• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah Ustadz Riza Di Kalangan Remaja Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Dakwah Ustadz Riza Di Kalangan Remaja Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

AL-IKHLAS BINTARO SEKTOR SEMBILAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh :

DINA DAMAYANTI

NIM: 109051000026

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Dina Damayanti NIM: 109051000026

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Umi Musyarrofah, M.A NIP: 197108161997 03 2 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Januari 2014

(5)

i

Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan

Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para remaja. mulai saat itu

da’i muda yang berlesung pipit tersebut sering dipanggil diberbagai distasiun

televisi terkenal. Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza.

Dari pemaparan di atas tersebut maka rumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad dikalangan remaja?

Dakwah beliau sendiri lebih ditujukan untuk para remaja, kondisi remaja saat ini yang sangat memprihatinkan sebagai genarasi bangsa. Berangkat dari keprihatinan tersebut, beliau menciptakan inovasi dakwah baru yaitu dengan stand up comedy agar para remaja bisa menerima dan bisa diterima dengan baik oleh para remaja di Indonesia. Ustadz Riza juga memanfaatkan media televisi dalam dakwahnya Ustadz Riza menyebutnya sebagai dakwahtaiment dengan bermain sinetron yang berbalut para remaja Ustadz Riza bisa langsung berdakwah dengan para remaja. Tidak hanya itu Ustadz Riza juga berdakwah secara langsung

terhadap mad’unya seperti yang dilakukan Ustadz Riza di Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan

field research. Di mana dalam pelaksanaannya penulis melakukan pengamatan selama hampir satu tahun dan ikut serta setiap kegiatan ceramah Ustadz Riza. Selain itu penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan Ustadz Riza Muhammad sebagai responden utama peneliti. Sehingga data yang penulis dapatkan adalah data murni dari objek penelitian ini.

Adapun teori yang digunakan adalah teori dari Fred R David. Yaitu proses strategi tidak hanya sebatas merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.

Hasil dari penelitian strategi dakwah Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas Bintaro sektor Sembilan adapun strategi dakwah yang dilakukan Ustadz Riza adalah merumuskan strategi dakwah yang telah direncanakan yang

dilihat dari mad’u yang seperti apa, setelah itu di implementasikan dalam proses

pelaksanaan dilapangan yang bertumpu pada materi yang sudah disusun, dan setelah itu dilakukanlah sebuah evaluasi untuk menjaga keseimbangan antara

perumusan strategi dengan pelaksanaannya untuk meninjau peningkatan mad’u.

(6)

ii

Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Strategi

Dakwah Ustadz Riza Muhammad Dikalangan Remaja Mushola Al-ikhlas Bintaro

Sektor Sembilan” sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi

Islam, pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga

dan sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari sempurna. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan dan

dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Terselesaikannya skripsi ini tentu tak lepas dari berbagai dukungan yang

diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.

Dr. Komaruddin Hidayat, MA

2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, serta Wakil Dekan Dr. Suparto, M. Ed, MA, Drs. Jumroni,

M.Si., Drs. Wahidin Saputra, M.A.

3. Rachmat Baihaky M.A., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Dan

(7)

iii

bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan

5. Drs. Armawati Arbi, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI A

2009

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang telah mentranformasikan ilmu, sehingga penulis

mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini

7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Dan tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Riza

Muhammad yang bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk

melakukan penelitian. Tak lupa kepada Semua jajaran pengurus serta

rekan-rekan Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan

9. Ibunda Hosiyah, yang tidak pernah berhenti memberikan do’a dan

dukungan secara moril dan materil untuk penulisan selama ini. Begitu pula

ayahanda Bapak Sabarudin yang selalu mengingatkan saya untuk segera

wisuda secepatnya.

10.Adik-adik Sabrina Mustika Nur dan M. Davian Al-Farish yang selalu

memberikan hiburan disaat penulis sedang merasa lelah selama dalam

penelitian.

11.Teman-teman KPI A angkatan 2009, sahabat-sahabat tersayang yang

(8)

iv

Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik dikembalikan,

semoga Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada

penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin

yaa Rabbala’lamin....

Jakarta, 13 Januari 2014

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Tinjauan Pustaka... 5

F. Metodologi Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi ... 10

B. Proses Strategi ... 12

1. Perumusan Strategi ... 12

2. Implementasi Strategi... 13

3. Evaluasi Strategi... 13

C. Ruang Lingkup Dakwah ... 13

1. Pengertian Dakwah ... 14

2. Unsur-unsur Dakwah ... 15

(10)

vi

2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah ... 26

3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah ... 28

E. Remaja Masjid ... 30

1. Pengertian Remaja ... 31

2. Masjid ... 32

3. Remaja Masjid ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profile Ustadz Riza Muhammad ... 36

B. Karya-karya dan Karir Ustadz Riza Muhammad ... 37

C. Profil Remaja masjid ... 39

BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA MUHAMMAD DIKALANGAN REMAJA A. Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza ... 43

B. Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad ... 48

C. Media yang Digunakan Ustadz Riza untuk Meyampaikan Dakwahnya ... 55

BAB V KESIMPULAN A. Penutup ... 58

B. Saran ... 59

[image:10.595.100.512.95.624.2]
(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Nabi

Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam

Alquran dan sunnah Rasullulah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da’i adalah

merealisasikan ajaran-ajaran Alquran dan sunnah dijadikan pedoman dan

penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada

ajaran-ajaran di luar Alquran dan sunnah, menghindarkan masyarakat dari

berpedoman pada ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain

yang tidak dibenarkan oleh Alquran dan sunnah. Tugas da’i sangatlah berat

karena ia harus mampu menterjemahkan bahasa Alquran dan sunnah ke dalam

bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya. Namun, dibalik beratnya

tugas itu terhampar kemuliaan yang penuh rahmat sang pencipta Allah swt.









Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dalam tugas penyampaian dakwah islamiyyah, seorang da’i sebagai

subjek dakwah memerlukan seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam

(12)

system), di mana dakwah merupakan suatu sistem, dan strategi merupakan

salah satu dimensinya, maka strategi mempunyai peranan dan kedudukan yang

sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek

dakwah, sumber dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan

menguasai strategi dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan

seorang da’i kepada mad’u sebagai penerima atau objek dakwah akan mudah

dicerna dan diterima dengan baik.

Pendekatan dakwah mengajak atau menghakimi, pengertian mengajak

dalam dakwah sudah kita mafhumi bersama bahwa dakwah punya prinsip

untuk mengajak orang lain dari kejahilan kepada kebenaran, dari dari

kegelapan kepada terang benderang. Banyak hal yang sudah diketahui oleh

para penyeru Islam tentang dakwah dalam bentuk mengajak, baik dalam

dakwah bi al lisan, bi al hal, ataupun bil al qolam. Adapun makna

menghakimi di sini mencakup berbagai aspek dan bentuknya bisa berupa

menyalahkan, mencela, menghinakan, mengkafirkan, bahkan sampai kepada

aspek penerapan hukum Islam yang mengarah kepada jasmani seperti

memotong tangan, mencambuk, merajam yang diberikan hukuman tersebut

dianggap berprilaku tidak sesuai dengan ajaran islam.1

Ketika dakwah masih disambut dingin oleh para mad’unya maka

menurut Ustadz May Riza Kurnia yang biasa dipanggil Ustadz Riza

Muhammad “berdakwah dengan menggunakan stand up comedy. menurutnya

dengan adanya stand up comedy saat ini yang hanya penuh dengan candaan

atau humor mengapa tidak kita buat sebagai pesan dakwah yang bermakna

untuk diri kita dan orang lain.” Dengan demikian ustadz Riza Muhammad

1

(13)

mengenalkan dakwah melalui stand up comedy kepada masyarakat khususnya

para remaja dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah islam. Ustadz Riza

memberikan improfisasi baru dalam penyampaian dakwahnya agar para

remaja lebih tertarik dengan cara seperti stand up comedy ini misalnya.2

Karena kepeduliannya terhadap akhlak remaja saat ini penulis tertarik

melakukan penelitian dengan objek Ustadz Riza.

Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya

mencuri perhatian masyarakat Indonesia, sejak kemunculannya di Open Mic

Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya dengan

melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnya para

remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit tersebut sering

dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal seperti di Trans TV tepatnya

dihitam putih, bermain sinetron di Sctv dan sebagainya. Dengan strategi

tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan dakwah beliau yang tidak

begitu menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang

sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi berbeda dengan remaja di

Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan mereka begitu antusias melihat dan

mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustadz Riza. Dengan demikian

berdasarkan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti tersebut. Peneliti

tertarik untuk mengkaji dan mengangkat Strategi Dakwah Ustadz Riza

Muhamad, sehingga skripsi ini berjudul “Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad di Kalangan Remaja Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan”

2

(14)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang,

peneliti membatasi masalah penelitian ini pada strategi dakwah yang

diterapkan oleh Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas Bintaro sektor

sembilan dan tidak melakukan penelitian efek atau dampak strategi tersebut.

Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi dakwah Ustadz Riza dikalangan remaja mushola

Al-Ikhlas Bintaro sektor Sembilan?

2. Media dakwah apa saja yang dimanfaatkan oleh Ustadz Riza Muhammad

dalam menyampaikan dakwahnya untuk para remaja?

C. Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah yang diterapkan Ustadz

Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas sektor sembilan.

2. Untuk mengetahui Media dakwah apa saja yang dimanfaatkan oleh Ustadz

Riza dalam penyampaian dakwahnya untuk para remaja.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi positif

(15)

dalam strategi dakwah, tahapan-tahapan strategi dakwah serta fungsi

strategi dakwah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis

khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, serta dapat menambah

referensi di UIN Syarif Hidayatullah Tentang Ilmu Dakwah. Khususnya

pembahasan mengenai strategi dakwah.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam mementukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan

tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi sementara yang

penulis lakukan sampai saat ini menemukan beberapa perbedaan dengan

penelitian sebelumnya, yaitu:

Skripsi Fitriani Nurhasanah mahasiswi UIN jurusan Manajemen

Dakwah, penelitiannya berjudul “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam.

Persamaan dalam penelitian ini adalah mempunyai subjek yang sama yaitu

Satrategi dakwah, hanya saja terdapat perbedaan pada objek penelitian.

Nur Hidayat Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul

“Strategi Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam meningkatkan pemahaman Agama

(16)

terhadap strategi dakwah Ustadz Mufakhir dalam meningkatkan pemahaman

agama pada jamaah Masjid Biturahman Legoso.

Dera Desember Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul

“Strategi Dakwah Ustadz Umay Maryunani di Pondok Pesantren Terpadu

Darul’Amal Sukabumi. Dalam skripsi ini menganalisa terhadap strategi apa

yang digunakan oleh Ustadz Umay Maryunani di pondok pesantren terpadu

Darul’Amal Sukabumi.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif deskriptif yaitu

bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Selain itu penelitian

deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau

karakteristik pada bidang tertentu.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Subjek dari penelitian ini adalah

strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad, sedangkan yang menjadi objek

dari penelitian ini adalah mad’unya atau penonton, yaitu remaja Bintaro.

Penelitian ini dilakukan dari 25 Februari 2013 sampai 16 Oktober

(17)

3. Tahap Penelitian

Proses Penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu :

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan

instrument-instrumen sebagai berikut:

1) Wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Ustadz

Riza Muhammad sebagai data premier

2) Observasi. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung

serta mencermati ceramah-ceramah dari Ustadz Riza Muhammad,

antara lain yang saya pernah mencermati ceramah beliau di mall

FX Senayan dalam acara Hijab Class, talk show diacara Cahaya

Ilahi di B Channel, dan ceramah dimushola Al-ikhlas didaerah

Bintaro, saya juga mencermati dakwah beliau melalui media

seperti televisi, twitter, dan facebook .

3) Dokumentasi. Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari,

berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang

terdapat di perpustakaan. Internet atau instansi lain yang

berhubungan dengan penelitian ini.

b. Pengolahan Data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul,

selanjutnya data-data tersebut akan diolah. Untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid, pemeriksaan data juga diperlukan agar

(18)

penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada lima teknik

pemeriksaan data, yaitu: pertama, teknik trianggulasi antarsumber data, antar-teknik pengumpulan data dan antar-pengumpul data.

Kedua, pengecekan kebenaran informasi yang tertulis dalam naskah rencana laporan penelitian kepada para informan (member check).

Ketiga, akan mendiskusikan dengan teman sejawat. Keempat, analisis kasus negatif, yakni kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian

yang sudah ada hingga waktu tertentu. Kelima, perpanjangan waktu penelitian.3 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap itu.4

c. Analisis Data

Untuk menganalisis strategi dakwah Ustadz Riza Muhammad

maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni dengan

menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari

hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik dan metode

penulisan laporan penelitian ini, penulis berpedoman pada Buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang

diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta tahun 2007.

3

Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010), h.67-68.

4

(19)

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka

sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Penulis menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

penelitian ini. pada bagian awal, diuraikan tentang latar belakang

masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan terakhir

tentang sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis

Ini membahas tentang pengertian strategi, macam-macam strategi,

pengertian dakwah, strategi dakwah, dan pengertian remaja.

Bab III Biografi Ustadz Riza Muhammad

Ini berisikan tentang profil, keluarga, dan pendidikan Ustadz Riza

Muhammad, dan perjalanan dakwah Ustadz Riza Muhammad.

Bab IV Hasil Penelitian

Pembahasan Strategi Dakwah Ustadz Riza Muhammad: ini

berisikan strategi dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Riza

Muhammad dikalangan remaja.

Bab V Penutup

Berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran untuk mencapai

hasil yang lebih baik dalam penelitian ini dan juga dalam penelitian

(20)

10

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Agar lebih mengetahui pengertian strategi lebih jauh lagi penulis

memberikan pengertian melalui dua perspektif yaitu: pertama perspektif

etimologi dan yang kedua perspektif terminologi.

a. Perspektif Etimologi

Dari segi perspektif etimologi kata “strategi” berasal dari

bahasa Yunani, yaitu Stratogos yang berarti militer dan Ag yang

berarti pemimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan

Ghaneralship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jendral dalam

membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan

perang.1

Namun saat ini, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kata

strategi banyak diadopsi dan diberi arti yang lebih luas sesuai dengan

bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi

tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa

perang. Tetapi saat ini kata strategi sudah berkembang pada tanggung

jawab seorang pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

1

(21)

disebutkan bahwa istilah strategi adalah “seni atau ilmu untuk

menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.2

Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu

organisasi diartikan sebagai “kiat” cara atau taktik utama yang

dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen

yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3

b. Secara Terminologi

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strategi penulis

memaparkan sejumlah para pakar mengenai pengertian strategi,

diantaranya:

1) Onong Uchayana Effendi mengatakan, Onong Uchyana Efendy,

mengatakan: “Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning)

dan Manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan

yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu

menunjukan bagaimana taktik operasionalnya”.4

2) Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai “Kebijakan

menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan

kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.5

2

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199

3

Handari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2000), Cet Ke-1, h. 147

4

Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-6, h. 32

5

(22)

3) M. Bahri Ghazali M.A dalam bukunya mengatakan strategi adalah

langkah-langkah operasional dalam menuju terlaksanakannya suatu

kegiatan yang merupakan taktik untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

Pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan melalui modifikasi kegiatan

dakwah sesuai dengan situasi kondisi lingkungan dakwah tersebut.6

B. Proses Strategi

Menurut Fred R. David, proses strategi tidak hanya sebatas

merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai

evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.7

1. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan

mengenai peluang dan ancaman eksternal, menerapkan kekuatan dan

kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan

strategi alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

Perumusan Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang

terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,

kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan

serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat

diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.8

6

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1997), Cet 1, h. 21

7

Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia, penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3

8

(23)

2. Implementasi Strategi

Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan

tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat

membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi,

karena jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi yang telah

dirumuskan hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian

sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan

mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan

dan organisasi.9

3. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat

diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi

tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu

organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang

dinyatakan telah tercapai.10

C. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu “Da’a,

Yad’u, Da’wata” yang mempunyai arti memanggil, menanamkan,

9

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, hal. 3

10

(24)

mengundang. Secara istilah, kata dakwah berarti menyeru atau mengajak

manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh

berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh

Allah SWT dan Rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.11

Adapun pengertian dakwah menurut beberapa pakar:

a. H.M Arifin berpendapat dalam bukunya, menandung arti seruan dalam

bentuk lisan, tulisan dan perbuatan yang dilakukan secara terencana,

dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun

kelompok, bertujuan agar timbul pengertian, kesadaran, penghayatan

dan pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang

disampaikan kepadanya, dengan tanpa adanya unsur paksaan.12

b. Wahyu Ilahi M.A dalam bukunya mengatakan mengenai dakwah

adalah, ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik.

Dakwah mengandung ide tentang progresivits, sebuah proses terus

menerus kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan

tujuan dakwah tersebut.13

c. Hj. Tuty Alawiyah AS mengatakan bahwa dakwah dalam arti amr

ma’ruf nahyi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan

keselamatan hidup masyarakat. Ini adalah kewajiban manusia yang

memiliki pembawaan fitrah sebagai social being (mahluk sosial), dan

11

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, Cet 1, (UIN Jakarta Press), h. 33

12

M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) cet. Ke-7, h. 17

13

(25)

kewajiban yang ditegaskan oleh risalah sebagaimana tercantum dalam

Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Oleh karena itu, dakwah bukan

monopoli golongan yang disebut “ulama” atau “cendik-cendikiawan”

saja.14

Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang

berisi petunjuk-petunjuk agar manusia menjadi lebih baik, beradab dan

berkualitas. Selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah

peradaban yang maju. sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam

arti kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, peneindasan,

dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai semua itu, maka perlu

dilakukan dakwah. Karena dengan masuk nya Islam dalam sejarah umat

manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang

kebenarannya.15

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian

dakwah penulis menyimpulkan, dakwah ialah usaha seseorang atau da’i

dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari

Al-Quran dan Al- Hadist, yang dilakukan dengan cara mengajak, menyeru,

membimbing manusia agar kembali kejalan Allah SWT, serta menjalankan

segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2. Unsur-unsur Dakwah

Terlepas dari perbincangan dari analisis dari definisi dakwah yang

sudah ada dalam focus pembahasan ilmu dakwah. Maka ada lima factor

atau komponen dalam dakwah, diantaranya: 1. Subjek dakwah 2. Objek

14

Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah Dikalangan Majlis Ta’lim, h. 25

15

(26)

dakwah 3. Materi dakwah 4. Media dakwah 5. Metode dakwah. Yang

dimaksud dari lima komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada

dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.16

a. Subyek dakwah (da’i)

Subyek adalah unsur pelaksana atau orang yang berdakwah,

yaitu da’i. sebagai subyek dakwah ia harus terlebih dahulu intropeksi

perilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan

diteladani oleh orang lain.17

Sebagai da’i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri

maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan murka Allah SWT.

Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para

pelaku da’i yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan

ajaran agama Islam, maka seorang da’i harus memiliki bekal ilmu yang

cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.

Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, antara lain:

1) Mengetahui al-Qur’an dan Hadist sebagai pokok ajaran agama

Islam

2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan as-

Sunnah seperti: Tafsir, Hadist, Tauhid, dan Fiqih

3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah

seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi,dan

perbandingan agama

16

Zaini Muhtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press Dan IFKA, 1966), h. 14

17

(27)

4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu Retorika

5) Penyantun dan lapang dada

6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan

mempertahankan kebenaran

7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim

8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun

menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan

9) kholish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah

semata-mata karena memohon keridhaan Allah

10) Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da’i atau mubaligh dan

tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena

pengaruh-pengaruh keduniaan.18

Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da’i harus

berkomunikasi dengan jama’ah (khalayak) yang dihadapi. Karena

komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalm

bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari

ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual.

Dengan komunikasi itu pula da’i akan mengetahui apa materi yang

sesuai bagi jama’ah yang dihadapinya.

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Obyek atau mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah.

Masyarakat sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di

18Hamzah Ya’qub,

(28)

dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya. oleh sebab

itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum

melangkah ke aktivitas dakwah yang selanjutnya.

Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam

golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama

dengan menggolongkan manusia itu sendiri kedalam profesi, ekonomi,

dan seterusnya.19

Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang

terbagi menjadi:

1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa

masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta

masyarakat yang ada di kota

2) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur

kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga

3) Sasaran kelompok masyarakat dari segi cultural berupa golongan

priyai, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada

masyarakat jawa

4) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa

golongan anak-anak, remaja dan orang tua

5) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social

ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.

19

(29)

6) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari okupasional (profesi dan

pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,

pegawai negeri dan lain-lain.20

c. Materi Dakwah

Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu

Al-Qur’an dan Al-Hadist. Materi dakwah tidak terlepas dari dua

sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya maka

seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.21

Sedangkan menurut Drs. H. Hanafi Anshari pengertian materi

dakwah adalah (Maddah Ad- Da’wah) adalah pesan-pesan dakwah

Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek

dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah

maupun Sunnah Rasul-nya.22 Pesan-pesan dakwah yang disampaikan

kepada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam.

Dalam istilah komunikasi, materi dakwah atau Maddah ad-Dakwah

disebut dengan istilah message (pesan).

Untuk materi dakwah itu sendiri secara konseptual pada

dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang

hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat

diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

1) Masalah keimanan (aqidah)

20

Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: kencana, 2006), h. 70

21

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 63-64

22

(30)

2) Masalah keislaman (syariat)

3) Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)

Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam

penggalan ayat “saling menasihati dalam kebenaran dan saling

menasihati dalam kesabaran” (QS. Al- Ashr) (103) :5)

Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung

makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogianya menyampaikan,

mengundang, dan mendorong mad’u sebagai objek dakwah untuk

memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada kehidupan baik

kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari system nilai ini

dapat diturunkan aspek legal (syariat dan fiqh) yang merupakan

rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.23

d. Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan

bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat

perantara.24

Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen

yang tidak bias dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media

sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Untuk itu keberadaan

media sangat penting untuk diupayakan dan diperhatikan apalagi di

zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks.

23

M. Dawam Rahardjo (Ed), Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan

Pemerataan Pembangunan, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Jakarta:

Intermasa, cet 1, 1997, hlm 109

24

(31)

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:

televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.25

e. Metode Dakwah

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani metodos

yang artinya cara atau jalan. Jadi, metode dakwah adalah jalan atau

cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif

dan efesien.26 Metode dakwah berarti cara tertentu yang dilakukan oleh

seorang da’i dalam menyampaikan pesan materi dakwah kepada

mad’unya.27

Dakwah memerlukan metode-metode yang akurat, seperti yang

dijelaskan dalam al-Qur’an surat an- Nahl ayat 125. Dalam ayat

tersebut memberikan pedoman bagaimana dakwah itu harus dilakukan,

yaitu dengan cara:

1) Hikmah, aplikasi metode dakwah dengan hikmah sebagaimana

dicontohkan oleh Rasullulah SAW. Sejak beliau berlaku lembut

dan santun sampai pun terhadap musuh saat awal periode mekkah,

sampai saatnya Nabi mengomando para sahabat untuk mengangkat

senjata memerangi musuh, adalah aplikasi hikmah. Ada kalanya

menahan diri, tetapi ada pula saat berperang. Ada masanya beliau

25

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, hlm. 35

26

Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Jilid I, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, Semarang: CV. Toha Putra, 1973, hlm 21

27

(32)

berdakwah secara siriyah (tertutup), tetapi ada pula masanya untuk

berdakwah secara jahriyah (terbuka).

2) Al-Mauizha al hasanah, yaitu memberi kepuasan kepada orang

atau masyarakat yang menjadi objek dakwah dengan cara, seperti

nasihat, pengajaran, dan teladan yang baik.

3) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran (diskusi)

dengan cara-cara yang baik, metode ini digunakan bagi objek

dakwah tertentu, misalnya bagi orang yang berpikir kritis dan

kaum terpelajar, seperti mahasiswa dan santri.28

3. Macam-macam Dakwah

a. Dakwah bil lisan, yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang

dilakukan antara dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan

lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para

juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim, khutbah jumat

dimasjid-masjid atau pengajian-pengjian. Dari aspek jumlah barangkali dakwah

melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup banyak

dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat. Dalam

perkembangan berikutnya dakwah bil lisan dapat menggunakan teori

komunikasi modern dengan mengembangkan melalui publikasi penyiaran

(broadcasting publication) antara lain melalui radio penyiaran, dan

lain-lain.

28

(33)

b. Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata di mana aktivitas

dakwah dilakukan dengan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata.

Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut

hasilnya bias dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek

dakwah. Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasullullah, terbukti bahwa ketika

pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun

Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini

adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang bias dikatakan

sebagai dakwah bil hal.

c. Dakwah bil hal saat ini bisa dilakukan dengan karya nyata sebagai solusi

kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah

Islam, perguruan-perguruan tinggi Islam, membangun pesantren,

membangun rumah-rumah sakit, membangun poliklinik, dan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat lainnya.

d. Dakwah bil qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan

keahlian menulis surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan

yang dapat dicapai oleh dakwah bil qalam ini lebih luas daripada melaui

media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan

waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja

mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil qalam ini.

Dalam dakwah bil qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal

menulis, yang kemudian disebarkan luaskan melalui media cetak (printed

(34)

artikel ke Islaman, Tanya jawab hukum Islam, rubrik dakwah, rubrik

pendidikan agama, kolom keislaman, cerita religious, cerpen religious,

puisi keagamaan, publikasi khutbah, famlet keislaman, buku-buku, dan

lain-lain.29

D. Strategi Dakwah

1. Pengertian Strategi Dakwah

Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi

Dakwah Islam mengatakan bahwa strategi dakwah diartikan sebagai

metode, siasat, taktik, atau maneuver yang dipergunakan dalam aktivitas

kegiatan dakwah. 30 strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan

manajemen. Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama

mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh

individu maupun organisasi.

Menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan

bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan

dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai

tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.31

29

Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzan, 2008), Cet ke- I, h. 10-12

30

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Penerbit Al-Ikhlas Surabaya-Indonesia) h 32

31

(35)

Menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da’wah)

adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan

untuk kegiatan dakwah.32

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning),

metode dan taktik untuk mencapai suatu tujuan dakwah. Dalam mencapai

tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana

operasionalnya yang harus dilakukan secara tekhnik atau taktik.

Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika

dalam dakwah menggunakan strategi komunikasi, maka dakwah yang

dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi terlebih

dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa yang

digunakan sesuai dengan keadaan, pesan yang disampaikan dapat

dipahami oleh audiens.

Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah harus

memprihatinkan beberapa azas dakwah diantaranya:

a. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya

dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas

dakwah.

b. Asas kemampuan dan keahlian da’i (Achievement and profesionalis):

Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan

profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.

32

(36)

c. Asas sosiologis: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan

dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik

pemerintah setempat, mayotitas agama di suatu daerah, filisofis

sasaran dakwah, sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.

d. Asas psikologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya

dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu pula

sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu

sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus

diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.

e. Asas efektifitas dan efesiensi: Maksud asas ini adalah di dalam

aktivitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu

maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.

Sehingga hasilnya dapat maksimal.

Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i hanya

butuh memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai

dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.33

2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah

Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan

dakwah di lapangan dan aspek-aspek normatif tentang dakwah yang terdapat

dalam Al-Qur’an dan sunnah, makan ditemukan prinsip strategi dakwah,

antara lain sebagai berikut:

33

(37)

a. Memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal

Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus

diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana

yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun

wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat.

b. Merumuskan masalah pokok umat islam

Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan

untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih

dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran

ideal dan kenyataan yang konkret dari pribadi-pribadi muslim, serta

kondisi masyarakat dewasa ini. Jenjang masalah ini pun tidak sama antara

kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.

Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah itu

seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut.

c. Merumuskan isi dakwah

Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta

masalah yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah

menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan

masyarakat Islam sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan.

Ketidaksinkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa menimbulkan

dampak negatif yang disebut dengan istilah “split personality” atau

double morality” pribadi muslim. Misalnya seorang muslim yang

(38)

penindas, koruptor dan perbuatan tercela lainnya. Jadi, untuk bisa

menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang

komprehensif atau dengan menghimpu pemikiran-pemikiran beberapa

pakar dari berbagai disiplin ilmu.34

3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah

Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak,

insya Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan

dakwahnya.

Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan

strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi

manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju

tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam menyukseskan

dakwahnya, membangun negaranya, menguatkan kekuasaannya dan

meninggikan kedudukannya.

Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada sseorang pun

pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW.

Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan

akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu

telah terbukti pada diri beliau.

Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai

berikut :

34

(39)

a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima dakwah

(audience).

Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu meraka banyak terisi

dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat dan nasehat yang baik. Nabi

SAW tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehingga orang

yang dinasihati tidak merasa bosan. Strategi dakwah yang dicontohkan

Nabi SAW tersebut diikuti oleh para sahabat. Sabda Nabi SAW. Yang

Artinya : “permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar gembira

dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”. (HR Bukhari dan

Muslim)

b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan

Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah

mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi

jika dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang

da’i menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah,

maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah

direnofasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena menghindari fitnah

kaum yang baru menetes dari kehidupan jahiliyah.

c. Menjinakkan hati

Dilakukan dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika

disakiti, bersikap lembut ketika dikasari dan bersabar ketika dizhalimi.

Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesa-gesa dibalas dengan

(40)

Itulah cara penting yang dapat menarik penerima dakwah

(audience) ke dalam Islam dan membuat iman mereka mantap. Dengan

cara-cara tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat

disekitarnya. Mereka bukan saja sangat mencintai beliau tetapi juga ikut

menjaga dan membela beliau dalam dakwahnya.

d. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya,

tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi

SAW.

e. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.

f. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap pertanyaan

sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa

puas.35

E. Remaja Masjid

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.

Sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat

mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.

Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dan cara berfikir remaja

ini menginginkan untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial orang

35Sa’id bin Ali bin Wahif Al

(41)

dewasa yang kenyataannya merupakan cirri khas yang umum dari periode

perkembangan ini.

Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan

anak-anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani,

boleh jadi malah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap

dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa. Dalam perkembangan

kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus, adayang

menyatakan masa remaja adalah masa yang paling indah, sehingga

tidaklah boleh dilewatkan begitu saja. Ada pula pendapat bahwa masa

remaja adalah masa yang paling menentukan kelanjutan hidup seseorang,

dimasa tuanya. Remaja juga dikatakan generasi penerus perjuangan

bangsa, baik buruk masa depan bangsa tergantung pada baik buruk moral

dan akhlak remajanya.36

Pendapat lain juga dikatakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono,

karena ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihan dari anak-anak

kedewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan

perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala

primer dalam perubahan remaja. Sedangkan perubahan-perubahan

psikologi muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan

fisik itu.37

36

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000)Cet.ke-5, h.9

37

(42)

Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Hj. Zakiyah Derajat

menetapkan batasan usia remaja mulai dari usia 13-21 tahun.38 Akan tetapi

para ahli menegaskan bahwa yang dapat ditentukan masa remaja itu adalah

masa permulaannya, yaitu ditandai dengan mimpi pertama bagi laki-laki,

sedangkan wanita ditandai dengan menstruasi pertama.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu

masa dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalamai perkembangan psikologis dan perlu di

identifikasi dari anak-anak sampai dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada kesadaran yang relativ mandiri.39

2. Masjid

a. Pengertian Masjid

Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam

Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud, yang

berarti patuh, taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.

Meletakan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian

dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari

makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang

38

Zakiyah Derajat, Problematika Remaja Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)Cet.ke-3,h.114

39

(43)

dikhususkan untuk melaksanakan sholat dinamakan masjid, yang artinya

“tempat bersujud”. Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan

bangunan tempat kaum Muslim. Tetapi karena akar katanya mengandung

makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala

aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata. Firman

Allah SWT dalam Qs. Al-jin: 18

b. Fungsi Masjid

Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan

dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi.

Masjid bukan saja tempat sholat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan,

pengajian, keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-fungsi social

ekonomi lainnya.

Rasulullah SAW telah mencontohkan multifungsi masjid dalam

membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik sebagai pusat

ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian problematika

umat dalam aspek hukum, pusat pemberdayaan ekonomi umat baitul maal,

pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan

urusan-urusan pemerintahan Rasulullah, singkatnya, pada zaman

Rasulullah masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam. Dengan

demikian, fungsi masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual semata,

melainkan fungsi masjid harus dimaknai dalam berbagai dimensi

(44)

Pada masa sekarang, peran masjid dapat dimaksimalkan sebagai

pusat pembinaan umat dengan memperbanyak sisi aktivitas. Aktivitas

masjid semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok

orang atau golongan dan aktivitasnya pun tidak hanya berupa ibadah

tertentu yang bersifat ritual. Aktivitas masjid harus menyentuh dan

melibatkan sekelompok jama’ah, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda

dan orang dewasa sampai orang tua sekalipun. Di samping itu, pelibatan

jama’ah juga tidak memandang perbedaan dari segi pria dan wanita, kaya

dan miskin atau yang berpendidikan tinggi dan rendah.

3. Remaja Masjid

Remaja masjid merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan

berkembang, namun kehadirannya tidak muncul begitu saja. Berawal dari

usaha-usaha menyelanggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang

melibatkan anak muda (remaja), lalu timbul kesadaran perlunya organisasi

yang permanen, dan akhirnya dibentuklah suatu organisasi remaja masjid.

Saat ini remaja masjid telah menjadi wadah favorit kegiatan remaja

muslim. Umumnya di desa-desa yang banyak kita jumpai. Meskipun masih

banyak hambatan atas keberadaannya, namun secara umum masyarakat sudah

semakin lebih bisa diterima keberadaannya.

Pada dasarnya remaja masjid dan remaja mushollah tidak ada

perbedaannya hanya saja tempat pelaksanaannya yang berbeda. Saat ini

(45)

mengkaji dan mendakwahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya, dakwah Islam

yang dilakukan para remaja bukanlah hal yang baru.

Remaja masjid membina para anggotanya agar berilmu dan beriman

kepada Allah SWT. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program

yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai aktifitas remaja masjid yang

mapan, biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana.40

40

(46)

36

A. Profil Ustadz Riza Muhammad

Ustadz Riza Muhammad, lahir di Situbondo pada tanggal 1 Mei 1983

dari pasangan Bapak Arie dan ibu Nurnaningsih. Putra ke dua dari tiga

bersaudara. Ustadz yang biasa kita lihat di stasiun tv swasta ini sekarang

masih berstatus lajang. Mengenai pendidikannya, beliau lulusan dari pondok

pesantren Al Abror, Situbondo. Ia mengawali karir sebagai pembawa acara di

radio lokal di Bali, TV lokal dan nasional. Berbekal jadi santri selama 9 tahun,

anak pasangan Nurmaningsih dan Arie ini mencoba ikut pemilihan DAI TPI

2005. Pernah terlibat pembuatan sinetron religi Sakratul Maut di ANTV

beberapa tahun silam. Di kota asalnya; Denpasar Bali, ia dikenal sebagai MC

terbaik juga penceramah. Maret 2012 lalu, anak kedua dari 3 bersaudara ini

serius ingin berkarir di Jakarta. Kehadirannya, cukup menarik perhatian

masyarakat. Meski namanya belum setenar Ustadz senior tapi lajang berlesung

pipit ini sudah diberi kesempatan untuk menjadi narasumber program religi di

beberapa televisi.

Nama popular lajang kelahiran 1 May 1983 ini adalah Ustadz Riza

Muhammad. Saat ini finalis Film Ketika Cinta Bertasbih 2008 ini menjadi

narasumber tetap di Cafe Tausiyah di MNC Muslim, Taman Cinta di MNC

Muslim dan Program Muallah Alif TV. Kehadirannya mencuri perhatian

(47)

di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dari program tersebut, penyuka jalan-jalan,

olah raga dan mengaji ini diminta beberapa televisi untuk berdakwah dengan

gaya stand up comedy. Bukan hanya itu, Ustadz Riza Muhammad

mempunyai salam yang khas. Salamnya selalu dibawakan di setiap ceramah

salamnya adalah “assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh” beliau

sambil meggerakan tangannya dengan intonasi khas beliau, dan dikenal

masyarakat yang pernah menyaksikan aktingnya di Sinetron Putih Abu2 di

SCTV. Sekarang, pria hitam manis ini sibuk ceramah dan shooting Sinetron

Ustadz Fotocopy di SCTV. Namun saat ini Ustadz Riza sedang sibuk shooting

di Sinetron Pesantren Rock and Roll yang tayang di SCTV dan program religi

di B Channel TV. beberapa prestasi-prestasi yang sudah beliau torehkan

selama hidupnya diantaranya;

B. Karya-karya dan Karir Ustadz Riza Muhammad Prestasi :

- Finalis Indonesia Star Metro TV 2004

- Finalis DAI TPI 2005

- Finalis Film Ketika Cinta Bertasbih 2008

Pengalaman Radio :

- Radio GemaMerdeka Bali

- Radio CDBS Bali

(48)

PengalamanSinetron / FTV :

- Sakaratul Maut @ ANTV 2006

- Pacarku Office Girl @ SCTV 2010

- SinetronPutih Abu2 @ SCTV 2012

- SinetronUstadz Photocopy @ SCTV 2012

- Sinetron Pesantren Rock and Roll 1 dan 2 @ SCTV 2013

- Program Religi Talk Show @ B Channel TV 2012 - 2013

Pengalaman Host/Presenter TV :

- Halo Bu Dokter @ Metro TV

- Presenter @ TVRI Bali » AcaraSiramanRohani, Sari Usada

- Presenter @ TVRI Nasional » AcaraGemaRamadhan, KunjunganPresiden

SBY, SambutMentari 2009

Pengalaman Nara Sumber / Penceramah TV :

- Cafe Tausiyah @ MNC Muslim 2012

- Taman Cinta @ MNC Muslim 2012

- Open Mic Stand Up Comedy @ Metro TV 2012 (eps ustadz2)

- Ada AnakBertanyaPadaBapak @ B Channel TV 2012

- Program Mualaf @ Alif TV 2012

- SinetronPutih Abu2 @ SCTV 2012

- Talk show kajian AlQur’an • Ramadhan di Masjidil Haram @ ANTV 2012

- Ngulik @ Trans TV 2012

- SuaraAnakNegeri @ Alif TV-Jak TV 2012

- HitamPutih @ Trans7 2012

(49)

Dalam konteks dakwah, Ustadz Riza adalah seorang Da’i yang baik,

mempunyai media untuk menyampaikan pesan-pesannya berupa ide, gagasan

yang terus berkembang hingga saat ini. Dilihat dari kepiawannya dalam

berdakwah Ustadz Riza masih bisa menyampaikan dakwahnya dimedia

televisi hingga sekarang.

C. Profil Remaja masjid

Masjid Al-Ikhlas Bintaro sektor Sembilan termasuk masjid yang

bagus, masjid tersebut sudah 10 tahun lamanya dibangun dari tahun 2003

akhir, letak masjid ini ditengah-tengah perbatasan antara warga desa dengan

komplek namun masjid ini lebih dikenal sebagai masjidnya masyarakat yang

tinggal disektor sembilan, jika dibilang aktif atau tidaknya masjid ini memang

kurang begitu aktif namun untuk pengajian ibu-ibu ataupun bapak-bapaknya

masih tetap ada tetapi tidak seperti masjid-masjid lainnya, yang selalu aktif

dan selalu ada kegitan disetiap harinya. Tapi untuk solat wajib, solat Idul

Futri, Idul Adha, santunan itu tetap ada. Karena secara geografis memang

letaknya yang diperkomplekan yang masyarakatnya pun orang-orang sibuk.

Untuk kegiatan remaja masjidnya pun kurang begitu aktif. dan disetiap sore

hari senin, rabu, dan jum’at diisi dengan pengajian TPA. Namun dengan

adanya masjid ini untuk syiar Islam berjalan dengan baik silaturahmi antara

masyarakat komplek dan desa terjalin dengan harmonis. Dibawah ini penulis

mendapat struktur-struktur dan kegiatan remaja masjid Al-Ikhlas Bintaro

(50)

Pembina: Bapak H. Cucu Mulyana

Pembimbing: Bapak H. Zulfarshah

Ketua: Bapak Sahal

Wakil: Mulyadi

Bendahara: Yufia Hadiyatis Sholehah

Sekretatis: Deni Hermawan

Div Kerohanian

 Abdul Wahid

 Yusuf

 Supriyadi

 Mika Rahmawati

 Nurkhuzaifah

 Zainul

Div Dek-dok

 Ian Apriadi

 Agung Perdana

 M. Fajril

 Hilman Fauzi

 Arya Ibnu Akil

Div Olahraga

 Regi Rahman

 Damar Arif

(51)

 Sadam Wahyudi

 Ahmad Cipta Fauzi

 Toni

Div Humas

 Iman Sudrajat

 Hadyanto

 Rahmat Darmawan

 Agung

 Rizky Tri Putra

 Fajar Alamsyah

 Fudori Ahmad

 Danang

Div Kesenian

 Septian Adi Sanjaya

 Ahmad Fauzi

 Samudi

 M. Irvan, Ikbal Maulana

Div Konsumsi

 Sumarni

 Mila Karmila

 Arum Safitri

 Ines Samanta

(52)

 Ana Istiana

 Nurlelah

 Nasiyah

 Nurul Laila Qodriah

Div Perlengkapan

 Soni Sahara

 Ahmad Nur’ali

 Nurdin,Ma’mun

 Saipul Ambiya

 Zemi Adi

Kegiatan Remaja Masjid

 Program Belajar Baca Al Qur'an Teknik 8 Jam, dan Program

Terjemah Al Qur'an Teknik 40 Jam. Kedua program tersebut

diselenggarakan 1 pekan sekali, yaitu pada akhir pekan, di Sabtu

pagi mulai jam 06.00 dan Ahad pagi, ba'da Sholat subuh di Mesjid

Al-ikhlas.

 Pengajian mingguan setiap malam sabtu

 Diadakannya kerja bakti hari minggu setiap seminggu sekali

(53)

43

BAB IV

ANALISIS STRATEGI DAKWAH USTADZ RIZA MUHAMMAD DIKALANGAN REMAJA

A. Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza 1. Asas Filosofis

Ustadz Riza Muhammad memang dikenal karena kehadirannya

mencuri perhatian masyarakat Indonesia sejak kemunculannya di Open

Mic Stand Up Comedy di Metro TV, saat Idul Fitri lalu. Dan dakwahnya

dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat,

khususnya para remaja. mulai saat itu da’i muda yang berlesung pipit

tersebut sering dipanggil diberbagai distasiun televisi terkenal seperti di

Trans TV tepatnya dihitam putih, bermain sinetron di Sctv dan sebagainya.

Dengan strategi tersebut banyak remaja yang mulai tertarik dengan

dakwah beliau yang tidak begitu menggurui dan mo

Gambar

GAMBARAN UMUM

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Tuti Trihastuti Sukardi, sebagai Kepala Subbagian Pemerintahan Daerah, Bagian Pemerintahan Daerah dan Tata

[r]

Pentingnya strategi komunikasi agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan saat proses dakwah berlangsung. Ustadz Abdul Somad menyampaikan pesan dakwah yang disampaikan

Dalam jaringan interkoneksi statis, jalur diantara terminal yang berbeda dari sistem bersifat pasif dan hanya jalur yang telah ditentukan oleh prosesor pengendali yang dapat

Apabila sampai di kelas prosumer ada lebih dari satu grup (lebih dari 6 peserta), maka akan ada kelas Professional sebagai finalnya. Peserta yang mendaftar lebih dahulu

Melihat paparan diatas maka diambil kesimpulan bahwa dakwah ustadz Yusuf Mansur dapat dikatakan juga sebagai metode dakwah bil Mau’idlah hasanah, yang menurut

Strategi dakwah Islam dalam memikat kaum milenial untuk aktif kajian berdasarkan hasil wawancara dari beberapa ustadz yang peneliti lakukan terdapat beberapa

Trase B adalah trase baru yang ditentukan dalam penelitian ini seperti pada Gambar 3 dengan rute dari Stasiun Kedundang menuju Desa Kaligintung kemudian memotong