• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA KARYA RATIH KUMALA: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Skripsi

Oleh

ITANA TARIGAN 060701030

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA KARYA RATIH KUMALA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Oleh

Itana Tarigan

Departemen Sastra Indonesia

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan rahmat Allah SWT yang begitu besar kepada penulis. Penulis telah diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala : Analisis Psikologi Sastra. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyararatan memperoleh gelar sarjana sastra di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini disusun berdasarkan data yang diambil dari novel yang berjudul Tabula Rasa dengan menggunakan metode membaca heuristik dan hermeneutik.

Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari bahan analisis yaitu novel Tabula Rasa dan data sekunder diambil dari buku lain tentang humanisme, kepribadian, sastra, dan psikologi sastra. Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra, menurut Hartoko psikologi sastra adalah ilmu yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menerima bantuan dari berbagai pihak antara lain: bapak dekan, ketua departemen dan sekretaris, dosen pembimbing I dan II, staf pengajar, pegawai perpustakaan, orang tua dan sahabat-sahabat maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., Sebagai dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

(4)

segala administrasi yang mendukung penyusunan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing I yaitu, Prof. Dr. Ikhwannuddin Nasution, M.Si. dan dosen pembimbing II, yaitu Drs. Isma Tantawi, M.A. yang sudah dengan sabar mengajari penulis.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah mengajari penulis tentang pengetahuan sastra sehingga dapat membantu melengkapi penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh pegawai Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda S. Tarigan dan ibunda L br Ginting yang telah memberi dukungan, baik secara moril maupun materil.

7. Saudara-saudara yang turut memperhatikan perkembangan skripsi ini. Buat Suryani Tarigan, Liasta Tarigan, Eti Anna Tarigan dan Adi Syah Putra Tarigan. Terima kasih untuk dukunngan yang telah diberikan.

8. Sahabat-sahabat satu jurusan, Novi Yessa Harahap, Tengku Sakinah, Yuni Wulandari serta teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya. Terima kasih untuk semua kenangan manis yang telah kita lewati bersama.

9. Teman spesial penulis pada saat ini, Harrison Sinuhaji, S.T. Terima kasih karena selalu bertanya kepada penulis kapan wisuda.

(5)

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan 10 September 2010 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep dan Landasan Teori ... 5

2.1.1 Konsep ... 5

2.1.2 Landasan Teori ... 9

2.2 Tinjauan Pustaka ...11

BAB III METODE PENELITIAN ...13

3.1 Metode Pengumpulan Data ...13

3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data ... 13

3.3 Bahan Analisis Data ...14

3.4 Sinopsis Novel ...14

BAB IV UNSUR-UNSUR HUMANISME PADA NOVEL TABULA RASA 20 4.1 Tempramen ...20

4.2 Perasaan ...23

4.3 Daya ekspresi ...27

(7)

5.1 Simpulan ...35 5.2 Saran ...36

(8)

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA KARYA RATIH KUMALA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Oleh

Itana Tarigan

Departemen Sastra Indonesia

ABSTRAK

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar belakang

Karya sastra adalah hasil pikiran pengarang yang menceritakan segala permasalahan yang ada di masyarakat pada kehidupan sehari-hari. Pengarang menceritakan permasalahan tersebut ke dalam bentuk karya sastra. Pengarang mengungkapkan permasalahan itu karena pengarang berada dalam ruang dan waktu, dalam ruang dan waktu itu pengarang senantiasa terlibat dengan beraneka ragam permasalahan. Dalam bentuknya yang paling nyata, ruang dan waktu tertentu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi (Jabrohim, dkk 2001: 167). Berbagai masalah yang dituangkan pengarang ke dalam bentuk karya sastra membuat karya sastra itu menjadi menarik.

(10)

Menurut Faruk (1994: 45) novel mempresentasikan suatu gambaran yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang dijalin oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya. Kenyataan dunia seakan-akan terekam dalam novel seperti kenyataan hidup yang sebenarnya. Dunia novel adalah pengalaman pengarang yang sudah melewati perenungan kreasi dan imajinasi sehingga dunia novel itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya.

Tabula rasa berasal dari bahasa pada pandangan bawaan, dengan kata lain "kosong". Seluruh sumber sedikit demi sedikit melalu melihat bahwa pengalamanlah yang berpengaruh terhada dipengaruhi oleh pendapat

(11)

yang menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan dengan jiwa yang putih dan bersih (yang akan menjadikan anak itu baik atau buruk adalah lingkungannya).

Manusia tidak akan dapat terpisah dari latar belakang lingkungan sosialnya. Tindakan serta pola pikir manusia akan selalu dipengaruhi oleh alam bawah sadar manusia yang tercipta dari pengalaman-pengalaman hidup yang telah dijalani. Setiap individu bebas menentukan karakternya sendiri namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak dapat ditukar.

Novel Tabula Rasa adalah novel yang memiliki kompleksitas yang tinggi bila ditinjau dari teori humanisme. Pemahaman terhadap unsur-unsur humanisme yang ada pada diri manusia membuat pembaca mengerti tentang arti dan pemicu setiap tindakan tokoh yang ada dalam novel tersebut. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan penulis untuk meneliti unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala dengan analisis psikologi sastra.

1.1.2 Rumusan Masalah

(12)

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa, baik yang direkonstruksi pengarang dan yang dipertunjukkan tokoh-tokoh dalam novel Tabula Rasa.

1.2.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan para pembaca skripsi ini dalam mengkaji dan mengapresiasi karya sastra Indonesia.

2. Memberikan gambaran terhadap para pembaca mengenai teori Humanisme dan unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa.

3. Dapat memberikan kontribusi untuk penelitian novel Tabula Rasa selanjutnya.

(13)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep

Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2005: 588). Selain itu menurut Malo (1985: 47), ”Konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah”. Dalam hal ini, konsep yang dimaksudkan adalah gambaran dari objek yang berupa novel berjudul Tabula Rasa yang selanjutnnya akan dibahas melalui skripsi yang berjudul “Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala: Analisis Psikologi Sastra”.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan selanjutnnya, yaitu:

2.1.1.1 Psikologi Sastra

Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa dan ‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata)

(14)

psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia. Tingkah laku serta aktivitas manusia dalam psikologi sastra tentunya tidak dikaji secara langsung pada kehidupan nyata seperti objek kajian psikologi pada umumnya melainkan dikaji pada tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Menurut Hartoko (dalam Endraswara, 2008: 70) psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Hardjana, 1985: 66). Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan B. Rahmanto, 1986: 126).

Wellek dan Austin Warren (1989: 90) mengemukakan bahwa psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu

(15)

(2) Studi proses kreatif.

(3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan

(4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca.

Berdasarkan pendapat Wellek dan Austin Warren di atas, penelitian pada novel Tabula Rasa ini mengarah pada pengertian ketiga yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa analisis yang dilakukan akan diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh.

2.1.1.2 Humanisme

(16)

pengabdi kepentingan sesama umat manusia, (2) penganut suatu paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting. humanisme penganut suatu aliran yang menganggap studi sastra dan budaya (Yunani, Latin) sebagai unsur dasar yang utama bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sedangkan humanisasi adalah pemanusiaan; penumbuhan rasa perikemanusiaan.

Humanisme adalah gerakan filosofis yang menekankan nilai pribadi individu dan sentralitas nilai manusia pada umumnya. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian juga memperhatikan tentang permasalahan etika dan nilai pribadi (Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006: 337). Pendekatan humanistik dapat difokuskan pada ilmu-ilmu kepribadian. Sifat-sifat dasar manusia sebagai unsur-unsur humanisme tentunya dapat dikaji lebih mendalam dengan meminjam ilmu-ilmu kepribadian.

(17)

2.1.1.3 Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus, yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Perkataan baru ini bila dikaitan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek dan roman (Waluyo, 2002: 36).

Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia berdasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, yang diolah dengan teknik kisahan dan ragaan (Zaidan, dkk 1996: 136). Novel dibangun dari sejumlah unsur dan setiap unsur akan saling berhubungan serta saling

menentukan, yang kesemuanya itu akanmenyebabkan novel tersebut menjadi sebuah

karya sastra yang bermakna pada hidup. Unsur-unsur tersebut yaitu unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut harus dipahami dalam upaya pengkajian

karya sastra. Waluyo (2002: 37) berpendapat bahwa ciri-ciri novel adalah (1) ada

perubahan nasib pada tokoh cerita, (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh

utamanya, (3) biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Novel juga dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa bagian.

2.2 Landasan Teori

(18)

mungkin. Analisis Teori Psikologi Sastra diaplikasikan dengan mengunakan teori kepribadian. Teori kepribadian memiliki fungsi deskriptif (menguraikan atau menerangkan). fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis (dalam Koswara, 1991: 6).

Menurut Ludwig Klages (dalam Suryabrata, 2008: 96) mengemukakan bahwa ada empat aspek kepribadian itu, yaitu:

1. Materi atau bahan (stoff). 2. Struktur (struktur).

3. Kualitas atau sifat (artung). 4. Tektonik atau bangun.

Dari empat aspek kepribadian tersebut aspek struktur kepribadianlah yang akan dijelaskan lebih lanjut dengan mengkaji unsur-unsur humanisme yang terdapat di dalamnya. Dalam uraiannya mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Bila materi dipandang sebagai isi atau bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa materi adalah bentuk atau wujudnya sedangkan struktur adalah sifat dari bentuk atau wujud tersebut.

Adapun struktur kepribadian menurut Klages yaitu: 1. Tempramen,

(19)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1168), tempramen adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan dan pikiran. Klages membedakan tempremen menjadi dua jenis yakni sanguinis dan phlegmatis. Tempramen sanguinis lebih bersifat ekspresif dengan daya reaksi yang tinggi, memiliki kemauan yang cukup kuat dan senantiasa bersikap aktif serta selalu mencoba menghindarkan diri dari rintangan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Tempramen phlegmatis adalah kebalikan dari pada orang yang bertempramen sanguinis temponya lambat suasana hati yang depresif, daya reaksi yang berat. Keinginan untuk selingan dan perubahan sedikit sekali dan kerapkali menunjukkan sifat-sifat yang sangat teliti dan penuh pertimbangan kesusilaan (Suryabrata, 2008: 110).

Menurut Klages (dalam Suryabrata, 2007: 110) dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan dengan perasaan benci. Erich Fromm yakni psikoanalis humanistik memposisiskan cinta sebagai fokus utama manusia. Lebih lanjut Erich Fromm (dalam Friedman dan Miriam W. Schustack 2006: 340), mengemukakan bahwa cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif. Struktur kepribadian yang ketiga yaitu daya ekspresi.

(20)

proses jiwa yang tentunya akan muncul setelah perasaan menyukai hadir dalam diri manusia yang dewasa dan produktif seperti yang diungkapkan Friedman dan Schustack. Lebih lanjut ketiga aspek struktur kepribadian tersebut akan dibahas pada bab pembahasan berikutnya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa Penelitian tentang Novel Tabula Rasa adalah;

1. Penelitian Indriyani (Universitas Negeri Semarang, 2006) dalam skripsinya “Analisis Novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala berdasarkan: Pendekatan

Struktural dan Feminisme”. Penelitian ini menemukan adanya (1) unsur

struktural dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (2) figur tokoh

perempuan dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (3) perjuangan

tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme di novel Tabula Rasa karya

Ratih Kumala.

2. Penelitian Endah Fajarini (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006) dalam skripsinya yang berjudul "Aspek Moral Pada Tokoh Utama Novel

Tabula rasa Karya Ratih Kumala Tinjauan Psikologi Sastra" mengungkapkan, berdasarkan analisis psikologi sastra, aspek moral pada

tokoh utama dalam novel ini adalah: (a) aspek sikap rela berkorban dan

bertanggung jawab, sikap tokoh atau tingkah laku yang mencerminkan jati

dirinya, (b) aspek kesetiaan tokoh utama, sikap patuh terhadap nilai atau

(21)

3. Penelitian Wiyatmi (Universitas Negeri Yogyakarta) dalam skripsinya yang berjudul “Fenomena Homoseksual dalam Novel Indonesia Mutakhir”. Membahas beberapa novel yang menyinggung masalah homoseksual. Salah satu novel yang dibahasnya adalah novel Tabula Rasa.

4. Penelitian Hertati yang berjudul “Problem-problem Sosial dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala”. Membahas mengenai problem

penyalahgunaan narkotika, seks bebas dan penyimpangan seksual yang terdapat dalam novel Tabula Rasa.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Sebuah penelitian membutuhkan metode. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembacaan heuristik (membaca dari awal sampai akhir) dan hermeneutik (membaca berulang). Menurut Riffaterre (dalam Jabrohim, 2001: 84) Metode pembacaan heuristik adalah metode pembacaan “tata bahasa” ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan. Untuk mempermudah pembacaan ini dapat berupa pembuatan sinopsis secara berurutan. Cerita yang beralur sorot balik (dapat) dibaca secara alur lurus. Pembacaan heuristik itu adalah penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan. Begitu juga, analisis bentuk formalnya merupakan pembacaan heuristik. Metode pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengidentifikasikan unsur-unsur humanisme yang terdapat di novel Tabula Rasa.

3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Adapun metode dan teknik pengkajian data dilakukan dengan cara meng-identifikasikan unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa ini antara lain sebagai berikut:

(23)

2 Peneliti memilih unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala.

3 Peneliti mengkaji unsur-unsur humanisme tersebut lalu data yang ada dideskripsikan dan dianalisis.

Data yang ada kemudian diinterpretasikan sehingga terjalin antarstruktur yang saling berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan karena penelitian ini bersifat deskriptif.

3.3 Bahan Analisis

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, yaitu:

Judul : Tabula Rasa Karya : Ratih Kumala Penerbit : Grasindo Tebal buku : 184 halaman Cetakan : 2, 2004

Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui studi kepustakaan dengan mencatat pada kartu data. Penelitian ini juga akan menggunakan data primer dan data sekunder, data primer diambil dari bahan analisis yaitu novel Tabula Rasa dan data sekunder diambil dari buku lain tentang humanisme, kepribadian, sastra dan psikologi sastra.

(24)

3.4 Sinopsis Novel

Berawal dengan pindahnya Galih dan seluruh anggota keluarganya ke Negara Rusia. Dengan berat hati Galih terpaksa menuruti keinginan ayahnnya untuk pindah ke Negara Rusia. Pekerjaan ayahnya di kedutaan Negara Indonesia membuatnya sering berpindah dari negara satu ke negara lainya. Kuliahnnya di Jakarta ditransfer ke Universitas Moskow. Sebagai keluarga dari kedutaan Indonesia Galih dapat dengan mudah memasuki Universitas Moskow tersebut, hanya perlu menyesuaikan kredit yang sempat ditempuhnya di Universitas Indonesia. Hasilnya banyak mata kuliah yang telah ditempuh di Jakarta terbuang percuma karena penyesuaian mata kuliah tersebut. Setelah beberapa hari tinggal di Kota Moskow Galih dan keluarganya pergi ke Kremlin untuk melihat patung Lenin. Rusia adalah negeri indah dengan gedung-gedung kuno yang terawat. Galih bersama ibu dan adiknya Dian akhirnya memilih untuk melihat Katedral St Basil, di sinilah untuk pertama kali Galih bertemu dengan Krasnaya. Keindahan katedral St Basil membuat banyak orang mencoba melukisnya. Seorang gadis yang sedang melukis menarik perhatian Galih. Sementara yang lain melukis St Basil gadis ini malah melukis Kremlin lengkap dengan Red Squernya. Namun gadis tersebut tidak menyadari keberadaan Galih yang sedang memperhatikanya.

(25)

karena berharap akan kembali bertemu dengan gadis itu. Beberapa hari kemudian Galih dan Diaz pergi ke Kremlin untuk melihat patung Lenin dan gadis itu. Gadis itu ternyata sedang melukis, Galih berusaha mendekatinya dan akhirnya Galih dapat berkenalan dengan Krasnaya. Krasnaya bekerja sebagai penjaga toko di dekat Kremlin. Sejak peristiwa itu Galih semakin sering menemui Krasnaya di toko tempat Krasnaya bekerja. Sering berjalannya waktu, Galih dan Krasnaya menjadi semakin akrab. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama, Galih mencintai Krasnaya begitu pun sebaliknya. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Negara Rusia pada awal berdirinya adalah negara komunis sampai pada akhirnya gerakan perestroika yang dipelopori oleh Gorbachev berkembang pesat. Gerakan ini menentang komunis dan menginginkan agar Negara Rusia menjadi Negara Kapitalis. Latar belakang Indonesia yang pernah terkait komunis berdampak kepada citra ayah Galih sebagai duta dari Negara Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada ayah Krasnaya yang bekerja sebagai Intelejen Negara Rusia. Kebersamaan Galih dengan Krasnaya membuat Badan Intelejen Negara Rusia mencurigai adanya hubungan kerjasama antara Ayah Galih dengan Ayah Krasnaya terkait dengan penyebaran komunis di Negara Rusia. Ayah Krasnaya dicurigai akan membocorkan rahasia Negara Rusia.

(26)

kembali ke Negara Rusia. Berita meninggalnya Krasnaya akhirnya diketahuinya. Galih terpukul atas kejadian yang menimpa Krasnaya yang secara tidak langsung disebabkan oleh dirinya. Galih sakit karena menyesali kematian Krasnaya, pada saat itu Dian berusaha menghibur dan merawat galih dengan baik.

Seiring dengan berjalannya waktu Galih sudah tidak tinggal di Negara Rusia. Keluarganya kembali ke Negara Indonesia saat masa tugas ayahnya berakhir. Galih telah menjadi dosen di Universitas Gajah Mada. Kenangannya terhadap Krasnaya membuatnya belum berumah tangga meskipun usianya sudah cukup dewasa. Hingga pada suatu waktu Galih bertemu dengan seorang gadis yang sedang melukis di sebuah bangunan tua dekat pasar burung tempat Galih sering membeli makanan burungnya. Gadis itu kembali mengingatkan Galih kepada Krasnaya. Gadis itu ternyata kuliah ditempat Galih mengajar sebagai dosen. Gadis itu bernama Raras, setelah pertemuan itu Galih dan Raras menjadi akrab, Galih menyukai Raras namun tidak sebaliknya.

(27)
(28)

BAB IV

UNSUR-UNSUR HUMANISME DALAM NOVEL TABULA RASA

Manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak dan berpikir menurut insiatifnya sendiri. Sebagai mahkluk sosial, manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Interaksi manusia satu dengan manusia lainnya membuat unsur-unsur humanisme yang ada pada setiap manusia akan berkembang menurut inisiatifnya sendiri. Oleh karena itu, unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa akan dihasilkan melalui proses interaksi para tokoh dalam novel Tabula Rasa yang dikaji dalam skripsi ini.

4.1 Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa 4.1.1 Tempramen

(29)

4.1.1.1 Tempramen Sanguinis

Tempramen sanguinis tidak begitu banyak ditemukan pada watak tokoh dalam novel Tabula Rasa. Beberapa tokoh seperti Violet dan Babushka atau nenek Krasnaya memiliki tempramen sanguinis. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan monolog tokoh Violet berikut ini:

Dia bilang, kita harus berpisah karena dia harus kawin dengan gadis itu. Aku disuruh melupakan dia karena dia sudah mulai melupakan aku, lalu aku disuruhnya cari cowok lain saja. “Asu!” aku langsung membanting telepon (Kumala, 2004: 79).

Tokoh Violet memiliki daya reaksi yang tinggi terhadap sesuatu yang tidak disukainya. Menurut Ludwig Klages (Dalam Suryabrata, 2008: 109) Daya reaksi yang tinggi itu pada orang sanguinis berakar pada hasrat bergerak atau bereaksi. Ketika Violet merasa kesal atas perkataan pacarnya melalui pembicaraan di telepon maka Violet membanting telepon milik temannya Raras tanpa memperdulikan akibatnya.

Selain tokoh Violet, tokoh Babushka juga memiliki tempramen sanguinis. Dapat dilihat dari monolog tokoh Galih mengenai Babushka pada kutipan berikut;

Kembali aku teringat sepuluh tahun yang lalu waktu aku diusir oleh Babushka, nenek Krasnaya. Saat menemuinya beberapa hari kemudian setelah hari kematian Krasnaya dan ayahnya (Kumala, 2004: 133).

Selain mengusir, Babushka juga mengeluarkan kata-kata kasar pada Galih seperti pada kutipan berikut ini:

Berani-beraninya kau datang ke sini, Pergi kau! Pembunuh! Kau telah membunuh anak dan cucuku (Kumala, 2004: 133).

(30)

Krasnaya dan ayahnya yang diculik dan dibunuh Badan Intelejen Negara Rusia karena dicurigai menjadi mata-mata membuat Babushka begitu terpukul dan tidak mampu bersikap bijaksana terhadap Galih. Suasana hati yang ekspansif seperti inilah yang mendorong Babushka menolak kenyataan dan kehilangan kesabaran yang menyebabkan Babushka menyalahkan Galih sepenuhnya atas kematian anak dan cucunya.

4.1.1.2 Tempramen Phlegmatis

Suasana hati yang depresif dan daya reaksi yang berat sebagai ciri-ciri dari tempramen phlegmatis terdapat pada tokoh Raras, yang tergambar melalui kutipan berikut:

Gale mendekati Violet, menyuapinya dengan bubur yang memang disediakan untuk makan siang. Akhirnnya Violet makan, dari tadi tak ada nutrisi yang masuk ke tubuhnya selain gizi yang disuntikkan dengan air opname. Mereka berbicara. Aku iri, bukan.. mungkin cemburu, ya, cemburu… kata yang lebih tepat. Maka kutinggal mereka (Kumala, 2004: 99).

Daya reaksi yang berat yang terdapat pada tokoh Raras tergambar pada kutipan di atas, saat Raras merasa cemburu pada tokoh Gale yang sedang menyuapi Violet maka Raras lebih memilih untuk meninggalkan Gale dan Violet. Tempramen phlegmatis sering kali menunjukkan sifat-sifat yang sangat teliti dan penuh

(31)

alasan-alasan kesusilaan tempramen phlegmatis selalu berusaha menghindarkan diri dari konflik.

4.1.2 Perasaan

Perasaan adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta tergambarkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang , hanya corak dan tingkatannya tidak sama (Terdapat dalam http://www.indonesia indonesia.com/f/74265-pengertian-perasaan, 20 Desember 2010). Menurut Klages (Dalam Suryabrata, 2007: 110) dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan dengan perasaan benci.

4.1.2.1 Rasa Cinta terhadap Lawan Jenis

(32)

seperti halnya Krasnaya. Kanvas dan kuas itu semakin kembali mengingatkannku akan mimpi-mimpiku yang dulu (Kumala, 2004: 59). Kenangan akan Krasnaya pada diri Raras membuat Galih merasa bahwa cintanya yang telah hilang akan datang kembali.

Raras mengingatkanku pada sosok menara yang pernah ada. Effiel dapat kutemukan lagi di Paris, menaraku telah kembalikah? (Kumala, 2004: 60). Rasa cinta yang dirasakan Galih terhadap Raras lebih tergambar lagi pada kutipan dibawah ini:

Tahukah kamu dari jauh selalu kunikmati gerakmu. Aku tak pernah yakin dengan perasaan ini (apakah aku pria yang sedang jatuh cinta ?), atau aku hanya kembali terlena dengan adanya gambaran dirinya pada bahasa tubuhmu caramu berdandan, dan keras kepalamu. Belum pernah kuungkapkan tapi aku tahu itu semua ada pada dirimu (Kumala, 2004: 3). Rasa cinta terhadap lawan jenis juga dialami tokoh lain pada novel ini. Gale adalah lelaki yang dikenal Violet di tempat rehabilitasi narkoba. Di tempat inilah keduanya berkenalan dan akhirnya saling mencintai. Namannya Gale lalu Violet tersenyum, selanjutnya iya menjelaskan tentang Gale kepada Raras (Kumala, 2004: 88) pada kutipan monolog Raras, Raras mempertanyakan apakah Violet telah jatuh cinta pada Gale. Apakah gadis itu sedang mulai jatuh cinta lagi (Kumala, 2004: 88). Hubungan cinta antara Violet dan Gale terlihat jelas pada kutipan berikut:

Violet, kamu adalah warna. Bukan cerah tetapi bilur-bilur temaran biru dan ungu yang transparan menutupi masa lalu.

Saat pergi kau di pelukanku.

Aku juga mencintaimu (Kumala, 2004: 103).

(33)

4.1.2.2 Kasih Sayang Ayah kepada Anaknya

Sebagai orang tua tunggal ayah Krasnaya begitu mencintai putrinya. Sewaktu Krasnaya memperkenalkan Galih kepada ayah dan neneknya, ayah Krasnaya yang biasa dipanggi Otec tidak terlalu simpati terhadap Galih yang diperkenalkan Krasnaya sebagai putra dari duta besar Indonesia. Namun demi menjaga perasaan putrinya Otec diam saja. Namun pekerjaan Otec sebagai mata-mata negara ternyata menjadi penghalang besar bagi hubungan Galih dan Krasnaya. Orang-orang di kantor tempat ayah Krasnaya bekerja mencurigai hubungan Galih dan Krasnaya. Mereka mencurigai semua orang yang memungkinkan untuk mengobarkan kembali komunisme di Negara Uni Soviet tersebut. Latarbelakang Indonesia yang pernah terkait dengan komunisme membuat mereka memiliki alasan untuk mencurigai Galih. Demi kesalamatan purti satu-satunya, Otec dengan terpaksa melarang Krasnaya berhubungan dengan Galih, hal itu tergambar pada kutipan berikut:

Krasnaya , dengar…jangan terlalu dekat dengan Galih! Papa tidak ingin kau terlalu dekat dengan Galih. Aku menyayangimu, kamu adalah hidupku! hidup matiku. (Kumala, 2004: 117)

Bahkan pada saat Otec diintrogasi oleh Badan Intelejen Negara Soviet, Otec berulang-ulang memohon agar mereka tidak menyakiti putrinya Krasnaya. Otec hanya memohon untuk keselamatan putrinnya Krasnaya, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:

(34)

Begitu besarnya kasih sayang Otec kepada putrinya, hingga pada saat genting sekalipun Otec tetap berusaha menyelamatkan putrinya. Walaupun pada akhirnya Otec dan Krasnaya tewas di tangan Badan Intelejen Negara Soviet tersebut.

4.1.2.3 Kasih Sayang Adik terhadap Kakaknya

Galih begitu terpukul atas kematian Krasnaya yang secara tidak langsung disebabkan olehnya. Galih berusaha meredam semua emosi dan rasa kehilangan yang mendalam atas kematian Krasnaya. Galih sakit, Dian adiknya berusaha menghibur dan merawatnya. Dian menyayangi Galih hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Kakak sakit? Lalu ditempelkanya punggung tangannya didahi kakaknya. Ia menyentuh kulit wajah Galih yang basah keringat, panas. Ya ampun! Ayo balik ke kamar (Kumala, 2004: 54).

Dian tahu penyebab Galih sakit walaupun Galih breusaha menutupinya. Dian mengerti akan kondisi kakaknya. Tanpa banyak bicara Dian merawat kakaknya hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Tanpa ba-bi-bu Dian keluar kamar dan kembali lagi dengan baskom kecil dan handuk kecil. Handuknya diperas setelah direndam dalam air, ditempelkannya ke dahi kakaknya. Galih diam saja. Wajahnya dipalingkan ke tembok kiri, menghindari pandangan mata adiknya. Diam-diam ia menahan tangis (Kumala, 2004: 55).

(35)

4.1.2.4 Kasih Sayang terhadap Sahabat

Persahabatan yang paling menonjol pada novel ini adalah persahabatan antara Raras dan Violet. Mereka bersahabat sejak kecil. Raras memiliki saudara kembar yang bernama Rimbang. Namun Rimbang meninggal dunia karena diperkosa oleh teman ayahnya. Rasa kesepian Raras karena telah kehilangan Rimbang membuat Raras semakin dekat dengan Violet. Violetlah yang mengisi kesepian di hati Raras, karena itulah Raras menjadi sangat mencintai Violet.

Cinta dapat tumbuh di mana saja dan tidak dapat dibatasi oleh batasan apa pun. Itulah yang dirasakan Raras terhadap Violet. Tidak seperti Raras, Violet tetap menjadi wanita yang mencintai pria. Violet tetap menganggap Raras layaknya sahabat. Raras selalu berusaha menjaga Violet dari kebisaan mengkonsumsi narkoba, hal ini tergambar pada kutipan beriku:

Aku mondar-mandir sambil mengusap-usap lenganku mencari kehangatan sebab aku kedinginan. Dingin. Tambah dingin. Aneh, aku harus dapat barang itu, pikirku. Kugapai telepon. Raras masih ngedumel. Kupencet nomor telepon Titto, tiba-tiba teleponku disepak Raras. Kami mulai bertengkar hebat. Raras tau aku akan cari barang itu, dia tidak setuju. (Kumala, 2004: 79)

Sebagai sahabat Violet banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya kepada Raras. Mereka sangat dekat, bahkan pada saat Violet mulai berhubungan dengan Gale. Violet juga memberitahukannya kepada Raras. Walaupun sangat cemburu, Raras tetap berusaha menahan semua perasaanya.

“ kau lihat dia, Ras?”

Raras mencoba mencari jelas orang yang ditunjuk. Lelaki kecil berkacamata, sedang di pojok asyik dengan bukunya.

(36)

Selain persahabatan Raras dan Violet, pada novel ini terdapat pula persahabatan tokoh lain seperti persahabatan Galih dan Diaz serta persahabatan Raras dengan Argus. Persahabatan Galih dan Diaz terjalin sewaktu mereka tinggal di Negara Rusia hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Sudah hampir dua bulan kami tinggal di Moskow, aku mulai dapat banyak teman selain Diaz yang masih menjadi teman baikku (Kumala, 2004: 18). Diaz adalah teman yang baik untuk Galih. Sebagai sahabat mereka sering menghabiskan waktu bersama, hal itu tergambar pada kutipan berikut:

Akhirnya kami memutuskan untuk ke Kremlin “kita ke Kremlin aja, orang-orang kumpul di depan Saviour’s Tower. Biasa, hitung mundur sambil menunggu jam 12 malam,“ kata Diaz. Kremlin lagi? Sebetulnya aku memutuskan untuk pergi ke sana tanggal 1 januari, tapi aku juga penasaran dengan tradisi acara ulang tahun di Rusia (Kumala, 2004: 10). Persahabatan antara Raras dan Argus juga terjalin baik. Jarak tidak menghalangi persahabatan yang mereka jalin walaupun keduanya tinggal di benua yang berbeda. Raras tinggal di Indonesia dan Argus tinggal di Amerika tepatnya di Kanada. Mereka menjalin komunikasi melalui internet, seperti pada kutipan email berikut ini:

r_dhamar2000: hello there, i’am not expecting you online. I thought you’re sleeping (halo, kukira kamu tidak online. Kupikir kamu tidur.) scarface_ca : I was, it’s around 3 AM here. What time is it now there? ( memang tadi aku tidur. Sekarang di sini sekitar jam 3 pagi. Disana jam berapa?) (Kumala, 2004: 145).

Persahabatan keduanya menjadi semakin akrab ketika Raras datang berkunjung ke Kanada menemui Argus, hal ini tergambar dalam kutipan berikut:

Dengan modal visiting berjangka waktu eman bulan akhirnnya Raras sampai ke tanah yang dingin ini. Untung, masuk kanada tidak sesulit USA yang superpakem apalagi setelah kasus WTC (Kumala, 2004: 147).

(37)

4.1.3 Daya Ekspresi

Menurut Klages manusia mempunyai dorongan-dorongan nafsu. Dorongan-dorogan nafsu ini adalah proses jiwa, dorongan-dorongan itu baru dapat disaksikan kalau telah menampakkan diri dalam proses-proses jasmaniah seperti perubahan detak jantung, perubahan pernafasan, dan sebagainya (Dalam Suryabrata, 2008: 115). Proses-proses kejiwaan tersebut secara teknis disebut ekspresi. Batasan ekspresi adalah penguasaan diri karna tiap-tiap orang mempunyai kekuatan untuk menguasai diri.

Daya ekspresi atau kemampuan pengungkapan perasaan yang terjadi pada tokoh Raras tergambar pada kutipan berikut;

Dia menempelkan pipinya ke wajahku. Aku terlalu sibuk mengamati detailnya, hingga lupa bahwa hatiku seakan lari seperti kuda (Kumala, 2004: 122)

Proses jiwa atau dorongan-dorongan nafsu yang diaplikasikan melalui daya reaksi terdapat pada kutipan tersebut dan dapat dilihat dengan jelas jika telah menampakkan proses jasmani seperti perubahan detak jantung yang tergambar dalam kutipan ..hingga lupa bahwa hatiku seakan lari seperti kuda (Kumala, 2004: 77). Daya ekspresi adalah bagian dari kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.

4.2 Karakter Tokoh

(38)

sastra tersebut jelas tergambar unsur-unsur humanisme yang secara umum dapat diartikan sebagai sifat-sifat dasar manusia. Berikut ini beberapa tokoh serta uraian mengenai watak dan karakternya yang berperan penting dalam penegasan unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa.

1. Galih

Galih merupakan tokoh utama yang membawa kesuluruhan peristiwa pada novel Tabula Rasa. Tokoh ini dikategorikan sebagai tokoh protagonis namun tidak memiliki watak atau karakter yang menonjol. Tokoh Galih dalam beberapa bagian novel Tabula Rasa mengambil peran sebagai pencerita seperti pada kutipan berikut:

Aku sendiri agak terkejut dengan rusia yang menurutku termasuk salah satu negeri indah dengan gedung-gedung kuno yang lumayan terawat. Memang, pemerintah disini menyediakan biaya untuk perawatan gedung-gedung kuno, terutama yang bersejarah. Dan, aku yakin kalu aku sudah travel sana-sini di Rusia, aku akan melihat lebih banyak gedung kuno nan megah. Tapi WC di mana-mana bahkan ditempat umum pun sangat kurang terawat (Kumala, 2004: 6).

Secara subjektif tokoh Galih menceritakan keadaan Negara Rusia. Tokoh ini juga sering memberikan penilaian terhadap sesuatu yang dilihat atau dialaminya. Wanita Rusia yang telah menikah biasanya memiliki tubuh gemuk (Kumala, 2004: 18). Tokoh Galih digambarkan sebagai pria yang sopan, mudah bergaul dengan siapa saja serta memiliki sifat yang penyayang hal ini dapat dilihat pada kutipan percakapan antara Galih dan Dian berikut ini:

Kakak cinta banget ya sama Krasnaya? kata Dian. “Krasnaya sudah meninggal” jawab Galih.

(39)

Galih begitu menyayangi Krasnaya. Rasa sayangnya kepada Krasnaya tetap ada walaupun Krasnaya sudah meninggal dunia. Kehilangan seseorang yang dicintai membuatnya tetap melajang dalam waktu yang cukup lama.

2. Raras

Tokoh Raras digambarkan sebagai wanita memiliki kelainan yaitu menyukai sesama jenis. Kelainan tokoh Raras tergambar jelas pada kutipan berikut:

Aku melihat kamu. Kau lunglai terkapar di kamar yang berantakan serta terikat di tempat tidur. Menyadari diriku mencintaimu seperti pagi mencintai matahari dan kalangan mencintai rembulan (Kumala, 2004: 80).

Raras mencintai Violet yang juga seorang wanita. Raras memiliki kelainan namun Violet tidak pernah mengetahuinya. Raras sering memandangi Violet dan mengagumi tubuh Violet. Aku mengagumimu, indah.. apa yang aku punya kau juga punya, Kita punya vagina, Kita juga punya buah dada (Kumala, 2004: 80). Dalam beberapa bagian tokoh ini juga mengambil peran sebagai pencerita, baik tentang peristiwa yang dialaminya serta dalam mengambarkan tokoh lain. Aku memandangimu terbakar di dalam peti di balik kaca, kamu mengeluarkan bau yang sedap. Terlalu sedap (Kumala, 2004: 102).

Tokoh Raras adalah wanita yang lembut dan setia kawan. Tokoh Raras selalu sabar menghadapi sahabatnya Violet yang terkadang semaunya sendiri. Sebagai sahabat Raras selalu berusaha membantu Violet, hal ini tergambar dalam kutipan berikut:

(40)

Tokoh Raras juga memiliki kontrol emosi yang cukup baik serta penuh pertimbangan dalam bertindak. Rasa cinta Raras terhadap Violet dapat di kontrol dengan baik mengingat Violet adalah wanita normal, Hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Kamu berbicara tentang Gale membuat perasaanku yang tadinya naik seperti statik grafik kini menjadi datar. Itu karena dia masih belum bersih betul. “Kamu kan bisa datang berkunjung ke pusat rehab, masa mau nunggu di dalam terus sampe Gale keluar?“ ucapku menggodamu. Berat, tapi kuucap juga sambil aku mengingatkan pada diriku bahwa Violet adalah perempuan sejati dan bukan seperti aku (Kumala, 2004: 88).

Perasaan Raras terhadap Violet dapat ditahan dengan baik. Hal inilah yang membuat Violet tidak pernah menyadari rasa cinta dan kelainan yang dimiliki oleh Raras hingga akhir hayatnya.

3. Violet

Tokoh Violet digambarkan sebagai sosok gadis yang terjerat narkoba karena keadaan keluarganya yang kurang harmonis. Burhanlah yang pertama kali memberikan narkoba kepada Violet hingga akhirnya Violet kecanduan berikut kutipannya:

Aku sudah tidak tahan lagi! Seminggu sudah dia tidak telepon setelah dua minggu sebelumnya burhan memperkenalkanku pada suntikan olahan candu mentah alias morfin yang merupakan alkaloid utama opium (Kumala, 2004: 78).

Tokoh ini memiliki watak yang keras dan kurang memperdulikan etika serta tidak menghormati orangtuanya. Keadaan keluarganya yang kurang harmonis dapat di lihat melalui kutipan berikut:

(41)

Ketidakarifan sikap ayah Violet yang justru mengomel dan menyumpahi anaknya disaat Violet terpuruk menggambarkan kondisi keluarganya yang kurang harmonis. Selain tidak perduli terhadap perasaan orangtuannya Violet juga kurang memperdulikan perasaan sahabatnya Raras. Aku langsung membanting telepon. Hp Raras terpental diiringi jeritannya yang tercekik kaget (Kumala, 2004: 79). Violet tega membanting HP Raras yang dipinjamya untuk menelepon Burhan kekasihnya.

4. Krasnaya

Tokoh Krasnaya digambarkan sebagai gadis Rusia yang memiliki kegemaran melukis. Tokoh ini memiliki seorang ayah yang bekerja sebagai intelejen Negara Rusia dan seorang nenek yang bekerja sebagai penjaga perpustakaan umum. Selain melukis tokoh ini juga bekerja sebagai penjaga toko dan menjadi guide. Tokoh ini banyak diceritakan oleh tokoh Galih seperti pada kutipan berikut:

Dia bilang kadang-kadang dia jadi guide untuk turis asing, disamping bekerja jaga di salah satu toko dekat daerah Kremlin, namanya pusat perbelanjaan Kalinin Prospek (Kumala, 2004: 17).

Dalam novel ini sosok Krasnaya dapat dikenal melalui penceritaan tokoh Galih. Wajah Krasnaya setengah terkejut, tapi dia tersenyum. Manis sekali (Kumala, 2004: 22). Tokoh ini tidak begitu banyak berdialog langsung dengan tokoh yang lainnya.

5. Gale

(42)

hubungan percintaan yang dimulai di pusat rehabilitasi tempat mereka bertemu pertama kalinya. Gale merupakan sosok pria penyayang dan sangat mencintai Violet, hal ini tergambar dalam kutipan berikut :

Violet, kamu adalah warna. Bukan cerah, tetapi bilur-bilur temaram biru dan ungu yang transparan menutup masa lalu. Saat pergi kau di pelukannku. Aku juga mencintaimu (Kumala, 2004: 103).

Setelah kematian Krasnaya, Gale begitu merasa kehilangan dan mengalami depresi. Maka tangisnya pecah lelaki itu menangis dengan bibir mewek seperti balita kehilangan permen (Kumala, 2004: 113). Gale menangis setiap mengingat Violet. Gale juga tidak pernah mandi sejak Violet meninggal. Lalu ia mencium ketiaknya sendiri. Huek!sudah berapa harikah ia disana? berarti berhari-hari ia tak mandi (Kumala, 2004: 113).

6. Ayah Krasnaya

Tokoh ini digambarkan sebagai sosok orang tua yang bertanggung jawab yang selalu berusaha melindungi anaknya walau dalam kondisi yang membahayakan jiwanya hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Ujung bibir ayahnya terluka, ”Apa yang terjadi?siapa yang berbuat ini?” Bukan siapa-siapa! Jangan sentuh aku! Aku tidak apa-apa, hanya tersandung,” pria setengah baya itu berusaha melindungi diri sendiri atau berusaha melindungi Putrinya? (Kumala, 2004: 117).

Ayah Krasnaya atau Otec sudah diancam dan diperlakukan kasar oleh rekan kerjanya di Badan Intelejen Negara namun Otec tetap menyembunyikan hal itu agar putrinya tidak risau. Tokoh ini bersedia berkorban demi anaknya. Tokoh ini juga selalu bersikap lembut terhadap putrinya, seperti yang tergambar dalam kutipan berikut:

(43)

tidak bisa berbahasa inggris. Akan sulit bagiku untuk mengerti segala perkataannya, atau mengenalnya lebih jauh”(Kumala, 2004: 116).

Otec mendapat tekanan dari rekan-rekannya yang bekerja di Badan Intelejen Negara Rusia karena putrinya Krasnaya menjalin hubungan dengan Galih. Meskipun terancam Otec tetap berusaha menasehati Krasnaya dengan cara yang baik.

7. Dian

Tokoh Dian digambarkan sebagai adiknya tokoh utama yaitu Galih. Dian adalah sosok wanita yang periang dan sopan. Dian memiliki hubungan persaudaraan yang cukup baik dengan kakaknya Galih, hal itu tergambar dalam kutipan berikut ini:

“kakak sakit?” lalu ditempelkan punggung tangannya di dahi kakaknya. Ia menyentuh kulit wajah galih yang basah keringat. Panas. “ya ampun! Ayo balik ke kamar”(Kumala, 2004: 54).

Dian mampu menjadi saudara serta mampu menjadi teman saat keadaan Galih tidak stabil akibat kepergian Krasnaya. Kakak, kenapa? Ingat krasnaya lagi ya? (Kumala, 2004: 55) Sebagai seorang adik Dian selalu memperhatikan keadaan Galih.

8. Babushka

(44)

Berani-beraninya kau datang ke sini, Pergi kau! Pembunuh! Kau telah membunuh anak dan cucuku, aku tidak bisa melupakan kalimat itu hingga sekarang. Hatiku nanar, melebur dengan segala sumpah serapah yang keluar dari mulut orangtua itu, seember dosa seperti disiramkan ke wajahku (Kumala, 2004: 133).

Otec dan Krasnaya meninggal karena Dibunuh Badan Intelejen Negara Rusia yang curiga dengan hubungan Krasnaya dan Galih. Babushka terpukul dan menyalahkan Galih atas meninggalnya anak dan cucunya.

9. Diaz

Tokoh Diaz digambarkan sebagai sahabat tokoh utama yaitu Galih. Diaz dan Galih menjalin persahabatan saat mereka berada di Rusia. Saat pertama kali pindah ke Rusia Diaz adalah satu-satunya teman Galih, hal ini tergambar pada kutipan berikut:

Malam ini adalah malam tahun baru. Satu-satunya teman yang bisa kuajak ngobrol di sini hanya Diaz. Karena ia sudah tinggal cukup lama di Rusia, bahasa Rusianya lumayan bagus. Ini lebih baik sebab berarti aku punya teman walau hanya satu (Kumala, 2004: 10).

Sebagai sahabat Diaz sangat mengerti akan perasaan Galih terhadap Krasnaya. Diaz sering menggoda Galih yang sedang jatuh cinta kepada Krasnaya seperti yang terdalam dalam kutipan berikut ini:

“Eh... tuh, lihat!“ diaz menunjuk pada sekumpulan orang sedang melukis. Dia salah satunya. Aku langsung setengah panik, tapi tidak terlihat histeris. Berusaha setenang mingkin dengan hati yang menyimpan kegirangan. Memang kuusahakan seperti itu agar Diaz tidak menggodaku (Kumala, 2004: 15)

10. Argus

(45)

Dua orang laki-laki itu keluar dari Deevas dan masuk ke salah satu mobil berwarna carcoal. Sebelum argus menstater mobilnya keduanya berciuman (Kumala, 2004: 144).

Argus menjalin persahabatan dengan raras melalui internet. Sebagai seorang sahabat argus banyak memberikan nasehat kepada raras yang masih bimbang akan jati dirinya sebenarnya, hal itu tergambar pada kutipan berikut ini:

Kamu masih dalam ego distonik, krisis jati diri kusarankan kamu cepat memilih, jadi hetero atau lesbian. That’s up to you, it’s your life (Kumala, 2004: 153).

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan uraian dari hasil penganalisisan terhadap unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala terdapat tiga unsur humanisme, unsur-unsur humanisme tersebut adalah tempramen, perasaan dan daya ekspresi. Tempramen terbagi atas dua macam, tempramen sanguinis dan tempramen phlegmatis. Tempramen sanguinis terdapat pada tokoh Violet dan tokoh Babushka atau nenek Krasnaya. Tempramen phlegmatis terdapat pada tokoh Raras. Unsur humanisme yang kedua adalah

perasaan. Situasi perasaan terdapat dalam empat bentuk rasa kasih sayang dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala yakni; (1) rasa cinta terhadap lawan jenis, (2) kasih sayang ayah kepada anaknya, (3) kasih sayang adik terhadap kakaknnya, dan (4) kasih sayang terhadap sahabat. Unsur humanisme yang ketiga adalah Daya ekspresi, daya ekspresi atau kemampuan untuk mengungkapkan perasaan digambarkan oleh tokoh Raras.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain:

(47)

pengenalan mengenai humanisme melalui penelitian seperti ini harus terus dilakukan mengingat teori humanisme belum banyak dikenal dan dikaji. 2. Dalam meneliti unsur-unsur humanisme yang terdapat dalam karya sastra

sebaiknya tidak bertumpu kepada satu pendapat para ahli melainkan banyak didukung oleh pendapat para ahli lainnya. Hal ini bertujuan agar

(48)

DAFTAR PUTAKA

Abu, Ahmadi. 1979. Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

Endaswara, Suwandi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar (Anggota IKAPI).

Friedman, Howard S. dan Miriam W. Schustack. 2006. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga.

Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Hartoko, Dick. dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Tabula_Rasa. ( 25 Mei 2010)

Http://www.Telaga.org/ringkasan.php?Kepribadian.htm. (20 Desember 2010) Http://www.Indonesiaindonesia.com/f/74265-pengertian-perasaan. (20 Desember

2010)

Jabrohim, dkk. (Ed.). 2001. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Kumala, Ratih. 2004. Tabula Rasa. Jakarta: Grasindo.

Malo, Monase. 1985. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Karunika.

Munir, Miftahul. 2007. Filsafat Humanisme Teistik. Jakarta: Pustaka Jaya.

(49)

Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan oleh Melanie Budianta). Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan struktur yang terdapat pada novel MBDA, (2) mendeskripsikan konflik batin yang dikaji dengan teori psikologi sastra pada

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan struktur yang terdapat pada novel MBDA, (2) mendeskripsikan konflik batin yang dikaji dengan teori psikologi sastra pada

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN PSIKOLOGI

Bab IV merupakan bab inti dari penelitian yang akan membahas analisis psikologi sastra pada tokoh utama Bodhi, dalam novel Supernova Episode Akar karya Dewi Lestari. Bab V

Skripsi berjudul “Analisis Psikologi Kepribadian Novel Kubah Karya Ahmad Tohari ” telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Sastra Universitas Jember pada:.. hari

Skripsi berjudul “Analisis Psikologi Kepribadian Novel Kubah Karya Ahmad Tohari ” telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Sastra Universitas Jember pada:. hari

Ilmu psikologi dipakai untuk mempelajari kepribadian manusia, maka ilmu psikologi juga dapat diterapkan pada tokoh rekaan atau imajinasi dalam suatu karya sastra

Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra sebagai metode analisis yang digunakan sebagai dasar penelitian aspek kepribadian tokoh untuk mengungkapkan aspek motivasi yang