• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN PELANGGARAN TATA TERTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN PELANGGARAN TATA TERTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH

DENGAN PELANGGARAN TATA TERTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

Oleh Novita Hariyani

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian 21 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat dan teknik pengumpulan data menggunakan angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah (X) dominan pada kategori sedang atau cukup mampu dengan persentase 66,67%, (2) tingkat pelanggaran tata tertib (Y) dominan pada kategori ringan dengan persentase 47,62%, (3) terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinggi antara kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib, artinya semakin tinggi kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah maka semakin rendah pula tingkat pelanggaran tata tertib.

(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir ... 48

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 74

Gambar 4.2. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 80

Gambar 4.3. Analisis Distribusi Data Tabel Kesadaran Siswa ... 84

Gambar 4.4. Analisis Distribusi Data Tabel Tanggungjawab Siswa ... 87

Gambar 4.5. Analisis Distribusi Data Tabel Keberanian Siswa ... 90

Gambar 4.6. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 94

Gambar 4.7. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 97

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Kegunaan Penelitian ... 11

2.1Kegunaan Secara Teoritis ... 11

2.2Kegunaan Secara Praktis ... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13

2. Ruang Lingkup Subjek... 13

3. Ruang Lingkup Objek ... 13

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 13

5. Ruang Lingkup Waktu ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Deskripsi Teori ... 15

1. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 15

1.1Pengertian Pelanggaran ... 15

(4)

1.6Tata Tertib Sekolah SMP Negeri 20 B. Lampung... 26

2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 31

2.1Pengertian Kemampuan ... 31

2.2Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ... 34

2.3Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggungjawab ... 35

2.4Aktualisasi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggungjawab ... 39

2.5Tinjauan tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 42

B. Kerangka Pikir ... 49

C. Hipotesis ... 50

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Metode Penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

1. Populasi ... 51

2. Sampel ... 52

3. Teknik Sampling ... 53

C. Variabel Penelitian ... 53

1. Variabel Bebas ... 53

2. Variabel Terikat ... 53

D. Definisi Konseptual Variabel ... 54

1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 54

2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 54

E. Definisi Operasional Variabel ... 54

1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 54

2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Tekhnik Pokok ... 56

2. Tekhnik Penunjang... 57

G. Validitas dan Uji Reliabilitas ... 57

1. Validitas ... 57

2. Reliabilitas ... 58

H. Uji Coba Instrumen ... 60

1. Analisis Uji Validitas ... 60

2. Analisis Uji Reliabilitas ... 60

I. Teknik Analisis Data ... 65

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Langkah-Langkah Penelitian… ... 68

1. Pengajuan Judul ... 68

(5)

1. Sejarah Singkat SMP N 20 Bandar Lampung ... 70

2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 75

3. Keadaan Siswa-Siswi SMP N 20 Bandar Lampung ... 76

C. Deskripsi Data ... 77

1. Pengumpulan Data ... 77

2. Penyajian Data mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 78

3. Penyajian Data tentang Pelanggaran Tata Tertib ... 91

4. Pengujian Hipotesis ... 102

D. Pembahasan ... 108

KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil prasurvey melalui observasi di SMP N 20 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013 ... 8

Tabel 3.1 Jumlah populasi siswa kelas VII di SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ... 52

Tabel 3.2 Jumlah dan sebaran sampel siswa kelas VII di SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ... 53

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Ganjil (X). ... 61

Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Genap (Y). ... 62

Tabel 3.5 Distribusi Antara Item ganjil (X) dengan Item Genap (Y) Mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP N 20 Bandar Lampung ... 62

Tabel 4.1 Jumlah Bangunan Gedung di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 75

Tabel 4.2 Data Jumlah Guru dan Karyawan di SMP N 20 Bandar Lampung ... 76

Tabel 4.3 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pemahaman Siswa ... 78

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman Siswa ... 80

Tabel 4.5 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Kesadaran Siswa ... 82

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kesadaran Siswa ... 83

(7)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Keberanian Siswa ... 90

Tabel 4.11 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator sikap mental (sikap taat dan tertib) ... 92

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Mental ... 93

Tabel 4.13 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pemahaman tentang Sistem Aturan, Perilaku, Norma, dan Kriteria ... 95

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman Siswa Mengenai Sistem Aturan, Perilaku, Norma, dan Kriteria ... 97

Tabel 4.15 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator sikap dan kelakuan yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati tata tertib ... 99

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Indikator Sikap dan Kelakuan yang Menunjukkan Kesungguhan Hati untuk Menaati Tata Tertib ... 101

Tabel 4.17 Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 103

(8)

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH

DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RT IB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

NOVITA HARIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH

DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RT IB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

Oleh

NOVITA HARIYANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(10)

SISWA DI SEKOLAH DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Novita Hariyani

No. Pokok Mahasiswa : 0913032060

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

PembimbingI Pembimbing II

Dr. Adelina Hasyim, M.Pd Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. NIP. 19531018 198112 2 001 NIP. 198207272006041 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si

(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. ……….

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holillulloh, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(12)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang

baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas

dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Ibu Dr. Adelina Hasyim M.Pd.,

selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing I, yang telah

memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi.

Dan juga Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing II, terimakasih

atas kesediaannya dalam membimbing dan memberikan motivasi dalam

(13)

2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus selaku

pembahas I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

7. Bapak M. Mona Adha, M.Pd., selaku pembahas II, terimakasih atas masukan,

saran, dan kritikannya pada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

9. Ibu Dra. Listadora, selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang

telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada

penulis.

10. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMP Negeri 20 Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung yang telah membantu dalam penelitian kepada

(14)

12. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Kabul Riyanto dan Ibu

Gunarti terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi,

moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Untuk kakakku

Wulan Yuliannisa dan juga adikku, Neti Nurhasanah dan Indah Puji Astuti.

Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang

diberikan.

13. Sahabat-sahabat terbaikku, Hestia yang selalu setia mendengar curhatanku,

aku selalu nyaman dengan karaktermu yang pendiam, Maul yang selalu

membuat aku ketawa terus, Alan yang selalu terbuka dengan perjalanan

cintanya, Nurul yang selalu menghibur kita dengan kepolosannya, dan Umi

yang selalu menahanku, saat aku terlalu bersemangat. Terimakasih untuk

semangat, motivasi, dan kebersamaan kita selama ini.

14. Teman-teman PPKn angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu

semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang

ada kesalahpahaman diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak

akan terlupakan.

15. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL SMP PGRI 2 Merbau Mataram Tahun

2012 Ayu, Dika, Heri, Ika, Kiki, Listiono, Mb Sri, Novio, Rika, Riko, Vivi,

dan Yeni terimakasih atas kebersamaannya dalam perjuangan kita. Desa

Karang Raja, Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan, terimakasih

(15)

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan

akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan

baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa

yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,

(16)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama : Novita Hariyani

NPM : 0913032060

Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013

(17)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada ALLAH

SWT,kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti dancinta

kasih kepada :

“Kedua orang tuaku, ayah dan ibu

tercinta yang selalu menjadi

semangat dalam

hidupku, kesabaran dan do’a dalam

setiap sujudmu untuk

Menanti keberhasilanku serta harapan disetiap tetesan

Keringatmu demi keberhasilanku”

“Adikk

-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan

kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

“Teman

-teman PPKN 2009 yang selalu memberikan semangat dan

mendo’akan keberhasilanku”

“Dan Seseorang yang kelak akan menda

mpingiku mengarungi suka

duka jalan kehidupannya kehidupan”

Serta

(18)

Motto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selsesai dari suatu urusan,

kerjakanlah dengan sungguh-

sungguh urusan yang lain”

(Al-Insyirah, 6-7)

Motivasi terkuat adalah motivasi yang datang dari diri

kita sendiri

”.

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Novita Hariyani, dilahirkan di Bandar

Lampung, pada tanggal 19 November 1991 yang merupakan

putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kabul

Riyanto dan Ibu Gunarti.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Melati Puspa diselesaikan pada tahun 1997.

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Way Kandis yang diselesaikan pada tahun 2003.

3. SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.

4. SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

angin demokrasi yang dipadatkan dalam bentuk berbagai keinginan dan

tuntutan dengan mengatasnamakan rakyat. Keinginan untuk lepas dari

pemerintahan yang terlalu lama berkuasa dan membentuk pemerintahan baru

yang diharapkan membawa angin segar dalam berbagai segi kehidupan.

Keinginan untuk mengedepankan sifat keterbukaan dalam berbagai isu

nasional agar rakyat sebagai pemegang kedaulatan bisa memonitor dan

mengkontrol secara langsung semua kebijakan yang dilakukan pemerintah.

Keinginan untuk mengeluarkan pendapat secara lebih bebas. Keinginan untuk

mendapatkan otonomi lebih besar dalam pengelolaan daerah. Semua ini

dilapis dalam kata demokrasi, suara yang berasal dari rakyat.

Penyebab yang paling sering diajukan adalah menghubungkannya dengan

kemerosotan kehidupan ekonomi negara yang jatuh akibat ketidakstabilan

nilai mata uang rupiah terhadap dolar yang efek dominonya juga membuat

kehidupan politik dan pemerintahan menjadi ikut goyah. Tetapi peneliti

yakini faktor ekonomi ini hanya sebagai satu pemicu, penyebab yang utama

(21)

produk keberhasilan program pendidikan. Pendidikan membuka cara berpikir

setiap insan terhadap hidup yang berbudaya, kecanggihan teknologi, konsep

kesamaan dalam perbedaan, persamaan hak dan kewajiban, dan harapan

dalam hidup. Tingkat pendidikan yang lebih baik telah menggantikan sikap

patuh dan diam dengan sikap kritis dan aktif. Inilah yang membangkitkan

semangat reformasi untuk berdemokrasi di kalangan masyarakat khususnya

generasi muda, yaitu salah satunya kaum pelajar terutama dalam

kemampuannya mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di

sekolah.

Sebagaimana kita ketahui bahwasannya pendidikan merupakan hal yang

terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak

mendapatkan pendidikan dan berhak berharap untuk selalu berkembang

dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses

kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan

melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu

sangat penting. Pendidikan dapat kita peroleh di lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Pendidikan berjasa dalam membentuk pondasinya: rakyat yang tahu hak dan

kewajibannya, rakyat yang mengakui persamaan kedudukan di dalam hukum

dan pemerintahan, membuka kesempatan yang luas bagi semua lapisan

masyarakat dalam mencapai persamaan, dan membentuk rakyat yang kritis.

(22)

demokrasi, tetapi juga membuat demokrasi menjadi hal yang utama untuk

hadir di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan dari sistem pendidikan yang

ada adalah pembenahan dalam cara mengajar. Cara mengajar yang hanya

dititikberatkan pada penyampaian materi pelajaran (satu arah) harus dirubah

dengan cara mengajar yang mengajak siswa untuk berpikir (dua arah).

Berpikir secara mandiri dan bersama-sama dengan siswa lain dan guru

sebagai satu kelompok. Berpikir dan mengemukakan hasil pemikirannya

dalam bentuk pendapat kepada siswa lain dan guru. Ini bisa diwujudkan

dalam bentuk cara belajar yang interaktif.

Pendidikan yang interaktif bisa dilakukan dengan cara kerja kelompok untuk

mendiskusikan satu topik tertentu, atau dimulai dengan teknik curah gagasan

(brainstorming) yang melepaskan dahulu justifikasi terhadap relevansi

ataupun kebenaran ide seseorang, tujuannya adalah mengumpulkan ide dari

semua peserta. Kedua teknik tersebut akan memberi pengalaman pada siswa

dalam mengeluarkan keberaniannya untuk mengemukakan pendapat dengan

tujuan untuk berbagi dalam keterbukaan, dalam melihat kenyataan bahwa

setiap orang belum tentu memiliki pendapat yang sama, dalam menyikapi dan

menghargai pendapat siswa lain yang sealiran maupun yang bertentangan,

dalam menyikapi penolakan orang lain terhadap ide yang dikemukakan siswa

yang bersangkutan, dalam mengolah ide orang lain menjadi lebih kreatif lagi,

dan dalam bagaimana menggunakan jalur komunikasi untuk menyelesaikan

(23)

Langkah selanjutnya adalah membawa siswa untuk beralih ke pemikiran

tertulis. Siswa diberi kemampuan untuk menuangkan pendapatnya dalam

bentuk karangan tertulis secara gamblang dan terstruktur. Ini akan membantu

siswa dalam menyebarkan ide ke lingkup yang lebih luas. Karena

bagaimanapun secara skala distribusi pemikiran yang tertulis akan lebih

efektif untuk sampai ke khalayak yang lebih luas.

Inilah yang dimaksud dengan proses belajar yang sesungguhnya, memahami

untuk me-reinventing apa yang dipelajari, menganalisa untuk me-recreating

sesuatu dari yang sudah dipelajari, dan akhirnya menyatakan kembali kepada

khalayak umum.

Untuk melaksanakan cara belajar interaktif pada kondisi sekarang cukup sulit,

karena diperlukan faktor pendukung yang saat ini masih kurang dalam sistem

pendidikan sekarang. Infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan

pendidikan interaktif adalah:

1. Guru yang kompeten dan berbakat mendidik dan mengajar.

2. Meluangkan waktu terbanyak bagi pendidikan, terus belajar dan membaca,

memilihkan soal analisa dalam proses belajar dan ulangan, memeriksa

jawaban essai siswa dengan cermat dan memberi umpan balik, dan

memberi porsi besar teknik diskusi dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bisa bertindak sebagai fasilitator dan mediator, selalu mempersiapkan

bahan diskusi dengan tepat, memahami semua pendapat yang timbul, dan

(24)

4. Tidak berorientasi hasil, melainkan berorientasi proses, tidak memusatkan

perhatian pada keberhasilan dalam ujian tetapi pada proses belajarnya

sehingga siswa memiliki kemampuan belajar mandiri yang tetap

berorientasi pada kerjasama.

5. Materi pelajaran yang menekankan pada analisa masalah, tidak saja

menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga

keterampilan nilai, perilaku, emosi dan etika. Materi yang mampu

melatih kemampuan otak, emosi dan aksi siswa secara seimbang.

6. Sistem penilaian yang proporsional pada nilai dan perilaku siswa, guru

tidak hanya dinilai dari keberhasilan siswanya dalam memperoleh nilai

baik dalam ulangan tetapi juga keberhasilan guru dalam membentuk

perilaku siswa. Demikian juga dalam menilai keberhasilan siswa itu

sendiri.

7. Sistem ujian nasional yang tidak didominasi pilihan ganda, sesuatu yang

tidak merangsang siswa untuk berpikir secara kreatif.

8. Kehidupan sekolah yang lebih demokratis, yaitu dengan memerankan

kembali kepala sekolah dan guru sebagai contoh hidup yang ideal, sebagai

teman dalam berdiskusi, dan selalu melibatkan siswa dalam pengambilan

keputusan sekolah.

Harapan yang dibebankan pada keberhasilan sistem pendidikan ini adalah:

1. Terbentuknya siswa yang memiliki pengetahuan yang luas.

2. Terbentuknya siswa yang berkemampuan untuk menganalisa informasi

di lingkungannya.

(25)

4. Terbentuknya siswa yang berkemauan untuk menyampaikan

pendapatnya secara kritis.

5. Terbentuknya siswa yang memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan.

6. Terbentuknya siswa yang berorientasi pada berpikir dibandingkan

menggunakan otot.

7. Terbentuknya siswa yang berorientasi pada aksi.

8. Terbentuknya siswa yang memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam

lingkungannya.

Dengan target tersebut, diharapkan demokrasi bukan hanya membutuhkan

pendidikan yang menghasilkan siswa yang melek huruf dan melek

pengetahuan, tetapi juga pendidikan yang mampu memberi siswa kemampuan

berinisiatif, bersikap kritis, kreatif, toleransi, dan berpartisipasi.

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang sangat menekankan pada

kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat adalah mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Di dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terdapat materi yang khusus menjelaskan tentang

kemerdekaan mengemukakan pendapat, jadi di dalam materi ini siswa dituntut

memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, salah satuya

kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di

sekolah. Harapannya siswa tidak hanya mampu dalam mengemukakan

pendapatnya, tetapi mampu juga dalam mengaplikasikan hak dan

(26)

Untuk mencapai tujuan tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan atau

kualitas guru, karena guru memiliki peranan penting dalam mengubah perilaku

siswa. Pembinaan oleh guru di sekolah merupakan bagian integral dari upaya

pembinaan kesadaran hukum atau aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah.

Pembinaan terhadap tata tertib sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan

guru di sekolah dalam rangka pembinaan generasi muda dan pembentukan

manusia disiplin dan terdidik. Masalah yang dihadapi dalam pembangunan

pendidikan adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, baik yang

bersifat pengetahuan maupun sikap. Usaha pertama yang dilakukan oleh

sekolah dalam pembinaan sikap yaitu melalui tata tertib sekolah. Sebagaimana

diketahui dewasa ini banyak sekali siswa sekolah yang terlibat dalam

kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar

sekolah serta penggunaan etika yang salah dalam kehidupan. Oleh karena itu,

melalui pembinaan tata tertib sekolah diharapkan siswa dibiasakan

melaksanakan kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakatnya.

Hasil kajian sementara di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat

perilaku siswa yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, hal ini terlihat

dari banyaknya siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Kondisi ini tentu

sangat mengkhawatirkan di lihat dari perkembangan masyarakat global karena

kemajuan pengetahuan dan teknologi, khususnya para siswa yang merupakan

generasi penerus bangsa yang nantinya akan berpengaruh negatif terhadap

perilaku siswa. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 20 Bandar

Lampung, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melanggar tata tertib

(27)

Tabel 1.1 Bentuk dan Jumlah Pelanggaran Tata Tertib Kelas VII Di SMP Negeri 20 Bandar lampung Bulan Juli-Desember 2012.

No Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Jumlah Siswa 1. Tidak memakai seragam sesuai dengan

ketentuan

7

2. Lompat pagar sekolah 3

3. Meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran berakhir

7

4. Terlambat hadir 10

5. Tidak hadir tanpa keterangan 6

6. Merokok 5

7. Berkelahi 36

8. Keluar saat KBM tanpa izin 12

9. Mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam KBM

Berdasarkan data, diketahui ada 105 siswa yang melanggar tata tertib sekolah.

Banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa menunjukkan bahwa

siswa tersebut masih kurang dapat mengaplikasikan pendapatnya tentang hak

dan kewajibannya di sekolah. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah

menunjukkan siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Berbagai upaya

yang telah dilaksanakan di sekolah sering kurang dihargai dan diperhatikkan

oleh siswa. Sekolah memegang peran yang sangat penting dalam

menanamkan dan menumbuhkan aspek pendidikan moral. Kasus atau

pelanggaran tata tertib sekolah tersebut terkait dengan karakteristik siswa

seperti perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi

oleh sikap, minat, keinsyafan, pengetahuan, dan faktor lain yang

(28)

kesiapan yang harus ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai

sikap dan perbuatan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pelanggaran tata tertib yang terdapat pada tabel tersebut termasuk ke dalam

bidang kajian nilai dan moral Pancasila. Hal tersebut termasuk ke dalam

bidang kajian nilai dan moral Pancasila karena pelanggaran tata tertib yang

dilakukan siswa tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, sehingga dapat

mengganggu kondisi lingkungan belajar di sekolah menjadi tidak kondusif.

Bila generasi mudanya saja seperti ini, lalu bagaimana dengan nasib bangsa

kita yang ada di tangan mereka. Seharusnya sebagai siswa yang memiliki

kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di

sekolah, siswa tersebut mampu mematuhi segala aturan-aturan yang ada,

karena menaati tata tertib merupakan kewajiban siswa di sekolah, sehingga

segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik dan tidak akan menimbulkan

kericuhan dan kekacauan. Oleh karena itu, dari penelitian ini mengingatkan

kembali bahwa siswa adalah generasi muda yang perlu dibimbing dan dibina

dengan baik, agar siswa tidak hanya mampu mengemukakan pendapat

tentang hak dan kewajibannya di sekolah, tetapi juga mampu

mengaplikasikan hak dan kewajiban tersebut. Dengan harapan melalui

penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada seluruh pihak-pihak yang

bersangkutan baik itu sekolah maupun keluarga.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik

(29)

Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah

dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti

mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pentingnya pendidikan dalam menumbuhkan sikap demokrasi bagi

generasi muda.

2. Peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina generasi

muda.

3. Peranan guru dalam membina siswa.

4. Kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di

sekolah.

5. Masih terdapat siswa yang melanggar tata tertib sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diajukan, maka

peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di

sekolah.

(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Adakah

hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban

siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar

Lampung?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah menjelaskan adakah

hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan

kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri

20 Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

2.1Kegunaan teoritis

Kegunaan yang bersifat teoritik berkaitan dengan pengembangan

khasanah pengetahuan, khususnya bagi program studi Pendidikan

Kewarganegaraan. Kegunaan yang bersifat teoritis tersebut berupa

sumbangan hasil penelitian, yaitu dapat menambah khasanah

pengetahuan atau mengembangkan wawasan terutama dalam hal

kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban

(31)

dunia pendidikan serta memberikan masukan atau informasi bagi

calon guru dalam meningkatkan diri agar lebih profesional.

2.2Kegunaan Praktis

a. Bagi siswa

Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk memberikan motivasi

atau dorongan agar siswa memiliki kemampuan mengemukakan

pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah yang

selanjutnya dapat mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah.

b. Bagi guru

Bagi guru, penelitian ini berguna untuk memperbaiki dan

mengintrospeksi terhadap kemampuan, kualitas, dan

keterampilan guru dalam melatih dan membimbing siswa,

terutama dalam memberikan arahan tentang kemampuan

mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di

sekolah dan peraturan tata tertib sekolah.

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini berguna sebagai masukan untuk

menerapkan kebijakan-kebijakan sekolah dalam membantu siswa

memiliki kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan

kewajiban siswa di sekolah dan pentingnya mematuhi tata tertib

(32)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan

khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian nilai-nilai Pancasila

dan norma kehidupan dalam hal mendidik generasi muda.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP

Negeri 20 Bandar Lampung yang melakukan pelanggaran tata tertib

sekolah.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hubungan kemampuan mengemukakan

pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan

pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang

beralamat di jalan R. A. Basyid, Labuhan Dalam, kecamatan Tanjung

(33)

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin

penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah

1.1Pengertian Pelanggaran

Setiap manusia, baik sebagai individu atau anggota masyarakat selalu

membutuhkan bantuan orang lain. Dalam interaksi sosial tersebut, setiap

individu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sosial, dan peran

mereka masing-masing. Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu

senantiasa didasari oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Melihat fakta di lapangan, masih banyak individu atau kelompok dalam

masyarakat yang melakukan pelanggaran norma. Kurangnya kesadaran

menjadi penyebab utama dalam masalah ini. Padahal, pada teori maupun

prakteknya, masyarakat terikat oleh norma-norma yang berlaku agar

bisa melangsungkan hidup secara teratur. Tapi kenyataannya,

masyarakat masih buta akan pentingnya menaati norma-norma yang

telah ditetapkan. Karena pada dasarnya, norma itu ada untuk membentuk

(35)

Perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari

pada kejahatan. Menurut Robert M. Z. Lawang, “penyimpangan

perilaku adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang

berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang

berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang”.

Menurut James W. Van Der Zanden, “perilaku menyimpang yaitu

perilaku yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela

dan di luar batas toleransi” dalam Nova Saha

(http://nenginayz.blogspot.com./).

Menurut Lemert dalam Nova Saha (http://nenginayz.blogspot.com./)

penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-lain.

2. Penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.

Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan

tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang

telah dibuat. Sedangkan pelanggaran menurut Tarmizi dalam websitenya

(http://tarmizi.wordpress.com/) adalah “tidak terlaksananya peraturan

atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utama

terjadinya berbagai bentuk dan kenakalan yang dilakukan siswa, baik di

(36)

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa

pelanggaran adalah bentuk kenakalan siswa yang dilakukan menurut

kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat.

1.2Pegertian Tata Tertib Sekolah

Untuk dapat menegakkan kesadaran hukum pada diri siswa, diperlukan

adanya tata tertib dan peraturan-peraturan bagi siswa, yang diharapkan

dengan adanya tata tertib, maka siswa akan menaati peraturan yang

berlaku sehingga akan terciptanya ketertiban.

Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan kebudayaan tanggal 1 Mei

1974, No. 14/U/1974 dalam Suryosubroto (2010: 81), “Tata tertib

sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah

sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarannya”. Tata tertib

murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di samping itu masih ada tata

tertib guru dan tata tertib tenaga administrative. Kewajiban menaati tata

tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari

sistem persekolahan dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah.

Menurut Siti Melchaty (1990: 151), bahwa: “Tata tertib adalah peraturan

-peraturan yang mengikat seseorang atau kelompok guna menciptakan

keamanan, ketentraman, dan kedamaian orang tersebut atau kelompok

(37)

Kemudian Siti Melchaty (1990: 151), menambahkan bahwa tata tertib

meliputi sebagai berikut:

1. Mengadakan peraturan sekolah seperti piket, pakaian seragam, dan lain-lain.

2. Sekolah membuat jadwal peraturan yang harus dipatuhi. 3. Aktif dan tertib mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. 4. Murid mentaati perintah guru khusus pelajaran seperti PR dan

Pramuka.

5. Perhatian anak didik diajar bertanggung jawab secara perorangan maupun kelompok.

6. Sekolah membuat jadwal masuk dan keluar.

Sedangkan Ismed Syarif dan A. Nawas Risa (1976: 38), mengatakan

bahwa tata tertib meliputi sebagai berikut:

1. Setiap siswa harus mempunyai buku-buku dan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan.

2. Badan bersih, sehat, dan berpakaian rapi.

3. Menjaga ketenangan selama pelajaran berlangsung.

4. Lima menit sebelum masuk, murid harus sudah ada di kelas. 5. Mentaati waktu masuk, istirahat, dan selama jam pelajaran tidak

membawa orang lain/teman yang dapat mengganggu pelajaran.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998: 37), mengemukakan

bahwa: “Peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur

segenap tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk

menciptakan suasana yang mendukung pendidikan”.

Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut.

1) Tugas dan kewajian dalam kegiatan intra sekolah:

a. Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.

b. Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal

(38)

c. Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam

istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan, misalnya hujan.

d. Murid boleh pulang jika pelajaran sudah selesai.

e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

f. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh

sekolah.

g. Murid juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti:

kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan sebagainya.

2) Larangan-larangan yang harus diperhatikan:

a. Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala

sekolah atau guru yang bersangkutan.

b. Merokok di sekolah.

c. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang berlebihan.

d. Kegiatan yang menganggu jalannya pelajaran.

3) Sanksi bagi murid dapat berupa:

a. Peringatan lisan secara langsung.

b. Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua.

c. Dikeluarkan sementara.

d. Dikeluarkan dari sekolah.

Dalam prakteknya, aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau

diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar

(39)

Melihat penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa

tata tertib sekolah itu dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang

dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan situasi dan

kondisi sekolah tersebut, yang memuat hal-hal yang diharuskan dan

dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah dan apabila

mereka melakukan pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk

memberikan sanksi sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian pelanggaran dan tata tertib yang telah dijelaskan,

maka yang dimaksud oleh peneliti tentang pelanggaran tata tertib sekolah

adalah suatu penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa menurut

kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat

secara resmi oleh pihak sekolah yang mana di dalamnya terdapat hal-hal

yang diharuskan, dilarang, dan terdapat sanksi bagi yang melanggarnya.

1.3Tujuan Tata Tertib Sekolah

Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan

penulis uraikan terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut Hurlock

(1990: 85), yaitu: “Peraturan bertujuan untuk membekali anak dengan

pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu”. Misalnya

dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat apa yang harus dilakukan

dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sewaktu berada di

lingkungan sekolah. Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu

kondisi yang menunjang terhadap kelancaran, ketertiban, dan suasana

(40)

Wiyatamandala dalam Dekdikbud (1993: 21), disebutkan bahwa:

“Ketertiban adalah suatu kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian

dan keseimbangan tata kehidupan bersama sebagai makhluk Tuhan Yang

Maha Esa”.

Dalam kondisi sehari-hari, kondisi tersebut mencerminkan keteraturan

dalam pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat serta lingkungan.

Menurut Mia Kusmiati (2004: 22), bahwa tujuan diadakannya tata tertib

salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir tujuan tata

tertib, yaitu:

a. Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak saling menggangu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri setiap individu dan siap untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.

b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.

c. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian.

d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang baik sehingga menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihat dan menggunakannya.

(41)

Berdasarkan tujuan tata tertib sekolah yang telah dijelaskan, maka

peneliti menyimpulkan bahwa tata tertib sekolah bertujuan agar

semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak, dan kewajiban

serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat

berjalan dengan lancar.

1.4Peran dan Fungsi Tata Tertib Sekolah

Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu

sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. M. I.

Soelaeman (1985: 82), berpendapat bahwa: “Peraturan tata tertib itu

merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Dengan adanya tata tertib

itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga

kelangsungan hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan

dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan

sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana

masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang, dan tentram di sekolah.

Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan

baik apabila keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan baik, hal

ini sesuai yang dikemukakan oleh Durkheim (1990: 107-108), bahwa:

“Hanya dengan menghormati aturan-aturan sekolahlah si anak belajar

menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan

kebiasaan, mengekang, dan mengendalikan diri semata-mata karena ia

(42)

Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah

merupakan ajang pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan

yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat, dimana sebelum anak

(siswa) terjun ke masyarakat maka perlu dibekali pengetahuan dan

keterampilan untuk mengekang dan mengendalikan diri. Sehingga

mereka diharapkan mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang

tertib, tenang, aman, dan damai.

Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76), bahwa

“Peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai

sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial…”. Di

samping itu, peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk

berperilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Hurlock (1990: 84), yaitu “Bila disiplin diharapkan mampu mendidik

anak-anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan

kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok,

apapun cara mendisiplinkan yang digunakan, yaitu peraturan sebagai

pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara

yang digunakan untuk mengajak dan memaksakannya, hukuman untuk

pelanggaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang sejalan

dengan perilaku yang berlaku”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat

diketahui bahwa dalam menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan

(43)

Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam

membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku

yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 85),

yaitu:

a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.

b. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu pedoman perilaku.

Berdasarkan peran dan fungsi tata tertib sekolah yang telah dijelaskan,

maka peneliti mengemukakan bahwa tata tertib sekolah berperan

sebagai pedoman yang mengatur seluruh perilaku warga sekolah.

Sedangkan fungsi tata tertib sekolah adalah mendidik dan membina

perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib berisikan keharusan yang

harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata tertib juga berfungsi

sebagai ’pengendali’ bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah

berisi larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga

(44)

1.5Sikap Kepatuhan Siswa terhadap Tata Tertib di Sekolah

Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah yang seharusnya

bersumber dari dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan

dari pihak lain. Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya

kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau

larangan-larangan yang terdapat dalam tata tertib tersebut. Menurut

Djahiri (1985: 25), tingkat kesadaran atau kepatuhan seseorang

terhadap tata tertib, meliputi:

a. Patuh karena takut pada orang atau kekuasaan atau paksaan. b. Patuh karena ingin dipuji.

c. Patuh karena kiprah umum atau masyarakat.

d. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban. e. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan.

f. Taat karena hal tersebut memang memuaskan baginya. g. Patuh karena dasar prinsip ethis yang layak universal.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

kesadaran seseorang khususnya siswa untuk mematuhi aturan atau

hukum memang sangat penting. Selain bertujuan untuk ketertiban juga

berguna untuk mengatur tata perilaku siswa agar sesuai dengan norma

(45)

1.6Tata Tertib SMP Negeri 20 Bandar Lampung

(a) Kewajiban siswa/i di SMP Negeri 20 Bandar Lampung:

1. Setiap siswa/i SMP Negeri 20 Bandar Lampung wajib hadir

minimal 10 menit sebelum bel berbunyi.

2. Mulai belajar sekolah pukul 07.15 s.d selesai.

3. Setelah bel tandamasuk berbunyi kemudian siswa/i berbaris

dengan rapikemudian masuk kelas dengan tertib.

4. Memelihara ketertiban selama waktu belajar dan memelihara

ketentraman selama berada di sekolah.

5. Menghadiri upacara bendera/nasional yang telah ditentukan

waktunya.

6. Memberi kabar jika berhalangan hadir/jika meninggalkan sekolah.

7. Mengerjakan pekerjaan rumah/tugas yang diberikan guru.

8. Mengatur, merapikan, dan mempersiapkan buku pelajaran, catatan,

dan alat tulis setiap hari.

9. Melunasi komite, LAB Bahasa Inggris, LAB Komputer setiap

bulannya.

10.Mematuhi dan melaksanakan tata tertib siswa dan budi pekerti

luhur.

11.Menyampaikan raport, kartu iuran sekolah kepada orang tua.

12.Harus dapat menjaga nama baik guru, orang tua, dan almamater.

13.Membawa AlQuran bagi siswa/i yang beragama Islam.

(46)

a. Senin s/d Rabu: Hari Senin upacara bendera lengkapan seragam

diantaranya:

1) Pakaian Putih-Biru beserta bad lokasi sekolah, nama siswa,

bad lokasi kelas, dan bad OSIS.

2) Memakai topi ber cap SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

3) Memakai dasi ber cap SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

4) Memakai ikat pinggang hitam berlogo SMP Negeri 20

Bandar Lampung.

5) Memakai sepatu warior hitam putih di atas mata kaki.

6) Memakai kaos kaki putih setengah betis.

7) Khusus putri, memakai baju putih lengan pendek dan rok

biru.

b. Kamis s/d Jumat: berpakaian batik busana muslim.

1) Laki-laki : baju batik lengan panjang, celana putih

panjang.

2) Perempuan : baju batik lengan panjang, rok putih

panjang.

3) Sepatu hitam kaos kaki putih.

c. Sabtu: berpakaian pramuka beserta atribut pramuka lengkap

terdiri dari:

1) Topi, bad, nama tanda lokasi, dasi, ikat pinggang sepatu

hitam, kaos kaki hitam.

2) Bagi anak putri baju pramuka tidak berkantong dan baju

(47)

(b)Larangan siswa/i di SMP Negeri 20 Bandar Lampung:

1. Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran terakhir.

2. Dilarang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tata tertib

siswa.

3. Dilarang merokok, minuman keras, narkoba, dan sejenisnya di

lingkungan sekolah.

4. Dilarang melakukan/mengadakan perjudian di kelas.

5. Dilarang membawa senjata tajam.

6. Dilarang berambut gondrong (laki-laki).

7. Dilarang berkelahi dengan teman maupun dari sekolah lain.

8. Dilarang keluar kelas selama pelajaran berlangsung tanpa izin

guru.

9. Dilarang lompat pagar sekolah.

10.Dilarang membawa HP berkamera.

11.Dilarang mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM).

12.Dilarang merusak atau mencoret-coret tembok, buku pelajaran,

moubeller, baju seragam sekolah, dan tempat lainnya.

13.Dilarang membawa TIP X cair.

14.Dilarang membuat geng-geng (kelompok yang dapat membuat

keributan.

15.Apabila jam kosong, ketua kelas wajib lapor dan menghubungi

guru piket agar diatur lanjut dan dilarang berteriak atau ribut di

(48)

16.Siswa dilarang datang terlambat.

17.Jangan membawa makanan di kelas.

18.Jangan membuang sampah sembarangan.

19.Dilarang membawa sepeda motor.

(c) Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua:

1. Bersedia hadir di sekolah jika ada hal-hal yang perlu diselesaikan

dengan sekolah diminta hadir ke sekolah.

2. Bersedia melaporkan keadaan belajar siswa di rumah yang bisa

membantu sekolah demi meningkatkan prestasi di sekolah.

3. Melaporkan penyakit yang biasa diderita oleh siswa untuk menjadi

bahan pertimbangan dalam pelajaran olah raga di sekolah.

4. Menanyakan ke pihak sekolah mengenai perkembangan belajar

anak secara berkala.

5. Setiap pelajar hendaknya memiliki buku-buku/alat-alat pelajaran

yang telah ditentukan oleh sekolah demi kelancaran proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

6. Siswa/i yang mempunyai keahlian atau kegemaran sesuai dengan

ektrakulikuler (Pramuka, PMR, Karate, Pencak Silat, dll) kiranya

(49)

(d)Sanksi-Sanksi

Berikut ini adalah sanksi terhadap pelanggaran tata tertib sekolah di

SMPN 20 Bandar Lampung:

1. Anak yang terlambat masuk/datang harus meminta izin kepada

guru piket.

2. Anak yang meninggalkan jam pelajaran karena berkepentingan

harus meminta izin kepada guru piket.

3. Pelanggaran terhadap tata tertib dikenakan sanksi pedagogi

berupa:

a. Peringatan lisan.

b. Peringatan tertulis kepada orang tuanya.

c. Diskors beberapa hari dan diberitugas dari sekolah.

d. Dikeluarkan dari sekolah atau dikmbalikan kepada orang

tuanya.

4. Hukuman ringan terhadap pelanggaran tata tertib:

a. Menyapu halaman /lingkungan sekolah.

b. Mengepel/menyapu ruang kelas.

c. Membersihkan kamar mandi/toilet.

5. Hukuman bagi murid yang berambut gondrong.

a.Rambut dicukur oleh guru di sekolah.

6. Pelanggaran yang berat seperti: tawuran, berkelahi, membawa

senjata tajam, menggunakan narkoba, merokok, maka siswa

(50)

7. Apabila siswa ketahuan membawa HP kamera dan menggunakan

saat jam pelajaran berlangsung maka HP disita oleh guru dan

diambil kembali oleh orang tua.

8. Apabila murid yang sudah dikeluarkan dari sekolah dan masih

mengganggu ketertiban sekolah maka dapat dikarenakan sanksi

menurut hukum yang berlaku/diserahkan ke kepolisian.

Berdasarkan peraturan tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung

yang telah dijelaskan, peneliti berpendapat bahwa peraturan tata tertib di

SMP Negeri 20 Bandar Lampung telah dibuat dan dilaksanakan secara

baik dan disiplin, tetapi dengan berbagai peraturan tata tertib sekolah

tersebut masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran

di sekolah, hal ini terbukti dari data awal yang didapatkan peneliti dari

pihak BK di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, dari bulan Juli sampai

bulan Desember tahun 2012 ada 105 siswa yang melakukan bentuk

pelanggaran tata tertib di sekolah.

2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah

2.1Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, atau mempunyai

harta berlebih. Kemampuan merupakan perpaduan antara teori dan

(51)

peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat yang tepat tentang

hak dan kewajiban siswa dalam rangka peningkatan ketaatan tata tertib

di sekolah (Siagian, 1998: 15).

Menurut Robbins (1996: 102), bahwa kemampuan adalah kapasitas

seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu

pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yaitu:

1. Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental.

2. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.

Menurut Livingstone seperti dikutip oleh Stoner (1996: 118), bahwa

kemampuan itu dapat dan harus diajarkan. Karena itu dalam

peningkatan mengemukakan pendapat, peranan ilmu pengetahuan

sangat dibutuhkan. Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang

memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya (Gibson,

1996: 126). Adapun apa yang harus dimiliki oleh seseorang dalam

menghadapi pekerjaannya menurut Mitzberg seperti yang dikutip

Gibson, ada empat kemampuan (kualitas atau skills) yang harus dimiliki

oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut:

1. Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus.

2. Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. 3. Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk

(52)

4. Keterampilan manajemen, adalah seluruh kemampuan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan, termasuk didalamnya kemampuan mengikuti kebijaksanaan, melaksanakan program dengan anggaran terbatas.

Menurut Atmosudirdjo (1998: 37), kemampuan adalah sebagai sesuatu

hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu organisasi.

Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis kemampuan (abilities), yaitu

kemampuan sosial, kemampuan teknik, dan kemampuan manajerial.

Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology yang

memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memaknai istilah abilities

seperti Atmosudirdjo, sedangkan yang lain seperti Stoner (1996: 119)

memakai istilah skills.

Handoko (2001:51) dengan mengacu pada pendapat tersebut, juga

membedakan jenis keterampilan/kecakapan yang terdiri atas

keterampilan/kecakapan kemanusiaan (human skills),

keterampilan/kecakapan administrasi (administrative skills), dan

keterampilan/kecakapan teknik (technical skills).

Dalam edisi terakhir Koontz et al. (1996: 30) membagi kemampuan

dalam empat kategori yaitu kemampuan konsepsional, kemampuan

kemanusiaan atau sosial, kemampuan teknis, dan kemampuan

merancang (mendesain). Menurut Moenir (1998:116), kemampuan atau

skill berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan

tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan

(53)

yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata

sifat/keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat

melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan oleh kemampuan

sumber daya manusia.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang telah dijelaskan,

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan siswa adalah

kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam

melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan

tertentu.

2.2Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah

pikiran. Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau

mengeluarkan pikiran. Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang

yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan pikirannya

dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945,

Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan

pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan

undang-undang.

Lebih lanjut pengertian pengertian kemerdekaan mengemukakan

pendapat dinyatakan dalam Pasal 1 UU No. 9 Tahun 1998, bahwa

kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara

(54)

secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur

kemerdekaan mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan

Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pengertian di muka umum

adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang

dapat didatangi dan dilihat setiap orang. Mengemukakan pendapat di

muka umum berarti menyampaikan pendapat di hadapan orang banyak

atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan/atau dilihat

setiap orang.

Adapun cara-cara mengemukakan pendapat, dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut, dalam Priyanto, dkk (2008: 113):

1. Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum.

2. Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat.

3. Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), mogok makan.

2.3Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggung Jawab

Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat,

pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik,

psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan

(55)

(Penjelasan Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Warga negara yang

menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk

mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan

hukum (Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Dengan demikian, orang

bebas mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam

mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang

berkepanjangan antar-anggota masyarakat.

Menurut Pasal 4 UU No. 9 Tahun 1998 pentingnya kemerdekaan

mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab adalah:

1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan

yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi

manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan

perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan

dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat.

3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang

kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap

warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam

kehidupan berdemokrasi.

4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan

(56)

jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.

Asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan mengemukakan pendapat

di muka umum (Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:

1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban.

2. Asas musyawarah dan mufakat.

3. Asas kepastian hukum dan keadilan.

4. Asas proporsionalitas.

5. Asas manfaat.

Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan

kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung

jawab di muka umum (Pasal 6 UU No. 9 Tahun 1998) terdiri atas:

1. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain.

2. Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum.

3. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang

berlaku.

4. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum.

5. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kewajiban aparatur pemerintah dan tanggung jawab dalam

melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas

dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 7 UU No. 9 Tahun

Gambar

Tabel 1.1 Bentuk dan Jumlah Pelanggaran Tata Tertib Kelas VII Di SMP Negeri 20 Bandar lampung Bulan Juli-Desember 2012
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah
Tabel 3.2 Jumlah siswa SMPN 20 Bandar Lampung yang dijadikan sampel penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dsis

 SK Memisahkan Alat Yang Bersih dan Kotor, Alat Yang Memerlukan Sterilisasi.  SOP Memisahkan Alat Yang Bersih dan Kotor, Alat Yang Memerlukan

Sejumlah ahli manajemen mengatakan bahwa manusia dewasa rata-rata membuat 300 keputusan per hari, dari yang sepele sampai yang penting dan menentukan hidup mereka. Artinya, setiap

Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, https://mail.journal.untar.ac.id/ , Access 31 Oktober 2020, Hlm.. 77 Menikah, Buku Nikah dan Buku Kutipan Akta Nikah ditulis nama wali

Jika keadaan memaksa maka Mahkamah Agung dan Jaksa Agung masing-masing dapat menetapkan, bahwa untuk sesuatu atau beberapa daerah pengawasan yang termaksud dalam pasal 2 dan

Untuk menguji pengaruh tingkat leverage terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap

Secara garis besarnya PLTU yang ada di Indonesia memnggunakan bahan bakar HSD dan a, dimana memilik kesamaan dari siklusnya tetapi perbedaannya terletak pada Produksi

Pemerintah Indonesia tidak memiliki program sejenis yang berskala nasional untuk mencegah atau mengurangi terjadinya perundungan di institusi pendidikan. Tidak ada tindakan