PENGARUH
HANGING RATIO TERHADAP SELEKTIVITAS
DRIFT GILLNET: EXPERIMENTAL FISHING
DI PERAIRAN KAB. BENGKALIS, RIAU
OLEH :
PARENG RENGI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
PARENG RENGI. Pengaruh Hanging Ratio Terhadap Selektivitas Dr$
Gillnet: Experimental Fishing di Perairan Kab. Bengkalis, Riau. Dibimbing oleh
M. FED1 A. SONDITA dan DANIEL R MONINTJA.
Penelitian penangkapan ikan (experimentalJishing) dilakukan untuk mengkaji pengaruh hanging ratio jairng insang hanyut terhadap parameter hasil tangkapan (jumlah hasil tangkapan, ukuran ikan) dan selekhvitas jaring insang hanyut terhadap ikan parang-parang (Chirocentrus dorab) dan tenggiri (Scornberomorus spp.). Enam tingkat hanging ratio yang dijadikan perlakuan adalah 45%, 50%, 55%, 60%, 65% dan 70%. Kurva selebvtitas setiap jaring insang hanyut dibuat dengan pendekatan yang mempertimbangkan peluang lolosnya kepala ikan melewati mata jaring (PI) dan peluang tertahannya tubuh ikan oleh mata jaring (Pz). Sidk ragam menunjukkan bahwa hanging ratio berpengaruh nyata terhadap jumlah dan berat total ikan yang tertangkap per setting ( a = 0,05). Keragaman hasil tangkapan (kisaran ukuran ikan:
panjang cagak FL, berat, lingkar tubuh G) semakin menurun dengan meningkatnya
hanging ratio. Berdasarkan data ikan parang-parang d m ikan tenggiri yang
SURAT
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PENGARUH HANGING RATIO TERHADAP SELEKTIVITAS DRIFT
GZLLNET : EXPERIMENTAL FISHING Dl PERAIRAN KABUPATEN
BENGKALIS, RIAU.
adalah benar merupakan hail karya Saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan secara jelas clan dapat diperiksa
kebenarannya.
PENGARUH
HANGING RATIO TERHADAP SELEKTMTAS
DRIFT GZLLNET: EXPERIMENTAL FISHING
DI PERAIRAN KAB. BENGKALIS, RIAU
PARENG RENGI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI KELAUTAN
PROGRAM PASCASARJANA
Judul Tesis : Pengaruh Hanging Ratio Terhadap Selektivitas Drift Gillnet
Experimental Fishing di Perairan Kab. Bengkalis, Riau
Nama Mahasiswa : Pareng Rengi
Nomor Pokok : 99587
Program Studi : Teknologi Kelautan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintia
Ketua Anggota
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
- Penulis dilahukan di Pusaran-Enok, Riau pada tanggal
- - 17 September 1972 dari ayah H. Ambo Lerang dan ibu
r
- -
I Nur Malaka. Penulis merupakan anak kedua dan empatbib
bersaudara. Pendidikan dasar sampal Sekolah MenengahUmum Pertama di selesatkan di Pengalihan-Enok tahun
1986-1989, dan Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas
di selesaikan
d~
Tembilahan tahun 1992. Penulis memperoleh gelar Sarjana penkanandalam bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tahun 1997 dari Universitas
Riau. Pada periode tahm 1994-1995 penuhs aktif di Laboratorium Fakultas Perikanan Universitas Riau sebagai asisten Phytoplankton. Pada periode tahun 1996-
1999 penulis beke j a di NotarisPPAT Tajib Raharjo, SH.
Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi staf pengajar di Universitas Riau,
Fakultas Penkanan. Tahun 1999, penulis mendapat kesempatan melanjutkan
pendidikan ke Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Teknologi Kelautan melalui bantuan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS). Selma
m e n m t i kuliah mendapat dua kali penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dan
Direktur Pascasarjana pada semester pertama dan semester kedua. Penulis meraih
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang dibenkan kepada kita semua sebagai makhluknya dimuka
bumi ini, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipihb dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2001 adalah : Pengaruh Hanging Ratio
Terhadap Selehvitas Drifi Gillnet : Experimental Fishing di Perairan Kabupaten
Bengkalis, Riau.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc
dan Bapak Prof. Dr. Daniel R. Monintja selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran. Disamping itu, penghargaan penulis
sampiukan kepada Bapak Ir. Maruli Silegar, M.Si, Kepala Co-fish proyek dan staf,
Bapak Rusli dan ABK, Bapak Ir. Suharyanto, M.Si serta Bapak Budi Nugraha, S.Pi,
yang telah membantu dalam experimental jishing
bak
sarana maupun saran.Ungkapan tenma kasih juga disampaikan kepada ayahanda, ibunda, isteri serta
seluruh keluarga, atas segala do'a dan kasih sayangnya.
Akhir kata penuhs ucapkan puji syukur kehahat Allah SWT, atas rahmat, karunia dan izin-Nya tesis
ini
dapat terselesakan. Penulis sadari tulisan ini masihperlu perbiukan namun semoga tulisan ini dapat memberi manfaat.
Bogor, Maret 2002
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR GAMBAR X
1
.
PENDAKULUAN ... 1 ...1.1 Latar belakang 1
...
1.2 Perumusan masalah
.
2.
...
1.3 Tujuan penellban 3
1.4 Hipotesis ... 3
. .
...
1.5 Manfaat penellban 4
...
2 . TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Mesh size driji gillnet ... 6
...
2.2 Hanging ratio drlft gillnet 8
2.3 Selektivitas drift gillnet ... 11
...
2.4 Waktu penangkapan 12
...
3 . METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian ... . .
...
3.2 Kerangka pennklran
3.3 Bahan dan alat ... ...
3.4 Pengumpulan data
3.5 Pencatatan data ...
3.6 Analisis data ...
3.6.1 Metode analisis untuk mengetahui pengaruh hanging ratio ter ... hadap jurnlah hasil tangkapan
3.6.2 Metode analisis untuk mengetahui pengaruh hanging ratio ter
...
hadap komposisi cara tertangkapnya ikan
... 3.6.3 Metode untuk membuat kurva selektivitas
...
4
.
HASIL PENELlTIAN 374.1umum ... 37 4.2 Pengaruh hanging ratio terhadap hasil tangkapan jaring insang hanyut . 38
...
4.3 Komposisi ikan menurut cara tertangkapnya 45
...
4.4 Ukuran ikan yang tertangkap 46
...
5 . PEMBAHASAN 66
...
6 . KESIMPULAN DAN SARAN 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rangkuman proses penelitian yang d~lakukan di perairan Bengkalis 17 2. Spesifikasi jaring insang hanyut yang di pakai dalam penelitian .... 19
...
3. Spesifikasi jaring per kebat 24
4. Berbagai warna penandaan tali ris atas untuk setiap nilai hanging ratio ... 26
5 . Jurnlah hasil tangkapan berdasarkan hanging ratio sebagai data
...
sidik ragam 29
6. Jumlah hasil tangkapan berdasarkan hanging ratio dan cara tertangkap nya k a n untuk data frekuensi harapan ... 30
7. Komposisi jenis dan jumlah ikan hasil tangkapan experimental fishing ... 37
8. Jumlah ikan parang-parang (Chitocentnrs dorab) yang tertangkap (ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori cara tertangkapnya ... 39
9. Jumlah ikan tenggiri (Scomberomorus spp) yang tertangkap (ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori ...
cara tertangkapnya 39
10. Total berat ikan parang-parang ((,'hitocentrus dorat)yang tertangkap (ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori
...
cara tertangkapnya 40
1 I . Total bera ikan tenggiri (Scomberomorus spp) yang tertangkap (ekor dan %) setiap jenis jaring insang hanyut untuk setiap kategori
...
cara tertangkapnya 40
12. Sidk ragam jumlah ikan parang-parang yang tertangkap per setling
...
(ekor) untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio 43
14. Sidik ragam jumlah ikan tenggiri yang tertangkap per setting ...
(ekor) untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio
15. Sidik ragam total berat ikan tenggiri yang tertangkap per setting (gram) untuk mendeteksi pengaruh hanging ratio ...
16. Uji Tukey untuk membandmgkan jumlah ikan parang-parang (ekor) yang tertangkap per setting
di
antara 6 jenis jaring insang hanyut ... yang berbeda Nlai hanging ratio17. Uji Tukey untuk membandingkan total berat ikan parang-parang (ekor) yang tertangkap per setting di antara 6 jenis jaring insang hanyut yang berbeda nilai hanging ratio ...
18. Uji Tukey untuk membandingkan jumlah ikan tenggiri (ekor) yang tertangkap per setting di antara 6 jenis jaring insang hanyut yang
...
berbeda nilai hanging ratio
19. Uji Tukey untuk membandingkan total berat ikan tenggiri (ekor) yang tertangkap per setiing di antara 6 jenis jaring insang hanyut
...
yang berbeda nilai hanging ratio
20. Jumlah ikan parang-parang yang teramati setiap kelompok cara
...
tertangkap dan jumlah harapan masing-masing
21. Jumlah ikan tenggiri yang teramati setiap kelompok cara tertangkap dan jumlah harapan masing-masing ...
22. Kisaran dan rata-rata panjang cagak (FL, cm), berat (gram), keliling tubuh pada bagian belakang tutup insang (GO, cm), keliling tubuh maksimum ( G , cm) dan keliling tubuh tempat terjerat (GN, cm) ikan parang-parang yang tertangkap oleh enam jenis jaring insang..
23. Kisaran dan rata-rata panjang cagak (FL, cm), berat (gram), keliling tubuh pada bagian belakang tutup insang (GO, cm), keliling tubuh maksimum ( G , cm) dan keliling tub& tempat terjerat (GN, cm) ikan tenggiri yang tertangkap oleh keenam jenis jaring insang ...
25. Nilai rata-rata minimum dan maksimum dari ratio keliling maksimum badan ikan dengan keliling mata jaring (GdVlp) hasil tangkapan ikan tenggiri oleh 6 nilai hanging ratio menurut cara
tertangkap snagged (S), gilled (G), wedged (W) dan entangled (E).. 51
26. Hasil perhitungan parameter-parameter h aselektivitas Matsuoka hasil tangkapan ikan parang-parang oleh beberapa nilai hanging ratio
...
experimental drift gillnet 53
27. Hasil perhitungan parameter-parameter kurva selektivitas Matsuoka hasil tangkapan ikan tenggiri oleh beberapa nilai hanging ratio ...
experimental drift gillnet 53
28. Panjang selektivitas (FL5o) ikan parang-parang pada jaring insang
...
hanyut dengan hanging ratio H50, H55, H60 dan H65.. 63
29. Panjang selektivitas (FLso) ikan tenggiri pada jaring insang hanyut
...
dengan hanging ratio H50, H55, H60 dan H65 63
30. Nilai tingkat kematangan gonad ikan parmg-parang yang tertangkap ...
oleh keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut 64
3 1. Nilai tingkat kematangan gonad ikan tenggiri yang tertangkap oleh
DAFTAR GAMBAR
1. Skema posisi ruaya vertikal harian ikan pelagis ... 14
2. Diagram kerangka pemikiran penelitian yang dilakukan di perairan Bengkalis, Riau ... 16
3 . Desain Experimental drift gillnet ... 20
4. Konstruksi Expen'metal drift gillnet ... 2 1
5. Konstruksi satu unit drlftgillnet dari bentangan tertata 1 ke bentangan tertata 2 ... 22
...
6. Pembagian tata ruang kapal perikanan drift gillnet 23
7. Rataan jumlah ikan dan total berat ikan per setting ikan 41 parang-parang ...
8. Rataan jumlah ikan dan total berat ikan per setling ikan tenggiri .... 41
9. Distribusi fiekuansi panjang cagak (FL) ikan parang-parang yang
...
tertangkap oleh keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut 47
10. Distribusi frekuansi panjang cagak (FL) ikan tenggiri yang
...
tertangkap oleh keenam nilai hanging ratio jaring insang hanyut 48
11. Hubungan antara panjang cagak (FL) dengan girth operculum (GO)
...
clan maximum body girth (GM) ikan parang-parang 50
12. Hubungan antara panjang cagak (FL) dengan girth operculum (GO) dan maximum body girth
(GM)
ikan tenggiri ... 5013. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan parang-parang B. Peluang lolosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (F'=P1*2), klwa selektivitas jaring H55 pada ikan parang-parang (P55). ...
13. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap lkan parang-parang C. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PlxF'2), klwa selektivitas jaring H60 pada ikan parang-parang (P60). ...
13. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan parang-parang D. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring(P~), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PIxPz), kurva selektivitas
... jaring H65 pada ikan parang-parang (P65).
14. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap kan tenggm. A. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (FPIXPZ), klwa selehvitas jaring H50 pada ikan tenggm (P50). ...
14. Kurva selehvitas jaring insang hanyut terhadap kan tenggiri. B. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PlxF'2), kurva selektivitas jaring H55 pada ikan tenggm (P55). ...
14. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tenggiri. C. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=PlxPz), kurva selektivitas jaring H60 pada ikan tenggii (P60). ...
14. Kurva selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tenggm. D. Peluang 1 olosnya bagian anterior melewati mata jaring (PI), peluang tertahannya terbesar dalam mata jaring (Pz), peluang relatif tertangkapnya ikan oleh mata jaring (P=plxF'~), kurva selektivitas ... jaring H65 pada ikan tenggm (P65).
15. Perbandingan kurva selektivitas terhadap lkan parang-parang antara ... jenis jaring (H50, H55, H60 dan H65)
16. Perbandmgan kurva selehvitas terhadap ikan tenggiri antara jenis
...
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta
lokasi
@tian experimental driji gillnet. . .
. . .. . . .
. . . ..
. . .. 762. Jenis-jenis lkan yang tertangkap selama penelitian .
. . . .
. . .. . .
. . . .. 773. Photo rangkaian di lokasi penelitian dan experimentaljshing . .
.
... 794. Perhitungan
untuk
membuat kurva selektivitas dengan hangingratio H50, terhadap ikan parang-parang
.
. . .. . . .
. . .. . . .
. . .. .
. . . .. 825 . Perhitungan untuk membuat kurva selektivitas dengan hanging ratio H55, terhadap ikan parang-parang . . .
.
.. . . .
. . .. . . .
. . ..
. . . 846. Perhitungan
untuk
membuat kurva selektivitas dengan hangingratio H60, terhadapikan parang-parang
.
. . .. . .
. . ..
. . ..
. .. 867. Perhitungan
untuk
membuat kurva selektivitas dengan hangingratio H65, terhadapikan parang-parang
.
. . ..
. . ..
. . .. 888. Perhitungan
untuk
membuat kurva selehvitas dengan hanging ratio H50, terhadap ikan tenggiri. .
. ..
. . .. . .
. . ...
. . .
. . ..
. . .. . . .
. . . . 899. Perhitungan
untuk
membuat kurva selektivitas dengan hanging ratio H55, terhadap ikan tenggxi...
... .. ..
.. ... ......
. .. .. . ..
. . ... ... 9110. Perhitungan
untuk
membuat kurva selektivitas dengan hanging ratio H60, terhadap ikan tenggiri ... . .. . .. ...
... ......
. ..
.. . ..
. .. . ...
. . . 931 1. Perhitungan nntuk membuat kurva selektivitas dengan hanging ratio H65, terhadap ikan tenggiri .
.
. . ..
. . .. . . .
..
. . .. . . .
. . ..
. . . ..
. ..
. . 9512. Hasil tangkapan ikan parang-parang selama experimentalfishing.. 97
13. Hasil tangkapan ikan tenggiri selama experimentalfishing . . . 1 12
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Visi pembangunan pertanian 2020 adalah perikanan moderen yang
berbudaya industri dan berbasis pedesaan. Perikanan moderen tersebut berbentuk
indushi pemanfaatan sumber daya ikan yang produktif, efesiensi clan menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan permintaan pasar secara berkelanjutan dan
dilaksanakan oleh nelayan dan pengusaha yang profesional. Mereka menggunakan
ilmu pengetahuan sebagai landasan dalam mengambil suatu keputusan dan teknologi
sebagai insbumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya perairan (Kasryno, 1998).
Sampai akhir tahun 2000, Kabupaten Bengkahs merupakan penghasil ikan
nomor dua di Propinsi Riau. Pada tahun 2000 kegiatan penangkapan ikan di laut mencapai 86.701,6 ton (Dinas Perikanan Propinsi Riau, 2001). Kegiatan tersebut
sebagian besar terkonsentrasi di perairan Selat Malaka, sekitar 47% produksi perikanan di Kabupaten Bengkalis berasal clan perairan Selat Malaka. Kegiatan
perikanan laut tersebut melibatkan 9.526 rumah tangga penkanan (Dinas Perikanan
Kabupaten Bengkalis, 2001).
Di perairan Bengkalis, jumlah unit penangkapan ikan dengan jaring insang
hanyut atau driji gillnet terus mengalami peningkatan. Jaring insang hanyut adalah
alat tangkap yang paling banyak digunakan, yang dioperasikan nelayan di perairan
Bengkalis namun dengan sejumlab keragaman, misalnya dalam ha1 bahan, ukuran
memberikan keuntungan pada nelayan dengan didukung oleh sumberdaya ikan yang
lestari. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempenganh keberhasilan operasi
penangkapan perlu dilakukan.
Seperti diketahui, gillnet adalah salah satu alat tangkap umum, sederhana, pasif dan selektif. Alat tangkap ini merupakan lembaran jaring berbentuk empat
persegi panjang dan perlengkapannya dengan satuan biasa disebut pis. Besarnya
mata jaring dapat disesuakan dengan ukuran ikan target. Hal ini m e m u n ~ a n
gillnet direkomendash sebagai alat tangkap perikanan.
Selektivitas gillnet diyakini sangat tergantung pada ukuran mata jaring.
Selektivitas gillnet yang dioperasikan oleh nelayan Bengkalis belum diketahui. Oleh
karema itu penelitian terhadap ha1 tersebut perlu dilakukan. Selain itu ada faktor-
faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi selektivitas tersebut, yaitu hanging
ratio. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan selektivitas gillnet untuk
berbagai tingkatan hanging ratio.
1.2. Perumusan masalah
Belum adanya acuan tentang hanging ratio yang optimal untuk jaring insang
di perairan Bengkalis melatarbelakangi peneltian ini. Beberapa parameter desain
jaring insang selain ukuran mata jaring yang menentukan selektivitas adalah hanging
ratio, visihiliias benang jaring (menyangkut bahan dan tebal benang), bentuk badan
dan h g k a h laku ikan tujuan tangkap (Hamley, 1975). Hanging ratio dan bentuk
badan ikan berpengaruh terhadap proses cara tertangkapnya, nilai hanging ratio yang
yang terdahulu (Suharyanto, 1998 dan Manoppo, 1999), pada umumnya berkisar
pada pengkajian pengaruh ukuran mata jaring terhadap selektivitas drlfr gillnet.
Mereka menyarankan bahwa p e n g a d untuk hanging ratio dan distribusi pemberat
pada drzj gillnet agar diteliti karena diduga dapat mempengaruhi selekhvitas.
Secara teoritis, drift gillnet ditentukan keefektifan oleh bentuk mata jaring.
Bentuk mata jaring ini ditentukan oleh hanging ratio; semakin rendah hanging ratio,
maka peluang ikan terpuntal semakin tinggi (Panjaitan, 1976). Pada jaring dengan
hanging ratio besar, mata jaring semakin lebar sehingga tubuh jaring lebih tegang dan
menyebabkan memantdnya ikan yang menabrak tubuh jaring (Luthfiansyah, 1984).
Berdasarkan dari uraian di atas penelitian ini akan mengkaji pengaruh nilai
hanging ratio yang terbaik untuk gillnet yang digunakan oleh nelayan Bengkalis.
1.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan:
(1) Mengetahui pengaruh hanging ratio terhadap hasil tangkapan ikan, yaitu jumlah
hasil tangkapan (ekor), berat dan panjang work length), serta cara ikan tertangkap oleh gillnet (snagged, gilled, wedged, dan entangled).
( 2 ) Membuat kurva selektivitas drijl gillnet untuk beberapa tingkat hanging ratio.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan perurnusan masalah dan kerangka pemikiran serta dtdukung
oleh tinjauan pustaka yang ada dengan itu penulis membuat beberapa hipotesis
(1) Hanging ratio berpengaruh terhadap jumlah dan berat hasil tangkapan drift
gillnet.
(2) Hanging ratio akan menyebabkan perubahan komposisi cara tertangkapnya
ikan pada drijt gillnet.
(3) Hanging ratio berpengaruh terhadap selektivitast dr$ gillnet terhadap panjang
cagak optimum (lXopt) dan keragaman hasil tangkapan.
1.5. Manfaat penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menyumbangkan lnfonnasi
pada usaha perikanan tangkap, khususnya yang berkaitan dengan hanging ratio
dalam perancangan kontruksi jaring insang hanyut yang akan digunakan di perairan Bengkalis. Sehingga nantinya didapatkan nilai selektivitas drift gillnet yang optimal
2. TINJAUAN 'PUSTAKA
Ada beberapa alasan mengapa gillnet banyak digunakan oleh nelayan. Alat
ini hanya membutuhkan permodalan yang relatif kecil, dapat dioperasikan dengan
menggunakan kapal yang kecil (Nomura and Yamazaki, 1977; Hela and Laevastu,
1970).
Alat ini perlu diteliti dalam rangka pengembangan penkanan rakyat terutama di daerah yang sudah tinggi tingkat pemanfaatannya, karena gillnet bersifat selektif
(Karlsen, 1982b; Nomura and Yamazaki, 1977; Hela and Laevastu, 1970). Hal ini
diperkuat pula oleh Pristas and Trent (1977) bahwa gtllnet bersifat selekM pada jenis
dan ukuran ikan tertentu.
Menurut Losanes et al. (1990) selektivitas adalah pemyataan kuantitatifdari
seleksi ukuran. Seleksi ukuran berkenaan dengan terhindarnya ikan tertangkap jaring
atau proses yang menyebabkan peluang tertangkapnya menjadi bewariasi, sesuai
dengan karakteristik ikan seperti bentuk badan ikan, bagian yang terjerat dan ukuran
mata jaring. Selektivitas alat tangkap adalah kemampuan alat tangkap untuk
menangkap ikan terhadap spesies dan ukuran tertentu dari suatu populasi.
Selektivitas gillnet menurut Chopin (1993) adalah kemampuan dm alat
untuk menangkap suatu jenis dan ukuran tertentu, sedangkan Gulland (1983)
menyatakan bahwa selektivitas adalah kemampuan dari alat tangkap untuk
meloloskan ikan. Pada prinsipnya pendapat kedua orang tersebut adalah sama.
Sejumlah faktor yang dapat mempenganh efisiensi penangkapan dengan
rentang tubuh jaring (webing), ukuran mata jaring, waktu operasi penangkapan, warna jaring dan kemampuan ikan untuk melihat jaring (Nomura and Yamazaki, 1977; Ayodhya, 1981).
2.1. Mesh size drift gillnet
Menurut Nielsen and Lampton (1983), ikan yang terlalu kecil maupun
terlalu besar mermliki peluang tertangkap yang lebih rendah dibanding dengan ikan
yang berukuran optimum karena ikan yang terlalu kecil dapat berenang 1010s
sedangkan lkan yang terlalu besar tidak dapat masuk ke mata jaring. Selanjutnya
Fridman (1986) mengatakan bahwa keberhasilan penangkapan ikan dengan jaring
bergantung pada perbandingan antara ukuran mata jaring dengan ukuran ikan yang
akan ditangkap (secara terjerat); bubungan antara ukuran mata jaring dengan ukuran
ikan tersebut linier.
Menurut Trent and Pristas (1977) pengetahuan tentang selehvitas ini dapat
dijadikan dasar pembuatan rekomendasi yang bertujuan memaksimalkan ukuran mata
jaring (untuk meningkatkan efisiensi penangkapan) atau meminimalkan ukuran mata
jaring (untuk melindungi ikan kecil) pada ukuran dan jenis tertentu. Nielsen and Lampton (1983) juga menjelaskan, bahwa dengan ukuran mata jaring yang lebih
besar juga berarti lebih ejsien karena dapat memilih ikan yang lebih besar.
Menurut Sparre and Venema (1998) tidak semua selang panjang (selang
umur) dari ikan dieksploitasi secara penuh. Beberapa alat termasuk jaring insang
Tertangkapnya ikan oleh gillnet bukan hanya karena ukuran tubuhnya, tetapi
juga oleh anggota tubuhnya. Jenis ikan tanpa
gig
dan bagian tubuh menonjol,umumnya ikan tertangkap dengan cara masuk ke dalam lubang mata jaring.
Sebaliknya, jenis-jenis ikan yang bergigi dan mempunyai bagian tubuh menonjol,
seperti lele laut, sembilang, umumnya lebih sering tertangkap secara terbelit
(entangled) pada siriplduri dada dan ekor dari pada te jerat (gilled).
Menurnt Karlsen (1982a), ukuran mata jaring pada mata jaring yang
berbentuk segi empat, didehsikan sebagai jarak antara simpul yang berlawanan,
dalam keadaan stretch, sedangkan ukuran lubang mata jaring yang diukur tampa
simpul disebut lumen size. Menurut Nielsen and Lampton (1983), tipe kurva
selehvitas jaring insang adalah seperti bentuk genta dengan dua sisi dan maksimum
menurun sampai titik no1 pada sumbu X. Selanjutnya ditambahkan bahwa secara
umum ukuran selektivitas ialah:
( 1 ) Girth optimum = 1,25 kali keliling jaring;
(2) Panjang ikan = 20% lebih panjang atau lebih pendek dari pada panjang
optimum yang sering tertangkap.
Empat cara tertangkapnya ikan dengan gillnet (Baranov yang diacu dalam
Sparre et al., 1989), ~ a i t u gilled (tejerat pada insang), wedged (terjerat pada bagian
badan depan sirip punggunj, snagged (terjerat pada bagian mulut) dan entangled
(terbelit jaring). Menurut ~ o u n s e f e ~ and Everhart (1953), cara pengoperasiannya
gillnet digolongkan kedalam entangong net yang terdin dari gillnet dan trammel net.
(1) drrfr gillnet (pengoperasiannya dibiarkan hanyut m e n m t i arus dan
gelombang);
(2) stake gillnet ( dipasang memakai tonggak-tonggak kayu di perairan dangkal);
( 3 ) diver gillnet (dibiarkan hanyut di atas dasar perairan, umumnya untuk
menangkap ikan salmon);
(4) sink gillnet (dipasang menetap dengan jangkar);
(5) circle gillnet (dioperasikan dengan melingkari gerombolan ikan).
Gillnet dipasang melmtang terhadap arah arus dengan tujuan menghadang
ikan dan diharapkan ikan-ikan akan menabrak jaring serta tejerat (gilled) disekitar insang pada mata jaring atau terpnntal (entangled) pada tub& jaring. Aktivitas
penangkapan dengan gillnet sangat penting dan sudah meluas di seluruh dunia
(Frecket, 1964) dan e f e h f digunakan di perairan tropis (Kristjonson, 1964).
2.2. Hanging ratio drift gillnet
Menurut Ayodhyoa (1981), shortening adalah beda panjang antara tubuh jaring pada saat teregang sempurna dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada tali
pelampung ataupun tali pemberat dan dinyatakan dalam persen. Nilai shortening
jaring dapat dhtung sebagai berikut :
dimana: S = shortening
LO = panjang jaring sebelum ditata
Hangrng ratio adalah perbandingan panjang jrning setelah ditata dengan
panjang jaring sebelum ditata atau perbandmgan antara panjang tali ris atas dengan
panjang jaring dalam keadaan stretch (Nielsen and Lampton, 1983). Rumus untuk itu adalah:
Hal ini berarti bahwa hanging ratio (H) = Lo - S. Ilustrasi hanging ratio dapat
dilihat pada Garnbar 4. Umumnya hanging ratio untuk jaring insang adalah 40%-
60%.
Hanging ratio berkaitan erat dengan bentuk pembukaan mata jaring ke
samping (Karlsen, 1982a). Hal ini berarti bahwa semakm besar hanging ratio
tersebut, maka mata jaring semakm terbuka ke samping. Lebih jauh dikatakannya
bahwa pembukaan mata jaring pada jaring insang dapat dicari dengan rumus:
M , = M,.H
dimana: Mr. = pembukaan mata jaring ke samping
M, = ukuran mata jaring
H = hanging ratio
Menurut Brandt (1984), proses terjerat dan terpuntal adalah dua prinsip
yang berbeda dalam penangkapan ikan, meski keduanya dapat terjadi pada satu alat
tangkap yang sama. Salah satu faktor yang mempengaruhl gillnet bersifat menjerat
atau membelit dermluan adalah karena kekenduran tubuh jaring di dalam air yang
disebabkan oleb pemendekan jaring yang terpasang pada tali ris (shortening). Lebih
berkisar antara 30%-50% (hanging ratio 50%70%), sedangkan pada jaring dasar
umumnya berkisar antara 30%70% (hanging ratio 30%70%). Hal ini berarti bahwa
jaring gillnet yang ditujukan untuk menangkap udang ataupun kepiting dengan cara
terpuntal tidak dapat disebut menangkap dengan cara menjerat (gilIed). Hal ini karena
jaring tersebut dibuat dengan shortening yang besar, yang dimaksudkan untuk
menambah daya puntal.
Semakin rendah hanging ratio, maka hasil tangkapan yang terpuntalpun
&an lebih banyak (Panjaitan, 1976). Sebaliknya pada jaring dengan hanging ratio
besar, regangan akan menjadi lebii tinggi, sehingga tubuh jaring lebih tegang.
Semakin tegangnya jaring yang hanging ratio-nya besar demikian maka ha1 tersebut
akan menyebabkan memantulnya ikan yang menabrak tubuh jaring (Luthfiansyah,
1984).
Sifat lain dari gillnet adalah bahwa alat tersebut bersifat pasif (Olsen, 1982a;
Nomufa and Yamazala, 1977; Chopin, 1993; dan Gunarso, 1985) sehingga tertangkapnya lkan lebih banyak ditentukan oleb gerak renang schooling ikan yang mengarah pada jaring, yang memungkmkan mereka terjerat. Oleh karena itu faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan alat tangkap
pasif ini hams diperhatikan yang antara lain mencakup metode penangkapan,
modifikasi konshuksi, bahan, wama jaring, ukuran mata jaring, hanging ratio dan waktu penangkapan. Semua itu hamslah sesuai dengan sifat ikan yang akan
ditangkap. Berdasarkan hal-hal tersebut &atas penulis melakukan penelitian
mengenai hubungan untuk beberapa tingkat hanging ratio terhadap selektivitas alat
2.3. Selektivitas drift gillnet
Selektivitas ukuran adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan
memilihimenangkap ataupun meloloskan ikan dengan ukuran tertentu (Losanes et al.,
1990; dan Chopin, 1993). Kemampuan tersebut berkenaan dengan mengtundarnya ikan dari jaring yang merupakan proses penentuan pcluang tertangkapnya ikan.
Peluang ini bervariasi menurut karakteristik ikan seperti bentuk badan, bagian yang
terjerat ukuran kuantitaM kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap
sepesies dan ukuran tertentu.
Seleksi ukuran tejadi jika keliling badan ikan bagian operculum (tutup
insang) lebih kecil dari keliling mata jaring sebalknya jika bagian operculum sangat
besar atau keliling maksimum badan ikan sangat kecil dibandingkan dengan keliling
mata jaring ikan kemungkmm tidak tertangkap (Matsuoka, 1995). Namun seleksi tersebut dipengaruhi oleh elongation benang jaring dan deformasi bentuk badan ikan
s e h g g a ikan yang tertangkap relatif lebih besar dari yang telah diperkirakan.
Beberapa parameter desain jaring insang selain ukuran mata jaring yang
menentukan selektivitm adalah hanging ratio, elongation, visibilitas benang jaring
(menyangkut bahan dan tebal benang), bentuk badan dan tingkah laku ikan tujuan
tangkap (Hamley, 1975). Hanging ratio dan bentuk badan ikan berpengaruh terhadap
proses cara tertangkapnya, nilai hanging ratio yang makin kecil b e r k e c e n h g a n
untuk memuntal. Kemuluran benang jaring yang meningkat memberi peluang
terhadap ukuran ikan yang lebih besar untuk tertangkap. Visibilitas dan tingkah laku
berhubungan dengan kemampuan ~kan untuk menghmdari jaring. I/isibilitas
tergantung antara lain oleh ukuran benang dan mata jaring dan reaksi ikan terhadap
ratio khususnya yang mempengaruhi efesiensi jaring adalah tinggi kurva selektivitas
(Brandt, 1975), dan sekaligus berpengaruh terhadap bentuk dan modus k ~ ~ a
selektivitas.
Penelitian selektivitas jaring insang pada umumnya berdasarkan rumusan
Baranov yang menyatakan bahwa ikan tertangkap jika terjerat disekitar tutup insang
dan kurva selektivitas untuk ukuran mata jaring berbeda mempunyai bentuk sebangun
(Harnley, 1975). Selanjutnya Sparre and Venema (1998) memodelkan probabilitas
tertangkapnya ikan tergantung panjang optimum ikan tertangkap pada b a n mata
jaring tertentu dan hanging ratio. Sedangkan ilmuwan Jepang menggunakan pengukuran keliling badan ikan, kemudian juga diper!imbangkan kelenturan badan
ikan dan kemuluran mata jaring sehubungan dengan penentuan kurva selektivitas.
Salah satu metode yang dikembangkan kemudian adalah metode Matsuoka (1995)
yang mengembangkan metode Kawamura (1972) dengan model probabilitas
berdasarkan variasi keliling badan ikan.
Diantara ikan dengan panjang dan spesies yang sarna, keliling badan dapat
bervariasi karena faktor-faktor: jenis kelamin, tingkat kematangan gonad dan jumlah
makanan (Harnley, 1975). Di antara ikan-ikan yang mempunyai keliling badan yang
sama, ikan yang lebih panjang memiliki kemampuan berenang lebih capat sehingga
dapat menembus mata jaring lebih dalam.
2.4. Waktu penangkapan.
Jaring insang hanyut (drrft gillnet) dalam klasifikasinya, termasuk jaring permukaan (surfkce gillnet) (Nomura and Yamazala, 1977). Hal ini berarti bahwa
Dikemukakan oleh Olsen (1982b), bahwa jenis jaring ini, hanyut bebas dipermukaan
ataupun pada lapisan air tengah, tanpa adanya jangkar yang menghujam di dasar
perairan, namun dihubungkan dengan tali ke perahu.
Waktu penangkapan hams sesuai dengan saat waktu ikan-ikan tersebut bisa
ditangkap. Hal ini berhubungan erat dengan saat-saat berlangsungnya migrasi vertikal
harian dm ikan tersebut (Nomura, 1981). Berkaitan dengan ha1 ini, He (1993)
mengemukakan bahwa untuk menangkap ikan tertentu dengan ukuran tertentu,
nelayan perlu menggunakan alat tangkap tertentu pa& lokasi dan waktu tertentu.
Sehubungan dengan migrasi vertkal harian ikan pelagis, terdapat
kecendrungan bahwa ikan-ikan pelagis pada waktu siang hari akan berada pada
kedalaman tertentu, sedangkan pada waktu malam hari ikan-ikan tersebut akan berada
di dekat permukaan air secara menyebar. Ikan-ikan pelagis ini pada waktu sore hari
ummmya mulai naik ke permukaan dan pada waktu pagi hari mereka mulai turun
dari permukaan (Hela and Laevastu, 1970; Connanghey and Zottoli, 1983; Amin dan Nugroho, 1988; Freon, Gerlotto and Misund, 1993).
Lebih lanjut dlketengahkan oleh Nybakken (1992) bahwa migrasi vemkal
harian ini ada hubungannya dengan gerakan plankton. Zooplankton umumnya
mengadakan migrasi vertikal harian pula. Siang hari mereka akan bergerak ke kedalaman tertentu, Sedangkan pada malam hari mereka justru bergerak ke
permukaan. Rangsangan utama yang menyebabkan dimulainya gerakan migrasi
vertikal harian zooplankton adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respon fototaksis
negatf bagi zooplankton. Hal ini menyebabkan mereka bergerak menjauhi
permukaan laut bila intensitas cahaya & permukaan semalun h a t . Lebih lanjut
pagi hari, pada saat suhu air menjauhi permukaan laut hingga mempertahankan posisi
kedalaman tertentu. Selanjutnya, ketika intensitas cahaya matahari pada sore hari
mulai menurun, zooplankton mulai bergerak ke arah permukaan laut dan akan tinggal
di pemukaan sampai fajar tiba. Hal ini temyata akan dikuti oleh pergerakan ikan pelagis sebagai pemakanplankton (Hela and Laevastu, 1970 seperti pada Gambar 1).
pagi 12.00 sore
hari siang h& hari permukaan
*
***
* *
** * * *
* *
**
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
Ket :
*
= ikanGambar 1. Skema posisi ruaya vertikal harian ikan pelagis (Hela and Laevastu, 1970).
Operasi jaring insang muftifilamen pada saat suasana gelap berkaitan dengan
daya tampak jaring oleh mata ikan. Menurut Pilgrim (1982) efisiensi jaring insang
sangat dipengaruhi oleh daya tampak. Hal ini tergantung dari wama dan terangnya jaring, kecerahan perairan, intensitas cahaya dan kedalaman perairan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pada perikanan jaring insang, tingkat kekeruhan berkorelasi positif
terhadap hasil tangkap. Semakm cerah perairan, mata lkan akan semakm mudah
mendeteksi adanya jaring sehingga ikan
akan
berusaha menghmdarinya. Seperti kitaketahui, daya tampak benda gelap di dalam air lebih kecil dari pada benda terang,
selain itu, wama benda yang mirip wama lingkungan lebih efektif daripada wama
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian lapangan dilakukan di perairan Kabupaten Bengkalis, Propinsi
Riau dan Selat Malaka, selama 6 bulan, yaitu dari bulan Maret 2001 hingga bulan
September 2001. Kegiatan experimental jishing dengan jaring insang hanyut
dilakukan pada bulan Mei 2001. Persiapan yang dilakukan meliputi pengamatan
komponen jaring insang hanyut dan penelusuran data sekunder didapatkan di Dinas
Perikanan Riau dan instansi yang terkait.
' 3.2. Kerangka pemikiran
Definisi hanging ratio menurut Ayodhya (1981); Nielsen and Lampton
(1983) adalah perbandmgan antara panjang tali ris atas dibagi dengan panjang dalam
keadaan teregang sempurna (stretch). Hanging ratio berkaitan erat dengan
pembentukan mata jaring ke samping, ha1 ini berarti bahwa semalan besar hanging
ratio tersebut, maka mata jaring semakin terbuka ke samping. Sehubungan dengan
prinsip dasar dari hanging ratio tersebut maka erat hubungannya dengan hasil
tangkapan yang akan d~peroleh baik berupa jumlah (ekor), berat (kg) dimana
semakin tinggi nilai hanging ratio maka jumlah hasil tangkapan bisa meningkat atau
turun dan cara tertangkapnya ikan dimana dengan meningkmya nilai hanging ratio
yang tertangkap juga akan menunm jenisnya. Kesemua dari pernyataan tersebut
akan mempengardn kurva selektivitas yang akan terbentuk. Untuk itu peneliti
[image:164.564.78.454.155.661.2]membuat diagram kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram kerangka pemkuan penelitian yang di lakukan.
Penulis juga membuat rangkuman proses penelitian untuk mempennudah dalam mengambil langkah-langkah dalam penelitian, dimana dalam rangkuman
proses penelitian termuat beberapa tujuan penelitian, metode yang digunakan
dilapangan, desain dari pada experimental fishing yang akan dilaksanakan, data-data
0
0 0 0 0 0
45% 50% 55% 60% 65% 70%
-
1
v
1
Has11 tangkapan Jumlah (ekor),
berat (gram)
Ukuran ikan has11 tangkapan (cm)
Cara tertangkapnya ~kan (SGW&E)
*
Kurva Selektivltas menurut Matsuoka
yang dikumpulkan untuk keperluan analisis data dan analisis data yang digunakan
untuk membantu dalarn menjawab dari pada tujuan penelitian tersebut,(lihat Tabel 1).
Tabel 1. Rangkuman proses penelitian yang dilakukan.
kapan
Kornposisi hasil Exper~mmral
menurut cara tertangkap
1
Tujuan
Pengaruh hang ing ratio terhadap jumlah hasil tang
Menentukan dua arah hanging ratio dancara tertangkap Metode Experimental fishing Desain Rancangan Acak Lengkap Ulangan pengo perasian
Jumlah ikan me nurut cara tertang kapnya berdasarkan hanging ratio
Fork length ,
TL, berat, cara ter tangkap ikan,
GM Go dan GN
Data yaug di
kumpulkan
Jenis, jumlah dan berat ikan
-
C k e y Histogram Perhandingan Frekuensi harapan
(X2)
Kuwa selekti vitas berdasarkan Masuoka Grafik, menentukan FL,,, Analisis data Uji keragaman Sidig ragam Uii bandine
3.3. Bahan dan Alat
3.3.1. Experimental drift gillnet.
Jaring insang yang digunakan dalam experimentaljshing ini sebanyak 12
kebat (1 kebat = 2 pieces) yang terdiri dari (1) kondisi bahan dan alat yang sama
kecuali hanging ratio 45 %, 50%, 55%, 60%, 65% dan 70% (H45, H50, H55, H60,
H65 dan H70) masing-masing sebanyak dua kebat dengan ukuran mata jaring adalah
8,75 cm (nilai nominal mata jaring adalah 3,5") sama dengan yang digunakan
nelayan di lokasi penelitian; (2) panjang dan tinggi setiap jaring sama, yaitu 70 m dan
9,4 m agar upaya penangkapan sama. Mesh opening (M,) dari jaring tersebut secara
acak diukur dengan verner calliper. Bahan jaring yang digunakan polyamid PA
(nylon mult$lament) dl18 dengan jumlah mata jaring setiap panjang dan lebar
Tabel 2. Setiap kebat dipasang tali ris atas yang terdiri dari 2 utas tali polyethylene/PE
diameter 6 mm yang berlawanan pintalan dan tali pelampung dengan ukuran dan bahan yang sama dan satu unit jaring di pasang 3 buah pelampung tanda dan 36 buah
pelampung besar dari bahan polyvinylchlorid/PVC (pelampung sintetis) panjang 2 1,5
cm dan keliling 97 cm dengan berat 90 gr sedangkan dibawah bagian jaring utama
terdapat selvedge dari bahan saran (Polyvinylidene chloride, PVD) sebagai pemberat
pengganti dari batu alam dengan jumlah mata jaring 17 mata arah lebar dan panjang
sesuai dengan jumlah mata jaring utarna. Lebih lanjut deskripsi dan spesifikasi drifr
gillnet disajikan pada Tabel 3, disain drij gillnet yang digunakan dalam penelitian digambarkan dalam Gambar 3,4, dan 5.
Kedalaman jaring insang terpasang sangat erat kaitannya dengan hanging
ratio yang diterapkan pada jaring insang tersebut, untuk menentukan luas areal jaring
insang yang terpasang kita harus mengetahui hanging ratio, jumlah mata jaring arah
vertikal dan horizontal, ukuran mata jaring. Untuk itu disajikan beberapa formula
untuk mencari kedalaman dan panjang jaring serta luas permukaan webbing sebagai
berikut:
s = I - H, untuk mengetahui nilai shortening;
L,
= 2bp(l- s ),
untuk mengetahui panjang jaring arah horizontal;d = 2bq=, untuk mengetahui panjang jaring arah vertikal;
4.
= 4bzpq(1 - s ) m ,untuk mengetahui luas permukaan webbing;dimana : L, = panjang jaring arah horizontal;
d = panjang jaring arah vertikal (tinggi jaring);
p = jumlah mata jaring arah horizontal;
q = jumlah mata jaring arah vertikal (tinggi jaring);
s = shorteming;
[image:167.564.78.478.52.545.2]b = panjang bar dalam mata jaring.
Tabel 2. Spesifikasi experimental dr~ji gillnet per kebat.
Keterangan:
*
= Tinggi dan panjang setelah ditarnbah mata jaring agar panjangnyamenjadi 70 m dan tingginya menjadi 9,4 m.
3.3.2. Peralatan lain
Pengoperasian jaring dilakukan dengan menggunakan Kapal Motor milk nelayan jaring insang hanyut yang terbuat dari kayu dengan ukuran panjang 15,O m
(LOA), lebar 2,O m (B) dalam 1,3 m (D) dengan tenaga pengerak 16 PK seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
Panjang hasil tangkapan diukur dengan menggunakan penggaris plastik
sepanjang 1 m dengan akurasi 1 mm sedangkan beratnya ditimbang dengan
timbangan duduk 5 kg dengan akurasi 100 gr sedangkan kelilmg badan m a k s i m dan keliling tutup insang (sampai belakang) diukur dengan cara melmgkarkan benang
nilon (polyamida) disekeliling tutup insang kemudian diukur dengan penggaris yang
akurasinya 1 mm. Alat-alat lain yang diperlukan seperti kantong plasbk (glangsing) ukuran 25 kg, termometer suhu udara (satuan derajat Celcius), stop watch, kompas,
GPS, jam tangan, tali pengukur kedalaman perairan, Buku Pedoman Pengenalan
Drift Gillnet
Tenggiri dan Parang-parang Malacca Strait
m y - 3 HR - - 65 O/" <<DF-z
44DE-7 7 ~ 3 ~
1266
146
$
87,5 mm PE Multifilament 210 Dl18 146y:
i--
1,65 meterDetail D
; Meter
[image:168.831.82.728.80.486.2]r
D. Tali Peluntang
H. Tali Peikat Ris dan Pelampung
Simpul Mata Jaring (English Knot) Ikatan Tali Peluntang dan Ris Atas
Pengikatan Peluntang Pemasangan Pelampung Silvedge dan Badan Jaring
[image:169.831.78.705.84.480.2]Keterangan: 1. Ruang kemudi
2. Ruang istirahat ABK
3 . Tempat persediaan air dan bahan bakat
4. Ruang palka alat tangkap
5 . Bok plastik tempat hasil tangkapan
6 . Ruang mesin
[image:171.835.87.708.98.484.2]I J
Gambar 6
.
Tata ruang kapal drij gillnet 2-
... ...
i
a
i 8 4Tabel 3. Spesifikasi experimental dr@ gillnet per kebat.
--- --- -
r
Jenis benda dan e i r i / Jenis bahan dan satuan1
Jaring- wama -Mesh size - hahan - benang - simpul - panjang - tinggi
hijau kehiruan 3,5 inci
nylon polyomide (PA)
multiflament 21 0d/18 yam double english knot
70 rn (terpasang); asal I00 m stretch
136-1 5 5 mesh depth jaring utama 17 mesh depth saran di bagian bawah
- merk
1
UnitedPelampung kecil
- wama - tipe - bentuk - jumlah - panjang - keliling - berat
Pelampuug besar
-wama - tipe - jumlah - keliling
- b a h g -wama - henang - simpul - panjang - tinggi
Tali ris atas
- jumlah - pintalan - bahan - panjang -diameter - wama - sambungan - merk
Tali pelampung
- jumlah - pintalan - bahan
-
w j a n g -diameter-
wama-
merkmerah hata Y - 3 silindris 42 bh 81.8 mm
21,5 mm
21,5 gr
putih silindris
3 buah 970 mm
90 gr
saran
putih kebiriuan
multifilament 21 0d/l8 yam double enalish knot -
70 m (terpasang); asal 100 m stretch
17 mesh depth saran
2 huah
S
Polyethylene lpE)
5 5 mm (termasuk 1 m : kanan dan kin)
6 mm
him tua tanda sesuai dengan Tahel4 simpul double english knot
s e a p l l
1 bh. Per pelampung bola plastik
S
I
Polyethgene (IJ@
3.4. Experimental fishing
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hanging
ratio terhadap selektivitas jaring insang hanyut. Jaring insang hanyut dioperasikan
sebanyak 16 kali setting di sekitar perairan Bengkalis dan Selat Malaka. Posisi setting
terdekat be rjarak 14,2 km danjshing base (Selat Baru) dan posisi terjauh berjarak 28
km. Kedalaman air pada posisijshing ground terdangkal19,8 m (1 2 depa) dari dasar
ke permukaan air laut dan posisi terdalam 54,45 m (33 depa). Rata-rata lama jaring
didalam air selama 247 menit (4 jam 7 menit).
Berdasarkan pengamatan pendahuluan, umumnya posisi dan bekas
terjeratnya benang jaring dapat diketahui dengan jelas. Hal ini memungkmkan untuk
pengidentdikasian cara terjeratnya ikan pada jaring dengan jelas pula dan hal ini dilakukan diatas kapal. Selanjutnya, ikan hasil tangkapan untuk masing-masing kebat
dipisahkan pada kantong plastik (glangsing) dan kemudian diberi label. Hal ini
menyangkut pengambilan dan pemisahan ini dilkukan selagi masih berada di laut.
Adapun hat-ha1 yang diterapkan pa& label mencakup nilai hanging ratio dan
masing-masing tinting yang bersangkutan dan warna tali untuk penandaan tali ris
atas. Warna tali penanda tali ris atas ini berbeda-beda berdasarkan hanging ratio
jaring bersangkutan (lihat Tabel 4). Pengacakan perlakuan dilakukan pada saat
mengeset dengan urutan kebat sebagai benkut tanda warna kuning (HSS), merah (HSO), orange (H60), hitam (H70), hitam (H70), putih (H45), merah (H50), biru
(H65), orange (H60), kumng
(H55),
biru (H65) dan putih (H45). Untuk menambahpengacakan dilakukan saat setting posisi kapal bergantian dari pinggu laut menuju
perlakukan, dilakukan penankan (hauling) pertama kali pada posisi titik pembuangan
jaring pertama.
Tabel 4. Berbagai warna penandaan tali ris atas untuk setiap nilai hanging ratio.
3.5. Data yang dikumpulkan.
Untuk setiap ikan yang tertangkap, dicatat identitas ikan, panjang cagak
(FL, em), berat, keliling tubuh terbesar (body girth m a x i m u m l ~ ) , keliling tempat
bagian tubuh terjerat (net marklGN), cara tertangkapnya (snagged, gilled, wedged dan
entangled).
Data ikan:
- jenis ikan (berdasarkan Ditjen Perikanan
,
1990);- jumlah ikan (dalam ekor);
- berat ikan (dalam gram);
- panjang cagak Vork length) (dalam cm), yaitu panjang dari bagian ujung
kepala hingga lekukan ekor ikan;
- Keliling lingkaran tub& (girth) (dalam em), yaitu panjang hgkaran tubuh
ikan yang terbesar;
-
Keliling lingkaran tub& ikan tempat terjerat (diukur pada tempat bekas te rjerat benang jaring).- cara tertangkapnya ikan pada jaring apakah:
snagged (te jerat pada bagian sekitar kepala); Mata Jaring
3,5 inci (M) 3,5 inci (M) 3,5 inci (M)
3,5 inci (M)
3,5 inci @A)
3,5 inci (M)
(HI
a. putih (H45) b. merah (H50) c. kuning (H55) d. orange (H60) e. biru 0165)
i? hitam (H70)
(Hz) g. pubh + (H45) h. merah
+
(H50) i. kuning+
(H55) j. orange+
(H60)k. biru + (H65)
gilled (terjerat pada sekitar tutup insanglopercullurn);
wedged (te jerat pada sekitar badan); atau
entangled (dimana ikan terbelit pada tonjolan-tonjolan badan seperti
sungut, gigi, sirip, ekor oleh bagian jaring);
Data hasil tangkapan (berat, jumlah ekor, dan identitas ikan) dicatat untuk
setiap setting dari dua kebat gillnet untuk masing-masing nilai hanging ratio beserta cara tertangkapnya dirangkum dalam tabel sheet (Lampiran 12 dan 13).
Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad dari kan-ikan yang tertangkap
serta memberi rekomendasi teknis dalam pengelolaan secara biologis, adapun aspek
yang dilihat adalah kondisi gonad sejumlah ikan hperiksa untuk mengetahui
reproduksi biologinya (hngkat kematangan gonad).
Data penunjang guna melengkapi laporan berupa data primer mencakup
ukuran dan bentuk dari kapal clan jaring insang berikut bagian-bagiannya; kedalaman dasar perairan. Data sekunder juga dikumpulkan mengenai keadaan umum dan khusus eeadaan perikanan) wilayah Bengkalis dan peta daerah penangkapan &an.
3.6. Analisis data
Dalam penelitian ini dikaji pengaruh sebuah faktor, yaitu hanging ratio
terhadap sejumlah parameter hasil tangkapan (yaitu jumlah ekor, total berat,
komposisi cara tertangkap) dan selektivitas alat tangkap terhadap dua jenis ikan (ikan
parang-parang dan tenggiri)
.
3.6.1. Metode analisis untuk mengetahui pengaruh hanging ratio terhadap
jumlah hasil tangkapan.
Desain (rancangan percobaan) yang digunakan pada percobaan adalah
Rancangan Acak Lengkap. Rancangan perlakuannya hanging ratio (H) sebanyak
Perairan Bengkalis diasumsikan dalam kondisi homogen (pada perairan
yang relatif sempit dan masih pada musim yang sama), sehingga faktor
oseanografipun diasumsikan sama. Semua faktor dalam kontruksi jaring insang
hanyut yang diynakan dalam penelitian dianggap sama kecuali ukuran hanging
ratio. Demikian pula keberadaan ikan diasumsikan menyeba