• Tidak ada hasil yang ditemukan

CCTV INTERNASIONAL SEBAGAI CHINA’S SOFT POWER UNTUK MEMBENDUNG IMAGE NEGATIF CHINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CCTV INTERNASIONAL SEBAGAI CHINA’S SOFT POWER UNTUK MEMBENDUNG IMAGE NEGATIF CHINA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I  PENDAHULUAN  1.1 Latar Belakang 

Meningkatnya  peran  aktor  non  pemerintah  pasca  berakhirnya  perang  dingin,  seperti  media  massa,  Non  Government  Organizations  (NGOs)  maupun  Multi  National  Corporations  (MNCs),  menyebabkan  negara  bukanlah  satu­  satunya aktor  utama dalam  menjaga  ataupun  memperoleh  kepentingan  nasional.  Media  massa  misalnya,  merupakan  sebuah  wadah  yang  sangat  efektif  dalam  menyebarkan  informasi  ataupun  menularkan  gagasan­gagasan  yang  ingin  disampaikan.  Televisi  sebagai  contohnya,  adalah bagian  dari  media  massa  yang  mampu  membawa  drama  kejadian  secara  lebih  dekat  ke  pemirsa  yang  sedang  melihat. Sehingga dengan mudah mempengaruhi opini pemirsanya sesuai dengan  apa yang digambarkan dan diharapkan. 

Melihat  besarnya  kemampuan  televisi  dalam  mempengaruhi  pikiran  pemirsanya, peran televisi kemudian menjadi sangat signifikan dalam membantu  mengembangkan  kebijakan  soft  power  suatu  negara.  Soft  power  adalah  kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk menerima kekuatan nilai­nilai  normatif  suatu  bangsa,  media,  praktek  bisnis,  pendidikan  dan  bahasa. 1 Dalam  definisi  ini  media  menjadi  bagian  soft  power  negara  yang  dapat  mempengaruhi  dan diterima oleh pihak lain sehingga dapat melakukan sesuatu yang di kehendaki  tanpa pihak tersebut merasa dipengaruhi. 

(2)

China  Central  Television  (CCTV)  adalah  sebuah  lembaga  penyiaran  nasional  milik  Republik  Rakyat  China  (RRC).  Dahulunya  bernama  Beijing  Television  kemudian  berganti  nama  menjadi  CCTV.  Jangkauan  siaran  CCTV  telah  sampai  ke  setiap  sudut  Negara China,  bahkan  CCTV  juga  memiliki  akses  siaran  ke  berbagai  stasiun  televisi  lokal  milik  pemerintah  daerah  di  seluruh  wilayah  RRC.  Pemerintah  China  merasa  perlu  untuk  mengembangkan  stasiun  televisi nasionalnya dalam skala internasional sehingga dapat diakses oleh setiap  orang  diberbagai  belahan  dunia.  Pemerintah  China  kemudian  meluncurkan  program  CCTV  Internasional  (CCTV­I)  pertama  dalam  bahasa  Mandarin  pada  saluran  CCTV  4,  selanjutnya  di  iringi  dengan  penambahan  saluran  berbahasa  asing  lainnya  seperti  Inggris,  Perancis,  Arab,  Spanyol  dan  Rusia.  Langkah  Pemerintah China dalam mengambil  kebijakan perluasan sayap media global ini  kemudian  diklaim  sebagai  salah  satu  arah  dalam  mengembangkan  kebijakan  China’s soft power. 

Bagi  negara  yang  sedang mengembangkan soft power  nya seperti China,  kekuatan dalam mempengaruhi opini publik menjadi sangatlah penting. Menurut  E.H  Carr  terdapat  tiga  kategori  untuk  memperoleh  international  power  yaitu;  militer,  ekonomi  dan  power  over  opinion. 2 Kekuatan  dalam  mengontrol  opini  publik  menjadikan  negara  memiliki  international power.  Namun  cara  apa  yang  ditempuh  oleh  negara  tergantung  kebijakan  yang  dibentuk  oleh  pemerintah.  Biasanya  power  over  opinion  dapat  diraih  dengan  memanfaatkan  kemampuan  media massa seperti televisi sebagai media diplomasi publik yang sangat efektif. 

(3)

Era modernisasi dan politik pintu terbuka (gaige kaifang) merupakan poin  penting dimana China merasa perlu menerapkan strategi soft power sebagai salah  satu arah dalam pelaksanaan kebijakan luar negerinya. Sebagai alat pelaksana dari  kebijakan tersebut, kemudian dimanfaatkanlah lembaga penyiaran nasional milik  Negara  yaitu  CCTV.  Tujuannya  memperkenalkan  China  ke  dunia  internasional  melalui paradigma­paradigma  yang ditunjukan lewat berbagai siaran televisinya.  Sehingga  suara  dan  profil  atau  citra  China  dapat  menjangkau  ribuan  rumah  di  setiap  belahan  dunia. 3  China  merasa  perlu  memberikan  klarifikasi  terhadap  pencitraan tentang dirinya atas pemberitaan negatif yang berkembang di luar batas  wilayah China akhir­akhir ini. 

Pemberitaan negatif  mengenai China  yang  biasanya  diangkat  oleh media  asing, dapat di katakan di latar belakangi dengan membaca fenomena kebangkitan  China. Apresisasi terhadap pertumbuhan ekonomi China  yang terus berkembang  secara  komprehensif, memberikan  kecemasan pihak  lain hingga mengasumsikan  China  akan  menjadi  kompetitor  dalam  sumber  penghasilan,  pendanaan  dan  perdagangan  dunia,  bahkan  lebih  menakutkan  lagi  apabila  China  melengkapi  persediaan senjatanya yang akan digunakan untuk ekspansi militer ke negara lain. 4  Asumsi­asumsi miring tersebut terjadi seiring membaiknya kondisi perekonomian  dan  stabilitas  politik  China  selama  tiga  dekade  terakhir.  China  telah  berhasil  menaikkan  status  profil  globalnya  dalam  sistem  politik  internasional  berkat  kebangkitan ekonominya. 

Li Changchun speech on 50 th anniversary of the establishment of CCTV, dalam, Wanning Sun,  2010, op.cit, hal. 55 

(4)

Sehingga  di  tahun  2001  China  berturut­turut  meraih  keberuntungan.  Pertama  China  telah  diberi  kepercayaan  untuk  menjadi  anggota  dari  Organisasi  Perdagangan  Dunia  (WTO),  kedua,  setelah  berkali­kali  gagal    akhirnya  China  terpilih menjadi tuan rumahOlympic Games untuk tahun 2008. Ditengah suka cita  China dalam merayakan keberhasilannya menjadi anggota WTO dan tuan rumah  olimpiade  dunia.  Berkembanglah  pemberitaan­pemberitaan  negatif  mengenai  China  seperti pemberitaan  negatif  tentang  China  sebagai pelanggar  HAM  berat,  karena  menyelesaikan  konflik  yang  terjadi  di  beberapa  wilayah  China  seperti  Tibet  dengan  kekerasan.  Pemerintah  China  diberitakan  menggunakan  tindak  represif dalam mengatasi pembubaran demo para biksu di Kota Lhasa menjelang  dilaksanakannya Olimpiade Beijing pada bulan Maret tahun 2008 yang lalu. Salah  satu media asing mengatakan bahwa polisi China mengerahkan gas air mata untuk  menghentikan aksi demo rakyat tibet, dan beberapa koresponden dari Radio Free  Asia yang berbasiskan di AS mengatakan setidaknya tedapat dua mayat di jalan­  jalan Kota Lhasa. 5 

Pemberitaan miring seperti yang di informasikan oleh media asing sejenis  di  atas,  menempatkan  China  sebagai  tersangka  pelaku  kekerasan  pada  para  demostran Tibet oleh banyak pihak. Tetapi tindakan anarkis yang dilakukan oleh  rakyat  tibet  dalam  aksi  demo  yang  selama  ini  dilakukan  justru  tidak  pernah  di  ungkapkan  oleh  media. 6 Hal  ini  tentu  saja  memunculkan  opini  bahwa  memang  pada dasarnya pemerintah China lah yang represif. Sehingga tujuan yang muncul 

Batas  Waktu  Demonstran  Tibet,  di: 

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/03/080314_tibetprotest.shtml,  di  akses  tanggal  28 Januari 2011. 

(5)

adalah  keyakinan  dogmatis  bahwa  Tibet  benar­benar  ditindas oleh  China. 7 Dari  sebagian  pemberitaan  negatif  media  asing  inilah  kemudian  Pemerintah  China  mengisyaratkan  agar  media  televisi  nasional  milik  China  harus  bisa  mengembangkan  sayapnya  ke  ranah  media  global  agar  dapat  membendung  informasi  negatif  yang  cenderung  di  ungkapkan  oleh  media  asing  hingga  memperburuk citra China di lingkungan internasional. 

Meskipun  era  kebangkitan  China  dianggap  telah  berhasil  meningkatkan  status  China  dalam  konstelasi  politik  internasional,  namun  kebangkitan  ini  juga  meningkatkan  pemberitaan  negatif  mengenai  China.  Untuk  mengatasinya  China  lebih  memilih  jalan  untuk  mengembangkan  strategi  kebijakan  luar  negeri  soft  power  agar  dapat  meraih  kembali  simpati  dan  kepercayaan  dari  publik  internasional.  Pemerintah  China  kemudian  Menjual  Slogan  “Dunia  yang  Harmonis” 8 (hexie shijie) yang sebelumnya diformulasikan dalam kebijakan luar  negerinya yaitu “bangkit dengan damai” (heping jueqi). 9 

Kebijakan  soft  power  China  kemudian  di  formulasikan  kedalam  bentuk  penguasaan terhadap sektor media seperti televisi. Meskipun kelancaran persiapan  Olimpiade  beijing  2008  sempat  terhambat  dengan  mencuatnya  kembali  konflik  7 Ibid. 

Slogan dunia yang harmonis dimaksudkan sebagai menjaga perdamaian dan kestabilan keamanan  dunia  demi  mendorong  kemakmuran  bersama,  dengan  berpegang  teguh  dengan  pandangan  keamanan  baru  yaitu  saling  percaya,  saling  menguntungkan,  sama  derajat,  dan  berkolaborasi,  dalam rangka di samping  memelihara keamanan negerinya sendiri, juga  menghormati keamanan  dan keprihatinan negara  yang  lain. Berbagai  pihak hendaknya  berpegang teguh  pada asas tujuan  dan prinsip  yang tercantum dalam Piagam PBB, berupaya  menyelesaikan persengketaan  melalui  cara damai, dengan tegas menentang terorisme, separatisme dan ekstrimisme dalam segala bentuk,  dan terus memperdalam kerjasama internasional. 

Pernyataan tersebut ditekankan oleh Presiden  China Hu Jintao pada Sidang Majelis Umum PBB  Ke­64 dan menyampaikan pidato di markas besar PBB di New York tanggal 23 September 2009.  Untuk  lebih  jelas  lihat  di,  Pemimpin  Tiongkok  Serukan  Pembangunan  Dunia  Harmonis  Yang  Damai  Kekal  dan  Makmur  Bersama,  http://big5.fmprc.gov.cn/gate/big5/surabaya.china­  consulate.org/indo/zyxw/t606644.html, diakses tanggal 31 Mei 2010. 

(6)

Pemerintah  China  dengan  rakyat  Tibet.  Namun  banyak  pihak  pasti  akan  setuju  jika China telah berhasil menyelenggarakan Olimpiade Beijing pada tahun 2008  lalu.  Para  pemimpin  dunia  terkesan  dengan  kemampuan  China  sebagai  event  organizer  olahraga  terakbar  dunia  dengan  menjadikan  Olimpiade  ini  sebagai  Ajang  pesta  kebudayaan  yang  cukup  spektakuler.  Keberhasilan  pelaksanaan  olimpiade tersebut tentu saja tidak terlepas dari informasi yang di blow up secara  besar­besaran melalui media massa. Media massa khususnya televisi yang sangat  berjasa  dalam  memberikan  informasi  mengenai  berbagai  kegiatan  selama  event  olahraga dunia tersebut berlangsung. 

Televisi  merupakan  produk  dari  kebudayaan  yang  paling  menarik  untuk  disimak.  Hal  ini  disebabkan  karena  televisi  mampu  menampilkan  berbagai  program yang menarik hati pemirsanya, sebagai contoh seperti acara musik, film,  berita dan  lain  sebagainya.  Bahkan  selanjutnya  televisi  dapat digunakan  sebagai  sarana propaganda politik oleh pemerintah, banyak kalangan birokrat yang ingin  meraih  simpati  dan  memperoleh  banyak  pendukung  dengan  berlomba­lomba  memasang iklan di televisi. Secara tidak langsung atau tanpa sadar para pemirsa  yang  melihat  televisi  akan  terpengaruh  dengan  berbagai  tayangan  yang  ditampilkan baik positif maupun negatif. 

(7)

menjalankan kebijakan “go ing out project” 10 dengan meluncurkan saluran CCTV  internasional guna membangun dan memperbaiki citra China, serta membendung  citra negatif China yang berkembang di luar negeri. Dengan harapan ketika China  berhasil mengakomodasi opini masyarakat di  negara lain mengenai pendapatnya  tentang  China,  dapat  merubah  prilaku  negara  sebagai  aktor  utama  dalam  hubungan  internasional  untuk  juga  mengasumsikan  China  dalam  opini  positif  masyarakatnya  sehingga tidak terus­menerus menganggap China sebagai  sebuah  tantangan atau ancaman. 

CCTV  dapat  dikatakan  memiliki  pemirsa  yang  paling  besar  di  seluruh  dunia.  Karena  ia  memiliki  jaringan  paling  luas  dan  ditonton  95,9%  penduduk  China. 11  CCTV  4  merupakan  saluran  internasional  pertama  yang  berbahasa  Mandarin  dengan  target  orang­orang  China  di  perantauan.  Ada  juga  CCTV  9  sebagai  saluran  internasional  berbahasa  Inggris  yang  ditargetkan  bagi  para  pemirsa  yang  tidak  bisa  berbahasa  Mandarin  namun  ingin  mengetahui  berita  mengenai  China.  CCTV  Internasional  seperti  CCTV  4  dan  CCTV  9  disiarkan  melalui enam satelit untuk dapat menarik 45 juta pelanggan televisi global di luar  wilayah China. 12  Pembangunan citra yang dipoles melalui siaran­siaran televisi  China  yang  berskala  internasional  seperti  CCTV  ini  diharapkan  berpengaruh  hingga di luar batas wilayah China. 

10 “go ing out project” adalah kebijakan melakukan ekspansi media televisi ke ranah internasional  yang tujuannya untuk menyuarakan pendapat Pemerintah China ke seluruh dunia. Lebih jelas lihat  di,  John  Jirik,  The  PRC’s ‘Going  Out’  Project:  CCTV  International  and  The  Imagination  Of A 

Chinese  Nation,  hal.5  di: 

http://cas.lehigh.edu/CASWebAdmin/Uploads/Documents/Jirik_lecture.pdf,  diakses  tanggal  12  Oktober 2010. 

11 A.  Zaenurrofik,  2008,  China  Naga  Raksasa  Asia:  Rahasia  Sukses  China  Menguasai  Dunia,  Jogjakarta: Garasi, hal.170 

(8)

Kekuatan  televisi  sebagai  produk  kebudayaan  suatu  bangsa  dan  negara,  menjadi daya tarik tersendiri bagi  negara lain. Sasaran pemerintah  China adalah  pengembangan  budaya  dalam  negeri  agar  lebih  bersaing  sekaligus  melakukan  ekspor  budaya. 13  Kebudayaan  China  dimanfaatkan  untuk  menarik  perhatian  publik internasional dalam membentuk paradigma tentang China sebagai “China  baru”.  China  Baru  adalah  sebuah cita­cita  dan  semangat  kemajuan  untuk  keluar  dari kemiskinan dan kesengsaraan. 14 

Gambaran China baru yang diharapkan saat ini ialah China sebagai tempat  yang  penuh  peluang  dan  sangat  menjanjikan  bagi  para  investor  yang  ingin  menginvestasikan  kekayaannya  di  China.  China  adalah  negara  yang  kini  lebih  mengedepankan  persahabatan  dan  perdamaian,  dengan  tidak  mengunakan  hard  power  melainkan  soft  power  yang  mampu  mencitrakan  China  seperti  harapan  pemerintah dan rakyatnya. Sesuai dengan slogan yang dimiliki “your window on  China and look the world” CCTV diharapkan menjadikan China sebagai jendela  untuk  melihat  dunia,  dan  sebaliknya  hal  ini  juga  dapat  dimaknai  sebagai  cara  dunia memandang China melalui CCTV. 

1.2 Rumusan masalah 

Adapun rumusan masalah yang ingin dikemukakan oleh penulis adalah: ·  Mengapa  CCTV  Internasional  dapat  digunakan  sebagai  instrumen 

China’s soft power untuk membendungimage negatif China? 

13  Natalie Soebagjo,  Tebar Pesona di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati Indonesia, dalam  I.  Wibowo  &  Syamsul  Hadi  (Eds),  2009,  Merangkul  China:  Hubungan  Indonesia­Cina  Pasca  Soeharto. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 105 

(9)

1.3 Tujuan Penelitian 

Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  kemampuan  sebuah  negara  seperti  China  dalam  mengembangkan  kebijakan  soft  power,  khususnya  melalui  penggunaan  media  televisi  seperti  China  Central  Television  (CCTV)  sebagai  alat  politik  pencitraan  negara,  dengan  mempengaruhi  opini  masyarakat  lewat berbagai program yang disiarkan oleh CCTV. 

1.4 Kajian Pustaka 

1.4.1  Penelitian Terdahulu 

Kajian  mengenai  soft  power  dan  diplomasi  publik  diteliti  oleh  Natalia  Soebagyo 15 ,  beliau  menulis  mengenai  “Tebar  Pesona  China  di  Indonesia:  Cara  Cina Mengambil Hati Indonesia”. Tulisan ini menyoroti hubungan antara China­  Indonesia  dari  segi  sosiokultural.  Diawali  dari  munculnya  China  Threat Theory  yang  mengharuskan  China  menggenjot diplomasi publiknya  agar  tetap  menjalin  hubungan  baik  dengan  Indonesia.  Pengembangan  soft  power  dimulai  dengan  mengadakan  kerjasama  dengan  negara­negara  di  ASEAN  seperti  kerjasama  ASEAN + 3 (China, jepang, dan Korea). 

Merujuk dari tulisan yang di publikasikan oleh Joshua Kurtlanzik, Natalie  mengungkapkan  bahwa  sebenarnya  telah  lama  pemerintah  RRC  menggenjot  kuasa lunaknya dengan menggunakan diplomasi publik yang ditandai oleh charm  offensive.  Charm  offensive  sendiri  merupakan  sebuah  upaya  tebar  pesona  oleh 

(10)

pemerintah  RRC  untuk  menunjukan  soft  powernya. 16  Upaya  yang  dilancarkan  antara  lain  dengan  doktrin  win­win  relation  dalam  menjalin  kerjasama  dengan  negara  lain.  Win­win  relation  dimaksudkan  sebagai  hubungan  kerjasama  tanpa  memandang  latar  belakang  suatu  negara,  dengan  sikap  non­interference  dan  menggunakan daya tarik budaya China yang ribuan tahun sebagai nilai­nilai yang  dapat ditularkan ke negara lain. 17 

Cara  China  memikat  hati  negara­negara  di  ASEAN  diawali  dengan  diterimanya China sebagai anggota ASEAN Regional Forum (ARF). Kesempatan  ini digunakan China untuk menjalin berbagai kesepakatan dan kerjasama dengan  ASEAN  seperti  kesepakatan  untuk  menjalankan  strategi  Good  Neighbourliness  Dan  Mutual  Trust  tahun  1997,  kemudian  penandatanganan Declaration  on  the  Conduct in the South China Seapada tahun 2002, setelah itu menjadi rekan dialog  pertama  yang  menjadi  Framework  Agreement  On  ASEAN­China  Economic  Cooperationdi tahun 2003. 18 

Setelah  berhasil  memperoleh  kepercayaan  di  tingkat  ASEAN,  China  kemudian  beralih  pandangan  untuk  memikat  hati  Indonesia.  Normalisasi  hubungan diplomatik antara kedua negara yang sempat beku pada masa orde baru  telah  di  cairkan.  Hubungan  kerjasama  antara  Indonesia­China  kemudian  dicerminkan  dalam  beberapa  jalur  seperti,  pembentukan  jalur  pendidikan  dan  institut konfusius di Indonesia, jalur penyebaran budaya populer China, kerjasama 

16 Natalie Subagio, Tebar Pesona China di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati Indonesia dalam,  I. Wibowo & Syamsul Hadi (Eds), 2009, op.cit, hal.102 

17 Joshua Kurlantzick, China’s Charm Offensive in Southeast Asia, dalam Natalie Subagio, Tebar  Pesona China di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati Indonesia, dalam I. Wibowo & Syamsul  Hadi, Ibid, hal.103 

(11)

antara  media  massa  China  dengan  Indonesia,  kerjasama  sister  city  antara  kota  Jakarta  dengan  Beijing  dan  Shanghai,  Kota  Medan  dengan  Chengdu,  bahkan  hingga  jalur  pariwisata  dan  jalur  bantuan  luar  negeri  bagi  Indonesia  yang  dipermudah oleh pemerintah China. 19 

Penelitian  terdahulu  lainnya  yang  juga  mengkaji  masalah  yang  sama  ini  ialah  Nana  Restiana 20 yang  menulis  mengenai  “Diplomasi  Publik  China  Dalam  Olimpiade Bejing 2008”. Penelitian tersebut mengenai bagaimana peran penting  Olimpiade  Beijing  dalam  mengembangkan  diplomasi  publiknya  untuk  membendung  persepsi  negatif  dari  masyarakat  internasional  terhadap  China.  selain  itu  pula  Olimpiade  Beijing  juga  dianggap  sebagai  ajang  pameran  kebudayaan  China  yang  spektakuler  dan  keberhasilan  ekonomi  China  semenjak  era keterbukaan. 

Terdapat  persamaan  penggunaan  alat  penjelas  dari  kedua  penelitian  tersebut  yaitu  sama­sama  menggunakan  diplomasi  publik.  Diplomasi  publik  merupakan sebuah upaya diplomasi yang tidak menggunakan pemerintah ataupun  negara  sebagai  aktor  langsung  dalam  hubungan  internasional,  Melainkan  menggunakan  media  massa  atau  NGOs  Internasional  untuk  mencapai  tujuan  nasional. 21  Aktor­aktor  tersebut  lebih  bisa  diterima  oleh  masyarakat  karena  terlepas  dari  simbol­simbol  kenegaraan.  Diplomasi  publik  sendiri  akan  menjadi 

19 Ibid, hal 116­128 

20  Nana  Restiana  adalah    alumni  mahasiswi  jurusan  hubungan  internasional  di  Universitas  Muhammadiyah  Malang  yang  menulis  mengenai  “Diplomasi  Publik  China  dalam  Olimpiade  Beijing”. (Unpublish) 

(12)

sangat efektif dengan bantuan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang  berkembang saat ini. 

Penggunaan diplomasi publik sebagai alat penjelas tentu saja tidak terlepas  jauh  dari  konsep  soft  power  itu  sendiri.  Karena  diplomasi  publik  juga  menggunakan budaya dan media massa  yang tentu saja sejalan dengan  keluasan  makna  soft  power.  Diplomasi  publik  adalah  sebah  proses  dimana  hubungan  langsung  dengan  individu  di  suatu  negara  merupakan  upaya  untuk  memajukan  kepentingan  dan  untuk  memperluas  dari  nilai­nilai  yang  di  wakili. 22 Diplomasi  publik  bertujuan  menumbuhkan  opini  masyarakat  yang  positif  di  Negara  lain  melalui  interaksi  dengan  kelompok  kepentingan. 23  Oleh  karena  itu  diplomasi  publik mensyaratkan kemampuan komunikasi antar budaya karena terkait dengan  perubahan  sikap  masyarakat,  serta  saling  pengertian  dalam  melihat  persoalan  politik luar negeri. 24 

Keseluruhan  penelitian terdahulu diawal sangat  bermanfaat bagi  penulis  sebagai  bahan  perbandingan  dalam  menulis  dan  menjadi  bahan  referensi  tambahan  bagi  penulis.  Penulis  berusaha  menekankan  pada  penggunaan  konsep  soft  power.  Melalui  CCTV  Internasional  yang  merupakan  bagian  dari  media  komunikasi massa, yang mana berarti CCTV Internasional merupakan bagian dari  aktor  diplomasi  publik  yang  kesembilan  yaitu  komunikasi/media  massa.  Soft  Power  China  kemudian  dikembangkan  melalui  program­program  siaran  yang  dibuat  oleh  CCTV,  yang  bertujuan  untuk  mempengaruhi  opini  publik 

22 Paul Sharp,  Revolutionary States, Outlaw  Regimes and  The Techniques of  Public Diplomacy dalam  Inggrid  d’Hooge,  2007,  The  Rise  of  China  public  Diplomacy,  The  Hague:  Netherland  Institutes of International Relation Clingendael, Clingendael Diplomacy Papers No.12, hal.5  23 Sukawarsini Djelantik, op.cit, hal.191 

(13)

internasional yang menonton CCTV internasional menjadi lebih positif mengenai  China.  Sehingga  secara  bertahap  akan  meredam  image  negatif  China  yang  berkembang akibat kebangkitan China dalam dunia internasional. 

1.4.2  Teori dan Konsep  1.4.2.1  Soft Power 

Power  adalah  kemampuan  suatu  aktor  (individu  kelompok  atau  negara­  bangsa)  mempengaruhi  pikiran  dan  tingkah  laku  aktor  lain  sehingga  mau  melakukan sesuatu  yang sebenarnya tidak disukainya. 25 Secara Sederhana power  merupakan  kemampuan  untuk  mengontrol  atau  menguasai  sesuatu.  Tujuan  berdirinya suatu negara sendiri ialah mengutamakan pencapaian powernya kepada  negara  lain.  Secara  keseluruhan  power  tidak  selalu  harus  bersifat  destruktif.  Power merupakan perpaduan antara pengaruh persuasif dan kekuatan koersif. 

Konsep power  itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua  yaitu Soft Power  dan  Hard  Power.  Soft  power  menekankan  pada  penguasaan  terhadap  bentuk­  bentuk  kekuatan  nasional  suatu  negara  yang  tidak  terlihat  seperti  ideologi,  kebudayaan, dan nilai­nilai moral (intangible resources). Sedangkan hard power  menekankan  pada  sumber  –  sumber  kekuatan  nasional  negara  yang  kasat  mata  seperti  kekuatan  militer,  ekonomi, jumlah  penduduk, dan  luas wilayah  (tangible  resource).

Namun  teori  yang  diutamakan  oleh  penulis  sendiri  bukanlah  pada  hard  power nya melainkan lebih menekankan pada soft power yang dimiliki oleh suatu 

(14)

negara. Soft power diartikan sebagai  kemampuan untuk mendapatkan  hasil  yang  diinginkan  dengan  cara  menarik  perhatian pihak  lain,  daripada  mempermainkan  mereka  dengan  dorongan  materi,  kemampuan  ini  lebih  kepada  mengajak  membujuk  daripada  memaksa. 26  Soft  Power  merupakan  kemampuan  untuk  menarik dan mempengaruhi aktor lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan  tidak  melalui pemaksaan  yang  bersifat  kekerasan.  Kemampuan  ini  sendiri  dapat  diwujudkan  dengan  tiga  cara  yaitu  menarik  (attract),  memikat  (entice),  dan  menjadikan milik (co­opt). 

Joseph  Nye  menyatakan  bahwa  terdapat  tiga  sumber  kekuatan  dari  Soft  Power yaitu, kebudayaan, ideologi politik dan kebijakan luar negeri. 

…. soft  power of  a  country  “rests primarily on  three  resources: its culture  (in  places  where it is attractive to others), its political values (when it lives up to them at home and  abroad),  and  its  foreign  policies  (when  they  are  seen  as  legitimate  and  having  moral  authority).” 27 

Soft Power dapat diaktualisasikan sebagai  kekuatan  nasional suatu Negara,  yang  didasarkan pada nilai­nilai, ideologi dan ciri­ciri budaya yang secara konkrit dapat  diperlihatkan  melalui  kebijakan  dan  perilaku  negara  atau  produk­produk  yang  dihasilkan  oleh  negara  tersebut  seperti  gaya  hidup,  musik,  film,  dan  makanan  yang dikonsumsi secara luas. 

Dalam  hal  mengembangkan  Soft  Power  nya,  China  mengutamakan  kebudayaan  dan  kebijakan  luar  negeri  sebagai  kekuatan  utama  dalam  menarik  simpati dan kepercayaan masyarakat internasional. Kultur atau Kebudayaan dapat 

26 Naskah asli, Soft power is getting the outcomes one wants by attracting others rather than  manipulating their material incentives. It co­opts people rather than coerces them. Ditulis oleh  Joseph S. Nye Jr., Bound To Lead: The Changing Nature Of American Power, dalam, 

_____________., 2008,The Power to Lead, New York: Oxford University Press, hal. 29. 

(15)

diartikan  sebagai  satu  unit  interpretasi,  ingatan  dan  makna  yang  ada  di  dalam  manusia  dan  bukan  sekedar  dalam  kata­kata. 28  Kebudayaan  itu  mempengaruhi  nilai­nilai  yang  dimiliki  manusia,  bahkan  sikap  dan  perilaku  manusia. 29 Aktor  kebudayaan  itu  sendiri  adalah  manusia,  karena  setiap  tindakan  yang  dilakukan  manusia selalu dalam ruang lingkup kebudayaan. Kemampuan kebudayaan  yang  bisa  mempengaruhi  sikap  dan  perilaku  individu  /  masyarakat  tidak  menutup  kemungkinan  kebudayaan  juga  dapat  mempengaruhi  sikap  dan  perilaku  suatu  negara. 

Suatu    negara  yang  mampu  menampilkan  kontestasi  kebudayaan  dalam  kebudayaan popular  yang sedang marak di era globalisasi  ini, maka dialah  yang  akan  menguasai  peradaban.  Budaya  pop  yang  ditularkan  oleh  media  barat  merupakan  tantangan  bagi  eksistensi  kebudayaan  lokal  ataupun  tradisional.  Penguasaan  terhadap  media  nasional  yang  memiliki  banyak  jaringan  ke  media  lokal bahkan bisa mempertahankan dan mengenalkan kebesaran dan keberagaman  kebudayan  tradisional  yang  dimiliki  merupakan  faktor  penting  dalam  menarik  simpati dan meningkatkan imej suatu negara. 

Pengembangan  sayap  media  global  China  melalui  CCTV  menjadi  cara  cerdas  Pemerintah  China  untuk  merangkul  dunia.  Televisi  merupakan  sarana  propaganda  yang  sangat  efektif  untuk  dapat  memanipulasi  suara  maupun  pemberitaan  sehingga  dengan  mudah  mampu  mengkonstruksi  paradigma  pemirsanya. Strategi penggunaan media massa di bidang  komunikasi televisi ini  banyak memberikan keuntungan bagi pengembangan soft power yang dilancarkan 

28 Liliweri. ALo, 2002, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarata: LKIS, hal.  10 

(16)

oleh  Pemerintah  China.  Misalnya  saja  opini­opini  yang  dibentuk  oleh  media  massa jika dimobilisasi dalam bentuk propaganda seperti tujuan ingin mencitrakan  China  sebagai  negara  yang  cinta  damai  yang  tidak  mengancam  dan  berkebudayaan  tinggi  akan  sangat  efektif  dilakukan  dengan  media  televise.  Jurnalisme televisi mampu membawa drama kejadian menjadi lebih dekat dengan  pemirsa. Hingga dengan mudah memanipulasi kejadian dan pemberitaan dengan  penayangan  gambar­gambar  yang  mudah  membuat  pemirsa  bersimpati  ataupun  antipati. 

1.5 Metodologi Penelitian  1.5.1  Jenis Penelitian 

Melihat dari segi pembahasan, penelitian ini digolongkan pada penelitian  eksplanatif.  Penelitian  eksplanatif  biasanya  menyoroti  hubungan  antar  variabel  dan  kemudian  menguji  hipotesa  yang  dirumuskan  terlebih  dahulu.  Untuk  mengetahui  variable  yang  akan  diuji  alangkah  lebih  baik  menentukan  unit  eksplanasi dan unit analisanya terlebih dahulu. Unit analisa (variable dependent)  yaitu perilaku  yang  hendak  kita deskripsikan, jelaskan dan ramalkan, sedangkan  unit eksplanasi (variable independen) yaitu perilaku yang dampaknya berpengaruh  terhadap unit analisa yang hendak diamati. 30 

Judul dari penelitian ini adalah CCTV Internasional sebagai China’s Soft  Power  untuk  membendung  Image  Negatif  China.  Dari  judul  yang  sudah  ditentukan  penulis  mengidentifikasi  variabel  analisa  (dependen)  yang  hendak 

(17)

dijelaskan  dan  diramalkan  adalah  “Kebijakan  China’s  Soft  Power”  sedangkan  varibel  eksplanasi  (independen)  atau  variabel  penjelas  yang  pengaruhnya  berdampak pada unit analisa adalah “CCTV Internasional”. 

Terdapat tiga model hubungan antar  variabel  yaitu; pertama, apabila unit  ekspalanasinya  lebih  tinggi  dibanding  dengan  unit  analisanya  disebut  dengan  analisa  induksionis,  kedua, jika  unit  analisa dan  unit  eksplanasinya  berada pada  tingkatan yang sama maka disebut analisa korelasionis, ketiga, unit eksplanasinya  lebih  rendah  daripada  unit  analisisnya  disebut  analisis  reduksionis. 31  Lebih  jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 

Individu & Kelompok  Negara­ Bangsa  Sistem Regional  & Global  Individu & Kelompok  Korelasionis  Reduksionis  Reduksionis 

Negara­ Bangsa  Induksionis  Korelasionis  Reduksionis  Sistem Regional & 

Global  Induksionis  Induksionis  Korelasionis 

Berdasarkan  variabel  yang  telah  ditentukan  oleh  penulis  sebelumnya.  Penulis  mengamati  model  hubungan  antar  variable  penelitian  ini  digolongkan  sebagai  analisa  korelasionis.  Hal  ini  dapat  dijelaskan  dengan  peran  CCTV  Internasional  sebagai  alat  Pemerintah  China  untuk  mengembangkan  kebijakan  soft  power  China  yang  merupakan  politik  luar  negeri  China  itu  sendiri,  untuk 

(18)

mereduksi  atau  membendung  image  negatif  mengenai  China  yang  berkembang  akibat era kebangkitan China di luar negeri. 

1.5.2  Metode Pengumpulan Data 

Dalam  suatu  penelitian,  data  sangat  dibutuhkan  untuk  menguji  hipotesis  yang telah dirumuskan. Pengumpulan data ini erat kaitannya dengan metodologi  penelitian. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis,  terarah  serta  sesuai  dengan  masalah  penelitian.  Ada  beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan  sebelum  pengumpulan  data  dilakukan,  yaitu;  jenis  data  yang  diperoleh,  sumber  data,  cara  pengumpulan  data,  dan  jumlah  data  yang  diperlukan. 33 

Berdasarkan sumbernya metode pengumpulan data ini dibedakan menjadi  data primer dan  sekunder.  Data primer  merupakan  informasi  yang dikumpulkan  peneliti langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah informasi yang  dikumpulkan  dari  pihak  lain. 34  Pengumpulan  data  dalam  penelitian  ini  oleh  penulis  digolongkan  pengumpulan  data  sekunder.  Karena  peneliti  memperoleh  informasi  tidak  langsung  dari  sumber  datanya,  melainkan  memperoleh  berdasarkan  hasil  studi  pustaka,  baik  itu  dari  sumber  buku­buku  ilmiah,  jurnal,  Koran maupun internet. 

33 Dr.  Hermawan  Wasito,  1997.  Pengantar  Metodologi  Penelitian:  Buku  Panduan  Mahasiswa.  Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.69 

(19)

Gambar 1.1 

Locus dan Focus Penelitian 

1.5.3  Teknik Analisa Data 

Data  yang  telah  terkumpul  dalam  tahap  pengumpulan  data,  perlu  diolah  terlebih  dahulu.  Gunanya  adalah  agar  peneliti  dapat  dimudahkan  dalam  menganalisa data­data yang sudah ada. Terdapat tiga tahapan dalam pengolahan  data  yaitu,  penyuntingan,  pengkodean  dan  tabulasi. 35 Proses  selanjutnya  setelah  pengolahan data adalah analisa data. 

(20)

ini  akan  mengkaji  mengenai  CCTV­I  yang  menjadi  kebijakan soft  power  China  untuk  membangun  image  China  di  luar  negeri  sekaligus  membendung  pemberitaan  negatif  mengenai  China  di  luar  negeri.  Analisa  terhadap  data­data  digambarkan melalui alur pemikiran berikut: 

Gambar 1.2 

Alur Pemikiran Penelitian 

Dari  alur  pemikiran  yang  digambarkan  diatas,  penelitian  ini  selanjutnya  akan  bertumpu  pada  proses  seperti  yang  uraikan  oleh  gambar  tersebut.  CCTV  Internasional dimanfaatkan sebagai instrumen China’s soft power guna mengatasi  pemberitaan miring  yang berkembang di dunia  internasional  yang menyebabkan  citra  China  menjadi  negatif.  Pemerintah  China  kemudian  melakukan  klarifikasi  dan  pencitraan  kembali  mengenai  image  negaranya  dengan  menjalankan  diplomasi publiknya secara lebih efektif lagi dengan menggunakan media televisi  publik seperti CCTV Internasional. Pilihan terhadap basis kultural China sebagai  alat diplomasi dianggap lebih mudah diterima daripada harus menggunakan aktor  pemerintah langsung, diplomasi kebudayaan pun dijalankan sekaligus melakukan 

CCTV I ter atio al  Chi a's Soft Power 

‐ CCTV sebagai aja g diplo asi  kebudayaa  

‐ CCTV sebagai  edia diplo asi  publik 

‐ CCTV sebagai alat propaga da 

(21)

ekspor  kebudayaan  China  lewat  tayangan  acara  kebudayaan  oleh  CCTV.  Propaganda  dalam  segi  pemberitaan  atau  pembentukan  program  yang  disiarkan  CCTV­I  dirasa  perlu  untuk  membendung  image  negatif  yang  dihasilkan  dari  pemberitaan miring media asing mengenai China. 

1.5.4  Ruang Lingkup Penelitian 

Ruang  Lingkup  Penelitian  ini  dibagi  menjadi  dua  yang  pertama  ruang  lingkup batasan materi dan ruang  lingkup batasan waktu. Hal ini berguna untuk  membatasi pembahasan agar tidak berkembang kearah keluar dari kerangka dasar  pemikiran. 

1.5.4.1 Ruang Lingkup Materi 

Adapun  batasan  materi  dari  penelitian  ini  adalah  penulis  antara  lain  mengenai  konsep  soft  power  China,  bentuk  diplomasi  China,  persepsi  ancaman  China, kebangkitan China, dan CCTV Internasional. 

1.5.4.2 Ruang Lingkup Waktu 

Batasan  waktu  untuk  menandai  penelitian  ini  berkisar  pada  akhir  tahun  1990an hingga tahun 2010, lebih tepatnya diawali  ketika era kebangkitan China  dimulai semenjak kepemimpinan Deng Xiaoping hingga kepemimpinan Presiden  Hu Jintao  sekarang. 

1.6 Hipotesis 

(22)

adalah media televisi global yang dimiliki oleh pemerintah China yang kemudian  dimanfatkan  sebagai  sarana  diplomasi  kebudayaan  untuk  memperkenalkan  kebudayaan China, digunakan sebagai media diplomasi publik sebagai juru bicara  pemerintah  China,  serta  sebagai  ajang  propaganda  positif  lewat  program  acara  ditayangkan oleh CCTV, dengan tujuan untuk membendung image negatif China  di dunia internasional, dan menampilkan wajah baru China  yang berbeda melalui  paradigma yang diterjemahkan oleh CCTV Internasional. 

1.7 Sistematika Penulisan 

(23)
(24)

CCTV INTERNASIO

MEMB

Disusun dan

memperoleh

Ju

FAKULTA

UNIVER

SKRIPSI

SIONAL SEBAGAICHINA’S SOFT POWERU

BENDUNGIMAGENEGATIF CHINA

an diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

oleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

Liriyanti

06260030

TAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011

UNTUK

at

(25)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Liriyanti

NIM : 06260030

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : CCTV INTERNASIONAL SEBAGAICHINA’S SOFT POWER

UNTUK MEMBENDUNGIMAGENEGATIF CHINA

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Rabu

Tanggal : 24 Januari 2011

Tempat : Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional

Mengesahkan,

Dekan FISIP–UMM

Dr. Wahyudi M,Si

Dewan Penguji :

1. Victory Pradhitama, S.Sos Penguji 1 ( )

2. Amaria Qori‘Ula, S.IP Penguji 2 ( )

3. Tonny Dian Effendi, S.Sos., M.Si Penguji 3 ( )

(26)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Liriyanti

NIM : 06260030

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : CCTV INTERNASIONAL SEBAGAICHINA’S SOFT POWER

UNTUK MEMBENDUNGIMAGENEGATIF CHINA

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si Tuti Al-Hikmah, S.IP

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

(27)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Liriyanti

2. Nim : 06260030

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata satu (S-1).

7. Judul Skripsi : CCTV Internasional sebagaiChina’s Soft Power untuk MembendungImageNegatif China 8. Pembimbing : 1. Tonny Dian Effendi S.Sos, M.Si

2. Tuti Al-Hikmah, S.IP 9. Pembimbingan : Lihat Tabel.

WAKTU

PARAF

KETERANGAN

Pembimbing I Pembimbing II

05 April 2010 Pengajuan Judul

24 April 2010 ACC Judul Skripsi

11 Juni 2010 ACC Seminar

Proposal

19 Juni 2010 Seminar Proposal

20 Agustus 2010 Revisi Bab I

25 Agustus 2010 ACC BAB I

20 Oktober 2010 ACC Bab II

15 November 2010 ACC Bab III

16 Desember 2010 ACC Bab IV

06 Januari 2010 ACC Bab V

Malang, 10 Febuari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(28)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Liriyanti

Tempat, tanggal lahir : Balikpapan, 15 Januari 1987

NIM : 06260030

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul:

CCTV INTERNASIONAL SEBAGAI CHINA’S SOFT POWER UNTUK

MEMBENDUNGIMAGENEGATIF CHINA

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya

dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Malang, 10 Febuari 2011

Yang menyatakan

(29)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta

hidayah-Nya. Sholawat serta salampun tak luput di junjung untuk Rasullullah, Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah mewariskan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang

menajdai pedoman dan petunjuk hidup manusia untuk menuju jalan yang lurus. Rasa

Syukur yang teramat dalam penulis ucapkan hingga terselesaikannya Skripsi yang

berjudul “CCTV Internasional sebagai China’s soft power untuk Membendung Image

Negatif China”. Ide dalam menulis skripsi ini diperoleh dari ketertarikan penulis

mengenai China yang menjadi fenomena dalam hubungan internasional. China mampu

bangkit secara ekonomi dengan mengadopsi sistem ekonomi liberal, namun tetap dengan

kerangka sosialis-komunis.

Telah banyak tulisan yang menceritakan mengenai kebangkitan China. Oleh

sebab itu penulis ingin mengungkap sisi lain dari kebangkitan China yang ternyata tidak

semua pihak memandang kagum atas kebangkitan China.Imagenegatif China terbentuk

ketika sebagian pihak tidak terlalu menyukai akan kebangkitan China. Sisi inilah yang

ingin di ungkapkan oleh penulis, dimana China berupaya untuk membendung image

negatifnya yang terbentuk di kalangan publik internasional dengan memanfaatkan

kemampuan media televisi terbesar China yaitu China Central Television (CCTV).

Strategi dalam penggunaan CCTV inilah yang kemudian di beri nama China’s soft

power.

Meskipun tidak tertutup kemungkinan masih adanya beberapa kekurangan

dalam penulisan skripsi ini, tetapi sumbangan tenaga, ide-ide, maupun pemikiran, sangat

membantu dalam perbaikan dan penyempurnaan. Atas bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing, memberikan saran dan masukan kepada penulis,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada;

1. Yth. Ibunda tercinta Ibu Sunarmi, yang selalu mendukung ananda baik suka

maupun duka, serta Ayahanda tercinta Bpk. Tukiyat yang selalu mendorong

(30)

2. Yth. Kedua kakak tercinta, Sri Hariyati dan Bambang Hariyanto.ST yang tidak

henti-hentinya mensupportadik kecil ini baik spirit maupun materi.

3. Yth. Ibu Dyah Estu Kurniawati S.Sos, M.Si selaku Kajur HI serta Dosen Wali

penulis yang selalu membimbing hingga ke akhir masa studi akademik.

4. Yth. Bpk. Tonny Dian Effendi S.Sos, M.Si dan Ibu Tuti Al-Hikmah S.Ip, selaku

Dosen Pembimbing.Terima kasih Bpk. Tonny atas saran, bimbingan serta

masukan grand designnya, terima kasih kepada Ibu Tuty yang selalu sabar selama

menjalani masa bimbingan.

5. Yth. Bpk. Victory Pradhitama S.Sos dan Ibu Amaria Qori’Ula S.Ip selaku

penguji. Terima kasih atas saran dan kritiknya terhadap tulisan ini.

6. Yth. Kepada keluarga besar PMB-UMM, Pak Wasis, Pak Eka, Pak Hamdi,

Anton, Hafidl, Hendy, Maria, Mbak Inay serta seluruh teman-teman Volunter

PMB’2010, Adi, Arvi, Cha-cha, galih, Naning, Hafidz, Novi, Lely, Jazuli, Pipit,

Andin, Fatoni, Desi. Ipeh, Aik dan lainnya yang tidak bisa penulis satu persatu.

Terima kasih atas kebersamaannya dalam menjalin kerjasama selama menjadi

tenaga Volunter di PMB.

7. Yth. Saudara, sahabat dan keluarga, teman serumah dan kuliah Ismah Rustam,

dan Nina Nurruwaida yang sudah setia mendampingi dan menyemangati.

Semangat kalianlah yang memotivasi penulis untuk menyusul menjadi S.Ip.

8. Yth. Teman-teman HI-A, HI-B dan HI-C, Eka, Anggraini, Ratna, Fina, Fitri,

Hisyam, Tora, Azizul, Fauzan, Dewi, Dian, Putu, Frizik, Edi dan masih banyak

lagi, serta teman-seperjuangan dalam mengerjakan skripsi, Mahyunani, Maya,

Cecep, Nindya, Octy, Bayu, Fitrianur, Regina, Mia, Opie dan lainnya. Terima

Kasih atas kebersamaannya selama masa perkuliahan Empat tahun di HI-UMM.

9. Terakhir kepada orang yang selalu berada di sisi penulis baik suka maupun duka

selama menempuh studi di UMM, Hizbul Wathon. Terima Kasih untuk semua

yang telah kau beri selama ini.

Demikian kata pengantar ini dibuat, jika ada kesalahan dalam penulisan ataupun

kata-kata, mohon di maklumi, Terima Kasih.

Malang, Februari 2011

Penulis

(31)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kajian Pustaka ... 9

1.4.1 Penelitian Terdahulu ... 9

1.4.2 Teori dan Konsep ... 13

1.4.2.1Soft Power... 13

1.5 Metodologi Penelitian ... 16

1.5.1 Jenis Penelitian ... 16

1.5.2 Metode Pengumpulan Data ...18

1.5.3 Teknik Analisa Data ... 19

1.5.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 21

1.5.4.1 Ruang Lingkup Materi ... 21

1.5.4.2 Ruang Lingkup Waktu ... 21

1.6 Hipotesis ... 21

1.7 Sistematika Penulisan ... 22

BAB II IMAGE NEGATIF CHINA SEBAGAI DAMPAK ERA KEBANGKITAN CHINA ... 24

2.1 Era Kebangkitan China ... 25

2.1.1 Kebangkitan Ekonomi China ... 28

2.1.2 Kebangkitan Militer China ... 35

2.2 Berkembangnya Image Negatif China di dunia Internasional……….. 39

2.2.1 Bahaya Ekspansi Produk China... 42

(32)

2.2.1.2 Ekspansi Ekspor Produk Pangan dan Obat-Obatan

China... 45

2.2.1.3 Ekspansi Ekspor Tekstil dan MainanChina…... 47

2.2.1.4 Ekspansi Buruh MurahChina……….... 49

2.2.2 Bahaya Peningkatan Aktivitas Militer China…………... 52

BAB III KEBIJAKANSOFT POWERCHINA MELALUI CCTV ... 56

3.1 Gambaran Umum CCTV ... 57

3.1.1 Perkembangan China Central Television ... 59

3.1.2 Hubungan CCTV dengan Pemerintah China ... 64

3.2 CCTV sebagaiChina’s Soft Power... 68

3.3 Kemasan Soft Power dalam CCTV Internasional ... 74

3.3.1 Materi (Program) Siaran CCTV Internasional ... 76

3.3.2 Jangkauan Siaran CCTV Internasional ... 81

3.3.3 Teknik Penyiaran CCTV Internasional ... 85

BAB IV CCTV INTERNASIONAL SEBAGAI CHINA’S SOFT POWER UNTUK MEMBENDUNGIMAGENEGATIFCHINA” ... 89

4.1 CCTV sebagai Sarana Diplomasi Kebudayaan China ... 90

4.2 CCTV sebagai Media Diplomasi Publik China ... 98

4.3 CCTV sebagai Alat Propaganda China ... 108

4.4“China Image Building”:Pesan Pemerintah China Melalui CCTV ... 113

4.5 Respon Publik Terhadap KebijakanSoft PowerChina ... 116

BAB V PENUTUP………... 122

5.1 Kesimpulan………. 122

(33)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Unit Analisa dn Unit Eksplanasi ...17

Tabel 1.2 Sistematika Penulisan ...22

Tabel2.1 China Merchandise World Trade………30

Tabel 3.1 Program Siaran CCTV ...79

Tabel 3.2 Channel dan Program CCTV ...82

Tabel 4.1 The Soft Power Index ...119

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Locus dan Focus Penelitian ...19

Gambar 1.2 Alur Pemikiran Penelitian ...20

Gambar 2.1 Peningkatan Anggaran Belanja Militer China ...36

Gambar 3.1 Gedung China Central Television ...60

Gambar 3.2 Webgrab of BskyB basic News ...84

Gambar 4.1 PengaruhSoft PowerKebudayaan China ...96

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Bakri. Umar Suryadi, 1997, Pasca Deng Xiaoping: China Quo Vadis?, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Dharmawan. Bagus (ed.), 2006, Cermin dari China: Geliat Sang Naga di Era

Globalisasi, Jakarta: Kompas.

Diamond. Dr Louis, & Ambassador John Mc. Donald, 1996, Multi Track

Diplomacy A system Approach to peace, USA: Kumarian Press.

Djelantik. Sukawarsini, 2008, Diplomasi antara Teori dan Praktek, Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Fishman. Ted C., 2006, China Inc: Bagaimana Kedigdayaan China menantang

Amerika dan Dunia. Jakarta; Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Liliweri. ALo, 2002, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya,

Yogyakarata: LKIS.

Li. Mingjiang (ed.), 2009,Soft Power China’s Emerging Strategy in International

Politics China, United Kingdom: Lexington Books a Division of Rowman

& Littlefield Publishers, Inc.

Mas’oed. Mochtar, 1994. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan metodologi.

Jakarta: LP3ES.

McGiffert, Carola., 2009, Chinese Soft Power And Its Implications For The

United States Competion And Cooperation In Developing World,

Washington DC: Center for Strategic and International Studies.

(35)

Nye. Joseph S., 2008,The Power to Lead,New York: Oxford University Press.

Pareno. Prof. Dr. H Sam Abede, 2005, Media Massa antara realitas dan Mimpi,

Surabaya: Penerbit Papyrus.

Restiana. Nana, 2010, Diplomasi Publik China dalam Olimpiade Beijing,

Universitas Muhammadiyah Malang: Unpublished.

Scotton. James F, and William A. Hachten, 2010,New Media For A New China,

United Kingdom: A John Wiley & Sons, Ltd., Publication.

Shenkar. Oded, 2005. The Chinese Century: Bangkitnya Raksasa China dan

Dampaknya terhadap Perekonomian Global, Jakarta: BIP.

Sterling. Christopher H., 2009, Encyclopedia of Journalism; Volume 1,

Washington DC: SAGE Publication Inc.

Susilo. Taufik Adi, 2008,China Connection, Jogjakarta: Garasi.

Sutopo. FX, 2009, China Sejarah Singkat, Jogjakarta: Garasi.

The EU Through The Eyes Of Asia: Media, Public and Elite Perceptions in

China, Japan, Korea, Singapore and Thailand, University of Warsaw:

Asia-Europe Foundation.

Wang. Jing, 2008, Brand New China, United State of America: Harvard

University Press.

Wasito. Dr. Hermawan, 1997. Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan

Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo. I, & Syamsul Hadi (eds.), 2009, Merangkul China: Hubungan

(36)

Whitney. Christopher B., & David Shambaugh, 2009, Asia Soft power Survey in

Asia: Result of 2008 Multinational Survey public Opinion, USA: The

Chicago Council on Global Affairs.

Yasushi. Watanabe, and David L. McConnell (eds), 2008, Soft Power Super

Power Cultural and National Assest of Japan and The United States, New

York: M.E. Sharpe, Inc.

Zaenurrofik. A, 2008, China Naga Raksasa Asia: Rahasia Sukses China

Menguasai Dunia, Yogyakarta: Garasi.

Majalah/Jurnal/Koran

Cheney Peringatkan Pengembangan Militer China, KORAN TEMPO, 23 Februari

2007.

Inggrid d’Hooge, 2007, The Rise of China public Diplomacy, The Hague:

Netherland Institutes of International Relation Clingendael, Clingendael

Diplomacy PapersNo.12

I.Wibowo, Tibet dan Empat Dilema China,KOMPAS, 08 April 2008.

Joshua kurlantzick, 2006, China’s Charm: implication of Chinese Soft Power,

Carnegie Endowment For International Peace, June, Vol. 47.

Khalid R. Al-Rodhan, 2007,A Critique of The China Threat Theory: A systematic

Analysis, Asian Perspective, Vol. 31, No.3.

Mark Leonard, 2009,What Next for China, Renewal, Vol. 17 No.1, hal.32

(37)

Nahria, 2007, Persepsi Mahasiswa Stikom Muhammadiyah Jayapura Terhadap

Siaran Berita Seputar Indonesia RCTI, lebih jelas lihat di, Kajian Media,

IKON Jurnal Komunikasi, Januari Vol. 1 No.1

Produk China, dari Jepit Rambut Plastik sampai Ponsel Murahan, KOMPAS

ONLINE, 9 Februari 2010.

Syamsul Hadi, Menyikapi Kebangkitan China, KOMPAS, 2 September 2008.

Wanning Sun, 2010, Mission Impossible? Soft Power, Communication Capacity,

and the Globalization of Chinese Media, International Journal of

Communication 4.

Pdf/Internet

170 ton Susu Bubuk Bermelamin Ditemukan Lagi di China Utara, lihat di:

http://erabaru.net/ntdtv-videos/91-ntd-news/10537-170-ton-susu-bubuk-bermelamin-ditemukan-lagi-di-china-utara-, di akses tanggal 1 febuari

2011.

Adam Clayton Powell III, 2005, Chinese TV Extends Its Reach Into Africa, di:

http://uscpublicdiplomacy.org/index.php/newsroom/journal_detail/051219

_chinese_tv_extends_its_reach_into_africa/, di akses tanggal 12 Agustus

2010.

Anthony Y. H. Fung, 2008, Global Capital, Local Culture: Localizayion Of Transnational Mediacorporation In China, New York: Peter Lang

Publishing. Inc, hal. 127 di:

(38)

Cw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBcQ6AEwAA #v=onepage&q=Global%20Capital%2C%20Local%20Culture%3A%20L ocalization%20Of%20Transnational%20Media%20Corporation%20In%2 0China&f=false, di akses tanggal, 13 Oktober 2010.

Anggaran Militer China Naik Hampir 15 Persen, Antara News Online (4 Maret

2009) di: http://www.antaranews.com/view/?i=1236143188&c=INT&s=,

di akses tanggal 7 november 2010.

Batas Waktu Demonstran Tibet, di:

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/03/080314_tibetprotest.

shtml, di akses tanggal 28 Januari 2011.

Bertrand Ateba, 2002, Is The Rise of China A Security Threat?, di,

http://www.polis.sciencespobordeaux.fr/vol10ns/ateba.pdf, di akses

tanggal 30 Mei 2010.

Cheng Xiaohe dalam makalahnyaCulture The Trailblazer of China’s Soft Power,

pada konferensiThe rise of China and Its soft power yang dilangsungkan

oleh S. Rajaratnam School of Internasional studies pada 18-19 Oktober

2007 di Singapore, di:

http://www.rsis.edu.sg/publications/conference_reports/The_Rise_of_Chin

a.pdf, di akses tanggal 18 November 2010.

China's defense spending growing, but U.S. still top, di:

http://www.usatoday.com/news/world/2008-09-03-China-defense_N.htm,

di akses tanggal 7 April 2010.

China Launches Arabic TV Channel: Beijing Moves To Address "Distored" View

(39)

http://english.aljazeera.net/news/asiapacific/2009/07/20097256302691945

2.html, di akses tanggal 18 Agustus 2010.

China Revisi Angka Pertumbuhan Ekonomi, lihat di:

http://bataviase.co.id/node/280390, diakses tanggal 5 November 2010.

Craig K. Elwell and Marc Labonte, 2007, Is China a Threat to the U.S.

Economy?, dalam CRS Report for Congress, lihat di:

www.fas.org/sgp/crs/row/RL33604.pdf, di akses tanggal 25 Desember

2010.

David Shambaugh, China Flexes Its Soft Power, 7 Juni 2010 lihat di,

http://www.nytimes.com/2010/06/08/opinion/08iht-edshambaugh.html

(diakses 12 Oktober 2010).

David Barboza, Olympics Are Ratings Bonanza for Chinese TV, diakses dari

http://www.nytimes.com/2008/08/22/sports/olympics/22cctv.html?_r=1, di

akses tanggal 12 agustus 2010.

Denis L. Toruan, “Harga China” Sebagai Soft Power China Di Bidang

Perekonomian Dan Karakteristik-Karakteristik Dasarnya, lihat di:

http://www.scribd.com/doc/14939509/Harga-China-Sbg-Soft-Power-Chnkarakteristiknya, di akses tanggal 28 Januari 2011.

Dr. Nicholas J. Cull, 2009, China’s Propaganda and Influence Operations, its

Intelligence Activities that Target the United States and its Resulting

Impacts on US National Security, di:

http:www.uscc.gov/hearings/2009hearings/.../09.../09_04_30_trans.pdf, di

(40)

Ekspor Indonesia ke China Tak Sebanding Impornya, di:

http://www.antaranews.com/berita/1248862679/ekspor-indonesia-ke-china-tak-sebanding-impornya, di akses tanggal 28 januari 2011.

Fino Yurio Kristo, Nokia Kewalahan Lawan Ponsel China, di:

http://www.detikinet.com/read/2010/11/11/164559/1492378/317/nokia-kewalahan-lawan-ponsel-china, di akses tanggal 28 Januari 2011.

Filipina-Cina Sepakat Selesaikan Sengketa Laut Cina Selatan, di:

http://berita.kapanlagi.com/politik/internasional/filipina-cina-sepakat-selesaikan-sengketa-laut-cina-selatan-nisvebm.html, di akses tanggal 28

Januari 2011.

From cctv.com, About US, di:

http://www.cctv.com/english/20030805/101215.shtml, di akses tanggal

18 Agustus 2010.

From cntv.cn, CNTV Profile, di: http:/english.cntv.cn/20100609/102812.shtml,

tanggal 18 Agustus 2010.

_______________, Brief Introduction to China Central Television (CCTV), di:

http://english.cntv.cn/20091207/103449.shtml, di akses tanggal 18

Agustus 2010.

_______________, CCTV News, Your Link to Asia, di:

http://english.cntv.cn/20100426/104481.shtml, di akses tanggal 18

Agustus 2010.

Geoffrey Murray, 1998,China: The Next Superpower : Dilemmas In Change And

(41)

http://books.google.co.id/books?id=cczVutcfc_0C&printsec=frontcover&

dq=China:+The+Next+Superpower+:+Dilemmas+In+Change+And+Conti

nuity&source=bl&ots=qRF7kwFQAx&sig=nZKkOAzo5yipb2q7zvfr8GB

Bl4&hl=id&ei=CUchTajkOcHrAfKgL3jCw&sa=X&oi=book_result&ct=r

esult&resnum=1&ved=0CBgQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false, di akses

tanggal 23 November 2010.

Guo Ke, Sang Cuilin, Globalizing the Local: How China’s English TV Media

Influence the World?, hal.14 di:

www.globalpubopinion.org/.../7eacb8d2-35b5-40b2-a9af-8262d67989b9.pdf, di akses tanggal 17 Desember 2010.

Hu Jintao, Calls For Enhancing "Soft Power" Of Chinese Culture, di:

http://english.peopledaily.com.cn/90002/92169/92187/6283148.html, di

akses tanggal 12 Oktober 2010.

IMG and China Central Television (Cctv) Announce Historic, 20-Year Exclusive

Joint Venture, di:

http://www.imgworld.com/press_room/fullstory.sps?iType=13708&iNews

id=6615065&iCategoryID=12541, di akses tanggal 10 oktober 2010.

James Reynolds, Tough words on human rights, di:

http://www.bbc.co.uk/blogs/thereporters/jamesreynolds/2009/02/tough_w

ords_on_human_rights.html, di akses tanggal 1 Febuari 2011.

John Jirik, The PRC’s ‘Going Out’ Project: CCTV International and The

Imagination Of A Chinese Nation, di:

http://cas.lehigh.edu/CASWebAdmin/Uploads/Documents/Jirik_lecture.pd

(42)

John Glionna, News Anchor Gives CCTV A Foreign Face, di:

http://www.thestandard.com.hk/news_detail.asp?we_cat=9&art_id=58759

&sid=16719771&con_type=1&d_str=20071218&fc=2, di akses tanggal 7

November 2010.

Joseph S. Nye Jr., The Rise of China's Soft Power, Wall Street Journal Asia, 29

Desember 2005 di:

http://belfercenter.ksg.harvard.edu/publication/1499/rise_of_chinas_soft_p

ower.html, di akses tanggal 10 Oktober 2010.

Kang Yonwei dan Jejak Jepang, (Majalah Tempo, 16 Agustus 1986) di:

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1986/08/16/KL/mbm.1986081

6.KL35677.id.html, diakses tanggal 15 Oktober 2009.

Kebangkitan China, Ancaman bagi AS, di:

http://batakpos-online.com/content/view/109/61/, di akses tanggal 10 November 2009.

Lucie Wall, 2009, Sino-African Relations: The Effect On Africa, di:

www.socsci.flinders.edu.au/global/africa/luciewall/chinainafrica.pdf, di

akses tanggal 15 November 2010.

Michael Bristow. China Launches Arabic TV Channel, di:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/8166486.stm, di akses tanggal 25 Juli 2010.

Parija B. Kavilanz, U.S. Biz Blamed For Dangerous Chinese Products, di:

http://money.cnn.com/2007/08/02/news/companies/china_recalls/index.ht

m, di akses tanggal 1 Febuari 2011.

Pemimpin Tiongkok Serukan Pembangunan Dunia Harmonis Yang Damai Kekal

(43)

http://big5.fmprc.gov.cn/gate/big5/surabaya.chinaconsulate.org/indo/zyxw

/t606644.html, di akses tanggal 31 Mei 2010.

Pemerintah Nyatakan Makanan Impor Cina Positif Bermelamin, di:

http://www.sumbawanews.com/berita/utama/pemerintah-nyatakan-makanan-impor-cina-positif-bermelamin.html, di akses tanggal 1 Febuari

2011.

Stephanie Hemelryk Donald, Michael Keane, and Yin Hong, 2002, Media in

China: consumption, content and crisis, New York: RoutledgeCurzon, di:

http://books.google.co.id/books?id=CP7jP0dtv0C&printsec=frontcover&d

q=Media+in+China:+consumption,+content+and+crisis,&source=bl&ots=

EWfXKqiby&sig=cG_dsj4STbdByzeAqXftNS9934&hl=id&ei=kQ4iTY_

1FIrxrQfNKiEDA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0

CDMQ6AEwAg#v=onepage&q&f=false, di akses tanggal 15 November

2010.

Subekti, Permen Berformalin, Susu Bermelamin, Lalu?, di:

http://www.inilah.com/read/detail/51494/permen-berformalin-susu-bermelamin-lalu/, di akses tanggal 1 Febuari 2011.

Taty Haryati, Undangan dari TV Cina, di:

http://www.majalahtrust.com/danlainlain/kolom/780.php, diakses tanggal

10 Agustus 2010

Uji Ketahanan Pasar Ponsel Cina, di:

http://www.gatra.com/artikel.php?id=116076, di akses tanggal 28 januari

(44)

Wen Jiabao,Our Historical Tasks at the Primary Stage of Socialism and Several

Issues Concerning China's Foreign Policy di:

http://ug.china-embassy.org/eng/xwdt/t302141.htm, di akses tanggal 21 November 2010

Xiaoling Zhang and Yongnian Zheng (eds), 2009, China's Information And

Communications Technology Revolution: Social Changes And States

Responses, New York: Routledge, di:

http://books.google.co.id/books?id=oxFTtx9yICQC&printsec=frontcover

&dq=China's+Information+And+Communications+Technology+Revoluti

on:+Social+Changes+And+States+Responses,&hl=id&ei=fREiTenBE8L3

rQf06rTmCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCM

Gambar

Gambar 1.1 Locus dan Focus Penelitian 
Alur Pemikiran PenelitianGambar 1.2  
Tabel 1.2 

Referensi

Dokumen terkait

Fatmariani, F., 2013, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant , dan Growth Opportunities terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur

Maksud dan tujuan membuat makalah hipertensi adalah untuk menambah nilai angka kredit dalam pengembangan profesi agar dapat naik pangkat dari golongan IV C ke golongan IVD...

Di dalam hal tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan barang tersedia pada BAB XI yaitu dalam Angkutan yang terdiri dari beberapa bagian di dalamnya yaitu bagian kesatu

Pengaruh lama induksi siplo dan penyemprotan giberelin terhadap produksi buah perhektar ditunjukkan dengan nilai determinasi regresi (R 2 ) sebesar 0,9542 pada

Von Campe menyatakan bahwa sifat terbuka dari suatu proses pidana tidak begitu saja terletak pada dapatnya orang masuk dalam ruang persidangan, melainkan ia lebih terletak

Dalam dalam kesempatan ini, insya Allah saya akan menjelaskan seputar hadits maudhu', agar kita faham pembahasan yang berkaitan dengan hadits maudhu',

Dengan ini disampaikan panggilan penjelasan kontrak diklat prajabatan bagi peserta tunda rekrutmen PT PLN (Persero) Tahun 2015 angkatan 50 dengan kegiatan diklat

Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam sebagian besar penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam