commit to user
i
PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN Additive CaCl2 TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN KEKUATAN LENTUR KOMPOSIT SEMEN SERBUK AREN
(Arenga Pinnata)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh:
MUHAMAD ABADI NIM. I 1404023
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN Additive CaCl2 TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN KEKUATAN LENTUR KOMPOSIT SEMEN SERBUK AREN
(Arenga Pinnata)
Disusun oleh
MUHAMAD ABADI NIM. I 1404023
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dody Ariawan, ST., MT Ir. Wijang Wisnu Raharjo, MT
NIP. 197308041999031003 NIP.196810041999031002
Telah dipertahankan dihadapan Tim Dosen Penguji pada hari Senin tanggal 22 November 2010
1. Heru Sukanto, ST., MT
NIP. 197207311997021001 ...
2. Zainal Arifin, ST., MT
NIP. 197303082000031001 ...
3. Eko Prasetyo B., ST., MT
NIP. 197109261999031002 ...
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Tugas Akhir
Dody Ariawan, ST., MT Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT NIP. 197308041999031003 NIP. 19720229 2000121 001
commit to user
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
♣“ Everyting should be made as simple as possible, but not simpler
.”
–
A.Einstein.
♣
“
Never trust an experimental result until it has been confirmed by
theory
.”: – Sir Arthur Eddington.
♣
“
Luck is the residue of hard work
.” – J.Davenport.
♣
“
The end is where we start from
.” – T.S. Elliot.
♣
“
Today is time to finish it
.” – V.Harbrian.
PERSEMBAHAN :
Karya ini disusun sebagai bakti dan cinta penulis
kepada:
♥
Allah SWT,
The biggest inspirations and
doctrines.
♥
Kedua orang tuaku, Bapak H. M. Solikhin &
Ibu Hj. A. Mulyati,
unlimited thanks for both.
♥
Adik
2ku, Nurma,Wawan & Nita
You are my
shove.
♥
My wife & my son
for being true of my
expectations.
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhamad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Variasi Penambahan additive CaCl2 Terhadap Karakteristik Fisik Dan
Kekuatan Lentur Komposit Semen Serbuk Aren (Arenga Pinnata)”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah untuk pemberdayaan produk lokal dan meningkatkan kandungan produk lokal dalam suatu konstruksi serta dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan terhadap pengembangan material komposit sebagai bahan alternatif di masa mendatang.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya laporan skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun atas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, penulis akhirnya menyelesaikan laporan skripsi
ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
1. Bapak Dody Ariawan, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT UNS, serta selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Bapak Ir. Wijang Wisnu R, MT selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Bapak Heru Sukanto, ST selaku pembimbing akademis.
4. Bapak-bapak dosen di jurusan Teknik Mesin UNS. 5. Seluruh jajaran staff FT UNS.
6. Teman-teman TA Komposit dan teman-teman mahasiswa Teknik Mesin UNS angkatan ’04 serta teman-teman kost NUANSA (Ngadiman, Blink, Boly, Danang, YP), thanks atas semuanya.
commit to user
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat berguna untuk perbaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Desember 2010
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN... 19
3.1. Pelaksanaan Penelitan ... 19
3.2. Bahan Penelitian ... 19
4.3. Kekuatan Bending komposit... 26
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Tabel 2.2 Tabel 3.1
Klasifikasi komposit panel …... Susunan unsur semen... Jumlah spesimen...
commit to user
Klasifikasi wood composite board ... Ikatan pada komposit ……….. Pengaruh penambahan additive CaCl2 terhadap temperatur
hidrasi pasta semen ………. Efek penambahan persentase CaCl2 terhadap temperatur
hidrasi campuran bambu, kenaf, semen-jerami dan semen-sekam ………. Pengaruh CaCl2 terhadap kekuatan (MOR dan MOE) …...
Skema uji densitas ... Skema uji bending ……….. Dimensi spesimen uji serapan air ………... Dimensi spesimen uji bending ……… Diagram alir penelitian ………... Grafik hubungan densitas - Variasi penambahan additive CaCl2 ...
Grafik hubungan serapan air - Variasi penambahan
additive CaCl ...
Grafik hubungan kekuatan bending - Variasi penambahan
additive CaCl ...
commit to user
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Pemakaian material yang ramah lingkungan, mampu didaur ulang serta dapat diuraikan oleh alam merupakan tuntutan teknologi saat ini. Material yang diharapkan mampu memenuhi hal tersebut adalah material komposit dengan material pengisi (filler) serat alam. Serat dari bahan alami yang dapat digunakan untuk keperluan non struktural antara lain: rambut, serabut kelapa, ijuk, serat goni, dan serat tumbuh-tumbuhan lainnya (Megawati, 2005 ).
Sifat mekanik dan sifat fisik dari komposit semen yang diperkuat dengan serat tergantung pada banyak parameter seperti densitas komposit, rasio semen: serat, kekuatan serat, jenis perlakuan (treatment) serta material tambahan
(additive). Fernandez dan Taja-on, 2000, mengatakan bahwa densitas papan, rasio
semen: serat, dan kualitas serat sangat berpengaruh pada sifat papan. papan
dengan kandungan semen yang lebih tinggi memiliki nilai densitas atau kerapatan yang lebih tinggi (Erakhrumen dkk. 2008)
Pemakaian material tambahan (additive) sangat diperlukan untuk
meningkatkan fungsi semen sebagai bahan pengikat dalam campuran komposit. Bahan tambahan ini disesuaikan dengan unsur-unsur pembentuk dari semen yaitu kalsium oksida (CaO), silika dioksida (SiO2) dan aluminium oksida (Al2O3).
Penambahan zat additive CaCl2 pada pasta semen mampu meningkatkan proses
hidrasi/pengerasan semen hal ini terjadi karena adanya faktor kecocokan antara unsur-unsur kalsium yang terkandung dalam semen dan dalam additive CaCl2
(Hachmi, 1990).
Komposit dengan menggunakan semen sebagai bahan pengikat memiliki beberapa kelemahan yaitu, mudah patah/rapuh dan memiliki kekutan tarik yang lemah. Untuk mengatasi kelemahannya yaitu dengan menambahkan serat sebagai
filler atau pengisi dalam campuran semen. Penambahan serat alam pada komposit
commit to user
jaringan formasi yang lebih homogen. Dalam hal ini serat aren memenuhi kriteria diatas, yaitu sebagai filler atau pengisi dalam dalam campuran komposit serat alam.
Pada penelitian ini serat yang digunakan adalah serat batang aren dari limbah produksi tepung aren sebagai material pembuatan komposit dengan pertimbangan bahwa serat mempunyai sifat elastis, diameter yang seragam, dan relatif murah. Penelitian tentang komposit semen ini diharapkan akan melengkapi kekurangan dari material yang sudah ada, sehingga jika penelitian ini berhasil, maka akan didapatkan nilai properties komposit semen yang optimal.
1.2Perumusan masalah
Bagaimana pengaruh variasi penambahan additive CaCl2 terhadap
karakteristik fisik Komposit Semen Serbuk Aren berupa densitas dan serapan air serta karakteristik mekanik berupa kekuatan lentur (flexural/bending strength).
1.3 Batasan masalah
Untuk menentukan arah penelitian yang baik, ditentukan batasan masalah sebagai berikut:
1. Sifat komposit semen-serbuk aren yang ingin diketahui adalah densitas,
konduktivitas panas dan kekuatan lentur.
2. Material komposit dibuat dengan variasi penambahan additive CaCl2 sebesar
0% , 5%, 10%, dan 15% (% berat). 3. Serbuk aren mesh -80.
4. Selama proses pencampuran distribusi semen, serat, air dan CaCl2 yang digunakan dalam pembuatan komposit ini dianggap homogen.
1.4 Tujuan penelitian
a. Mengetahui pengaruh variasi penambahan additive CaCl2 terhadap sifat
fisik (densitas dan serapan air) komposit semen serbuk aren.
b. Mengetahui pengaruh variasi penambahan additive CaCl2 terhadap
kekuatan lentur komposit semen serbuk aren.
commit to user
1.5 Manfaat penelitian
1. Memberi informasi kepada masarakat dan dunia teknik mekanik mengenai seberapa besar pengaruh variasi penambahan additive CaCl2 pada
Komposit Semen Serbuk Aren terhadap kekuatan lentur, densitas dan serapan air.
2. Mengoptimalkan proses daur ulang limbah dari sisa industri rumah tangga menjadi bahan bangunan bernilai lebih tinggi.
3. Sebagai bahan alternatif pembuatan komposit.
4. Sebagai literatur pada penelitian yang sejenis dalam rangka pengembangan teknologi komposit.
1.5 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
2. Bab II Dasar teori, berisi tinjauan pustaka serta kajian teoritis yang memuat penelitian-penelitian sejenis serta landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3. Bab III Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan pengambilan data. 4. Bab IV Data dan analisa, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data
hasil pengujian serta analisa hasil dari perhitungan.
commit to user
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
Erakhrumen dkk (2008) melakukan studi eksperimental tentang sifat fisik dan mekanik komposit semen particleboard dari campuran serbuk gergaji kayu pinus (Pinus caribaea M.) – sabut kelapa (Cocos nucifera L.) dengan additive
CaCl2. Secara umum semakin banyak sabut kelapa yang ditambahkan dalam
komposit maka penyerapan air oleh komposit semakin meningkat. Hasil juga menunjukkan bahwa pembengkakan ketebalan atau thickness swelling meningkat seiring peningkatan jumlah komponen sabut pada rasio campuran material
lignocellulosic dan lebih tinggi dengan mengurangi komponen semen. Nilai
Modulus of Rupture (MOR) dan Modulus of Elasticity (MOE) menurun seiring
penurunan komponen semen dalam rasio campuran. Hasil juga menunjukkan bahwa papan dengan kandungan semen yang lebih tinggi memiliki nilai densitas
atau kerapatan yang lebih tinggi. Sifat kekuatan juga dipengaruhi oleh kerapatan papan, papan dengan kepadatan lebih tinggi memiliki sifat-sifat kekuatan yang lebih tinggi (MOR dan MOE).
commit to user
Mega (2005) melakukan studi eksperimental tentang karakteristik kekuatan impak komposit semen-sekam dengan variasi penambahan additive
CaCl2 dan fraksi berat sekam. Penambahan fraksi berat sekam akan diikuti
dengan penurunan kekuatan impak. Penurunan kekuatan impak ini disebabkan oleh ikatan antarmuka (interface bonding) sekam dan matrik yang lemah dan semakin banyak jumlah kandungan CaCl2 yang digunakan, maka kekuatan impak
komposit semen-sekam meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh berkurangnya kandungan void dalam komposit semen-sekam.
Adi (2005) melakuakan penelitian tentang komposit semen-sekam padi dengan variasi penambahan additive CaCl2 (calcium chloride) dan jumlah sekam.
Hasil yang diperoleh adalah semakin banyak jumlah CaCl2 (additive) yang
ditambahkan maka akan menyebabkan nilai konduktivitas panas komposit meningkat. Fraksi berat sekam juga mempengaruhi nilai konduktivitas panas komposit semen-sekam. Semakin banyak kandungan sekam dalam komposit semen-sekam, maka nilai konduktivitas panas komposit berkurang/menurun.
D’Almeida (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh tekanan
pengepresan sebesar (0 dan 3 Mpa) terhadap kekuatan bending. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat Curaua dan matrik yang terbuat dari semen : pasir : air sebesar (1: 1 : 0,4). Matrik dibuat dengan cara mencampur
semen dan pasir kemudian diaduk selama 30 detik, selanjutnya superplasticizer
dilarutkan dalam air. Semua bahan dicampur jadi satu dan diaduk selama 3 menit agar homogen. Pada proses pencetakan matrik dituang dalam cetakan satu lapis matrik dikuti dengan anyaman serat, kemudian cetakan ditutup dengan diberi tekanan 0 dan 3 MPa. Dari hasil penujian menunjukan, tekanan pengepresan 0 MPa memiliki kekuatan bending (27.52 MPa) dan tekanan pengepresan 3 MPa memiliki kekuatan bending (23.70 MPa).
Hakim (2009) melakukan penelitian tentang komposit tepung
kanji-serbuk kulit kacang dengan variasi tekanan pengepresan sebesar (35 kg/cm2, 53
kg/cm2
, 70 kg/cm2
, dan 88 kg/cm2) terhadap densitas, kekuatan bending dan
kekuatan tarik paku. Dari hasil pengujian didapatkan nilai densitas, nilai kekuatan
bending dan nilai kekuatan tarik paku meningkat seiring bertambahnya tekanan
commit to user
2.2 Klasifikasi material dan pembentuk komposit
2.2.1 Klasifikasi komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda. Dikarenakan karakteristik pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan material baru yaitu komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya.
Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:
a. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat sulit dibentuk tetapi lebih kaku serta lebih kuat.
b. Matrik, umumnya mudah dibentuk tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.
Dikarenakan terdiri dari unsur yang berbeda dan digabung, maka tentu ada daerah-daerah yang berbatasan. Daerah tersebut disebut dengan interface. Sedangkan interphase merupakan daerah ikatan antara material penyusun komposit.
Berdasarkan bentuk material pembentuknya, Schwartz (1984) mengklasifikasikan komposit menjadi lima kelas, yaitu:
a. Komposit serat (fiber composite).
b. Komposit serpihan (flake composite). c. Komposit butir (particulate composite). d. Komposit isian (filled composite). e. Komposit lapisan (laminar composite).
Komposit dengan penguatan serat adalah jenis komposit yang paling sering dipakai dalam aplikasi, hal ini dikarenakan komposit jenis ini memiliki sifat kekuatan tarik dan kekakuan yang bagus. Namun kelemahannya adalah struktur serat tersebut memiliki kekuatan tekan serta kekuatan tarik arah melintang serat yang kurang bagus.
commit to user
komponen penguat, sedangkan matrik yang bersifat lemah dan liat bekerja sebagai pengikat dan memberi bentuk pada struktur komposit.
Komposit serat dapat dibedakan berdasarkan jenis dan orientasi seratnya, yaitu komposit serat searah (continuous fiber composite), serat anyaman (woven
fiber composite), serat acak (chopped fiber composite), dan gabungan beberapa
jenis serat (hybrid fiber composite).
Tipe material komposit umumnya diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikelnya, densitas (massa jenis) dan jenis proses pembuatannya. Pada gambar 2.1. dijelaskan gambaran klasifikasi papan komposit berbasis kayu (wood composite board).
Gambar 2.1. Klasifikasi wood composite board berdasar ukuran partikel, densitas dan tipe prosesnya (Suchland dan Woodson,1986).
Suchsland dan Woodson (1986) menjelaskan mengenai berbagai macam komposit panel yang mana dapat diproduksi dengan mudah dari berbagai sumber
lignoselulosic (serat selulosa) sebagai berikut:
a. Fiberboard.
Fiberboard diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:
· Insulating board.
commit to user
· Medium density fiberboard.
Medium density fiberboard (MDF) dibuat dari serat selulosa yang
dikombinasikan dengan resin sintetis. Teknologi dry proces yang digunakan dalam pembuatan MDF adalah kombinasi yang digunakan dalam industri particleboard dan hardboard.
· Hardboard.
Hardboard adalah istilah umum yang digunakan untuk panel yang
terbuat dari serat selulosa interfelted yang diperkuat dibawah panas dan tekanan dengan densitas 500 kg/m3 atau lebih. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.Klasifikasi komposit panel (Suchland dan Woodson,1986)
b. Particleboard.
Panel particleboard merupakan produk board yang secara khas dibuat dari pertikel lignocellulosic dan flake yang terikat bersama-sama dengan matrik di bawah tekanan baik proses panas maupun dingin.
c. Mineral-Bonded Panel (panel berpengikat mineral)
Di dalam Mineral-bonded panel, serat lignosesulosic dicampur dengan pengikat anorganik, seperti magnesium oxysulphate, gips magnetis, atau
Portland Semen. Panel ini memiliki kerapatan antara 290-1.250 kg/m3. Agro
fiber dapat dicampur dengan semen, dibentuk seperti keset dan dipres hingga
commit to user
2.2.2 Material pembentuk komposit
a. Serat
Serat merupakan penyusun komposit yang berfungsi sebagai penguat. Serat berperan sebagai penyangga kekuatan dari struktur komposit, beban yang awalnya diterima oleh matrik kemudian diteruskan ke serat, oleh karena itu serat harus memiliki kekuatan tarik dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik. Syarat yang harus dimiliki serat agar dapat dipergunakan dalam komposit adalah kemampuannya berikatan dengan matrik. Dengan kehadiran serat, kekuatan komposit akan mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Semakin tinggi kemampuannya untuk berkaitan dengan matrik, semakin kuat pula komposit yang dihasilkan.
Schwartz (1984) menjelaskan bahwa serat sebagai penguat dalam struktur komposit harus memenuhi persyaratan fungsional sebagai berikut:
· Modulus elastisitas yang tinggi.
· Kekuatan patah yang tinggi.
· Kekuatan yang seragam di antara serat.
· Stabil selama penanganan proses produksi.
· Diameter serat yang seragam. b. Matrik
Matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit.
Matrik memiliki fungsi :
· Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur.
· Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan.
· Mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat.
· Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan tahanan listrik.
Diantara jenis matrik yang ada, matrik polimer adalah yang paling luas penggunaannya. Berdasarkan ikatan antar penyusunnya, polimer dibedakan menjadi dua macam, yaitu resin thermoplastic dan resin thermoset. Polimer
commit to user
pemanasan dan akan mengeras kembali setelah didinginkan dan perilakunya bersifat reversible atau bisa kembali ke kondisi awal, sedangkan polimer
thermoset bersifat lebih stabil terhadap panas dan tidak mencair pada suhu tinggi
serta perilakunya bersifat irreversible atau tidak bisa kembali ke kondisi awal.
2.3 Ikatan Serat-Matrik
Material komposit merupakan gabungan dari unsur-unsur yang berbeda. Hal itu menyebabkan munculnya daerah perbatasan antara serat dan matrik seperti ditampilkan pada gambar 2.2. Daerah pencampuran antara serat dan matriks disebut dengan daerah interphase (bonding agent), sedang batas pencampuran antara serat dan matrik disebut interface. Ikatan antarmuka (interface bonding) yang optimal antara matrik dan serat merupakan aspek yang penting dalam penunjukan sifat-sifat mekanik komposit. Transfer beban/ tegangan diantara dua fase yang berbeda ditentukan oleh derajat adhesi. (George, dkk, 2001) mengungkapkan bahwa adhesi yang kuat diantara permukaan antara matrik dan serat diperlukan untuk efektifnya perpindahan dan distribusi beban melalui ikatan
permukaan.
Gambar 2.2. Ikatan pada komposit.
2.4 Komposit Semen-Serat Alam.
Cláudio (2007) panel semen-kayu (WCB) sudah digunakan secara menyeluruh di Eropa, Amerika Serikat, Rusia dan. Asia, terutama untuk atap, lantai dan dinding. Mereka memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan panel yang diproduksi dengan resin antara lain: daya tahan tinggi, stabilitas dimensi yang baik, akustik dan isolasi termal properti dan biaya produksi rendah.
MATRIKS
INTERFACE
SERAT INTERPHASE
commit to user
Menurut Fernandez dkk (2000) pada komposit semen dengan penambahan serat akan mempunyai kekuatan lentur dan kekuatan tarik yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan semen-serat dalam membentuk suatu ikatan. Untuk semen biasa dengan penambahan serat 8% dan 12% akan menghasilkan kuat lentur sebesar 24 MPa dan untuk penambahan serat antara 4-12 % akan menghasilkan kuat lentur sebesar 18 MPa.
2.4.1 Semen (Matrik)
Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan
magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya (kandungan
senyawa silikat), yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/sak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg (Alighiri, 2007).
Tabel 2.2. Susunan unsur semen Portland biasa (Tjakrodimuljo, 1996)
commit to user
Rasio air terhadap semen sangat mempengaruhi sifat-sifat semen. Pasta semen memiliki volume tinggi yang konstan. Volume ini akan bertambah besar dengan meningkatnya rasio air terhadap semen dalam campuran awal. Suatu set semen bersifat porous dan mengandung lubang-lubang air yang amat kecil (10-20 Angstrom) maupun lubang-lubang dengan ukuran amat besar (1 mikrometer). Hubungan antar kapiler-kapiler yang terdapat di dalamnya sangat mempengaruhi
permeabilitas dan vulnerabilitas semen. Adanya interkoneksi antar pori-pori
kapiler tentunya harus dihindari, karena melemahkan kekuatan semen. Keadaan ini bisa tercapai apabila ada waktu yang cukup bagi pasta semen untuk hidrasi. Untuk rasio air-semen sebesar 0,4 memerlukan waktu 3 hari, sedang untuk rasio air-semen 0,7 waktu yang diperlukan sekitar 1 tahun (West, 1984).
2.4.2 Serat Alam
Karakteristik mekanik maupun fisik material komposit sangat dipengaruhi material penyusunnya. Perbandingan komposisi antara matriks dan material pengisinya merupakan faktor yang sangat menentukan dalam memberikan karakteristik mekanik maupun fisik produk komposit yang dihasilkan. Ukuran
serta bentuk material pengisi juga mempunyai peranan penting dalam menentukan kekuatan komposit.
Menurut Rowell dkk (2000), Secara umum serat tumbuhan hampir sama
atau mirip dimana tersusun dari tiga komponen utama, yaitu selulosa,
hemiselulosa, lignin ditambah bahan-bahan lain.
2.4.3 Air
Air dalam campuran komposit mempunyai fungsi memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi dengan semen yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, untuk membasahi agregat (butiran material alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau semen), dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan pada saat pembentuk komposit (semen, aren, dan additive CaCl2).
commit to user
komposit akan rendah dan komposit akan mempunyai banyak rongga (Tjakrodimuljo, 1996).
Tjakrodimuljo (1996) menyatakan bahwa kekuatan komposit dan daya tahannya akan berkurang jika air mengandung kotoran. Air yang digunakan untuk membuat komposit sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak mengandung lumpur atau benda-benda melayang lainya. 2. Tidak mengandung garam, asam, dan zat organik.
3. Tidak mengandung klorida dan sulfat. 2.4.4 Additive
Additive adalah bahan yang ditambahkan ke dalam adukan mortar/pasta
sebelum atau selama proses pengadukan untuk mengubah sifat dari mortar/pasta karena alasan tertentu. Bahan tambahan berkisar pada bahan kimia sampai pada penggunaan bahan buangan yang dianggap potensial (Susanto, 2009).
Zat additive yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsium klorida
yang merupakan senyawa garam yang mempunyai sifat larut dalam air dan mempunyai sifat fisik seperti kristal garam dapur bewarna putih. Kalsium klorida
dengan rumus CaCl2.6H2O berbentuk kristal yang sangat higroskopis dan mudah
larut dalam air dan alkohol. Selain itu kalsium klorida juga dapat mempercepat pengerasan semen.
Kalsium klorida mempunyai sifat fisik antara lain:
· Berupa kristal garam bewarna putih.
· Ukuran butir seperti garam dapur.
· Dapat dilarutkan dalam air.
Sedangkan sifat kimia kalsium klorida diperoleh dari reaksi sebagai berikut:
Ca(OH)2 (aq) + 2HCl(aq)→ CaCl2 (s) + 2H2O(l)
Kemudian dalam air kalsium klorida akan mengion karena merupakan garam elektrolit:
commit to user
Penambahan zat additive CaCl2 pada pasta semen mampu meningkatkan
proses hidrasi/pengerasan semen hal ini terjadi karena adanya faktor kecocokan antara unsur-unsur kalsium yang terkandung dalam semen dan dalam additive
CaCl2 (Hachmi, 1990).
LingFei Ma (2002) melakukan penelitan tentang pengaruh penambahan
zat additive CaCl2 sabesar (0%, 2.5%, 5%, 10% dan 15%) terhadap temperatur-
temperatur hidrasi pada pasta semen dan modulus of rupture (MOR). Semakin banyak presentase CaCl2 yang ditambahkan pada pasta semen dapat
meningkatakan temperatur hidrasi (lihat gambar 2.3). Penelitian juga dilakukan dengan menambahkan CaCl2 pada campuran bambu, kenaf,
semen-jerami dan semen-sekam. Peningkatan temperatur hidrasi pada semen untuk masing-masing campuran dapat dilihat pada gambar 2.4. Semakin tinggi temperatur hidrasi dapat mempercepat pengerasaan semen dan dapat meningkatakan modulus of rupture (MOR). Sifat mekanis suatu bahan selain dipengaruhi oleh dimensi partikel juga dipengaruhi oleh adanya zat additive, karena hidrasi semen tidak cukup pada additive yang rendah untuk mendapatkan
sifat mekanis yang memuaskan. Pada gambar 2.5 menunjukkan bahwa kandungan
zat additive CaCl2 juga mampu meningkatkan nilai kekuatan bending (MOR dan
MOE).
Gambar 2.3. Pengaruh penambahan additive CaCl2 terhadap temperatur hidrasi
commit to user
Gambar 2.4. Efek penambahan persentase CaCl2 terhadap temperatur hidrasi
campuran semen-bambu, semen-kenaf, semen-jerami dan semen-sekam (Wood–
Cement Composites in the Asia–Pacific Region, 2000).
Gambar 2.5. Pengaruh CaCl2 terhadap kekuatan (MOR dan MOE) cemen-bonded
board (CBB) dan total energy released (ET) dari komposit semen–sekam.
commit to user
2.5 Fraksi Berat Komposit.
Fraksi berat adalah perbandingan antara berat material penyusun dengan
berat komposit. Fraksi berat material penyusun dapat dihitung dengan persamaan:
wi = Wi : berat material penyusun, gr Wc : berat komposit, gr
2.6 Pengujian spesimen
Pengujian yang dilakukan terhadap spesimen adalah pengujian fisik dan pengujian mekanik. Pengujian fisik yang dilakukan adalah uji densitas dan serapan air, sedangkan pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian kekuatan lentur (Three Point Bending). Pada pengujian spesimen ini mengacu pada standar pengujian ASTM D 1037 (1994a).
2.6.1 Uji densitas
Densitas suatu material merupakan perbandingan antara berat dan volume dari material tersebut. Uji densitas komposit ini dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM D 792, Penentuan densitas material komposit dengan penimbangan yaitu dengan membandingkan berat material komposit itu di udara dengan berat material komposit itu di air.
commit to user
Gambar 2.6. Skema uji densitas.
2.6.2 Pengujian serapan air
Serapan air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu material jika direndam didalam air. Uji serap air selama 24 jam menentukan sifat dimensi komposit terhadap serapan air (ASTM D 1037). Penentuan serapan air mengacu pada standard ASTM D1037. Rumus menghitung serapan air :
a) Thickness swelling (%) = [(Tw-Ti) / Ti] x 100 ………(2.3)
2.6.3 Kekuatan bending (Flexural Strength)
Untuk mengetahui kekuatan lentur komposit dilakukan pengujian bending
dengan mengacu pada standar ASTM D1037-96a. Pada uji bending, spesimen yang berbentuk batang ditempatkan pada dua tumpuan lalu diterapkan beban ditengah tumpuan tersebut dengan laju pembebanan konstan. Pembebanan ini disebut dengan metode 3-point bendings (bending 3 titik), yang mana skema pembebanannya dapat dilihat pada gambar 2.7.
Kekuatan lentur material komposit dapat diketahui dengan melakukan
uji bending pada material komposit tersebut. Pada pengujian bending, bagian
commit to user
atas spesimen akan mengalami tekanan, dan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Dari pengujian bending akan didapatkan besarnya beban maksimum yang dapat ditahan spesimen serta besarnya defleksi yang terjadi. Dari data yang diperoleh dapat dicari besarnya nilai kekuatan lentur tersebut (Krzysik dan Youngquist 1997).
Gambar 2.7. Skema uji bending.
kekuatan bending dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
MOR = 2
2 3
bd PL
(2.5)
dimana :
MOR = Modulus of Rupture (kPa).
P = Pembebanan bending maksimum (N). L = Panjang span, 24 x tebal spesimen (mm).
b = Lebar spesimen (mm).
d = Tebal / kedalaman spesimen (mm).
2.6.4SEM (Scanning Electron Microscopy)
Pengamatan SEM (Scanning Electron Microscope) dilakukan untuk merekam patahan pada spesimen. Spesimen yang diamati adalah spesimen patahan hasil dari pengujian bending.
L/2 L/2
commit to user
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1.Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Laboratorium Metalurgi LIPI Serpong, Tangerang, Banten pada bulan Agustus – Desember 2009.
3.2.Bahan Penelitian
a. Serbuk aren mesh -80. b. Semen portland ’HOLCIM’.
c. Calsium Chlorida (CaCl2).
d. Air destilasi.
3.3.Alat Penelitian
a. Crusser.
b. Saringan (Mesh).
c. Dongkrak hidrolik. d. Perangkat cetakan.
e. Timbangan elektronik.
f. Oven elektrik.
g. Moister wood meter.
h. Universal Testing Mechine.
3.4. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimental yang dilakukan dengan uji laboratorium. Secara umum penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan bahan baku pembuatan komposit yang meliputi serbuk aren, semen portland, CaCl2 dan air destilasi. Penelitian diawali dengan
commit to user
disaring dengan ukuran mesh 80. Serbuk aren kemudian disimpan dalam box plastik tertutup yang dalamnya diisi dengan silica gel.
b. Proses pembuatan komposit
Komposit dibuat dengan mencampur semen, serbuk aren, air dan additive
(CaCl2). Variasi penambahan additive CaCl2 yang terkandung dalam
komposit diatur dengan variasi 0%, 5%, 10% dan 15% (% berat). Pengepresan dilakukan pada tekanan 88 kg / cm2 selama 10 menit.
c. Pengujian komposit.
Pengujian yang dilakukan pada spesimen komposit meliputi uji densitas, serapan air, kekuatan lentur dan uji dengan scanning electron microscope
(SEM) untuk permukaan patah uji bending.
3.5.Prosedur Penelitian
3.5.1. Pembuatan Komposit
Komposit yang dibuat mempunyai ukuran yang disesuakan dengan standard
ASTM D 792 dan ASTM D 1037 dengan variasi penambahan additive CaCl2.
Adapun cara membuat komposit adalah sebagai berikut:
a. Menimbang fraksi berat semen, serbuk aren, air dan CaCl2. Variasi
penambahan additive CaCl2 yang terkandung dalam komposit diatur
dengan variasi 0%, 5%, 10% dan 15% (% berat).
b. Mencampur semen, serbuk aren, air dan CaCl2 sampai rata. Dalam
penelitian iniparameter yang dibuat tetap adalah perbandingan rasio berat semen : serbuk aren : air yaitu 5 : 2 : 2.
c. Memasukan campuran semen, serbuk aren, air dan CaCl2 kedalam cetakan
dan komposit diberi tekanan sebesar 88 kg/cm2 selama 10 menit. d. Mengeluarkan komposit dari cetakan.
e. Mengeringkan komposit di tempat terbuka selama ± 7 hari, kemudian mengeringkan komposit didalam oven elektrik dengan temperatur 500 C dan setiap 60 menit melakukan pengukuran kandungan air pada komposit dengan moisture wood meter. Menghentikan proses pengeringan dalam
commit to user
3.5.2. Pengujian Sifat Fisik (densitas, dan serapan air)
Pengujian densitas dan serapan air dilakukan pada komposit dengan variasi penambahan additive CaCl2 sebesar 0%, 5%, 10% dan 15% (% berat). Langkah
pengujian densitas komposit yaitu membandingkan berat komposit di udara dan berat komposit didalam air (ASTM D 792). Langkah pengujian serapan air pada komposit yaitu mengukur persentase dari ketebalan spesimen atau persentase dari berat spesimen setelah dilakukan perendaman selama 24 jam (ASTM D 1037). Bentuk dan ukuran benda uji disesuaikan dengan standar ASTM D 792 (densitas) dan ASTM D 1037 (serapan air).
Gambar 3.1. Dimensi spesimen serapan air (satuan dalam milimeter).
3.5.3. Pengujian Bending
Pengujian bending dilakukan pada komposit dengan variasi penambahan
additive CaCl2 sebesar 0%, 5%, 10% dan 15% (% berat). Alat uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tipe Universal Testing Machine (UTM). Bentuk dan ukuran benda uji bending komposit disesuaikan dengan standar ASTM D 1037.
50
6 194
Gambar 3.2. Dimensi spesimen uji bending (satuan dalam milimeter).
3.6.Variasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan Variasi penambahan additive CaCl2 pada komposit
seperti yang terlihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Variasi penelitian
No Variasi Pengujian
50
30
commit to user
penambahan
additive CaCl2
Bending Densitas Serapan
Air
1 0% 5 5 5
2 5% 5 5 5
3 10% 5 5 5
5 15% 5 5 5
Total spesimen 20 20 20
commit to user
Gambar 3.3. Diagram alir penelitian
MULAI
SERAT BATANG AREN DIBERSIHKAN & DIKERINGKAN
PROSES PENGGILINGAN SERAT BATANG AREN DIKERINGKAN
SERBUK AREN MESH 80
ADDITIVE CaCl2
MATRIK SEMEN PORTLAND
CETAK MANUAL SPESIMEN KOMPOSIT:
1.PERBANDINGAN BERAT SEMEN : SERAT : AIR = 5 : 2 : 2 2.VARIASI PENAMBAHAN ADDITIVE CaCl2 0%, 5%, 10%, 15%
3.TEKANAN PENGEPRESAN 88 kg/ cm2 SELAMA 10 MENIT
SPESIMEN DIKERINGKAN SAMPAI KANDUNGAN AIR 10 - 15 %
ANALISA DATA
KESIMPULAN
SELESAI PENGUJIAN: 1.DENSITAS 2.SERAPAN AIR
3.BENDING
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui sifat fisik dan kekuatan lentur komposit semen serbuk aren. Pengujian yang dilakukan antara lain uji densitas, uji serapan air, dan uji kuat lentur / bending. Variasi yang digunakan untuk uji sifat fisik dan kekuatan lentur adalah variasi penambahan
additiveCaCl2. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain nilai densitas,
serapan air dan kuat lentur / bending. Data – data hasil pengujian tersebut kemudian dianalisa dan dibahas untuk memperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
4.1.Pengaruh Variasi penambahan additive CaCl2 terhadap densitas komposit
Dari pengujian densitas komposit semen serbuk aren (Gambar 4.1.) nilai yang ditampilkan merupakan nilai rata-rata dari lima spesimen untuk tiap variasi.
Gambar 4.1. Grafik hubungan densitas-Variasi penambahan additive CaCl2
Gambar 4.1. menunjukkan bahwa dengan peningkatan variasi penambahan
additive CaCl2, nilai densitas komposit semen serbuk aren yang dihasilkan
semakin meningkat. Penambahan kandungan CaCl2 dalam komposit semen
serbuk aren akan mempercepat proses hidrasi. Hal ini terjadi karena CaCl2
berperan sebagai katalisator unsur tricalsium silikat (C3S) dan calcium silikat
commit to user
sehingga hasil dari proses hidrasi tersebut dapat menutup rongga yang terdapat pada komposit. Proses hidrasi yang cepat pada komposit akan menghambat pembentukan rongga. Sehingga semakin cepat proses pengeringan maka rongga yang terbentuk juga semakin berkurang.
Nilai densitas komposit semen serbuk aren yang tertinggi adalah 1,58 g/cm3 dan nilai densitas komposit semen serbuk aren yang terendah adalah 1,12 g/cm3.
4.2.Pengaruh Variasi penambahan additive CaCl2 Terhadap Serapan Air
Dari pengujian serapan air komposit semen serbuk aren (Gambar 4.2.) memperlihatkan penurunan kadar air untuk setiap variasi penambahan additive CaCl2 setelah perendaman selama 1440 menit (24 jam) .
Gambar 4.2. Grafik hubungan serapan air – Variasi penambahan additive CaCl2
Penambahan kandungan additive CaCl2 mampu mempercepat proses
pengerasan komposit. Dengan semakin cepat proses pengerasan maka rongga yang dihasilkan juga semakin sedikit. Keberadaan rongga yang semakin berkurang dengan penambahan kandungan CaCl2 akan menghambat air untuk
masuk kedalam struktur komposit.
Nilai serapan air komposit semen serbuk aren yang tertinggi terjadi pada variasi penambahan additive CaCl2 sebesar 0 (tanpa zat additive) yaitu (33,69 %)
commit to user
4.3.Pengujian Bending
4.3.1. Kekuatan Bending
Dari pengujian bending komposit semen serbuk aren (Gambar 4.3.) nilai yang ditampilkan merupakan nilai rata-rata dari lima spesimen untuk tiap variasi.
R2 = 0.9943
Gambar 4.3. Grafik hubungan kekuatan bending - Variasi penambahan additive CaCl2
Pengujian bending komposit dilakukan dengan menggunakan alat uji bending
UTM dengan metode bending tiga titik (three point bending). Dari gambar 4.3 diatas terlihat adanya peningkatan kekuatan bending seiring dengan bertambahnya kandungan CaCl2 pada komposit. Harga kekuatan bending terbesar pada komposit
adalah 13,507 MPa, dan kekuatan bending terkecil adalah 5,668 MPa.
Meningkatnya kekuatan bending disebabkan adanya rongga yang semakin berkurang pada permukaan patah komposit.
Hal ini disebabkan karena kandungan CaCl2 yang semakin banyak mampu
mempercepat proses pengerasan komposit semen serbuk aren. Dengan semakin cepat proses pengerasan maka rongga yang dihasilkan juga semakin sedikit. Sehingga dengan semakin sedikitnya rongga maka kekuatan bending juga akan meningkat. Keberadaan rongga yang semakin berkurang dengan penambahan kandungan CaCl2 akan mengurangi peluang terjadinya retakan awal yang akan
commit to user
4.3.2. Pengamatan Bentuk dan Permukaan Patah Uji Bending
.
a) b)
Gambar 4.4. Bentuk permukaan patah uji bending komposit semen serbuk aren a) Kandungan additive CaCl2= 0; b) Kandundungan additive CaCl2= 0.15
Gambar 4.4.a), komposit dengan Variasi penambahan additive CaCl2 sebesar 0
(tanpa zat additive) memperlihatkan ikatan antara semen dengan serbuk aren memiliki ikatan yang kurang baik. Hal ini terlihat adanya jumlah rongga yang
relative banyak pada permukaan patah komposit, Ikatan yang buruk/lemah ini akan mengakibatkan beban yang diberikan pada komposit tidak dapat ditransfer dengan baik oleh matrik ke filler. Buruknya ikatan antarmuka antara filler dan matrik yang terbentuk menyebabkan filler dan matrik terpisah parsial secara mikro (matrik dan filler tidak bisa menyatu seutuhnya), sehingga menghalangi proses perambatan tegangan pada saat pengujian bending diterapkan dan memacu terjadinya penurunan kekuatan lentur material komposit.
Gambar 4.4.b), memperlihatkan ikatan antara semen dengan serbuk aren memiliki ikatan yang baik. Hal ini terlihat adanya pengurangan rongga pada permukaan patah komposit dengan Variasi penambahan additive CaCl2 sebesar
0,15. Dengan penambahan kandungan CaCl2, maka jumlah rongga yang terbentuk
dalam komposit akan berkurang.
Pengurangan jumlah rongga ini akan menambah luas permukaan komposit yang mampu mentransfer beban, sehingga kekuatan lentur komposit semakin
commit to user
commit to user
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Peningkatan variasi penambahan additive CaCl2 menghasilkan nilai densitas
dan kekuatan lentur komposit semen serbuk aren yang semakin meningkat. Nilai densitas tertinggi 1,58 g/cm3 dengan penambahan kandungan additive CaCl2 sebesar 0,15 dan nilai kekuatan bending tertinggi 13,507 MPa dengan
penambahan kandungan additive CaCl2 sebesar 0,15.
2. Peningkatan variasi penambahan additive CaCl2 berbanding terbalik dengan
nilai serapan air komposit semen serbuk aren. Nilai serapan air terendah terjadi pada variasi penambahan additive CaCl2 sebesar 0,15 yaitu 20,92 %.
3. Hasil SEM menunjukkan ikatan antara matrik dan filler mempunyai ikatan yang baik, hal ini terjadi karena adanya penambahan kandungan additive
CaCl2.
5.2. Saran
Untuk lebih mengembangkan pemanfaatan potensi serat aren (Arenga
Pinnata) sebagai bahan pengganti kayu, maka penulis memberikan saran
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengunakan :
1. Bahan additive lain misalnya MgCl2 guna memperbaiki ikatan antarmuka
antara serat dan matrik.
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Adi, W., 2005, Komposit semen-sekam padi dengan variasi penambahan additive
CaCl2 (calcium chloride) dan jumlah sekam, Skripsi, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Alighiri Dante, 2007, Semen dari Sampah Sebagai Solusi Jitu Efisiensi Bahan
Baku Semen dan Upaya Penanggulangan Sampah.
ASTM D792-98, Standard Test Methods for Density and Specific Gravity
(Relative Density) of Plastics by Displacement. American Society for
Testing and Material. Book of Standard. USA.
ASTM D1037, Standard Test Methods for evaluating properties of Wood-base
fibre and particle panel materials. American Society for Testing and
Material. Book of Standard Vol 4.10 Wood. West Chonshohoken, PA. USA.
Astuti,A, 2006, Pengembangan Perintang Fisik (physical Barrier), Lembaga Penelitian UNHAS
Claudio, H.S.D.M., Vinicius, G.C., Mario, R.S., 2007, Production and Properties of a Medium Density Wood-Cement Boards Produced With Oriented
Strands and Silica Fume, Forest Engineer, PhD.Forest Engineering
Department.University of Brasilia (UnB). Brasília, DF– BRAZIL.
D’Almeida A.L.F.S, Melo Filho J.A., Toledo Filho R.D., 2007, Flexural Mechanical Behavior of Curaua Fiber-Reinforced Composites: Effect of
Mercerization and Enzyme Treatments, Proceedings of the Fourth
International Conference on Science and Technology of Composite Materials, Rio de Janeiro, Brazil.
Elvira, C.F., Vanessa, P., 2000, The Use and Processing of Rice Straw in the
Manufacture of Cement-bonded Fibreboard, Wood–Cement Composites
in the Asia–Pacific Region, Canberra, Australia.
Erakhrumen, A.A., Areghan, S.E., Ogunleye, M.B., Larinde, S.L., Odeyale, 2008,
Selected physico-mechanical properties of cementbonded particleboard
made from pine (Pinus caribaea M.) sawdust-coir (Cocos nucifera L.)
commit to user
Fernandez, E.C., 2000, The Use and Processing of Rice Straw in Manufactured of
Cement-Bonded Boards, Journal of Wood-Cement Composites in
Asia-Pacific Region, Australia.
George J., dkk, 2001. A Review of Interface Modification and Characterization of
Natural Fiber Reinforced Plastic Composites. Polymer Engineering and
science, Vol 41, pp. 1471 – 1486.
Ghazali, M.J., Azhari, C.H., Abdullah, S., Omar, M.Z., 2008, Characterisation of
Natural Fibres (Sugarcane Bagasse) in Cement Composites, Proceedings
of the World Congress on Engineering Vol II WCE , London, U.K.
Hachmi, M., Moslemi, A.A. and Campbell, A.G. 1990.A new technique toclassify
the compatibility of woodwith cement. Wood Science and Technology, 24,
345–354.
Hakim, 2009, Pengaruh Variasi Tekanan Pengepresan Terhadap Sifat Fisik dan
Mekanik Komposit Tepung Kanji-Kulit Kacang Tanah, Skripsi,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ma, L.F., Yamauchi. H., Pulido, O.R., Tamura, Y., Sasaki, H., Kawai, S., 2000,
Manufacture of Cement-bonded Boards from Wood and Other
Lignocellulosic Materials: Relationships between Cement Hydration and
Mechanical Properies of Cement-bonded Boards, Wood–Cement
Composites in the Asia–Pacific Region, Canberra, Australia.
Megawati, 2005 The Characteristic Impact Strength of Composite Cement - Rice-Husk. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil
Rowell, R.M., Han, J.S., Rowell, J.S., 2000, Characterization and factors
effecting fiber properties, Natural Polymers and Agrofibers Composites,
Emrapa Instrumentacao Agropecuaria 115-134, Brasil.
Rowell, R. M., Young, R.A; Roell, J.K., 1997, ’Paper And Composites From
Agro-Based Resources, Lewis Publishers, London.
Schwartz, M.M, 1984, Composite Material Handbook, Mc Graw Hill, Singapore.
Semple, K.E., Evans, P.D., 2000, Screening Inorganic Additives for Ameliorating
commit to user
Acaciamangium, Wood–Cement Composites in the Asia–Pacific Region,
Canberra, Australia.
Suchsland, Woodson, G.E. 1986. Fiberboard Manufacturing Practices in The
United States, Agric. Handb. 640.Washington, DC: U. S. Department of
Agriculture.
Susanto, 2009, Pengaruh Jenis Serat Limbah Produk Industri dan Agregat Daur
Ulang Pada Kinerja Kuat Lentur Beton, Perustakaan Fakultas
Teknik-UNS.
Tjokrodimulyo, K., 1996, Teknologi Beton, Naviri, Yogyakarta