Alex. S. Nitisemito, 2002, Manajemen Personalia. Edisi Revisi, Penerbit Ghalia Indonesia.

Arntson, Amy E. 1988. Graphic Design Basics. Holt Orlando: Reinhart and Winston, Inc.

Arsyad, Ashar. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Austin, Jane. 2002. Graphic Originals. Singapore: Rotovision.

Baghi, Felix. 2012. Pluralisme, Demokrasi dan Toleransi. Flores: Ledalero.

Blanchard, Tamsin. 2004. Fashion and Graphic. London: Laurence King.

Cenadi, Christine S. 1999. Elemen-Elemen dalam Desain Komunikasi Visual

(Jurnal Nirmana, Volume.1, Nomor.1). Surabaya: Unversitas Kristen

Petra.

Cmedia, Redaksi. 2012. UUD 1945 dan Perubahannya. Jakarta: Cmedia.

Cotton, Bob. 1990. The New Guide to Graphic Design. Phaidon: Oxford.

Danger, Erik P. 1992. Selecting Colour for Packaging. England: Gower.

Dasa, Stephen Knapp Yadnavalkya dkk. 2006. Hindu Agama Terbesar di Dunia

(Hinduism, the Greatest Religion in the World). Bekasi: Media Hindu.

Edy. 2013. Ayah Edy Punya Cerita. Jakarta: Noura Books.

Fauzil Adhim, Mohammad. 2010. Positive Parenting. Bandung: Mizania.

Fishel, Catharine. 2005. Design Secrets: Packaging. Singapore: Page One.

Gde Oka, Anak Agung Drs. 2006. Netra: Sejarah Resensi Agama Hindu versi

(8)

43

Hanh, Thich Nhat. 2010. Anger: Memadamkan Api Kemarahan Lewat Kearifan

Buddhis. Jakarta: Karania.

Hanh, Thich Nhat. 2011. Mekar Bagai Bunga, Segar Bagai Embun (37 Langkah

Menemukan Kedamaian di Setiap Tarikan Napas). Jakarta: GPU.

Holland, DK. 1992. Great Package Design–Creating Competitive Edge. Minnessota: Rockport Publishers.

Husaini, Adian Dr. 2011. Pendidikan islam: Membentuk Manusia Berkarakter

dan Beradab. Jakarta: Program Studi Pendidikan Islam Program Pasca

Sarjana Universitas Ibn Khaldun dan Cakrawala Publishing.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Yogya.

Leeuwen, Arend Van, Prof. Dr. 2000. Agama Kristen dalam Sejarah Dunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lika, Iseng Djaja, MSc. 2012. Qi Gong Tingkat Lanjut dalam Agama Tao. Jakarta: Elex Media.

Madrasuta, Ngakan Made. 2009. Perjalanan Jiwa: Dari Kematian Sampai

Kelahiran. Denpasar.:Pustaka hindu.

Middlebrook, Ann. 2004. Logo6. New York: Graphis Inc.

Mittal, Mahendra Drs. 2002. Intisari Veda. Surabaya: Penerbit Paramita.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rinpoche, Yongey Mingyur dan Eric Swanson. 2008. The Joy of Living: Keceriaan Hidup Mengungkapkan Rahasia dan Kunci Ilmiah

Kebahagiaan. Jakarta: Karaniya.

(9)

44

Slade, Catharine. 2002. The Encyclopedia Of Illustration Techniques. London: Page One.

Suzuki, Beatrice Lane. 2009. Agama Buddha Mahayana. Jakarta: Karaniya.

Tanggok, M Ikhsan. 2000. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Jakarta: GPU.

Triedman, Karen. 2002. Color Graphics. USA: Rockport Publishers.

Vohaire. 2004. Traktat Toleransi. Yogyakarta: LKIS.

Wirya, Iwan. 1999. Kemasan yang Menjual. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yasid, Abu. 2004. Islam Akomodatif: Rekonstruksi Pemahaman Islam sebagai

Agama Universal. Yogyakarta: LKIS.

(10)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PENGENALAN TOLERANSI BERAGAMA PADA ANAK USIA 5 –10 TAHUN.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Ardjunaedi dan Ibu Nini Musniarni tercinta yang terus memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Taufan Hidayatullah, S.Sn., M.Ds, selaku ketua program studi Desain

Komunikasi Visual UNIKOM.

3. Bapak Riki Himawan Mulyadi S.Sn., M.M, selaku pebimbing penulis.

4. Seluruh dosen dan staff pengajar Program Sarjana Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

5. Sahabat penulis, Fathia Puspita Prellyani yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi proses pembelajaran penulis selama masa studi di Program Sarjana Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Bandung, Agustus 2014

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki enam agama yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu dan Konghucu. Setiap agama memiliki hari raya yang dirayakan setiap tahunnya. Hari raya dalam istilah Indonesia memiliki arti sebagai hari besar. Hari besar keagamaan berfungsi sebagai sarana melakukan proses evaluasi diri dalam mewujudkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan menjadi pribadi yang lebih baik. Toleransi adalah kemampuan seseorang untuk menerima perbedaan dari orang lain. Toleransi diwujudkan dengan bersikap saling menghormati satu sama lain, yang diwujudkan dengan perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada. Toleransi dalam konteks sosial melarang adanya diskriminasi (saling menjatuhkan) terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Seperti agama Islam yang mengenal bulan Ramadhan dan menjalani ibadah puasa, disinilah toleransi antar umat beragama diuji untuk saling menghargai.

Toleransi beragama adalah kemampuan yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini

pada anak-anak. Toleransi adalah menerima adanya keragaman dan idealnya adalah menghormati keragaman itu lalu menggunakannya untuk kebaikan. Toleransi merupakan sebuah kemampuan sehingga bisa dilatih. Latihan ini sangat penting karena toleransi merupakan sikap yang positif terhadap takdir Tuhan yang bernama keragaman. Perbedaan adalah sesuatu yang selalu kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan tidak bisa dihindari, namun dapat disikapi dengan bijak. Toleran bukan berarti bersikap selalu mengalah ketika muncul perbedaan. Oleh karena itu, anak perlu memahami dan belajar bersikap toleran, yaitu mengetahui kapan waktunya harus mengalah dan mengakui bahwa pendapatnya salah dan menerima pendapat lawan bicaranya, kapan ia harus mempertahankan pendapatnya, atau apabila memang sudah tidak berhasil menyamakan visi, kapan harus sepakat untuk tidak sepakat (agree to

disagree), yang berarti kita tetap pada pendapat kita, dan membiarkan orang lain dengan

(12)

2

Sikap toleransi ini perlu ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin. Lebih cepat diajarkan bertoleransi lebih baik bagi perkembangan jiwa anak-anak. Saat anak mulai bergaul dengan teman-temannya, anak akan mulai merasakan perbedaan. Jika tidak diajarkan bertoleransi, nantinya anak akan berkonflik dengan teman-temannya karena perbedaan.

Anak dapat diperkenalkan konsep tentang toleransi sejak dini, yaitu pada sekitar usia enam tahun. Sebelum mencapai usia tersebut, bukan berarti anak tidak akan sama sekali menyerap berbagai contoh atau mengetahui nilai-nilai toleransi tersebut. Sikap toleransi perlu ditanamkan karena di dalam kehidupan keluarga atau sosial, sifat ini sangat diperlukan. Anak-anak di masa depan dihadapkan dengan era globalisasi yang mengharuskan mereka berhadapan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda. Sehingga, pemahaman keragaman merupakan hal penting bagi masa depan anak-anak. Apalagi kelak jarak antarnegara dan benua sudah semakin dekat berkat kemajuan teknologi. Melalui toleransi, dapat tercipta ketentraman antar umat beragama dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan masing-masing. Sikap saling menghargai antar umat beragama dapat diwujudkan dengan bersama-sama membantu orang yang kena musibah banjir, membantu korban kecelakaan lalu-lintas, serta

membantu menertibkan keamanan saat agama lain sedang merayakan hari rayanya.

(13)

3 I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan beberapa masalah yang muncul, antara lain:

1. Semakin rendahnya toleransi antar umat beragama di Indonesia. 2. Pentingnya pembelajaran toleransi ditanamkan sejak dini. 3. Kurangnya sikap toleransi yang ditanamkan pada anak.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan Bagaimana merancang media informasi yang bisa menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama pada anak sejak kecil.

I.4 Batasan Masalah

Masalah akan difokuskan pada upaya menciptakan toleransi antar umat beragama pada anak melalui kejadian sehari-hari berkaitan dengan ibadah atau hari raya keagamaan yang ada di Indonesia.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dilakukannya perancangan ini ialah untuk menambah pengetahuan anak

(14)

4 BAB II

MEDIA PENGENALAN TOLERANSI BERAGAMA PADA ANAK

II.1 Pembahasan Masalah

Pada dasarnya semua agama telah memberikan ajaran yang jelas dan tegas dalam mengatur tata cara bergaul dan berhubungan dengan pemeluk agama lain. Semua agama menjunjung tinggi hidup rukun, saling tolong-menolong antara pemeluk masing-masing agama. Namun, terkadang pemeluknya lupa atau tidak mampu mengaplikasikan ajaran sebagai tuntunan dari agamanya. Toleransi dalam konteks agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Upaya menghancurkan antar agama dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan mengadu domba dua agama. Dengan mengedepankan perbedaan yang memang ada (dan seharusnya dihargai satu sama lain), pihak-pihak ini menghasut agama tertentu untuk menghalalkan segala cara untuk kepentingan agama sendiri dan menghancurkan agama lain.

Dasar adanya toleransi ialah adanya sebuah perbedaan. Sikap toleransi akan muncul

ketika perbedaan itu di maknai dengan sabar dan dewasa. Bagi masyarakat yang acuh, keberadaan agama lain dianggap tidak ada. Artinya mereka cenderung tidak peduli dan tidak mau tau, sehingga tidak timbul rasa toleransi antar umat beragama. Salah satu contoh toleransi dalam beragama ialah dengan saling menghormati antar umat beragama. Dengan cara misalnya, jika ada yang sedang puasa, setidaknya kita jangan menganggu atau bahkan merusak puasanya. Selain itu misalnya jika ada umat yang sedang berdoa atau beribadah, tetaplah menjaga ketenangan saat umat lain beribadah. Contoh lainnya ialah dengan tidak melanggar aturan jika ada upacara agama lain. Misalnya pada saat hari raya Nyepi, janganlah merusak dengan menciptakan keributan tanpa peduli acara umat lain.

(15)

5

Indonesia. Indonesia terbukti sangat peka terhadap isu keagamaan, oleh karena itu penting bagi seluruh masyarakat untuk menjaga hubungan baik antara agama. Apabila diwujudkan, toleransi beragama dapat menghindarkan kita dari sebuah perpecahan serta dapat membuat lebih solid dalam hubungan kemasyarakatan. Toleransi juga dapat menciptakan masyarakat bertukar pikiran (bukan berdebat tentang agama yang lebih baik) agar dari hari kehari kehidupan multiagama di negara ini menjadi sesuatu yang aman, serta tidak menjadi alasan terjadinya pertikaian anatara umat beragama.

Semua agama mengajarkan hal yang baik dalam mengatur hubungan sesama dengan masyarakat yang beragama lain. Wujud nyata toleransi akan menunjukkan perwujudan iman keagamaan yang diterapkan dengan bijak dalam kehidupan dengan sesama manusia.

II.2 Media

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “mediun ”. Miarso (seperti dikutip Susilana, Rudi, 2009) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan.

Jenis – jenis media secara umum dapat dibagi menjadi :

1. Media Visual: media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh: media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya.

(16)

6

3. Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD. Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia karena berbagai format ada dalam internet.

Anderson (seperti dikutip Azhar Arsyad, 1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :

No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran

1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon

2 Cetak

Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

4 Proyeksi visual diam

Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)

5

Proyeksi Audio

visual diam Film bingkai (slide) bersuara

6 Visual gerak Film bisu

7

Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi

8 Obyek fisik Benda nyata, model, specimen

9

Manusia dan

lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran

10 Komputer

CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).

(17)

7 II.3 Media Visual

Media Visual artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media visual memegang peran yang penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat dan dapat memberikan hubungan antara isi materi dengan gambar. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan harus berinteraksi dengan visual (image), untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi (Daryanto, 1993, h.27).

1. Media yang tidak diproyeksikan

a. Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.

b. Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan

model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.

c. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:

(18)

8

2. Sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.

3. Diagram atau skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.

4. Bagan atau chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.

5. Grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.

II.4 Ilustrasi

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996) definisi ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan. gambar, desain, atau diagram untuk penghias, tambahan berupa contoh, bandingan untuk lebih memperjelas paparan tulisan. Pengertian ilustrasi adalah proses penggambaran objek, baik visual maupun audio dan lain-lain. Komunikasi visual merupakan suatu komunikasi melalui wujud yang dapat diserap oleh indera pengelihatan. Pada media komunikasi, khususnya media cetak, terdiri atas beberapa unsur yaitu warna, tipografi, ilustrasi, layout, fotografi.

II.5 Buku

(19)

9

pada buku disebut sebuah halaman. Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Awalnya buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu di ditemukan oleh Tsai Lun. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi.

Buku adalah jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak ilmu kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi ilmu yang dikuasainya dengan menuliskannya dalam bentuk buku. Buku adalah media yang sangat berperan penting dalam dunia pendidikan. Sebagaimana pepatah mengatakan “buku adalah jendela dunia”. Hal ini sudah dapat diartikan bahwa buku adalah salah satu jalan untuk menentukan kemajuan dunia. Oleh sebab itu, buku yang diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan tingkat pendidikan dan daya tangkap anak itu sendiri agar pengetahuan yang disampaikan menjadi efektif, sehingga pada akhirnya dapat menambah pengetahuan pembacanya.

Seperti juga media lain, buku juga mempunyai bagian-bagiannya (komponen buku).

Pada umumnya, bagian buku terbagi menjadi 2 yaitu sampul buku (cover) dan tubuh buku (isi buku).Cover buku merupakan penutup atau pelindung isi buku. Cover atau sampul buku juga berperan sebagai informasi pertama yang akan diberikan kepada pembaca tentang isi buku. Sedangkan isi buku adalah bagian pokok yang menyajikan seluruh gagasan, pemikiran penulis secara utuh. Isi buku mempunyai bagian pokok, isi, dan halaman akhir. Kulit ari berisi identitas buku dan penjelasan pengantar serta pemetaan atau daftar mengenai isi buku. Kulit ari biasanya berisi halaman copyright, indentitas buku (yang meliputi judul buku, nama penulis, nama editor, layout, desain

(20)

10 II.6 Anak

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua (Ayah Edy, 2011, h.12). Menurut psikolog, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar (Mohammad Fauzil Adhim, 2010, h.138). Anak juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang. Jhon Lock (dalam Kartini,2007) mengemukakan bahwa anak tidak sama dengan orang dewasa, anak mempunya kecendrungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan.

Berdasarkan UU Peradilan Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.” (Redaksi Cmedia, 2012, h.150).

Berdasarkan Teori Perkembangan Psikososial dari Erik Erikson (Childhood and

Society, 1963), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi

oleh interaksi sosial dan budaya antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional (kebutuhan biologis) dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar II.1 Fase perkembangan anak

(21)

11

Adapun Erikson membagi fase-fase perkembangan anak sebagai berikut: 1. Fase Bayi (0 – 1 tahun)

Pada tahap ini bayi hanya memasukkan melalui mulut (menelan) dan juga dari semua indera. Pada tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan dan minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, serta perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi menyenangkan.

2. Fase Anak-Anak (1–3 tahun)

Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan

dan kekuatan kemauan yang menjadi wujud egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain.

3. Usia Bermain (3 – 6 tahun)

(22)

12 4. Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Pada usia ini, dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga. Anak bergaul dengan teman sebaya, guru dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan. Dari konflik antar ketekunan dengan perasaan, anak mengembangkan kekuatan dasar dari kemampuannya. Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu pekerjaan dapat dilakukan.

II.7 Agama di Indonesia

Agama atau keyakinan adalah sistem terpadu yang terdiri dari praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua penganut dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. M. Drikarya (2008) menjelaskan bahwa agama adalah suatu kekuatan supranatural dan menciptakan alam dan isinya. Agama juga bisa diartikan sebagai ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional

dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut (Adian Husaini, 2011, h.75).

Gambar II.2 Tempat ibadah di setiap agama

Sumber: http://www.adolescent94.blogspot.com (11 April 2014)

(23)

13

Bagi agama Hindu, agama merupakan iman yang suci. Iman mendapatkan bentuk khas, yang memampukan orang beriman mengomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang tidak. Menurut kepercayaan Hindu, agama mencakup gejala-gejala yang berkaitan dengan hubungan khusus antara manusia dengan yang melampaui manusia (transender) atau yang kramat atau kudus atau gaib (Drs. Anak Agung Gde Oka Netra, 2005).

Setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan agamanya masing masing. Setiap orang memiliki hak untuk memilih agamanya sendiri. Hal ini dijamin oleh UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” (Redaksi Cmedia, 2012, h.217).

1. Agama Islam

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi SAW. Menurut ajaran islam, dengan agama inilah Allah SWT menutup agama-agama sebelumnya, sehingga SWT Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk (Abu Yasid, 2004, h.121).

2. Agama Kristen Katolik

(24)

14

Kristen Katolik mendasarkan ajarannya pada 3 sumber: Al Kitab, Tradisi, dan Ajaran Gereja. Kristen Katolik memiliki Alkitab dengan jumlah 73 kitab. Ada bagian yang oleh Katolik diakui sebagai Kitab Suci, tetapi oleh Kristen Protestan hanya diakui sebagai apokrip. Kristen Katolik mengakui adanya orang-orang kudus (santo, santa dan malaikat) dan menggunakan tanda salib di dahi, perut, bahu dalam berdoa. Krsiten katolik percaya dengan Rahmat Tuhan dan usaha manusia. Katolik juga percaya untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.

3. Agama Kristen Protestan

Agama Kristen Protestan meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa (Arend Th. Van Leeuwen,2007,h.47). Kristen Protestan mempunyai denominasi yang berbeda-beda atau aliran yang banyak sekali dan setiap denominasi memliki kebijakan masing-masing. Menurut ajaran Kristen Protestan, keselamatan merupakan predestinasi atau takdir, sehingga usaha manusia tidak berarti apa pun. Karena hanya dengan iman orang bisa selamat. Perbuatan baik sekalipun tidak bisa membuat orang selamat. Kristen Protestan hanya mendasarkan ajarannya pada satu sumber, yaitu Al-Kitab yang berjumlah 66 Kitab. Pimpinan Gereja Protestan (Pendeta) diperbolehkan untuk

menikah. Kristen Protestan tidak mengakui adanya orang-orang kudus (santo, santa dan malaikat), tidak menggunakan tanda salib dalam berdoa serta tidak mengakui adanya mendoakan orang yang sudah mati.

4. Agama Hindu

(25)

15

adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa, Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).

5. Agama Buddha

Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Buddha hidup dan mengajar dibagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum) (Beatrice Lane Suzuki, 2009, h.82). Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuan dan kebodohan (avidya), kehausan dan nafsu rendah (tanha), serta penderitaan (dukkha).

John Bowker (seperti dikutip Harun Hadiwijono, 2008) setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Sang Hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian

mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Pitaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Pitaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).

(26)

16

itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan); Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng); Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen) (Thich Nhat Hanh, 2010, h.21). Seperti halnya ajaran pokok agama lain, dalam agama Konghucu dikenal hubungan vertikal antara manusia dengan Sang Khalik dan hubungan horizontal antara sesama manusia.

Di Indonesia sendiri, kedatangan agama Konghucu diperkirakan telah terjadi sejak akhir jaman pra sejarah, terbukti dari ditemukannya benda pra sejarah seperti kapak sepatu yang terdapat di Indo China dan Indonesia. Tempat ibadah Konghucu adalah Kelenteng. Klenteng selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para rohaniwan.

II.8 Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia

Pada dasarnya semua agama telah memberikan ajaran yang jelas dan tegas dalam mengatur tata cara bergaul dan berhubungan dengan pemeluk agama lain. Secara umum, semua agama menjunjung tinggi hidup rukun, saling tolong-menolong antara

pemeluk masing-masing agama. Namun, terkadang pemeluknya lupa atau tidak mampu mengaplikasikan ajaran sebagai tuntunan dari agamanya.

1. Toleransi Menurut Pandangan Islam

Menahan perasaan tanpa protes yang merupakan arti asli kata-kata “tolerance

(Shihab, 2008, h.223). Kata toleransi sangat sulit didapatkan padanan katanya secara tepat dalam bahasa Arab. Akan tetapi, kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan istilah “tasamuh”. Dalam bahasa Arab, kata “tasamuh” adalah derivasi dari “samh” yang berarti “juud wa karam wa tasahul”.

(27)

17

meyebabkan toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat Islam terhadap non-muslim, yaitu: Keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan kerukunannya (Dr. Adian Husaini, 2011, h.115).

Perbedaan keyakinan manusia merupakan realitas yang dikehendaki Allah SWT yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman dan kufur. Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seseorang atau menghakimi sesatnya orang lain. Hanya Allah SWT yang berhak menghakiminya dihari pembalasan (Aidh bin Abdullah al-Qarni, 2008, h.281). Keyakinan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik. Allah SWT juga mencela perbuatan dzalim meskipun terhadap kafir.

Salah satu bentuk toleransi dalam Islam adalah menghormati keyakinan orang lain. Islam menghormati umat Yahudi yang beribadah dihari Sabtu dan sama halnya kepada umat Kristen yang beribadah ke gereja pada hari Minggu. Toleransi dalam Islam pun telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa suatu ketika ada jenazah orang Yahudi melintas di tepi nabi Muhammad SAW dan para sahabat, seketika itu pula

Nabi Muhammad SAW berhenti dan berdiri. Kemudian salah satu sahabat berkata: “Kenapa engkau berhenti Ya Rasulullah? Itu adalah jenazah orang Yahudi.” Nabi pun berkata: “Bukankah dia juga manusia?” (Shihab, 2008, h.422).

Hadits ini menunjukkan bahwa toleransi dalam perspektif Islam berlaku kepada semua manusia tanpa terkecuali, termasuk kepada orang yang berbeda agama. Namun, yang perlu ditekankan lagi ialah bentuk kemudahan dalam bermualamah, bukan pemaksaan dalam hal keyakinan.

2. Toleransi Menurut Pandangan Kristen Katolik dan Kristen Protestan

(28)

18

padamu harus sama bagimu seperti orang dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, sebab kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir. Akulah Tuhan, Allahmu" (Prof. Dr. Arend Van Leeuwen, 2000, h.140).

Alkitab memberikan dasar yang kuat tentang ide toleransi. Pengajaran Yesus mengenai kasih mempunyai implikasi terhadap kesamaan derajat semua manusia, termasuk hak dan penghormatan yang seharusnya dimiliki (Prof. Dr. Arend Van Leeuwen, 2000, h.144).

Dapat disimpulkan bahwa pemahaman Kristen tentang toleransi tidak hanya terbatas pada kesediaan untuk bersabar terhadap praktik iman kepercayaan orang lain, karena toleransi merupakan suatu perhatian yang aktif dan penghormatan yang tulus kepada mereka yang berbeda dari kita.

3. Toleransi Menurut Pandangan Hindu

Toleransi dalam Agama Hindu memiliki arti yang utama. Dalam penerapannya, dimanapun umat Hindu berada jarang terdengar adanya konflik dengan pemeluk agama lain. Tidak salah jika ada yang menyebutkan Hindu adalah agama yang memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran (Mittal, Drs.

Mahendra Mittal, 2000, h.54).

Dalam berbagai pustaka suci Hindu juga banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Sang Hyang Widhi (Stephen Knapp Yadnavalkya Dasa dkk, 2002, h.25). Umat Hindu menghormati kebenaran dari manapun datangnya dan menganggap bahwa hakikat semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda.

(29)

19 4. Toleransi Menurut Pandangan Budha

Agama Buddha menyadari keberadaan keyakinan dan agama lain serta berusaha hidup rukun, damai, dan harmonis dengan keyakinan lain tersebut melalui toleransinya yang besar terhadap ajaran lain tersebut (Thich Nhat Hanh, 2011, h.8). Hal ini sudah terjadi sejak zaman Buddha Gautama hidup dulu di India sampai saat ini dimana agama Buddha menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Buddha mengajarkan agar para pengikut-Nya tidak terbawa emosi positif atau negatif saat seseorang memuji ataupun merendahkan ajaran Beliau, melainkan menjelaskan mana yang benar dan mana yang tidak benar atas pandangan terhadap ajaran Buddha tersebut sehingga dapat membebaskan agama Buddha dari pandangan salah orang-orang yang tidak tahu atas ajarannya (Yongey Mingyur Rinpoche dan Eric Swanson, 2008, h.48).

Raja terbesar sepanjang sejarah India yang bernama Asoka menjadikan agama Buddha sebagai agama negara. Raja Asoka menghargai dan menghormati berbagai agama lain yang ada saat itu. Dalam beberapa prasastinya tercatat bahwa Raja Asoka walaupun beragama Buddha mendanakan sejumlah gua sebagai tempat pertapaan bagi para pertapa ajaran lain.

Di antara sekian banyak prasasti peninggalan Raja Asoka terdapat sebuah prasasti yang mengajarkan toleransi antar umat beragama yang berbunyi “Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain.” (Beatrice Lane Suzuki, 2009, h.176). Demikianlah agama Buddha dengan sifat toleransi dan

pasifisme (paham cinta damai) yang tinggi dapat hidup rukun dan harmonis

(30)

20 5. Toleransi Menurut Pandangan Khonghucu

Dalam agama Khonghucu juga ditemui ajaran yang dapat mengantarkan pemeluknya untuk hidup rukun dengan pemeluk agama lainnya (M Ikhsan Tanggok, 2000, h.4). Diantara ajaran atau lima sifat yang mulia (Wu Chang) yang dipandang sebagai konsep ajaran yang dapat menciptakan kehidupan harmonis antara sesama adalah:

a. Ren/Jin: yaitu rasa cinta kasih, tabu diri, halus budi pekerti, rasa tenggang rasa serta dapat menyelami perasaan orang lain.

b. I/Gi: yaitu rasa solidaritas, senasib sepenanggungan dan rasa membela kebenaran.

c. Li atau Lee: yaitu sikap sopan santun, tata krama, dan budi pekerti. d. Ce atau Ti: yaitu sikap bijaksana, rasa pengertian, dan kearifan.

e. Sin, yaitu kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat memegang janji dan menepatinya.

Memperhatikan ajaran Khonghucu, terlihat bahwa agama Khonghucu sangat menekankan hubungan yang harmonis antara sesama manusia, di samping hubungan harmonis dengan Tuhan dan juga hubungan antara manusia dengan alam lingkungan (Iseng Djaja Lika, 2012, h.99).

Setiap penganut Khonghucu diwajibkan untuk mampu memahami dan mengamalkan kelima sifat di atas, sehingga kerukunan atau keharmonisan hubungan antar sesama dapat terwujud tanpa memandang dan membedakan agama atau keyakinan.

II.9 Menyikapi Perbedaan Agama

1. Upaya yang dapat Dilakukan dalam Menyikapi Perbedaan

(31)

21 a. Mempelajari Agama yang Dianut

Hal ini dilakukan dengan mengajarkan dan mendorong anak untuk mendalami agamanya, sehingga ia menjadi orang yang kuat pendiriannya karena memahami ajaran agamanya, namun tetap toleran terhadap agama lain.

b. Saling Menghormati

Memberi pengetahuan dan pemahaman pada anak bahwa ada banyak agama yang berbeda di dunia ini, dan bahwa kita tidak boleh memaksakan ajaran agama kita kepada orang lain yang berbeda agama. Tugas kita adalah menjadi orang yang menghasilkan kebaikan dengan agama kita.

Anak juga dapat diajak untuk memahami kenyataan bahwa semua umat beragama itu meyakini agamanya paling benar. Ini sudah benar, tapi yang salah adalah menyalahkan agama orang lain. Toleransi dalam beragama diwujudkan dengan saling menghormati antar umat beragama. Dengan cara misalnya, jika ada yang sedang puasa, setidaknya kita jangan menganggu atau bahkan merusak puasanya. Selain itu misalnya iika ada umat yang sedang berdoa atau beribadah, tetaplah menjaga ketenangan saat umat lain beribadah.

c. Tidak Mengganggu

Tidak mengganggu, tidak menyalahkan dan tidak menghina secara ucapan, sikap, dan tindakan terhadap orang yang beragama lain sudah mewujudkan sikap toleransi beragama dimasyarakat. Misalnya pada saat hari raya Nyepi,umat beragama selain Hindu janganlah merusak hari raya umat Hindu dengan menciptakan keributan.

d. Partisipasi

(32)

22 2. Manfaat Toleransi Beragama

Dengan menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari, akan diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut (Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, 2006, h.52):

a. Menghindari Perpecahan

Dengan belajar dan melakukan toleransi beragama, kita sudah ikut mendukung terciptanya kedamaian, kerukunan dan keharmonisan kehidupan antar umat beragama di Indonesia. Indonesia terbukti sangat peka terhadap isu keagamaan, oleh karena itu penting bagi seluruh masyarakat untuk menjaga hubungan baik antara agama.

b. Mempererat Hubungan

Toleransi beragama tidak hanya dapat menghindarkan kita dari sebuah perpecahan tapi juga dapat membuat kita lebih solid dalam hubungan kemasyarakatan. Dapat juga bertukar pikiran (bukan berdebat tentang agama yang lebih baik) agar dari hari kehari kehidupan ala multiagama di negara ini menjadi sesuatu yang biasa dan tidak menjadi alasan terjadi pertikaian anatara umat beragama.

c. Mengokohkan Iman

Semua agama mangajarkan hal yang baik dalam mengatur hubungan sesama dengan masyarakat yang beragama lain. Wujud nyata toleransi akan menunjukkan perwujudan iman keagamaan yang diterapkan dengan bijak dalam kehidupan dengan sesama manusia.

3. Hal yang sebaiknya Dihindari dalam Menyikapi Perbedaan

Beberapa hal yang sebaiknya dihindari dalam kehidupan bermasyarakat (Prof.

KH. Ali Mustafa Yaqub, 2006, h.66):

a. Sikap fanatik yang berlebihan, seperti tidak menghargai, bahkan merendahkan pemeluk agama lain.

(33)

23

c. Sikap acuh tak acuh terhadap penganut agama dan kepercayaan lain, seperti tidak peduli bahkan tidak menganggap keberadaan mereka.

II.10 Bahaya Tidak Terciptanya Toleransi antar Umat Beragama

Apabila sikap toleransi tidak diciptakan, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut (Vohaire, 2004, h.129):

1. Terjadinya perselisihan antar agama.

2. Tidak terciptanya kerukunan dan saling menghargai antar umat beragama. 3. Bermunculan oknum-oknum yang berupaya mengadu domba agama.

4. Adanya keresahan atau rasa tidak aman bagi agama minoritas dalam menjalankan ibadah atau merayakan hari raya.

5. Adanya pengucilan pada kaum agama minoritas.

6. Hilangnya kekompakan dan kenyamaman dalam bermasyarakat dengan agama lain.

7. Munculnya pengelompokkan masyarakat berdasarkan agama tertentu.

II.11 Solusi Masalah

Dari hasil analisis data yang diperoleh, diketahui bahwa saat ini pengetahuan anak secara umum terhadap toleransi antar umat beragama di Indonesia masih kurang. Hal ini

didukung oleh fakta, yaitu dari 100 responden (anak dan orang tua) yang dibagikan kuestioner di daerah Jawa barat, 80% diantaranya tidak mengetahui dengan baik mengenai Hari Raya Agama lain dan cara menghargai ibadah agama lain (menerapkan sikap toleransi).

(34)

24 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN VISUAL MEDIA INFORMASI PENGENALAN TOLERANSI AGAMA PADA ANAK

III.1 Strategi Perancangan

Permasalahan yang diangkat dalam media informasi ini adalah mengenai kurangnya pengetahuan anak akan keberadaan agama lain dan upaya saling menghargai perbedaan agama tersebut. Kurangnya penjelasan dari orang tua, guru, serta media persuasi yang tersebar luas dimasyarakat menjadi alasan pemicu ketidaktauan pentingnya penerapan toleransi antar umat beragama.

Salah satu solusi yang dapat dirancang ialah adanya penyebaran informasi yang bersifat narasi, deskripsi serta padairnya persuasi mengenai pentingnya toleransi melalui berbagai media yang dapat diakses anak. Informasi tersebut dibuat semenarik mungkin agar mudah dicerna oleh anak, namun dengan tidak mengesampingkan sisi utamanya yaitu bersifat membujuk, mempengaruhi, mengubah prilaku.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau

informasi dari seseorang ke orang lain (Deddy Mulyana, 2000, h.7). Oleh karena itu, komunikasi yang dirancang tepat sasaran sehingga dapat dicerna oleh anak-anak (sebagai khalayak sasaran) dengan baik.

Pendekatan visual yang akan dirancang ialah dengan menampilkan visual yang menarik dengan karakter pada visual dan warna–warna yang menarik. Sebelum dijabarkan lebih lanjut mengenai strategi komunikasi yang akan digunakan, berikut pemaparan tentang khalayak sasaran atau target audience.

1. Target Audience

a. Demografis

(35)

25

menyerap semua informasi yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Status sosial anak-anak yang menjadi target audience dari kalangan menengah dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Primer: Anak–anak usia 5–10 tahun, laki–laki, perempuan.

Sekunder: Orang tua yang mempunyai anak usia 5–10 tahun, perempuan atau laki-laki.

b. Psikografis

Anak–anak usia 5-10 tahun, dimana pada usia ini tingkah laku anak belum konsisten untuk memilih apa yang baik dan apa yang buruk untuk dilakukan. Anak usia 5-10 tahun memiliki rasa keingintahuan lebih, kritis, dan cenderung melakukan imitasi pada apa yang ditangkap oleh panca indranya.

c. Geografis

Berdasarkan lokasi yang menjadi target audience adalah anak–anak yang bertempat tinggal di perkotaan, tepatnya di wilayah Jawa Barat. Anak–anak yang berdomisili di wilayah perkotaan lebih mudah terpengaruh dari berbagai media yang cepat berkembang.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari perancangan media komunikasi ini adalah untuk mendeskripsikan serta mempersuasi anak-anak untuk mengenal tempat ibadah dan hari raya besar lima agama yang ada di Indonesia, sehingga tertanam sikap toleransi pada anak sejak dini.

III.1.3 Pendekatan Visual

(36)

26

mudah mendapatkan perhatian. Namun, tantangannya ialah pada tampilan visual yang harus bisa dicerna dengan mudah dan tepat oleh target audience.

Tampilan pendekatan visual ini dirancang dalam media informasi dengan menampilkan berbagai hal yang terkait dengan pengenalan hari raya setiap agama, tempat ibadah di setiap agama, dan toleransi anatar umat beragama yang diajarkan pada anak usia 5-10 tahun. Bentuk visual ditampilkan lebih informatif dan interaktif dengan langsung menampilkan banyak gambar dengan warna yang menarik.

III.1.4 Pendekatan Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik dengan lisan maupun tulisan, menggunakan satu kata atau lebih, disampaikan oleh komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) (Deddy Mulyana, 2000, h.18). Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, manusia mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran.

Pendekatan verbal dalam media informasi ini menggunakan bahasa Indonesia. Pendekatan verbal dikemas lebih menarik dan lebih mudah dengan menambahkan

tagline sebagai ciri agar lebih mudah diingat. Tagline ini bertujuan agar target

audience lebih mudah mengenali apa yang diwakili oleh tagline tersebut, dengan

pertimbangan pilihan kata sebagai berikut:

“INDAHNYA BERSAMA DALAM PERBEDAAN”

III.1.5 Strategi Kreatif

(37)

27

Gambar III.1 Contoh Paper tool

Teknik karakter anak-anak ini akan ditampilkan dengan ilustrasi yang menginformasikan mengenai tempat ibadah setiap agama, perayaan hari raya setiap agama, serta toleransi antar umat beragama. Ilustrasi dapat mengungkapkan sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada teks (Iwan Wirya, 1999, h.57). Tampilan visual ini akan dikombinasikan dengan teknik ilustrasi gambar serta teknik paper tools, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan mengesankan gambar menjadi lebih hidup.

Gambar III.2 Judul buku

Pada judul Buku “Aku dan Kawanku” aku di ibaratkan menjadi si pembaca yang ikut terlibat dalam buku ini Penulis adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca diharapkan akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita.

III.1.6 Strategi Media

(38)

28

Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan media dengan khalayak sasaran yang dituju, agar informasi yang disampaikan menjadi tepat sasaran.

Media yang akan digunakan pada perancangan media informasi ini berupa media primer dan media sekunder. Media primer merupakan media utama yang berisi informasi lengkap untuk disampaikan, sedangkan media sekunder merupakan media pelengkap yang menunjang keberadaan media utama.

III.1.6.1 Media Primer (Media Utama)

Media primer yang digunakan dalam perancangan media informasi pengenalan hari raya, tempat ibadah dan toleransi antar umat beragama ialah media visual berupa Buku Informasi. Buku dipilih karena buku merupakan media cetak yang dapat menampung banyak informasi.

III.1.6.2 Media Sekunder (Media Pendukung)

1. X - Banner

Standing banner atau X-banner dipilih karena media ini dapat menjadi pusat

perhatian, sehingga sangat cocok untuk merangkul khalayak sasaran, yaitu anak-anak.

2. Mini X - Banner

Mini X – Banner dipilih sebagai media informasi pendukung yang dapat diletakan diberbagai tempat .

3. Sticker

Sticker dipilih karena media ini mudah diaplikasikan dimana saja dan kapan saja.

(39)

29 4. Poster

Poster adalah media informasi yang dapat menampung banyak informasi singkat dan cepat dipahami. Poster akan dicetak ukuran A3.

5. Alat Tulis

Pulpen, Penghapus dan Penggaris menjadi bagian media promosi pendukung yang akan dipakai anak untuk menulis dan sebagai upaya membantu penyebar luasan informasi dan persuasi dalam mewujudkan toleransi antar umat beragama.

6. Gantungan Kunci

Gantungan kunci menjadi salah satu media promosi pendukung yang dapat diaplikasikan dimana saja, serta dapat membantu penyebar luasakan informasi dan persuasi Buku ini.

7. Pin

Pin dipilih karena menjadi salah satu media promosi pendukung favorit yang dapat digunakan anak sebagai aksesoris.

8. Botol Minum atau Tumbler

Botol minum menjadi salah satu media promosi pendukung yang dapat digunakan anak dalam kegiatan sehari-hari, serta untuk membantu penyebar luasakan informasi dan persuasi mengenai perwujudan toleransi antar umat beragama.

III.1.7 Strategi Distribusi

(40)

30 Media

Juni Juli

Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4

Buku

Botol Minum

Poster

Mini X Banner

X Banner

Gantungan Kunci

Sticker

Bolpoin

Penggaris

Penghapus

Tabel III.1 Tabel Penyebaran distribusi III.2 Konsep Visual

Konsep visual dalam media informasi ini ialah dengan merancang sebuah buku informasi yang menampilkan ilustrasi anak–anak yang sedang bermain di taman yang berdekatan dengan lokasi tempat ibadah setiap agama. Bentuk visualnya menyajikan beberapa poin, yaitu terdapat tata letak (layout) dan tipografi yang menarik bagi anak, sehingga lebih mudah dicerna oleh target audience.

III.2.1 Format Desain Format Desain Cover Buku

(41)

31

Gambar III.3 Format Cover Buku

III.2.2 Tata Letak

Proses mengatur hal atau pembuatan layout adalah merangkaikan unsur tertentu menjadi susunan yang baik, sehingga mencapai tujuan (Bob Cotton. 1990. H.124). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Garcia dan Stark (dikutip oleh Rustan, 2007), wilayah pengguna bahasa dan tulisan latin, orang membaca dari kiri ke kanan dan atas ke bawah, namun tidak hanya itu saja, arah gerak mata juga dipengaruhi oleh hal-hal lain berupa pemberian pembeda pada suatu objek, seperti warna, ukuran, dan style.

III.2.3 Tipografi

Huruf berfungsi dalam sebuah media informasi sebagai lambang bunyi atau penyampai pesan. Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda, tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan dari desain huruf tertentu yang dapat menciptakan gaya (style) dan karakter menjadi sebuah karakteristik subjek yang dirancang (Frank Jefkins, 1997, h.88).

Huruf yang digunakan dalam media informasi ini memakai tiga jenis huruf, yaitu

(42)

32

berfungsi memperjelas judul sebuah buku), dan Century Gothic (digunakan pada bagian isi buku agar pembaca lebih nyaman dan jelas untuk membacanya).

Gambar III.4 Tipografi buku

III.2.4 Warna

Warna merupakan unsur terpenting dalam sebuah desain, setiap warna memiliki kekuatan dan arti yang berbeda-beda warna juga mampu merangsang prilaku dan perasaan seseorang. warna adalah salah satu dari dua unsur yang menghasilkan daya tarik visual, dan kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada emosi dari pada akal (Danger, 1992, h.51).

Pemilihan warna harus sesuai dengan konsep dan pesan yang ingin disampaikan. Dalam perancangan media buku informasi ini warna yang di gunakan adalah berwarna - wari karena ingin menimbulkan kesan ceria dan bermain.

(43)

33

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Proses ini dimulai dengan menerjemahkan sinopsis yang merupakan ide awal

perancangan buku bergambar menjadi sebuah storyline yang dilengkapi dengan deskripsi serta naskah. Storyline yang telah jadi, selanjutnya dibuat menjadi

storyboard dimana deskripsi dalam storyline dijadikan sketsa awal termasuk

penyusunan layout per halaman, sehingga ditentukan pula bagaimana gambar serta teks akan ditempatkan.

Langkah selanjutnya adalah pembuatan sketsa awal dimana seluruh gambar merupakan merujuk pada storyboard. Seluruh sketsa dibuat dengan melebihi ukuran sebenarnya yaitu dalam bidang kertas A4. Setelah seluruh sketsa selesai, selanjutnya adalah melakukan gambar digital menggunakan Adobe Ilustrator. Proses pembuatan gambar digital ini menggunakan teknik vector dengan

men-tracing gambar dari sketsa yang sudah dibuat sebelumnya.

Gambar 4.1

(44)

34

Setelah gambar digital selesai, naskah yang sudah disiapkan sebelumnya dimasukan ke dalam gambar sehingga menjadi data berbentuk digital. Terakhir, dikoreksi bagaimana komposisi akhirnya, apakah sudah merujuk pada storyboard

dengan penggabungan gambar dan teks yang disusun per halaman di file kertas berukuran 24 cm x 20 cm, yakni ukuran.

Gambar 4.2

Gambar Digital yang telah Dilengkapi Narasi

Keseluruhan artwork yang telah selesai disusun per-halaman siap dicetak untuk dibuat dummy sebagai acuan dalam proses percetakan. Pembuatan dummy dicetak dengan teknis produksi cetak digital menggunakan printer dengan skala 1:1 dan menggunakan jenis kertas yang akan dipakai di hasil akhir. Karena, jenis kertas mempengaruhi pula hasil artwork yang dicetak. Setelah dummy dirancang dengan tepat, maka dimulai proses percetakan. Proses yang dilakukan setelah itu adalah proses pemotongan kertas agar rapih dan sesuai dengan ukuran sebenarnya. Untuk

perancangan halaman depan (cover) dilakukan proses penjilidan dengan hard

(45)

35

Adapun jenis kertas untuk keseluruhan halaman dalam adalah kertas art paper

250 gram. Kertas tersebut mempunyai tekstur yang halus dan tebal sesuai dengan kebutuhan buku.

VI.2 Media Pendukung 1. Poster

Media poster diperlukan sebagai media informasi yang sifatnya lebih umum untuk di tempel di beberapa sudut yang mudah dijangkau oleh anak-anak dan orang tua.

Gambar 4.3Poster Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : A3 (42 x 29,7 cm) Material : Art Paper

(46)

36

2. X-Banner

Media x-banner diperlukan sebagai media informasi yang dibuat untuk menggugah rasa penasaran anak-anak dan orang tua agar tertarik dengan isi buku.

Gambar 4.4 X-Banner

Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : 60 x 160 cm Material : Flexy Korea

(47)

37

3. Mini X-Banner

Media Mini x-banner diperlukan sebagai media informasi yang dapat diletakan di meja atau di rak dengan tujuan untuk menggugah rasa penasaran anak-anak dan orang tua agar tertarik dengan isi buku.

Gambar 4.5 Mini X-Banner

Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : 30 x 40 cm Material : Flexy Korea

(48)

38

4. Sticker

Media sticker sebagai souvenir yang juga berfungsi sebagai pengingat bagi anak-anak yang dapat ditempelkan dimana saja.

Gambar 4.6 Sticker

Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : 13 x 10 cm Material : Kromo Teknis Produksi : Cetak offset

5. Bolpoin

Media bolpoin sebagai souvenir yang juga berfungsi sebagai alat tulis bagi anak.

Gambar 4.7Bolpoin Sumber: Dokumen Pribadi

(49)

39

6. Penghapus

Penghapus sebagai media pendukung yang berfungsi sebagai alat tulis bagi anak.

Gambar 4.8Penghapus Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : 2 x 3 cm Material : Art paper Teknis Produksi : Cetak offset

7. Penggaris

Penggaris sebagai media pendukung yang berfungsi sebagai alat tulis bagi anak.

Gambar 4.9Gantungan Kunci Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : 13.8 x 1.5 cm

(50)

40

8. Tumbler

Tumbler menjadi salah satu souvenir media promosi pendukung yang dapat

digunakan anak dalam kegiatan sehari-hari.

Gambar 4.10 Tumbler

Sumber: Dokumen Pribadi

(51)

41

1. Pin

Media pin sebagai souvenir berfungsi sebagai media promosi buku yang juga dapat digunakan sebagai aksesoris.

Gambar 4.11Pin Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran : Diameter 7.5 cm Teknis Produksi : Cetak offset

2. Gantungan Kunci

Media gantungan kunci sebagai souvenir yang juga berfungsi sebagai media promosi buku kepada anak-anak yang dapat digunakan sebagai aksesoris.

Gambar 4.12Gantungan Kunci

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar

2 Cetak gambar 3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
Gambar II.1 Fase perkembangan anak Sumber: http://www.abataca.wordpress.com (11April 2014)
Gambar II.2 Tempat ibadah di setiap agama Sumber: http://www.adolescent94.blogspot.com (11 April 2014)
Gambar III.1 Contoh Paper tool
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diantara kemampuan-kemampuan anak yang harus dikembangkan salah satunya adalah menumbuhkan minat baca pada anak dimana membaca merupakan kecakapan fundamental anak

Tujuan dari perancangan game ini yaitu merancang media game edukasi yang komunikatif dan menarik untuk pengenalan huruf pada anak usia dini (1-5 tahun) sehingga

Hal ini lah yang mendorong pembuatan aplikasi game tentang shalat khususnya shalat fardhu (wajib) 5 waktu yang diharapkan dapat membantu anak usia 5-7 tahun dalam

Perkembangan bahasa untuk anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Dalam penelitian ini akan membahas

Tema desain, yaitu buku bacaan interaktif yang dapat memancing perkembangan motorik anak dan menarik perhatian anak-anak untuk lebih suka membaca buku tanpa

(braille), konten, hingga sisi pendukungnya seperti audio. Buku dapat menjadi pendekatan yang paling dekat untuk menjangkau anak-anak tunanetra dalam segala kalangan

Tujuan dari perancangan game ini yaitu merancang media game edukasi yang komunikatif dan menarik untuk pengenalan huruf pada anak usia dini (1-5 tahun) sehingga anak

Hasil penelitian di Paud Dharma banyaknya anak yang mencapai kategori mampu minimal 80% dari jumlah keseluruhan jumlah anak, maka dari hasil tersebut kemudian peneliti melakukan diskusi