• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

SALAMREJO

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Drajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

SHOLEHAH AWALI NOORHIDAYAH 20120320133

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI

TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI DESA

SALAMREJO

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Drajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

SHOLEHAH AWALI NOORHIDAYAH 20120320133

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sholehah Awali Noorhidayah

NIM : 20120320133

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya

Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Alhamdulillahirabbil'alamiin puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT serta Sholawat salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan kemudahan serta kelancaran bagi penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Terimakasih banyak kepada kedua ortua Bapakku tersayang H. Karyono ST dan Ibunda tercinta Hj. Sulastri yang selalu memberikan dukungan secara finansial, arahan dan doa-doa setiap saatnya. Alhamdulillah, anakmu bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Semoga ilmu ini dapat bermanfaat untuk kedepannya. Aamiin.

3. Dosen ku tercinta ibu Ambar Relawati S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing saya dengan penuh kesabaran yang luar biasa. Terimakasih banyak ibu, semoga jasa ibu akan dibalas oleh Allah sebagai Amal Jariah Aamiin.

4. Kepada Dosen penguji bapak Fahni Haris S.Kep.,Ns.,M.Kep., terimakasih banyak atas pengarahan sehingga penulis dapat menciptakan Karta Tulis Ilmiah ini dengan baik.

5. Terimakasih juga buat adik ku satu-satunya Sholekan Krismanto Nugroho yang selalu mengingatkan kakak nya serta doa-doa selalu di panjatkan. Terimakasih untuk kakakku Ady Cahyo Junarko S.E, Arie Wulansari yang selalu mendukung semua yang ingin aku lakukan. Semua keluarga besar yang ada di Kalimantan Timur dan Yogyakarta terimakasih banyak atas doa-doa nya serta dukungan hinga saat ini.

(6)

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, selalu memberikan arahan, bantuan dalam menyelesai Karya Tulis Ilmiah.

7. Terimakasih untuk muda mudi Almaga dan semua kos orange bu ma yang sudah memberi motivasi, semangatnya hingga saya bisa selesai pada tahap ini. Semoga kita semua dapat sukses dunia dan akhirat. Aamiin.

(7)

MOTTO HIDUP

Alhamdulillah „ala Kulilli Haal

“Segala Puji Bagi Allah Dalam Setiap Keadaan” (HR. Ibnu Majah)

“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di Sisi Allah Taala Selain DOA”

(HR. Tirmizi, Ibnu Majah & Ahmad)

“Hidup berawal dari mimpi jika bermimpi saja enggan bagaimana

meraih cita-cita yang berawal dari mimpi.”

- Peneliti –

Hijrah belum berakhir sebelum berakhirnya tobat, dan tobat tidak

akan berakhir sebelum matahari terbit dari sebelah barat.”

(HR. Ahmad, Abu Dawud, Thabrani, dan Baihaqi)

“ I‟m not going to change the world. You‟re not going to change the world. But we can help. We can all help.”

(Cristiano Ronaldo)

Sesulit apapun situasimu saat ini, percayalah bahwa suatu hari

dimasa depan , dirimu yang lebih dewasa akan mengerti betapa

berharganya pelajaran hidup yang diberikan kepadamu. Ingat hidup

ini adalah sebuah proses, nikmatilah proses itu dengan selalu

bersyukur kepada Allah dengan segala situasi yang ada. Insyalllah ada hikmah dibalik semua itu.”

(8)

KATA PENGANTAR Assalammu‟alaikum Warahmatuwlllahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis haturkan kerhadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan kepatuhan minum obat pasien hipertensi dengan tekanan darah pasien hipertensi ” sebagaimana mestinya.

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari berbagai pihak, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, atas limpahajn rahmat, hidayat dan ridha-Nya

2. Kedua orang tua saya, ayahanda H. Karyono ST dan ibunda Hj. Sulastri yang selama ini selalu memberikan dukungan dalam bentuk moril dan materil serta terus memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

3. Dr. Ardi Pramono, Sp. An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Sri sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat, HNC, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5. Ibu Ambar Relawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing KTI ini, yang telah sabar memberikan bimbingan, semangat, motivasi dan bantuan pemikiran serta pengarahan yang sangat berguna dalam terselesaikannya KTI ini.

(9)

7. Ibu Shanti Wardhaningsih., M.Kep., Ns., Sp.Kep. Jiwa., Ph.D selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah penelitian keperawatan.

8. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan khususnya Progman Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang senantiasa selalu mendidik kami , meluagkan waktu serta tenaga kepada kami kurang lebih selama 4 tahun ini, semoga menjadi amalan untuk semuanya.

9. Puskesmas Sentolo II yang sudah bersedia membantu dalam penelitian ini untuk mendapatkan responden.

10.Responden yang sudah bersedia meluangkan waktu dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini hingga selesai. Semoga Allah memberikan keshatan untuk kalian semua.

11.Seluruh teman-teman PSIK 2012 yang telah memberikan semangat, motivasi dan bantuan dalam penyusunan KTI ini untuk bisa mengenakan toga diwaktu yang sama.

12.Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematika. Oleh karena itu, penulis sangan mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini.

Wasalamualaikum Warohmatuwllahi Wabarokatuh.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penelitian Terkait ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Hipertensi ... 12

6. Penatalaksanaan Hipertensi ... 21

7. Komplikasi ... 34

B. Kepatuhan Minum Obat ... 36

1. Definisi ... 36

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat ... 37

C. Tekanan Darah ... 44

D. Kerangka Konsep ... 49

E. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENILITIAN ... 51

A. Desain Penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel ... 51

1. Populasi ... 51

2. Sampel Penelitian ... 52

3. Kriteria Sampel... 52

(11)

1. Lokasi Penelitian ... 53

2. Waktu Penelitian ... 53

D. Variabel Penelitian ... 53

1. Variabel Bebas ( Independen ) ... 53

2. Variabel Tergantung ( Independen ) ... 54

3. Variabel Perancu ( Confounding ) ... 54

E. Definisi Operasional ... 54

F. Hubungan Antar Variabel ... 55

G. Indtrumen Penelitian ... 55

1. Variabel Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi ... 55

2. Variabel Tekanan Darah Pasien Hipertensi... 57

H. Teknik Pengumpulan Data ... 58

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 62

1. Uji Valibitas ... 62

2. Uji Reliabilitas ... 63

J. Pengelolahan Data dan Analisa Data ... 64

1. Pengolaan Data ... 64

2. Analisa Data ... 66

K. Etika Penelitian... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 72

2. Karakteristik Responden ... 73

3. Analisa Univariat ... 75

4. Analisa Bivariat ... 76

B. Pembahasan ... 77

1. Karakteristik Responden ... 77

2. Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi ... 84

3. Tekanan Darah ... 87

4. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti Hipertensi Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi ... 89

5. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (World Health Organization) ... 15

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7 ... 16

Tabel 3. Definisi operasional variable penelitian ... 54

Tabel 4. Interprestasi Hasil Kuesioner ... 57

Tabel 5. Kisi kisi Kuesioner Kepatuhan Minum Obat ... 57

Tabel 6. Interprestasi Nilai Aplha Reliabilitas MenurutArikunto ... 63

Tabel 7. Pengkodean data demografi, variabel bebas dan variabel terikat ... 65

Tabel 8. Interprestasi Hasil Uji Korelasi Nilai r ... 69

Tabel 9. Interprestasi Nilai p ... 69

Tabel 10. Interprestasi Arah Korelasi ... 70

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Jarak Pelayanan Kesehatan, Lama Menderita Hiperetensi, Jumlah Obat yang dikonsumsi, Jenis Obat yang dikonsumsi pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo, Kulon Progo. ... 73

Tabel 12. Distribusi dan Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ... 75

Tabel 13. Distribusi dan Frekuensi Tekanan Darah Sistolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ... 75

Tabel 14. Distribusi dan Frekuensi Tekanan Darah Diastolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ... 75

Tabel 15. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap Tekanan Darah Sistolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ... 76

Tabel 16. . Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap Tekanan Darah Diastolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ... 76

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR SINGKATAN WHO : World Health Organization

RisKesDas : Riset Kesehatan Dasar

JNC 7 : The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

DinKes : Dinas Kesehatan

MMAS : Morisky Medication Adherence Scale

BB :Berat Badan

ACE : Enzim konversi angiotensin mmHg : Milimeter Merkuri Hydrargyrum DepKes : Departemen Kesehatan

ARB : Angiotensin receptor blocker

(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Permohonan Menjadi Asisten Penelitian Lampiran 4 : Lembar Informasi Penelitian

Lampiran 5 : Kuesioner Data Demografi Responden Lampiran 6 : Kuesioner Kepatuhan Minum Obat

Lampiran 7 : Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian FKIK UMY Lampiran 8 : Surat Keterangan Izin Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

Sekertariat Daerah

Lampiran 9 : Surat Keterangan Izin Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

Lampiran 10 : Sertifikat Kalibrasi Balai Metrologi

Lampiran 11 : Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Salamrejo Lampiran 12 : Surat Keterangan selesai Pengambilan Data

(16)

INTISARI

Latar Belakang : Obat antihipertensi dapat mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Tekanan darah dapat terkontrol salah satunya dengan patuh mengkonsumsi obat antihipertensi.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo.

Metode penelitian : Penelitian ini bersifat korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 104 responden yang merupakan pasien yang sudah tercatat di Puskesmas Sentolo II yang tinggal di Desa Salamrejo dengan tehnik total sampling. Analisis hipotesis korelasi menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan hasil tidak terdistribusi normal selanjutnya mengunakan uji Spearman (rho). Instrument kepatuhan minum obat memodifikasi dari Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) kuesioner dari Journal of Management and Pharmacy Practice. Hasil Penelitian : Mayoritas penduduk Desa Salamrejo yang menderita hipertensi patuh minum obat antihipertensi yaitu 82 responden (78,8%). Tekanan darah sistolik dalam rentan 120 – 139 mmHg yaitu 55 responden (52,9%). Tekanan darah diastolik dalam rentan 90 – 99 mmHg yaitu 37 responden (35,6%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dengan p= 0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,432). Tedapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi dengan p=0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,507). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi baik tekanan darah sistolik maupun diastolik.

(17)

ABSTRACT

Background : Antihypertensive drugs can control blood pressure of hypertensive patients. Blood pressure can be controlled either by dutifully taking antihypertensive medication.

Objective : This study aimed to determine the relationship of adherence in taking antihypertensive medication to blood pressure in hypertensive patients in the Salamrejo Village.

Methods: This study is correlational with cross sectional design. A sample of 104 respondents who are patients already recorded in Puskesmas Sentolo II who lived in the village of Salamrejo with total sampling technique. Analysis of the correlation hypothesis using Kolmogorov Smirnov test with results not normally distributed and the subsequent test using Spearman (rho). Instrument medication adherence modifying of Morisky Medication adherence Scale (MMAS - 8) and questionnaire from the Journal of Management and Pharmacy Practice.

Results: The majority of the population in the village Salamrejo dutifully taking medication antihypertensive that is 82 respondents (78.8 %). The systolic blood pressure in the susceptible 120-139 mmHg ie 55 respondents (52.9 %). Diastolic blood pressure in the susceptible 90-99 mmHg ie 37 respondents (35.6 %). The results showed there is a significant relationship between antihypertensive medication adherence with systolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation was (-0.432). Artifacts significant association between antihypertensive medication adherence with diastolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation was (-0.507).

Conclusion :There is a relationship between antihypertensive medication adherence in hypertensive patient to blood pressure both systolic and diastolic blood pressure.

(18)
(19)

Correlation Between Patient Compliance about Taking Medication

SholehahAwaliNoorhidayah1, AmbarRelawati, S.Kep., Ns., M.Kep2

1

Mahasiwi Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

ABSTRACT

Background : Antihypertensive drugs can control blood pressure of hypertensive patients. Blood pressure can be controlled either by dutifully taking antihypertensive medication.

Objective : This study aimed to determine the relationship of adherence about taking antihypertensive medication to blood pressure in hypertensive patients in the Village Salamrejo.

Methods: This study is correlational with cross sectional design. A sample of 104 respondents who are patients already recorded in Puskesmas Sentolo II who lived in the village of Salamrejo with total sampling technique. Analysis of the correlation hypothesis using Kolmogorov Smirnov test with results that not normally distributed and the subsequent test using Spearman (rho).Instrument medication adherence modifying of Morisky Medication adherence Scale (MMAS - 8) and questionnaire from the Journal of Management and Pharmacy Practice. Results: The majority of the population in the village Salamrejo dutifully taking medication antihypertensive there are 82 respondents(78.8 %). The systolic blood pressure in the susceptible 120-139 mmHg amount 55 respondents (52.9 %). Diastolic blood pressure in the susceptible 90-99 mmHg amount 37 respondents (35.6 %). The results showed that there is a significant relationship between antihypertensive medication adherence with systolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation about (-0.432). Artifacts significant association between antihypertensive medication adherence with diastolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation about (-0.507).

Conclusion :There is a relationship between antihypertensive medication adherence in hypertensive patient to blood pressure both systolic and diastolic blood pressure.

(20)

Tekanan darah dapat terkontrol salah satunya dengan patuh mengkonsumsi obat antihipertensi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 104 responden yang merupakan pasien yang sudah tercatat di Puskesmas Sentolo II yang tinggal di Desa Salamrejo dengan tehnik total sampling. Analisis hipotesis korelasi menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan hasil tidak terdistribusi normal selanjutnya mengunakan uji Spearman (rho). Instrument kepatuhan minum obat memodifikasi dari Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) kuesioner dari Journal of Management

and Pharmacy Practice.

Hasil Penelitian : Mayoritas penduduk Desa Salamrejo yang menderita hipertensi patuh minum obat antihipertensi yaitu 82 responden (78,8%). Tekanan darah sistolik dalam rentan 120 – 139 mmHg yaitu 55 responden (52,9%). Tekanan darah diastolik dalam rentan 90 – 99 mmHg yaitu 37 responden (35,6%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dengan p= 0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,432). Tedapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi dengan p=0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,507). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi baik tekanan darah sistolik maupun diastolik.

(21)

Perubahan gaya hidup dimasyarakat akhir-akhir ini banyak yang berubah

dengan mengkonsumsi banyak kadar makanan yang tinggi akan lemak, tinggi

garam, serta perilaku masyarakat yang masih melakukan kebiasaan merokok dan

juga aktivitas yang tidak mengenal batas waktu (Evadewi dan Luh, 2013). Kemajuan teknologi berbasis “ online shop” yang sedang trend saat ini yang

mengurangi aktiftas fisik masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya (Evadewi

dan Luh, 2013). Hal tersebut mengakibatkan kurang bergerak dan sistem indra

yang cenderung tidak digunakan secara maksimal mengakibatkan kurangnya

aktivitas fisik yang sehat berdampak munculnya berbagai penyakit kronis yang

ada dimasyarakat salah satunya adalah hipertensi atau sering dikenal dengan

tekanan darah tinggi (Corwin, 2009).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi diatas batas normal tekanan darah

seseorang dan diukur paling tidak ada tiga kesempatan yang berbeda. Joint

National Committee On Prevention Detection, Evolation and Treatment of High

Blood Pressure yang ke VIII telah mempublikasikan nilai tekanan darah sistolik

dan diastolik (The Joint National Committee (JNC VIII) Hypertension Guidelines

An In Depth Guide). Tekanan darah dikatakan dalam keadaan normal bila tekanan

darah hasil sistolik 120 mmHg sedangkan untuk hasil diastolik didaptkan hasil 80

(22)

adalah hasil dari siastolik > 140 mmHg dan untuk hasil diastolik > 90 mmHg

seperti 140/100 mmHg (Corwin, 2009).

Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2008 dengan masyarakat berusia

lebih dari 25 tahun sekitar 40% dari jumlah penduduk 6,7 Miliar World

Population 2008 Data Sheet. Tahun 2013, secara keseluruhan negara-negara

berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi lebih rendah, yaitu 35% dibanding

negara-negara berpenghasilan rendah yang prevalensinya mencapai 40% (World

Health Organization, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menunjukan prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia ≥18 tahun sebesar 26,5% dari jumlah penduduk 251.160.124 yang

dihitung oleh CIA World population pada tahun 2013, sedangkan di Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 25,7% dari jumlah penduduk 35.253 yang

dihitung oleh Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2013

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Kabupaten Kulon Progo adalah salah satu kabupaten di Provinsi DIY yang

mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan

data Dinas Kesehatan Kulon Progo dari tahun 2012 sampai 2015, insiden

hipertensi mengalami kenaikan dari tahun ketahun dengan jumlah penderita

sebanyak 31.561 kasus pada tahun 2012. Kasus tersebut meningkat pada tahun

2013 menjadi 35.938 kasus. Peningkatan semakin bertambah pada tahun 2014

kasus hipertensi di Kabupaten Kulon Progo menjadi 49.286 kasus. Angka

(23)

hipertensi (Dinas Kesehatan Kulon Progo, 2015). Data dari Dinas Kesehatan

Daerah Istimewa Yogyakarta tidak didapatkan secara rinci atau lengkap karena

data yang ada dibuku tidak lengkap untuk data penderita hipertensi di Wilayah

Yogyakarta.

Hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi angka kejadian hipertensi yang

terus meningkat perlu dilakukan penatalaksanaan. Penatalaksanaan hipertensi

yang sudah terjadi bisa dengan mengurangi jumlah asupan natrium atau garam

dalam tubuh dan memperbanyak konsumsi buah yang segar seperti jeruk dan

buah lainnya. Menghindari makanan yang diawetkan dalam kaleng karena dapat

meningkatkan kadar natrium (Vitahealth, 2005). Berhenti merokok serta berhenti

mengkonsumsi alkohol, perbanyak olahraga, hindari stress dapat mengurangi

angka tekanan darah tinggi diluar batas normal (Corwin, 2009). Wajib bagi yang

memiliki tekanan darah tinggi mengecek dan mengontrol tekanan darah dalam

batas normal serta teratur mengkonsumsi obat antihipertensi (Sudoyo, Setiyohadi,

Alwi, Simadibrata, Setiati, 2010).

Obat antihipertensi terbukti dapat mengontrol tekanan darah pasien yang

menderita hipertensi dalam batas stabil. Obat antihipertensi berperan dalam

menurunkan angka kejadiaan komplikasi yang bisa terjadi akibat tidak stabilnya

tekanan darah pasien. Komplikasi yang bisa terjadi akibat penyakit hipertensi

salah satunya adalah stroke dengan prevalensi pasien yang memiliki riwayat

hipertensi sebanyak 95% pasien. (Burhanuddin, Wahiduddin, dan Jumriani,

(24)

Penggunaan antihipertensi tidak akan cukup untuk mengontrol tekanan darah

untuk jangka panjang bila tidak didukung dengan kepatuhan pasien dalam minum

obat antihipertensi tersebut. Problem ketidakpatuhan pasien dalam minum obat

tersebut umum ditemui pada pasien yang memiliki penyakit kronis dan

memerlukan pengobatan jangka panjang. Harus ada perubahan dalam

meningkatkan pentingnya pasien yang menderita penyakit kronis seperti pasien

yang memiliki tekanan darah atau hipertensi untuk meningkatkan kepatuhan

penggunaan obat pada pasien hipertensi tersebut (Saepudin, Padmasari,

Hidayanti, dan Ningsih, 2013).

Keberhasilan pasien dalam pengobatan pada pasien hipertensi banyak yang

mempengaruhi proses penyembuhan tersebut salah satu faktor keberhasilan

penyembuhan tersebut yaitu kepatuhan pasien dalam minum obat. Pasien

hipertensi dapat mengendalikan tekanan darahnya dalam keadaan stabil. Tetapi

banyak pasien yang tidak patuh mengkonsumsi obatnya dengan teratur, 50%

pasien dengan hipertensi tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk

mengkonsumsi obat hipertensi dimana banyak pasien hipertensi tidak dapat

mengontrol tekanan darahnya dan berujung pada kematian pasien (Morisky dan

Munter, 2009).

(25)

“Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah AzzawaJalla” (HR. Muslim no. 5705).

Berdasarkan hadis diatas menjelaskan bahwa setiap penyakit yang diturunkan

Allah pasti ada obatnya seperti penyakit pada bagian kardiovaskuler yang

berhubungan langsung dengan seluruh oragan tubuh yang ada. Jika tidak diobati

maka akan mempengaruhi kerja organ yang lainnya. Maka itu kepatuhan untuk

berobat pada penderita hipertensi sangat dianjurkan untuk menjaga tekanan darah

dalam keadaan stabil meski penyakit hipertensi ini tidak bisa hilang tetapi dengan

mengkonsumsi obat secara teratur tekanan darah tetap dalam batas yang wajar

atau dalam kondisi stabil (Saepudin, Padmasari, Hidayanti, dan Ningsih, 2013).

Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi dalam

mengkonsumsi obat antihipertensi. Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat

banyak yang mempengaruhi kepatuhan tersebut khususnya pada penderita

hipertensi yaitu pendidikan, pengetahuan, motivasi, hubungan antar pasien

dengan tenaga kesehatan, dukungan dari keluarga, dukungan lingkungan sekitar

maupun sosial (Evadewi dan Luh, 2013). Jarak pelayanan kesehatan

(keterjangkauan pelayanan kesehatan), serta dukungan dari petugas kesehatan

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien

(26)

Data studi kasus yang dilakukan peneliti di Puskesmas Sentolo II terdapat

penderita hipertensi terbanyak pada bulan Sepetember sampai Oktober di Desa

Salamrejo sebanyak 104 responden. Studi pendahuluan yang dilakukan di bulan

November 2015 menyatakan 5 dari penderita hipertensi mengkonsumsi obat

antihipertensi tetapi 3 dari 5 penderita hipertensi tersebut hanya mengkonsumsi

obat saat merasakan kepala pusing dan tungguk leher menjadi kaku.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang ada diatas peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut :

“ Apakah ada hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi

terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui data demografi responden pasien hipertensi di Desa

Salamrejo meliputi nama responden, jenis kelamin responden, umur

responden, pendidikan terakhir responden, jarak pelayanan kesehatan,

lama menderita hipertensi, jumlah obat yang dikonsumsi, dan jenis

(27)

b. Untuk mengetahui kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien

hipertensi di Desa Salamrejo.

c. Untuk mengetahui tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo.

d. Untuk mengetahui keeratan hubungan kepatuhan minum obat

antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa

Salamrejo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi

di perpustakaan dan menambah pengetahuan mengenai ketaatan pasien dalam

meminum obat serta hubungan dengan tekanan darah pasien khususnya pasien

yang memiliki penyakit hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu

keperawatan tentang kepatuhan minum obat karena sangat penting untuk

menjaga tekanan darah dalam batas stabil dan sifat dari kerja obat

hipertensi adalah obat yang dipakai seumur hidup agar tekanan darah tetap

dalam kondisi stabil.

b. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi tentang

(28)

tekanan darah dalam batas stabil dan untuk menghindari komplikasi yang

bisa terjadi dikemudian hari akibat ketidak patuhan minum obat

antihipertensi.

c. Bagi Reponden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keingin tahuan untuk

responden untuk patuh minum obat dan responden sadar akan pentingnya

dalam mengkonsumsi obat serta menjaga tekanan darah dalam batas stabil

dan untuk menurunkan angka terjadi komplikasi dikemudian hari akibat

tekanan darah tinggi atau hipertensi tersebut.

E. PENELITIAN TERKAIT

1. Annisa, Wahiduddin, dan Ansar (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Hipertensi Pada

Lansia Di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar“ penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat hipertensi

pada lansia di Puskesmas Pattingalloang kota Makassar tahun 2013. Jenis

penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross

sectional study. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan, motivasi, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga

dengan kepatuhan berobat hipertensi sedangkan variabel keterjangkauan

pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan kepatuhan berobat hipertensi.

Persamaan penelitian terkait dengan penelitian ini adalah menggunakan

(29)

lokasi penelitian, waktu penelitian dan tehnik pengambilan sampel berupa

simple random sampling sedangkan penelitian yang akan dilakukan

menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Serta

variabel dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu variabel

tunggal sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini megguanakan dua

variabel yaitu variabel dependen dan independen.

2. Evadewi, dan Sukmayanti (2013) dalam penelitianya yang berjudul “Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau

Dari Keperibadian Tipe A Dan Tipe B“. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepatuhan mengkonsumsi obat pasien hipertensi. Jenis penelitaian

ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode komparasi. Tehnik

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tehnik sampling yang digunakan

yaitu purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukan terhadap

perbedaan kepatuhan mengkonsumsi obat antara pasien hipertensi dengan

kepribadian tipe A dan B dan analisis kepatuhan mengkonsumsi obat

berdasarkan usia, jenis kelamin, lama mengalami hipertensi.

Persamaan dalam penelitian ini kepatuhan mengkonsumsi obat pasien hipertensi dengan menggunakan penelitian kuantitatif, meneliti data

demografi yang mencakup usia, jenis kelamin dan lama menggalami

hipertensi. Perbedaan dalam penelitian ini adalah tempat lokasi penelitian,

waktu penelitian serta menggunakan tehnik sampling yang digunakan yaitu

(30)

dengan menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara total sampling

dan dalam penelitian ini memiliki persamaan variabel yaitu variabel dependen

dan independen .

3. Saepudin, Padmasari, Hidayanti, dan Ningsih (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Kepatuhan Pengguanan Obat pada Pasien Hipertensi di

Puskesmas“ tujuan penelitian ini mengetahui kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi dipuskesmas. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

observasional potong lintang dengan melibatkan responden pasien hipertensi

di dua puskesmas di Kabupaten Sleman. Pengukuran yang dilakukan dengan

mengunakan pengukuran tingkat kepatuhan kuesioner MMAS (Morisky

Medication Adherence Scale) dengan 8 pertanyaan yang telah diterjemahkan

kedalam Bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian ini dari jumlah 215

responden yang dilibatkan dalam penelitian diketahui 62,3% patuh

menggunakan obat antihipetensi.

Persamaan penelitian ini adalah instrumen yang digunakan yaitu

pengukuran tingkat kepatuhan kuesioner dengan MMAS (Morisky Medication

Adherence Scale) 8. Perbedaan dari penelitian ini adalah tempat lokasi

penelitian, waktu penelitian dan jenis penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional potong lintang

sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan

metode cross sectional dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Serta

(31)

tunggal sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini megguanakan dua

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari

jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah

beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan

kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).

Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90

mmHg (Syamsudin, 2011). Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg

(Smeltzer dan Bare, 2002). Hipertensi merupakan penyebab utama gagal

jantung, stroke, infak miokard, diabetes dan gagal ginjal (Corwin, 2009).

Hipertensi disebut juga sebagai “pembunuh diam–diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan gejala, Institut Nasional Jantung, Paru

dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak

(33)

harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi

seumur hidup (Smeltzer dan Bare, 2002).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan

menurut Corwin (2009), Irianto (2014), Padila (2013), Price dan Wilson

(2006), Syamsudin (2011), Udjianti (2010) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:

1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor

genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga

yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat

dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.

3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

(34)

dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya karena

dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan

darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan pendeita

hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika

garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk

mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang

seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan

menyebabkan peningkatan pada volume darah seseorang atau dengan

kata lain pembuluh darah membawa lebih banyak cairan. Beban ekstra

yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan

pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan

darah didalam dinding pembuluh darah. Kelenjar adrenal

memproduksi suatu hormon yang dinamakan Ouobain. Kelenjar ini

akan lebih banyak memproduksi hormon tersebut ketika seseorang

mengkonsumsi terlalu banyak garam. Hormon ouobain ini berfungsi

untuk menghadirkan protein yang menyeimbangkan kadar garam dan

kalsium dalam pembuluh darah, namun ketika konsumsi garam

meningkat produksi hormon ouobain menganggu kesimbangan

kalsium dan garam dalam pembuluh darah.

Kalsium dikirim kepembuluh darah untuk menyeimbangkan

kembali, kalsium dan garam yang banyak inilah yang menyebabkan

(35)

garam berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal menyempit dan

menahan aliran darah. Ginjal memproduksi hormone rennin dan

angiostenin agar pembuluh darah utama mengeluarkan tekanan darah

yang besar sehingga pembuluh darah pada ginjal bisa mengalirkan

darah seperti biasanya. Tekanan darah yang besar dan kuat ini

menyebabkan seseorang menderita hipertensi.

Konsumsi garam per hari yang dianjurkan adalah sebesar 1500 – 2000 mg atau setara dengan satu sendok teh. Perlu diingat bahwa sebagian

orang sensitif terhadap garam sehingga mengkonsumsi garam sedikit

saja dapat menaikan tekanan darah. Membatasi konsumsi garam sejak

dini akan membebaskan anda dari komplikasi yang bisa terjadi.

4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat

badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB

ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah

atau hipertensi.

5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup

dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi

itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah

rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan

berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan

darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus

(36)

memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari

alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara

gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa

terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal,

kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit

tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut

hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang paling

banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan

pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai

darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal

akan memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta

ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung,

meningkatkan produksi darah yang mengakibtkan meningkatnya resistensi

pembuluh darah sehingga mengakibtkan hipertensi. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,

coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan

(37)

stress karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga

meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah.

3. Klasifikasi

Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80

mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan The

Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat diklasifikasikan

berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah:

Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII Tahun 2014

Batasan tekanan darah (mmHg)

Kategori

≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes dan

cronic kidney disease

≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta

≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal

≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes

Sumber: The Joint National Commite VIII (2014).

American Heart Association (2014) menggolongkan hasil pengukuran

tekanan darah menjadi:

Tabel 2. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association

Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik Normal <120 mmHg < 80 mmHg Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg Hipertensi stage 3

(keadaan gawat)

≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg

(38)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder (Smeltzer dan Bare, 2002, Udjianti, 2010). Hipertensi

primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya.

Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang

diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis

kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah

peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya

seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi

merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi

sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan

volume intravaskular, luka bakar dan stres (Udjianti, 2010).

4. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah

jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh

dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug).

Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan

sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,

pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi

vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

(39)

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak

kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi

hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam

genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem

saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin,

angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah

(40)

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua

faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

5. Manifestasi

Pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita hipertensi tidak dijumpai

kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat ditemukan

perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan cairan),

penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terdapat edema pupil

(edema pada diskus optikus) (Smeltzer dan Bare, 2002).

Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan

simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai

berdebar–debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian

dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Setiati, Alwi, Sudoyo,

Simadibrata, Syam, 2014). Gejala yang muncul sakit kepala, pendarahan

pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi saat

(41)

Hipertensi dasar seperti hipertensi sekunder akan mengakibatkan

penderita tersebut mengalami kelemahan otot pada aldosteronisme primer,

mengalami peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada sindrom

cushing, polidipsia, poliuria. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan

episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat

berdiri (postural dizzy) (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, dan Syam,

2014). Saat hipertensi terjadi sudah lama pada penderita atau hipertensi

sudah dalam keadaan yang berat dan tidak diobati gejala yang timbul yaitu

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan

menjadi kabur (Irianto, 2014).

Semua itu terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan

ginjal. Pada penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan mengakibatkan penderita mengalami koma karena terjadi

pembengkakan pada bagian otak. Keadaan tersebut merupakan keadaan

ensefalopati hipertensi (Irianto, 2014).

6. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Pengaturan diet

Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan

rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk dapat

mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak langsung menurunkan

resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga perlu

(42)

sebagainya yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi makanan

awetan dalam kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam

makanan (Vitahealth, 2005).

Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan resiko penyakit

kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak jenuh dan mengantinya

dangan lemak polyunsaturated atau monounsaturated dapat menurunkan

resiko tersebut. Meningkatkan konsumsi ikan, terutama ikan yang masih

segar yang belum diawetkan dan tidak diberi kandungan garam yang

berlebih (Syamsudin, 2011).

b. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat

Gaya hidup dapat merugikan kesehatan dan meningkatkan resiko

komplikasi hipertensi seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, minum

kopi, mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), malas berolahraga

(Junaidi, 2002), makanan yang diawetkan didalam kaleng memiliki kadar

natrium yang tinggi didalamnya. Gaya hidup itulah yang meningkatkan

resiko terjadinya komplikasi hipertensi karena jika pasien memiliki

tekanan darah tinggi tetapi tidak mengontrol dan merubah gaya hidup

menjadi lebih baik maka akan banyak komplikasi yang akan terjadi

(Vitahealth, 2005).

Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya hidup yang baik

bagi penderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat badan hingga berat

(43)

Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian juga dapat mengontrol

tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah dan sayuran yang

masih segar dalam konsumsi harian (Syamsudin, 2011).

c. Menejemen Stres

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah, murung,

dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya

komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi

diharapkan mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk

relaksasi, dan istrirahat (Lumbantobing, 2003). Olahraga teratur dapat

mengurangi stres dimana dengan olahraga teratur membuat badan lebih

rileks dan sering melakukan relaksasi (Muawanah, 2012).

Ada 8 tehnik yang dapat digunakan dalam penanganan stres untuk

mencegah terjadinya kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien

hipertensi yaitu dengan cara : scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi

kesadaran, hipnotis atau visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot

progresif, olahraga dan terapi musik (Sutaryo, 2011).

d. Mengontrol kesehatan

Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan

darah. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru

menyadari saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita hipertensi

dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi

(44)

keberhasilan pengendalian tekanan darah (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,

Simadibrata, dan Setiati, 2010). Keteraturan berobat sangat penting untuk

menjaga tekanan darah pasien dalam batas normal dan untuk

menghindari komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit hipertensi

yang tidak terkontrol (Annisa, Wahiduddin, dan Jumriani, 2013).

e. Olahraga teratur

Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan

kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksut adalah

latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak jalan,

berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahraga secara teratur

dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin, 2009).

Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran dan

kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin bukan

bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksud yaitu latihan

ringan seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).

f. Manajemen pengobatan hipertensi (Farmakologi hipertensi) menurut

Ganiswarna, Setiabudy, Suyatna, Purwantyyastuti, dan Nafrialdi, (2005),

Syamsudin (2011), Tjay, dan Rahardja (2010), Sukandar, Andrajati,

(45)

1) Prinsip pengobatan dengan antihipertensi adalah sebagai

berikut:

a) Tujuan pengobatan hipertensi yaitu untuk mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah

tinggi.

b) Manfaat terapi hipertensi menurunkan tekanan darah dengan

antihipertensi yang telah terbukti menurunkan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskular, yaitu stroke, iskemia jantung,

gagal jantung kongestif, dan memberatnya hipertensi.

c) Memutuskan untuk memulai pengobatan hipertensi tidak

hanya ditentukan dengan tingginya tekanan darah tetapi

adanya faktor rsiko penyakit kardiovaskuler lainnya.

d) Mulai pengobatan dengan suatu obat dosis rendah (jika

tekanan darah tidak dikendalikan). Penderita hipertensi pada

tahap awal atau tahap 1 memulai dengan jenis obat

antihipertensi diuretik, - bloker, penghambat ACE, antagonis Kalsium dan α - bloker dengan memodifikasi pola

hidup serta menjonsumsi obat monoterapi antihipertensi.

e) Mulai dengan satu obat juga bisa mengobati dan atau tidak

mengganggu suatu kondisi yang ada contoh obat yang bisa

digunakan yaitu jenis diuretik: diuretik tiazid

(46)

Xipamid), beta bloker (kardioselektif: asebutolol, atenolol,

bisopronol, metoprolol, Nonselektif: alprenolol, karteolol,

nedolol,oksprenolol), Alfa bloker: Doxazosin, prazosin,

terazosin, terazosin, bunazosin, labetalol, Penghambat ACE:

kaptropil,lisinopril,enalapril,benazepril,delapril,fosinopril,kui

napril, perinderopil,ramipril,silazapril, Antagonis kalsium:

Verapamil, diltiazem, nifedipin).

f) Tambahkan obat kedua dari kelas obat yang berbeda

(pelengkap) jika tekanan darah tidak dikontrol dengan dosis

sedang untuk agen pertama, obat antihipertensi lainnya yang

bisa digunakan yaitu vasodilator langsung, adrenolitik sentral (α2 agonis) dan penghambat saraf adrenergik ini semua

bukan jenis obat monoterapi tahapan pertama antihipertensi

tetapi merupakan obat antihipertensi tambahan.

g) Mulai dengan obat yang mungkin paling mudah ditoleransi

oleh pasien. Kepatuhan jangka panjang berkaitan dengan

tolerabilitas dan khasiat obat pertama yang digunakan.

Rekomendasi yang diberikan WHO menganjurkan lima jenis

obat yaitu diuretik, - bloker, penghambat ACE, antagonis Kalsium dan α - bloker.

h) Gunakan terapi diuretik jika ada dua obat yang digunakan,

(47)

i) Gunakan diuretik tiazid hanya dengan dosis rendah 25mg/

hari untuk hidroklorotiazida atau obat yang ekuivalen,

kecuali ada alasan yang mendesak.

j) Gunakan terapi kombinasi dosis rendah, jika diperlukan,

sebagai terapi awal.

k) Suatu diuretik dengan penyekat (beta), ACE inhibitor , atau antagonis angiotensin II.

l) Suatu kalsium antagonis denga ACE inhibitor atau penyekat (beta).

m) Satu atau dua obat akan mengendalikan tekanan darah pada

90% pasien hipertensi. Cara untuk mendapatkan tekanan

darah diastolik < 90 mmHg, sekitar 70% kasus memerlukan

dua obat.

n) Jika terjadi komplikasi yang terjadi jika hipertensi dengan

diabetes kombinasi obat memiliki resistensi insulin. Pada

kasus ini digunakan suatu penghambat ACE atau -bloker selektif. Jika terdapat kontraindikasi terhadap kelompok ini,

dianjurkan untuk obat-obat lain seperti alfa-bloker dan

angiotensin kalsium. Komplikasi yang disertai gagal jantung dengan diuretika, -bloker, atau ACE inhibitor. Hipertensi dengan angina pectoris dengan -bloker, atau antagonis

(48)

menggunakan ACE inhibitor. Hipertensi disertai infark jantung menggunakan -bloker, atau ACE Inhibitor.

2) Obat Antihipertensi

Antihipertensi adalah agen yang menurunkan tekanan darah

tinggi (Dorland, 2012). Rekomendasi obat antihipertensi menurut

World Health Organization (WHO) 2003 dan The Joint National

Committee (JNC VIII) tahun 2014 adalah :

a. Diuretik adalah obat yang menghambat reabsorbsi natrium dan

air di bagian asenden ansa henle (Dorland, 2012). Diuretika

adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang

lebih banyak. Menghambat reabsorpsi garam di tubulus distal

dan membantu reabsopsi kalium. Jika pada peningkatan

ekskesi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam–garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika

(Gray, Dawkins, Morgan, Simpson, 2005).

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi respon

diuretik. Pertama, diuretik mereabsorpsi sedikit sodium akan

memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan

diuretik yang bekerja pada daerah yang mereabsorpsi banyak

sodium. Kedua, status fisiologi organ akan memberikan

(49)

jantung, sirosis hati, dan gagal ginjal. Ketiga, interaksi anatara

obat dengan reseptor (Syamsudin, 2011).

Jenis diuretika berdasarkan cara kerjanya menurut Sutedjo

(2008) :

a) Menghambat reabsorbsi Natrium dan air dari Tubulus

Ginjal dan Ansa Henle, misalnya: Tiazid dan Derifatnya

(Chlortalidon, Hidroklorotiazid, Indopamid, Sipamid)

merupakan Diuretika potensi sedang mampu

mengesresikan 5-10% Natrium yang difiltrasikan

Glomerulus, Diuretika Loop atau High Celling

(Furosemid, Bumetanide,Asam Etakrinat) Diuretik kuat

dibanding Tiazid, dapat mengekresikan 15-30% Natrium

yang difiltrasikan Glomerulus, dan bekerja banyak pada

Anse Henle Asenden (Loop).

b) Diuretik osmotik yaitu menarik cairan jaringan peritubuler

menuju tubulus dan menambah jumlah kencing karena

adanya perbedaan tekanan osmotis antara intratubuler dan

peritubuler.

c) Antagonis Aldosteron (spironolakton) digunakan untuk

diuretik, pengurangan oedema, hiperaldosteron primer

(50)

b. Penyekat α (α - Blocker)

Obat golongan ini bekerja dengan menghambat reseptor α, tetap hambatan reseptor α (alpha) tergantung dari perbedaan profil

farmakokinetiknya. Obat golongan ini bekerja dengan menghambat

efek vasokonstriktor epinefrin dan norepinefrin. Efek ini menyebabkan

vasodilatasi arteriola dan resistensi vascular perifer yang lemah.

Kombinasi efek penurunan resistensi vascular perifer dan penurunan

kembalinya pembuluh vena menyebabkan terjadinya hipotensi

ortostatik khususnya pada dosis awal (first dose effect). Efek antihipertensi dari penyekat α dapat menurunkan tekanan darah 10/10

mmHg dan meningkatkan kadar HDL. Prazosin dapat digunakan pada

penderita asma sebab memiliki efek sebagai relaksan ringan pada otot polos bronkus. Penyekat α dapat digunakan pada hipertensi dengan prostatis sebab penyekat α dapat mengurangi gejala urinary hesitancy

dan spasme leher kandung kemih yang berhubungan dengan hipertrofi

prostat.

c. Penyekat b (b- Blocker)

Golongan obat ini memiliki efek kronotropik dan inotropik negative

yang menyebabkan penurunan tekanan darah dan menurunkan curah

(51)

dapat menyebabkan penurunan sekresi renin yang berperan didalam

sistem renin angiotensin aldosteron dan menurunkan tekanan darah.

d. ACE Inhibitor

Angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor memiliki efek dalam

penurunan tekanan darah melalui penurunan resistansi perifer tanpa

disertai dengan perubahan curah jantung, denyut jantung, maupun laju

filtrasi glomerolus. Penurunan tekanan darah melalui penghambatan

sistem renin angiotensin aldosteron (RAA). Renin merupakan enzim

yang disekresi terutama dari sel jukstaglomeruler di bagian arteriol

aferen ginjal dan menyebabkan perangsangan pada sitem RAA

sehingga menurunkan tekanan darah, penurunan konsentrasi ion Na+

sehingga dapat menurunkan tekanan darah, nyeri, dan stres. Pada

sistem RAA, kerja ACE inhibitor adalah menghambat enzim ACE

yaitu suatu enzim yang dapat menguraikan angiotensin I menjadi

angitensin II. Angiotensin II merupakan suatu vasokonstriktor yang

pontensial merangsang korteks adrenal untuk menyitesis dan

menyekresi aldosteron dan secara langsung menekan pelepasan renin.

Enzim ACE juga dapat mendegradasi bradikinin dari bentuk aktif.

ACE Inhibitor dapat menyebabkan bradikinin tidak terdegradasi dan

terakumulasi di saluran pernafasan dan paru sehingga menimbulkan

(52)

sering terjadi, insidennya sampai 10 – 20% lebih sering pada wanita dan terjadi pada malam hari.

e. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Obat-bat yang mempengaruhi jalur sistem renin angiotensin (RAS)

antara lain adalah ACE inhibitor dan A II RA. Tampaknya A II RA

merupakan obat yang mempunyai prospek yang baik karena obat ini

mampu memblok kerja semua angiotensin II yang terbentuk baik

melalui jalur ACE atau non-ACE. A II RA dapat secara selektif

memblok kerja Angiotensin II pada reseptor AT, sehingga A II RA

disamping menurunkan tekanan darah juga mempunyai kemampuan

melindungi organ-organ lain (end organ protection).

Terdapat dua tipe reseptor yaitu AT1 dan AT2 dengan efek kerja yang

berbeda. Angiotensin II yang seharusnya bekerja pada reseptor AT1

akan diblokade oleh A II RA sehingga terjadi penurunan tekanan

darah, penurunan retensi air dan sodium, serta penurunan aktivitas

seluler yang merugikan (antaralain hiperetrofi sel dan lain-lain).

Angiotensin II yang terakumulasi akan kerja di reseptor AT2 dengan

efek berupa vasodilatasi dan antiproliferasi. Akhirnya rangsangan

reseptor AT2 akan bekerja sinergis dengan efek hambatan pada

(53)

f. Antagonis Kalsium

Penghambat kanal kalsium merupakan senyawa heterogen yang

memiliki efek bervariasi pada otot jantung, nodus, SA, konduksi AV,

pembuluh darah perifer, dan sirkulasi koroner. Senyawa penghambat

kanal kalsium tersebut adalah nifedipin, nikardipin, nimodipin,

felodipin, isradipin, amlodipin, verapamil, diltiazem, bepridil, dan

mibefradil. Ion kalsium berperan penting dalam mengatur kontraksi

otot polos dan rangka, serta tampilan jantung normal dan sakit.

Antagonis kalsium banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi

dengan cara mengambat masuknya ion kalsium kedalam sel otot polos

melalui penghambatan kanal ion kalsium yang bergantung pada

tegangan (tipe I). Ada dua macam kanal ion kalsium pada membrane

sel eksitabel yaitu voltage operated channel (VCO) yang terbuka oleh

depolarisasi dan receptor operated channel (ROC) yaitu kalsium yang

terbuka oleh neurotransmitter tanpa terjadi depolarisasi. Selanjutnya

VOC dapat dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu kanal N(neuronal),

T(transien), dan L (long lasting). Kanal N terutama terutama terdapat

pada jaringan saraf, sedangkan kanal T terdapat pada pacemaker dan

jaringan konduksi. Kanal N dan T tidak sensitive terhadap antagonis

kalsium sedangkan kanal L sangat sensitive terhadap antagonis

(54)

Kanal L terdiri atas lima subunit yaitu α1, α2, , dan δ sedangkan reseptor antagonis kalsium terdapat pada subunit α1.

Terapi Farmakologi menurut Departemen Kesehatan (DepKes,

2006) Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi menjelaskan

ada 9 kelas obat antihipertensi : diuretik, penyekat beta, penghambat

enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin

(ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi

utama.

7. Komplikasi

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya menurut Price dan Wilson (2006), Corwin (2009), Vitahealth

(2005), Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014)

seperti :

a. Payah Jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung tidak

mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi

karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.

b. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena tekanan

darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah

lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka

Gambar

Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII Tahun 2014
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3 Definisi operasional variabel penelitian
Gambar 2 Hubungan Antar Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat, status gizi, dan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton

Dari analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat kepatuhan diet dengan tekanan darah pada pasien hipertensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia hipertensi di posbindu Sumber Sehat desa Kangkung

3 I Putu Bayu Triguna dan I Wayan Sudhana, dengan judul: Gambaran kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petang II Kabupaten

Uji analisis kruskal-wallis didapatkan p=0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tingkat kepatuhan terapi obat antihipertensi dengan tekanan

Berdasarkan 8 artikel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi masih sangat rendah, hal ini dapat menyebabkan tekanan

Kesimpulan Dari hasil yang di simpulkan Kepatuhan minum obat kategori patuh sebanyak 22 responden sebesar 36,67%, Pasien hpertensi program prolanis yang dalam kategori hipertensi

2-tailed menunjukkan nilai p= 0,016 < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Puskesmas Airmadidi Kabupaten