• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN LIMA JENIS KOMODITAS PASCAPANEN

SEBAGAI MEDIA PERKEMBANGBIAKAN

HAMA GUDANG

EPHESTIA CAUTELLA

(WALKER)

(LEPIDOPTERA : PYRALIDAE)

TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI

SKRIPSI

DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang

Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Tri Eliza D. Haloho

(3)

ii

ABSTRAK

TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO. Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella

(Walker) (Lepidoptera: Pyralidae). Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP Ephestia cautella merupakan salah satu hama penting yang menyerang berbagai jenis produk pascapanen di gudang penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena sebagai media perkembangbiakan E. cautella dan untuk mengetahui preferensi peletakan telur oleh imago terhadap lima jenis komoditas tersebut. Sebanyak 100 butir E. cautella dimasukkan ke dalam 500 g bahan uji, pengembangbiakan dilakukan dengan wadah plastik bervolume satu liter dan diamati selama 49 hari. Peubah yang diamati dari pengujian tersebut adalah jumlah imago yang muncul pada setiap komoditas, ukuran larva, pupa, imago, dan melihat bentuk kerusakan akibat aktifitas larva. Lima wadah plastik diisi dengan 100 g bahan uji yang berbeda, kemudian wadah tersebut ditutup dengan kurungan, ke dalam kurungan tersebut dilepaskan 5 pasang imago F1 yang dihasilkan dari pengembangbiakan, peubah yang diamati adalah jumlah telur yang diletakkan imago betina pada masing-masing komoditas. Hasil penelitian menunjukkan siklus hidup E. cautella pada kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena berturut-turut adalah 45, 49, 46, 47, 48 hari. Jumlah imago F1 yang muncul untuk masing-masing bahan paling banyak terdapat pada kacang tanah. Ukuran tubuh larva instar tiga lebih panjang pada bahan beras dan lebih lebar pada kacang tanah, sedangkan pada instar empat yang lebih panjang dan lebih lebar terdapat pada kakao. Ukuran pupa paling panjang terdapat pada kacang tanah. Imago F1 memiliki ukuran tubuh berkisar 6-7 mm dengan rentang sayap berkisar antara 12-14 mm. Imago betina lebih banyak meletakkan telur pada beras dan kacang tanah. Bentuk kerusakan pada kakao dan kacang tanah yaitu terdapat lubang gerekan yang menyisakan serbuk-serbuk gerek. Beras dipintal dan terkontaminasi dengan kotoran, sedangkan terigu dan tepung maizena dipintal menjadi seperti sarang bagi larva sehingga tepung menjadi menggumpal.

(4)

ABSTRACT

TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO. Suitability of Five Postharvest Commodities as Media for the Development of Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae). Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP

Ephestia cautella is one of major pest that attack various kinds of postharvest commodities during storage. The objective of this research was to study the suitability of cocoa beans, peanuts, rice, wheat flour, and maizena as development media for E. cautella and to know the preferences of egg laying by adults to those five commodities. One hundred eggs of E. cautella were infested into 500 g of those commodities within one liter plastic container and kept in the laboratory for 49 days. Variables observed were number of F1 emerged, development time, length and width of larvae, pupae, and adults, and the demaged they caused to the commodities. Five pairs of F1 adults then infested onto 100 g of those five commodities within insect cages and observed for number of egg laid after one week. The results showed that life cycle of E. cautella on cocoa beans, peanuts, rice, wheat flour, and maizena were 45, 49, 46, 47, 48 days, respectively. The highest number of F1 adults emerged were found on peanut. For third instar, the longest larval body were found on rice and the widest ones were found on peanuts, meanwhile the longest and widest for fourth instar larval bodies were found on cocoa beans. The longest pupal body length were found on peanuts. The average length of F1 adults were 6-7 mm and the average of wing span were 12-14 mm. Meanwhile the highest number of egg deposited by F1 adults were found on rice and the lowest on maizena. The demaged caused by larval activity were feeding holes on cocoa beans and peanuts, meanwhile the other commodities were spun together with their silk.

(5)

iv

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

KESESUAIAN LIMA JENIS KOMODITAS PASCAPANEN

SEBAGAI MEDIA PERKEMBANGBIAKAN

HAMA GUDANG

EPHESTIA CAUTELLA

(WALKER)

(LEPIDOPTERA : PYRALIDAE)

TRI ELIZA DESLIANTY HALOHO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

Nama : Tri Eliza Deslianty Haloho

NIM : A34090016

Disetujui oleh

Dr Ir Idham Sakti Harahap, M Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, M Si Ketua Departemen

(7)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Kesesuaian Lima Jenis Komoditas Pascapanen Sebagai Media Perkembangbiakan Hama Gudang Ephestia cautella (Lepidoptera: Pyralidae)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Seameo Biotrop, Bogor sejak November 2013 hingga Januari 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Idham Sakti Harahap M Si selaku dosen pembimbing akademik sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu serta kesabarannya dalam membimbing penulis agar proses kegiatan akademik dapat dilalui dengan baik serta membantu dari perencanaan hingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Supramana M Si selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberi saran dan ilmu kepada penulis. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada Bapak Heriyanto selaku staff di Laboratorium Entomologi Biotrop yang telah banyak membantu dan memberi saran yang bermanfaat selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium Entomologi tersebut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak, Ibu, Kakak, Abang, Adik-adik, Firnando Purba, Ratnasari Simbolon dan Noldy Hutagalung, teman-teman Bilo, serta keluarga besar yang senantiasa mendoakan penulis untuk terus melangkah tanpa keluh kesah. Terima kasih sahabat PTN 46 dan 47, perjuangan bersama kalian tidak akan pernah terlupakan, semoga kita semua senantiasa menempuh jalan yang benar dalam mencapai kesuksesan dan senantiasa menebar kebaikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 2 

BAHAN DAN METODE 3

Waktu dan Tempat 3 

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Persiapan Penelitian 3

Pelaksanaan Pengujian 4

Analisis Data 4 

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 

Telur dan Larva 5 

Pupa dan Imago 6 

Imago Yang Muncul Pada Setiap Perlakuan 7

Lama Perkembangan 7

Bentuk Kerusakan 8

Jumlah Telur yang Diletakkan 9

SIMPULAN DAN SARAN 10 

Simpulan 10  Saran 10 

DAFTAR PUSTAKA 11 

LAMPIRAN 13

(9)

viii

DAFTAR TABEL

1 Imago Yang Muncul Pada Setiap Bahan Uji 7 

2 Waktu Perkembangan Setiap Stadium E. cautella 8  3 Jumlah Telur yang Diletakkan Imago Betina 10 

DAFTAR GAMBAR

1 Proses Rearing Telur 3 

2 Wadah Pengujian 4 

3 Rata-Rata Panjang dan Lebar Insat 3 dan 4 8 

4 Rata-Rata Panjang Pupa, Imago dan Rentang Sayap 8 

5 Jenis Kerusakan 9 

 

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama pascapanen adalah serangga yang merusak hasil pertanian pada tahapan pascapanen dan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting penyebab susut produksi. Hasil panen yang disimpan di gudang, khususnya biji-bijian, setiap saat dapat diserang oleh hama gudang yang dapat merugikan. Terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji karena adanya aktifitas serangga. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara hama menyerang atau merusak. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama pascapanen ini berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu berupa kerusakan pada bentuk, aroma, nilai gizi dan tercampurnya produk dengan kotoran serangga sehingga dapat menurunkan nilai ekonomi dari produk itu sendiri (Hill 1983).

Terdapat beberapa hama dan cendawan gudang yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas komoditas pascapanen di gudang penyimpanan. Salah satu hama penting yang sering merusak komoditas pascapanen adalah dari ordo Lepidoptera (ngengat) (Harahap 2009). Tidak sedikit jumlah komoditas pascapanen yang terbuang sebagai akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh serangga baik ketika masih berada di lapangan maupun dalam pengangkutan, ketika diproses, ketika berada di gudang penyimpanan dan pada saat penyaluran. Kerugian dan kehilangan hasil panen akibat serangan hama mencapai 10-30%, di antaranya 5% akibat serangan hama gudang (Abdullah 1983).

Ephestia cautella merupakan hama gudang yang tergolong dalam Ordo Lepidoptera dan Famili Pyralidae, serangga ini sering dikenal sebagai “The dried current moth” (Hill 1983). Imago E. cautella ini berupa ngengat gudang berwarna abu-abu, memiliki panjang tubuh sekitar 6 mm dengan rentang sayap sekitar 17 mm, sisi atas sayap depan mempunyai semacam pita, dan serangga ini aktif pada malam hari. Betina dapat memproduksi telur sekitar 30-340 butir selama masa hidupnya, siklus hidup E. cautella ini 31-42 hari (Haines 1991). Serangga ini menyukai buah atau biji yang dikeringkan (Cotton 1963) dan telah dilaporkan menyerang berbagai komoditas pascapanen seperti kakao, kacang tanah, beras termasuk tepung (Kalshoven 1981).

(11)

2

Kacang tanah merupakan hasil petanian yang mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi dan dapat diolah menjadi berbagai produk makanan (Prasetiawati 2009). Produktivitas kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan, hal tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi, namun juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain seperti karakter agroklimat, umur panen, intensitas, cara usaha taninya serta varietas yang ditanam, dan serangan dari jenis hama penyakit baik ketika di lapangan maupun di gudang penyimpanan (Fachleny 2006).

Serangga E. cautella ditemukan di pabrik-pabrik penggilingan tepung karena terbawa oleh komoditas pascapanen dari gudang penyimpanan. Pati jagung atau yang biasa disebut tepung maizena merupakan sumber karbohidrat yang digunakan untuk bahan pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi, membuat puding serta digunakan dalam industri farmasi. Maizena merupakan salah satu jenis bahan pengikat yang berfungsi untuk menurunkan penyusutan akibat pemasakan, memberi warna yang terang, meningkatkan elastisitas produk, membentuk tekstur yang padat, dan menarik air dari adonan. Namun demikian upaya pengolahan untuk memproduksi pati jagung belum banyak dilakukan di dalam negeri, hal ini terkendala pada tingginya investasi untuk menyediakan mesin pengolahannya, serta perlu perlakuan khusus dalam pengolahan jagung (Chandra 2010). Terigu adalah tepung yang berasal dari penggilangan biji gandum dan termasuk bahan makanan penting di Indonesia (Marlina 2001).

Kehidupan serangga sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa E. cautella merupakan hama penting yang dapat hidup pada berbagai bahan simpan sehingga terdapat variasi kelimpahan serangga ini pada tiap-tiap bahan simpan (Kalshoven 1981). Data mengenai kesesuaian pakan dan preferensi peletakan telur akan dirujuk dan dikaji untuk dijadikan sumber informasi tambahan dalam rangka menentukan rumusan kebijakan pengendalian yang tepat (Syamsuddin 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan biologi E. cautella adalah jenis makanan yang dikonsumsinya karena tipe dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh serangga dapat mempengaruhi beberapa aspek perkembangannya seperti pertumbuhan (reproduksi), tingkah laku, banyaknya populasi, tempat hidup, pemencaran dan berbagai sifat morfologi seperti ukuran, warna tubuh, bobot tubuh dan sebagainya (Borror et al 1992).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena sebagai media perkembangbiakan E. cautella

dan mengetahui preferensi peletakan telur oleh imago betina pada lima jenis komoditas tersebut.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberi informasi mengenai kesesuaian pakan dan preferensi peletakan telur E. cautella

(12)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP) sejak bulan November 2013 hingga Januari 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam kurungan plastik yang berdiameter 10 cm dan tinggi 30 cm, lima kurungan berdiameter 35 cm dan tinggi 35 cm, 50 wadah plastik bervolume satu liter, kain batis, cawan petri, kertas karbon, mikroskop, kamera digital, higrometer, kalkulator, hand counter, pinset, kuas, gunting, dan penggaris. Bahan yang digunakan adalah biji kakao, kacang tanah, beras, terigu, tepung maizena, dan imago E. cautella.

Metode Penelitian Persiapan Penelitian

Kegiatan persiapan penelitian meliputi penyediaan lima komoditas yang akan diuji yaitu kakao, kacang tanah, beras, terigu dan tepung maizena. Bahan yang diujikan harus dalam keadaan steril, oleh sebab itu sebelum biji kakao diujikan harus didisinfestasi terlebih dahulu di ruang fumigasi dan bahan uji lainnya di oven selama dua jam dengan suhu 60 ºC.

Selanjutnya melakukan persiapan untuk mendapatkan telur E. cautella yaitu membuat enam wadah seperti kurungan berdiameter 10 cm dengan tinggi 30 cm yang terbuat dari plastik mika, dimana bagian atasnya ditutup dengan kain batis, pada bagian bawah kurungan diletakkan cawan petri yang telah dilapisi dengan kertas karbon dengan tujuan untuk mempermudah melihat keberadaan telur, setiap kurungan dimasukkan 10 pasang imago E. cautella yang diperoleh dari biakan awal di laboratorium, sehingga dari 60 ekor imago betina E. cautella ini diharapkan dapat menghasilkan telur sebanyak 2500 butir untuk digunakan sebagai perlakuan penelitian. Pengembangbiakan telur dilakukan untuk menghasilkan generasi F1 yang berumur seragam.

(13)

4

Pelaksanaan Pengujian Kesesuaian Pakan dan Preferensi Peletakan Telur Tahap pengujian pertama adalah pengujian kesesuaian pakan; yaitu kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena sebagai media perkembangbiakan

E. cautella. Bahan uji tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik bervolume satu liter yang bagian tutupnya dilubangi dan dilapisi dengan kain kasa. Masing-masing wadah diisi dengan 500 g bahan uji, kemudian ke dalam wadah tersebut dimasukkan 100 butir telur E. cautella yang dihasilkan dari perbanyakan telur. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak lima kali (Gambar 2). Peubah yang diamati adalah jumlah imago F1 yang muncul di dalam setiap wadah, lama perkembangan E. cautella dari stadia telur hingga imago, ukuran larva, pupa dan imago (panjang tubuh dan rentang sayap), serta melihat bentuk kerusakan yang terjadi akibat aktivitas larva E. cautella pada setiap komoditas.

Tahap pengujian kedua yaitu pengujian preferensi peletakan telur oleh imago betina E. cautella pada; kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena. Pengujian ini menggunakan lima wadah yang masing-masing wadah diisi dengan bahan uji yang berbeda-beda dan dengan bobot yang sama yaitu 100 g, pada tahap ini menggunakan kurungan serangga berdiameter 35 cm dan tinggi 35 cm (Gambar 2), ke dalam kurungan tersebut dimasukkan lima pasang imago F1 yang dihasilkan dari pengujian kesesuaian pakan. Pengujian ini diulang sebanyak lima kali dengan posisi wadah untuk setiap ulangan diacak. Peubah yang diamati adalah jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina pada masing-masing bahan uji per ulangan.

.

Gambar 2 Wadah perlakuan penelitian: (a) wadah untuk pengujian kesesuai pakan (b) wadah pengujian preferensi peletakan telur.

Analisis Data

Percobaan dilakukan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima jenis komoditas sebagai bahan uji yang masing-masing diulang sebanyak lima kali. Data imago yang muncul pada setiap wadah perlakuan, siklus hidup, dan data preferensi peletakan telur ditransformasi terlebih dahulu ke √ 0.5 kemudian dianalisis ragam dengan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS) Versi 17 for Windows, jika hasil uji berbeda nyata dilakukan pembanding nilai tengah dengan uji selang berganda Duncan dengan α sebesar 0.05. Ukuran larva, pupa, imago, rentang sayap, dianalisis dengan menggunakan

(14)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lima jenis komoditas yang digunakan menghasilkan perbedaan pada beberapa peubah respon antara lain mempengaruhi jumlah imago yang muncul per komoditas yang digunakan, panjang larva, pupa, imago, rentang sayap, lama perkembangan masing-masing stadium, dan jumlah telur yang diletakkan oleh imago pada bahan uji yang berbeda.

Telur dan Larva

Sebanyak 60 ekor imago betina E. cautella yang digunakan pada tahap perbanyakan menghasilkan 3386 butir telur sehingga satu imago betina rata-rata menghasilkan 56 butir telur selama masa hidupnya. Telur diletakkan secara berderet pada cawan petri, telur yang dihasilkan berwarna putih berdiameter sekitar 0.1 mm.

Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan lebar tubuh larva instar tiga dan empat (Gambar 3), diperoleh bahwa ukuran instar 3 yang lebih panjang terdapat pada bahan uji beras dan terigu dan ukuran yang lebih pendek terdapat pada tepung maizena, ukuran yang lebih lebar terdapat pada kacang tanah sementara yang lebih ramping terdapat pada bahan uji beras. Panjang dan lebar instar empat, diperoleh bahwa yang lebih panjang dan lebih lebar terdapat pada bahan uji kakao. Panjang dan lebar larva bertambah seiring dengan perkembangan instar. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pertambahan ukuran panjang dan lebar larva instar tiga ke instar empat pada bahan uji kakao, kacang tanah, dan beras terlihat terdapat pertambahan yang cukup besar, sementara pada terigu dan tepung maizena hanya sedikit pertambahan ukuran tubuh larva.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (2013) diketahui bahwa makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan larva akan mendukung perkembangan populasinya, sebaliknya makanan yang cukup tetapi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan akan menyebabkan hama tidak menyukai bahan simpan atau makanan tersebut. Ketidakcocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang diperlukannya, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material terlalu keras, dan komposisi material yang tidak sesuai.

(15)

6

ke instar empat pada bahan uji terigu dan tepung maizena kurang berkembang dengan baik.

Gambar 3 Rata-rata ukuran panjang dan lebar larva instar 3 dan 4 E. cautella pada kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena

Pupa dan Imago

Stadium prapupa berhenti makan dan tidak aktif bergerak yang dicirikan dengan pemendekan tubuh larva. Prapupa akan bergerak ke bagian dasar wadah untuk mulai membentuk kokon sebelum menjadi pupa. Ukuran pupa pada lima jenis komoditas bahan uji adalah berkisar 6-7 mm (Gambar 4).

Ukuran tubuh imago tidak banyak perbedaan dengan ukuran pupa. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran tubuh imago yang lebih panjang terdapat pada bahan uji kacang tanah sedangkan pada bahan uji kakao, beras, terigu dan tepung maizena ukuran tubuh imago berkisar 6 mm. Rentang sayap imago F1 yang muncul pada lima bahan uji berkisar antara 12-14 mm (Gambar 4). Berbeda dengan informasi yang diperoleh dari Kalshoven (1981), yang menyatakan bahwa bila kedua sayap direntangkan panjangnya mencapai 15-17 mm. Hal ini diduga karena pengembangbiakan dilakukan pada wadah bervolume satu liter sehingga sayap tidak berkembang dengan baik dan imago menjadi tidak aktif terbang pada wadah tersebut.

Gambar 4 Rata-rata ukuran; panjang pupa, panjang imago, dan rentang sayap E. cautella pada kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena

0

Kakao K. tanah Beras Terigu T. Maizena

R

Kakao K. Tanah Beras Terigu T. Maizena

(16)

7 Imago F1 E. cautella yang Muncul pada Setiap Bahan Uji

Pengembangbiakan telur dengan menggunakan lima pakan yang berbeda sangat mempengaruhi keberhasilan telur menjadi larva, pupa, imago hingga menyelesaikan masa hidupnya. Rata-rata imago yang muncul pada setiap pakan per ulangan dari jumlah terbanyak sampai yang paling sedikit berturut-turut adalah pada kacang tanah, terigu, beras, kakao, dan tepung maizena (Tabel 1). Berdasarkan data yang diperoleh bahwa keberhasilan telur sampai mencapai fase imago pada bahan uji kakao, kacang tanah, beras dan terigu tidak berbeda nyata, sedangkan jumlah imago yang muncul pada tepung maizena berbeda nyata dengan empat pakan lainnya. Hal ini diduga bahwa setiap fase perkembangan E. cautella kurang menyukai tepung maizena baik dari sifat fisik maupun komposisi kimia yang dikandungnya.

Banyaknya serangga dewasa yang muncul dipengaruhi oleh unsur yang paling berperan dalam pemenuhan makanan larva yaitu karbohidrat, lemak, dan mineral (Sulaeha 2007), sedangkan tepung maizena yang digunakan sebagai bahan uji hanya mengandung karbohidrat, dan teksturnya terlalu halus sehingga larva kurang menyukai bahan uji tepung maizena, oleh sebab itu imago yang muncul pada tepung maizena hanya sedikit.

Imago yang muncul sangat erat hubungannya dengan perilaku makan larva, semakin banyak imago yang muncul pada setiap bahan uji maka semakin besar pula kesukaan larva terhadap bahan uji tersebut, sehingga ketika telur diletakkan dan dikembangbiakkan pada satu pakan tertentu maka larva akan berkembang pada satu pakan saja sehingga berdasarkan data yang diperoleh larva lebih aktif makan pada bahan uji kacang tanah, yang dibuktikan dengan banyaknya imago yang muncul pada bahan uji kacang tanah.

Tabel 1 Rata-rata jumlah imago F1 E. cautella yang muncul pada pakan kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena

Ulangan Jumlah imago yang muncul (ekor)

*Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α sebesar 5 % (uji selang berganda Duncan) ** dalam analisisnya data ditrasformasi ke √ 0.5

Lama Perkembangan setiap stadium E. cautella pada kakao, kacang tanah,

beras, terigu, dan tepung maizena

(17)

8

dan kacang tanah tidak berpengaruh nyata. Sedangkan perkembangan larva pada bahan uji tepung maizena dan terigu berbeda nyata dengan tiga bahan uji lainnya.

Stadium pupa paling lama terdapat pada bahan uji terigu sedangkan lama perkembangan pupa antara bahan uji kacang tanah, beras dan tepung maizena tidak berbeda nyata, dan perkembangan pupa paling cepat terdapat pada bahan uji kakao. Lama hidup imago berbeda nyata antara kelima bahan uji tersebut sedangkan siklus hidup E. cautella tidak berbeda nyata antara bahan uji satu dengan yang lainnya. Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga dalam memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya dan kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap fase perkembangbiakan hama gudang. Makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi pencernaan serangga akan mempengaruhi fase perkembangan larva (Yasin 2009). Kadar air pada bahan simpan juga mempengaruhi lama stadium larva, kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh (BBPPTP 2013).

Tabel 2 Waktu perkembangan setiap stadium E. cautella pada komoditas kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena

Peubah yang diamati

Fase perkembangan setiap stadium (hari)a Kakao Kacang

Tanah

Beras Terigu Tepung

Maizena

*Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α sebesar 5 % (uji selang berganda Duncan) ** dalam analisisnya data ditrasformasi ke √ 0.5

Bentuk Kerusakan Akibat Aktifitas Larva E. cautella

Bentuk kerusakan yang disebabkan oleh aktifitas larva dapat dilihat pada Gambar 5. Kerusakan pada biji kakao dan kacang tanah yaitu biji berlubang dan terdapat serbuk-serbuk hasil gerekan larva. Beras dipintal, menggumpal, berwarna kekuningan, dan terkontaminasi dengan kotoran berwarna hitam. Permukaan atas bahan uji terigu dilapisi dengan sutra yang tebal dan tercampur dengan kotoran sehingga bagian permukaan menjadi berwarna kehitaman. Tepung jagung dipintal menjadi semacam sarang bagi larva sehingga tepung menjadi menggumpal.

(18)

9 Preferensi Peletakan Telur

Hasil pengamatan terhadap banyaknya imago yang tertarik untuk meletakkan telur pada lima jenis bahan uji dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina pada masing-masing bahan uji dari lima ulangan lebih banyak diletakkan pada bahan uji beras, kacang tanah dan terigu. Sedangkan data dari tiga bahan tersebut berbeda nyata dengan jumlah telur yang diletakkan pada bahan uji kakao dan tepung maizena.

Sulaeha (2007) menyatakan bahwa secara alami serangga hama akan mampu memilih sumber makanan yang disenangi karena serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makananya. Yasin (2009) juga menyatakan bahwa kecendrungan imago dalam memilih jenis bahan simpan yang disukai adalah dalam hal tekstur dan komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan simpan tersebut. Pada umumnya hama gudang mengetahui keberadaan komoditas pascapanen dalam gudang penyimpanan karena adanya bau yang timbul selama masa penyimpanan (Sudarmaji 2009).

Hal tersebut diduga menjadi penyebab tingginya preferensi peletakan telur oleh imago pada bahan uji beras, kacang tanah, dan terigu karena adanya aroma yang dihasilkan dari bahan uji tersebut yang membuat imago E. cautella tertarik untuk datang dan bertelur. Sedangkan pada bahan uji kakao, imago meletakkan telur rata-rata hanya 40.2 butir, hal ini diduga karena adanya perlakuan fumigasi pada bahan uji kakao sebelum diujikan dan kandungan zat kimia dari proses fumigasi tersebut telah melapisi permukaan kakao sehingga membuat imago tidak tertarik untuk meletakkan telur pada kakao maka terjadi penurunan preferensi peletakan telur. Imago betina tidak meletakkan telur sama sekali pada bahan uji tepung maizena, hal ini dikarenakan tepung maizena yang digunakan telah mengalami pengolahan yang intensif dibandingkan dengan terigu, sehingga teksturnya terlalu halus dan tidak memiliki aroma yang khas untuk menarik imago untuk datang dan bertelur.

Tabel 3 Jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina F1 pada bahan uji kakao, kacang tanah, beras, terigu, dan tepung maizena (butir)

Jumlah telur yang diletakkan (butir) Ulangan Kakao Kacang

Tanah

(19)

10

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari semua peubah yang diamati maka dapat disimpulkan bahwa pakan yang paling sesuai untuk perkembangbiakan E. cautella adalah kacang tanah dan beras.

Saran

(20)

11

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah N. 1983. Pengawetan bahan makanan dengan proses iridiasi suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan. Dalam Risalah Seminar Nasional; 1983 Jun 6-8; Jakarta. hlm 100-103.

Ambarinanti M. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor beras di Indonesi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aqilah AR. 2014. Bioekologi dan faktor penyebaran hama pascapanen. [Internet].

[diunduh 2014 Maret 02].Tersedia pada: hama-pasca-panen.htm.

Azziz AA. 2006. Analisis impor beras serta pengaruhnya terhadap harga beras dalam negeri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Borror DJ, Triplehom CA, and Johnson NF. 1992. An Introduction to the Study of Insect. Ed ke-6. Orlando (US): Harcourt Brace and Company.

[BBPPTP] Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. 2013. Ekologi hama pascapanen (hama gudang). [Internet]. [diunduh 2014 Feb 26]. Tersedia pada: ekologi-hama-pascapanen-hama-gudang-html.

Chandra F. 2010. Formulasi snack bar tinggi serat berbasis tepung sorgum, tepung maizena, dan tepung ampas tahu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cotton RT. 1963. Pests of Stored Grain and Grain Products. Tennesse (US): Burges Publishing Company.

Fachleny N. 2006. Tiga jenis bahan kemasan plastik; pengaruhnya terhadap serangan cendawan pascapanen dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fajri Z. 2011. Ekologi hama pascapanen. [Internet]. [diunduh 2014 Maret 02]. Tersedia pada: http://www.abank_udha_123.tripod.com/ekologi_hama pasca_panen.html.

Haines CP, editor. 1991. Insects and Arachnids of Tropical Stored Products: Their Biology and Identification. Ed ke-2. London (GB): Natural Resources Institute.

Harahap IS, Sunjaya, Dharmaputra OS, Widayanti S. 2009. Pengenalan jenis-jenis serangga hama dan cendawan gudang. Di dalam: Prijono D, Sunjaya, Hidayat P, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor (ID): Seameo Biotrop. hlm 7-20.

Hessie R. 2009. Analisis produksi dan konsumsi beras dalam negeri serta implikasinya terhadap swasembada beras di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hill DS. 1983. Agricultural Insect Pests of the Tropics and Their Control. Ed ke-2. Oxford (GB): Cambridge University Press.

Hinton HE, Corbet AS. 1975. Common Insect Pests of Stored Food Products. Ed ke-5. London (GB): Trustees of the British Museum (Natural History).

(21)

12

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah. Jakarta (ID): PT Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari:

De Plagren van de Cultuurgewessen in Indonesia.

Marlina L. 2001. Produksi analisis zat gizi dan prospek pemasaran biskuit berprotein tinggi untuk manula dari bahan dasar tepung terigu dan tepung ubi kayu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurdiyani F. 2007. Analisis dampak rencana penerapan pungutan ekspor kakao terhadap integrasi pasar kakao Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prasetiawati W. 2009. Pengembangan produk ekstrusi berbahan baku kacang tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. 2002. Jakarta (ID): Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian.

Rahmi F. 2008. Biaya dan manfaat pengelolaan hama beras di gudang penyimpanan pascapanen. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 27]. Tersedia pada: http://www.digital_117173_T22086_biayamanfaat_literatur.pdf.

Sudarmaji, Anggara AW. 2009. Hama Pascapanen Padi dan Pengendaliannya. [Jurnal]. Jakarta (ID): Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Sulaeha, Melina, Sjam S. 2007. Preferensi hama gudang Araecerus fasciculatus

(De Geer) (Coleoptera:Anthribidae) terhadap makanan dan pencampuran makanan dengan bahan alami tanaman. Dalam Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007. Sulawesi Selatan (ID): PEI dan PFI. hal 217-221.

Syamsuddin. 2008. Bioekologi hama pasca panen dan pengendaliannya. Dalam Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XIX

Komisariat Daerah Sulawesi Selatan; 2008 November 05. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan. hal 417-421.

Wijayati E. 2013. Hama dan penyakit benih pascapanen. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 27]. Tersedia pada: dan-penyakit-benih.pdf.

Yasin M. 2009. Kemampuan akses makanan serangga hama kumbang bubuk dan faktor fisikokimia yang mempengaruhinya. Dalam Prosiding Seminar Nasional Serealia; 2009 September 27. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan. hal 400-403.

(22)

LAMPIRAN

Tabel sidik ragam serta uji berganda Duncan dengan taraf 5% lama hidup setiap fase perkembangan E. cautella pada beberapa jenis pakan dan imago yang muncul pada setiap bahan uji untuk masing-masing perlakuan serta peletakan telur oleh imago

Dependent Variable:imago yang muncul

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2842.960a 4 710.740 8.545 .000

Intercept 12950.440 1 12950.440 155.692 .000

pengulangan 2842.960 4 710.740 8.545 .000

Error 1663.600 20 83.180

Total 17457.000 25

Corrected Total 4506.560 24

Duncana,,b

Pengulangan sampel

Subset

N 1 2

tepung jagung 5 1.8000

kakao 5 25.6000

beras 5 26.2000

terigu 5 29.2000

kacang tanah 5 31.0000

Sig. 1.000 .402

Dependent Variable:Peletakan telur

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 312275.360a 4 78068.840 3.080 .040

Intercept 468129.640 1 468129.640 18.471 .000

pengulangan 312275.360 4 78068.840 3.080 .040

Error 506870.000 20 25343.500

Total 1287275.000 25

Corrected Total 819145.360 24

terigu 5 133.6000 133.6000

kacang tanah 5 198.8000 198.8000

beras 5 311.6000

(23)

Intercept 677.120 1 677.120 1348.248 .000

perlakuan 6.280 4 1.570 3.126 .024

Error 22.600 45 .502

Total 706.000 50

Corrected Total 28.880 49

Duncana,,b

perlakuan

Subset

N 1 2

tepung jagung 10 3.0000

biji kakao 10 3.7000

kacang tanah 10 3.8000

terigu 10 3.9000

Intercept 26312.180 1 26312.180 18944.770 .000

perlakuan 36.320 4 9.080 6.538 .000

Error 62.500 45 1.389

Total 26411.000 50

Corrected Total 98.820 49

perlakuan

Duncan Subset

N 1 2 3

terigu 10 21.5000

tepung jagung 10 22.7000

biji kakao 10 23.1000 23.1000

kacang tanah 10 23.3000 23.3000

beras 10 24.1000

(24)

Dependent Variable:pupa

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 30.880a 4 7.720 10.591 .000

Intercept 3136.320 1 3136.320 4302.878 .000

perlakuan 30.880 4 7.720 10.591 .000

Error 32.800 45 .729

Total 3200.000 50

Corrected Total 63.680 49

Duncana,,b

perlakuan

Subset

N 1 2 3

biji kakao 10 6.8000

tepung jagung 10 7.6000

kacang tanah 10 7.8000

beras 10 8.2000

Corrected Model 155.320a 4 38.830 42.207 .000

Intercept 8659.280 1 8659.280 9412.261 .000

perlakuan 155.320 4 38.830 42.207 .000

Error 41.400 45 .920

Total 8856.000 50

Corrected Total 196.720 49

perlakuan

Corrected Model 88.320a 4 22.080 1.915 .124

Intercept 113573.780 1 113573.780 9849.335 .000

perlakuan 88.320 4 22.080 1.915 .124

Error 518.900 45 11.531

Total 114181.000 50

(25)

Dependent Variable:siklus_hidup

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 88.320a 4 22.080 1.915 .124

Intercept 113573.780 1 113573.780 9849.335 .000

perlakuan 88.320 4 22.080 1.915 .124

Error 518.900 45 11.531

Total 114181.000 50

Corrected Total 607.220 49

Duncan

perlakuan

Subset

N 1 2

biji kakao 10 45.8000

beras 10 46.8000 46.8000

terigu 10 47.4000 47.4000

tepung jagung 10 48.9000 48.9000

kacang tanah 10 49.4000

(26)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pamatang Sidamanik pada tanggal 1 Desember 1990, putri ketiga dari enam bersaudara pasangan Bapak Mangapul Haloho dan Ibu Mutiara Napitupulu. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Inpres Tigaurung tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sidamanik dan lulus pada tahun 2006. Lulus dari SMPN melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Dolok Pardamean tahun 2009. Pada tahun yang sama penenulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tercatat sebagai mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Perbanyakan telur E. cautella: (a) imago betina dan jantan (b) kurungan
Gambar 3 Rata-rata ukuran panjang dan lebar larva instar 3 dan 4 E. cautella pada
Tabel sidik ragam serta uji berganda Duncan dengan taraf  5% lama hidup setiap fase

Referensi

Dokumen terkait