• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lactic Acid Bacteria Isolated from Meat with Acid and Bile Salt Tolerance as Probiotics Candidate by in vitro Technique

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lactic Acid Bacteria Isolated from Meat with Acid and Bile Salt Tolerance as Probiotics Candidate by in vitro Technique"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RINGKASAN

UMAR WIJAYANTO. D14204030. Analisis in vitro Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging Sapi terhadap pH Lambung, pH Usus dan Garam Empedu sebagai Kandidat Probiotik. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Irma Isnafia Arief, S.Pt, MSi

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA

Bakteri asam laktat merupakan mikroflora normal daging sehingga lebih sesuai bila dijadikan kultur starter untuk pengolahan produk fermentasi yang berasal dari daging. Syarat utama suatu isolat berpotensi sebagai probiotik adalah memiliki toleransi yang tinggi terhadap asam lambung dan garam empedu dalam saluran pencernaan. Kondisi kritikal yang harus dihadapi bakteri probiotik dalam saluran pencernaan manusia dimulai dari lambung, yaitu bakteri harus mampu bertahan terhadap pH yang sangat rendah (pH 2,0) selama minimal 90 menit. Bakteri probiotik selanjutnya memasuki saluran usus bagian atas (pH 7,2) yang merupakan tempat disekresikan garam empedu. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan seleksi bakteri asam laktat hasil isolasi dari daging sapi dari pasar tradisional di kabupaten Bogor (Arief et al., 2006) untuk mendapatkan kandidat isolat probiotik yang mempunyai karakteristik pertumbuhan terbaik dalam kondisi lingkungan asam kuat HCl sesuai dalam lambung dan adanya garam empedu (0,3%) sesuai usus halus.

Penelitian menggunakan dua puluh delapan isolat bakteri asam laktat yang telah diisolasi dari daging sapi. Masing-masing dari isolat bakteri asam laktat diuji kemampuan pertumbuhannya dalam media pH 2,0 sesuai dengan kondisi keasaman pada lambung dan pada pH 7,2 yang sesuai dengan kondisi pH usus halus. Isolat bakteri asam laktat yang mampu tumbuh baik pada perlakuan pH berbeda dengan viabilitas mencapai minimal 5 log10 diuji lebih lanjut pertumbuhannya pada kondisi

sesuai dengan usus (pH 7,2) dengan kadar garam empedu 0,3%. Penelitian dilakukan dengan tiga kali ulangan dan pengambilan data secara duplo. Peubah yang diamati adalah jumlah kematian populasi isolat bakteri asam laktat yang diujikan. Populasi yang tinggi menunjukkan toleransi yang baik pada kondisi tersebut. Populasi bakteri asam laktat dihitung dengan metode pour plate pada media MRS-agar. Analisis data menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan uji lanjut Duncan.

Kondisi pH lambung (pH 2,0) maupun pH usus (pH 7,2) nyata (P<0,05) mempengaruhi pertumbuhan isolat bakteri asam laktat asal daging sapi. Sebanyak sepuluh isolat bakteri asam laktat memiliki toleransi yang baik pada kondisi pH lambung (pH 2,0) dengan urutan sebagai berikut 2C12a, 1A5a, 2B2b, 2B4b, 1B1b, 1C4c, 1A2c, 1A32d, 2B1de, dan 2D1ef.Bakteri asam laktat yang mampu bertahan pada pH 2,0 dan pH 7,2 dengan kadar garam empedu 0,3% didapatkan sebanyak tiga isolat dengan urutan toleransi yang terbaik 1A5a, 2B4ab, dan 1B1abc. Ketiga isolat bakteri asam laktat asal daging sapi yaitu 1A5, 2B4, dan 1B1 yang memiliki toleransi paling baik pada kondisi lingkungan pH lambung dan pH usus halus dengan kandungan garam empedu 0,3 % berpotensi digunakan sebagai bakteri kandidat probiotik.

(3)

ABSTRACT

Lactic Acid Bacteria Isolated from Meat with Acid and Bile Salt Tolerance as Probiotics Candidate by in vitro Technique

Wijayanto, U., I. I. Arief, and R. R. A. Maheswari

Lactic acid bacteria have been reported to be useful as a health adjunct and are commonly added to food as delivery mechanism. As candidate for probiotic, lactic acid bacteria should have the ability to survive in the digestion process such as resistance towards gastrointestinal tract pH and bile salt concentrations. Lactic acid bacteria utilised in this research were isolated from meat. Twenty eight isolates of lactic acid bacteria selected for their resistancy towards gastric juice pH (pH 2,0) and small intestines pH (pH 7,2) with 0,3% bile salt under in vitro conditions. The result showed that all strains well grown in small intestines pH (pH 7,2), but only 10 isolates had good resistance to gastric juice pH. There were significant difference among theme (P<0,05). Bile salt 0,3% with pH 7,2 influenced significantly the growth of lactic acid bacteria selected at gastric juice condition showed that only three strains (1A5, 2B4, and 1B1) showed tolerance (P<0,05) could be used as probiotics candidate in further applications.

(4)

ANALISIS

in vitro

TOLERANSI ISOLAT BAKTERI ASAM

LAKTAT ASAL DAGING SAPI TERHADAP pH

LAMBUNG, pH USUS DAN GARAM EMPEDU

SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

UMAR WIJAYANTO

D14204030

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

ANALISIS

in vitro

TOLERANSI ISOLAT BAKTERI ASAM

LAKTAT ASAL DAGING SAPI TERHADAP pH

LAMBUNG, pH USUS DAN GARAM EMPEDU

SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

Oleh

UMAR WIJAYANTO

D14204030

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 25 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Irma Isnafia Arief, S.Pt, MSi NIP. 19750304 199902 2 001

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA NIP. 19620504 198703 2 002

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1986 di Bogor Jawa Barat. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Subagio dan Ibu

Lasiyem. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Mekarwangi,

pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN 6

Bogor dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di

SMUN 5 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi

Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) pada tahun 2004.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa

Produksi Peternakan Institut Pertanian Bogor dan FAMM Al An’aam Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor serta kepanitiaan kegiatan kampus lainnya.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Ilmu dan Teknik

Pengolahan Daging ajaran 2007/2008.

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian selama empat bulan dengan

judul “Analisis in vitro Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging Sapi

terhadap pH Lambung, pH Usus dan Garam Empedu sebagai Kandidat

Probiotik“, dibawah bimbingan Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si dan Dr. Ir. Rarah

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi dengan

judul Analisis in vitro Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging Sapi

terhadap pH Lambung, pH Usus dan Garam Empedu sebagai Kandidat

Probiotik. Tidak lupa shalawat dan salam bagi junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir kelak.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan kandidat probiotik

hasil isolat daging. Ada beberapa syarat bagi suatu isolat dapat dikatakan sebagai

probiotik, yaitu mampu tahan terhadap asam dan garam empedu. Mikroba-mikroba

yang umum digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman probiotik terutama

berasal dari kelompok bakteri asam laktat (BAL). Bakteri asam laktat merupakan

mikroflora normal yang terdapat di dalam daging.

Kondisi lingkungan terutama sangat mempengaruhi kemampuan, ketahanan

dan kinerja dari masing-masing isolat. Oleh karena itu diperlukan seleksi pada

bakteri asam laktat yang terdapat di daging sehingga didapatkan isolat yang potensial

sebagai probiotik.

Demikian skripsi ini disusun, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran selalu kami harapkan dan semoga

bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bogor, September 2009

(8)

DAFTAR ISI

Lambung, Hati dan Kandung Empedu Manusia ... 10

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Asam Lambung ... 12

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Garam Empedu ... 13

METODE ... 15

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap pH Lambung (2,0) dan pH Usus (7,2) ... 17

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Garam Empedu ... 18

Peubah ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap pH lambung (2,0) dan pH Usus (7,2) ... 21

(9)

viii

KESIMPULAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran.... ... 31

UCAPAN TERIMA KASIH ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Mikroorganisme yang Digunakan dalam Produk Probiotik ... 10

2. Rataan Populasi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging

Sapi pada pH 2,0 dan 7,2 ... 22

3. Rataan Populasi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Jalur Fermentasi Heksosa oleh Bakteri Asam Laktat ... 7

2. Bagian-bagian Lambung Manusia ... 11

3. Lokasi Hati, Lambung, dan Kandung Empedu dalam

Saluran Pencernaan Manusia ... 12

4. Tahapan Seleksi Bakteri Asam Laktat sebagai

Kandidat Probiotik ... 16

5. Diagram Alir Pengujian Toleransi Bakteri Asam Laktat

terhadap pH 2,0 dan 7,2 ... 18

6. Diagram Alir Pengujian Toleransi Bakteri Asam Laktat

terhadap Garam Empedu 0,3% ... 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Sidik Ragam Jumlah Kematian Populasi 28 Isolat Bakteri

Asam Laktat pada pH Lambung (2,0) ... 39

2. Hasil Sidik Ragam Jumlah Kematian Populasi 28 Isolat Bakteri

Asam Laktat pada pH Usus (7,2) ... 39

3. Hasil Sidik Ragam Jumlah Kematian Populasi 10 Isolat Bakteri

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan pesat dan telah

membawa perubahan pada pola pikir masyarakat tentang diet dan kesehatan.

Pengetahuan gizi yang meningkat, mengakibatkan masyarakat semakin selektif

dalam menentukan bahan pangan yang akan dikonsumsinya. Salah satu makanan

kesehatan yang berkembang saat ini adalah pangan probiotik.

Istilah probiotik didefinisikan oleh Naidu dan Clemens (2000) sebagai

makanan atau minuman yang mengandung mikroba hidup yang memiliki pengaruh

menguntungkan bagi yang mengkonsumsinya dengan cara meningkatkan

keseimbangan mukosa usus. Salah satu prasyarat mikroorganisme probiotik agar

dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan adalah mempunyai viabilitas

yang tinggi atau ketahanan hidup mikroba probiotik setelah melalui saluran

pencernaan. Beberapa karakteristik yang diperlukan bagi suatu isolat berpotensi

sebagai probiotik adalah mampu melewati stress di lambung karena asam lambung

yang tinggi dan dapat bertahan terhadap garam empedu pada usus halus sehingga

mampu bertahan hidup dalam usus besar. Viabilitas sel bakteri yang menjadi

kandidat probiotik harus berkisar antara 107-109 agar mampu bertahan di saluran

pencernaan dan tentu saja kemampuan dari probiotik tersebut harus telah terbukti.

Menurut Fardiaz (1992) bakteri asam laktat merupakan mikroflora normal

yang terdapat di dalam daging atau dapat ditambahkan sebagai kultur starter untuk

memfermentasi produk-produk dengan karakteristik yang dikehendaki. Bakteri asam

laktat merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat berfungsi sebagai bakteri

probiotik. Bakteri asam laktat sebagai probiotik memiliki mekanisme untuk

mempertahankan mikroflora saluran pencernaan sehingga dapat memperbaiki

gangguan saluran pencernaan pada inangnya. Mikroflora usus adalah ekosistem yang

kompleks, terdiri atas berbagai jenis bakteri dalam jumlah yang besar.

Penelitian terdahulu (Arief et al., 2006) telah berhasil melakukan isolasi terhadap bakteri asam laktat yang berasal dari daging sapi dari pasar tradisional di

kabupaten Bogor telah diaplikasikan sebagai kultur starter untuk pembuatan produk

(14)

 

2 probiotik menarik untuk dilakukan, sehingga akan diperoleh bakteri asam laktat yang

memiliki fungsi ganda.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan seleksi bakteri asam laktat

hasil isolasi dari daging sapi untuk mendapatkan kandidat isolat probiotik dengan

karakteristik pertumbuhan terbaik dalam kondisi lingkungan pH lambung (pH 2), pH

usus (pH 7,2) dan adanya garam empedu 0,3%. Toleransi bakteri asam laktat

kandidat probiotik akan menunjukkan pertumbuhan yang tinggi walaupun

ditumbuhkan pada kondisi yang kritis yaitu pH 2,0 dan pH 7,2 dengan kandungan

garam empedu 0,3%.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Probiotik

Istilah probiotik pertama kali dicetuskan untuk mendeskripsikan senyawa

yang dihasilkan mikroorganisme yang dapat menstimulir pertumbuhan

mikroorganisme lain. Definisi probiotik digunakan pada pemberian pakan ternak

yang disuplementasi dengan mikroba pada tahun 1960 untuk membantu hewan

ternak khususnya dalam saluran pencernaannya. Fuller (1999) menyatakan bahwa

probiotik adalah mikroorganisme yang bila dikonsumsi, baik dalam bentuk sel

kering maupun produk fermentasi memberikan efek menguntungkan dengan

memperbaiki sifat mikroflora indigenous. Selanjutnya definisi probiotik berkembang

menjadi makanan suplemen berupa mikroba hidup yang memiliki keuntungan

kepada manusia khususnya dalam keseimbangan mikroflora usus (Shortt, 1999).

Definisi tersebut diperluas oleh para ahli dari Eropa dengan mempertimbangkan

mekanisme probiotik selain yang diperantarai mikroflora usus. Probiotik adalah

bahan pangan berupa mikroorganisme hidup yang mempunyai pengaruh

menguntungkan terhadap kesehatan manusia.

Definisi lain tentang probiotik adalah sediaan sel mikroba hidup atau

komponen dari sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap

kesehatan dan kehidupan inangnya (Salminen et al., 1999). Definisi tersebut

memiliki implikasi bahwa probiotik tidak selalu harus berupa sel hidup karena telah

terbukti bahwa probiotik dalam bentuk sel yang tidak hidup juga menunjukkan

pengaruh positif terhadap kesehatan inang (Ouwehand dan Salminen, 1998).

Probiotik sangat penting bagi tubuh karena menunjukkan peranan fisiologis yang

penting dalam menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan sehingga

terbentuk suatu ekosistem yang unik, yaitu terjadi interaksi yang kompleks yang

bekerja secara sinergis dan antagonistis tergantung dari strain yang terlibat, jumlah

dan aktivitas metaboliknya (Mattila-Sandholm et al., 1999)

Sejumlah peneliti juga mengungkapkan beberapa pengaruh positif bagi

kesehatan dari probiotik yaitu (a) meningkatkan ketahanan terhadap penyakit infeksi

terutama infeksi usus dan diare, (b) menurunkan tekanan darah/ antihipertensi, (c)

menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah, (d) mengurangi resiko lactose

(16)

4 menurunkan resiko terjadinya tumor dan kanker kolon dan (h) bersifat antimutagenik

serta bersifat anti karsinogenik (Kusumawati, 2002).

Menurut Shortt (1999), ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan

untuk mendapatkan produk probiotik dengan pengaruh positif optimal bagi inangnya,

diantaranya adalah : (a) spesies bakteri probiotik sebaiknya tidak bersifat patogen,

(b) toleran terhadap asam dan garam empedu, (c) memiliki kemampuan menempel

dan mengkolonisasi usus, (d) memiliki kemampuan untuk bertahan selama proses

pengolahan dan selama waktu penyimpanan, (e) memiliki karakteristik sensor yang

baik, (f) memiliki sifat antagonistik terhadap mikroba patogen enterik, (g) terbukti

memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan inang, (h) produk probiotik

diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang besar (107-109 cfu/ml) dan (i) total

konsumsi produk probiotik sekitar 300-400 gram per minggu. Dua alasan terakhir

diperlukan untuk memperkirakan bahwa tersedia cukup bakteri probiotik dalam

tubuh untuk memberi pengaruh positif (Tannock, 1999).

Efek probiotik dapat dipertahankan jika makanan pembawa mengandung

minimal organisme probiotik 106-108 cfu/ml (Svensson, 1999), atau 108-1010 cfu/gr

(preparat kering) (Vinderola et al., 2000). Konsumsi minimal per hari dianjurkan

oleh Gilliland (1989) adalah 106-109 sel. Konsumsi probiotik sebaiknya teratur

karena waktu kolonisasi dari mikroorganisme probiotik bersifat terbatas, ditambah

lagi adanya kompetisi dengan mikroorganisme intestinal patogen.

Bakteri Asam Laktat

Salah satu jenis bakteri yang umum terdapat di daging adalah bakteri asam

laktat. Bakteri asam laktat dicirikan sebagai bakteri Gram positif, tidak membentuk

spora, katalase negatif tetapi kadang-kadang terdeteksi katalase semu pada kultur

yang ditumbuhkan pada konsentrasi gula rendah, anaerob aerotoleran, tahan asam,

fermentatif, berbentuk batang dan bulat, habitatnya harus kaya nutrisi, dengan

komposisi basa DNA kurang dari 50% mol G+C (Axelsson, 1998; Adam dan Moss,

1995; Pot et al., 1994).

Fardiaz (1992) mengatakan bahwa bakteri asam laktat merupakan mikroflora

normal yang terdapat di dalam daging. Kultur starter untuk produk daging yang

pertama kali diproduksi secara komersial adalah Pediococcus cereviseae. Pengujian

(17)

5 komersialisasi karena bakteri ini tidak tahan lyofilisasi. Gilliland (1986) mengatakan

bahwa untuk kultur starter yang umum untuk produk-produk daging, isolat terbanyak

yang ditemukan dalam produk-produk fermentasi daging adalah berbagai varian dari

Lactobacillaceae. Menurut Hayakawa (1992), bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang menguntungkan, mampu memfermentasi gula sebagai sumber energi

untuk memproduksi asam laktat dalam jumlah besar dan jika memecah protein, tidak

membentuk senyawa putrefaktif (senyawa yang berbau busuk).

Bakteri asam laktat sering digunakan dalam proses pengolahan pangan,

misalnya pada pengolahan susu seperti yogurt, kefir, keju; dalam fermentasi sayuran

seperti sauerkraut, pikel, kecap kedelai, miso; dalam fermentasi ikan seperti kecap

ikan dan pasta ikan; dalam pembuatan silase seperti bakteri E. faecium dan E.

faecalis; serta dalam pengolahan daging seperti sosis fermentasi, salami probiotik dan daging fermentasi. Klasifikasi bakteri asam laktat berdasarkan beberapa hal

yaitu: morfologinya, kemampuan memfermentasi glukosa, perbedaan tumbuh pada

suhu-suhu tertentu, konfigurasi produksi asam laktat, kemampuan untuk tumbuh

pada konsentrasi garam tinggi dan kemampuan toleransinya terhadap asam dan basa.

Jay (1996) mengatakan bahwa bakteri asam laktat bersifat mesofilik dan termofilik,

beberapa dapat tumbuh pada suhu 5oC dan tertinggi 45oC, dapat bertahan pada pH

3,2 dan pada pH yang lebih tinggi (9,6), beberapa hanya bisa tumbuh pada kisaran

pH yang sempit (4,0-4,5). Pot et al. (1994) menyatakan bahwa semula bakteri asam

laktat diklasifikasikan menjadi 4 genus yaitu Lactobacillus, Leuconostoc,

Streptococcus, Pediococcus, yang didasarkan pada ciri morfologi, tipe fermentasi, kemampuan tumbuh pada suhu yang berbeda, sifat stereospesifik (D atau L laktik),

serta toleransi terhadap asam dan basa. Klasifikasi bakteri asam laktat terus

berkembang, sehingga genus Lactobacillus menjadi Lactobacillus dan

Carnobacterium. Genus Streptococcus menjadi 4 yaitu Streptococcus, Lactococcus, Vagococcus dan Enterococcus. Genus Pediococcus menjadi Pediococcus, Tetratogenococcus dan Aerococcus. Sementara tidak ada perubahan pada genus

Leuconostoc. Klasifikasi yang baru tersebut dihasilkan dengan mempertimbangkan komposisi asam lemak pada membran sel, motilitas dan urutan rRNA, serta persen

guanin dan sitosin pada DNA. Klasifikasi spesies sering juga dicantumkan

(18)

6 konfigurasi produksi asam laktat. Berdasarkan pada perbedaan fenotip atau sifat

biokimia, bakteri asam laktat dibedakan dalam kemampuan memfermentasi

karbohidrat, menghidrolisis arginin, pembentukan asetoin, toleransi pada garam

empedu, kemampuan menghemolisis, produksi polisakarida ekstraseluler, keperluan

faktor pertumbuhannya, dihasilkannya beberapa enzim seperti β-galaktosidase dan β

-glukuronidase, karakteristik pertumbuhan dalam susu dan pembedaan dalam

serologinya (Axelsson, 1998; Pot et al., 1994). Karakterisasi lebih lanjut meliputi

pendekatan molekuler. Pendekatan ini meliputi perbedaan asam diamin dalam

peptidoglikan, adanya dan perbedaan asam teikoat, adanya dan perbedaan

menaquinon, rasio guanin + cytosin (G+C) dalam DNA, komposisi asam lemak dan

keaktifan elektroporesis dari laktat dehidrogenase (LDH).

Pengklasifikasian yang tidak kalah penting adalah perbedaannya dalam

memfermentasi glukosa yang dibagi dalam heterofermentatif dan homofermentatif

(Fardiaz, 1989). Bakteri asam laktat heterofermentatif yaitu memfermentasi glukosa

menjadi asam laktat melalui jalur fosfoketolase, etanol atau asam asetat dan CO2,

sedangkan homofermentatif mengubah keseluruhan glukosa menjadi asam laktat

melalui jalur glikolisis. Bakteri asam laktat yang bersifat homofermentatif misalnya:

Lactobacillus sp. dan Bacillus dextrolacticus. spesies Lactobacillus antara lain

Lactobacillus plantarum, Lactobacillus bulgaricus, Pediococcus cerevisae dan Streptococcus paecalis. Bakteri asam laktat yang bersifat heterofermentatif yaitu

Leuconostoc mesentroides dan Lactobacillus brevis (Fardiaz, 1992).

Jalur glikolisis (Embden-Meyerhof-Parnas) merupakan jalur yang digunakan

oleh seluruh bakteri asam laktat kecuali Leuconostoc, grup lactobacillus dengan

heterofermentasi obligat, oenococcus dan wissellas. Selain glukosa, bakteri asam

laktat juga mampu memfermentasi heksosa seperti manosa, galaktosa dan fruktosa.

(Salminen et al., 2004). Jalur fermentasi heksosa oleh bakteri asam laktat dapat

(19)

7 Glukosa

Fru-1,6P Fru-6P Glu-6P

Asetil-P + Eritrosa-4P 6P-Glukonat

Triose-3P Fru-6P

Homofermentasi (Heterofermentasi)

(Jalur Fosfoketolase)

Gambar 1. Skema Jalur Fermentasi Heksosa oleh Bakteri Asam Laktat (Kandler, 1983)

Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik

Bakteri asam laktat yang bersifat sebagai probiotik pada pencernaan manusia

merupakan mikroflora normal usus, terdiri atas Bifidobacteria dan Lactobacillus

acidophilus (Gomes dan Malcata, 1999). Selanjutnya Fuller (1992) mengatakan bahwa bakteri asam laktat digunakan sebagai probiotik karena mampu : (1)

menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH, (2) dalam kondisi aerob

memproduksi hidrogen peroksida, (3) memproduksi komponen penghambat yang

spesifik misalnya bakteriosin. Bakteri asam laktat memiliki peranan yang penting

pada kehidupan manusia, karena kemampuannya untuk menghasilkan makanan

fermentasi maupun kemampuannya untuk hidup di dalam saluran pencernaan.

Penelitian bakteri asam laktat yang berpotensi probiotik untuk kesehatan telah

banyak dilakukan contohnya adalah manfaat probiotik pada penyakit gangguan

saluran pencernaan.

Menurut Mitsuoka (1990), bakteri asam laktat dapat dibagi atas 4 grup,

berdasarkan keberhasilan hidupnya di dalam saluran pencernaan manusia, yaitu (1)

grup yang berhasil hidup di dalam lumen usus dan merupakan organisme yang paling

(20)

8

Bifidobacterium, (2) grup yang berhasil hidup di dalam lumen usus dan sering

ditemukan dalam spesimen usus manusia, contohnya Lactobacillus (Lactobacillus

acidophilus, Lactobacillus reuteri), (3) grup yang berhasil hidup di dalam lumen usus dan kadang-kadang ditemukan dalam spesimen usus manusia, contohnya

Lactobacillus (Lactobacillus casei, Lactobacillus brevis) dan (4) grup yang sering digunakan dalam pembuatan produk susu dan tidak dapat dijumpai dalam spesimen

usus manusia, contohnya Lactobacillus (Lactobacillus bulgaricus) dan Laktokoki

(Streptococcus thermophilus, Streptococcus cremoris).

Naidu dan Clemens (2000) menyatakan bahwa bakteri asam laktat dengan

aktivitas probiotiknya berperan penting dalam mengatur ekosistem saluran

pencernaan. Aktivitas probiotik terbagi atas 3 spektrum, yaitu nutrisi, fisiologi dan

efek antimikroba. Aspek nutrisi berupa penyediaan enzim untuk membantu

metabolisme komponen makanan (laktase), sintesis beberapa vitamin (K, folat,

piridoksin, pantotenat, biotin dan riboflavin) dan menghilangkan racun metabolit

komponen makanan di dalam usus. Aspek fisiologi meliputi kemampuan menjaga

keseimbangan komposisi mikroflora usus dan menstimulasi sistem kekebalan usus.

Efek antimikroba yang dimiliki oleh probiotik yaitu kemampuannya untuk

memperbaiki ketahanan terhadap bakteri patogen.

Pertumbuhan dan metabolisme dari spesies bakteri pada usus tergantung dari

substrat yang tersedia, yang umumnya berasal dari makanan yang dikonsumsinya.

Wright dan Salminen (1999) menyatakan kelebihan bakteri asam laktat adalah

kemampuannya untuk bertahan hidup mengkolonisasi usus, memproduksi asam

laktat, bakteriosin dan merangsang pembentukkan antibodi tubuh. Menurut

Evanikastri (2003), untuk bersifat sebagai probiotik maka bakteri asam laktat harus

memiliki beberapa syarat sebagai berikut : (1) tahan terhadap asam, terutama asam

lambung yang memiliki pH antar 1,5-2,0 sewaktu tidak makan dan pH 4,0-5,0

sehabis makan, sehingga mampu bertahan dan hidup lama ketika melalui lambung

dan usus, (2) stabil terhadap garam empedu dan mampu bertahan hidup selama

berada pada bagian usus kecil. Empedu disekresikan ke dalam usus untuk membantu

absorbsi lemak dan asam empedu yang terkonjugasi dan diserap dari usus kecil, (3)

memproduksi senyawa antimikroba seperti asam laktat, hidrogen peroksida dan

(21)

9 probiotik merupakan syarat untuk pengkolonisasian, aktivitas antagonis terhadap

patogen, pengaturan sistem daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan

infeksi, (5) tumbuh baik dan berkembang dalam saluran pencernaan, sebagai

probiotik tentu saja kemampuan untuk tumbuh harus diperhatikan. Pada beberapa

genus bifidobakteria dan laktobasili dapat tumbuh baik pada saluran pencernaan

tanpa adanya oksigen, (6) koagregasi membentuk lingkungan mikroflora normal dan

seimbang, koagregasi juga mencerminkan kemampuan interaksi antar kultur untuk

saling menempel dan (7) aman digunakan oleh manusia. Uji secara in vivo

merupakan salah satu indikator bahwa probiotik tersebut dapat dikonsumsi oleh

manusia.

Fermented Milks and Lactic Acid Bacteria Association yang berkedudukan di

Jepang mensyaratkan jumlah minimal 1 x 107 bifidobacteria setiap g atau ml produk

makanan probiotik. Jumlah sel mikroba hidup yang harus terdapat pada produk

probiotik masih menjadi perdebatan, akan tetapi umumnya adalah sebesar 106-108

cfu/ml (Tannock, 1999). Ditambahkan pula oleh Charteris et al. (1998) yang

menyatakan bahwa jumlah minimal mikroorganisme probiotik dalam bioproduk

untuk dapat memberikan manfaat kesehatan adalah 109-1010 cfu/100g produk.

Penelitian mengenai bakteri asam laktat sebagai kandidat probiotik telah banyak

dilakukan pada bidang kesehatan, probiotik banyak diteliti berkaitan dengan

kemampuannya mengatasi gangguan pencernaan. Gill dan Guarner (2004)

mengatakan beberapa gangguan pencernaan dapat berupa inflamasi pada saluran

pencernaan. Selain itu juga sebagai penghasil antimikroba, bakteri asam laktat dapat

menghambat bakteri patogen sehingga dapat mencegah terjadinya diare dan infeksi

usus. Menurut Bernet et al. (1993) bakteri asam laktat dari genus Bifidobacteria dan

Lactobacillus telah terbukti memilki efek probiotik pada manusia. Keberadaan

Lactobacillus dalam saluran pencernaan dapat menjaga keseimbangan ekosistem mikroba dalam usus. Bakteri asam laktat juga dapat bersifat sebagai imunomodulator

untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Erickson, 2000). Keuntungan lain dari

mengkonsumsi bakteri asam laktat adalah menstimulir pergerakan usus. Stimulasi

pergerakan usus ini terkait dengan waktu transit di dalam usus (lamanya transit). Jika

bakteri asam laktat mampu bertahan lama dalam usus maka akan menstimulir

(22)

10 Tabel 1. Mikroorganisme yang Digunakan dalam Produk Probiotik

Lactobacilli Bifidobacteria Bakteri Asam Laktat lainnya

Bukan Bakteri Asam Laktat

L. acidophilus B. animali E. faecium B. cereus

L. casei B. breve E. coli

L. johnsonii B. infantis S. boulardi

L. reuteri B. longum Cl. butyricum

L. salivarus B. adolescentis L. plantarum B. lactis

L. crispatus B. bifidum L. rhamnosus

Sumber : Shortt 1999.

Lambung, Hati dan Kandung Empedu Manusia

Lambung berbentuk seperti huruf J dan merupakan pembesaran dari saluran

pencernaan. Lambung dibagi oleh ahli anatomi menjadi empat bagian, yaitu bagian

fundus, kardiak, “body” atau badan dan pilorus. Bagian kardiak mengelilingi lower

esophageal sphincter. Bagian bulat yang terletak diatas dan disebelah kiri bagian kardiak adalah fundus. Di bawah fundus adalah bagian pusat yang terbesar dari

lambung, yang disebut dengan “body” atau badan lambung. Bagian yang menyempit,

pada daerah inferior adalah pilorus.

Sekresi dari getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal.

Impuls parasimpatis yang terdapat pada medulla dihantarkan melalui syaraf vagus

dan merangsang gastric glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida,

mukus dan hormon gastrin. Asam klorida (HCl) terlibat dalam perubahan pepsinogen

menjadi enzim aktif yaitu pepsin dan faktor intrinsik, terlibat dalam penyerapan

vitamin B12 untuk produksi sel darah merah, yang diproduksi oleh sel parietal. HCl

juga memiliki fungsi mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan dan

membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin. Larutan ini adalah

(23)

11 Gambar 2. Bagian-Bagian Lambung Manusia

Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas dan keduanya

dihubungkan oleh suatu saluran yang dikenal sebagai duktus biliaris (saluran

empedu). Meskipun memiliki saluran penghubung dan keduanya berperan dalam

fungsi yang sama, tetapi hati dan kandung empedu sangat berbeda satu sama lain.

Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik kimia pada tubuh manusia.

Hati merupakan suatu organ kompleks yang melaksanakan berbagai fungsi vital,

mulai dari mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh sampai menghasilkan zat-zat

pembekuan darah. Salah satu fungsi utamanya adalah menghancurkan zat-zat yang

berbahaya yang diserap dari usus atau dibuat di bagian tubuh lainnya, kemudian

membuangnya sebagai zat yang tidak berbahaya ke dalam empedu atau darah.

Kandung empedu berbentuk seperti buah pir dan merupakan tempat penyimpanan

empedu.

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu

keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama

bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus)

membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian

atas pada sfingter Oddi, yang terletak beberapa sentimeter di bawah lambung. Unsur

(24)

12 pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk

pencernaan dan absorpsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian

besar garam empedu direabsorpsi dalam ileum, mengalami resirkulasi ke hati,

kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Garam empedu menyebabkan

meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,

sehingga membantu penyerapannya dari usus.

Gambar 3. Lokasi Hati, Lambung dan Kandung Empedu dalam Saluran Pencernaan Manusia

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Asam Lambung

Toleransi terhadap asam lambung merupakan syarat penting suatu isolat

untuk dapat menjadi probiotik. Hal ini disebabkan bila isolat tersebut masuk ke

dalam saluran pencernaan manusia, salah satu kondisi yang menekan adalah pada

saat di lambung, yang memiliki pH sekitar 2,5 sehingga bakteri asam laktat harus

mampu bertahan hidup (Jacobsen et al., 1999). Hasil sekresi dari lambung dikenal

dengan istilah getah lambung berupa cairan jernih berwarna kuning pucat yang

mengandung HCl 0,2-0,5% dengan pH sekitar 1,5 (bila lambung dalam kondisi

benar-benar kosong). Getah lambung terdiri atas air (97-99%), musin (lendir) serta

garam anorganik, enzim pencernaan (pepsin serta renin) dan lipase. Berrada et al.

(1991) menyatakan bahwa waktu yang diperlukan mulai saat bakteri masuk sampai

(25)

13 probiotik harus mampu bertahan dalam keadaan asam lambung selama sedikitnya 90

menit.

Booth dan Kroll (1989) menyatakan bahwa asam kuat seperti HCl

menyebabkan penurunan pH eksternal. Asam kuat menyebabkan enzim-enzim yang

terdapat pada permukaan sel terdenaturasi oleh pH rendah sehingga menurunkan pH

sitoplasma akibat peningkatan permeabilitas proton pada gradien pH yang besar.

Bakteri asam laktat adalah mikroorganisme fermentatif yang mampu tumbuh pada

kisaran pH yang luas. Diantara genus bakteri asam laktat, spesies-spesies dalam

laktobasili dikenal memiliki ketahanan yang baik dalam kondisi asam. Pertahanan

utama sel bakteri dari lingkungannya adalah membran seluler yang terdiri atas

struktur lemak dua lapis. Paparan sel bakteri dalam lingkungan yang sangat asam

dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel tersebut dan keluarnya

komponen-komponen intraseluler yang mengakibatkan kematian sel. Bakteri yang toleran

terhadap asam, membran selnya lebih tahan terhadap kebocoran akibat pH rendah

dibandingkan dengan yang tidak tahan asam (Bender et al., 1986).

Tidak seperti bakteri netrofilik (hanya tumbuh pada kondisi pH mendekati

netral) yang menjaga pH intraselulernya mendekati netral, pada bakteri asam laktat

terjadi perubahan dinamis pH intraseluler seiring dengan terjadinya penurunan pH

ekstraseluler (Nannen dan Hutkins 1991; Siegumfeldt et al., 2000) sehingga tidak

terjadi gradien proton yang besar. Bakteri asam laktat tidak hanya tumbuh dengan

lambat pada pH rendah, tapi kerusakan akibat asam dan hilangnya viabilitas juga

dapat terjadi pada sel bakteri yang terpapar pada pH rendah. Tiap galur memiliki

ketahanan berbeda terhadap asam atau pH rendah. Ada beberapa kemungkinan

mekanisme bagaimana bakteri mengatur pH internal tetapi yang paling penting

adalah translokasi proton oleh enzim ATP-ase (Hutkins dan Nannen, 1993).

Parameter lain yang terlibat dalam pengaturan pH internal adalah permeabilitas

membran plasma terhadap proton.

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Garam Empedu

Toleransi isolat bakteri asam laktat terhadap garam empedu juga merupakan

syarat penting untuk probiotik. Bakteri asam laktat untuk dapat bertahan dan tumbuh

pada saluran pencernaan harus mampu melewati bagian atas saluran usus yang berisi

(26)

14 Asam empedu disintesa dalam hati dari kolesterol, menghasilkan senyawa

yang disebut asam empedu primer. Asam empedu utama ini berkonjugasi dengan

glisin atau taurin dan disekresikan ke dalam kantung empedu sebagai asam empedu

terkonjugasi. Asam empedu di dalam kantung empedu dilepaskan ke dalam lumen

duodenum dalam bentuk misel dengan asam lemak dan gliserol yang dihasilkan oleh

pencernaan lipase pankreatik. Sebanyak antara 5,500 sampai 35,500 mg asam

empedu terkonjugasi desekresikan ke dalam usus kecil manusia setiap, untuk

membantu absorpsi lemak makan, kolesterol, vitamin hidrofobik dan senyawa larut

lemak yang lain. Asam empedu terkonjugasi diserap dari usus kecil (sekitar 97%)

dan dikembalikan ke dalam hati melalui sirkulasi hati. Sebagian kecil dari asam

empedu (250-400 mg) yang tidak diserap hilang dari tubuh manusia sebagai asam

empedu bebas di feses. Mekanisme saat asam empedu diserap dalam usus kecil dan

kolon, disintesa kembali dan disekresikan lagi dikenal sebagai sirkulasi hati harinya

(Corzo dan Gilliland, 1999).

Seperti halnya ketahanan terhadap asam, menurut Zavaglia et al. (1998) dan

Jacobsen et al. (1999), semua mikroba yang berhasil hidup setelah ditumbuhkan

dalam MRSA yang ditambah 0,3% ox gall, dinyatakan bersifat tahan terhadap garam

empedu. Konsentrasi garam empedu sebesar 0,3% merupakan konsentrasi yang

kritikal, nilai yang cukup tinggi untuk menyeleksi isolat yang resisten terhadap

garam empedu. Laktobasili yang paling bersifat resisten terhadap garam empedu

terdapat pada bagian atas usus halus (jejunum). Hal ini juga dilaporkan oleh Ray

(1996) dan Drouault et al. (1999), bahwa jumlah bakteri asam laktat yang terdapat di

yeyunum lebih rendah dibanding ileum, sekum dan kolon. Hal ini disebabkan

konsentrasi garam empedu pada bagian yeyunum paling tinggi daripada ileum,

(27)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Ruminansia

Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama

lima bulan dari bulan Juli sampai Nopember 2008.

Materi

Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi 28 isolat bakteri

asam laktat asal daging sapi (1A1, 1A2, 1A32, 1A4, 1A5, 1A6, 1B1, 1B2, 1C1, 1C3,

1C4, 1C6, 1D1, 1D2, 1D3, 2A1, 2A2, 2A3, 2B1, 2B2, 2B3, 2B4, 2C2, 2C12, 2D1,

2D2, 2D41, 2D42) yang diperoleh dari penelitian sebelumnya oleh Arief et al.

(2006). Kode ke-28 isolat ini diperoleh dari daging dengan masa penyimpanan

berbeda yaitu 12 jam (1) dan 34 jam (2), pasar berbeda yaitu pasar Anyar 1 (A),

pasar Cibeureum (B), pasar Ciampea (C), pasar Gunung Batu (D), pasar Anyar 2 (E)

dan bakteri ke-1 (1), ke-2 (2), ke-3 (3), dst. Isolat 1A1, 1A4, 2B1, 2B3, 1D2, 2D1

dan 2D2 memiliki morfologi bentuk bulat sedangkan ke-21 isolat lainnya memiliki

morfologi bentuk batang (Firmansyah, unpublished). Media yang digunakan adalah

Buffer Pepton Water (BPW), Posphat Buffer Salin (PBS), de Man Rogosa Sharp Broth (MRSB), Bacteriological Agar (BA), Yeast Extract (YE), dan Ox gall.

Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah aquadestilata, buffer pH 4 dan 7, HCl 0,1N,

NaOH 0,1N, alkohol 70%, dan teepol.

Peralatan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah cawan Petri, pemanas

Bunsen, pipet volumetrik (1 ml, 5 ml, dan 10 ml), mikropipet (0,1 ml, 1 ml dan 5

ml), tabung reaksi, vorteks, autoklaf, mikroskop, stopwatch, botol Schott, inkubator,

alumunium foil, kompor, panci, gelas ukur, alat gelas lainnya dan alat-alat tulis.

Rancangan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah sebanyak 28

isolat diuji pada pH dan garam empedu dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang

diberikan meliputi kemampuan hidup isolat pada media berbeda yaitu dengan pH 2

dan pH 7,2 dengan kadar garam empedu 0,3%. Sidik ragam dilakukan untuk setiap

parameter pengujian. Apabila hasil sidik ragam menunjukkan respon yang berbeda

(28)

16 rancangan percobaan yang digunakan mengacu pada Steel dan Torrie (1995) sebagai

berikut:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yijk. = Respon yang didapat (jumlah bakteri) dari pengaruh perlakuan.

µ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan pH (2,0 dan 7,2) dan garam empedu 0,3%

Εij = Galat percobaan untuk taraf ke-i dan ulangan ke-j

Peubah yang diamati selama penelitian ini ialah jumlah populasi bakteri asam

laktat yang mati dari masing-masing isolat kultur bakteri asam laktat untuk

menentukan isolat yang mempunyai toleransi tertinggi terhadap kondisi lambung (pH

2,0) dan kondisi usus (pH 7,2) dengan kadar garam empedu 0,3% . Jumlah populasi

bakteri asam laktat yang mati digunakan sebagai dasar penentu bakteri asam laktat

sebagai kandidat probiotik.

Prosedur

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu (1) seleksi isolat bakteri asam

laktat asal daging sapi terhadap lingkungan dengan kondisi yang berbeda yaitu pH 2

dan pH 7,2. Pada tahap 2 isolat bakteri asam laktat yang tahan terhadap pH 2

diseleksi kembali dalam media dengan garam empedu 0,3 % ox gall. Tahapan

prosedur dapat dilihat pada Gambar 4.

(29)

17

Gambar 4. Tahapan Seleksi Bakteri Asam Laktat sebagai Kandidat Probiotik

Penyegaran dan Penghitungan Populasi Awal (Lin et al., 2006)

Penyegaran dilakukan setiap kali sebelum pengujian ketahanan bakteri

terhadap asam maupun terhadap garam empedu. Penyegaran dilakukan dengan cara

isolat induk bakteri asam laktat sebanyak 1% dari masing-masing 28 isolat bakteri

asam laktat murni diinokulasikan ke dalam media MRS-broth 9 ml untuk kemudian

di inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam untuk mendapatkan kultur kerja. Setelah

diinkubasi dilakukan penghitungan populasi awal dengan cara sebelumnya

diencerkan pada media BPW (10-7, 10-8,10-9), selanjutnya dipupukkan dalam media

MRS-agar dengan metode pour plate.

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging pada pH Lambung dan pH Usus (Lin et al., 2006)

Uji toleransi terhadap pH lambung dan pH usus dilakukan dengan cara 28

isolat kerja bakteri asam laktat diinokulasikan masing-masing sebanyak 1% dengan

jumlah populasi awal minimal 108cfu/ml ke dalam media PBS untuk diatur pada pH

2,0 dan 7,2 menggunakan HCl 0,1N untuk menurunkan pH atau NaOH 0,1N untuk

menaikkan pH. Selanjutnya isolat diinkubasi pada suhu 37oC selama 3 jam. Setelah

Penyegaran dalam media MRS-broth + yeast ekstrak

Uji ketahanan pada garam empedu (bile salt 0,3% dengan pH 7,2) selama 24 jam (UJI 2)

Uji ketahanan pada pH lambung (pH 2,0) selama 3 jam (Uji 1)

Seleksi isolat bakteri asam laktat yang mampu hidup pada uji 1 dan 2

(Jika didapatkan lebih dari 3 isolat, maka dipilih hanya 3 isolat dengan toleransi pertumbuhan tertinggi, jika didapatkan ≤ 3 isolat, maka dipilih isolat tersebut)

Uji ketahanan pada pH Usus (pH 7,2) selama 3 jam (Uji 1)

(30)

18

itu dilakukan pemupukan untuk pnentuan jumlah populasi akhir dengan metode pour

plate sesuai Fardiaz (1992). Pengenceran dilakukan pada media BPW (10-3, 10-4,10-5

untuk pH 2,0 dan 10-7, 10-8,10-9 untuk pH 7,2). Inkubasi dilakukan selama 48 jam

pada suhu 37oC. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan setiap

ulangan duplo. Penghitungan dilakukan terhadap koloni bakteri asam laktat yang

terlihat berwana putih atau kekuningan dihitung sebagai populasi akhir. Toleransi

bakteri asam laktat ditentukan berdasarkan jumlah kematian bakteri asam laktat

tersebut. Kematian bakteri asam laktat ditentukan dengan cara menghitung selisih

antara populasi awal dikurangi populasi akhir. Diagram alir pengujian toleransi

bakteri asam laktat terhadap pH lambung dan pH usus dapat dilihat pada Gambar 5.

pH 2,0 pH 7,2

HCl 0,1 N NaOH 0,1 N

Pengenceran tiga ulangan Pengenceran tiga ulangan

Pemupukan duplo Pemupukan duplo

Gambar 5. Diagram Alir Pengujian Toleransi Bakteri Asam Laktat terhadap pH 2,0 dan 7,2

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging terhadap Garam Empedu (Lin et al., 2006)

Inkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam

(31)

19 Uji toleransi terhadap garam empedu dilakukan setelah didapat isolat bakteri

asam laktat dari daging yang dapat tumbuh pada pH 2,0. Pengujian disesuaikan

dengan kadar garam empedu pada saluran pencernaan yaitu dengan menggunakan ox

gall sebanyak 0,3% b/v dalam media MRSB dengan pH 7,2. Pengujian dilakukan

pada konsentrasi garam empedu 0,3% mengacu pada Marteu et al. (1997).

MRS-broth basal ditambahkan garam empedu dengan konsentrasi 0,3% dengan pH 7,2,

kemudian disterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit. Sebanyak 1% kultur kerja

isolat bakteri asam laktat dengan jumlah populasi awal minimal 108 cfu/ml

diinokulasikan pada media MRSB yang telah ditambahkan garam empedu 0,3%

steril lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Diagram alir pengujian toleransi

isolat bakteri asam laktat asal daging sapi terhadap garam empedu 0,3% dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Alir Pengujian Toleransi Bakteri Asam Laktat terhadap Garam Empedu 0,3%

Kultur Kerja Populasi

awal ≥ 108 cfu/ml

Inkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam

(32)

20

Setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam, isolat diencerkan dengan

media BPW untuk selanjutnya dipupukkan dalam media MRSA pada cawan petri

dengan metode pour plate. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 48 jam,

pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Populasi bakteri asam laktat yang dapat

bertahan hidup diamati dengan cara menghitung jumlah koloni yang berwarna putih

atau kekuningan sebagai populasi akhir. Toleransi bakteri asam laktat ditentukan

berdasarkan jumlah kematian bakteri asam laktat tersebut. Kematian bakteri asam

laktat ditentukan dengan cara menghitung selisih antara populasi awal dikurangi

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging pada pH Lambung dan pH Usus

Menurut Havenaar et al. (1992), dalam pengembangan galur probiotik baru,

perlu dilakukan seleksi secara in vitro yang meliputi sensitivitas terhadap pH rendah,

cairan lambung, asam empedu, pankreas dan kemampuannya menekan pertumbuhan

mikroba patogen lain. Pada penelitian ini, 28 galur isolat bakteri asam laktat (1A1,

1A2, 1A32, 1A4, 1A5, 1A6, 1B1, 1B2, 1C1, 1C3, 1C4, 1C6, 1D1, 1D2, 1D3, 2A1,

2A2, 2A3, 2B1, 2B2, 2B3, 2B4, 2C2, 2C12, 2D1, 2D2, 2D41, 2D42) diuji secara in

vitro kemampuan tumbuh pada pH lambung dan pH usus untuk mengetahui

karakteristik probiotiknya, meliputi uji ketahanan terhadap pH rendah dan bile salt

(garam empedu). Kondisi yang kritikal bagi bakteri asam laktat pertama kali terjadi

pada saat sel bakteri memasuki saluran pencernaan, yaitu terpapar pada asam

lambung. Asam lambung memiliki pH yang sangat rendah, yaitu sekitar 2. Uji

ketahanan bakteri asam laktat pada pH rendah merupakan salah satu sifat yang paling

penting dalam menentukan karakteristik dari mikroorganisme probiotik. Hasil

pengujian ketahanan isolat daging bakteri asam laktat terhadap pH 2 dan 7,2 dapat

dilihat pada Tabel 2.

Uji ketahanan isolat bakteri asam laktat asal daging sapi terhadap pH rendah

(pH 2) selama 3 jam ditetapkan berdasarkan rataan ketahanan pertumbuhan dari

masing-masing isolat. Uji ketahanan isolat bakteri asam laktat terhadap pH 7,2 juga

dilakukan karena di dalam usus yang terdapat garam empedu memiliki pH yang

hampir mendekati netral, yaitu 7,2. HCl 0,1N pada PBS (media pertumbuhan)

ditambahkan untuk mendapatkan kondisi yang mendekati lambung. HCl adalah asam

kuat yang mudah terdisosiasi menghasilkan proton, menyebabkan penurunan pH

medium di luar sel atau pH ekstraseluler. Asam ini menghambat pertumbuhan sel

melalui efek denaturasi enzim-enzim yang ada di permukaan sel, kerusakan

lipopolisakarida, dan membran luar serta penurunan pH sitoplasma melalui

peningkatan permeabilitas membran terhadap proton pada gradien pH yang sangat

besar. HCl digunakan karena memiliki karakteristik yang mirip dengan asam

(34)

22 Tabel 2. Rataan Populasi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging Sapi pada

pH 2 dan pH 7,2

1B2 5,58±0,51 fgh 0,1±0,03cdef

2D42 5,58±0,13 fgh 1,2±0,10 m

Keterangan : Tanda superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata ( P < 0,05 )

(35)

23

Media PBS digunakan sesuai dengan penelitian Conway et al. (1987) yaitu

sebagai larutan penyangga yang mampu mempertahankan pH lingkungan bakteri

asam laktat untuk seleksi sebagai probiotik pada kondisi asam. Waktu inkubasi

selama 3 jam disesuaikan dengan waktu transit makanan dalam lambung manusia

berkisar antara 2-6 jam. Beberapa bakteri probiotik tumbuh hingga mencapai

populasi maksimum setelah 3 jam mengkonsumsi pangan probiotik (Oozer et al.,

2006). Hasil analisis ragam pada Tabel 2, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nyata (P<0,05) pada ketahanan isolat-isolat yang diuji untuk tumbuh pada pH 2.

Bakteri asam laktat asal daging sapi yang mampu bertahan hidup dengan baik pada

pH 2 didapatkan sebanyak sepuluh isolat yaitu 2C12a, 1A5a, 2B2b, 2B4b, 1B1b, 1C4c,

1A2c, 1A32d, 2B1de, dan 2D1ef. Pemilihan isolat bakteri asam laktat berdasarkan

pada kemampuan tumbuhnya pada pH 2 dan mempertahankan populasinya minimal

5 log10 cfu/ml selama 3 jam sesuai Mitsuoka (1990)

Pengujian pada pH 7,2 selama 3 jam juga dilakukan untuk melihat ketahanan

isolat bakteri asam laktat asal daging sapi dalam usus halus yang memiliki pH

hampir mendekati netral. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan toleransi yang nyata (P<0,05) dari ke 28 isolat yang diuji pada pH 7,2

selama 3 jam. Keseluruhan isolat dapat tumbuh dengan tingkat kematian kurang dari

3 log sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh isolat merupakan isolat yang tahan

pada kondisi usus (pH 7,2). Hal ini terjadi karena sifat bakteri asam laktat yang

cenderung tumbuh pada kisaran pH mendekati netral. Jay (1996) mengatakan bahwa

bakteri asam laktat bersifat mesofilik dan termofilik, beberapa dapat tumbuh pada

suhu 5oC dan tertinggi 45oC, dapat bertahan pada pH 3,2 dan pada pH yang lebih

tinggi yaitu pH 9,6, beberapa hanya bisa tumbuh pada kisaran pH yang sempit

4,0-4,5,

Isolat bakteri asam laktat mampu beradaptasi pada pH 2 karena memiliki

sistem regulasi pada pH internal sel (pHi). Hal ini dapat dicapai dengan sintesis

enzim-enzim baru dan mengeluarkan proton (H+) dari dalam sel yang

pengeluarannya terjadi melalui proses hidrolisis ATP (H+-ATPase). Casiano-Colon

dan Marquis (1998) berpendapat bahwa bakteri asam laktat bertahan dari kerusakan

asam karena adanya enzim histidin dekarboksilase dan enzim arginin deiminasi.

(36)

24 dapat melewati saluran lambung yang bersifat asam. Toleransi bakteri asam laktat

terhadap asam cukup tinggi disebabkan kemampuannya mempertahankan pH

sitoplasma lebih basa daripada pH ekstraseluler (Hutkins dan Nannen, 1993).

Pertahanan utama sel bakteri dari lingkungannya adalah membran seluler yang terdiri

atas struktur lemak dua lapis. Bila sel bakteri terpapar dalam kondisi asam, maka

membran sel dapat mengalami kerusakan dan berakibat hilangnya

komponen-komponen intraseluler, seperti Mg, K, dan lemak dari sel, biasanya kerusakan ini

menyebabkan kematian sel. Mekanisme bakteri untuk mengatur pH internalnya

adalah melalui translokasi proton oleh enzim ATP-ase, Enzim yang terikat pada

membran sel bertindak sebagai pompa yang akan memindahkan ion dan reaksinya

bersifat reversible. Enzim tersebut juga akan mengkatalisis gerakan proton

menyeberangi membran sel sebagai akibat dari hidrolisis dan sintesis ATP. Berbeda

dengan bakteri yang tidak tahan asam, bakteri yang tahan asam memiliki pH optimal

enzim yang lebih rendah dibandingkan dengan bakteri yang kurang tahan asam.

Bakteri asam laktat untuk mempertahankan pH sitoplasma supaya lebih basa sel

harus memiliki barrier terhadap aliran proton, barrier ini umumnya adalah membran

sitoplasma. Membran sitoplasma bakteri terdiri atas 2 lapis fosfolipid (lipid bilayer)

yang pada masing-masing permukaan lapisan tersebut melekat pada protein dan

glikoprotein. Lipid bilayer bersifat semipermeabel yang akan membatasi gerakan

senyawa yang keluar masuk antara sitoplasma dengan lingkungan luar.

Sebanyak 18 isolat bakteri asam laktat asal daging sapi lainnya didapatkan

tidak tahan terhadap asam lambung. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhannya

yang tidak mampu mencapai hingga 5 log10. Kematian sel pada pH rendah

diakibatkan terjadinya pengasaman dinding sel. Paparan pada kondisi yang sangat

asam juga dapat mengakibatkan kerusakan membran dan lepasnya komponen

intraseluler yang mampu menyebabkan kematian. Kebanyakan bakteri asam laktat

tidak hanya tumbuh lebih lambat pada pH rendah, tetapi mungkin juga mengalami

kerusakan, terjadi penurunan viabilitas jika selnya berada pada kondisi pH rendah.

Toleransi relatif dari mikroorganisme terhadap lingkungan asam bergantung dari

jenis isolat tersebut. Perbedaan kerentanan membran sitoplasma inilah yang

menentukan toleransi bakteri tersebut pada pH rendah. Gradien proton yang besar

(37)

25 menggunakan banyak energi (Kobayashi, 1985) dan bakteri anaerobik mendapatkan

energi dari metabolisme gula yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bakteri

aerobik. Gradien proton yang besar juga mengakibatkan akumulasi anion asam

organik dalam sitosol yang bersifat racun bagi sel tersebut (Russel, 1992).

Komposisi asam lemak penyusun membran sitoplasma beragam diantara

spesies bakteri yang keragamannya tersebut mempengaruhi karakteristik dan

permeabilitasnya. Beberapa protein dalam membran secara spesifik juga

memfasilitasi pergerakan senyawa melewati membran. Komposisi dan struktur

protein yang berbeda pada membran sitoplasma juga menentukan karakteristik dan

permeabilitas membran tersebut. Keragaman asam lemak dan protein pada membran

sitoplasma diduga juga mempengaruhi keragaman ketahanan bakteri terhadap pH

rendah. Pada beberapa bakteri Gram positif terjadi peningkatan sintesis asam amino

fosfolipid (Booth et al., 1989) yang bermuatan positif jika ditumbuhkan pada media

yang ber-pH rendah. Perubahan ini diduga karena ionisasi asam amino pada pH

rendah menyebabkan permukaan membran bermuatan positif sehingga dapat

bertindak sebagai barrier proton. Selain itu, bakteri yang tahan asam memiliki enzim

yang lebih tahan terhadap pH rendah (asam), faktor lain seperti kapasitas buffering

sitoplasma kurang berpengaruh bagi pengaturan pH intraseluler (Bender et al., 1986).

Cotter dan Hill (2003) menambahkan bahwa pertahanan bakteri Gram positif

terhadap asam juga terjadi karena adanya pompa proton oleh ATP-ase, adanya

mekanisme perubahan membran sel bakteri dan dekarboksilasi asam amino.

Chou dan Weimer (1999) menyatakan bahwa enzim dapat mempengaruhi

pertumbuhan dari bakteri asam laktat pada pH rendah. Enzim-enzim yang

mempengaruhi ketahanan bakteri asam laktat pada pH rendah adalah enzim protease.

Diungkapkan bahwa semakin tinggi enzim protease yang dimiliki oleh suatu isolat

dapat meningkatkan ketahanannya pada kondisi asam. Salah satu enzim protease

yaitu aminopeptidase dapat mempengaruhi adaptasi dan pertumbuhan dari isolat

bakteri asam laktat pada kondisi asam (De Angelis et al., 2001). Enzim protease

dibutuhkan oleh bakteri asam laktat untuk pertumbuhan dan menghasilkan asam

dalam proses pembuatan produk fermentasi.

Berdasarkan hasil pengujian pertumbuhan bakteri asam laktat dalam media

(38)

26 laktat asal daging sapi dengan toleransi dan viabilitas tinggi. Selanjutnya 10 isolat

bakteri asam laktat asal daging sapi diuji toleransinya terhadap kondisi usus halus

dengan pH 7,2 dengan kandungan garam empedu 0,3%.

Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging terhadap Garam Empedu

Bakteri asam laktat sebagai isolat probiotik untuk dapat bertahan dan tumbuh

pada saluran pencernaan harus mampu melewati berbagai kondisi lingkungan yang

menekan, salah satunya adalah pada saat bakteri memasuki bagian atas saluran usus

yang merupakan tempat empedu disekresikan ke dalam usus. Cairan empedu

merupakan campuran dari asam empedu, kolesterol, asam lemak, fosfolipid, pigmen

empedu, dan sejumlah xenobiotik terdetoksifikasi. Sekresi pankreas juga

mengandung serangkaian enzim pencernaan, yaitu tempat enzim yang bersifat

lipolitik diaktifkan oleh karakteristik aktif dari empedu. Kombinasi tersebut bersifat

bakterisidal bagi mikroorganisme komensal dalam tubuh manusia kecuali bagi

beberapa genus penghuni usus yang tahan garam empedu (Hill, 1995). Hasil

pengujian ketahanan isolat daging bakteri asam laktat terhadap garam empedu 0,3%

dapat dilihat pada Tabel 3.

Uji ketahanan isolat bakteri asam laktat asal daging sapi terhadap garam

empedu (bile salt) merupakan pengujian tahap lanjutan terhadap isolat yang telah

terlebih dahulu diseleksi pada pH 2 dan 7,2 sebagai kandidat probiotik. Sebanyak 10

isolat bakteri asam laktat asal daging sapi terpilih diuji pada garam empedu 0,3%.

Konsentrasi garam empedu sebesar 0,3% merupakan konsentrasi yang kritikal dan

merupakan nilai yang cukup tinggi untuk melakukan seleksi isolat yang resisten

terhadap garam empedu (Gilliland et al., 1984). Pengujian dilakukan dengan cara

penumbuhan isolat dalam media MRS-broth dengan pH 7,2 yang telah ditambahkan

garam empedu sebesar 0,3% selama 24 jam. Hasil analisis ragam dan uji lanjut

menunjukkan bahwa isolat yang berasal dari sumber sejenis yaitu daging sapi tidak

memberikan karakteristik ketahanan terhadap garam empedu yang sama. Sebanyak

tiga isolat bakteri asam laktat asal daging sapi didapatkan memiliki toleransi yang

tinggi terhadap garam empedu yaitu 1A5a, 2B4ab, dan 1B1abc dan secara statistik

tidak berbeda. Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri asam laktat ini

(39)

27 yang ditunjukkan dengan jumlah kematian paling sedikit dan secara statistik

menunjukkan hasil yang sama dengan 2B4 dan 1B1.

Tabel 3. Rataan Populasi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging Sapi pada Garam Empedu 0,3%

Isolat Jumlah Sel Mati

---(Log10 cfu/ml)---

Keterangan : Tanda superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

Isolat bakteri asam laktat 2D1 memiliki ketahanan yang paling rendah

dibandingkan dengan isolat-isolat lainnya pada garam empedu 0,3% ditunjukkan

dengan jumlah kematian yang paling tinggi diantara kesembilan isolat bakteri asam

laktat terpilih lainnya. Toleransi yang baik terhadap garam empedu ini diduga karena

peranan polisakarida sebagai salah satu komponen penyusun dinding sel bakteri

Gram positif, tetapi mekanisme yang terlibat di dalamnya belum diketahui dengan

jelas. Bakteri asam laktat yang tidak mampu bertahan dan tumbuh dengan baik dalam

kondisi usus halus dapat disebabkan oleh perubahan permeabilitas seluler dan

kebocoran materi intraseluler yang dialami lebih besar sehingga menyebabkan

lisisnya sel dan menyebabkan kematian. Hasil ini sesuai dengan penelitian-penelitan

lain (Kusumawati, 2002; Kimoto et al., 1999; Ngatirah et al., 2000) yang juga

menunjukkan bahwa bakteri asam laktat memiliki ketahanan terhadap garam empedu

yang beragam. Chou dan Weimer (1999) juga mendapatkan bahwa diantara

galur-galur bakteri asam laktat dari spesies yang sama serta diisolasi dari sumber yang

(40)

28 Cairan garam empedu bersifat sebagai senyawa aktif permukaan sehingga

dapat menembus dan bereaksi dengan sisi membran sitoplasma yang bersifat

lipofilik, menyebabkan perubahan dan kerusakan struktur membran. Sifat aktif

permukaan dari cairan garam empedu juga mengakibatkan aktifnya enzim lipolitik

yang disekresikan pankreas (Hill, 1995). Enzim tersebut juga mungkin bereaksi

dengan asam lemak pada membran sitoplasma bakteri menyebabkan perbedaan

permeabilitas dan karakteristiknya sehingga dapat mempengaruhi ketahanannya

terhadap garam empedu. Menurut Smet et al. (1995) beberapa Lactobacillus

memiliki enzim bile salt hydrolase dengan aktivitas untuk menghidrolisis garam

empedu. Enzim ini mampu mengubah kemampuan fisik dan kimia yang dimiliki oleh

garam empedu, sehingga tidak bersifat racun bagi bakteri asam laktat. Hal inilah

yang memungkinkan menjadi penyebab beberapa isolat bakteri asam laktat tahan

terhadap keadaan garam empedu.

Semakin tinggi konsentrasi garam empedu, maka jumlah sel Lactobacillus

yang mati juga akan meningkat. Hal ini disebabkan peningkatan aktivitas enzim β

-galaktosidase terhadap garam empedu, sehingga meningkatkan permeabilitas

membran sel. Bila permeabilitas sel meningkat maka banyak materi intraseluler yang

keluar dari dalam sel. Bila hal ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan lisis

bakteri. Enzim β-galaktosidase merupakan enzim intraseluler dari bakteri.

Kusumawati (2002) melaporkan bahwa isolat bakteri asam laktat yang diisolasi dari

makanan fermentasi asal Indonesia menunjukkan perbedaan ketahanan untuk tumbuh

pada lingkungan yang mengandung garam empedu 1% dan 5%, perbedaan tersebut

bersifat beragam untuk masing-masing galur. Ngatirah et al. (2000) menguji

ketahanan isolat bakteri asam laktat yang diisolasi dari makanan fermentasi dan feses

bayi terhadap garam empedu. Pengujian dilakukan pada MRSB yang mengandung

garam empedu 10% selama 24 jam. Ketahanan terhadap garam empedu dihitung

berdasarkan selisih unit OD (Optical Density) pada panjang gelombang 660 nm yang

dicapai setelah inkubasi 24 jam dengan OD pada awal inkubasi yang hasilnya

berkisar antara 1,16-2,34. Penelitian tersebut mampu mengungkap bahwa isolat yang

diisolasi dari sumber yang sama memiliki ketahanan terhadap garam empedu yang

beragam atau ketahanan terhadap garam empedu bersifat strain dependent. Wirawati

(41)

29 garam empedu 0,3% berkisar antara 34,8%-100%. Berdasarkan kisaran tersebut

terlihat bahwa isolat bakteri asam laktat asal tempoyak relatif tahan terhadap garam

empedu, bahkan isolat To 8 tidak menunjukkan penurunan selama inkubasi 24 jam.

Hasil penelitian ini mendapatkan sebanyak 3 dari 28 (10,7%) isolat bakteri

asam laktat asal daging sapi yang diseleksi mampu bertahan terhadap kondisi yang

menekan yaitu 1A5, 2B4 dan 1B1. Ketiga kandidat probiotik ini memiliki morfologi

berbentuk batang, susunan tunggal maupun rantai pendek dan Firmansyah

(unpublished) menambahkan bahwa isolat 1A5, 2B4 dan 1B1 merupakan bakteri

mesofil (Buckle, 1987) yaitu bakteri yang memiliki pertumbuhan 15 oC – 45 oC

dengan suhu optimum pertumbuhan 37 oC.

1A5 2B4 1B1

Gambar 7. Morfologi Isolat Bakteri Asam Laktat Kandidat Probiotik

Selanjutnya ketiga isolat ini juga memiliki karakteristik katalase negatif dan

merupakan bakteri Gram positif. Sesuai dengan Axellson (1998) yang menyatakan

bahwa bakteri asam laktat dicirikan sebagai bakteri Gram positif dan katalase negatif

tetapi kadang-kadang terdeteksi katalase semu pada kultur yang ditumbuhkan pada

konsentrasi gula rendah. Identifikasi yang diteliti secara terpisah (Arief, unpublished)

berhasil mengidentifikasi 1B1 dan 1A5 adalah Lactobacillus plantarum sedangkan

2B4 merupakan Lactobacillus fermentum. L. plantarum secara taksonomi berasal

dari famili Lactobacillaceae dan genus Lactobacillus. Ciri lain dari bakteri asam

laktat ini adalah bakteri homofermentatif yang tumbuh pada suhu optimal 37oC.

Kemampuan bertahan yang baik dimiliki oleh Lactobacillus plantarum dalam

kondisi menekan seperti di lambung dengan pH 2 dan usus yang memiliki pH 7,2

dengan kadar garam empedu 0,3% seperti dinyatakan oleh Anukam dan Koyama

(2007) bahwa Lactobacillus plantarum pada pH 2-3 yang diuji ketahanan selama 24

jam berkurang sebanyak 2 log10, sedangkan pada pH antara 4-6,5 terjadi peningkatan

(42)

30 25% penghambat pertumbuhan pada kadar garam empedu 2% dan 68% penghambat

pertumbuhan saat kadar garam empedu 4%. L. plantarum mampu merombak

senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya

yaitu asam laktat. Menurut Buckle et al. (1987) asam laktat dapat menghasilkan pH

yang rendah pada substrat sehingga menimbulkan suasana asam. L. plantarum dapat

meningkatkan keasaman sebesar 1,5 sampai 2,0% pada substrat. Isolat 2B4

merupakan bakteri Lactobacillus fermentum yang memiliki ketahanan yang cukup

baik dalam pH lambung dan garam empedu seperti dikatakan oleh Klayraung et al.

(2008) bahwa Lactobacillus fermentum mampu tumbuh baik pada kisaran pH 2-3

(43)

KESIMPULAN

Kesimpulan

Isolat bakteri asam laktat asal daging sapi yang berbeda mempunyai toleransi

yang berbeda pula terhadap kondisi keasaman lambung dengan pH 2,0 dan kondisi

usus dengan pH 7,2 serta kandungan garam empedu 0,3%. Sebanyak sepuluh dari

dua puluh delapan isolat (35,71%) mampu bertahan tumbuh pada kondisi keasaman

lambung dengan pH 2,0 dan hanya didapatkan tiga dari sepuluh (30%) isolat bakteri

asam laktat tersebut mampu tumbuh dan berkembang di dalam kondisis usus halus.

Ketiga kandidat probiotik yang didapat adalah 1A5, 2B4 dan 1B1. 

Saran

Terbatasnya bakteri asam laktat asal daging sapi yang diperoleh sebagai

kandidat probiotik (10,71%), memungkinkan untuk memanfaatkan sumber-sumber

bakteri asam laktat asal daging jenis lainnya. Pengujian lebih lanjut terkait dengan

karakteristik probiotik dalam saluran pencernaan manusisa dapat dilakukan meliputi

uji kemampuan penempelan bakteri asam laktat terpilih pada sel epitel usus.

Pengujian keamanan dan sifat toksikologi dari bakteri asam laktat asal terpilih perlu

dilakukan untuk membuktikan bahwa bakteri asam laktat asal daging sapi yang telah

diperoleh aman dikonsumsi oleh manusia.

(44)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT dengan segala

rahmat dan karuniaNya yang telah melimpahkan nikmat dan kemudahan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan

kepada Nabi SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua Subagio dan

Lasiyem yang telah memberi kasih sayang, materi, motivasi, bimbingan dan doa-doa

yang tiada henti baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih untuk

adik tersayang Dewi Yuliarti yang selalu memberikan dukungan dan motivasi yang

sangat berarti bagi penulis. Terima kasih juga untuk seluruh anggota keluarga yang

selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen Irma Isnafia Arief, S.Pt.,

M.Si dan Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA. yang telah membimbing,

mengarahkan, memotivasi, dan membantu mendampingi penyusunan proposal

hingga tahap akhir penulisan skripsi. Terimakasih kepada Ir. B.N. Polii, SU selaku

pembimbing akademik, yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Ir. Hj. Komariah M.Si dan Ir.

Abdul Djamil H. M.Si yang telah memberikan banyak masukan dan sumbangan

pemikiran dalam penulisan ini.

Ucapan terima kasih juga kepada tim satu penelitian Dudi Firmansyah, M.

Tito Grandisa, Helmi Nursirwan, Cahyanto dan Rahmadani Puspitasari yang telah

berjuang bersama selama penelitian menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Terima

kasih juga disampaikan kepada Edit Lessa Aditya, S.Pt, Bramada W.P. S.Pt, Cucu

Diana A.Md dan Eko Prasetyo A.Md yang telah membantu serta memberikan nasihat

dan bimbingan selama penelitian. Terima kasih kepada Novara Rahmat, Rindu Dara

dan rekan-rekan THT 41 lainnya atas doa, dukungan dan kerjasamanya. Terima kasih

kepada M. Arif Setiawan, Satriyo, dan Edi Setiawan yang telah memberikan

kontribusi selama penulisan skripsi. Terima kasih juga kepada adik kelas Gina Citra

Dewi Gozali yang telah memberikan motivasinya dan bantuannya selama

penyusunan penulisan skripsi. Terakhir, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh

civitas akademika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat.

Bogor, September 2009

Gambar

Gambar 1. Skema Jalur Fermentasi Heksosa oleh Bakteri Asam Laktat
Tabel 1. Mikroorganisme yang Digunakan dalam Produk Probiotik
Gambar 2. Bagian-Bagian Lambung Manusia
Gambar 3. Lokasi Hati, Lambung dan Kandung Empedu dalam Saluran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akibat yang nyata dari kenakalan remaja tersebut adalah berkurangnya minat dalam mengikuti pelajaran di sekolah, karena anak-anak tersebut sibuk memikirkan bagaimana cara

The curve that represents combinations of income and the interest rate at which the demand for real money balances equals supply is most likely the:.. Aggregate

Lama kegiatan juga akan memberikan dampak penting terhadap kualitas udara, kebisingan, getaran apabila menggunakan peledak, serta dampak dari limbah cair yang

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kecerdasan interpersonal siswa kelas VIIIA SMP Bhakti Praja Pangkah melalui

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk

Kedua, konversi tanaman padi menuju tanaman sengon pada masyarakat Tumiyang kemungkinan terjadi karena masalah lingkungan seperti tidak terdapat. sungai.Perlu

Golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Ordo hama serangga terbagi menjdi 6 ordo yaitu a). Orthoptera yaitu sayap belakangnya dilipat, dengan tipe

Dalam penelitian Indriani (2013) faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada anak balita adalah pemberian makanan pendamping yang tidak