SISTEM KENDALI PENYALURAN AIR PENDINGIN
(WATER CHILLER) PADA PROSES PENCETAKAN SARUNG TANGAN LATEX
(Aplikasi PT.Medisafe Technologies)
O L E H
Linando F. Gultom
015203026PROGRAM D-IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya
Akhir ini. Karya akhir ini adalah Tugas Akhir yang harus diselesaikan oleh setiap
mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan
pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Karya Akhir ini
adalah “ Sistem kendali penyaluran air pendingin (water chiller) pada proses
pencetakan sarung tangan latex (Aplikasi PT. Medisafe Technologies) “
Dalam penulisan Karya Akhir ini penulis banyak menemui kendala, namun
berkat adanya bimbingan, saran-saran, nasehat dan bantuan moril maupun materil dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini dengan baik.
Maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis terlebih dahulu
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda P.L. Gultom dan Ibunda L. Habeahan, BA yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan serta doa yang tulus kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir.Usman Ba’afai, selaku Ketua Program Diploma-IV
Teknologi Instrumentasi Pabrik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hasdari Helmi, selaku Sekretaris Program Diploma-IV
Teknologi Instrumentasi Pabrik.
5. Bapak Ir. T. Ahri Bahriun, MSc, selaku koordinator Program Diploma-IV
6. Bapak Ir. Riswan Dinzi, MT, sebagai Dosen Pembimbing penulis yang
telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam menulis karya Akhir
ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Program Diploma-IV Teknologi Instrumentasi
Pabrik.
8. Bapak Ir. Bambang SZ. Batubara selaku pembimbing lapangan.
9. Buat saudara-saudara abang Elwin F. Gultom, Kakak Elnita Sulastri
Gultom, SE, dan adek Rahmat Buchari Gultom, Amd yang selalu
mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.
10.Kepada seluruh keluarga penulis yang ada dimedan terima kasih atas
bantuan dan dukungan kepada penulis.
11.Kepada teman-teman seperjuangan lenon, mansen, segar limbong, eri,
robert, dan anak” TIP’01, ewin’02, n tmn” yang banyak memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis.
12.Kepada teman-teman kos 740 B yang banyak memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.
13.Kepada teman-teman asal sibolga yang banyak memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.
14.Kepada duaon, rizal, bistok, meri, masnita, junedi, teti yang banyak
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan
dan wawasan dalam ruang lingkup pembelajaran. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan dari Karya Akhir ini. Semoga
Karya Akhir ini ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri.
Medan, Februari 2008
Penulis
ABSTRAK
Dalam dunia industri banyak digunakan peralatan–peralatan yang sistem
kerjanya dikendalikan secara otomatis dalam melakukan proses produksi. Dalam hal
ini untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi (produk) yang sesuai dengan
permintaan kosumen berdasarkan mutu produk yang diinginkan.
PT. Medisafe Technologies merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pembuatan sarung tangan. Dalam pencetakan sarung tangan yang dimasukkan dalam
tangki latex yang dilapisi air sebagai pendingin yang dialirkan dari water chiller.
Dalam proses penyaluran air pendingin dalam tangki latex terdapat peralatan -
peralatan pengendali yang berfungsi sebagai alat pengendali proses penyaluran air
pendingin secara otomatis.
Tujuan dari sistem kendali tersebut adalah untuk mengatur sistem dapat
mempertahankan kondisi yang diinginkan, menjalankan peralatan secara efisien, dan
DAFTAR ISI
1.6. Sistematika Pembahasan ... 3
BAB II. MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin ... 5
2.2. Siklus Pendinginan ... 5
2.3. Bahan Pendingin ... 6
2.4. Kompresor ... 7
2.5. Kondensor ... 11
2.7. Pipa Kapiler ... 15
2.8. Pengering ... 15
2.9. Katup Ekspansi ... 16
2.10. Katup Ekspansi Termostatik ... 17
BAB III. PENYALURAN AIR PENDINGIN 3.1. Gambaran Umum Pencetakan Sarung Tangan Latex ... 19
3.2. Proses Pendinginan Pada Water Chiller ... 24
3.3. Kerusakan-kerusakan Pada Water Chiller ... 25
3.4. Analisis Gangguan Pada Water Chiller ... 29
3.5. Proses Penyaluran Air Pendingin ... 31
BAB IV. ANALISA SISTEM KENDALI PENYALURAN AIR PENDINGIN 4.1. Blok Diagram Penyaluran Air Pendingin ... 33
4.2. Blok Diagram Proses Pendinginan ... 34
4.3. Floatless level Switch ... 35
4.4. Temperatur Control ... 38
4.5. Sensor RTD ... 40
4.6. Pengukuran Temperatur Air Pendingin Dengan sensor RTD Pt-100 ... 41
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 47
5.2. Saran………. 48
Gambar 4.1. Blok Diagram Penyaluran Air Pendingin ………33
Gambar 4.2. Blok Diagram Proses Pendinginan……... ………34
Gambar 4.3. Rangkaian Kontrol Floatless level switch ………35
Gambar 4.4. Pengontrolan Level Tangki Air ………..36
Dengan menggunakan Floatless Level Switch Gambar 4.5. Floatless Level Switch ………37
Gambar 4.6. Panel Temperatur Kontrol ………..39
Gambar 4.7. Sensor RTD Pt-100 ………41
Gambar 4.7. Proses Pengukuran Temperatur Air Pendingin ………..42
Gambar 4.9. Grafik Temperatur Air Pendingin ………..46
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
Dalam dunia industri banyak digunakan peralatan–peralatan yang sistem
kerjanya dikendalikan secara otomatis dalam melakukan proses produksi. Dalam hal
ini untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi (produk) yang sesuai dengan
permintaan kosumen berdasarkan mutu produk yang diinginkan.
PT. Medisafe Technologies merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pembuatan sarung tangan. Dalam pencetakan sarung tangan yang dimasukkan dalam
tangki latex yang dilapisi air sebagai pendingin yang dialirkan dari water chiller.
Dalam proses penyaluran air pendingin dalam tangki latex terdapat peralatan -
peralatan pengendali yang berfungsi sebagai alat pengendali proses penyaluran air
pendingin secara otomatis.
Tujuan dari sistem kendali tersebut adalah untuk mengatur sistem dapat
mempertahankan kondisi yang diinginkan, menjalankan peralatan secara efisien, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul
Kebutuhan akan air pendingin sangat penting pada proses pencetakan sarung
tangan latex di PT. Medisafe Technolgies. Air pendingin tersebut digunakan untuk
mendinginkan latex, sehingga suhu latex tetap terjaga pada temperatur yang
diinginkan. Air pendingin tersebut dialirkan kedalam tangki latex dari water chiller
sebagai mesin pendingin air.
Setiap industri senantiasa memiliki peralatan elektronik sebagai alat kontrol.
Alat kontrol tersebut bermacam–macam bentuk dan fungsinya, salah satunya adalah
alat pengontrol pada proses penyaluran air pendingin dalam tangki latex, yang
berfungsi untuk mengendalikan penyaluran air pendingin pada proses pencetakan
sarung tangan latex pada PT. Medisafe Technologies.
Terdapat beberapa tahapan pada proses penyaluran air pendingin antara lain :
Proses penyaluran air dari tangki penampung kedalam tangki air, proses pendinginan
air, pengukuran temperatur air pendingin. Pada tahapan–tahapan tersebut terdapat
peralatan–peralatan yang berfungsi untuk mengendalikan penyaluran air pendingin
pada proses pencetakan sarung tangan latex, sehingga kebutuhan air pendingin dalam
tangki latex dapat terpenuhi selama proses pencetakan sarung tangan latex.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan pembahasan
pokok yang akan dibahas adalah bagaimana proses penyaluran air pendingin pada saat
proses pencetakan sarung tangan latex berlangsung, bagaimana prinsip kerja water
chiller untuk menghasilkan air pendingin, bagaimana pengontrolan level air dalam
tangki air dengan menggunakan floatless level switch, dan bagaimana pengukuran
temperatur air pendingin yang diinginkan dengan menggunakan sensor RTD.
1.3. Batasan Masalah
Dalam karya akhir ini mempunyai ruang lingkup permasalahan yang relatif
luas dan terbatasnya pengetahuan serta pengalaman–pengalaman penulis, maka
penulis membatasi pembahasan masalah hanya dalam proses penyaluran air pendingin
kedalam tangki latex, prinsip kerja komponen–komponen utama water chiller, prinsip
kerja floatless level switch, prinsip kerja sensor RTD Pt-100 pada temperatur 180C–
280C dan menghitung tahanan RTD Pt-100 pada temperatur 180C–280C.
1.4. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan karya akhir ini adalah:
1.Mengetahui proses penyaluran air pendingin pada proses pencetakan sarung
tangan latex.
1.5. Metode Pembahasan
Dalam membahas laporan karya akhir kelengkapan data suatu objek. Untuk
melengkapi data tersebut maka penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
Mengumpulkan data dan mencari data spesifikasi, blok diagram dan cara
kerja rangkaian serta mencari buku-buku yang sesuai dengan topik bahasan
penulis dan studi kepustakaan.
2. Secara praktis
Dengan melakukan riset, wawancara pembimbing di industri, observasi
kelapangan dan praktek langsung.
1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan penyusun membuat
sistematika penulisan dengan urutan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
pembahasan, batasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika
pembahasan.
BAB II. MESIN PENDINGIN
Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian mesin pendingin, siklus
pendinginan, bahan pendingin (refrigeran), kompresor, kondensor, evaporator,
BAB III. PENYALURAN AIR PENDINGIN ( WATER CHILLER )
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum pencetakan sarung tangan
latex, proses pendinginan pada water chiller, macam–macam kerusakan pada
water chller, analisis gangguan pada water chiller, proses penyaluran air
pendingin
BAB IV. ANALISA SISTEM KENDALI PENYALURAN AIR PENDINGIN
Pada bab ini menjelaskan tentang blok diagram sistem kendali penyaluran air
pendingin pada pada proses pencetakan sarung tangan latex, floatless level
switch, pengontrolan level fluida dengan menggunakan floatless level switch,
temperatur kontrol, sensor RTD, pengukuran temperatur air pendingin dengan
menggunakan sensor RTD.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk menyempurnakan laporan karya
BAB II
MESIN PENDINGIN
2.1. Pengertian Mesin Pendingin
Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan
air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat yang
temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur
rendah memerlukan pembuangan kalor dari produk pada temperatur rendah ke tempat
pembuangan kalor yang lebih tinggi.
Prinsip kerja mesin pendingin adalah jika motor penggerak berputar maka akan memutar kompresor. Dengan berputar kompresor, refrigeran akan naik suhu
maupun tekanannya. Hal ini disebabkan molekul-molekul dari refrigeran bergerak
lebih cepat akibat proses kompresi. Gas dari refrigeran akan merambat pada pipa–pipa
kondensor dan media pendinginan.
Pada bagian kondensor diusahakan adanya media pendinginan yang baik,
sebab dengan adanya pendinginan yang baik pada bagian kondensor akan membantu
memperlancar terjadinya proses kondensasi. Temperatur dan tekanan gas refrigeran
akan naik sampai keseimbangan dicapai. Setelah terjadi keseimbangan proses
kondensasi (pengembunan) gas refrigeran mengalir menerusi saluran cairan tekanan
tinggi menuju refrigeran control setelah melewati drier strainer (saringan).
2.2. Siklus Pendinginan (Refrigeration Cycle)
Waktu kompresor sedang bekerja suhu dan tekanan refrigeran yang mengalir
ke kondensor, pipa kapiler, dryer, evaporator akan menjadi tinggi. Klep tekan
terbukanya klep tekan uap yang dipompa oleh kompresor keluar melalui celah-celah
klep tersebut dan masuk kedalam saluran tekan.
Refrigeran yang masuk kedalam pipa kondensor panasnya akan diserap oleh
udara yang mengalir melalui sela-sela pipa. Kondensor akan melepaskan panas dan
mengubah refrigeran yang bersuhu tinggi menjadi cairan bertekanan tinggi.
Pada gambar 2.1 dibawah ini ditunjukkan siklus pendinginan pada mesin
pendingin.
Gambar 2.1. Siklus Pendinginan Mesin Pendingin
Uap yang berada dalam kondensor akan turun suhunya dengan tekanan yang
tinggi dan menjadi cairan. Cairan tersebut mengalir kedalam dryer dan capillary tube
yang mempunyai lubang diameter yang kecil sehingga tekanan diturunkan menjadi
rendah sesuai temperatur pada evaporator.
2.3. Bahan Pendingin (Refrigeran)
Bahan pendingin atau refrigeran adalah suatu zat yang mudah diubah
wujudnya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Untuk dapat terjadinya suatu proses
pendinginan diperlukan suatu bahan penndingin atau refrigeran yang digunakan untuk
Bahan pendingin (refrigeran) banyak sekali macamnya, tetapi tidak satupun
yang dapat dipakai untuk semua keperluan pendinginan. Suatu bahan pendingin
mempunyai syarat–syarat untuk keperluan proses pendinginan antara lain :
1. Tidak beracun dan tidak berbau dalam semua keadaan.
2. Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, minyak
pelumas dan sebagainya.
3. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada
sistem pendingin.
4. Bila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat–alat yang sederhana
maupun dengan alat detector kobocoran.
5. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
6. Mempunyai kalor laten penguapan yang besar, agar panas yang diserap
evaporator sebesar–besarnya.
7. Viskositas dalam fase cair maupun fase gas rendah agar aliran refrigeran
dalam pipa sekecil mungkin.
8. Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh.
9. Konduktifitas thermal yang tinggi.
10. Konstanta dieletrika dari refrigeran yang kecil, tahanan lisrtrik yan besar,
serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik.
11. Tidak merusak tubuh manusia.
2.3. Kompresor
Kompresor adalah unit mesin pendingin yang berfungsi untuk mengsirkulasi
refrigeran yang mengalir dalam unit mesin pendingin. Jika dilihat dari cara kerja
1. Kompresor Open Unit (Open Type Cmpressor)
Jenis kompresor ini terpisah dari tenaga penggeraknya masing-masing
bergerak sendiri dalam keadaan terpisah.
Tenaga penggerak kompresor umumnya motor listrik. Salah satu ujung
poros engkol dari kompresor menonjol keluar, sebuah puli dari luar
dipasang pada ujung poros tersebut.
Melalui tali kipas puli dihubungkan dengan tenaga penggeraknya.
Pada gambar 2.2 dibawah ini ditunjukkan konstruksi kompresor open type.
Gambar 2.2. Konstruksi Kompresor Open Type
Puli pada kompresor berfungsi sebagai roda gaya yang digunakan
sebagai daun kipas untuk mendinginkan kondensor dan kompresor sendiri.
Karena ujung poros engkol keluar dari rumah kompresor, maka harus
2. Kompresor Sentrifugal
Prinsip dari kompresor sentrifugal adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk
mendapatkan energi kinetik pada impeller sudu dan energi kinetik ini diubah
menjadi tekanan potensial.
Pada gambar 2.3 dibawah ini ditunjukkan konstruksi kompresor sentrifugal.
Gambar 2.3. Konstruksi Kompresor Sentrifugal
Tekanan dan kecepatan uap yang rendah dari saluran sunction dihisap
kedalam lubang masuk atau mata roda impeller oleh aksi dari shaft rotor,
dan kemudian diarahkan dari ujung-ujung pisau kerumah kompresor untuk
diubah menjadi tekanan yang bertambah.
3. Kompresor Scroll
Prinsip kerja dari komprespr scroll adalah mengunakan dua buah scroll (pusaran).
Satu scroll dipasang tetap dan salah satu scroll lainnya berputar pada orbit.
Refrigeran dengan tekanan rendah dihisap dari saluran hisap oleh scroll dan
dikeluarkan melalui saluaran tekan yang letaknya pada pusat orbit dari scroll
Pada gambar 2.4 dibawah ini ditunjukkan konstruksi kompresor scroll.
Gambar 2.4. Konstruksi Kompresor Scroll
4. Kompresor Sekrup
Uap refrigeran memasuki satu ujung kompresor dan meninggalkan kompresor dari
ujung yang lain. Pada posisi langkah hisap terbentuk ruang hampa sehingga uap
mengalir kedalamnya. Bila putaran terus berlanjut, refrigeran yang terkurung
digerakkan mengelilingi rumah kompresor. Pada gambar 2.5 dibawah ini
ditunjukkan konstruksi kompresor sekrup.
Gambar 2.5. Konstruksi Kompresor Sekrup
Pada putaran selanjutnya terjadi penangkapan kuping rotor jantan oleh lekuk rotor
betina, sehingga memperkecil volume rongga dan menekan refrigeran tersebut
5. Kompresor Semi Hermetik
Pada konstruksi semi hermetik bagian kompresor dan elektro motor
masing-masing berdiri sendiri dalam keadaan terpisah. Untuk
menggerakkan kompresor poros motor listrik dihubungkan dengan poros
kompresornya langsung. Pada gambar 2.6 dibawah ini ditunjukkan
konstruksi kompresor semi hermetik.
Gambar 2.6. Konstruksi Kompresor Semi Hermetik
2.4. Kondensor
Kondensor mempunyai fungsi melepaskan panas yang diserap refrigeran di
evaporator dan panas yang terjadi selama proses kompresi. Dilihat dari sisi media
yang digunakan kondensor dapat dibedakan 2 macam :
1. Kondensor Berpendingin Udara (Air Cooled Condenser)
Yaitu kondensor yang menggunakan udara sebagai media pendinginnya. Air
• Natural Draught Condenser
Dimana pelaksana perpindahan panasnya dilakukan dengan aliran
udara secara alami.
• Force Draught Condenser
Dimana pelaksanaan perpindahan panasnya dilakukan dengan
aliran udara yang dipaksakan biasanya dilakukan dengan kipas
udara dan blower.
Pada gambar 2.7 dibawah ini ditunjukkan konstruksi kondensor tipe air cooled
condenser.
Gambar 2.7. Konstruksi Kondensor Tipe Air Cooled Condenser 2. Kondensor Berpendingin Air (Water Cooled Condenser)
Water cooled condensor adalah kondensor yang menggunakan air sebagai media
pendinginnya. Menurut proses aliran yang ada pada kondensor ini terbagi menjadi
• Wate Water System
Suatu sistem dimana air yang disuplai untuk kondensor diambil
dari pusat–pusat air kemudian dialirkan melewati kondensor
setelah itu dibuang.
• Recirculating Water System
Suatu sistem dimana air yang telah meninggalkan kondensor
disalurkan kedalam cooling tower, untuk diturunkan temperaturnya
pada temperatur yang dikehendaki.
• Sistem Pipa Air Dari Menara Pendingin
Supaya mesin pendingin dapat bekerja dengan aman, maka harus
dijamin adanya aliran air pendingin sesuai dengan yang diperlukan.
Apabila kondensor terletak diatas permukaan air didalam bak
menara pendingin, atau apabila kondensor terletak di bawah
permukaan air dan pompa terletak diatas permukaan air dalam bak
air, maka sebuah katup satu arah (check valve) harus dipasang
Pada gambar 2.8 dibawah ini ditunjukkan konstruksi kondensor tipe water
cooled condenser.
Gambar 2.8. Konstruksi Kondensor Tipe Water Cooled Condenser 2.5. Evaporator
Evaporator adalah penukar kalor yang memegang peranan yang paling penting
didalam siklus pendinginan, yaitu mendinginkan media sekitarnya. Evaporator
berfungsi untuk mendinginkan udara ruangan atau cairan. Selain itu fungsi
eavaporator pada sistem pendinginan adalah sebagai pipa penguapan.
Dilihat dari betuknya, evaporator memiliki konstruksi yang sama dengan
bagian kondensor yang hanya menggunakan diameter pipa lebih besar dibandingkan
pipa untuk kondensor. Didalam tabung dipasang plat–plat penyekat.
Plat–plat tersebut berfungsi sebagai penunjang pipa refrigeran dan
mengalirkan cairan yang hendak didinginkan, sehingga dapat mengalir tegak lurus
Dengan demikian laju–laju perpindahan kalor semakin baik karena kontak
antara cairan yang hendak didinginkan dalam pipa refrigeran dapat dibuat lebih baik.
Pada gambar 2.9 dibawah ini ditunjukkan konstruksi evaporator.
Gambar 2.9. Konstruksi Evaporator
2.6. Pipa Kapiler (Capillary Tube)
Pipa kapiler adalah pengatur bahan pendingin atau refrigeran pada sistem
pendinginan yang ditempatkan pada antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah.
Refrigeran cairan yang mengalir melalui pipa kapiler terjadi pressure drop yang
berarti tekanan dan suhunya diturunkan sesuai dengan kebutuhan evaporator.
Pada gambar 2.10 dibawah ini ditunjukkan konstruksi pipa kapiler.
Penggunaan pipa kapiler pada mesin pendingin akan mempermudah pada
waktu start, karena dengan mempergunakan pipa kapiler pada saat sistem tidak
bekerja tekanan pada kondensor dan evaporator selalu sama. Hal ini berarti
meringankan tugas kompresor pada waktu start.
2.7. Pengering (Dryer)
Pengering (dryer) dalam sistem pendinginan digunakan untuk untuk menyerap
uap air dan menyaring kotoran yang tidak diperlukan dalam sistem. Didalam
pengering diisikan bahan pengering dan kawat saringan. Pengering ditempatkan pada
sisi tekanan tinggi dari sistem pendinginan, yaitu pada saluran cairan didekat pipa
kapiler. Pengering tersebut sebaiknya dipasang pada posisi kedudukan tegak dengan
lubang masuk pada bagian bawah.
Umumnya pengering dipasang secara permanen, hanya ditukar apabila bahan
pengering telah tidak dapat menyerap uap air lagi. Jika kompresor rusak atau
motornya terbakar, maka pengering harus ditukar dengan yang baru karena saringan
telah kotor bahan pengering juga tidak dapat menyerap uap air lagi. Pada gambar 2.11
dibawah ini ditunjukkan konstruksi pengering.
2.8. Katup Ekspansi Otomatik (Automatic Expansion Valve)
Katup ekspansi otomatik digunakan untuk mengatur jumlah refrigeran yang
masuk pada evaporator dalam batas yang sama dengan kapasitas isap kompresor.
Selama sistem sedang bekerja, katup tersebut dapat mempertahankan tekanan
evaporator dan tekanan saluran isap tetap konstan, sehingga beban
kompresor juga menjadi konstan. Pada gambar 2.12 dibawah ini ditunjukkan bentuk
katup ekspansi otomatik.
Gambar 2.12. Katup Ekspansi Otomatik
Pada dasarnya katup tersebut terdiri dari : jarum dan dudukanya, diafragma,
sebuah pegas dengan baut pengatur, sebuah saringan pada bagian masuk. Katup
ekspansi otomatik bekerja berdasarkan tekanan yang seimbang pada diafragma, dari
dua tekanan yang berlawanan dan saling mengimbangi. Prinsip kerja katup ekspansi
otomatik adalah apabila tekanan evaporator P2 menekan diafragma keatas, membuat
Tekanan pegas yang dapat diatur P3 menekan diafragma pada arah yang
berlawanan, membuat lubang saluran refrigeran membuka. Pada gambar 2.13
dibawah ini ditunjukkan prinsip kerja katup ekspansi otomatik.
Gambar 2.13. Prinsip Kerja Katup Ekspansi Otomatik
2.9. Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve)
Katup ekspansi termostatik merupakan alat pengatur refrigeran yang paling
banyak dipakai untuk sistem pendinginan. Katup ekspansi tersebut dapat mengatur
jumlah refrigeran yang mengalir dalam evaporator sesuai dengan beban evaporator
yang maksimum pada setiap keadaan beban evaporator yang berubah-ubah. Katup
ekspansi termostatik dapat mempertahankan uap panas lanjut yang konstan.
Katup ekspansi tersebut tidak mengatur tekanan dan temperatur dalam
evaporator, tetapi mengontrol jumlah refrigeran yang mengalir masuk dalam
evaporator. Refrigeran yang mengalir melalui katup ekspansi termostatik lalu pada
temperatur dan tekanan pada akhir evaporator. Pada gambar 2.14 dibawah ini
ditunjukkan bentuk katup ekspansi termostatik.
BAB III
PENYALURAN AIR PENDINGIN 3.1. Gambaran Umum Pencetakan Sarung Tangan Latex
Sarung tangan latex yang diproduksi PT. Medisafe Technologies terdiri
dari atas dua jenis, yaitu polos atau licin (smooth) dan bercorak (textured). Perbedaan
jenis ini berasal dari cetakan yang berbeda yaitu jenis cetakan dengan permukaan rata
akan menghasilkan jenis sarung tangan yang licin, dan cetakan dengan permukaan
bergerigi menghasikan jenis sarung tangan latex yang beercorak. Bahan dasar
pembuatan sarung tangan latex terdiri dari bahan baku berupa karet alam, dan bahan
tambahan (unsur kimia).
Proses produksi berlangsung kontiniu dan otomatis. Tenaga manusia
digunakan sebagai operator dan penanganan material. Proses pecetakan sarung tangan
latex pada areal glove plant dengan menggunakan dipping machine yang berupa
cetakan yang dipasang pada rantai yang digerakkan oleh main drive gear motor. Pada
gambar 3.1 dibawah ini ditunjukkan proses pencetakan sarung tangan latex pada areal
glove plant .
Proses pencetakan sarung tangan latex terdiri dari beberapa tahapan antara lain :
1 Stripping Area
Stripping area adalah daerah tempat penarikan atau pelepasan sarung
tangan dari cetakan yang dilakukan oleh tenaga kerja.
2. Acid Tank
Acid tank merupakan proses pencucian cetakan, rantai mesin akan
berjalan membawa cetakan hingga tercelup pada acid tank.Tujuannya
adalah menghilangkan sisa karbonat, pigmen, dan asam yang melekat
pada cetakan
3. Rinsing Tank
Rinsing tank adalah tangki pencucian cetakan dengan air, agar
cetakan yang keluar dari tangki tersebut benar–benar bersih dan bebas
dari larutan asam.
4. Pengeringan (Blower)
Cetakan yang telah melewati proses pencucian, rantai berputar akan
bergerak terus membawa cetakan pada bagian pengeringan yaitu
dengan melewatkan cetakan dalam kipas pengeringan air. Tujuannya
adalah menghilangkan air yang ada pada cetakan dan untuk
mengeringkan cetakan sebelum dicelupkan kedalam tangki latex
5. Pencelupan Cetakan
Cetakan yang sudah dikeringkan akan bergerak menuju tangki latex,
sehingga lapisan yang sangat tipis atau halus terbentuk pada cetakan.
gelembung–gelembung pada tangki, sehingga cetakan tidak kering
dan panas.
6. Oven Pengering (Dry Oven)
Cetakan yang telah dicelupkan dalam tangki latex akan dilewatkan
kedalam oven pengering. Tujuannya adalah untuk mengeringkan atau
mengeraskan lapisan yang telah terbentuk pada cetakan. Panas pada
oven dihasilkan dari LNG (liquid nitrogen gas) sebagai bahan bakar.
7. Kompon Latex (Latex Compounding)
Latex pekat dari tangki dari gudang bahan baku dialirkan menuju
bagian kompon latex untuk dicampur dengan bahan – bahan kimia.
8. Pencelupan Latex (Latex Dipping)
Kompon latex yang telah diperam dalam tangki maturasi dialirkan
dalam tangki pencelupan latex dengan menggunakan pipa. Tangki
pencelupan latex dilapisi dengan air pendingin yang dialirkan dari
water chiller sebagai mesin pendingin air yang berfungsi sebagai
untuk menjaga agar suhu tetap stabil, sehingga cetakan yang
diperoleh tidak mengalami kerusakan.
9. Oven Pengeringan Latex (Latex Dry Oven)
Rantai bergerak membawa cetakan yang telah dilapisi sarung tangan
kedalam oven pengeringan latex. Tujuan pengeringan bukan
pengeringan sempurna, agar latex tidak menyusut saat dimasukkan
10. Pemucatan Awal (Pre Leaching)
Pemucatan awal yaitu proses pencucian sarung tangan yang
dicelupkan kedalam tangki berisi air.
Tujuannya adalah untuk melarutkan atau membersihkan bahan –
bahan kimia, yaitu sisa-sisa karbonat dan kadar protein yang masih
tersisa pada sarung tangan.
11. Pembentukan Pinggiran Sarung Tangan (Beading)
Beading merupakan merupakan proses pembentukan fisik sarung
tangan, yaitu pinggiran sarung tangan. Pembentukan pinggiran sarung
tangan ini dilakukan dengan memutar alat penggulung dari bagian
bawah cetakan. Beading yang baik adalah yang gulungannya tidak
terlalu besar, tidak terlalu kecil dan tidak terdapat gelembung udara.
Setelah pinggiran sarung tangan terbentuk cetakan akan bergerak
kedalam pengeringan utama (duck oven).
12. Pengeringan Utama (Duck Oven)
Pengeringan sarung tangan harus melalui melalui pengeringan utama.
Tujuan dari pengeringan utama adalah untuk pengeringan sempurna
sarung tangan latex dari air yang ada pada sarung tangan latex.
13. Pemucatan Akhir (Post Leaching)
Pemucatan akhir adalah proses pencucian sarung tangan kembali
sekaligus memutihkan sarung tangan latex. Pada bagian ini sarung
tangan dicelupkan kedalam air untuk menghilangkan sisa kotoran dari
14. Pengapuran (Slurry)
Fungsi pengapuran ini untuk memberikan lapisan powder pada proses
akhir, sehingga sarung tangan tidak lengket dan mudah dilepaskan
dari cetakan.
15. Oven Pengeringan Kapur (Slurry Dry Oven)
Panas pada oven pengeringan kapur bertujuan untuk mengeringkan
sol kapur yang menempel pada sarung tangan
16. Kipas Pendingin (Cooling Fan)
Alat pendingin yang digunakan untuk mendinginkan sarung tangan
latex yang keluar dari pengeringan kapur adalah kipas pendingin.
Bertujuan untuk menurunkan suhu cetakan, sehinga operator mudah
melepaskan sarung tangan latex dari cetakan.
17. Penarikan Sarung Tangan Latex (Stripping)
Striping adalah proses penarikan atau pelepasan sarung tangan latex
dari former. Penarikan sarung tangan latex dari cetakan ini dilakukan
oleh operator, dan hal ini merupakan proses akhir dari pada dipping
machine. Setelah sarung tangan dilepas, rantai akan bergerak terus
membawa former kembali ke tangki pencucian yang berisi larutan
asam nitrat dan seterusnya.
18. Pengeringan Akhir (Tumble Dryer)
Fungsi mesin ini adalah untuk mengeringkan sarung tangan latex
dengan sempurna, dan juga untuk mengurangi kadar tepung pada
dihembuskan melalui pipa kedalam bak penampungan limbah yang
berisi air. Tahapan selanjutnya adalah membawa sarung tangan latex
yang sudah dikeringkan kebagian pengendalian kualitas untuk
sampling penerimaan produk jadi.
3.2. Proses Pendinginan Pada Water Chiller
Proses pendinginan yang dilakukan pada unit produksi pencetakan sarung
tangan latex menggunakan air sebagai bahan pendingin di PT. Medisafe
Technologies. Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses pendinginan adalah
water chiller DW 150. Pada gambar 3.2 dibawah ini ditunjukkan proses pendinginan
pada water chiller.
Apabila motor penggerak berputar, maka akan memutar kompresor. Dengan
berputarnya kompresor maka refrigeran pada freon R 22 akan naik suhu maupun
tekanannya. Hal ini disebabkan molekul–molekul dari refrigeran bergerak lebih cepat
dan saling bertabrakan akibat adanya kompresi.
Air yang dialirkan kedalam cooling tower akan dialirkan kembali kedalam
kondensor akan mengalami proses kondensasi (pengembunan) yaitu uap panas dari
refrigeran berubah menjadi cairan. Cairan refrigeran mengalir menuju saluran cairan
tekanan tinggi menuju filter (saringan) yang berfungsi untuk menyaring kotoran dan
partikel–partikel lain yang menempel pada diding pipa tembaga dari kondensor,
sehingga refrigeran cair saja yang mengalir masuk kedalam pengontrol refrigeran.
Katup selonoid akan membuka aliran bahan pendingin yang menuju kedalam
evaporator. Setelah itu katup ekspansi akan menurunkan cairan refrigeran dari tekanan
tinggi menjadi tekanan rendah sebelum masuk kedalam evaporator.
Cairan refrigeran yang telah diekspansi akan dialirkan kedalam evaporator
untuk mendinginkan cairan refrigeran sesuai dengan temperatur yang diinginkan.
Setelah cairan refrigeran mengalami proses evaporatif, maka cairan refrigeran telah
menjadi cairan pendingin. Cairan pendingin tersebut akan dialirkan kedalam tangki air
pendingin melalui pompa air pendingin.
3.3. Kerusakan–Kerusakan Pada Water Chiller
1. Unit Kompresor
Untuk memeriksa kompresor unit dapat dicoba dihubungkan dengan sumber
dan dipasang amperemeter untuk mengecek arus yang ditarik oleh motornya.
a. Motor tidak jalan dan arusnya besar sekali, melebihi arus rotor dari
motor, maka motor akan terbakar.
b.Motor tidak jalan, tetapi arusnya normal, kompresor macet. Kompresor
perlu diperiksa.
c. Motor jalan, arus yang ditarik normal tapi bersuara keras, mungkin ada
pegas yang patah.
d.Motor jalan, arus yang ditarik normal, tetapi tekanan tidak memenuhi
syarat, bersuara, katup kompresor rusak.
Process tube dari kompresor dihubungkan dengan tabung R 22, pipa tekan dan
kompresor dihubungkan dengan bagian bawah dari single testing valve (A), pipa
hisap dihubungkan dengan ujung lain dari keran (B).
Pada gambar 3.3 dibawah ini ditunjukkan cara memeriksa tekanan kompresor.
Gambar 3.3. Cara Memeriksa Tekanan Kompresor
Ujung A langsung berhubungan dengan pressure gauge tidak dipengaruhi oleh keran,
sedangkan ujung B dapat dibuka atau ditutup hubungannya oleh keran. Mula-mula
Setelah tidak ada udara yang keluar dari ujung pipa, tabung R 22 dibuka
sedikit untuk mendorong sisa udara, kotoran yang tertinggal (purging), kemudian
ujung pipa tekan dipasang lagi pada ujung A.
Kompresor masih tetap berjalan, tabung R 22 dibuka sedikit, maka
penunjukkan dan pressure gauge akan naik sedikit demi sedikit, setelah tekanannya
mencapai sesuai yang diinginkan, keran dari tabung R 22 ditutup, maka jarum akan
menunjuk pada tekanan yang telah ditentukan. Jangan lupa memeriksa arus yang
ditarik oleh kompresor dan tidak ada suara yang mengganggu maka tekanan dari
kompresor adalah baik.
2. Evaporator
Pada sistem pendinginan kerusakan evaporator yang paling banyak adalah
adanya kebocoran. Untuk mencari kebocoran perhatikan pada bagian–bagian
sambungan, bengkokan–bengkokan pada pipa.
3. Kondensor
Kemungkinan kerusakan pada kondensor hampir sama pada evaporator. Pada
mesin yang sedang berjalan jika kondensornya dipegang akan terasa panas.
4. Pipa Kapiler
Gangguan pada pipa kapiler biasanya disebabkan oleh buntu, pipa gepeng atau
bengkok, ada benda–benda lain didalam pipa dari kotoran atau sisa penjelasan yang
tertinggal atau uap air yang membeku.
Jika pipa kapiler buntu seluruhnya, maka tidak akan terdengar suara pada
ujung masuk evaporator, evaporator tidak terasa dingin. Pada sistem pendinginan
dimatikan. Pada pipa kapiler yang buntu sebagian atau seluruhnya akan diperlukan
waktu yang lebih lama.
5. Saringan
Gangguan pada saringan sama dengan pipa kapiler. Tanda lain untuk saringan
yang rusak, sebagian akan terjadi perbedaan panas dibandingkan bagian dekat pipa
kapiler. Pada saringan yang rusak sama sekali, bagian luar dari saringan terjadi es,
tekanan pada sisi tekanan pada sisi tekanan tinggi menjadi lebih tinggi.
6. Refigeran
Bahan pendingin yang paling banyak digunakan adakah R 12, R 22, R 502.
Gangguan–gangguan yang terjadi mungkin terjadi ada 3 macam :
a. Terlalu banyak isi bahan pendingin (over charge).
b. Kurang isi bahan pendingin (under charge).
a. Tanda–tanda over charge antara lain :
• Tekanan pada sisi tekanan tinggi dan tekanan rendah.
• Tekanan pada sisi tekanan rendah dan tekanan tinggi.
• Arus yang ditarik naik.
• Pada saluran pipa hisap terjadi es.
• Kompresor bersuara lebih keras.
• Pendingin kurang baik.
b. Tanda–tanda under charge antara lain :
• Tekanan pada sisi tekanan tinggi normal atau rendah.
• Tekanan pada sisi tekanan rendah lebih rendah.
• Pada pipa evaporator terjadi bunga es.
• Kompresor jalan terus–menerus, pemakaian daya banyak.
Untuk sistem yang bocor pada sisi tekanan tinggi, mencari kebocoran yang
dilakukan waktu kompresor sedang berjalan. Sedangkan jika kebocoran terjadi pada
sisi tekanan rendah dicari pada waktu kompresor sedang berhenti. Setelah kompresor
dijalankan lebih dahulu selama beberapa menit. Pada sistem yang bocor bahan
pendingin (refrigeran) yang bersirkulasi tidak cukup dan minyak pelumas yang
seharusnya kembali ke kompresor juga berkurang.
3.4. Analisis Gangguan Pada Water Chiller
Pada umumnya gangguan pada sistem pendingin antara lain :
1. Unit tidak dapat dijalankan (start).
Unit yang sewaktu dihubungkan dengan sumber listrik tetapi tidak
dapat berputar atau gagal beroperasi hendaknya dilakukan pemeriksaan–
pemeriksaan sebagai berikut :
• Periksa tegangan pada stop kontak.
• Tegangan yang benar adalah 380 volt AC.
• Periksa tegangan pada terminal kompresor.
• Periksa semua kontrol kompresor, periksa terminal–terminal dari
2. Unit dapat beroperasi tetapi tidak menghasilkan air pendingin.
Unit yang beroperasi tetapi tidak menghasilkan air pendingin, pada
umumnya gangguan–gangguan yang timbul antara lain :
• Kekurangan refrigeran.
• Katup ekspansi, pipa kapiler dan saringan.
• Kerusakan kompresor.
Kekurangan refrigeran diakibatkan adanya salah satu unit chiller gagal
dioperasikan yang biasanya disebabkan oleh gangguan kelistrikan. Dalam hal ini
Periksa kebocoran, apabila terjadi kebocoran refrigeran harus diperbaiki, divakumkan,
dan diisi lagi.
Jika katup ekspansi rusak pada waktu unit berjalan akibat tekanan compund
gauge tidak normal meskipun unit telah dimatikan. Baut pengatur katup ekspansi
harus diputar atau disetel agar tekanan compund gauge mengalami perubahan atau
tekanannya normal.
Pada sistem yang mengandung kotoran didalamnya, hal ini mungkin
disebabkan tertinggalnya kotoran sewaktu merakit atau memasang saringan.Hal ini
juga dapat diakibatkan sistem mengalami kebocoran pada bagian tekanan rendah
sehingga udara luar terhisap masuk pada sistem.
Udara tersebut mengandung uap air akibat terbawa oleh refrigeran. Kotoran ini
akan ditampung oleh filter. Uap air yang melewati filter pada katup ekspansi akan
membeku dan akan menyumbat lubang pada katup ekspansi. Untuk memeriksa
adanya es pada lubang katup ekspansi terlebih dahulu unit water chiller dihentikan
Apabila tekanan compund gauge tetap sama dengan tekanan sebelum katup
ekspansi dipanaskan. Kemungkinan filter dari katup ekspansi terdapat kotoran–
kotoran, untuk itu filter harus dibersihkan.
3. Timbul suara berisik
Pada sistem pendinginan terdapat suara berisik yang bisa mengakibatkan
kerusakan pada unit–unit mesin pendingin, gangguan yang timbul adalah :
• Ada sekrup yang lepas atau kurang keras.
Apabila sekrup yang lepas atau kurang keras, harus diganti dengan
sekrup yang baru atau bautnya dikeraskan lagi.
• Kerusakan pada motor kompresor
Apabila motor kompresor mengalami gangguan, harus diperiksa atau
perlu diganti jika kerusakannya tidak bisa lagi dipakai.
3.5 Proses Penyaluran Air Pendingin
Proses penyaluran air pendingin pada tangki latex di unit produksi pencetakan
sarung tangan latex di PT. Medisafe Technologies, terdapat beberapa tahapan proses
sehingga terjadi penyaluran air pendingin didalam tangki latex. Pada gambar 3.5
M
Gambar 3.5. Proses Penyaluran Air Pendingin Pada Pencetakan Sarung Tangan Latex
Air akan disalurkan kedalam tangki air melalui tangki penampung air setelah
proses pengontrolan level pada tangki air yang menggunakan floatless level switch.
Kemudian air dialirkan kedalam cooling tower dan dialirkan lagi kedalam kondensor
sebagai salah satu unit chiller, proses pendinginan akan berlangsung pada unit-unit
chiller (kompresor, Freon R 22, kondensor, filter, sight glass, katup selonoid, katup
ekspansi, evaporator). Air pendingin dialirkan kedalam tangki air pendingin melalui
pompa evaporator.
Didalam tangki air pendingin terdapat sensor Rtd yang digunakan untuk
kemudian dialirkan kedalam tangki latex melalui pompa tangki latex. Setelah air
pendingin tersebut telah mendinginkan latex, maka temperatur air pendingin tersebut
akan mengalami perubahan, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk mendinginkan
latex.
Air pendingin yang tidak digunakan lagi akan dialirkan kedalam evaporator
untuk melakukan proses pendinginan, sehingga proses penyaluran air pendingin
dalam tangki latex berlangsung secara kontinu selama proses pencetakan sarung
BAB IV
ANALISA SISTEM KENDALI PENYALURAN AIR PENDINGIN 4.1. Blok Diagram Penyaluran Air Pendingin
Suatu sistem penyaluran air pendingin dapat bekerja apabila didukung oleh
peralatan–peralatan pembentuk sistem tersebut. Pada proses penyaluran air pendingin
terbagi atas empat blok yang membentuk suatu blok diagram loop tertutup, antara lain
tangki air pendingin, temperatur control, proses pencetakan sarung tangan latex, dan
sensor Rtd Pt-100. Pada gambar 4.1 dibawah ini ditunjukan blok diagram proses
penyaluran air pendingin.
Gambar 4.1. Blok Diagram Penyaluran Air Pendingin
Didalam tangki air pendingin terdapat sensor Rtd Pt-100 yang dihubungkan
pada temperatur control untuk mendeteksi temperatur air pendingin.
Dalam hal ini sensor Rtd Pt-100 mendeteksi temperatur 180C–190C. Apabila
temperatur dibawah 180C dan diatas 190C, maka proses pencetakan sarung tangan
latex akan berhenti setelah menerima sinyal dari temperatur control. Apabila
temperatur air pendingin berada diantara 180C–190C, maka temperatur control akan
memberikan sinyal pada proses pencetakan sarung tangan latex untuk beroperasi
4.2. Blok Diagram Proses Pendinginan
Pada proses pendinginan terbagi atas empat blok yang membentuk suatu blok
diagram loop terbuka, antara lain floatless level switch, tangki air, cooling tower, dan
condensor. Pada gambar 4.2 dibawah ini ditunjukan blok diagram proses pendinginan.
Pompa
Gambar 4.2. Blok Diagram Proses Pendinginan
Floatless level switch berfungsi untuk mengontrol level tangki air, apabila air
dalam tangki kosong atau berada pada level terendah, maka alat tersebut akan
memberikan sinyal pada motor yang dihubungkan pada pompa untuk menjalankan
penyaluran air dari tangki penampung kedalam tangki air. Ketika air berada pada level
tertinggi atau air dalam tangki penuh, maka alat tersebut akan memberikan sinyal
pada motor yang dihubungkan pada pompa untuk menghentikan penyaluran air
kedalam tangki air.
Kemudian air dari tangki air dialirkan kedalam cooling tower untuk
diturunkan temperaturnya, setelah itu air dari cooling tower akan dialirkan kembali
kedalam kondensor. Uap panas dari hasil kompresi akan didinginkan didalam
4.3. Floatless Level Switch
1.Rangkaian Kontrol Floatless Level Switch
Floatless level switch digunakan untuk mengontrol level tertinggi dan
terendah air dalam tangki. Pada gambar 4.3 dibawah ini ditunjukkan rangkaian
kontrol floatless level switch.
Gambar 4.3. Rangkaian Kontrol Floatless Level Switch
Pada proses penyaluran air pendingin kedalam tangki latex diperlukan alat
pengendali tangki air yang disebut floatless level switch. Fungsi alat ini adalah untuk
mengatur ketinggian air. Pada alat tersebut terdapat relai sebagai alat kontrol untuk
mengoperasikan dan mematikan pompa pada saat penyaluran air dari tangki
Pada gambar 4.4 dibawah ini ditunjukkan pengontrolan level tangki air dengan
menggunakan floatless level switch.
Gambar 4.4. Pengontrolan Level Tangki Air Dengan Menggunakan Floatless Level Switch
Prinsip kerja berdasarkan rangkaian kontrol floatless level switch antara lain:
1. Ketika fluida air dalam tangki air berada pada batas E1, atau pada batas level
tertinggi, maka motor akan secara otomatis akan berhenti dalam melakukan
proses penyaluran air dari tangki penampung kedalam tangki air.
2. Ketika fluida air dalam tangki air turun meninggalkan elektroda E2, maka
motor akan berjalan untuk melakukan proses penyaluran air dari tangki
3. Apabila fluida air dalam tangki penampung dibawah E2’ atau tangki kosong,
maka motor tidak akan pernah hidup atau berjalan untuk melakukan proses
penyaluran air dari tangki penampumg kedalam tangki air.
4. Motor akan beroperasi kembali, jika persediaan air dalam tangki penampung
berada pada batas E1’ dan E2’.
Pada gambar 4.5 dibawah ini ditunjukkan floatless level switch.
Gambar 4.5. Floatless Level Switch
Spesifikasi dari floatless level switch antara lain :
Brand : Omron
Type : Level Controller
Series : 61F-G1
Applications : Automatic water supply control with prevention of pump idling
Main supply : 220 Volt
2. Perawatan Dan Pemeriksaan
a. Pompa tidak menghentikan operasi
• Periksa tegangan suplai dan rangkaian magnetik tidak sesuai
dengan rangkaian operasi pada floatless level switch.
• Titik operasi elektroda diatur 10 cm dari dasar tangki.
• Jarak yang berlebihan antara terminal ground dan titik operasi
elektroda.
b. Pompa tidak memulai operasi
• Periksa kesalahan terminal penghubung, apakah digunakan untuk
penyediaan air atau penyaluran air.
• Relai tidak bekerja atau tidak dapat beroperasi.
• Elektroda dan elektroda ground berhubungan satu sama lain.
4.4. Temperatur Control
Pengontrolan suhu digunakan untuk untuk proses pengontrolan suhu dengan
cermat tanpa melibatkan penambahan operator. Pengontrol menerima suhu dari sensor
RTD (Resistance Temperatur Detektor) sebagai input, dan membandingkan suhu yang
sesungguhnya dengan suhu kontrol yang dikehendaki atau titik penyetelan dan
Pada gambar 4.6 dibawah ini ditunjukkan panel kontrol dari pengontrol suhu.
Unit tersebut menampilkan kedua perangkat dan proses suhu serta menyediakan
sinyal kontrol output yang akurat untuk mempertahankan proses pada titik kontrol
yang dikehendaki.
Gambar 4.6. Panel Temperatur Kontrol
Ada tiga jenis cara mengontrol suhu tergantung dari sistem yang dikontrol
antara lain:
1. Kontrol Suhu ON/OFF
Kontrol ON/OFF biasanya digunakan dimana kontrol yng tepat tidak
diperlukan, pada sistem yang tidak dapat menangani energi yang
sering dihidupkan dan dimatikan, dimana masa sistem begitu besar
output hidup ketika suhu turun dibawah titik penyetelan dan mati
apabila suhu mencapai titik penyetelan.
2. Kontrol Suhu Proporsional
Kontrol Proporsional dirancang untuk membatasi getaran berkaitan
dengan kontol ON/OFF. Pengontrol Proporsional menurunkan daya
rata-rata yang sedang diberikan pada proses pendinginan ketika suhu
mencapai titk penyetelan. Ini akan melambatkan pendinginan,
sehingga tidak akan melampaui titik penyetelan tetapi akan mencapai
titik penyetelan dan mempertahankan suhu yang stabil.
3. Kontrol Suhu PID (Proporsional, Integral, Derivatif)
Pengontrol PID menghasilkan output yang tergantung dengan
magnitude, lamanya dan laju perubahan dari sistem sinyal error.
Gangguan sistem mendadak terjadi karena adanya usaha untuk
memperbaiki kondisi pada proses. Pengontrol PID dapat mengurangi
error sistem sampai nol, lebih cepat dibandingkan dengan pengontrol
yang lain.
4.5. Sensor RTD (Resistance Temperature Detector)
Sensor RTD menggunakan elemen sensitif dari kawat platina, tembaga, atau
nikel yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur.
Hubungan antara temperatur dan tahanan konduktor dalam temperatur 00C
dapat ditentukan dari persamaan:
Dimana :
Rt = tahanan pada suhu t (0C)
RO = tahanan pada suhu 00C
A = 3.90802 x 10-3
B = -5.802 x 10-7
Hampir semua konduktor logam memiliki koefisien tahanan temperatur yang
positif, sehingga bertambah terhadap kenaikan temperatur. Beberapa bahan seperti
karbon dan germanium memiliki koefisien tahanan temperatur yang negatif yang
menandakan bahwa tahanan tersebut berkurang terhadap pertambahan temperatur.
Pada gambar 4.7 dibawah ini ditunjukkan sensor RTD (Resistance Temperature
Detector)
Gambar 4.7. Sensor RTD
4.6. Pengukuran Temperatur Air Pendingin Dengan Sensor Rtd Pt-100
Proses pengukuran temperatur air pendingin pada tangki air pendingin
dilakukan dengan menggunakan sensor Rtd Pt-100 yang dihubungkan pada
temperatur control. Temperatur yang diinginkan adalah 18oC–19oC untuk
mendinginkan latex agar cetakan sarung tangan latex yang dihasilkan sempurna atau
dan diatas 19oC, maka proses pencetakan sarung tangan latex akan berhenti setelah
menerima sinyal dari temperatur control.
Setelah temperatur berada diantara 18oC–19oC, maka maka temperatur
control akan memberikan sinyal pada proses pencetakan sarung tangan latex untuk
berjalan. Pada gambar 4.8 dibawah ini ditunjukkan proses pengukuran temperatur air
pendingin.
Gambar 4.8. Proses Pengukuran Temperatur Air Pendingin
Setelah temperatur diset pada temperatur control sesuai dengan temperatur
yang diinginkan, maka temperatur control akan mengatur proses pencetakan sarung
tangan latex.
Rtd Pt-100 yang diletakkan kedalam tangki air pendingin akan memberikan
hasil pengukuran temperatur air pendingin kepada temperatur control. Apabila air
pendingin belum sesuai dengan temperatur yang telah diset pada temperatur control,
maka temperatur control akan mengatur proses pencetakan sarung tangan latex.
Apabila temperatur air pendingin telah sesuai dengan temperatur yang diset,
maka temperatur control akan memberikan sinyal kepada proses pencetakan sarung
Kemudian sensor Rtd akan mendeteksi kembali air pendingin dalam tangki
latex, apabila temperatur air pendingin tidak sesuai dengan temperatur yang telah
diset, maka temperatur control akan memberikan sinyal kepada proses pencetakan
sarung tangan latex untuk berhenti.
4.7. Pembahasan
Tahanan Rtd akan menjadi sebuah petunjuk untuk menentukan harga dari
tahanan dari hasil pengukuran temperatur pada sensor. Jika pembacaan tahanan
mendekati harga yang ideal (sesuai dengan temperatur 18oC-19oC), maka proses
pencetakan sarung tangan latex berlangsug dengan baik.
Standar industri untuk tahanan platinum menyatakan bahwa hubungan antara
tahanan–suhu untuk beberapa alat berkisar anatara 00C hingga 6500C (pada lampiran
tabel Rtd Pt-100), dimana toleransi itu diberikan seperti berikut dan dijelaskan dengan
1.Temperatur air pendingin pada t = 180C
Rt = RO (1 + At + Bt2)
= 100 [1 + (3.90802 x 10-3 x 18) + (-5.802 x 10-7 x 18)2 ]
= 100 (1 + 0.070 + 1.0906-10)
= 107.02 Ω
2. Temperatur air pendingin pada t = 190C
Rt = RO (1 + At + Bt2)
= 100 [1 + (3.90802 x 10-3 x 190C) + (-5.802 x 10-7 x 190C)2 ]
= 100 (1 + 0.0742 + 1.2152-10)
Tabel 4.1. Hasil analisa data Temperatur
( 0C)
RTD (Ω)
0 100
10 103.90
18 107.02
19 107.40
28 110.90
30 111.67
32 112.45
40 115.54
50 119.40
60 123.24
70 127.07
80 130.89
90 134.70
0 20 40 60 80 100 120 140 160
0 20 30 40 60 80 100
Temperatur oC RTD
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan di PT. Medisafe Technologies dalam
penyaluran air pendingin pada proses pencetakan sarung tangan latex, maka dapat
diambil kesimpulan :
1. Pada proses penyaluran air pendingin terdapat peralatan-peralatan kendali
yaitu floatless level switch digunakan untuk pengontrolan level tertinggi dan
terendah tangki air, dan temperatur kontrol yang digunakan untuk
memberikan sinyal pada proses pencetakan sarung tangan latex untuk
berhenti, apabila temperatur air pendingin tidak berada pada 180C–190C.
2. Dengan adanya peralatan–peralatan kendali yang mendukung dalam
penyaluran air pendingin, maka kebutuhan air pendingin dalam tangki latex
5.2. Saran
1. Sebaiknya pengoperasian peralatan–peralatan yang mendukung dalam
penyaluran air pendingin kedalam tangki latex harus diperhatikan oleh
operator selama proses pencetakan sarung tangan latex berlangsung.
2. Perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan–peralatan dilakukan secara
rutin, sehingga proses pencetakan sarung tangan dapat berjalan dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomas J. Horan, P.E, 2001, Principes Of Refrigeration, Fifth Editon, Penerbit Pretice Hall.
2. Wilbert F. Stoecker, Jerold W. Jones, 1994, Refrigrasi Dan Pengkondisian
Udara Edisi Kedua, Diterjemahkan Oleh Ir. Supratman Hara, Penerbit
Erlangga.
3. Hand Book Water Cooled Packaged Water Chiller DW 150, 2006, Penerbit PT. SS. Danisa Nusantara.
4. Sularso Dan Haruo Tahara, 1996, Pompa Dan Kompresor Edisi Keenam, Penerbit PT. Pradnya Paramita.
5. Handoko K, 1987, Alat Kontrol Mesin Pendingin Edisi Pertama, PT. Ichtiar Baru.
6. Drs. Sumanto M.A, 2004, Dasar – Dasar Mesin Pendingin, Penerbit Andi OffSet.