ABSTRAK
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH
DENGAN PELANGGARAN TATA TERTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG
Oleh Novita Hariyani
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian 21 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat dan teknik pengumpulan data menggunakan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah (X) dominan pada kategori sedang atau cukup mampu dengan persentase 66,67%, (2) tingkat pelanggaran tata tertib (Y) dominan pada kategori ringan dengan persentase 47,62%, (3) terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinggi antara kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib, artinya semakin tinggi kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah maka semakin rendah pula tingkat pelanggaran tata tertib.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir ... 48
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 74
Gambar 4.2. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 80
Gambar 4.3. Analisis Distribusi Data Tabel Kesadaran Siswa ... 84
Gambar 4.4. Analisis Distribusi Data Tabel Tanggungjawab Siswa ... 87
Gambar 4.5. Analisis Distribusi Data Tabel Keberanian Siswa ... 90
Gambar 4.6. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 94
Gambar 4.7. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 97
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11
1. Tujuan Penelitian ... 11
2. Kegunaan Penelitian ... 11
2.1Kegunaan Secara Teoritis ... 11
2.2Kegunaan Secara Praktis ... 12
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13
1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13
2. Ruang Lingkup Subjek... 13
3. Ruang Lingkup Objek ... 13
4. Ruang Lingkup Wilayah ... 13
5. Ruang Lingkup Waktu ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15
A. Deskripsi Teori ... 15
1. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 15
1.1Pengertian Pelanggaran ... 15
1.6Tata Tertib Sekolah SMP Negeri 20 B. Lampung... 26
2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 31
2.1Pengertian Kemampuan ... 31
2.2Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ... 34
2.3Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggungjawab ... 35
2.4Aktualisasi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggungjawab ... 39
2.5Tinjauan tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 42
B. Kerangka Pikir ... 49
C. Hipotesis ... 50
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 51
A. Metode Penelitian ... 51
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51
1. Populasi ... 51
2. Sampel ... 52
3. Teknik Sampling ... 53
C. Variabel Penelitian ... 53
1. Variabel Bebas ... 53
2. Variabel Terikat ... 53
D. Definisi Konseptual Variabel ... 54
1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 54
2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 54
E. Definisi Operasional Variabel ... 54
1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 54
2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 55
F. Teknik Pengumpulan Data ... 56
1. Tekhnik Pokok ... 56
2. Tekhnik Penunjang... 57
G. Validitas dan Uji Reliabilitas ... 57
1. Validitas ... 57
2. Reliabilitas ... 58
H. Uji Coba Instrumen ... 60
1. Analisis Uji Validitas ... 60
2. Analisis Uji Reliabilitas ... 60
I. Teknik Analisis Data ... 65
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Langkah-Langkah Penelitian… ... 68
1. Pengajuan Judul ... 68
1. Sejarah Singkat SMP N 20 Bandar Lampung ... 70
2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 75
3. Keadaan Siswa-Siswi SMP N 20 Bandar Lampung ... 76
C. Deskripsi Data ... 77
1. Pengumpulan Data ... 77
2. Penyajian Data mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 78
3. Penyajian Data tentang Pelanggaran Tata Tertib ... 91
4. Pengujian Hipotesis ... 102
D. Pembahasan ... 108
KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 118
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil prasurvey melalui observasi di SMP N 20 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2012/2013 ... 8
Tabel 3.1 Jumlah populasi siswa kelas VII di SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ... 52
Tabel 3.2 Jumlah dan sebaran sampel siswa kelas VII di SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ... 53
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Ganjil (X). ... 61
Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Genap (Y). ... 62
Tabel 3.5 Distribusi Antara Item ganjil (X) dengan Item Genap (Y) Mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP N 20 Bandar Lampung ... 62
Tabel 4.1 Jumlah Bangunan Gedung di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 75
Tabel 4.2 Data Jumlah Guru dan Karyawan di SMP N 20 Bandar Lampung ... 76
Tabel 4.3 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pemahaman Siswa ... 78
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman Siswa ... 80
Tabel 4.5 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Kesadaran Siswa ... 82
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kesadaran Siswa ... 83
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Keberanian Siswa ... 90
Tabel 4.11 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator sikap mental (sikap taat dan tertib) ... 92
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Mental ... 93
Tabel 4.13 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pemahaman tentang Sistem Aturan, Perilaku, Norma, dan Kriteria ... 95
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman Siswa Mengenai Sistem Aturan, Perilaku, Norma, dan Kriteria ... 97
Tabel 4.15 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator sikap dan kelakuan yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati tata tertib ... 99
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Indikator Sikap dan Kelakuan yang Menunjukkan Kesungguhan Hati untuk Menaati Tata Tertib ... 101
Tabel 4.17 Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 103
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH
DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RT IB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
NOVITA HARIYANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH
DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RT IB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG
Oleh
NOVITA HARIYANI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
SISWA DI SEKOLAH DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Novita Hariyani
No. Pokok Mahasiswa : 0913032060
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
PembimbingI Pembimbing II
Dr. Adelina Hasyim, M.Pd Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. NIP. 19531018 198112 2 001 NIP. 198207272006041 002
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn
Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. ……….
Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. ………..
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Holillulloh, M.Si. ………..
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang
baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Ibu Dr. Adelina Hasyim M.Pd.,
selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing I, yang telah
memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi.
Dan juga Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing II, terimakasih
atas kesediaannya dalam membimbing dan memberikan motivasi dalam
2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus selaku
pembahas I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.
7. Bapak M. Mona Adha, M.Pd., selaku pembahas II, terimakasih atas masukan,
saran, dan kritikannya pada penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
9. Ibu Dra. Listadora, selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang
telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada
penulis.
10. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMP Negeri 20 Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung yang telah membantu dalam penelitian kepada
12. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Kabul Riyanto dan Ibu
Gunarti terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi,
moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Untuk kakakku
Wulan Yuliannisa dan juga adikku, Neti Nurhasanah dan Indah Puji Astuti.
Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang
diberikan.
13. Sahabat-sahabat terbaikku, Hestia yang selalu setia mendengar curhatanku,
aku selalu nyaman dengan karaktermu yang pendiam, Maul yang selalu
membuat aku ketawa terus, Alan yang selalu terbuka dengan perjalanan
cintanya, Nurul yang selalu menghibur kita dengan kepolosannya, dan Umi
yang selalu menahanku, saat aku terlalu bersemangat. Terimakasih untuk
semangat, motivasi, dan kebersamaan kita selama ini.
14. Teman-teman PPKn angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu
semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang
ada kesalahpahaman diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak
akan terlupakan.
15. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL SMP PGRI 2 Merbau Mataram Tahun
2012 Ayu, Dika, Heri, Ika, Kiki, Listiono, Mb Sri, Novio, Rika, Riko, Vivi,
dan Yeni terimakasih atas kebersamaannya dalam perjuangan kita. Desa
Karang Raja, Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan, terimakasih
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan
akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa
yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:
Nama : Novita Hariyani
NPM : 0913032060
Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2013
PERSEMBAHAN
Dengan berlandaskan haturan syukur kepada ALLAH
SWT,kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti dancinta
kasih kepada :
“Kedua orang tuaku, ayah dan ibu
tercinta yang selalu menjadi
semangat dalam
hidupku, kesabaran dan do’a dalam
setiap sujudmu untuk
Menanti keberhasilanku serta harapan disetiap tetesan
Keringatmu demi keberhasilanku”
“Adikk
-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan
kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”
“Teman
-teman PPKN 2009 yang selalu memberikan semangat dan
mendo’akan keberhasilanku”
“Dan Seseorang yang kelak akan menda
mpingiku mengarungi suka
duka jalan kehidupannya kehidupan”
Serta
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
maka apabila kamu telah selsesai dari suatu urusan,
kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh urusan yang lain”
(Al-Insyirah, 6-7)
“
Motivasi terkuat adalah motivasi yang datang dari diri
kita sendiri
”.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Novita Hariyani, dilahirkan di Bandar
Lampung, pada tanggal 19 November 1991 yang merupakan
putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kabul
Riyanto dan Ibu Gunarti.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. Taman Kanak-Kanak Melati Puspa diselesaikan pada tahun 1997.
2. Sekolah Dasar Negeri 1 Way Kandis yang diselesaikan pada tahun 2003.
3. SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.
4. SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh
angin demokrasi yang dipadatkan dalam bentuk berbagai keinginan dan
tuntutan dengan mengatasnamakan rakyat. Keinginan untuk lepas dari
pemerintahan yang terlalu lama berkuasa dan membentuk pemerintahan baru
yang diharapkan membawa angin segar dalam berbagai segi kehidupan.
Keinginan untuk mengedepankan sifat keterbukaan dalam berbagai isu
nasional agar rakyat sebagai pemegang kedaulatan bisa memonitor dan
mengkontrol secara langsung semua kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Keinginan untuk mengeluarkan pendapat secara lebih bebas. Keinginan untuk
mendapatkan otonomi lebih besar dalam pengelolaan daerah. Semua ini
dilapis dalam kata demokrasi, suara yang berasal dari rakyat.
Penyebab yang paling sering diajukan adalah menghubungkannya dengan
kemerosotan kehidupan ekonomi negara yang jatuh akibat ketidakstabilan
nilai mata uang rupiah terhadap dolar yang efek dominonya juga membuat
kehidupan politik dan pemerintahan menjadi ikut goyah. Tetapi peneliti
yakini faktor ekonomi ini hanya sebagai satu pemicu, penyebab yang utama
produk keberhasilan program pendidikan. Pendidikan membuka cara berpikir
setiap insan terhadap hidup yang berbudaya, kecanggihan teknologi, konsep
kesamaan dalam perbedaan, persamaan hak dan kewajiban, dan harapan
dalam hidup. Tingkat pendidikan yang lebih baik telah menggantikan sikap
patuh dan diam dengan sikap kritis dan aktif. Inilah yang membangkitkan
semangat reformasi untuk berdemokrasi di kalangan masyarakat khususnya
generasi muda, yaitu salah satunya kaum pelajar terutama dalam
kemampuannya mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di
sekolah.
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya pendidikan merupakan hal yang
terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak
mendapatkan pendidikan dan berhak berharap untuk selalu berkembang
dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses
kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu
sangat penting. Pendidikan dapat kita peroleh di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Pendidikan berjasa dalam membentuk pondasinya: rakyat yang tahu hak dan
kewajibannya, rakyat yang mengakui persamaan kedudukan di dalam hukum
dan pemerintahan, membuka kesempatan yang luas bagi semua lapisan
masyarakat dalam mencapai persamaan, dan membentuk rakyat yang kritis.
demokrasi, tetapi juga membuat demokrasi menjadi hal yang utama untuk
hadir di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan dari sistem pendidikan yang
ada adalah pembenahan dalam cara mengajar. Cara mengajar yang hanya
dititikberatkan pada penyampaian materi pelajaran (satu arah) harus dirubah
dengan cara mengajar yang mengajak siswa untuk berpikir (dua arah).
Berpikir secara mandiri dan bersama-sama dengan siswa lain dan guru
sebagai satu kelompok. Berpikir dan mengemukakan hasil pemikirannya
dalam bentuk pendapat kepada siswa lain dan guru. Ini bisa diwujudkan
dalam bentuk cara belajar yang interaktif.
Pendidikan yang interaktif bisa dilakukan dengan cara kerja kelompok untuk
mendiskusikan satu topik tertentu, atau dimulai dengan teknik curah gagasan
(brainstorming) yang melepaskan dahulu justifikasi terhadap relevansi
ataupun kebenaran ide seseorang, tujuannya adalah mengumpulkan ide dari
semua peserta. Kedua teknik tersebut akan memberi pengalaman pada siswa
dalam mengeluarkan keberaniannya untuk mengemukakan pendapat dengan
tujuan untuk berbagi dalam keterbukaan, dalam melihat kenyataan bahwa
setiap orang belum tentu memiliki pendapat yang sama, dalam menyikapi dan
menghargai pendapat siswa lain yang sealiran maupun yang bertentangan,
dalam menyikapi penolakan orang lain terhadap ide yang dikemukakan siswa
yang bersangkutan, dalam mengolah ide orang lain menjadi lebih kreatif lagi,
dan dalam bagaimana menggunakan jalur komunikasi untuk menyelesaikan
Langkah selanjutnya adalah membawa siswa untuk beralih ke pemikiran
tertulis. Siswa diberi kemampuan untuk menuangkan pendapatnya dalam
bentuk karangan tertulis secara gamblang dan terstruktur. Ini akan membantu
siswa dalam menyebarkan ide ke lingkup yang lebih luas. Karena
bagaimanapun secara skala distribusi pemikiran yang tertulis akan lebih
efektif untuk sampai ke khalayak yang lebih luas.
Inilah yang dimaksud dengan proses belajar yang sesungguhnya, memahami
untuk me-reinventing apa yang dipelajari, menganalisa untuk me-recreating
sesuatu dari yang sudah dipelajari, dan akhirnya menyatakan kembali kepada
khalayak umum.
Untuk melaksanakan cara belajar interaktif pada kondisi sekarang cukup sulit,
karena diperlukan faktor pendukung yang saat ini masih kurang dalam sistem
pendidikan sekarang. Infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan
pendidikan interaktif adalah:
1. Guru yang kompeten dan berbakat mendidik dan mengajar.
2. Meluangkan waktu terbanyak bagi pendidikan, terus belajar dan membaca,
memilihkan soal analisa dalam proses belajar dan ulangan, memeriksa
jawaban essai siswa dengan cermat dan memberi umpan balik, dan
memberi porsi besar teknik diskusi dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bisa bertindak sebagai fasilitator dan mediator, selalu mempersiapkan
bahan diskusi dengan tepat, memahami semua pendapat yang timbul, dan
4. Tidak berorientasi hasil, melainkan berorientasi proses, tidak memusatkan
perhatian pada keberhasilan dalam ujian tetapi pada proses belajarnya
sehingga siswa memiliki kemampuan belajar mandiri yang tetap
berorientasi pada kerjasama.
5. Materi pelajaran yang menekankan pada analisa masalah, tidak saja
menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga
keterampilan nilai, perilaku, emosi dan etika. Materi yang mampu
melatih kemampuan otak, emosi dan aksi siswa secara seimbang.
6. Sistem penilaian yang proporsional pada nilai dan perilaku siswa, guru
tidak hanya dinilai dari keberhasilan siswanya dalam memperoleh nilai
baik dalam ulangan tetapi juga keberhasilan guru dalam membentuk
perilaku siswa. Demikian juga dalam menilai keberhasilan siswa itu
sendiri.
7. Sistem ujian nasional yang tidak didominasi pilihan ganda, sesuatu yang
tidak merangsang siswa untuk berpikir secara kreatif.
8. Kehidupan sekolah yang lebih demokratis, yaitu dengan memerankan
kembali kepala sekolah dan guru sebagai contoh hidup yang ideal, sebagai
teman dalam berdiskusi, dan selalu melibatkan siswa dalam pengambilan
keputusan sekolah.
Harapan yang dibebankan pada keberhasilan sistem pendidikan ini adalah:
1. Terbentuknya siswa yang memiliki pengetahuan yang luas.
2. Terbentuknya siswa yang berkemampuan untuk menganalisa informasi
di lingkungannya.
4. Terbentuknya siswa yang berkemauan untuk menyampaikan
pendapatnya secara kritis.
5. Terbentuknya siswa yang memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan.
6. Terbentuknya siswa yang berorientasi pada berpikir dibandingkan
menggunakan otot.
7. Terbentuknya siswa yang berorientasi pada aksi.
8. Terbentuknya siswa yang memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam
lingkungannya.
Dengan target tersebut, diharapkan demokrasi bukan hanya membutuhkan
pendidikan yang menghasilkan siswa yang melek huruf dan melek
pengetahuan, tetapi juga pendidikan yang mampu memberi siswa kemampuan
berinisiatif, bersikap kritis, kreatif, toleransi, dan berpartisipasi.
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang sangat menekankan pada
kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat adalah mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Di dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan terdapat materi yang khusus menjelaskan tentang
kemerdekaan mengemukakan pendapat, jadi di dalam materi ini siswa dituntut
memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, salah satuya
kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di
sekolah. Harapannya siswa tidak hanya mampu dalam mengemukakan
pendapatnya, tetapi mampu juga dalam mengaplikasikan hak dan
Untuk mencapai tujuan tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan atau
kualitas guru, karena guru memiliki peranan penting dalam mengubah perilaku
siswa. Pembinaan oleh guru di sekolah merupakan bagian integral dari upaya
pembinaan kesadaran hukum atau aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah.
Pembinaan terhadap tata tertib sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan
guru di sekolah dalam rangka pembinaan generasi muda dan pembentukan
manusia disiplin dan terdidik. Masalah yang dihadapi dalam pembangunan
pendidikan adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, baik yang
bersifat pengetahuan maupun sikap. Usaha pertama yang dilakukan oleh
sekolah dalam pembinaan sikap yaitu melalui tata tertib sekolah. Sebagaimana
diketahui dewasa ini banyak sekali siswa sekolah yang terlibat dalam
kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar
sekolah serta penggunaan etika yang salah dalam kehidupan. Oleh karena itu,
melalui pembinaan tata tertib sekolah diharapkan siswa dibiasakan
melaksanakan kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakatnya.
Hasil kajian sementara di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat
perilaku siswa yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, hal ini terlihat
dari banyaknya siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Kondisi ini tentu
sangat mengkhawatirkan di lihat dari perkembangan masyarakat global karena
kemajuan pengetahuan dan teknologi, khususnya para siswa yang merupakan
generasi penerus bangsa yang nantinya akan berpengaruh negatif terhadap
perilaku siswa. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 20 Bandar
Lampung, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melanggar tata tertib
Tabel 1.1 Bentuk dan Jumlah Pelanggaran Tata Tertib Kelas VII Di SMP Negeri 20 Bandar lampung Bulan Juli-Desember 2012.
No Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Jumlah Siswa 1. Tidak memakai seragam sesuai dengan
ketentuan
7
2. Lompat pagar sekolah 3
3. Meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran berakhir
7
4. Terlambat hadir 10
5. Tidak hadir tanpa keterangan 6
6. Merokok 5
7. Berkelahi 36
8. Keluar saat KBM tanpa izin 12
9. Mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam KBM
Berdasarkan data, diketahui ada 105 siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
Banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa menunjukkan bahwa
siswa tersebut masih kurang dapat mengaplikasikan pendapatnya tentang hak
dan kewajibannya di sekolah. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah
menunjukkan siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Berbagai upaya
yang telah dilaksanakan di sekolah sering kurang dihargai dan diperhatikkan
oleh siswa. Sekolah memegang peran yang sangat penting dalam
menanamkan dan menumbuhkan aspek pendidikan moral. Kasus atau
pelanggaran tata tertib sekolah tersebut terkait dengan karakteristik siswa
seperti perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi
oleh sikap, minat, keinsyafan, pengetahuan, dan faktor lain yang
kesiapan yang harus ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai
sikap dan perbuatan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Pelanggaran tata tertib yang terdapat pada tabel tersebut termasuk ke dalam
bidang kajian nilai dan moral Pancasila. Hal tersebut termasuk ke dalam
bidang kajian nilai dan moral Pancasila karena pelanggaran tata tertib yang
dilakukan siswa tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, sehingga dapat
mengganggu kondisi lingkungan belajar di sekolah menjadi tidak kondusif.
Bila generasi mudanya saja seperti ini, lalu bagaimana dengan nasib bangsa
kita yang ada di tangan mereka. Seharusnya sebagai siswa yang memiliki
kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di
sekolah, siswa tersebut mampu mematuhi segala aturan-aturan yang ada,
karena menaati tata tertib merupakan kewajiban siswa di sekolah, sehingga
segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik dan tidak akan menimbulkan
kericuhan dan kekacauan. Oleh karena itu, dari penelitian ini mengingatkan
kembali bahwa siswa adalah generasi muda yang perlu dibimbing dan dibina
dengan baik, agar siswa tidak hanya mampu mengemukakan pendapat
tentang hak dan kewajibannya di sekolah, tetapi juga mampu
mengaplikasikan hak dan kewajiban tersebut. Dengan harapan melalui
penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada seluruh pihak-pihak yang
bersangkutan baik itu sekolah maupun keluarga.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah
dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pentingnya pendidikan dalam menumbuhkan sikap demokrasi bagi
generasi muda.
2. Peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina generasi
muda.
3. Peranan guru dalam membina siswa.
4. Kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di
sekolah.
5. Masih terdapat siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diajukan, maka
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di
sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Adakah
hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban
siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar
Lampung?”
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah menjelaskan adakah
hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan
kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri
20 Bandar Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
2.1Kegunaan teoritis
Kegunaan yang bersifat teoritik berkaitan dengan pengembangan
khasanah pengetahuan, khususnya bagi program studi Pendidikan
Kewarganegaraan. Kegunaan yang bersifat teoritis tersebut berupa
sumbangan hasil penelitian, yaitu dapat menambah khasanah
pengetahuan atau mengembangkan wawasan terutama dalam hal
kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban
dunia pendidikan serta memberikan masukan atau informasi bagi
calon guru dalam meningkatkan diri agar lebih profesional.
2.2Kegunaan Praktis
a. Bagi siswa
Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk memberikan motivasi
atau dorongan agar siswa memiliki kemampuan mengemukakan
pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah yang
selanjutnya dapat mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah.
b. Bagi guru
Bagi guru, penelitian ini berguna untuk memperbaiki dan
mengintrospeksi terhadap kemampuan, kualitas, dan
keterampilan guru dalam melatih dan membimbing siswa,
terutama dalam memberikan arahan tentang kemampuan
mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di
sekolah dan peraturan tata tertib sekolah.
c. Bagi sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini berguna sebagai masukan untuk
menerapkan kebijakan-kebijakan sekolah dalam membantu siswa
memiliki kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan
kewajiban siswa di sekolah dan pentingnya mematuhi tata tertib
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan
khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian nilai-nilai Pancasila
dan norma kehidupan dalam hal mendidik generasi muda.
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP
Negeri 20 Bandar Lampung yang melakukan pelanggaran tata tertib
sekolah.
3. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hubungan kemampuan mengemukakan
pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan
pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung.
4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang
beralamat di jalan R. A. Basyid, Labuhan Dalam, kecamatan Tanjung
5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin
penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah
1.1Pengertian Pelanggaran
Setiap manusia, baik sebagai individu atau anggota masyarakat selalu
membutuhkan bantuan orang lain. Dalam interaksi sosial tersebut, setiap
individu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sosial, dan peran
mereka masing-masing. Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu
senantiasa didasari oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Melihat fakta di lapangan, masih banyak individu atau kelompok dalam
masyarakat yang melakukan pelanggaran norma. Kurangnya kesadaran
menjadi penyebab utama dalam masalah ini. Padahal, pada teori maupun
prakteknya, masyarakat terikat oleh norma-norma yang berlaku agar
bisa melangsungkan hidup secara teratur. Tapi kenyataannya,
masyarakat masih buta akan pentingnya menaati norma-norma yang
telah ditetapkan. Karena pada dasarnya, norma itu ada untuk membentuk
Perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari
pada kejahatan. Menurut Robert M. Z. Lawang, “penyimpangan
perilaku adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang
berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang”.
Menurut James W. Van Der Zanden, “perilaku menyimpang yaitu
perilaku yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela
dan di luar batas toleransi” dalam Nova Saha
(http://nenginayz.blogspot.com./).
Menurut Lemert dalam Nova Saha (http://nenginayz.blogspot.com./)
penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-lain.
2. Penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.
Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan
tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang
telah dibuat. Sedangkan pelanggaran menurut Tarmizi dalam websitenya
(http://tarmizi.wordpress.com/) adalah “tidak terlaksananya peraturan
atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utama
terjadinya berbagai bentuk dan kenakalan yang dilakukan siswa, baik di
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
pelanggaran adalah bentuk kenakalan siswa yang dilakukan menurut
kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat.
1.2Pegertian Tata Tertib Sekolah
Untuk dapat menegakkan kesadaran hukum pada diri siswa, diperlukan
adanya tata tertib dan peraturan-peraturan bagi siswa, yang diharapkan
dengan adanya tata tertib, maka siswa akan menaati peraturan yang
berlaku sehingga akan terciptanya ketertiban.
Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan kebudayaan tanggal 1 Mei
1974, No. 14/U/1974 dalam Suryosubroto (2010: 81), “Tata tertib
sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah
sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarannya”. Tata tertib
murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di samping itu masih ada tata
tertib guru dan tata tertib tenaga administrative. Kewajiban menaati tata
tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari
sistem persekolahan dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah.
Menurut Siti Melchaty (1990: 151), bahwa: “Tata tertib adalah peraturan
-peraturan yang mengikat seseorang atau kelompok guna menciptakan
keamanan, ketentraman, dan kedamaian orang tersebut atau kelompok
Kemudian Siti Melchaty (1990: 151), menambahkan bahwa tata tertib
meliputi sebagai berikut:
1. Mengadakan peraturan sekolah seperti piket, pakaian seragam, dan lain-lain.
2. Sekolah membuat jadwal peraturan yang harus dipatuhi. 3. Aktif dan tertib mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. 4. Murid mentaati perintah guru khusus pelajaran seperti PR dan
Pramuka.
5. Perhatian anak didik diajar bertanggung jawab secara perorangan maupun kelompok.
6. Sekolah membuat jadwal masuk dan keluar.
Sedangkan Ismed Syarif dan A. Nawas Risa (1976: 38), mengatakan
bahwa tata tertib meliputi sebagai berikut:
1. Setiap siswa harus mempunyai buku-buku dan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan.
2. Badan bersih, sehat, dan berpakaian rapi.
3. Menjaga ketenangan selama pelajaran berlangsung.
4. Lima menit sebelum masuk, murid harus sudah ada di kelas. 5. Mentaati waktu masuk, istirahat, dan selama jam pelajaran tidak
membawa orang lain/teman yang dapat mengganggu pelajaran.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998: 37), mengemukakan
bahwa: “Peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur
segenap tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk
menciptakan suasana yang mendukung pendidikan”.
Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut.
1) Tugas dan kewajian dalam kegiatan intra sekolah:
a. Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.
b. Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal
c. Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam
istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan, misalnya hujan.
d. Murid boleh pulang jika pelajaran sudah selesai.
e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.
f. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh
sekolah.
g. Murid juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti:
kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan sebagainya.
2) Larangan-larangan yang harus diperhatikan:
a. Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala
sekolah atau guru yang bersangkutan.
b. Merokok di sekolah.
c. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang berlebihan.
d. Kegiatan yang menganggu jalannya pelajaran.
3) Sanksi bagi murid dapat berupa:
a. Peringatan lisan secara langsung.
b. Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua.
c. Dikeluarkan sementara.
d. Dikeluarkan dari sekolah.
Dalam prakteknya, aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau
diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar
Melihat penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa
tata tertib sekolah itu dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah tersebut, yang memuat hal-hal yang diharuskan dan
dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah dan apabila
mereka melakukan pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk
memberikan sanksi sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian pelanggaran dan tata tertib yang telah dijelaskan,
maka yang dimaksud oleh peneliti tentang pelanggaran tata tertib sekolah
adalah suatu penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa menurut
kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat
secara resmi oleh pihak sekolah yang mana di dalamnya terdapat hal-hal
yang diharuskan, dilarang, dan terdapat sanksi bagi yang melanggarnya.
1.3Tujuan Tata Tertib Sekolah
Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan
penulis uraikan terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut Hurlock
(1990: 85), yaitu: “Peraturan bertujuan untuk membekali anak dengan
pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu”. Misalnya
dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sewaktu berada di
lingkungan sekolah. Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu
kondisi yang menunjang terhadap kelancaran, ketertiban, dan suasana
Wiyatamandala dalam Dekdikbud (1993: 21), disebutkan bahwa:
“Ketertiban adalah suatu kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian
dan keseimbangan tata kehidupan bersama sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa”.
Dalam kondisi sehari-hari, kondisi tersebut mencerminkan keteraturan
dalam pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat serta lingkungan.
Menurut Mia Kusmiati (2004: 22), bahwa tujuan diadakannya tata tertib
salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir tujuan tata
tertib, yaitu:
a. Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak saling menggangu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri setiap individu dan siap untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.
b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.
c. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian.
d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang baik sehingga menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihat dan menggunakannya.
Berdasarkan tujuan tata tertib sekolah yang telah dijelaskan, maka
peneliti menyimpulkan bahwa tata tertib sekolah bertujuan agar
semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak, dan kewajiban
serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat
berjalan dengan lancar.
1.4Peran dan Fungsi Tata Tertib Sekolah
Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu
sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. M. I.
Soelaeman (1985: 82), berpendapat bahwa: “Peraturan tata tertib itu
merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Dengan adanya tata tertib
itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga
kelangsungan hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan
dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan
sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana
masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang, dan tentram di sekolah.
Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan
baik apabila keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan baik, hal
ini sesuai yang dikemukakan oleh Durkheim (1990: 107-108), bahwa:
“Hanya dengan menghormati aturan-aturan sekolahlah si anak belajar
menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan
kebiasaan, mengekang, dan mengendalikan diri semata-mata karena ia
Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah
merupakan ajang pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan
yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat, dimana sebelum anak
(siswa) terjun ke masyarakat maka perlu dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk mengekang dan mengendalikan diri. Sehingga
mereka diharapkan mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang
tertib, tenang, aman, dan damai.
Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76), bahwa
“Peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai
sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial…”. Di
samping itu, peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk
berperilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Hurlock (1990: 84), yaitu “Bila disiplin diharapkan mampu mendidik
anak-anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan
kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok,
apapun cara mendisiplinkan yang digunakan, yaitu peraturan sebagai
pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara
yang digunakan untuk mengajak dan memaksakannya, hukuman untuk
pelanggaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang sejalan
dengan perilaku yang berlaku”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
diketahui bahwa dalam menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan
Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam
membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku
yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 85),
yaitu:
a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.
b. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu pedoman perilaku.
Berdasarkan peran dan fungsi tata tertib sekolah yang telah dijelaskan,
maka peneliti mengemukakan bahwa tata tertib sekolah berperan
sebagai pedoman yang mengatur seluruh perilaku warga sekolah.
Sedangkan fungsi tata tertib sekolah adalah mendidik dan membina
perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib berisikan keharusan yang
harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata tertib juga berfungsi
sebagai ’pengendali’ bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah
berisi larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga
1.5Sikap Kepatuhan Siswa terhadap Tata Tertib di Sekolah
Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah yang seharusnya
bersumber dari dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan
dari pihak lain. Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya
kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau
larangan-larangan yang terdapat dalam tata tertib tersebut. Menurut
Djahiri (1985: 25), tingkat kesadaran atau kepatuhan seseorang
terhadap tata tertib, meliputi:
a. Patuh karena takut pada orang atau kekuasaan atau paksaan. b. Patuh karena ingin dipuji.
c. Patuh karena kiprah umum atau masyarakat.
d. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban. e. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan.
f. Taat karena hal tersebut memang memuaskan baginya. g. Patuh karena dasar prinsip ethis yang layak universal.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
kesadaran seseorang khususnya siswa untuk mematuhi aturan atau
hukum memang sangat penting. Selain bertujuan untuk ketertiban juga
berguna untuk mengatur tata perilaku siswa agar sesuai dengan norma
1.6Tata Tertib SMP Negeri 20 Bandar Lampung
(a) Kewajiban siswa/i di SMP Negeri 20 Bandar Lampung:
1. Setiap siswa/i SMP Negeri 20 Bandar Lampung wajib hadir
minimal 10 menit sebelum bel berbunyi.
2. Mulai belajar sekolah pukul 07.15 s.d selesai.
3. Setelah bel tandamasuk berbunyi kemudian siswa/i berbaris
dengan rapikemudian masuk kelas dengan tertib.
4. Memelihara ketertiban selama waktu belajar dan memelihara
ketentraman selama berada di sekolah.
5. Menghadiri upacara bendera/nasional yang telah ditentukan
waktunya.
6. Memberi kabar jika berhalangan hadir/jika meninggalkan sekolah.
7. Mengerjakan pekerjaan rumah/tugas yang diberikan guru.
8. Mengatur, merapikan, dan mempersiapkan buku pelajaran, catatan,
dan alat tulis setiap hari.
9. Melunasi komite, LAB Bahasa Inggris, LAB Komputer setiap
bulannya.
10.Mematuhi dan melaksanakan tata tertib siswa dan budi pekerti
luhur.
11.Menyampaikan raport, kartu iuran sekolah kepada orang tua.
12.Harus dapat menjaga nama baik guru, orang tua, dan almamater.
13.Membawa AlQuran bagi siswa/i yang beragama Islam.
a. Senin s/d Rabu: Hari Senin upacara bendera lengkapan seragam
diantaranya:
1) Pakaian Putih-Biru beserta bad lokasi sekolah, nama siswa,
bad lokasi kelas, dan bad OSIS.
2) Memakai topi ber cap SMP Negeri 20 Bandar Lampung.
3) Memakai dasi ber cap SMP Negeri 20 Bandar Lampung.
4) Memakai ikat pinggang hitam berlogo SMP Negeri 20
Bandar Lampung.
5) Memakai sepatu warior hitam putih di atas mata kaki.
6) Memakai kaos kaki putih setengah betis.
7) Khusus putri, memakai baju putih lengan pendek dan rok
biru.
b. Kamis s/d Jumat: berpakaian batik busana muslim.
1) Laki-laki : baju batik lengan panjang, celana putih
panjang.
2) Perempuan : baju batik lengan panjang, rok putih
panjang.
3) Sepatu hitam kaos kaki putih.
c. Sabtu: berpakaian pramuka beserta atribut pramuka lengkap
terdiri dari:
1) Topi, bad, nama tanda lokasi, dasi, ikat pinggang sepatu
hitam, kaos kaki hitam.
2) Bagi anak putri baju pramuka tidak berkantong dan baju
(b)Larangan siswa/i di SMP Negeri 20 Bandar Lampung:
1. Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran terakhir.
2. Dilarang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tata tertib
siswa.
3. Dilarang merokok, minuman keras, narkoba, dan sejenisnya di
lingkungan sekolah.
4. Dilarang melakukan/mengadakan perjudian di kelas.
5. Dilarang membawa senjata tajam.
6. Dilarang berambut gondrong (laki-laki).
7. Dilarang berkelahi dengan teman maupun dari sekolah lain.
8. Dilarang keluar kelas selama pelajaran berlangsung tanpa izin
guru.
9. Dilarang lompat pagar sekolah.
10.Dilarang membawa HP berkamera.
11.Dilarang mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM).
12.Dilarang merusak atau mencoret-coret tembok, buku pelajaran,
moubeller, baju seragam sekolah, dan tempat lainnya.
13.Dilarang membawa TIP X cair.
14.Dilarang membuat geng-geng (kelompok yang dapat membuat
keributan.
15.Apabila jam kosong, ketua kelas wajib lapor dan menghubungi
guru piket agar diatur lanjut dan dilarang berteriak atau ribut di
16.Siswa dilarang datang terlambat.
17.Jangan membawa makanan di kelas.
18.Jangan membuang sampah sembarangan.
19.Dilarang membawa sepeda motor.
(c) Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua:
1. Bersedia hadir di sekolah jika ada hal-hal yang perlu diselesaikan
dengan sekolah diminta hadir ke sekolah.
2. Bersedia melaporkan keadaan belajar siswa di rumah yang bisa
membantu sekolah demi meningkatkan prestasi di sekolah.
3. Melaporkan penyakit yang biasa diderita oleh siswa untuk menjadi
bahan pertimbangan dalam pelajaran olah raga di sekolah.
4. Menanyakan ke pihak sekolah mengenai perkembangan belajar
anak secara berkala.
5. Setiap pelajar hendaknya memiliki buku-buku/alat-alat pelajaran
yang telah ditentukan oleh sekolah demi kelancaran proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
6. Siswa/i yang mempunyai keahlian atau kegemaran sesuai dengan
ektrakulikuler (Pramuka, PMR, Karate, Pencak Silat, dll) kiranya
(d)Sanksi-Sanksi
Berikut ini adalah sanksi terhadap pelanggaran tata tertib sekolah di
SMPN 20 Bandar Lampung:
1. Anak yang terlambat masuk/datang harus meminta izin kepada
guru piket.
2. Anak yang meninggalkan jam pelajaran karena berkepentingan
harus meminta izin kepada guru piket.
3. Pelanggaran terhadap tata tertib dikenakan sanksi pedagogi
berupa:
a. Peringatan lisan.
b. Peringatan tertulis kepada orang tuanya.
c. Diskors beberapa hari dan diberitugas dari sekolah.
d. Dikeluarkan dari sekolah atau dikmbalikan kepada orang
tuanya.
4. Hukuman ringan terhadap pelanggaran tata tertib:
a. Menyapu halaman /lingkungan sekolah.
b. Mengepel/menyapu ruang kelas.
c. Membersihkan kamar mandi/toilet.
5. Hukuman bagi murid yang berambut gondrong.
a.Rambut dicukur oleh guru di sekolah.
6. Pelanggaran yang berat seperti: tawuran, berkelahi, membawa
senjata tajam, menggunakan narkoba, merokok, maka siswa
7. Apabila siswa ketahuan membawa HP kamera dan menggunakan
saat jam pelajaran berlangsung maka HP disita oleh guru dan
diambil kembali oleh orang tua.
8. Apabila murid yang sudah dikeluarkan dari sekolah dan masih
mengganggu ketertiban sekolah maka dapat dikarenakan sanksi
menurut hukum yang berlaku/diserahkan ke kepolisian.
Berdasarkan peraturan tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung
yang telah dijelaskan, peneliti berpendapat bahwa peraturan tata tertib di
SMP Negeri 20 Bandar Lampung telah dibuat dan dilaksanakan secara
baik dan disiplin, tetapi dengan berbagai peraturan tata tertib sekolah
tersebut masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran
di sekolah, hal ini terbukti dari data awal yang didapatkan peneliti dari
pihak BK di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, dari bulan Juli sampai
bulan Desember tahun 2012 ada 105 siswa yang melakukan bentuk
pelanggaran tata tertib di sekolah.
2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah
2.1Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, atau mempunyai
harta berlebih. Kemampuan merupakan perpaduan antara teori dan
peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat yang tepat tentang
hak dan kewajiban siswa dalam rangka peningkatan ketaatan tata tertib
di sekolah (Siagian, 1998: 15).
Menurut Robbins (1996: 102), bahwa kemampuan adalah kapasitas
seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu
pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yaitu:
1. Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental.
2. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.
Menurut Livingstone seperti dikutip oleh Stoner (1996: 118), bahwa
kemampuan itu dapat dan harus diajarkan. Karena itu dalam
peningkatan mengemukakan pendapat, peranan ilmu pengetahuan
sangat dibutuhkan. Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang
memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya (Gibson,
1996: 126). Adapun apa yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
menghadapi pekerjaannya menurut Mitzberg seperti yang dikutip
Gibson, ada empat kemampuan (kualitas atau skills) yang harus dimiliki
oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut:
1. Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus.
2. Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. 3. Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk
4. Keterampilan manajemen, adalah seluruh kemampuan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan, termasuk didalamnya kemampuan mengikuti kebijaksanaan, melaksanakan program dengan anggaran terbatas.
Menurut Atmosudirdjo (1998: 37), kemampuan adalah sebagai sesuatu
hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu organisasi.
Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis kemampuan (abilities), yaitu
kemampuan sosial, kemampuan teknik, dan kemampuan manajerial.
Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology yang
memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memaknai istilah abilities
seperti Atmosudirdjo, sedangkan yang lain seperti Stoner (1996: 119)
memakai istilah skills.
Handoko (2001:51) dengan mengacu pada pendapat tersebut, juga
membedakan jenis keterampilan/kecakapan yang terdiri atas
keterampilan/kecakapan kemanusiaan (human skills),
keterampilan/kecakapan administrasi (administrative skills), dan
keterampilan/kecakapan teknik (technical skills).
Dalam edisi terakhir Koontz et al. (1996: 30) membagi kemampuan
dalam empat kategori yaitu kemampuan konsepsional, kemampuan
kemanusiaan atau sosial, kemampuan teknis, dan kemampuan
merancang (mendesain). Menurut Moenir (1998:116), kemampuan atau
skill berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan
tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan
yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata
sifat/keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat
melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan oleh kemampuan
sumber daya manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang telah dijelaskan,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan siswa adalah
kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam
melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan
tertentu.
2.2Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah
pikiran. Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau
mengeluarkan pikiran. Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang
yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan pikirannya
dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945,
Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
Lebih lanjut pengertian pengertian kemerdekaan mengemukakan
pendapat dinyatakan dalam Pasal 1 UU No. 9 Tahun 1998, bahwa
kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara
secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur
kemerdekaan mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pengertian di muka umum
adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang
dapat didatangi dan dilihat setiap orang. Mengemukakan pendapat di
muka umum berarti menyampaikan pendapat di hadapan orang banyak
atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan/atau dilihat
setiap orang.
Adapun cara-cara mengemukakan pendapat, dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut, dalam Priyanto, dkk (2008: 113):
1. Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum.
2. Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat.
3. Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), mogok makan.
2.3Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggung Jawab
Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat,
pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik,
psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan
(Penjelasan Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Warga negara yang
menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk
mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan
hukum (Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Dengan demikian, orang
bebas mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam
mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang
berkepanjangan antar-anggota masyarakat.
Menurut Pasal 4 UU No. 9 Tahun 1998 pentingnya kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab adalah:
1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan
yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan
perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan
dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat.
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang
kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap
warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam
kehidupan berdemokrasi.
4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.
Asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan mengemukakan pendapat
di muka umum (Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban.
2. Asas musyawarah dan mufakat.
3. Asas kepastian hukum dan keadilan.
4. Asas proporsionalitas.
5. Asas manfaat.
Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan
kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung
jawab di muka umum (Pasal 6 UU No. 9 Tahun 1998) terdiri atas:
1. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain.
2. Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum.
3. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
4. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum.
5. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kewajiban aparatur pemerintah dan tanggung jawab dalam
melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas
dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 7 UU No. 9 Tahun