AL-IKHLAS BINTARO SEKTOR SEMBILAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh :
DINA DAMAYANTI
NIM: 109051000026
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Dina Damayanti NIM: 109051000026
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hj. Umi Musyarrofah, M.A NIP: 197108161997 03 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Januari 2014
i
Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan
Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para remaja. mulai saat itu
da’i muda yang berlesung pipit tersebut sering dipanggil diberbagai distasiun
televisi terkenal. Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza.
Dari pemaparan di atas tersebut maka rumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad dikalangan remaja?
Dakwah beliau sendiri lebih ditujukan untuk para remaja, kondisi remaja saat ini yang sangat memprihatinkan sebagai genarasi bangsa. Berangkat dari keprihatinan tersebut, beliau menciptakan inovasi dakwah baru yaitu dengan stand up comedy agar para remaja bisa menerima dan bisa diterima dengan baik oleh para remaja di Indonesia. Ustadz Riza juga memanfaatkan media televisi dalam dakwahnya Ustadz Riza menyebutnya sebagai dakwahtaiment dengan bermain sinetron yang berbalut para remaja Ustadz Riza bisa langsung berdakwah dengan para remaja. Tidak hanya itu Ustadz Riza juga berdakwah secara langsung
terhadap mad’unya seperti yang dilakukan Ustadz Riza di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan
field research. Di mana dalam pelaksanaannya penulis melakukan pengamatan selama hampir satu tahun dan ikut serta setiap kegiatan ceramah Ustadz Riza. Selain itu penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan Ustadz Riza Muhammad sebagai responden utama peneliti. Sehingga data yang penulis dapatkan adalah data murni dari objek penelitian ini.
Adapun teori yang digunakan adalah teori dari Fred R David. Yaitu proses strategi tidak hanya sebatas merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.
Hasil dari penelitian strategi dakwah Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas Bintaro sektor Sembilan adapun strategi dakwah yang dilakukan Ustadz Riza adalah merumuskan strategi dakwah yang telah direncanakan yang
dilihat dari mad’u yang seperti apa, setelah itu di implementasikan dalam proses
pelaksanaan dilapangan yang bertumpu pada materi yang sudah disusun, dan setelah itu dilakukanlah sebuah evaluasi untuk menjaga keseimbangan antara
perumusan strategi dengan pelaksanaannya untuk meninjau peningkatan mad’u.
ii
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Strategi
Dakwah Ustadz Riza Muhammad Dikalangan Remaja Mushola Al-ikhlas Bintaro
Sektor Sembilan” sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi
Islam, pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga
dan sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan dan
dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Terselesaikannya skripsi ini tentu tak lepas dari berbagai dukungan yang
diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.
Dr. Komaruddin Hidayat, MA
2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, serta Wakil Dekan Dr. Suparto, M. Ed, MA, Drs. Jumroni,
M.Si., Drs. Wahidin Saputra, M.A.
3. Rachmat Baihaky M.A., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Dan
iii
bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan
5. Drs. Armawati Arbi, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI A
2009
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah mentranformasikan ilmu, sehingga penulis
mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini
7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Dan tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Riza
Muhammad yang bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk
melakukan penelitian. Tak lupa kepada Semua jajaran pengurus serta
rekan-rekan Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan
9. Ibunda Hosiyah, yang tidak pernah berhenti memberikan do’a dan
dukungan secara moril dan materil untuk penulisan selama ini. Begitu pula
ayahanda Bapak Sabarudin yang selalu mengingatkan saya untuk segera
wisuda secepatnya.
10.Adik-adik Sabrina Mustika Nur dan M. Davian Al-Farish yang selalu
memberikan hiburan disaat penulis sedang merasa lelah selama dalam
penelitian.
11.Teman-teman KPI A angkatan 2009, sahabat-sahabat tersayang yang
iv
Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik dikembalikan,
semoga Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada
penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin
yaa Rabbala’lamin....
Jakarta, 13 Januari 2014
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Tinjauan Pustaka... 5
F. Metodologi Penelitian ... 6
G. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi ... 10
B. Proses Strategi ... 12
1. Perumusan Strategi ... 12
2. Implementasi Strategi... 13
3. Evaluasi Strategi... 13
C. Ruang Lingkup Dakwah ... 13
1. Pengertian Dakwah ... 14
2. Unsur-unsur Dakwah ... 15
vi
2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah ... 26
3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah ... 28
E. Remaja Masjid ... 30
1. Pengertian Remaja ... 31
2. Masjid ... 32
3. Remaja Masjid ... 34
BAB III GAMBARAN UMUM A. Profile Ustadz Riza Muhammad ... 36
B. Karya-karya dan Karir Ustadz Riza Muhammad ... 37
C. Profil Remaja masjid ... 39
BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA MUHAMMAD DIKALANGAN REMAJA A. Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza ... 43
B. Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad ... 48
C. Media yang Digunakan Ustadz Riza untuk Meyampaikan Dakwahnya ... 55
BAB V KESIMPULAN A. Penutup ... 58
B. Saran ... 59
[image:10.595.100.512.95.624.2]1
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Nabi
Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam
Alquran dan sunnah Rasullulah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da’i adalah
merealisasikan ajaran-ajaran Alquran dan sunnah dijadikan pedoman dan
penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada
ajaran-ajaran di luar Alquran dan sunnah, menghindarkan masyarakat dari
berpedoman pada ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain
yang tidak dibenarkan oleh Alquran dan sunnah. Tugas da’i sangatlah berat
karena ia harus mampu menterjemahkan bahasa Alquran dan sunnah ke dalam
bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya. Namun, dibalik beratnya
tugas itu terhampar kemuliaan yang penuh rahmat sang pencipta Allah swt.
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam tugas penyampaian dakwah islamiyyah, seorang da’i sebagai
subjek dakwah memerlukan seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam
system), di mana dakwah merupakan suatu sistem, dan strategi merupakan
salah satu dimensinya, maka strategi mempunyai peranan dan kedudukan yang
sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek
dakwah, sumber dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan
menguasai strategi dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan
seorang da’i kepada mad’u sebagai penerima atau objek dakwah akan mudah
dicerna dan diterima dengan baik.
Pendekatan dakwah mengajak atau menghakimi, pengertian mengajak
dalam dakwah sudah kita mafhumi bersama bahwa dakwah punya prinsip
untuk mengajak orang lain dari kejahilan kepada kebenaran, dari dari
kegelapan kepada terang benderang. Banyak hal yang sudah diketahui oleh
para penyeru Islam tentang dakwah dalam bentuk mengajak, baik dalam
dakwah bi al lisan, bi al hal, ataupun bil al qolam. Adapun makna
menghakimi di sini mencakup berbagai aspek dan bentuknya bisa berupa
menyalahkan, mencela, menghinakan, mengkafirkan, bahkan sampai kepada
aspek penerapan hukum Islam yang mengarah kepada jasmani seperti
memotong tangan, mencambuk, merajam yang diberikan hukuman tersebut
dianggap berprilaku tidak sesuai dengan ajaran islam.1
Ketika dakwah masih disambut dingin oleh para mad’unya maka
menurut Ustadz May Riza Kurnia yang biasa dipanggil Ustadz Riza
Muhammad “berdakwah dengan menggunakan stand up comedy. menurutnya
dengan adanya stand up comedy saat ini yang hanya penuh dengan candaan
atau humor mengapa tidak kita buat sebagai pesan dakwah yang bermakna
untuk diri kita dan orang lain.” Dengan demikian ustadz Riza Muhammad
1
mengenalkan dakwah melalui stand up comedy kepada masyarakat khususnya
para remaja dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah islam. Ustadz Riza
memberikan improfisasi baru dalam penyampaian dakwahnya agar para
remaja lebih tertarik dengan cara seperti stand up comedy ini misalnya.2
Karena kepeduliannya terhadap akhlak remaja saat ini penulis tertarik
melakukan penelitian dengan objek Ustadz Riza.
Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya
mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic
Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan
melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para
remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit tersebut sering
dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal seperti di Trans TV tepatnya
dihitam putih, bermain sinetron di Sctv dan sebagainya. Dengan strategi
tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak
begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang
sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di
Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan
mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza. Dengan demikian
berdasarkan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti tersebut. Peneliti
tertarik untuk mengkaji dan mengangkat Strategi Dakwah Ustadz Riza
Muhamad, sehingga skripsi ini berjudul “Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad di Kalangan Remaja Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan”
2
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang,
peneliti membatasi masalah penelitian ini pada strategi dakwah yang
diterapkan oleh Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas Bintaro sektor
sembilan dan tidak melakukan penelitian efek atau dampak strategi tersebut.
Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi dakwah Ustadz Riza dikalangan remaja mushola
Al-Ikhlas Bintaro sektor Sembilan?
2. Media dakwah apa saja yang dimanfaatkan oleh Ustadz Riza Muhammad
dalam menyampaikan dakwahnya untuk para remaja?
C. Tujuan Penelitian
Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah yang diterapkan Ustadz
Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas sektor sembilan.
2. Untuk mengetahui Media dakwah apa saja yang dimanfaatkan oleh Ustadz
Riza dalam penyampaian dakwahnya untuk para remaja.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi positif
dalam strategi dakwah, tahapan-tahapan strategi dakwah serta fungsi
strategi dakwah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, serta dapat menambah
referensi di UIN Syarif Hidayatullah Tentang Ilmu Dakwah. Khususnya
pembahasan mengenai strategi dakwah.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam mementukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan
tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi sementara yang
penulis lakukan sampai saat ini menemukan beberapa perbedaan dengan
penelitian sebelumnya, yaitu:
Skripsi Fitriani Nurhasanah mahasiswi UIN jurusan Manajemen
Dakwah, penelitiannya berjudul “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam.
Persamaan dalam penelitian ini adalah mempunyai subjek yang sama yaitu
Satrategi dakwah, hanya saja terdapat perbedaan pada objek penelitian.
Nur Hidayat Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul
“Strategi Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam meningkatkan pemahaman Agama
terhadap strategi dakwah Ustadz Mufakhir dalam meningkatkan pemahaman
agama pada jamaah Masjid Biturahman Legoso.
Dera Desember Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul
“Strategi Dakwah Ustadz Umay Maryunani di Pondok Pesantren Terpadu
Darul’Amal Sukabumi. Dalam skripsi ini menganalisa terhadap strategi apa
yang digunakan oleh Ustadz Umay Maryunani di pondok pesantren terpadu
Darul’Amal Sukabumi.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif deskriptif yaitu
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Selain itu penelitian
deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik pada bidang tertentu.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Subjek dari penelitian ini adalah
strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad, sedangkan yang menjadi objek
dari penelitian ini adalah mad’unya atau penonton, yaitu remaja Bintaro.
Penelitian ini dilakukan dari 25 Februari 2013 sampai 16 Oktober
3. Tahap Penelitian
Proses Penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu :
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan
instrument-instrumen sebagai berikut:
1) Wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Ustadz
Riza Muhammad sebagai data premier
2) Observasi. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung
serta mencermati ceramah-ceramah dari Ustadz Riza Muhammad,
antara lain yang saya pernah mencermati ceramah beliau di mall
FX Senayan dalam acara Hijab Class, talk show diacara Cahaya
Ilahi di B Channel, dan ceramah dimushola Al-ikhlas didaerah
Bintaro, saya juga mencermati dakwah beliau melalui media
seperti televisi, twitter, dan facebook .
3) Dokumentasi. Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari,
berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang
terdapat di perpustakaan. Internet atau instansi lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
b. Pengolahan Data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul,
selanjutnya data-data tersebut akan diolah. Untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid, pemeriksaan data juga diperlukan agar
penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada lima teknik
pemeriksaan data, yaitu: pertama, teknik trianggulasi antarsumber data, antar-teknik pengumpulan data dan antar-pengumpul data.
Kedua, pengecekan kebenaran informasi yang tertulis dalam naskah rencana laporan penelitian kepada para informan (member check).
Ketiga, akan mendiskusikan dengan teman sejawat. Keempat, analisis kasus negatif, yakni kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian
yang sudah ada hingga waktu tertentu. Kelima, perpanjangan waktu penelitian.3 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap itu.4
c. Analisis Data
Untuk menganalisis strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad
maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni dengan
menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari
hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik dan metode
penulisan laporan penelitian ini, penulis berpedoman pada Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta tahun 2007.
3
Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010), h.67-68.
4
G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka
sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Penulis menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
penelitian ini. pada bagian awal, diuraikan tentang latar belakang
masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan terakhir
tentang sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis
Ini membahas tentang pengertian strategi, macam-macam strategi,
pengertian dakwah, strategi dakwah, dan pengertian remaja.
Bab III Biografi Ustadz Riza Muhammad
Ini berisikan tentang profil, keluarga, dan pendidikan Ustadz Riza
Muhammad, dan perjalanan dakwah Ustadz Riza Muhammad.
Bab IV Hasil Penelitian
Pembahasan Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad: ini
berisikan strategi dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Riza
Muhammad dikalangan remaja.
Bab V Penutup
Berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran untuk mencapai
hasil yang lebih baik dalam penelitian ini dan juga dalam penelitian
10
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Agar lebih mengetahui pengertian strategi lebih jauh lagi penulis
memberikan pengertian melalui dua perspektif yaitu: pertama perspektif
etimologi dan yang kedua perspektif terminologi.
a. Perspektif Etimologi
Dari segi perspektif etimologi kata “strategi” berasal dari
bahasa Yunani, yaitu Stratogos yang berarti militer dan Ag yang
berarti pemimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan
Ghaneralship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jendral dalam
membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan
perang.1
Namun saat ini, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kata
strategi banyak diadopsi dan diberi arti yang lebih luas sesuai dengan
bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi
tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa
perang. Tetapi saat ini kata strategi sudah berkembang pada tanggung
jawab seorang pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
1
disebutkan bahwa istilah strategi adalah “seni atau ilmu untuk
menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.2
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu
organisasi diartikan sebagai “kiat” cara atau taktik utama yang
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen
yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3
b. Secara Terminologi
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strategi penulis
memaparkan sejumlah para pakar mengenai pengertian strategi,
diantaranya:
1) Onong Uchayana Effendi mengatakan, Onong Uchyana Efendy,
mengatakan: “Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning)
dan Manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukan bagaimana taktik operasionalnya”.4
2) Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai “Kebijakan
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan
kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.5
2
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199
3
Handari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2000), Cet Ke-1, h. 147
4
Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-6, h. 32
5
3) M. Bahri Ghazali M.A dalam bukunya mengatakan strategi adalah
langkah-langkah operasional dalam menuju terlaksanakannya suatu
kegiatan yang merupakan taktik untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.
Pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan melalui modifikasi kegiatan
dakwah sesuai dengan situasi kondisi lingkungan dakwah tersebut.6
B. Proses Strategi
Menurut Fred R. David, proses strategi tidak hanya sebatas
merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai
evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.7
1. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan
mengenai peluang dan ancaman eksternal, menerapkan kekuatan dan
kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan
strategi alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
Perumusan Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang
terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,
kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan
serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.8
6
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1997), Cet 1, h. 21
7
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia, penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3
8
2. Implementasi Strategi
Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi,
karena jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi yang telah
dirumuskan hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian
sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan
mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan
dan organisasi.9
3. Evaluasi Strategi
Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat
diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi
tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu
organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang
dinyatakan telah tercapai.10
C. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu “Da’a,
Yad’u, Da’wata” yang mempunyai arti memanggil, menanamkan,
9
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, hal. 3
10
mengundang. Secara istilah, kata dakwah berarti menyeru atau mengajak
manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh
berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.11
Adapun pengertian dakwah menurut beberapa pakar:
a. H.M Arifin berpendapat dalam bukunya, menandung arti seruan dalam
bentuk lisan, tulisan dan perbuatan yang dilakukan secara terencana,
dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun
kelompok, bertujuan agar timbul pengertian, kesadaran, penghayatan
dan pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang
disampaikan kepadanya, dengan tanpa adanya unsur paksaan.12
b. Wahyu Ilahi M.A dalam bukunya mengatakan mengenai dakwah
adalah, ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik.
Dakwah mengandung ide tentang progresivits, sebuah proses terus
menerus kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan
tujuan dakwah tersebut.13
c. Hj. Tuty Alawiyah AS mengatakan bahwa dakwah dalam arti amr
ma’ruf nahyi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan
keselamatan hidup masyarakat. Ini adalah kewajiban manusia yang
memiliki pembawaan fitrah sebagai social being (mahluk sosial), dan
11
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, Cet 1, (UIN Jakarta Press), h. 33
12
M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) cet. Ke-7, h. 17
13
kewajiban yang ditegaskan oleh risalah sebagaimana tercantum dalam
Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Oleh karena itu, dakwah bukan
monopoli golongan yang disebut “ulama” atau “cendik-cendikiawan”
saja.14
Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang
berisi petunjuk-petunjuk agar manusia menjadi lebih baik, beradab dan
berkualitas. Selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah
peradaban yang maju. sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam
arti kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, peneindasan,
dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai semua itu, maka perlu
dilakukan dakwah. Karena dengan masuk nya Islam dalam sejarah umat
manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang
kebenarannya.15
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian
dakwah penulis menyimpulkan, dakwah ialah usaha seseorang atau da’i
dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari
Al-Quran dan Al- Hadist, yang dilakukan dengan cara mengajak, menyeru,
membimbing manusia agar kembali kejalan Allah SWT, serta menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Unsur-unsur Dakwah
Terlepas dari perbincangan dari analisis dari definisi dakwah yang
sudah ada dalam focus pembahasan ilmu dakwah. Maka ada lima factor
atau komponen dalam dakwah, diantaranya: 1. Subjek dakwah 2. Objek
14
Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah Dikalangan Majlis Ta’lim, h. 25
15
dakwah 3. Materi dakwah 4. Media dakwah 5. Metode dakwah. Yang
dimaksud dari lima komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada
dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.16
a. Subyek dakwah (da’i)
Subyek adalah unsur pelaksana atau orang yang berdakwah,
yaitu da’i. sebagai subyek dakwah ia harus terlebih dahulu intropeksi
perilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan
diteladani oleh orang lain.17
Sebagai da’i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri
maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan murka Allah SWT.
Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para
pelaku da’i yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan
ajaran agama Islam, maka seorang da’i harus memiliki bekal ilmu yang
cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, antara lain:
1) Mengetahui al-Qur’an dan Hadist sebagai pokok ajaran agama
Islam
2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan as-
Sunnah seperti: Tafsir, Hadist, Tauhid, dan Fiqih
3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah
seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi,dan
perbandingan agama
16
Zaini Muhtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press Dan IFKA, 1966), h. 14
17
4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu Retorika
5) Penyantun dan lapang dada
6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan
mempertahankan kebenaran
7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim
8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun
menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan
9) kholish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah
semata-mata karena memohon keridhaan Allah
10) Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da’i atau mubaligh dan
tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena
pengaruh-pengaruh keduniaan.18
Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da’i harus
berkomunikasi dengan jama’ah (khalayak) yang dihadapi. Karena
komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalm
bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari
ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual.
Dengan komunikasi itu pula da’i akan mengetahui apa materi yang
sesuai bagi jama’ah yang dihadapinya.
b. Objek Dakwah (Mad’u)
Obyek atau mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah.
Masyarakat sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di
18Hamzah Ya’qub,
dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya. oleh sebab
itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum
melangkah ke aktivitas dakwah yang selanjutnya.
Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam
golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama
dengan menggolongkan manusia itu sendiri kedalam profesi, ekonomi,
dan seterusnya.19
Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang
terbagi menjadi:
1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta
masyarakat yang ada di kota
2) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga
3) Sasaran kelompok masyarakat dari segi cultural berupa golongan
priyai, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada
masyarakat jawa
4) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa
golongan anak-anak, remaja dan orang tua
5) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social
ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
19
6) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari okupasional (profesi dan
pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negeri dan lain-lain.20
c. Materi Dakwah
Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Materi dakwah tidak terlepas dari dua
sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya maka
seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.21
Sedangkan menurut Drs. H. Hanafi Anshari pengertian materi
dakwah adalah (Maddah Ad- Da’wah) adalah pesan-pesan dakwah
Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek
dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah
maupun Sunnah Rasul-nya.22 Pesan-pesan dakwah yang disampaikan
kepada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam.
Dalam istilah komunikasi, materi dakwah atau Maddah ad-Dakwah
disebut dengan istilah message (pesan).
Untuk materi dakwah itu sendiri secara konseptual pada
dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang
hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat
diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:
1) Masalah keimanan (aqidah)
20
Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: kencana, 2006), h. 70
21
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 63-64
22
2) Masalah keislaman (syariat)
3) Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)
Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam
penggalan ayat “saling menasihati dalam kebenaran dan saling
menasihati dalam kesabaran” (QS. Al- Ashr) (103) :5)
Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung
makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogianya menyampaikan,
mengundang, dan mendorong mad’u sebagai objek dakwah untuk
memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada kehidupan baik
kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari system nilai ini
dapat diturunkan aspek legal (syariat dan fiqh) yang merupakan
rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.23
d. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan
bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat
perantara.24
Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen
yang tidak bias dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media
sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Untuk itu keberadaan
media sangat penting untuk diupayakan dan diperhatikan apalagi di
zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks.
23
M. Dawam Rahardjo (Ed), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan
Pemerataan Pembangunan, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Jakarta:
Intermasa, cet 1, 1997, hlm 109
24
Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:
televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.25
e. Metode Dakwah
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani metodos
yang artinya cara atau jalan. Jadi, metode dakwah adalah jalan atau
cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif
dan efesien.26 Metode dakwah berarti cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da’i dalam menyampaikan pesan materi dakwah kepada
mad’unya.27
Dakwah memerlukan metode-metode yang akurat, seperti yang
dijelaskan dalam al-Qur’an surat an- Nahl ayat 125. Dalam ayat
tersebut memberikan pedoman bagaimana dakwah itu harus dilakukan,
yaitu dengan cara:
1) Hikmah, aplikasi metode dakwah dengan hikmah sebagaimana
dicontohkan oleh Rasullulah SAW. Sejak beliau berlaku lembut
dan santun sampai pun terhadap musuh saat awal periode mekkah,
sampai saatnya Nabi mengomando para sahabat untuk mengangkat
senjata memerangi musuh, adalah aplikasi hikmah. Ada kalanya
menahan diri, tetapi ada pula saat berperang. Ada masanya beliau
25
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, hlm. 35
26
Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Jilid I, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, Semarang: CV. Toha Putra, 1973, hlm 21
27
berdakwah secara siriyah (tertutup), tetapi ada pula masanya untuk
berdakwah secara jahriyah (terbuka).
2) Al-Mauizha al hasanah, yaitu memberi kepuasan kepada orang
atau masyarakat yang menjadi objek dakwah dengan cara, seperti
nasihat, pengajaran, dan teladan yang baik.
3) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran (diskusi)
dengan cara-cara yang baik, metode ini digunakan bagi objek
dakwah tertentu, misalnya bagi orang yang berpikir kritis dan
kaum terpelajar, seperti mahasiswa dan santri.28
3. Macam-macam Dakwah
a. Dakwah bil lisan, yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang
dilakukan antara dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan
lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para
juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim, khutbah jumat
dimasjid-masjid atau pengajian-pengjian. Dari aspek jumlah barangkali dakwah
melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup banyak
dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat. Dalam
perkembangan berikutnya dakwah bil lisan dapat menggunakan teori
komunikasi modern dengan mengembangkan melalui publikasi penyiaran
(broadcasting publication) antara lain melalui radio penyiaran, dan
lain-lain.
28
b. Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata di mana aktivitas
dakwah dilakukan dengan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata.
Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut
hasilnya bias dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek
dakwah. Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasullullah, terbukti bahwa ketika
pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun
Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini
adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang bias dikatakan
sebagai dakwah bil hal.
c. Dakwah bil hal saat ini bisa dilakukan dengan karya nyata sebagai solusi
kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah
Islam, perguruan-perguruan tinggi Islam, membangun pesantren,
membangun rumah-rumah sakit, membangun poliklinik, dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat lainnya.
d. Dakwah bil qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan
keahlian menulis surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan
yang dapat dicapai oleh dakwah bil qalam ini lebih luas daripada melaui
media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan
waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja
mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil qalam ini.
Dalam dakwah bil qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal
menulis, yang kemudian disebarkan luaskan melalui media cetak (printed
artikel ke Islaman, Tanya jawab hukum Islam, rubrik dakwah, rubrik
pendidikan agama, kolom keislaman, cerita religious, cerpen religious,
puisi keagamaan, publikasi khutbah, famlet keislaman, buku-buku, dan
lain-lain.29
D. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi
Dakwah Islam mengatakan bahwa strategi dakwah diartikan sebagai
metode, siasat, taktik, atau maneuver yang dipergunakan dalam aktivitas
kegiatan dakwah. 30 strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan
manajemen. Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama
mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh
individu maupun organisasi.
Menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan
bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan
dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai
tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.31
29
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzan, 2008), Cet ke- I, h. 10-12
30
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Penerbit Al-Ikhlas Surabaya-Indonesia) h 32
31
Menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da’wah)
adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan
untuk kegiatan dakwah.32
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning),
metode dan taktik untuk mencapai suatu tujuan dakwah. Dalam mencapai
tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana
operasionalnya yang harus dilakukan secara tekhnik atau taktik.
Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika
dalam dakwah menggunakan strategi komunikasi, maka dakwah yang
dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi terlebih
dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa yang
digunakan sesuai dengan keadaan, pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh audiens.
Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah harus
memprihatinkan beberapa azas dakwah diantaranya:
a. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya
dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas
dakwah.
b. Asas kemampuan dan keahlian da’i (Achievement and profesionalis):
Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan
profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.
32
c. Asas sosiologis: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik
pemerintah setempat, mayotitas agama di suatu daerah, filisofis
sasaran dakwah, sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.
d. Asas psikologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya
dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu pula
sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu
sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus
diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.
e. Asas efektifitas dan efesiensi: Maksud asas ini adalah di dalam
aktivitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.
Sehingga hasilnya dapat maksimal.
Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i hanya
butuh memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai
dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.33
2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah
Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan
dakwah di lapangan dan aspek-aspek normatif tentang dakwah yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunnah, makan ditemukan prinsip strategi dakwah,
antara lain sebagai berikut:
33
a. Memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal
Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus
diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana
yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun
wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat.
b. Merumuskan masalah pokok umat islam
Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan
untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih
dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran
ideal dan kenyataan yang konkret dari pribadi-pribadi muslim, serta
kondisi masyarakat dewasa ini. Jenjang masalah ini pun tidak sama antara
kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.
Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah itu
seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut.
c. Merumuskan isi dakwah
Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta
masalah yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah
menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan
masyarakat Islam sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan.
Ketidaksinkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa menimbulkan
dampak negatif yang disebut dengan istilah “split personality” atau
“double morality” pribadi muslim. Misalnya seorang muslim yang
penindas, koruptor dan perbuatan tercela lainnya. Jadi, untuk bisa
menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang
komprehensif atau dengan menghimpu pemikiran-pemikiran beberapa
pakar dari berbagai disiplin ilmu.34
3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah
Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak,
insya Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan
dakwahnya.
Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan
strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi
manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju
tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam menyukseskan
dakwahnya, membangun negaranya, menguatkan kekuasaannya dan
meninggikan kedudukannya.
Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada sseorang pun
pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW.
Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan
akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu
telah terbukti pada diri beliau.
Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai
berikut :
34
a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima dakwah
(audience).
Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu meraka banyak terisi
dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat dan nasehat yang baik. Nabi
SAW tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehingga orang
yang dinasihati tidak merasa bosan. Strategi dakwah yang dicontohkan
Nabi SAW tersebut diikuti oleh para sahabat. Sabda Nabi SAW. Yang
Artinya : “permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar gembira
dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”. (HR Bukhari dan
Muslim)
b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan
Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah
mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi
jika dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang
da’i menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah,
maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah
direnofasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena menghindari fitnah
kaum yang baru menetes dari kehidupan jahiliyah.
c. Menjinakkan hati
Dilakukan dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika
disakiti, bersikap lembut ketika dikasari dan bersabar ketika dizhalimi.
Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesa-gesa dibalas dengan
Itulah cara penting yang dapat menarik penerima dakwah
(audience) ke dalam Islam dan membuat iman mereka mantap. Dengan
cara-cara tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat
disekitarnya. Mereka bukan saja sangat mencintai beliau tetapi juga ikut
menjaga dan membela beliau dalam dakwahnya.
d. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya,
tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi
SAW.
e. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.
f. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap pertanyaan
sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa
puas.35
E. Remaja Masjid
1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat
mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dan cara berfikir remaja
ini menginginkan untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial orang
35Sa’id bin Ali bin Wahif Al
dewasa yang kenyataannya merupakan cirri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan
anak-anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani,
boleh jadi malah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap
dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa. Dalam perkembangan
kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus, adayang
menyatakan masa remaja adalah masa yang paling indah, sehingga
tidaklah boleh dilewatkan begitu saja. Ada pula pendapat bahwa masa
remaja adalah masa yang paling menentukan kelanjutan hidup seseorang,
dimasa tuanya. Remaja juga dikatakan generasi penerus perjuangan
bangsa, baik buruk masa depan bangsa tergantung pada baik buruk moral
dan akhlak remajanya.36
Pendapat lain juga dikatakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono,
karena ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihan dari anak-anak
kedewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan
perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala
primer dalam perubahan remaja. Sedangkan perubahan-perubahan
psikologi muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan
fisik itu.37
36
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000)Cet.ke-5, h.9
37
Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Hj. Zakiyah Derajat
menetapkan batasan usia remaja mulai dari usia 13-21 tahun.38 Akan tetapi
para ahli menegaskan bahwa yang dapat ditentukan masa remaja itu adalah
masa permulaannya, yaitu ditandai dengan mimpi pertama bagi laki-laki,
sedangkan wanita ditandai dengan menstruasi pertama.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu
masa dimana:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalamai perkembangan psikologis dan perlu di
identifikasi dari anak-anak sampai dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada kesadaran yang relativ mandiri.39
2. Masjid
a. Pengertian Masjid
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam
Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud, yang
berarti patuh, taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Meletakan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian
dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari
makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang
38
Zakiyah Derajat, Problematika Remaja Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)Cet.ke-3,h.114
39
dikhususkan untuk melaksanakan sholat dinamakan masjid, yang artinya
“tempat bersujud”. Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan
bangunan tempat kaum Muslim. Tetapi karena akar katanya mengandung
makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala
aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata. Firman
Allah SWT dalam Qs. Al-jin: 18
b. Fungsi Masjid
Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan
dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi.
Masjid bukan saja tempat sholat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan,
pengajian, keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-fungsi social
ekonomi lainnya.
Rasulullah SAW telah mencontohkan multifungsi masjid dalam
membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik sebagai pusat
ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian problematika
umat dalam aspek hukum, pusat pemberdayaan ekonomi umat baitul maal,
pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan
urusan-urusan pemerintahan Rasulullah, singkatnya, pada zaman
Rasulullah masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam. Dengan
demikian, fungsi masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual semata,
melainkan fungsi masjid harus dimaknai dalam berbagai dimensi
Pada masa sekarang, peran masjid dapat dimaksimalkan sebagai
pusat pembinaan umat dengan memperbanyak sisi aktivitas. Aktivitas
masjid semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok
orang atau golongan dan aktivitasnya pun tidak hanya berupa ibadah
tertentu yang bersifat ritual. Aktivitas masjid harus menyentuh dan
melibatkan sekelompok jama’ah, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda
dan orang dewasa sampai orang tua sekalipun. Di samping itu, pelibatan
jama’ah juga tidak memandang perbedaan dari segi pria dan wanita, kaya
dan miskin atau yang berpendidikan tinggi dan rendah.
3. Remaja Masjid
Remaja masjid merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan
berkembang, namun kehadirannya tidak muncul begitu saja. Berawal dari
usaha-usaha menyelanggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
melibatkan anak muda (remaja), lalu timbul kesadaran perlunya organisasi
yang permanen, dan akhirnya dibentuklah suatu organisasi remaja masjid.
Saat ini remaja masjid telah menjadi wadah favorit kegiatan remaja
muslim. Umumnya di desa-desa yang banyak kita jumpai. Meskipun masih
banyak hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah
semakin lebih bisa diterima keberadaannya.
Pada dasarnya remaja masjid dan remaja mushollah tidak ada
perbedaannya hanya saja tempat pelaksanaannya yang berbeda. Saat ini
mengkaji dan mendakwahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya, dakwah Islam
yang dilakukan para remaja bukanlah hal yang baru.
Remaja masjid membina para anggotanya agar berilmu dan beriman
kepada Allah SWT. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program
yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai aktifitas remaja masjid yang
mapan, biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana.40
40
36
A. Profil Ustadz Riza Muhammad
Ustadz Riza Muhammad, lahir di Situbondo pada tanggal 1 Mei 1983
dari pasangan Bapak Arie dan ibu Nurnaningsih. Putra ke dua dari tiga
bersaudara. Ustadz yang biasa kita lihat di stasiun tv swasta ini sekarang
masih berstatus lajang. Mengenai pendidikannya, beliau lulusan dari pondok
pesantren Al Abror, Situbondo. Ia mengawali karir sebagai pembawa acara di
radio lokal di Bali, TV lokal dan nasional. Berbekal jadi santri selama 9 tahun,
anak pasangan Nurmaningsih dan Arie ini mencoba ikut pemilihan DAI TPI
2005. Pernah terlibat pembuatan sinetron religi Sakratul Maut di ANTV
beberapa tahun silam. Di kota asalnya; Denpasar Bali, ia dikenal sebagai MC
terbaik juga penceramah. Maret 2012 lalu, anak kedua dari 3 bersaudara ini
serius ingin berkarir di Jakarta. Kehadirannya, cukup menarik perhatian
masyarakat. Meski namanya belum setenar Ustadz senior tapi lajang berlesung
pipit ini sudah diberi kesempatan untuk menjadi narasumber program religi di
beberapa televisi.
Nama popular lajang kelahiran 1 May 1983 ini adalah Ustadz Riza
Muhammad. Saat ini finalis Film Ketika Cinta Bertasbih 2008 ini menjadi
narasumber tetap di Cafe Tausiyah di MNC Muslim, Taman Cinta di MNC
Muslim dan Program Muallah Alif TV. Kehadirannya mencuri perhatian
di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dari program tersebut, penyuka jalan-jalan,
olah raga dan mengaji ini diminta beberapa televisi untuk berdakwah dengan
gaya stand up comedy. Bukan hanya itu, Ustadz Riza Muhammad
mempunyai salam yang khas. Salamnya selalu dibawakan di setiap ceramah
salamnya adalah “assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh” beliau
sambil meggerakan tangannya dengan intonasi khas beliau, dan dikenal
masyarakat yang pernah menyaksikan aktingnya di Sinetron Putih Abu2 di
SCTV. Sekarang, pria hitam manis ini sibuk ceramah dan shooting Sinetron
Ustadz Fotocopy di SCTV. Namun saat ini Ustadz Riza sedang sibuk shooting
di Sinetron Pesantren Rock and Roll yang tayang di SCTV dan program religi
di B Channel TV. beberapa prestasi-prestasi yang sudah beliau torehkan
selama hidupnya diantaranya;
B. Karya-karya dan Karir Ustadz Riza Muhammad Prestasi :
- Finalis Indonesia Star Metro TV 2004
- Finalis DAI TPI 2005
- Finalis Film Ketika Cinta Bertasbih 2008
Pengalaman Radio :
- Radio GemaMerdeka Bali
- Radio CDBS Bali
PengalamanSinetron / FTV :
- Sakaratul Maut @ ANTV 2006
- Pacarku Office Girl @ SCTV 2010
- SinetronPutih Abu2 @ SCTV 2012
- SinetronUstadz Photocopy @ SCTV 2012
- Sinetron Pesantren Rock and Roll 1 dan 2 @ SCTV 2013
- Program Religi Talk Show @ B Channel TV 2012 - 2013
Pengalaman Host/Presenter TV :
- Halo Bu Dokter @ Metro TV
- Presenter @ TVRI Bali » AcaraSiramanRohani, Sari Usada
- Presenter @ TVRI Nasional » AcaraGemaRamadhan, KunjunganPresiden
SBY, SambutMentari 2009
Pengalaman Nara Sumber / Penceramah TV :
- Cafe Tausiyah @ MNC Muslim 2012
- Taman Cinta @ MNC Muslim 2012
- Open Mic Stand Up Comedy @ Metro TV 2012 (eps ustadz2)
- Ada AnakBertanyaPadaBapak @ B Channel TV 2012
- Program Mualaf @ Alif TV 2012
- SinetronPutih Abu2 @ SCTV 2012
- Talk show kajian AlQur’an • Ramadhan di Masjidil Haram @ ANTV 2012
- Ngulik @ Trans TV 2012
- SuaraAnakNegeri @ Alif TV-Jak TV 2012
- HitamPutih @ Trans7 2012
Dalam konteks dakwah, Ustadz Riza adalah seorang Da’i yang baik,
mempunyai media untuk menyampaikan pesan-pesannya berupa ide, gagasan
yang terus berkembang hingga saat ini. Dilihat dari kepiawannya dalam
berdakwah Ustadz Riza masih bisa menyampaikan dakwahnya dimedia
televisi hingga sekarang.
C. Profil Remaja masjid
Masjid Al-Ikhlas Bintaro sektor Sembilan termasuk masjid yang
bagus, masjid tersebut sudah 10 tahun lamanya dibangun dari tahun 2003
akhir, letak masjid ini ditengah-tengah perbatasan antara warga desa dengan
komplek namun masjid ini lebih dikenal sebagai masjidnya masyarakat yang
tinggal disektor sembilan, jika dibilang aktif atau tidaknya masjid ini memang
kurang begitu aktif namun untuk pengajian ibu-ibu ataupun bapak-bapaknya
masih tetap ada tetapi tidak seperti masjid-masjid lainnya, yang selalu aktif
dan selalu ada kegitan disetiap harinya. Tapi untuk solat wajib, solat Idul
Futri, Idul Adha, santunan itu tetap ada. Karena secara geografis memang
letaknya yang diperkomplekan yang masyarakatnya pun orang-orang sibuk.
Untuk kegiatan remaja masjidnya pun kurang begitu aktif. dan disetiap sore
hari senin, rabu, dan jum’at diisi dengan pengajian TPA. Namun dengan
adanya masjid ini untuk syiar Islam berjalan dengan baik silaturahmi antara
masyarakat komplek dan desa terjalin dengan harmonis. Dibawah ini penulis
mendapat struktur-struktur dan kegiatan remaja masjid Al-Ikhlas Bintaro
Pembina: Bapak H. Cucu Mulyana
Pembimbing: Bapak H. Zulfarshah
Ketua: Bapak Sahal
Wakil: Mulyadi
Bendahara: Yufia Hadiyatis Sholehah
Sekretatis: Deni Hermawan
Div Kerohanian
Abdul Wahid
Yusuf
Supriyadi
Mika Rahmawati
Nurkhuzaifah
Zainul
Div Dek-dok
Ian Apriadi
Agung Perdana
M. Fajril
Hilman Fauzi
Arya Ibnu Akil
Div Olahraga
Regi Rahman
Damar Arif
Sadam Wahyudi
Ahmad Cipta Fauzi
Toni
Div Humas
Iman Sudrajat
Hadyanto
Rahmat Darmawan
Agung
Rizky Tri Putra
Fajar Alamsyah
Fudori Ahmad
Danang
Div Kesenian
Septian Adi Sanjaya
Ahmad Fauzi
Samudi
M. Irvan, Ikbal Maulana
Div Konsumsi
Sumarni
Mila Karmila
Arum Safitri
Ines Samanta
Ana Istiana
Nurlelah
Nasiyah
Nurul Laila Qodriah
Div Perlengkapan
Soni Sahara
Ahmad Nur’ali
Nurdin,Ma’mun
Saipul Ambiya
Zemi Adi
Kegiatan Remaja Masjid
Program Belajar Baca Al Qur'an Teknik 8 Jam, dan Program
Terjemah Al Qur'an Teknik 40 Jam. Kedua program tersebut
diselenggarakan 1 pekan sekali, yaitu pada akhir pekan, di Sabtu
pagi mulai jam 06.00 dan Ahad pagi, ba'da Sholat subuh di Mesjid
Al-ikhlas.
Pengajian mingguan setiap malam sabtu
Diadakannya kerja bakti hari minggu setiap seminggu sekali
43
BAB IV
ANALISIS STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA MUHAMMAD DIKALANGAN REMAJA
A. Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza 1. Asas Filosofis
Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya
mencuri perhatian masyarakat Indonesia sejak kemunculannya di Open
Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya
dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat,
khususnya para remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit
tersebut sering dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal seperti di
Trans TV tepatnya dihitam putih, bermain sinetron di Sctv dan sebagainya.
Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan
dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan mo