• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

DALAM MEMBANTU PERMODALAN NELAYAN

DI PPI TANJUNG PASIR, PROVINSI BANTEN

SANDY YUDHA HUTAJULU

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Sandy Yudha Hutajulu

(4)

ABSTRAK

SANDY YUDHA HUTAJULU. Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program kredit/pembiayaan pemerintah yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi) yang layak (feasible) namun belum memenuhi syarat-syarat perbankan (bankable), salah satunya adalah sektor perikanan dan kelautan. Sektor perikanan dan kelautan sendiri belum menjadi target utama dalam penyaluran KUR karena tingginya resiko pada sektor tersebut. Nelayan debitur KUR di PPI Tanjung Pasir umumnya mampu memenuhi persyaratan pengajuan kredit. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Kredit KUR digunakan untuk menambah modal investasi (kapal, mesin, dan alat tangkap) dan menambah modal kerja minimal selama 3 – 25 trip. Kredit yang diterima nelayan debitur berkisar antara Rp1.000.000,00 – Rp20.000.000,00 (sesuai dengan regulasi KUR Mikro). Besar uang yang dipinjamkan pihak bank sudah mencukupi kebutuhan modal dari nelayan debitur. Penyaluran KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir masih perlu ditingkatkan. Banyak nelayan yang belum memanfaatkan program ini karena kurangnya sosialisasi.

Kata kunci:Kredit Usaha Rakyat, PPI Tanjung Pasir, permodalan nelayan

ABSTRACT

SANDY YUDHA HUTAJULU. Study of Kredit Usaha Rakyat Mikro Lending for Fishermen’s Capital Funding in PPI Tanjung Pasir, Banten. Supervised by ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) is a credit allocated for micro, small and medium enterprise which has economic feasibility but not yet bankable, one of them is the fisheries and marine sector. Fisheries and marine sector has not yet become the main targets in the distribution of KUR program due to the high risk in that sector. KUR fishermen debtor in PPI Tanjung Pasir are generally able to comply the requirements of credit. A method that is used is descriptive quantitative and descriptive qualitative. KUR credit used to increase the capital investment capital (boats, engines and fishing gear) and working capital for at least 3 – 25 trip. The credit received by the debtor fishermen ranged between IDR1,000,000.00 – IDR20.000.000 (in accordance to regulation of Micro KUR). The amount of money lent by the bank is sufficient enough for the fishing capital of the debtor. KUR lending in PPI Tanjung Pasir still needs to be improved. Most of fishermen do not participated in this program due to the lacking extends.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

KAJIAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

DALAM MEMBANTU PERMODALAN NELAYAN DI PPI

TANJUNG PASIR, PROVINSI BANTEN

SANDY YUDHA HUTAJULU

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten

Nama : Sandy Yudha Hutajulu NIM : C44100083

Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir Ernani Lubis, DEA Pembimbing I

Ir Wawan Oktariza, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Wiryawan, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Kredit Usaha Rakyat, dengan judul Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Bapak Ir Wawan Oktariza, MSi selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Mustaruddin, STP selaku dosen penguji, Bapak Dedi Sadikin, SE selaku Kepala Kantor UPT PPI Tanjung Pasir, Bapak Masyudi, Amd selaku manajer TPI Tanjung Pasir, Bapak Teten Djaka Triana selaku Kepala Divisi Bisnis Program dan Kemitraan Bank Rakyat Indonesia, Bapak M. Rizkan Gunawan selaku pimpinan Bank Rakyat Indonesia Cabang Tangerang, dan seluruh karyawan BRI Unit Kampung Melayu yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi dan jumlah Unit Penangkapan Ikan 5

Kondisi Permodalan 8

Peran KUR dalam Membantu Biaya Operasional Nelayan 10 Pelaksanaan Penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir 13

SIMPULAN DAN SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data-data yang diperlukan beserta sumber dan jenis data 4 2 Jumlah kapal di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 6 3 Jumlah nelayan di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 7 4 Jumlah alat tangkap gillnet di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan

2013 7

5 Produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir 8

6 Jumlah modal investasi nelayan PPI Tanjung Pasir 9

7 Jumlah modal kerja nelayan PPI Tanjung Pasir 9

8 Alokasi dana KUR 14

9 Perbandingan antara kebutuhan modal nelayan dengan modal KUR

yang diperoleh 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi PPI Tanjung Pasir 2

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sektor perikanan dan kelautan dengan sumberdaya yang melimpah. Menurut Sutarjo (2013), potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia mencapai sekitar 6,5 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011 (77,38%). Keunggulan sektor perikanan dan kelautan tersebut masih bertolak belakang dengan kesejahteraan nelayan. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), hasil survei menunjukkan angka kemiskinan masyarakat pesisir Indonesia (termasuk nelayan) yang tinggi yaitu 62,76 % dari penduduk miskin di Indonesia. Salah satu masalah yang menjadi latar belakang kemiskinan dari nelayan adalah kesulitan dalam memperoleh modal untuk melakukan operasi penangkapan ikan di laut. Modal merupakan salah satu kebutuhan penting bagi para nelayan untuk melaut, sehingga nelayan sering bergantung pada para pemilik modal. Permodalan melaut yang sulit didapat dan tingginya keterikatan nelayan pada pemilik modal serta sumberdaya ikan yang bersifat open access pun semakin membuat pendapatan nelayan pada perikanan skala kecil tidak menentu dan kesulitan dalam memperoleh keuntungan.

Salah satu program pemerintah untuk mengatasi masalah ini adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang digulirkan pada tahun 2007 dengan tujuan memberikan penjaminan kredit untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) pada sektor produktif, salah satunya adalah sektor perikanan dan kelautan. Program peminjaman kredit ini diharapkan dapat membantu permodalan melaut bagi nelayan. Kredit Usaha Rakyat juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas nelayan yang merupakan imbas dari peminjaman modal yang diajukan.

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten dengan volume produksi perikanan terbesar di Provinsi Banten dengan total produksi sebesar 18.662 ton/tahun atau 31,26% dari total produksi keseluruhan provinsi (DKP 2013). Lokasi penelitian ini berada di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa ini merupakan daerah yang berada dekat dengan laut, maka sebagian besar penduduknya bergantung dengan hasil laut dan berprofesi sebagai nelayan. Pemerintah memberikan fasilitas berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Desa Tanjung Pasir untuk mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan nelayan. Kondisi perikanan di desa ini secara umum masih dalam skala kecil karena armada kapal perikanan yang mendaratkan ikan di TPI Tanjung Pasir didominasi oleh perikanan skala kecil dengan menggunakan kapal motor tempel dan kapal motor dalam yang berukuran kurang dari 5 GT.

(12)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir.

2. Mengetahui kondisi permodalan nelayan PPI Tanjung Pasir dan peran Kredit Usaha Rakyat dalam membantu biaya operasional nelayan di PPI Tanjung Pasir.

3. Menganalisis pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat dalam memenuhi kebutuhan modal nelayan di PPI Tanjung Pasir.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi akademisi terhadap potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir.

2. Memberikan informasi kepada pemerintah tentang pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat dalam membantu permodalan nelayan di PPI Tanjung Pasir.

3. Sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak perbankan terhadap pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat di PPI Tanjung Pasir.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 – April 2013 di Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjung Pasir Provinsi Banten, Bank Rakyat Indonesia Unit Kampung Melayu Cabang Tangerang Provinsi Banten, dan Bank Rakyat Indonesia Pusat Jakarta.

(13)

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan berupa kuesioner, alat tulis, dan kamera.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus terhadap tingkat penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir. Menurut Idrus (2009) metode studi kasus merupakan penelitian terhadap suatu individu atau unit sosial tertentu secara lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat tentang program KUR dari sekelompok responden nelayan debitur dan bank-bank pelaksana yang representatif. Responden nelayan debitur dibagi berdasarkan jenis alat tangkap dominan yaitu

gillnet dan rawai tetap.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung untuk mengumpulkan data primer. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian dalam pengambilan sampelnya (Idrus 2009). Pengumpulan data primer dilakukan dengan mewawancarai tiga orang nelayan pemilik yang memperoleh KUR dan pihak perbankan penyalur KUR. Data sekunder diperoleh dari bank pelaksana KUR untuk memperoleh prosedur pengajuan KUR dan dari PPI Tanjung Pasir untuk memperoleh data unit penangkapan ikan tahun 2011 dan 2013. Berdasarkan estimasi pihak BRI Unit Kampung Melayu (tanpa menyebutkan nama dan alamat debitur) bahwa kurang dari sepuluh nelayan yang menjadi debitur KUR. Mengingat keterbatasan tersebut maka dalam penelitian ini telah diambil tiga responden nelayan debitur KUR untuk pengisian kuesioner dan wawancara.

Responden nelayan yang ditetapkan hanya nelayan yang mengoperasikan

(14)

Tabel 1 Data yang diperlukan beserta sumber dan jenisnya

No Tujuan Data yang dibutuhkan Sumber data Jenis data

(15)

Analisis Data

Potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir

Potensi perikanan tangkap dapat dianalisis dengan melihat jumlah dari setiap unit penangkapan (nelayan, alat tangkap, dan kapal) tahun 2011 dan 2013 dan melihat jumlah dan nilai produksi perikanan pada tahun 2010 – 2013 di PPI Tanjung Pasir. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel.

Kondisi permodalan nelayan dan peran KUR dalam membantu biaya operasional nelayan

Kondisi permodalan nelayan di PPI Tanjung Pasir dapat dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif setelah dilakukan pengidentifikasian jumlah modal yang dibutuhkan nelayan, pentabulasian kebutuhan modal nelayan, dan pengidentifikasian sumber-sumber modal melaut nelayan (ketiga analisis tersebut diukur berdasarkan ukuran kapal dan jenis alat tangkap).

Peran KUR dalam membantu biaya operasional nelayan di PPI Tanjung Pasir dapat dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi prosedur KUR secara keseluruhan, mengetahui dan menganalisis persyaratan KUR terhadap kemampuan nelayan serta menghitung banyak trip yang terbantu dalam pemenuhan modal operasional oleh dana KUR.

Pelaksanaan penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir

Pelaksanaan penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir dapat dianalisis secara deskriptif setelah mengidentifikasi jumlah modal KUR yang diberikan oleh bank, mengidentifikasi alokasi modal KUR, membandingkan antara jumlah kebutuhan modal nelayan dengan modal yang diperoleh dari pinjaman KUR, dan menghitung perbandingan antara jumlah kebutuhan modal dengan realitas besarnya pinjaman KUR yang diterima oleh nelayan debitur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Perikanan Tangkap di PPI Tanjung Pasir

PPI Tanjung Pasir

Pangkalan pendaratan ikan terdapat di muara atau tepi sungai, di daerah menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk dan tidak ada dermaga atau hanya sebagian kecil mempunyai dermaga sehingga hasil tangkapan didaratkan di tepi-tepi pantai. PPI ditujukan untuk tempat berlabuh atau bertambatnya perahu-perahu penangkapan ikan tradisional yang berukuran lebih kecil dari 5 GT atau untuk perahu-perahu layar tanpa motor. Hasil tangkapan yang didaratkan kurang atau sama dengan 20 ton per hari dan ditujukan terutama untuk pemasaran lokal (Lubis 2012). PPI Tanjung Pasir sendiri berada pada bagian tepi pantai yang menjorok ke dalam dan umumnya kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya berukuran <5 GT. Alat tangkap yang digunakan nelayan di PPI Tanjung Pasir terdiri dari gillnet atau jaring rampus, rawai tetap, pancing ulur, dan trammel net

(16)

Pelabuhan Perikanan Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang termasuk klasifikasi pelabuhan perikanan tipe D atau bisa disebut Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPI Tanjung Pasir terletak di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Jarak dengan Ibukota Provinsi Banten adalah 120 kilometer, dengan Ibukota Kabupaten Tangerang adalah 35 kilometer dan berjarak tujuh kilometer dari Ibukota Kecamatan Tanjung Pasir. PPI Tanjung Pasir ini berada pada koordinat 6,0239°LS dan 106,6568°BT. Batas PPI Tanjung Pasir, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, sebelah timur berbatasan dengan Desa Temo, dan sebelah barat berbatasan dengan Kampung Garapan (Ningsih 2011). Fasilitas pelabuhan merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi pelabuhan untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Fasilitas ini terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok yang dimiliki oleh PPI Tanjung Pasir pada tahun 2010 adalah areal daratan pelabuhan, dermaga, dan jalan. Fasilitas fungsional meliputi TPI, penampung/tangki air, daya listrik, SPBN, kantor administrasi pelabuhan. Fasilitas penunjang yang dimiliki oleh PPI Tanjung Pasir adalah berupa satu unit rumah karyawan seluas 42 m². Fasilitas ini diadakan pada tahun 2000 dimana sumber dananya berasal dari APBD.

Kapal

Armada penangkapan ikan di PPI Tanjung Pasir didominasi oleh kapal yang berukuran kecil yaitu <5GT. Tipe tenaga penggerak kapal berupa outboard engine dengan mesin Dong Feng 16 PK yang digunakan pada kapal gillnet dan

inboard engine dengan mesin Dong Feng 23 PK digunakan pada kapal rawai tetap. Kapal-kapal tersebut menggunakan bahan bakar solar. Jumlah kapal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah kapal di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013

Kapal Ukuran Jumlah kapal (Unit)

2011 2013

Gillnetter < 5 GT 22 21

Kapal rawai tetap < 5 GT 57 54

Menurut keterangan pihak pelabuhan dan beberapa nelayan penurunan jumlah kapal disebabkan adanya beberapa kapal yang dijual oleh nelayan pemilik dan karena kerusakan kapal yang diakibatkan hempasan ombak di dermaga pelabuhan.

Nelayan

Nelayan di PPI Tanjung Pasir umumnya merupakan nelayan penuh yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Nelayan yang terdaftar secara resmi di PPI Tanjung Pasir hanya nelayan yang mengoperasikan rawai tetap dan gillnet karena hanya nelayan-nelayan tersebut yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI.

(17)

pemilik merupakan nelayan yang mempunyai kapal, alat tangkap, dan penyedia modal, sedangkan nelayan buruh merupakan nelayan yang aktif melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan. nelayan pemilik juga mengikuti operasi penangkapan bersama nelayan buruh. Menurut Satria (2001), hubungan antara nelayan buruh dan nelayan pemilik yang juga turut melaut bersifat egaliter dan tidak terlalu memperlihatkan kesenjangan sosial. Jumlah nelayan akan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah nelayan di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013

Alat Tangkap Jumlah Nelayan (Orang)

2011 2013

Gillnet 66 63

Rawai tetap 166 162

Jumlah nelayan gillnet dan rawai tetap mengalami penurunan karena beberapa nelayan yang telah meninggal dunia dan tidak aktif lagi sebagai anggota di PPI Tanjung Pasir.

Alat penangkapan ikan

Alat tangkap yang dominan digunakan nelayan PPI Tanjung Pasir terdiri dari gillnet dan rawai tetap. Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa set gillnet

adalah jaring insang yang dipasang untuk sementara waktu dengan menggunakan jangkar. Rawai tetap adalah alat penangkapan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya diikatkan sebuah pancing. Jumlah alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah alat tangkap di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Alat Tangkap Jumlah Alat Tangkap (Unit)

2011 2013

Gillnet 22 21

Rawai tetap 57 54

Jumlah alat tangkap gillnet dan rawai tetap di PPI Tanjung Pasir mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan beberapa alat tangkap yang ada rusak atau dijual oleh nelayan pemilik yang merupakan imbas dari rusaknya kapal. Produksi perikanan

(18)

Tabel 5 Produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir tahun 2010 – 2013 Tahun Total Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp)

2010 100,293 1.107.329.000

2011 117,115 1.416.665.500

2012 115,801 1.498.522.000

2013 105,626 1.723.299.000

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa rata-rata total produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir mencapai 109,709 ton/tahun dan nilai produksi perikanan mencapai Rp1.436.453.875,00/tahun.

Kondisi Permodalan

Menurut Listianingsih (2008), persediaan modal digunakan oleh nelayan untuk membeli sarana produksi, biaya peralatan atas kerusakan kapal setiap saat, dan biaya kebutuhan operasi perahu setiap hari. Kebutuhan operasional meliputi: pembelian minyak solar/minyak tanah untuk bahan bakar mesin; minyak tanah untuk bahan bakar lampu dan kompor; es untuk menjaga kualitas ikan agar tidak mudah busuk; air untuk memasak dan minum; bahan makanan dan jajanan seperti beras, mie, sayur, gula, kopi, susu, teh, roti, dan rokok. Sumber modal yang biasa digunakan nelayan adalah modal pribadi dan langgan (tengkulak). Bagi nelayan yang tidak memiliki langgan, biaya kerusakan perahu atau kekurangan persediaan modal terpaksa harus ditanggung sendiri sehingga seringkali nelayan tidak dapat melaut karena kekurangan modal.

Sumber modal kerja bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir umumnya berasal dari modal pribadi dan modal pemilik warung. Modal pribadi merupakan modal kerja yang digunakan nelayan yang berasal dari keuangan pribadi nelayan, sedangkan warung merupakan toko-toko yang menyediakan kebutuhan melaut (solar, ransum, dan kebutuhan melaut lainnya) dimana nelayan diperbolehkan berhutang terlebih dahulu apabila belum mampu membeli kebutuhan tersebut. Pemilik warung sendiri tidak menyediakan fasilitas peminjaman uang tunai dan tidak mengenakan bunga kepada nelayan yang berhutang kebutuhan melaut. Hutang akan dibayar setelah nelayan memiliki pendapatan yang cukup setelah melaut. Harga kebutuhan melaut yang diperoleh dari warung lebih mahal dibandingkan harga normal, misalnya harga solar di warung sebesar Rp6.500,00 sedangkan harga di SPBU pelabuhan sebesar Rp5.500,00. Harga solar di SPBU pelabuhan lebih murah karena harga tersebut merupakan subsidi pemerintah. Nelayan lebih sering membeli solar di warung karena persediaan solar di SPBU pelabuhan dibatasi oleh pemerintah daerah dan juga karena tidak harus dibayar langsung. Menurut Lubis et al. (2012), pembelian solar yang lebih mahal dari SPBU merupakan kerugian secara langsung bagi nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan.

(19)

Tanjung Pasir dimana nelayan-nelayan pemilik berperan sebagai penyedia modal melaut karena telah mendapatkan upah bagian untuk perbekalan dari pendapatan melaut sebelumnya.

Modal investasi yang dibutuhkan nelayan hanya diperoleh dari hasil tabungan pribadi nelayan. Nelayan akan menyisihkan keuntungan hasil melautnya untuk ditabung guna membeli kapal, mesin, dan alat tangkap. Modal investasi nelayan gillnet berkisar antara Rp11.000.000,00 – Rp19.200.000,00 sedangkan nelayan rawai tetap berkisar antara Rp8.200.000,00 – Rp15.500.000,00. Jumlah modal investasi nelayan akan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah modal investasi nelayan PPI Tanjung Pasir

Jenis Kebutuhan Kisaran Modal Investasi (Rp)

Nelayan Gillnet Nelayan Rawai Tetap

Kapal 4.000.000 – 6.500.000 5.000.000 – 9.000.000 Alat tangkap 5.000.000 – 9.000.000 700.000 – 1.000.000 Mesin 2.500.000 – 3.700.000 2.500.000 – 5.500.000 Jumlah modal 11.000.000 – 19.200.000 8.200.000 – 15.500.000 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa harga kapal di PPI Tanjung Pasir umumnya tergolong rendah karena mayoritas nelayan membeli kapal bekas kemudian direparasi ulang. Harga kapal rawai tetap lebih mahal dibandingkan kapal gillnet karena ukuran kapal rawai tetap lebih besar, sedangkan harga alat tangkap gillnet jauh lebih mahal dibandingkan rawai tetap. Harga mesin pada kapal rawai tetap lebih tinggi karena nelayan rawai tetap umumnya menggunakan mesin Dong Feng 23 PK yang lebih tinggi dibanding mesin pada kapal gillnet

yaitu Dong Feng 16 PK. Nelayan rawai tetap lebih memilih mesin berkekuatan 23 PK dibanding 16 PK karena jarak tempuh nelayan rawai tetap menuju fishing ground lebih jauh dibanding nelayan gillnet. Mesin yang berkekuatan lebih tinggi akan membuat kapal rawai tetap lebih cepat untuk menuju fishing ground dan kembali ke TPI untuk melelang hasil tangkapannya dengan tepat waktu.

Modal kerja dalam sekali melaut yang dibutuhkan nelayan gillnet berkisar antara Rp85.000,00 – Rp127.500,00 dan nelayan rawai tetap berkisar antara Rp237.500,00 – Rp310.000,00. Jumlah modal kerja nelayan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah modal kerja nelayan PPI Tanjung Pasir per trip

Jenis Kebutuhan Kisaran Modal Kerja (Rp)

Nelayan Gillnet Nelayan Rawai Tetap

Solar 65.000 – 97.500 97.500 – 130.000

Ransum 20.000 – 30.000 20.000 – 30.000

Umpan 0 120.000 – 150.000

(20)

karena nelayan rawai tetap harus membeli umpan yaitu cumi-cumi sebanyak tiga kilogram di bagan.

Peran KUR dalam Membantu Biaya Operasional Nelayan

Gambaran umum Kredit Usaha Rakyat

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program kredit/pembiayaan pemerintah yang diresmikan pada tanggal 5 November 2007. Kredit Usaha Rakyat diberikan oleh perbankan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi) yang feasible namun bankable dalam arti usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman namun belum memenuhi syarat-syarat perbankan. Kegiatan UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah kegiatan yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di kantor cabang atau kantor cabang pembantu bank pelaksana. Bank pelaksana penyaluran KUR terdiri dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Bukopin, Bank Mandiri Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, dan 26 Bank Pembangunan Daerah yang tersebar di seluruh Indonesia (Komite KUR 2013).

Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana dari bank penyalur yang dihimpun dari masyarakat (bukan dana pemerintah). Menurut Fahmi dan Hadi (2009), dana yang dihimpun dari masyarakat bersumber dari tabungan dan deposito masyarakat yang mempercayakan sejumlah dananya untuk dikelola oleh suatu perbankan dan mereka memperoleh keuntungan dalam bunga.

Kredit Usaha Rakyat terbagi dalam tiga jenis kredit yaitu KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR Linkage. KUR Mikro merupakan kredit dengan plafond

maksimal Rp20.000.000,00 dan suku bunga efektif maksimal 22% per tahun atau setara dengan suku bunga flat maksimal 1,125% per bulan, KUR Ritel dengan

plafond lebih dari Rp20.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 dengan suku bunga efektif maksimal 13% per tahun. KUR Linkage sendiri terbagi menjadi dua yaitu KUR Linkage Program Executing dengan plafond maksimal Rp2.000.000.000,00 dan KUR Linkage Program Channelling dengan plafond

sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel (Komite KUR, 2013). Program kredit yang diikuti nelayan PPI Tanjung Pasir adalah KUR Mikro karena sesuai dengan usaha nelayan yang merupakan perikanan skala kecil.

Prosedur pengajuan KUR

Nelayan yang menjadi calon debitur program KUR harus melewati beberapa prosedur sebelum dilakukan pencairan dana pinjaman. Prosedur pengajuan KUR di bank BRI adalah sebagai berikut:

1. Calon debitur mendatangi unit pengajuan di kantor cabang unit dan membuat surat permohonan pinjaman KUR yang menerangkan nominal dan tujuan peminjaman.

(21)

3. Account Officer mengunjungi rumah/tempat usaha nelayan calon debitur dan menilai usahanya (dapat dinilai dari laporan keuangan, kapal, dan investasi lainnya.

4. Pihak bank unit melakukan analisis kredit sebagai bahan pertimbangan kepada kepala cabang unit bank.

5. Apabila sudah terhitung layak dari hasil analisis kredit, calon debitur wajib menandatangani offering letter atau surat penawaran dan membuat kesepakatan antara nelayan calon debitur dengan pihak bank dalam hal hak dan kewajiban masing-masing pihak.

6. Kepala cabang unit bank mengeluarkan keputusan kredit yaitu keputusan dimana pengajuan KUR diterima atau tidak.

7. Apabila pengajuan sudah diterima melalui kepala cabang unit, maka akan dilakukan pencairan uang oleh bank.

Secara keseluruhan prosedur tersebut sudah cukup efektif bagi nelayan yang ingin mengajukan KUR karena birokrasi pengajuan yang tidak rumit. Nelayan juga cukup mudah untuk mengakses pinjaman karena telah disediakan Teras BRI yang berjarak kurang lebih seratus meter dengan lokasi PPI Tanjung Pasir.

Nelayan calon debitur juga harus menyertakan beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi. Persyaratan tersebut terdiri dari persyaratan administrasi dan persyaratan lainnya sebagai bahan pertimbangan bagi bank untuk menentukan apakah nelayan layak atau tidak untuk mengajukan KUR. Persyaratan administrasi terdiri dari:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk 2. Fotokopi Kartu Keluarga

3. Pas foto berwarna ukuran 4x6 4. Pas kapal

5. Surat Keterangan Usaha dari kelurahan

6. Fotokopi akta nikah (apabila nelayan sudah menikah) 7. Jaminan/agunan (tidak diwajibkan)

Pihak bank menyatakan bahwa agunan tidak diwajibkan dalam pengajuan pinjaman KUR, namun terkadang bank meminta agunan hanya sebagai jaminan moril agar debitur mempunyai komitmen untuk membayar angsuran dan melunasi pinjaman tepat waktu. Persyaratan lainnya adalah:

1. Calon debitur memiliki usaha yang menguntungkan, memiliki prospek,dan layak (feasible).

2. Calon debitur tidak sedang memiliki tunggakan dengan bank lain.

3. Calon debitur tidak sedang mendapat pinjaman dari bank lain (kecuali bantuan pemerintah).

Menurut keterangan dari nelayan responden, keseluruhan persyaratan yang dikenakan tersebut dapat dipenuhi, namun bagi keseluruhan nelayan yang merupakan non debitur ada persyaratan yang belum mampu dipenuhi seperti pas kapal. Mayoritas nelayan di PPI Tanjung Pasir belum memiliki pas kapal atau sudah memiliki namun belum memperbarui masa aktifnya.

(22)

untuk menilai usaha ataupun segala sesuatu mengenai calon debitur. AO tidak hanya mendatangi calon debitur tetapi juga rekan atau relasi calon debitur lainnya untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mencegah terjadinya kebohongan. Analisa kredit terdiri dari identitas, perhitungan kredit, dan 5C (character, collateral, capacity, capital, dan condition of economy). Menurut Deckiyanto (2013), analisis kredit yang dilakukan harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif meliputi:

1. Penggambaran semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data calon debitur termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet.

2. Penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat merugikan pihak bank.

3. Penyajian penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit.

Tingkat bunga pinjaman yang dikenakan adalah maksimal 22% efektif per tahun (berdasarkan kebijakan pemerintah) atau setara dengan 1,125% flat per bulan. Perhitungan bunga KUR yang digunakan oleh BRI Unit Kampung Melayu adalah bunga tetap (flat rate) yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Menurut keterangan dari nelayan debitur, mereka masih menyanggupi tingkat bunga yang dikenakan.

Pihak bank memiliki regulasi dalam dalam hal tenggat waktu pelunasan dan berapa kali jumlah angsuran. Hal ini akan disepakati oleh nelayan debitur dan pihak bank dalam proses penyerahan offering letter. Bank juga memberikan kemudahan dalam menetapkan tenggat waktu pelunasan sesuai dengan kemampuan nelayan debitur untuk mengangsur kredit.

Tindak lanjut dan proses pengembalian pinjaman

Kantor Cabang Unit BRI Kampung Melayu memberikan pendampingan selama tiga atau enam bulan sekali kepada nelayan debitur KUR dalam rangka melihat perkembangan ekonomi nelayan debitur dan memberikan arahan dalam mengelola keuangan kepada nelayan debitur. Dalam proses pengembalian pinjaman, KCU BRI Kp. Melayu menawarkan pinjaman jangka waktu setahun dengan dua belas kali angsuran dan jangka waktu dua tahun dengan 24 kali angsuran. Proses pembayaran angsuran pinjaman dilakukan di kantor unit atau kantor teras dan dibayarkan secara tunai. Apabila angsuran telah lunas dibayarkan oleh nelayan debitur, bank akan menawarkan peminjaman untuk tahap selanjutnya kepada nelayan debitur. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan responden, mereka masih mampu mencicil angsuran pinjaman per bulannya. Kendala-kendala yang dialami hanya berupa keterlambatan pembayaran angsuran dalam beberapa hari.

(23)

Penggunaan dana KUR dalam memenuhi modal operasional beberapa trip Modal yang diperoleh oleh nelayan dari pinjaman KUR tidak hanya digunakan untuk menambah modal investasi, melainkan juga menambah modal kerja. Modal akan digunakan untuk membeli atau memperbaiki kebutuhan investasi (kapal, mesin, dan alat tangkap) terlebih dahulu. Sisa dari modal yang masih ada akan digunakan nelayan untuk menambah modal kerja sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, apabila sisa modal tersebut sedikit atau sekitar Rp1.000.000,00, maka akan membantu nelayan dalam memenuhi modal kerja minimal selama tiga trip, sedangkan jika sisa modal cukup banyak atau sekitar Rp8.000.000,00 akan mampu memenuhi modal kerja nelayan minimal selama 25 trip. Sisa modal tersebut sangat membantu nelayan dalam memenuhi modal kerja ketika modal pribadi nelayan belum mencukupi atau saat nelayan tidak memiliki modal kerja sama sekali.

Pelaksanaan Penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir

Besarnya pinjaman diberikan kepada nelayan melalui program KUR sesuai dengan regulasi peminjaman KUR Mikro yaitu berkisar antara Rp1.000.000,00 – Rp20.000.000,00. Terdapat beberapa ketentuan dalam besar pinjaman yang diajukan nelayan debitur. Nelayan debitur tidak dapat mengajukan pinjaman skala besar pada peminjaman pertama. Bank hanya mengizinkan peminjaman dalam kisaran Rp1.000.000,00 – Rp5.000.000,00. Apabila angsuran pinjaman sudah dilunasi seluruhnya, nelayan debitur akan ditawarkan pinjaman selanjutnya oleh pihak bank. Pihak bank juga menyarankan agar pada pinjaman selanjutnya, nelayan mengajukan pinjaman yang lebih besar dibandingkan pinjaman tahap pertama. Hal ini bertujuan agar nelayan debitur mampu meningkatkan taraf ekonominya dengan meningkatkan nilai modal kerja maupun modal investasi. Pada dasarnya tujuan ini juga sesuai dengan misi dari bank terkait untuk meningkatkan taraf ekonomi para debiturnya.

Dalam mengeluarkan keputusan jumlah pinjaman KUR kepada nelayan debitur, pihak bank mempertimbangkan beberapa faktor. Menurut Lubis dan Rachmina (2011), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR terhadap debitur adalah omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan. Agunan yang diminta dari para debitur bukanlah penentu utama keputusan realisasi KUR namun agunan tetap diminta sebagai langkah antisipasi apabila terjadi kredit macet.

(24)

Tabel 8 Alokasi dana KUR

Sampel Alokasi Dana KUR Jangka

Waktu

Pengadaan gillnet 2 tahun 3.000.000,00

Tahap 2 (Tahun 2013)

Pengadaan gillnet 2 tahun 3.000.000,00

Nelayan B

Tahap 1 (Tahun 2011)

Pembelian mesin 1 tahun 4.000.000,00

Tahap 2 (Tahun 2012)

Perbaikan kapal selama satu tahun dan penambahan modal kerja

1 tahun 3.000.000,00

Tahap 3 (Tahun 2013)

Perbaikan kapal selama satu tahun, penambahan modal kerja

Pembelian kapal 1 tahun 5.000.000,00

Tahap 2 (Tahun 2014)

Perbaikan kapal selama satu tahun, penambahan modal kerja, dan kebutuhan rumah tangga

2 tahun 15.000.000,00

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa nelayan A yang merupakan nelayan gillnet mengalokasikan pinjaman KUR hanya untuk memenuhi modal investasi. Nelayan B merupakan nelayan rawai tetap mengalokasikan pinjaman KUR untuk memenuhi modal investasi dan modal kerja untuk melaut. Nelayan yang mengajukan KUR tidak hanya nelayan yang terdaftar resmi di TPI seperti nelayan C yang merupakan nelayan pancing ulur. Hal ini menandakan bahwa setiap nelayan bebas untuk mengajukan KUR meskipun tidak berhubungan langsung dalam operasional pelabuhan perikanan setempat.

(25)

Tabel 9 Perbandingan antara kebutuhan modal nelayan PPI Tanjung Pasir dengan

B Pembelian mesin baru 2011 5.000.000,00 4.000.000,00 Perbaikan kapal selama

setahun 2012 2.000.000,00 3.000.000,00

Penambahan modal kerja dan kebutuhan rumah tangga

2012 sisa dari perbaikan kapal = 1.000.000,00 Perbaikan kapal selama

setahun 2013 2.000.000,00 10.000.000,00

Penambahan modal kerja dan kebutuhan rumah tangga

2013 sisa dari perbaikan kapal = 8.000.000,00 Nelayan

C Pembelian kapal 2013 8.000.000,00 5.000.000,00 Perbaikan kapal selama

setahun 2014 2.000.000,00 15.000.000,00

Penambahan modal kerja dan kebutuhan rumah tangga

2014 sisa dari perbaikan kapal = 13.000.000,00

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa besarnya pengajuan pinjaman beberapa diantaranya lebih kecil atau lebih besar dari jumlah kebutuhan modal yang sebenarnya. Pengajuan pinjaman nelayan B tahun 2011 kebutuhan modal sebesar Rp5.000.000,00 sedangkan realisasi pinjaman hanya mencapai Rp4.000.000,00. Hal ini menandakan bahwa pada pengajuan pinjaman awal nelayan debitur tidak dapat langsung mengajukan pinjaman dalam jumlah yang besar. Pada tahun 2013, nelayan yang sama mendapatkan jumlah pinjaman sebesar Rp10.000.000,00 dengan tujuan awal pengajuan untuk memenuhi kebutuhan perbaikan kapal (docking) selama setahun sebesar Rp2.000.000,00. Menurut keterangan pihak bank, hal ini bertujuan agar modal KUR tidak hanya mencukupi bagi modal investasi namun juga dapat menambahkan modal kerja melaut bagi nelayan. Pihak bank juga telah mempercayai nelayan debitur tersebut karena rekam jejak yang baik dalam pembayaran angsuran pada pinjaman KUR sebelumnya.

(26)

sehari-hari rumah tangga nelayan. Menurut Deckiyanto (2013), debitur yang terkadang mengalokasikan dana KUR untuk hal-hal lain selain kepentingan usaha dapat memicu terjadinya kredit macet. Pihak bank perlu memperhatikan hal ini dan membuat pengawasan yang ketat dalam pengalokasian dana KUR pada nelayan debitur.

Penyaluran KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir masih sangat minim. Hal ini disebabkan karena sektor on farm belum menjadi prioritas karena sektor ini memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan sektor usaha off farm

(Lubis dan Rachmina 2011). Perbankan yang menjalankan program pembiayaan mikro (microfinance) mengalami beberapa permasalahan pada pertanian skala kecil seperti infrastruktur yang kurang yang menyebabkan biaya tinggi (high cost), resiko iklim buruk, fluktuasi harga dan pasar, kurangnya pengalaman petani dalam mengevaluasi nilai (value) dari usaha pertaniannya, pendidikan pertani yang rendah, dan sulitnya penjaminan ketahanan usaha (Rao et al. 2010). Pengalaman akan buruknya tanggung jawab nelayan dalam proses pengembalian pinjaman pada program kredit nelayan menjadi salah satu faktor yang menyulitkan bank menerima pengajuan pinjaman kredit dari nelayan. Salah satu program kredit nelayan yang mengalami kredit macet adalah kredit motorisasi dimana banyak nelayan kreditur belum memenuhi kewajiban dalam pengembalian kredit (Bunyamin 1992).

Dana KUR sudah diberikan secara tepat sasaran kepada nelayan di PPI Tanjung pasir dimana nelayan yang menjadi debitur KUR seluruhnya memiliki usaha yang tergolong perikanan skala kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan dari awal KUR yaitu memberikan kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah. Namun masih ada hal yang menyimpang dalam penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir yaitu penggunaan kredit selain untuk kebutuhan melaut juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga nelayan debitur. Pihak bank penyalur juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap nelayan-nelayan debitur dalam rangka menjamin penggunaan yang diberikan benar-benar digunakan untuk meningkatkan skala usaha perikanan mereka dan mencegah kredit macet.

Masih banyak nelayan yang belum mengajukan pinjaman KUR. Berdasarkan wawancara terhadap 23 nelayan di PPI Tanjung Pasir, terdapat beberapa alasan nelayan tidak mengajukanpinjaman KUR antara lain karena: 1. Sebelas orang nelayan belum mengetahui adanya program KUR di PPI

Tanjung Pasir.

2. Sepuluh orang nelayan tidak berani mengikuti program karena khawatir tidak mampu membayar angsuran secara rutin per bulan.

3. Dua orang nelayan beranggapan bahwa pinjaman dari perbankan akan menyulitkan nelayan.

(27)

Bank memiliki target dalam penyaluran KUR sejumlah anggaran awal, namun bank belum menganggarkan secara khusus untuk bidang perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir. Dalam rangka meningkatkan pencapaian realisasi KUR, pihak perbankan melakukan beberapa upaya seperti sosialisasi KUR yang lebih meluas kepada masyarakat terkhusus nelayan PPI Tanjung Pasir, penambahan account officer atau mantri.dan mempermudah birokrasi pengajuan KUR bagi calon debitur.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Unit penangkapan ikan (nelayan, kapal, dan alat tangkap) yang mendominasi di PPI Tanjung Pasir terdiri dari gillnet dan rawai tetap. Jumlah unit penangkapan ikan di PPI Tanjung Pasir mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2013. Rata-rata total produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir mencapai 109,709 ton/tahun dan nilai produksi perikanan mencapai Rp1.436.453.875,00/tahun.

Sumber modal kerja bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir berasal dari modal pribadi dan pemilik warung sedangkan sumber modal investasi berasal dari modal pribadi. Jumlah modal investasi nelayan berkisar antara Rp8.200.00,00 – Rp19.200.000,00, sedangkan modal kerja yang dibutuhkan nelayan berkisar antara Rp85.000,00 – Rp310.000,00. Nelayan di PPI Tanjung Pasir yang menjadi debitur KUR umumnya mampu memenuhi persyaratan pengajuan KUR karena persyaratan yang mudah dan prosedur yang cukup efektif. Suku bunga yang diwajibkan bank sebesar 22% efektif per tahun masih mampu ditanggung nelayan debitur. Modal KUR digunakan untuk menambah modal investasi (kapal, mesin, dan alat tangkap) dan menambah modal kerja minimal selama 3 – 25 trip.

Modal KUR yang diterima nelayan debitur yang berkisar antara Rp1.000.000,00 – Rp20.000.000,00 (sesuai dengan regulasi KUR Mikro) dengan realisasi pinjaman tahap awal berkisar antara Rp3.000.000,00 – Rp5.000.000,00 dan pinjaman terbesar yaitu Rp15.000.000,00. Besar uang yang dipinjamkan pihak bank sudah mencukupi kebutuhan modal dari nelayan debitur.Penyaluran KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir masih perlu ditingkatkan karena masih banyak nelayan yang belum mengikuti program ini.

Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa A. U. 1981. Metodologi Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. [BPS] Badan Pusat Statistik.2013. Statistik Kemiskinan Indonesia. Jakarta (ID):

BPS

Bunyamin. 1992. Kredit Motorisasi dan Manfaatnya Terhadap Pendapatan Nelayan Anggota KUD Mina di Kabupaten Pontianak. [Internet]. Jakarta (ID): LIPI. [diunduh 2014 Jul 13]. Tersedia pada: http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/11120.

Deckiyanto F. 2013. Efektifitas Kebijakan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Berdasarkan Surat Edaran Direksi Nose: S.09c – DIR/ADK/03/2010 atas Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (Studi di Bank Rakyat Indonesia Unit Sleko Cabang Madiun). [Skripsi]. Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan 2013. Rekapitulasi Data Perikanan Kabupaten Tangerang. Tangerang (ID): DKP

Fahmi I, Hadi YL. 2009. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung: Alfabeta. Ningsih D. A. 2011. Pengaruh Patron-Klien Terhadap Perilaku Nelayan dalam

Pemasaran Hasil Tangkapan (Kasus: Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten). [Skripsi]. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.Fakultas ekologi Manusia.Institut Pertanian Bogor.

Komite KUR. 2013. Maksud dan Tujuan KUR. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 20]. Tersedia pada: http://komite-KUR.com/menu utama/Maksud dan Tujuan. Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.

Listianingsih W. 2008. Sistem Pemasaran Hasil Perikanan dan Kemiskinan Nelayan (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara). [Skripsi].Program Studi Manajemen Bisnis Ekonomi Perikanan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

Lubis AM, Rachmina D. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat. Forum Agribisnis. [Internet]. [28 Mei 2014]; 1(2): 112-131. Tersedia pada:http://repository.ipb.ac.id/handle/ 12345678958633.

Lubis E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID). IPB Press

Lubis E, Pane AB, Muninggar R, Hamzah A. 2012. Besaran Kerugian Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan: Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Maspari Journal. [Internet]. [18 Juni 2014]; 4(2): 159-167. Tersedia pada: http://jurnalmaspari.blogspot.com/2012/09/besaran-kerugian-nelayan-dalam.html

Rao MVKS, Kumari TH, Tirumala P. 2010. The Role of Micro-finance for Sustainable Development in India Agricultural Sector. Micro Finance for Agricultural Development. 3: 15-24.

Satria A. 2001. Dinamika Modernisasi Nelayan: Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan. Bandung: Humonaria Utama Press.

(29)
(30)

Lampiran 1 Tabel angsuran KUR Mikro Bank BRI Unit Kampung Melayu

Plafond (Rp) Angsuran (Rp)

12 Bulan 24 Bulan

1.000.000 93.600 51.900

2.000.000 187.200 103.700

3.000.000 280.800 155.600

4.000.000 374.300 207.500

5.000.000 467.900 259.300

6.000.000 561.500 311.200

7.000.000 655.100 363.100

8.000.000 748.700 414.900

9.000.000 842.300 466.800

10.000.000 935.800 518.700

(31)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang Selatan pada tanggal 31 Agustus 1992 dari Bapak Tonny Hutajulu dan Ibu Dosma Simangunsong, SPd. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tes Masuk (UTM) Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

(32)
(33)

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi PPI Tanjung Pasir
Tabel 1 Data yang diperlukan beserta sumber dan jenisnya
Tabel 2 Jumlah kapal di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013
Tabel 5 Produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir tahun 2010 – 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.

Variabel Manajemen Berbasis Sekolah dan metode pembelajaran memberikan kontribusi sebesar 40,3% terhadap motivasi mengajar guru SMP Negeri 1 Tigabinanga,

Teknik penyadapan dalam penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dilakukan setelah terdapat bukti awal dengan cara menggunakan alat-alat elektronik sesuai

Saat ini proses perencanaan pembuatan sistem pengelolaan air terpadu akan dilaksanakan mulai semester kedua, tetapi karena kondisi curah hujan mulai menunjukkan

Untuk benang yang mendapatkan perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi berbeda nilai kekuatan putusnya yaitu : perlakuan A memiliki nilai

Berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan aplikasi pada perangkat bergerak ini, pengguna dapat menjalankan kegiatan

Kelas PBL lebih dominan mendapatkan sumber informasi tentang konsep-konsep virus (ciri-ciri, cara reproduksi, pencegahan serta penularan dan pengobatan) dari

meningkatkan konflik manusia dan satwa (Susanto, 2012). Tumbuhan genus ini memiliki berbagai khasiat yang telah dikenal secara luas, sehingga pemanfaatan tumbuhan