• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Aplikasi Pemanfaatan Efek Dingin Tanah (Ground Cooling) Untuk Pengkondisian Udara Sebuah Ruangan Dengan Luas Bangunan 68,31 m2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Aplikasi Pemanfaatan Efek Dingin Tanah (Ground Cooling) Untuk Pengkondisian Udara Sebuah Ruangan Dengan Luas Bangunan 68,31 m2"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN APLIKASI PEMANFAATAN EFEK DINGIN TANAH

(GROUND COOLING) UNTUK PENGKONDISIANUDARA

PADA SEBUAH RUANGAN DENGAN LUAS BANGUNAN

68,31 m

2

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

LOBENYMARKUS HEZEKIEL SINAGA NIM. 070401050

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Salah satu potensi yang bisa didapatkan dari tanah adalah efek penyimpan

dingin atau sering disebut groundcooling. Pemanfaatan efek groundcooling dapat

dilakukan dalam banyak hal, salah satunya adalah untuk pengkondisian udara.

Pada skripsi ini, efek dingin tanah (groundcooling) dimanfaatkan sebagai media

pengkondisian untuk sebuah ruangan dengan luas 68,31 m2 dengan menggunakan sebuah kontainer dengan ukuran 0,65 m x 0,4 m x 0,5 m. Analisa pemanfaatan

efek groundcooling ini dilakukan secara analitik dan numerik menggunakan

perangkat lunak CFD. Dengan memanfaatkan efekgroundcooling, kontainer ini

dapat menurunkan temperatur udara yang akan disemprotkan ke dalam ruangan

hingga 3,37420 C. Penurunan temperatur ini menunjukkan bahwa efek

groundcooling memiliki potensi untuk pengkondisian udara. Karena udara yang

ditarik masuk ke dalam kontainer berasal dari lingkungan dan ditarik hanya

dengan menggunakan sebuah blower, maka siklus ini dapat menghemat

pemakaian energi listrik.

Kata Kunci : Groundcooling, kontainer, CFD

ABSTRACT

One of the potency that can be obtained from the ground is the cold

storage effect, or often called groundcooling. The utilization groundcooling effect

can be done in many things, one of them is for air conditioning. In this minithesis,

groundcooling are used as the conditioning media for a room with 68.31 m2 wide,

by using a container with 0.65 m x 0,4 mx 0,5 m size. The utilization analysis for

groundcooling effect is computed analytically and also numerically computation

by using CFD software. By utilizing groundcooling effect, this container can make

the air temperature which is squirted to the room decrease until 3.37420 C. This

decreasing temperature showed that groundcooling effect has a potency for air

conditioning. Because of the air which is pulled off into container to be

descended from the environment, pulled off only by using a blower, so the circles

can be economized electrical energy consumption.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Bijaksana, untuk kasih dan berkat

dari Nya yang membuat penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“KAJIAN APLIKASI PEMANFAATAN EFEK DINGIN TANAH (GROUND COOLING) UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH

RUANGAN DENGAN LUAS BANGUNAN 68,31 m2”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan

Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub bidang Konversi Energi,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis. Namun atas berkat Yang Maha Baik, dorongan, semangat, doa dan

bantuan baik materiil, moril, maupun spirituil dari berbagai pihak akhirnya skripsi

ini dapat diselesaikan. Sebagai seorang manusia yang harus sadar diri, dengan

segala kerendahan hati dan penuh ketulusan, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita ST., MT. selaku Dosen pembimbing skripsi,

yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, kritik, dan

motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr.Ing. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera.

4. Kedua orang tua penulis, Drs. Bosahar Benedictus, SE dan Asni

Marhaeniawaty Lumbantobing, SH yang tidak pernah putus-putusnya

memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.

5. Amangboru dan Namboru, Sahat H. Silitonga, S.Si dan Suzanna A. Sinaga,

S.Pd yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang telah

(4)

7. Seluruh jajaran Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Mesin FT USU.

8. Adik-adik penulis, Rian Martino Damanik, Debora G. Sinaga dan Rachel

Kezia Sinaga yang selalu memberi dukungan dalam mencapai cita-cita.

9. Rekan-rekan satu tim kerja, Marco Susanto, Satria Su, dan terkhusus

Defriandry Dinata Siregar yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan saran dan kritik.

10.Seluruh rekan mahasiswa stambuk 2007 khususnya Rico Manurung, Juliarto

H. Siahaan, dan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, yang

telah bersama-sama penulis melewati masa-masa indah menjadi mahasiswa

Departemen Teknik Mesin FT USU. Solidarity Forever...

11.Segenap jajaran Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Mesin FT USU

2010/2011.

12.Rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin, senior dan junior, yang tidak mungkin

untuk disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis akan berterima kasih dan dengan segala kerendahan hati menerima

saran, usul, dan kritik yang sifatnya membangun, demi tercapainya tulisan yang

bernilai edukatif dan bermanfaat.

Tak ada gading yang tak retak…

Akhir kata, penulis merindukan semoga tulisan ini dapat memberi manfaat

kepada pembaca. Dan apabila ada kekhilafan baik tutur maupun laku penulis,

mohon maaf dari para pembaca yang budiman.

Terima kasih

Medan, Oktober 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR SIMBOL ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 4

1.3 Manfaat Penelitian... 6

1.4 Batasan Masalah ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Umum Penggunaan Groundcooling... 8

2.2 Pengkondisian Udara/Refrijerasi ... 10

2.2.1 Sejarah Pengkondisian Udara dan Perkembangannya ... 10

2.2.2 Pengertian Pengkondisian Udara ... 10

2.2.3 Aplikasi Pengkondisian Udara ... 11

2.2.4 Siklus-siklus yang Digunakan Pada Teknik Pengkondisian Udara………...12

2.3 Kenyamanan Udara Untuk Manusia ... 16

2.4 Psikometrik... 19

2.5 Teori Computational Fluid Dynamics (CFD) ... 26

2.5.1 Penggunaan CFD ... 30

2.5.2 Metode Diskritisasi Pada CFD ... 31

2.5.3 Manfaat CFD ... 32

2.5.4 Proses Simulasi CFD ... 33

2.5.5 Langkah Penyelesaian Masalah Pada CFD ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Waktu Dan Tempat ... 35

(6)

3.1.1 Alat ... 37

3.1.2 Bahan ... 37

3.3 Prosedur Penelitian ... 38

3.4 Variabel Riset ... 39

BAB IV ANALISA GROUNDCOOLING ... 40

4.1 Hasil Pengukuran ... 41

4.1.1 Hasil Pengukuran Dengan HOBO Micro Station Data Logger………...41

4.1.2 Hasil Pengukuran Temperatur Ruangan Beban ... 43

4.1.3 Hasil Pengukuran Temperatur Tanah ... 52

4.2 Analisa Potensi Penggunaan Groundcooling ... 55

4.3 Perhitungan Beban Pendingin pada Ruangan Beban ... 55

4.3.1 Gambar Ruangan Beban ... 56

4.3.2 Data-data Ruangan ...56

4.3.3 Analisa Beban Pendingin ...58

BAB V PROSES DAN ANALISA SIMULASI ... 72

5.1 Pendahuluan ... 72

5.2 Simulasi Aliran Udara yang Dialirkan Melalui Kontainer... 72

5.2.1 Pemodelan Domain Komputasi………..73

5.2.2 Diskritisasi………..74

5.2.3 Penetapan Kondisi Batas (Boundary Condition)………...75

5.2.4 Analisa Hasil Simulasi ... 76

5.3 Simulasi Aliran Udara yang Dialirkan Melalui Kontainer... 78

5.3.1 Pemodelan Domain Komputasi………. 78

5.3.2 Diskritisasi………..78

5.3.3 Penetapan Kondisi Batas (Boundary Condition)………...79

5.3.4 Analisa Hasil Simulasi ... 79

5.4 Simulasi Aliran Udara yang Dialirkan Melalui Kontainer... 81

5.4.1 Pemodelan Domain Komputasi………..81

5.4.2 Analisa Hasil Simulasi ... 82

5.4.3 Pemodelan Domain Komputasi………..82

(7)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 84

6.1 Kesimpulan... 84

6.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN A ( Data Temperatur Udara Harian ) ... 88

LAMPIRAN B ( Data Temperatur Tanah ) ... 91

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Udara ... 15

Gambar 2.2 Prediksi Skema Siklus Pendingin Dengan Memanfaatkan Efek Dingin Tanah ... 16

Gambar 2.3 Perpindahan Panas Pada Tubuh Manusia ... 17

Gambar 2.4 Proses Konveksi Pada Tubuh Manusia ... 18

Gambar 2.5 Proses Radiasi Pada Tubuh Manusia ... 18

Gambar 2.6 Proses Evaporasi Pada Tubuh Manusia ... 19

Gambar 2.7 Perubahan Temperatur Menjadi Bola Basah ... 22

Gambar 2.8 Grafik Psikometrik ... 26

Gambar 2.9 Hukum Kekekalan Massa Pada Sebuah Elemen Fluida 3 Dimensi ... 27

Gambar 2.10 Hukum Kekekalan Momentum Arah Sumbu-X Pada Sebuah Elemen Fluida 3 Dimensi ... 28

Gambar 2.11 Kerja Yang Dikenakan Pada Sebuah Elemen Arah Sumbu-X ... 29

Gambar 2.12 Fluks Panas Yang Melintasi Sebuah Elemen ... 29

Gambar 2.13 Volume Kontrol 1 Dimensi ... 32

Gambar 2.14 Diagram Alir Penyelesaian Masalah Pada CFD ... 35

Gambar 3.1 HOBO Micro Station Data Logger ... 37

Gambar 3.2 AGILLENT Sistem Akuisisi Data... 38

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Penelitian ... 39

Gambar 4.1 Skema Pemasangan Sensor Termokopel Pada 16 Titik di Ruangan Beban ... 49

Gambar 4.2 Denah Ruangan Beban... 61

Gambar 5.1 Model Kontainer Yang Digunakan Dalam Tampilan 3D dan Tampilan Grid ... 78

Gambar 5.2 Proses Pendinginan Saat Udara Melewati Kontainer ... 79

Gambar 5.3 Kontur Temperatur Aliran Udara Pada Kontainer ... 81

Gambar 5.4 Kontur Kecepatan Aliran Udara Melewati Reservoir ... 82

(9)

Gambar 5.6 Kontur Temperatur Ruangan Beban Sebelum

Dipasangi Groundcooling pada menit ke-10 ... 80

Gambar 5.7 Kontur Temperatur Ruangan Beban Sebelum

Dipasangi Groundcooling pada menit ke-50 ... 80

Gambar 5.8 Kontur Temperatur Ruangan Beban Sebelum

Dipasangi Groundcooling pada menit ke-100 ... 81

Gambar 5.9 Model Ruangan Beban yang Akan Disimulasikan ... 81

Gambar 5.10 Kontur Temperatur Ruangan Beban Sesudah

Dipasangi Groundcooling pada menit ke-10 ... 82

Gambar 5.11 Kontur Temperatur Ruangan Beban Sesudah

Dipasangi Groundcooling pada menit ke-50 ... 83

Gambar 5.12 Kontur Temperatur Ruangan Beban Sesudah

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Intensitas Matahari Maksimum Harian kondisi Juni 2011 ... 40

Grafik 4.2 Temperatur Udara Maksimum Harian kondisi Juni 2011 ... 41

Grafik 4.3 Intensitas Matahari Maksimum Harian kondisi Juli 2011 ... 41

Grafik 4.4 Temperatur Udara Maksimum Harian kondisi Juli 2011 ... 42

Grafik 4.5 Intensitas Matahari Maksimum Harian kondisi Agustus 2011 ... 42

Grafik 4.6 Temperatur Udara Maksimum Harian kondisi Agustus 2011 ... 43

Grafik 4.7 Temperatur Titik 1 pada Ruangan Beban ... 44

Grafik 4.8 Temperatur Titik 2 pada Ruangan Beban ... 45

Grafik 4.9 Temperatur Titik 3 pada Ruangan Beban ... 45

Grafik 4.10 Temperatur Titik 4 pada Ruangan Beban ... 45

Grafik 4.11 Temperatur Titik 5 pada Ruangan Beban ... 46

Grafik 4.12 Temperatur Titik 6 pada Ruangan Beban ... 46

Grafik 4.13 Temperatur Titik 7 pada Ruangan Beban ... 46

Grafik 4.14 Temperatur Titik 8 pada Ruangan Beban ... 47

Grafik 4.15 Temperatur Titik 9 pada Ruangan Beban ... 47

Grafik 4.16 Temperatur Titik 10 pada Ruangan Beban ... 47

Grafik 4.17 Temperatur Titik 11 pada Ruangan Beban ... 48

Grafik 4.18 Temperatur Titik 12 pada Ruangan Beban ... 48

Grafik 4.19 Temperatur Titik 13 pada Ruangan Beban ... 48

Grafik 4.20 Temperatur Titik 14 pada Ruangan Beban ... 49

Grafik 4.21 Temperatur Titik 15 pada Ruangan Beban ... 49

Grafik 4.22 Temperatur Titik 16 pada Ruangan Beban ... 49

Grafik 4.23 Temperatur Udara Rata-rata pada Ruangan Beban ... 50

Grafik 4.24 Temperatur Tanah Kedalaman 1 m ... 52

Grafik 4.25 Temperatur Tanah Kedalaman 2 m ... 52

Grafik 4.26 Temperatur Tanah Kedalaman 3 m ... 53

Grafik 4.27 Temperatur Tanah Kedalaman 4 m ... 53

Grafik 4.28 Temperatur Tanah Kedalaman 5 m ... 53

(11)

Grafik 4.30 Temperatur Tanah Kedalaman 10 m ... 54

Grafik 5.1 Proses Penurunan Temperatur Udara yang Mengaliri Kontainer... 77

Grafik 5.2 Perbandingan antara temperatur udara dalam ruangan sebelum dan

(12)

DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan

Qw Laju perpindahan panas kW

Satuan

�̇� Laju aliran massa kg/s

cpβ Kalor jenis udara kJ/(kg.K)

Uo Koefisien perpindahan panas menyeluruh W/(m2K)

Ao Luas penampang selubung luar pipa m2

do Diameter luar pipa m

di Diameter dalam pipa m

hi Koefisien konveksi permukaan bagian dalam pipa W/(m2K)

ho Koefisien konveksi permukaan bagian luar pipa W/(m2K)

ka Konduktifitas termal udara W/(mK)

Pr Bilangan Prandtl -

Re Bilangan Reynold -

v Kecepatan rata-rata fluida m/s

g Percepatan gravitasi m/s2

μ Viskositas udara Pa.s

∆T Perbedaan temperatur oC

COP Coefficient of Performance -

Ts Temperatur permukaan pipa rata-rata oC

L Panjang pipa m

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Temperatur Netral Untuk Berbagai Etnis di Indonesia ... 9

Tabel 4.1 Temperatur Udara pada Ruangan Beban Tiap Jam ... 56

Tabel 4.2 Temperatur Tanah rata-rata untuk masing-masing Variasi Kedalaman ... 60

Tabel 4.3 Beban Pendinginan Dari Atap Ruang Beban ... 64

Tabel 4.4 Beban Pendinginan Dari Dinding A Ruang Beban ... 65

Tabel 4.5 Beban Pendinginan Dari Dinding B Ruang Beban ... 65

Tabel 4.6 Beban Pendinginan Dari Dinding C Ruang Beban ... 66

Tabel 4.7 Beban Pendinginan Dari Dinding D Ruang Beban ... 67

Tabel 4.8 Beban Pendinginan Dari jendela Non Fixed (operable)dinding A Ruang Beban……….67

Tabel 4.9 Beban Pendinginan Dari Jendela Non Fixed (operable)dinding C Ruang Beban………...68

Tabel4.10 Beban Pendinginan Dari jendela Fixed (non operable) type 1 pada dinding A………..69

Tabel4.11 Beban Pendinginan Dari jendela Fixed (non operable) type 2 pada dinding A……… ……… ………… ………..69

Tabel4.12 Beban Pendinginan Dari jendela Fixed (non operable)type 2 pada dinding C………...70

Tabel4.13 Beban Pendinginan Dari Pintu pada dinding B………....70

Tabel4.14 BebanPendingin Total Pada Bangunan………...………..72

Tabel4.15 Beban Pendinginan Akibat Ventilasi……...………....75

Tabel4.16 Beban Pendinginan Akibat Infiltrasi……… 75

Tabel4.17 Total Beban Pendingin Sensibel………...………... 75

(14)

ABSTRAK

Salah satu potensi yang bisa didapatkan dari tanah adalah efek penyimpan

dingin atau sering disebut groundcooling. Pemanfaatan efek groundcooling dapat

dilakukan dalam banyak hal, salah satunya adalah untuk pengkondisian udara.

Pada skripsi ini, efek dingin tanah (groundcooling) dimanfaatkan sebagai media

pengkondisian untuk sebuah ruangan dengan luas 68,31 m2 dengan menggunakan sebuah kontainer dengan ukuran 0,65 m x 0,4 m x 0,5 m. Analisa pemanfaatan

efek groundcooling ini dilakukan secara analitik dan numerik menggunakan

perangkat lunak CFD. Dengan memanfaatkan efekgroundcooling, kontainer ini

dapat menurunkan temperatur udara yang akan disemprotkan ke dalam ruangan

hingga 3,37420 C. Penurunan temperatur ini menunjukkan bahwa efek

groundcooling memiliki potensi untuk pengkondisian udara. Karena udara yang

ditarik masuk ke dalam kontainer berasal dari lingkungan dan ditarik hanya

dengan menggunakan sebuah blower, maka siklus ini dapat menghemat

pemakaian energi listrik.

Kata Kunci : Groundcooling, kontainer, CFD

ABSTRACT

One of the potency that can be obtained from the ground is the cold

storage effect, or often called groundcooling. The utilization groundcooling effect

can be done in many things, one of them is for air conditioning. In this minithesis,

groundcooling are used as the conditioning media for a room with 68.31 m2 wide,

by using a container with 0.65 m x 0,4 mx 0,5 m size. The utilization analysis for

groundcooling effect is computed analytically and also numerically computation

by using CFD software. By utilizing groundcooling effect, this container can make

the air temperature which is squirted to the room decrease until 3.37420 C. This

decreasing temperature showed that groundcooling effect has a potency for air

conditioning. Because of the air which is pulled off into container to be

descended from the environment, pulled off only by using a blower, so the circles

can be economized electrical energy consumption.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebutuhan manusia yang semakin kompleks seiring dengan

perkembangan zaman dalam era globalisasi ini menuntut para engineer untuk

selalu berinovasi, menghasilkan teknologi-teknologi mutakhir. Hal ini

merupakan dampak dari tuntutan untuk mempermudah manusia dalam

melaksanakan proses kehidupannya. Imbas yang muncul dari teknologi yang

mutakhir ini tentunya ketersediaan sumber energi yang jumlahnya semakin

besar, sesuai dengan kemudahan ataupun kenyamanan yang didapatkan dari

teknologi yang mutakhir tersebut. Sampai disini, manusia menemukan kendala

lain yang mutlak harus dipikirkan jalan keluarnya. Penggunaan energi fosil

dewasa ini telah mengakibatkan efek pencemaran yang mana salah satu

dampak yang sangat terlihat dan sering dibicarakan di hampir seluruh belahan

bumi ialah global warming.

Pemanasan global (global warming) adalah kenaikan suhu rata-rata

permukaan bumi yang diakibatkan oleh tingginya kandungan gas-gas rumah

kaca hasil dari pembakaran sumber energi berbasis fosil dan pembabatan

hutan. Sejak dimulainya revolusi industri, umat manusia telah sangat

tergantung kepada penggunaan sumber energi yang berasal dari fosil,

selanjutnya di tulisan ini akan diistilahkan dengan energi fosil. Energi fosil

termasuk minyak bumi, gas alam, dan batubara.

Sebagai gambaran besarnya ketergantungan umat manusia terhadap energi

fosil, Energy Information Administration (EIA), menyebutkan bahwa selama

tahun 2007, konsumsi energi global bersumber dari minyak bumi sebesar

36%, batubara 27.4%, dan gas alam 23.0%. Total penggunaan energi fosil ini

adalah 86.4% dan sisanya dipasok oleh sumber energi lain seperti nuklir,

hydropower, geothermal, angin, surya dan lain-lain. Menurut laporan statistik

penggunaan minyak dunia, yang dikeluarkan British Petroleum (BP), selama

(16)

berubah jauh dengan 2008, maka konsumsi ini berasal dari energi fosil sebesar

409,5 EJ dan sisanya 64,5 EJ dari sumber energi lain seperti nuklir dan

renewable energi. Pembakaran energi fosil ini setara dengan pelepasan 21,3

Gigaton karbon dioksida ke alam, tetapi alam dengan bantuan hutan hanya

mampu menyerap setengah dari jumlah ini. Oleh karena itu akan ada

penambahan karbon dioksida sekitar 10.6 Gigaton pertahun. Jika tidak ada

langkah konkrit, ini akan meningkat terus di tahun-tahun mendatang seiring

dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia. Inilah salah satu yang akan

menyebabkan pemanasan global, dan jika tidak diselesaikan bersama akan

membahayakan kelangsungan hidup bumi sebagai planet yang bisa dihuni

umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Data di tersebut menunjukkan

betapa umat manusia masih sangat bergantung kepada energi fosil dalam

proses kehidupan dan perekonomiannya.

Kondisi Indonesia, tidak jauh berbeda dengan kondisi global saat ini.

Sumber utama energinya masih disuplai oleh energi fosil. Sementara, efisiensi

konversi dan penggunaan energi fosil masih rendah. Menurut laporan statistik

yang dikeluarkan oleh BP, total konsumsi energi Indonesia selama tahun 2007

adalah sebesar 5,18 EJ. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) menyebutkan konsumsi energi ini berasal dari energi fosil sebesar

95%, hidropower 3,4%, panas bumi 1,4%, lainnya 0,2% (data tahun 2003).

Komposisi ini dengan jelas menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi

pada energi fosil. Perbedaan utama permasalahan enegi yang dihadapi

pemerintah Indonesia adalah ketergantungan yang besar kepada minyak bumi.

Pemerintah, pada saat ini fokus pada usaha untuk mengurangi ketergantungan

ini. Efisiensi energi di Indonesia juga sangat buruk. Menurut data, nilai

elastisitas energi yang diolah oleh ESDM dari BP, Indonesia berada pada

angka 1,84, idealnya angka ini dibawah 1. Elastisitas energi adalah

perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan

ekonomi. Jika nilai elastisitas energi suatu negara semakin tinggi, berarti

pemakaian energi semakin tidak efisien. Sebagai perbandingan elastisitas

energi beberapa negara adalah sebagai berikut: Malaysia 1,69, Thailand 1,16,

Singapura 0,73, Jepang 0,1. Kesimpulannya perlu usaha yang serius untuk

(17)

komitmen yang jelas untuk mengelola konsumsi energinya agar lebih

bersahabat dengan lingkungan. Komitment ini dapat dilihat dari pidato

Presiden Yudhoyono pada suatu pertemuan internasional tentang lingkungan

di Nusa Dua Bali, pada Februari 2010. Bahwa Indonesia berkomitmen

mengurangi emisi karbonnya sampai 26% pada tahun 2020. Sudah banyak

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang tujuannya

meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan dan menggunakan energi

dari fosil dengan lebih efisien.

Adapun yang menjadi latar belakang pengajuan skripsi ini ialah salah satu

titik penggunan energi yang cukup besar di Indonesia adalah penggunaan

energi listrik untuk penggerak sistem pengkondisian udara atau AC. Melihat

kondisi iklim serta akan terus meningkatnya taraf hidup masyarakat, diyakini

penggunaan AC kedepannya akan semakin meningkat. Hal ini sangat

berpotensi mengakibatkan pencemaran dikarenakan cairan referijeran yang

dapat merusak lapisan ozon digunakan pada mesin-mesin pendingin yang

menggunakan Siklus Kompresi Uap. Ditambah lagi dengan fakta bahwa

pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh penggunaan bahan bakar

fosil. Oleh karena itu tindakan penghematan energi pada penggunaan AC

sangatlah penting untuk penghematan energi dan mengurangi emisi karbon.

Pada daerah tropis seperti Indonesia yang mempunyai temperatur dan

kelembaban udara yang relatif tinggi, sistem pengkondisian udara didominasi

dengan menurunkan temperatur dan kelembaban udara. Dalam skripsi ini,

digunakan siklus yang menggunakan blower untuk mensirkulasikan udara dan

memanfaatkan rendahnya temperatur tanah untuk efek pendinginan.

1.2Tujuan

Berdasarkan fakta dan fenomena yang didapat, maka saya mengajukan

solusi mendinginkan udara ruangan dengan memanfaatkan efek dingin yang

tersimpan di dalam tanah. Tujuan penelitian ini adalah antara lain:

1. Mendapatkan potensi siklus pendinginan dengan memanfaatkan efek

(18)

2. Mensimulasikan kontainer yang merupakan komponen utama instalasi

groundcooling, untuk mengetahui performansi dan kapasitasnya dalam

memanfaatkan efek dingin tanah.

3. Mensimulasikan proses pendinginan suatu ruangan yang menggunakan

instalasi groundcooling dan tanpa instalasi groundcooling untuk

membuktikan potensi pemanfaatan efek groundcooling.

4. Memberi rekomendasi pemanfaatan efek dingin yang tersimpan didalam

tanah untuk pendinginan ruangan.

1.3Manfaat

Hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat yang besar pada proses penghematan energi. Manfaat

penelitian ini antara lain :

1. Mengurangi penggunaan energi listrik dalam bidang pengkondisian udara,

yang pada akhirnya dapat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak.

2. Memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan teknologi energi

terbarukan bagi Indonesia.

3. Ikut berpartisipasi dalam mengurangi efek pemanasan global dengan

menggunakan sumber energi yang bersih dan ramah lingkungan.

4. Membantu masyarakat kalangan menengah kebawah memperoleh

kenyamanan di dalam ruangan tanpa harus mengeluarkan biaya yang

besar.

1.4Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini akan dibatasi, antara lain:

(1) proses pendinginan hanya dilakukan oleh sifat dingin yang tersimpan di

dalam tanah.

(2) Tidak melibatkan refrigeran (primer maupun sekunder) untuk

mensirkulasikan efek dingin.

(3) energi listrik hanya digunakan untuk mensirkulasikan udara yang

(19)

1.5 Sistematika Penulisan

Hasil daripada penelitian groundcooling ini nantinya akan dibukukan

dalam bentuk laporan skripsi dengan sitematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang teori-teori dasar pengkondisian udara, teknik pendingin,

kenyamanan udara bagi manusia manusia, siklus-siklus pendingin yang biasa

digunakan dalam pengkondisian udara, dan teori computational fluid dynamic

fluent (metode perhitungan dinamika fluida). Pada tinjauan pustaka saya juga

akan menampilkan review beberapa jurnal internasional yang berkaitan dengan

groundcooling.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi mengenai metode penelitian yang dilakukan secara terurut, proses,

analisis serta simulasi yang dilakukan untuk pengolahan data.

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

Berisi tentang data yang diperoleh dari proses, analisa, dan simulasi serta

hasil analisa yang dilakukan, baik secara teoritis maupun numerik dengan

menggunakan perangkat lunak CFD.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa yang dilakukan secara teoritis

maupun simulasi dengan menggunakan perangkat lunak CFD yang merujuk pada

rekomendasi sebuah desain siklus pendinginan yang memanfaatkan efek

dinginyang tersimpan di dalam tanah, serta saran untuk mencegah kekurangan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Penggunaan Groundcooling

Pengkondisian udara dengan memanfaatkan efek dingin tanah atau lebih

dikenal dengan istilah groundcooling, pada saaat ini sudah banyak diteliti dan

diterapkan di beberapa negara. Namun cikal bakal dari prinsip kerja siklus

pendinginan dengan memanfaatkan efek dingin tanah ini sudah ada sejak zaman

prasejarah, yang tanpa disadari sudah diterapkan oleh manusia-manusia gua yang

hidup pada zaman itu.

Telah banyak riset yang dilakukan untuk mengembangkan ide ini di

berbagai belahan dunia. Temperatur tanah yang cenderung konstan sepanjang

tahun memiliki potensi yang besar untuk menjadi media pengkondisian udara,

baik sebagai pendingin pada musim panas maupun penghangat pada musim

dingin. Metode yang digunakan pun semakin bervariasi guna memperoleh

efisiensi dan COP terbaik, seperti earth-air heat exchanger (EAHE), ground air

collector, dan metode lainnya.

Mengutip dari beberapa jurnal internasional, antara lain seperti yang

dilakukan oleh M. K. Ghosal, dkk [2004] yang menguji efektifitas dari ground

cooling EAHE yang diterapkan pada sebuah greenhouse, New Delhi, India.

Diperoleh bahwa dengan sistem ini dapat menaikkan temperatur udara 6-70C lebih tinggi dari temperatur udara luar selama musim dingin dan menurunkan

udara greenhouse 3-40 C lebih rendah dari temperatur udara luar selama musim panas.

F. Al Ajmi, dkk [2005] mengetahui bahwa groundcooling dapat

menurunkan temperatur udara ruangan sebesar 2,80 C selama pertengahan juli (musim panas). Penelitian yang dilakukan berlokasi di Kuwait selama 5 bulan dan

mengklaim dapat menghemat daya pemakaian beban pendingin sebuah rumah

moderat sebesar 30% atau sekitar 1700 W.

Mustafa Inalli, dkk [2004] melakukan pengujian di Turki selama Juni

hingga September pada tahun 2003 dan memperoleh COP sebesar 2,01 untuk

sistem EAHE yang ditanam di tanah dengan kedalaman 2 m. Pengujian ini

(21)

Senada dengan M. K. Ghosal, dkk [2004], G. N. Tiwari, dkk [2006] New

Delhi, India mengklaim bahwa groud cooling EAHE dapat menyimpan potensi

energi penghangatan di kota New Delhi rata-rata 11,55 MJ dan energi

pendinginan rata-rata 18,87 MJ pada Januari hingga Juni.

Selain itu, di negara tetangga kita Malaysia, G. Reinmann, dkk [2007]

telah melakukan riset dan mendapatkan kesimpulan bahwa groundcooling

teknologi cooltek pada rumah, hampir secara kontinu dapat mengalirkan udara

bertemperatur 27,20 C ke dalam rumah. Temperatur yang diperoleh ini cukup nyaman bagi orang-orang yang hidup di daerah khatulistiwa dengan iklim tropis

yang panas.

Temperatur yang nyaman bagi manusia itu sendiri cukup relatif, seperti

riset yang diadakan oleh Tri Harso Karyono [2000] di Indonesia diketahui bahwa

suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki perbedaan pada tingkat temperatur

yang dirasa nyaman untuk seseorang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

inidapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Temperatur Netral Untuk Berbagai Etnis di Indonesia (Tri Harso

Karyono, 2000)

Neutral Temperatur

Ethnic Group Ta (0C) To (0C) Teq (0C)

1 Aceh (n=6) 24,3 24,3 23,4

2 Tapanuli (n=23) 25,9 26,2 24,6

3 Minang (n= 27) 26,9 27,4 25,7

4 Other Sumatera (n=16) 26,6 27,0 25,7

5 Betawi (n=23) 27,0 27,3 25,9

6 Sundanse (n=86) 26,4 26,6 25,0

7 Javanese (n=232) 26,4 26,7 25,2

8 Other Indonesian (n=62) 26,9 27,4 26,2

Walaupun angkanya cukup bervariasi namun dapat dilihat bahwa

temperatur operasi yang nyaman bagi orang Indonesia berkisar dari 24-280 C. Apabila kita dapat memanfaatkan efek groundcooling ini sebagai salah satu media

(22)

menguntungkan. Karena, selain teknologi ini ramah lingkungan sehingga ikut

mengatasi efek pemanasan global yang menjadi momok saat ini, juga dapat

menghemat energi dan bersifat ekonomis dari segi keuangan. Namun pada skripsi

ini, teknologi groundcooling tersebut tidak akan langsung diteruskan pada proses

fabrikasi. Hal ini disebabkan karakteristik tanah yang ada di daerah Medan

memiliki perbedaan dengan karakteristik tanah yang menjadi objek pada

jurnal-jurnal tersebut.

2.2 Pengkondisian Udara/Refrijerasi

2.2.1 Sejarah Pengkondisian Udara dan Perkembangannya

Sekitar abad ke-15, seorang ilmuan berkebangsaan Italia Leonardo de

Vinci, merancang sistem ventilasi udara pada sejumlah ruangan untuk para istri

sahabatnya. Pada saat itu, sistem ventilasi tersebut menggunakan kipas yang

digerakkan oleh tenaga air. Hal ini mungkin merupakan cikal bakal teknik

pendinginan/pengkondisian udara pada suatu ruangan tertutup secara otomatis.

Perkembangan selanjutnya lainnya, tercatat terjadi di India. Rancangan sistem

pengkondisian udara tersebut diberi nama “punka”. Punka merupakan kipas

raksasa yang dipasang di langit-langit suatu ruangan yang digerakkan dengan

tarikan tali secara manual. Setelah itu, rancangan punka mulai berkembang

dengan berbagai macam inovasi dan model. Hingga pada era globalisasi dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, tentunya sudah

banyak ditemukan sistem pendinginan berteknologi tinggi yang memang sangat

diperlukan untuk membantu manusia.

2.2.2 Pengertian Pengkondisian Udara

Pada kenyataannya memang konsep dasar tentang pengkondisian udara

mungkin tidak dimengerti bahkan tidak terpikirkan oleh berjuta-juta orang yang

menikmati hasil berupa kenyamanan yang dihasilkan oleh teknik pengkondisian

udara. Namun, hal itu dapat dimaklumi dan diterima sebagai bagian dari

kehidupan orang-orang yang bukan memilih engineer menjadi profesinya. Pada

hakikatnya, pengkondisian udara bukan hanya berfungsi untuk mendinginkan,

tetapi lebih dari itu teknik pengkondisian udara juga menuntut udara yang

(23)

(comfortable air conditioning) adalah proses perlakuan terhadap udara untuk

mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, dan pendistribusiannya dengan teratur

hingga mencapai kondisi nyaman, penghuni yang berada di dalam ruangan.

Pengkondisian udara ini memungkinkan kita untuk merubah kondisi udara

di dalam ruangan tertutup. Karena manusia zaman modern menghabiskan

sebagian waktunya di dalam ruangan tertutup, maka pengkondisian udara menjadi

suatu hal yang penting dan dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi

manusia itu sendiri, dibandingkan dengan kondisi udara di luar ruangan.

2.2.3 Aplikasi Pengkondisian Udara

Beberapa fakta menunjukkan bahwa penemuan teknik dasar pendinginan/

pengkondisian udara yang inovatif merupakan momen-momen penting pada

kurun waktu abad ke-15 hingga 20. Manusia mampu bekerja lebih giat,

berekreasi lebih lama, serta dapat melakukan aktifitas dengan nyaman di dalam

ruangan dengan adanya pengkondisian udara. Beberapa contoh berikut

merupakan aplikasi pengkondisian udara yang digunakan hingga saat ini :

 Di pusat-pusat pangkalan militer, proses pengoperasian peluru kendali dapat dilaksanakan secara kontinu karena dengan mempertahankan proses

pada temperatur yang sesuai. Tanpa adanya pengkondisian udara, sensor

mekanik di pusat pangkalan militer akan mengalami gangguan pada suatu

waktu tertentu karena temperatur yang semakin tinggi.

 Kapal selam bertenaga atom dapat tetap dapat beroperasi pada kedalaman yang tinggi berkat pengkondisian udara.

Obat-obat modern, contohnya vaksin Salk dapat disimpan pada kondisi atmosfer yang akurat.

 Eksplorasi manusia di luar angkasa akan menjadi lebih aman dengan adanya pengkondisian udara.

 Industri percetakan membutuhkan pengkondisian udara untuk mengatur kelembaban ruangannya. Dalam proses pengolahannya, kertas dilewatkan

melalui beberapa mesin yang berbeda, sehingga dibutuhkan kondisi udara

dengan temperatur tertentu agar kondisi kertasnya dapat terjaga dan

(24)

 Pengkondisian udara di rumah tinggal, pusat-pusat perbelanjaan, perkantoran, bahkan kendaraan pada umumnya juga sudah menggunakan

pengkondisian udara untuk menciptakan suasana nyaman di dalamnya. Pengkondisian udara pada ruang penyimpanan (storage box) untuk

menjaga buah, sayur, daging, susu, dan produk-produk lainny dapat

terjaga kualitasnya sebelum didistribusikan ke konsumen.

Penekanan yang sangat penting disini menunjukkan bahwa setiap produk

yang dihasilkan, penemuan proses baru, eksplorasi ke ruang angkasa, sudah

pasti sangat memerlukan pengkondisian udara.

2.2.4 Siklus-siklus yang Digunakan Pada Teknik Pengkondisian Udara

Pada sub bab sebelumnya telah dipaparkan bagaimana tubuh manusia

dapat mempertahankan suhunya saat temperatur udara, kandungan uap air

relatif dan laju udara mengalami perubahan. Karena fakta menunjukka bahwa

dalam setahun, relatif hanya beberapa hari saja kondisi ideal terjadi (ke-3

faktor di atas terpenuhi). Oleh karena itu manusia harus berusaha untuk

mengaturnya agar dicapai kondisi nyaman secara merata. Hal tersebut dapat

diperoleh dengan ketentuan :

o Jika kondisi panas tak nyaman terjadi, sedikit pakaian yang dipakai

o Jika kondisi dingin tak nyaman terjadi, lebih banyak pakaian yang

dipakai

Pengalaman menunjukkan bahwa jika hal itu terjadi pada saat

berbeda, kebanyakan orang tidak puas. Walaupun para ilmuan dan juga

praktisi belum mendapatkan cara praktis untuk mempertahankan kondisi

nyaman di luar ruangan, namun hasil baiknya mereka telah berhasil

memecahkan problema untuk pengkondisian di dalam ruangan. Bagaimana

hal itu dapat dilakukan, bagaimana udara di dalam ruangan dapat

dikondisikan dan bagaimana udara itu dapat didistribusikan ke dalam ruangan

pada saat dibutuhkan, itulah yang dilakukan oleh manusia saat ini.

(25)

Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalor dari suatu

benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut

lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai dengan konsep

kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat

dipindahkan.Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses-proses

aliran panas dan perpindahan panas.

Pada dasarnya sistem refrigerasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sistem Refrigerasi Mekanis

Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan

alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam

sistem refrigerasi mekanik di antaranya adalah:

a. Siklus Kompresi Uap (SKU)

b. Refrigerasi siklus udara

c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah

d. Siklus sterling

2. Sistem Refrigerasi Non Mekanis

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak

memerlukan mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam

menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non

mekanik di antaranya:

a. Refrigerasi termoelektrik

b. Refrigerasi siklus absorbsi

c. Refrigerasi steam jet

d. Refrigerasi magnetik

2.2.4.2Siklus Udara

Siklus udara ini sedikit berbeda dengan siklus-siklus refrigerasi pada

umumnya karena aliran udara yang digunakan dapat terbuka. Udara di dalam

ruangan dapat menjadi terlalu dingin, terlalu panas, terlalu lembab (basah), terlalu

kering, terlalu deras alirannya dan terlalu lambat alirannya. Kondisi itu dapat

dirubah dengan suatu pengkondisian/perlakuan. Udara dingin dipanaskan, udara

(26)

udara lembab dan kipas digunakan untuk membuat laju udara yang memadai.

Setiap pengkondisian/perlakuan udara itu dilakukan pada pengkondisian udara

menurut keperluannya.

Sebuah kipas, seperti ditunjukan pada gambar, memaksa udara masuk ke

dalam saluran yang dihubungkan dengan sebuah ruangan. Ujung saluran (duck)

yang langsung berhubungan dengan ruangan disebut terminal atau lubang saluran.

Saluran itu membawa udara langsung masuk ke ruangan melewati terminal. Udara

masuk ke dalam ruangan, baik udara panas maupun udara dingin diperlukan di

sini. Partikel debu dari dalam ruangan akan bergabung dengan aliran udara masuk

dan akan terbawa mengalir terus.

Udara kemudian mengalir dari ruangan melalui lubang saluran kedua (bisa

disebut lubang saluran balik/return outlet), di sini partikel debu dibuang melalui

saluran. Setelah udara dibersihkan, udara itu akan dipanaskan atau didinginkan

bergantung dari kondisi udara dalam ruangan. Jika diperlukan udara dingin berarti

udara dilewatkan ke permukaan sebuah koil pendingin, jika diperlukan udara

hangat maka udara itu dilewatkan ke sebuah permukaan koil pemanas. Akhirnya

udara itu mengalir balik ke kipas dan siklus aliran udara jadi sempurna adanya.

Gambar siklus udara dapat kita lihat pada gambar 2.6 berikut ini :

(27)

2.2.4.3Siklus Udara Terbuka Dengan Memanfaatkan Efek Dingin Tanah

Siklus udara terbuka sedikit berbeda dengan siklus udara yang dijelaskan

sebelumnya di mana tidak diperlukan terminal balik (return duct/return outlet).

Udara yang disuplai akan keluar lewat jendela, kusen, pintu dan ventilasi secara

alami sehingga udara yang mengandung banyak oksigen baru akan terus mengalir

dan berganti. Sirkulasi udara kaya dan miskin oksigen ini akan berlangsung secara

terus menerus selama siklus terbuka ini berlangsung. Siklus terbuka ini diyakini

lebih baik dari segi kesehatan daripada siklus tertutup di mana udara yang

disirkulasikan adalah udara yang sama.

Selain itu koil pendingin yang biasa digunakan pada siklus udara biasa

diganti dengan sebuah reservoir bersirip di dalam tanah. Efek dingin yang

diperoleh di bawah permukaan tanah ini didapatkan secara gratis dan relatif

konstan sehingga lebih unggul secara ekonomis. Selain itu efek pendinginan

bawah tanah ini tidak menggunakan refrigeran sehingga juga lebih unggul dalam

hal melestarikan lingkungan.

Adapun prediksi skema dari siklus pendingin dengan memanfaatkan efek

dingin tanah yang akan direncanakan dapt dilihat pada gambar 2.7 berikut ini

Gambar 2.2 Prediksi Skema Siklus Pendingin dengan

(28)

2.3 Kenyamanan Udara Untuk Manusia

Fakta mengatakan bahwa temperatur normal tubuh manusia ialah 98,6oF (37oC). Pada kondisi-kondisi tertentu, temperatur ini disebut temperatur bawah permukaan (subsurface) atau temperatur jaringan dalam (deep tissue),

berlawanan dengan temperatur kulit atau permukaan kulit. Pentingnya

pemahaman tentang bagaimana tubuh manusia mempertahankan temperatur ini

nantinya akan sangat membantu kita untuk mengerti bagaimana proses

pengkondisian udara yang nyama itu sendiri agar membantu badan tetap merasa

nyaman.

Pengeluaran panas badan secara konstan berlangsung melalui tiga proses

alamiah yang biasanya terjadi secara simultan. Ketiga proses itu adalah :

konveksi, konduksi dan evaporasi. Proses tersebut dapat kita lihat pada gambar

2.3 di bawah ini :

Gambar 2.3 Perpindahan Panas pada Tubuh Manusia (Stoecker, W. F dan J. W.

Jones, 1992)

a. Konveksi

Proses perpindahan panas secara konveksi didasari atas dua

fenomena:

1. Panas mengalir dari permukaan yang panas ke permukaan yang

dingin. Sebagai contoh, panas mengalir dari badan ke udara

sekelilingnya yang bertemperatur lebih rendah dari temperatur

(29)

2. Panas akan membumbung naik. Hal ini dapat dilihat dari asap yang

berasal dari rokok yang menyala.

Bila dua fenomena ini diterapkan pada proses pengeluaran panas

tubuh manusia, akan memungkinkan hal berikut terjadi :

 Badan menyerahkan panasnya ke udara dingin di sekeliling badan.  Udara disekeliling menjadi hangat adan akan bergerak ke atas.

 Ketika udara hangat bergerak ke atas, tempatnya digantikan udara dingin, maka terjadilah aliran konveksi. Proses konveksi pada tubuh manusia

dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini :

Gambar 2.4 Proses Konveksi pada Tubuh Manusia (Stoecker, W. F dan J.

W. Jones, 1992)

b. Radiasi

Radiasi merupakan proses di mana panas berpindah dari

sumbernya ke benda lain dengan cara penyinaran. Prinsip ini didasari

fenomena bahwa panas berpindah dari permukaan yang panas ke

permukaan yang dingin. Radiasi terjadi tidak bergantung seperti konveksi,

dan tidak memerlukan udara yang bergerak untuk melengkapi terjadinya

perpindahan panas dan tidak dipengerahui oleh temperatur udara walau

dipengaruhi oleh temperatur sekeliling. Tubuh akan segera merasakan efek

sinar radiasi matahari bila bergerak dari tempat teduh ke tempat panas.

Tubuh juga akan segera merasa panas bila berdekatan dengan api, karena

(30)

bagian tubuh lainnya tetap dingin. Proses radiasi pada tubuh manusia

dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini:

Gambar 2.5 Proses Radiasi pada Tubuh Manusia (Stoecker, W. F dan J. W. Jones,

1992)

c. Evaporasi

Evaporasi adalah proses di mana tetes air menjadi uap air. Ketika

tetes air dari permukaan yang panas menguap, ia mengambil panas dan

karenanya permukaan itu jadi dingin. Proses ini berlangsung konstan pada

permukaan tubuh kita. Tetes air keluar melalui pori-pori tubuh di

permukaan kulit, ketika tetes air menguap, panas diambilnya. Keringat

yang nampak sebagai tetesan air di tubuh menunjukkan bahwa tubuh itu

sedang menghasilkan panas yang lebih banyak dibanding jumlah panas

yang dapat dikeluarkan secara konveksi, radiasi dan evaporasi secara

normal. Proses evaporasi pada tubuh manusia dapat dilihat pada gambar

2.6 di berikut ini :

Gambar 2.6 Proses Evaporasi pada Tubuh Manusia (Stoecker, W. F dan J. W.

(31)

2.4 Psikometrik

Psikometrik adalah salah satu sub-bidang engineering yang khusus

mempelajari sifat-sifat thermofisik campuran udara dan uap air. Dalam hal ini,

campuran udara dan uap air untuk selanjutnya akan disebut “udara”. Pada

psikometrik, udara “hanya” dibedakan atas udara kering dan uap air.

Meskipun udara kering masih dapat dibedakan lagi menjadi komponen gas

yang terdiri dari nitrogen, oksigen, karbon dioksida, dan yang lainnya, tetapi pada

psikometrik semuanya diperlakukan sebagai satu unit sebagai udara kering.

Demikian juga, jika di dalam udara yang sedang dibahas terdapat kandungan gas

lain atau kontaminan, pada analisis psikometrik, efek kandungan ini terhadap

sifat-sifat termodinamik dapat diabaikan. Tujuan utama mempelajari psikometrik

ialah, dengan mengetahui sifat-sifat termodinamik udara kita dapat menghitung

besarnya energi yang diperlukan untuk mengkondisikan udara (air conditioning).

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan sifat-sifat

termodinamik udara, yaitu dengan menggunakan persamaan-persamaan dan

dengan menggunakan grafik yang menggambarkan sifat-sifat termodinamik

udara, yang biasa disebut Psychrometric chart. Dengan menggunakan grafik ini,

proses-proses seperti pendinginan udara, dehumidification, dan perlakuan udara

pengering dapat dijelaskan dengan lebih mudah. Parameter-parameter dan istilah

yang digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat termodinamik udara antara lain:

humidty ratio, relative humidity, dry-bulb dan wet-bulb temperature, dew-point

temperature, sensibel and latent heat, density, moist volume, dan entalpi.

Parameter untuk perhitungan sifat sifat termodinamik udara antara lain

a. humidity ratio (rasio humiditas)

Karena udara adalah gabungan udara kering dan uap air yang terkandung pada

udara, maka humidity ratio adalah perbandingan massa uap air (mw) dan massa

(32)

=

��

�� (1)

Satuan dari parameter ini adalah kg uap air/kg udara atau gram uap air/kg udara.

Dengan menggunakan persamaan gas ideal dan hukum Dalton, yang merumuskan

hubungan antara kandungan gas dengan tekanan parsial gas, maka rasio humiditas

dapat juga dinyatakan dengan:

=

,

�����

��

����−�� (2)

Dimana �adalah tekanan parsial uap air dan ����adalah tekanan atmosfer.

Persamaan (2) menunjukkan bahwa hanya dengan mengetahui tekanan parsial uap

air pada temperatur tertentu, kita dapat menentukan kandungan uap air pada

udara.

b. relative humidity (RH)

Relative Humadity merupakan perbandingan fraksi mol uap air pada udara dengan

fraksi mol uap air saat jika udara tersbut mengalami saturasi. Berdasarkan defenisi

ini, persamaan yang digunakan untuk menghitung RH adalah:

��

=

������

������,��������

(3)

Sebagai catatatan, pada saat saturasi fraksi mol uap air yang terkandung di dalam

udara adalah fraksi mol maksimum. Setelah itu uap air akan mulai mengembun,

atau berubah fasa menjadi cair. Berdasarkan fakta ini, pada saat terjadi saturasi,

nilai relative humidity adalah 100%. Jadi harus diingat saat terjadi saturasi RH =

100%.

Dengan menguraikan defenisi fraksi mol dan persaman gas ideal, RH dapat juga

didefenisikan sebagai:

��

=

��

��� (4)

(33)

temperatur. Persamaan yang diusulkan ASHRAE dapat digunakan untuk

menghitung Pws (Pa) :

��( ���) = ��

� + ��+ ���+ ����+ ����+���� � (5)

Dimana � adalah temperatur mutlak dalam K. Konstanta C1 sampai dengan C6

adalah sebagai berikut :

C1 = -5,8002206 x 103

C2 = 1,39114993

C3 = -4,8640239 x 10-2

C4 = 4,1764768 x 10-5

C5 = -1,4452093 x 10-8

C6 = 6,5459673

c. Temperatur bola kering dan temperatur bola basah (Dry bulb and wet

bulb temperature)

Temperatur bola kering (dry bulb temperture) adalah temperatur udara yang

ditunjukkan oleh alat ukur atau termometer. Dengan kata lain, jika saat ini anda

memegang termometer diminta mengukur berapa temperatur udara, maka yang

ditunjuk oleh alat ukur itulah temperatur bola kering. Penyebutan “bola kering”

ini hanyalah untuk keperluan analisis pada psikometrik, pada prakteknya dalam

kehidupan sehari-hari istilah “bola kering” hampir tidak pernah disebutkan.

Tempertur bola basah, T, (wet bulb temperatur) adalah suatu parameter yang sulit

untuk didefenisikan. Parameter ini adalah parameter fiktif yang digunakan untuk

mendefinisikan sifat udara. Untuk mendefinisian Twb akan digunakan illustrasi

berikut:

Misalkan pada suatu ruangan yang tertutup rapat atau adiabatik, terdapat air

(34)

akan menguap sebagian dan bercampur dengan udara, udara mengalami

humidifikasi, dan terjadilah kondisi setimbang atau jenuh.

Karena ruangan tersebut bersifat adiabatik, sementara proses penguapan air

dari cair menjadi fasa uap pasti menyerap energi berupa panas, maka panas ini

pasti berasal dari udara di ruang tersebut.

[image:34.595.149.469.229.443.2]

Gambar 2.7 Perubahan temperatur menjadi temperatur bola basah (Himsar Ambarita, 2010)

Oleh karena itu, temperatur awal udara akan turun akibat naiknya kandungan uap

airnya. Temperatur inilah yang didefenisikan menjadi temperatur bola basah.

Berdasarkan kesetimbangan energi, Twb dapat dihitung dengan persamaan:

��

=

��

(�′−�)���

���

(5)

ℎ��adalah panas penguapan air pada temperatur bola basah, nilainya dapat dilihat pada Tabel 1 di lampiran. Sementara ���adalah panas jenis udara.

Sebagai catatan, semua parameter yang ada di sebelah kanan masih

merupakan fungsi dari Twb. Oleh karena itu, persamaan ini terlihat sangat

udara

Tdb

Wo

air

udara

Twb

W’

air awal

(35)

sederhana, tetapi sangat sulit diselesaikan. Penyelesaian persamaan ini

adalah dengan try and error atau dengan menggunakan metode numerik.

d. Panas jenis udara pada tekanan constan (Cp)

Panas jenis udara atau gas ada dua, yaitu : panas jenis pada volume konstan

dan panas jenis pada tekanan konstan. Pada psikometrik, hanya panas jenis pada

tekanan konstan yang digunakan. Panas jenis udara pada tekanan konstan adalah

penjumlahan panas jenis udara kering dan panas jenis uap air yang dikandung

udara tersebut.

=

��

+

��

(6)

Dimana ��� adalah panas jenis udara kering dan �� adalah panas jenis uap air.

e. Volume spesifik udara, moist volume (v), dan rapat massa (density)

v adalah volume udara yang mempunyai massa tepat 1 kg, atau dapat

dirumuskan �=� � (�3 ��)

� . Dengan mengingat defenisi bahwa udara adalah

campuran udara kering dengan uap air, dan dengan menggunakan persamaan gas

ideal, maka v dapat dirumuskan menjadi:

=

�� (�+�,�����

=

���,����(�+�,����

(7)

Dimana T adalah suhu udara dalam K dan p tekanan dalam Pa. Sementara density adalah kebalikan dari v.

=

=

(36)

f. Temperatur Dew-point (Dew-point temperature)

Temperatur Dew-point adalah temperatur udara saat terjadi kondensasi.

Misalkan udara yang mempunyai temperatur awal T dan rasio kelembaban w

diturunkan suhunya secara perlahan-lahan. Temperatur udara pada saat mulai

terbentuk embun, disebut temperatur dew point. Hubungan antara temperatur

udara dan temperatur dew-point dirumuskan sebagai berikut:

=

����−���� ( �+��� ( �+��� )�� )(��)

���

(9)

Dengan catatan semua temperatur dalam satuan Celcius.

g. Entalpi udara

Entalpi udara adalah kandungan energi total yang dimiliki oleh udara. Di

dalam termodinamika, entalpi suatu materi harus dihitung dengan menggunakan

nilai acuan (referensi). Dengan menggunakan acuan saat udara pada 0C, entalpi udara dalam (kJ/kg) dihitung dengan persamaan:

�� = �,����+�(����+�,����) (10)

Dimana T adalah temperatur dalam 0C.

Sebagai catatan, bagian pertama dari persamaan (10) adalah entalpi dari udara

kering dan bagian kedua adalah entalpi uap air yang dikandung udara saat itu.

h. Panas sensible

Panas sensibel adalah energi yang diberikan atau diterima suatu materi yang

membuat temperaturnya berubah. Sementara panas laten adalah panas yang

diberikan atau diterima suatu materi yang membuat fasanya berubah. Contoh, jika

(37)

panas yang diterima air itu adalah panas sensibel. Jika setelah 1000C, air tersebut masih kita panasi, maka suhunya tetap 1000C (tidak naik), tetapi fasanya akan berubah menjadi uap. Panasyang diterima air saat itu disebut panas laten. Untuk

materi yang homogenproses pelepasan atau penerimaan panas sensibel dan panas

laten dapatdibedakan dengan jelas. Panas sensibel saat suhunya berubah dan

fasanyatetap, tetapi panas laten saat fasanya berubah dan suhunya tetap. Pada

udara, bagian udara kering hanya akan memiliki panas sensibel,karena tidak akan

terjadi perubahan fasa.

Bagian uap air akan memilikipanas sensibel untuk mengubah temperaturnya

dan sekaligus panas laten karena perubahan fasa. Persamaan entalpi pada

persamaan (10) dapat diubah bentuknya menjadi :

��= (�,���+ �,����)�+ ����� (11)

Dua bagian pertama pada persamaan ini adalah panas sensibel dan bagian terakhir

adalah panas laten.

i. Grafik Psikometrik (pshycometric chart)

Ada tujuh sifat/atau kelompok sifat termodinamik atau termofisik udara yang

ditampilkan pada grafik psikometrik, yaitu:

(1) entalpi

(2) RH

(3) Twb

(4) tekanan atmosfer

(5) tekanan dan temperaratur saturasi

(38)

(7) humiditity ratio, pw , dan Td

Sebagai catatan garis entalpi dan garis Tw pada grafik psikometri mempunyai

kemiringan yang hampir sama dan sulit dibedakan. Oleh karena itu, kedua garis

ini akan kelihatan berimpit. Kelompok sifat tersebut dapat kita lihat pada grafik

psikometrik berikut ini :

Gambar 2.8 Grafik Psikometrik (Himsar Ambarita, 2010)

2.5 Teori Computational Fluid Dynamics (CFD)

Aliran fluida adalah suatu hal yang menarik untuk diteliti, diselidiki, dan

dianalisis. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat yang mampu menganalisis atau

memprediksi dengan cepat dan akurat. Maka berkembanglah suatu ilmu yang

dinamakan Computational Fluid Dynamic (CFD), dalam bahasa Indonesia disebut

(39)

Pemodelan dengan metode komputasi pada dasarnya menggunakan

persamaan dasar dinamika fluida, momentum, dan energi. Persamaan-persamaan

ini merupakan pernyataan matematis untuk tiga prinsip dasar Fisika :

1. Hukum Kekekalan Massa (The conservation of mass)

2. Hukum Kekekalan Momentum (The Conservation of Momentum) sebagai

interpretasi dari hukum kedua Newton (Newton’s Second Law of Motion)

3. Hukum Kekekalan Energi (The Conservation of Energy)

1. Hukum Kekekalan Massa

Konsep dasarnya ialah laju kenaikan massa dalam volume kontrol sama

dengan laju net aliran massa fluida ke dalam elemen batas.

Dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut ini :

(12)

Hukum Kekealan Massa 3 dimensi dapat ditulis dalam bentuk persamaan

berikut ini :

(13)

Hukum Kekekalan Massa pada sebuah elemen fluida 3 dimensi dapat kita

lihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.9 Hukum Kekekalan Massa pada Sebuah Elemen Fluida 3 Dimensi

(40)

2. Hukum Kekekalan Momentum

Hukum kekekalan momentum merupakan interpretasi dari hukum ke-2

Newton (arah sumbu-x) yaitu :

(14)

Gambar 2.10 Hukum Kekekalan Momentum Arah Sumbu-x pada Sebuah

Elemen Fluida 3 Dimensi (Himsar Ambarita, 2010)

Secara umum Hukum Kekekalan Momentum arah sumbu-x 3 dimensi dapat

ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

(15)

Dengan cara dan bentuk yang sama persamaan kekekalan momentum 3 dimensi

arah sumbu-y dan arah sumbu-z dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

(41)

(17)

3. Hukum Kekekalan Energi

Hukum ini merupakan aplikasi dari hukum ketiga termodinamika, yaitu

laju perubahan energi dalam suatu elemen adalah sama dengan jumlah net

fluks panas yang masuk ke dalam elemen dan kerja yang dikenakan pada

elemen tersebut. Pernyataan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan :

(18)

Gambar 2.11 Kerja yang Dikenakan pada Sebuah Elemen Arah Sumbu-x

(42)

Gambar 2.12 Fluks Panas yang melintasi permukaan sebuah elemen

(Himsar Ambarita, 2010)

Secara umum kerja yang dikenakan arah sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z

dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut ini :

(19.i)

(19.ii)

(43)

Fluks Panas yang melintasi permukaan sebuah elemen dapat ditulis dalam

bentuk persamaan :

(20)

Dengan mensubstitusi persamaan (19) dan (20) ke dalam persamaan (18),

akan diperoleh sebuah persamaan (21) untuk hukum kekekalan energi di mana i, j,

k=1,2,3 yang menunjukkan arah sumbu -x, -y, dan –z.

(21)

Di mana Φ adalah fungsi dissipasi dengan bentuk sebagai berikut :

(22)

2.5.1 Penggunaan CFD

CFD dalam aplikasinya dipergunakan antara lain bagi :

1. Arsitek untuk mendesain ruang atau lingkungan yang aman dan nyaman.

2. Desainer kendaraan untuk meningkatkan karakter aerodinamikanya.

3. Analis kimia untuk memaksimalkan hasil dari reaksi kimia dalam peralatan

mereka.

4. Engineer petrokimia untuk strategi optimal dari oil recovery.

5. Ahli biomekanik untuk mencari rahasia dari gerakan burung sampai dengan

ikan lumba-lumba.

6. Pelatih atau analis sport, misalnya untuk mencari rahasia tendangan

(44)

7. Dokter atau ahli bedah untuk mengobati penyakit arterial (computational

hemodynamics).

8. Metereologis untuk meramalkan cuaca dan memperingatkan akan terjadinya

bencana alam.

9. Organisasi militer untuk mengembangkan senjata dan mengestimasi seberapa

besar kerusakan yang diakibatkannya.

10. Analisis failure untuk mencari sumber-sumber kegagalan misalnya pada

suatu sistem pembakaran atau aliran uap panas.

11. Ahli safety untuk mengurangi resiko kesehatan akibat radiasi dan zat

berbahaya lainnya.

2.5.2 Metode Diskritisasi Pada CFD

Pada dasarnya, FLUENT hanya menghitung pada titik-titik simpul mesh

geometri, sehingga pada bagian di antara titik simpul tersebut harus dilakukan

interpolasi untuk mendapatkan nilai kontinyu pada sluruh domain. Terdapat

beberapa skema interpolasi yang sering digunakan yaitu :

- First-order upwind scheme

Skema interpolasi yang paing ringan dan cepat mencapai konvergen, tetapi

ketelitiannya hanya orde satu. Ketika skema ini dipilih, nilai bidang dalah

sama dengan nilai pusat sell dalam sell upstream.

Skema ini memungkinkan digunakan pada penyelesaian berbasis tekanan dan

rapatan (density)

- Second-order upwind scheme

Menggunakan persamaan yang lebih teliti sampai orde 2, sangat baik digunaan

pada mesh tri/tet dimana arah aliran tidak sejajar dengan mesh. Karena metode

interpolasi yang digunakan lebih rumit, maka lebih lambat mencapai

konvergen.

Ketika skema ini dipilih, nilai bidang dikomputasi mengikuti bentuk :

(45)

Dimana, dan adalah nilai pusat sell dan gradient dalam sell upstream,

dan adalah vektor perpindahan dari pusat luasan sell upstream ke bidang

pusat luasan.

- Quadratic Upwind Interpolation (QUICK) scheme

Diaplikasikan untuk mesh quad/hex dan hybrid, tetapi jangan digunakan untuk

elemen mesh tri, dengan alian fluida yang berputar/swirl. Ketelitiannya

mencapai orde 3 pada ukuran mesh yang seragam.

Untuk bidang pada Gambar, jika aliran dari kiri ke kanan, seperti itu nilai

dapat ditulis sebagai berikut :

(24)

Gambar 2.13 Volume kontrol 1 dimensi (Fluent Inc, 2006)

2.5.3 Manfaat CFD

Terdapat tiga hal yang menjadi alasan kuat menggunakan CFD, yakni :

1. Insight-Pemahaman mendalam

Ketika melakukan desain pada sebuah sistem atau alat yang sulit untuk dibuat

prototype-nya atau sulit untuk dilakukan pengujian, analisis CFD

memungkinkan untuk merangkak, merayap, dan menyelinap masuk secara

virtual ke dalam alat/sistem yang akan dirancang tersebut.

2. Foresight-Prediksi menyeluruh

CFD adalah alat untuk memperidiksi apa yang akan terjadi pada alat/sistem,

(46)

3. Efficiency-Efisiensi waktu dan biaya

Foresight yang diperoleh dari CFD sangat membantu untuk mendesain lebih

cepat dan hemat uang. Analisis/simulasi CFD akan memperpendek waktu riset

dan desain sehingga juga akan mempercepat produk untuk sampai pasaran.

2.5.4 Proses Simulasi CFD

Pada umumnya terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan ketika

melakukan simulasi CFD, yaitu sebagai berikut :

1. Preprocessing

Hal ini merupakan langkah pertama dalam membangun dan menganalisis

sebuah model CFD. Teknisnya adalah membuat membuat model dalam paket

CAD (Computer Aided Design), membuat mesh yang sesuai, kemudian

menerapkan kondisi batas dan sifat-sifat fluidanya.

2. Solving

Solvers (program inti pencari solusi) CFD menghitung kondisi-kondisi

yangditerapkan pada saat preprocessing.

3. Postprocessing

Hal ini adalah langkah terakhir dalam analisis CFD. Hal yang dilakukan

pada langkah ini adalah mengorganisasi dan menginterpretasi data hasil simulasi

CFD yang bisa berupa gambar, kurva , dan animasi.

Beberapa prosedur yang digunakan pada semua pendekatan program CFD,

yaitu sebagai berikut :

1. Pembuatan geometri dari model/problem.

2. Bidang atau volume yang di isi fluida dibagi menjadi sel-sel kecil (meshing).

3. Pendefinisian model fisiknya, misalnya : persamaan-persamaan gerak + entalpi

+ konversi species (zat-zat yang kita definisikan, biasanya berupa komponen

dari suatu reaktan).

4. Pendefinisian kondisi-kondisi batas, termasuk di dalamnya sifat-sifat dan

perilaku dari batas-batas model/problem. Untuk kasus transient, kondisi awal

(47)

5. Persamaan-persamaan matematika yang membangun CFD diselesaikan secara

iterative, bisa dalam kondisi tunak (steady state) atau transient.

6. Analisis dan visualisasi dari solusi CFD.

2.5.5 Langkah Penyelesaian Masalah Pada CFD

Setelah merencanakan analisis CFD pada model, maka langkah-langkah

umum penyelesaian analisis CFD sebagai berikut :

1. Membuat geometri dan mesh pada model.

2. Memilih solver yang tepat untuk model tersebut (2D atau 3D).

3. Mengimpor mesh model (grid).

4. Melakukan pemeriksaan pada mesh model.

5. Memilih formulasi solver.

6. Memilih persamaan dasar yang akan dipakai dalam analisis, misalnya :

laminar, turbulen, reaksi kimia, perpindahan kalor dan lain-lain.

7. Menentukan sifat material yang akan dipakai.

8. Menentukan kondisi batas.

9. Mengatur parameter kontrol solusi.

10. Initialize the flow field.

11. Melakukan perhitungan/iterasi.

12. Memeriksa hasil iterasi.

13. Menyimpan hasil iterasi.

14. Jika perlu, memperhalus grid kemudian dilakukan iterasi ulang untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Secara umum, diagram alir penyelesaian masalah pada CFD ialah sebagai

berikut :

(48)
(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2011. Proses

pengumpulan data, pengukuran, dan analisa penelitian ini berlangsung di

Laboratorium Teknik Pendingin, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Gergaji pipa

b. Tang

c. Kabel termokopel

d. Alat ukur temperatur udara, kecepatan angin, dan kelembaban

HOBOMicro Station Data Logger

Data Logger merupakan sebuah mesin pencatat akurasi tinggi

yang pada penggunaannya dihubungkan dengan sensor pintar yang

berfungsi untuk melakukan pengukuran dengan objek sesuai dengan

sensor yang digunakan.

HOBO Micro Station pada penggunannya dihubungkan dengan sistem

komputer yang berfungsi sebagai penampil data hasil pengukuran

yang dilakukan.

HOBO Micro Station Data Logger yang digunakan memiliki

spesifikasi seperti berikut ini :

1. Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

2. Berat : 0,36 kg

(50)

4. Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring

5. Memori Internal : 512K Penyimpanan data nonvolatile

flash.

6. Interval Pengukuran : Tidak Terbatas

7. Akurasi Waktu : 0 sampai 2 detik untuk titik data pertama dan

±5 detik untuk setiap minggu pada suhu 25oC

Gambar HOBO Micro Station Data Logger dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Gambar 3.1HOBO Micro Station Data Logger

e. Alat ukur temperatur yaitu termokopel yang terhubung dengan

AGILENT Sistem Akuisisi Data

Alat ukur yang digunakan memiliki spesifikasi seperti berikut

ini :

Daya ( P ) = 35 W

Tegangan ( V ) = 250 V

Jumlah Channel maksimum = 22 Channel

AGILENT Sistem Akuisisi Data memiliki 3 saluran utama. Alat ini

dapat memindai data hingga 250 saluran per detik. Selain digunaka

(51)

mengukur kuat arus, tegangan, hambatan/resistansi, dll. Alat ini dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3.2 AGILENT Sistem Akuisisi Data

f. Alat uji simulasi yaitu perangkat lunak CFD

3.2.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain :

a. Areal tanah lingkungan DTM FT USU

b. Pipa PVC

c. Selotif

d. Lem

(52)

3.3Prosedur Penelitian

[image:52.595.134.504.111.712.2]

Prosedur dari penelitian ini dapat dilihat melalui diagram alir berikut :

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Penelitian

Mulai Studi Literatur Buku Referensi, Jurnal,Internet, dll

Pengumpulan Data Keadaan Cuaca

Analisis Hasil Pengukuran

PemodelanReservoir

Simulasi Model Hingga Konvergen

Simulasi Konvergen ? Tidak

PemodelanSistemGroundcooling

Gambar

Tabel 2.1 Temperatur Netral Untuk Berbagai Etnis di Indonesia (Tri Harso
Gambar 2.7 Perubahan temperatur menjadi temperatur bola basah (Himsar Ambarita, 2010)
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Penelitian
Gambar 4.1 Skema Pemasangan Sensor Termokopel pada 16 Titik di Ruangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerja praktek merupakan salah satu mata kulah wajib bagi mahasiswa Fakultas Teknik Industri, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Atma Jaya

mengimplementasikan program SBH dilakukan dengan cara Launcing program SBH sebagai langkah awal pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam memperkenalkan kegiatan dari

KONSEP : SEMINAR BAHASA AL-QURAN merupakan sebuah projek ILMIAH yang dirangka oleh pihak Arabic Language & Consultancy (ALC) dan Persatuan Akademi Arab Mikro

Hasilnya, didapatkan gambaran sesuai dengan adenokarsinoma, khususnya karsinoma bronkioloalveolar, atau yang pada.. Ina J Chest Crit and Emerg Med

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen sumber daya manusia yang dilakukan oleh pengurus organisasi Pevira Muda Vihara Mulya Dharma Cisauk Tangerang..

Semua bumbu yg sudah di gi- ling di goreng dengan 3 sendok makan minyak sayur sampai ber- warna kecoklatan, atau sampai berbau harum, lalu masukkan bumbu dalam

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sampel filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Di tahap validasi, pada kondisi operasi (tekanan dan temperatur) dan laju umpan yang sama, kolom distilasi azeotrop menghasilkan produk bawah etanol dengan dua harga kemurnian