• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP

KINERJA USAHATANI KOPI ARABIKA GAYO DI

KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ULYA ZAINURA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ULYA ZAINURA. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan BURHANUDDIN.

Kopi Arabika Gayo merupakan salah satu komoditas perdagangan subsektor perkebunan yang mempunyai peluang memperbesar pendapatan negara dan meningkatkan penghasilan petani. Pengelolaan perkebunan kopi rakyat ini diusahakan secara tradisional dengan teknologi budidaya yang masih rendah, sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Banyak faktor yang mempengaruhi pola usahatani kopi Arabika Gayo secara tradisional yang selama ini dilakukan. Faktor kewirausahaan menentukan berhasil tidaknya petani dalam menyesuaikan perubahan lingkungan usahatani, dan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas usahatani kopi Arabika Gayo yaitu dengan meningkatkan sumber daya internal, di antara sumber daya internal yang paling penting adalah perilaku kewirausahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo, menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu (internal factor) dan iklim bisnis (external factor) terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo, dan menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perpsektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, karena merupakan sentra kopi Arabika Gayo. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner pada 105 petani kopi Arabika Gayo, sedangkan teknik pengambilan responden secara simple random sampling. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan alat analisis structural equation modeling (SEM) dengan bantuan software LISREL 8.3. Variabel laten eksogen yaitu karakteristik individu dan lingkungan bisnis, sedangkan variabel laten endogen yaitu perilaku kewirausahaan dan perspektif kinerja usahatani.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa adanya karakteristik petani sebagai wirausaha pada usahatani kopi Arabika Gayo, dan semakin lama pengalaman yang dimiliki petani pada usahatani kopinya maka karakteristik sebagai wirausaha akan semakin kuat. Sementara untuk hasil analisis SEM menghasilkan bahwa faktor internal karakteristik individu petani (KI) tidak memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku kewirausahaan petani. Variabel yang paling besar mencerminkan karakteristik individu pada petani kopi Arabika Gayo adalah pengalaman. Karakteristik pengalaman yang dimiliki petani didominasi karena faktor keturunan.

(5)

mencari pasar atau pembeli yang lebih menguntungkan.

(6)

ULYA ZAINURA. The Influence of Enterpreneurial Behavior to Farming Performance of Gayo Arabica coffee in Bener Meriah Regency, Aceh Province. Supervised by NUNUNG KUSNADI and BURHANUDDIN.

Gayo Arabica coffee is one commodity that has a plantation sub-sector trading opportunities in order to increase the national income and increase farmers incomes. Managements coffee plantations cultivated by traditional cultivation technology which is still low, so it can affect the productivity and performance of Gayo Arabica coffee farming. Many factors influence the pattern of Gayo Arabica coffee farming has traditionally been done. Enterpreneurial factors determining the success or failure of farmers for adapting to the changes in farming environment and one of the efforts to increase farm productivity Gayo Arabica coffee that is by increasing the internal resources. Among the internal resources, the most important is entrepreneurial behavior.

This study aimed to identify individual characteristics of Gayo Arabica coffee farmer, to analyze the influence of individual characteristics factor (internal factor) and environmental business (external factor) to entrepreneurial behavior of Gayo Arabica coffee farmer, and also to analyze the influence of entrepreneurial behavior to performance perspective of Gayo Arabica coffee farm. This research was located in Bener Meriah regency, Aceh province, which is the center of Arabica Gayo coffee. The data of this research were collected through questionnaires on 105 Arabica Gayo coffee farmers, while the technique of making respondents by simple random sampling. Then the data analysis was performed using SEM method (structural equation models) with LISREL software 8.30. Exogenous latent variables are individual characteristics and the business environment. While endogenous latent variables that entrepreneurial behavior and performance perspective farm.

Descriptive analysis showed that the characteristics of farmers as entrepreneurs in Gayo Arabica coffee farming, and the longer experience of farmers in coffee farming, so the characteristics of entrepreneurs will be stronger. As for the SEM analysis results suggest that the internal factors characteristic of the individual farmer (KI) does not have a strong influence on the behavior of entrepreneurial farmers. The variable that most reflects the characteristics of individual Arabica Gayo coffee farmers was an experience. The characteristics experience of farmers predominantly due to hereditary factors.

(7)
(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP

KINERJA USAHATANI KOPI ARABIKA GAYO DI

KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini adalah Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nunung Kusnadi, MS dan Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing, Dr Ir Suharno, MADev dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian tesis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan yang memberikan beasiswa selama dua tahun sehingga penulis dapat melanjutkan sekolah di Program Studi Magister Sains Agribisnis. Terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah serta teman-teman yang telah membantu selama pengumpulan data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan dukungan kepada rekan-rekan Magister Sains Agribisnis Angkatan 4 Program Studi Agribisnis IPB.

Bogor, Juni 2016

(14)
(15)

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN vi

1  PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 4 

Tujuan Penelitian 7 

Ruang Lingkup Penelitian 7 

2  TINJAUAN PUSTAKA 7

Karakteristik Individu 7

Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 9 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha 12

3  KERANGKA PEMIKIRAN 15 

Kerangka Pemikiran Teoritis 15 

Teori Kewirausahaan 15

Teori Perilaku Kewirausahaan 16

Teori Kinerja Usaha 17

Kerangka Pemikiran Konseptual 18

Kerangka Pemikiran Operasional 20

HIpotesis 23

4  METODE PENELITIAN 23 

Lokasi dan Waktu Penelitian 23 

Metode Pengumpulan Data 23 

Metode Penentuan Sampel 24

Metode Pengolahan dan Analisis Data 24

Model dan Variabel Penelitian 25

Definisi Operasional 33

5  HASIL DAN PEMBAHASAN 34 

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34 

Profil Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah 36 Karakteristik Individu (Internal Factor) Responden 39

Iklim Bisnis Petani Kopi Arabika Gayo 42

Perilaku Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo 45

Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo 47

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh 49

Analisis Model Struktural 54

Pengaruh Karakteristik Individu dan Iklim Bisnis terhadap Perilaku

Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo 55

Pengaruh Iklim Bisnis terhadap Perilaku Kewirausahaan Petani

(16)

Kontribusi Indikator terhadap Variabel Karakteristik Iklim Bisnis 58 Kontribusi Indikator terhadap Variabel Perilaku Kewirausahaan 59 Kontribusi Indikator terhadap Variabel Kinerja Usahatani 60

6 SIMPULAN DAN SARAN 61

DAFTAR PUSTAKA 63 

LAMPIRAN 69

DAFTAR TABEL

1 Luas areal dan produksi kopi arabika perkebunan rakyat menurut

kabupaten di Provinsi Aceh tahun 2014 2

2 Variabel laten dan manifes (indikator) model persamaan struktural 25

3 Absolut Measures (Ukuran Kecocokan Absolut) 27

4 Incremental Fit Measures (Ukuran Kecocokan Inkremental) 27

5 Parsimoni Fit Measures (Ukuran Kecocokan Parsimoni) 28

6 Konversi model matematika 32

7 Definisi operasional variabel-variabel manifes 33 8 Nama dan luas kecamatan pada Kabupaten Bener Meriah tahun 2014 35 9 Kondisi kebun dan jumlah petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener

Meriah tahun 2014 36

10 Sebaran responden berdasarkan tingkat karakteristik usahatani 37 11 Persentase jumlah responden berdasarkan persepsi usahatani kopi

Arabika Gayo dan pekerjaan lain yang dimiliki 38 12 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan formal

40 13 Sebaran persentase responden berdasarkan pengalaman berusahatani 40

14 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat motivasi berusahatani

40 15 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat persepsi terhadap

usahatani 40

16 Sebaran persentase responden terhadap iklim bisnis 43 17 Sebaran persentase penilaian responden pada perilaku kewirausahaan 46 18 Sebaran persentase penilaian responden dan tingkat kinerja usahatani

kopi Arabika Gayo 48

19 Goodness of fit pada keseluruhan model output SEM 51

20 Hasil uji kecocokan model respesifikasi 54

21 Hasil uji reliabilitas model pengukuran setelah direspesifikasi 55 22 Hasil nilai koefisien dan t-hitung model struktural 55 23 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel karakteristik

individu 58 24 Tingkat karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten

Bener Meriah 58

(17)

28 Tingkat perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten

Bener Meriah 60

29 Loading factor dan t-hitung indikator variabel perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah 61 30 Tingkat perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten

Bener Meriah 61

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan luas areal kopi menurut jenis kopi yang diusahakan tahun

2001-2013 1

2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan 12

3 Model kewirausahaan terhadap kinerja 14

4 Kerangka Pemikiran konseptual pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap usahatani kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah 19

5 Kerangka pemikiran operasional 22

6 Model pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani kopi

Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah 31

7 Peta wilayah dan lintas strategis Kabupaten Bener Meriah 34 8 Path diagram t-value model pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap

kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah 52 9 Path diagram standardized solution model pengaruh perilaku

kewirausahaan terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di

Kabupaten Bener Meriah 53

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kondisi Lahan Kopi Arabika Gayo 69

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini karena kopi telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi devisa Negara, menjadi ekspor non migas, selain itu dapat menjadi penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani pekebun kopi maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan, maupun dalam mata rantai pemasaran. Terdapat dua spesies tanaman kopi di Indonesia, yaitu kopi arabika dan robusta. Kopi arabika merupakan jenis kopi tradisional, dianggap paling enak rasanya, dan kopi robusta yang memiliki kafein lebih tinggi, dapat dikembangkan dalam lingkungan dimana kopi arabika tidak dapat tumbuh, dengan rasa yang pahit dan asam.

Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada Gambar 1, terlihat bahwa mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta. Meskipun demikian dari Gambar 1, terlihat bahwa luas areal kopi robusta berkecenderungan menurun sementara luas areal kopi kopi arabika berkecenderungan meningkat. Pada tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai 1 232 551 hektar dan menurun di tahun 2013 menjadi hanya 916 053 hektar atau terjadi penurunan sebesar 25.68 persen dibandingkan luas areal pada tahun 2001. Sementara luas areal kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82 807 hektar, kemudian luasan ini meningkat sebesar 293 persen pada tahun 2013 menjadi 325 659 hektar.

Gambar 1 Perkembangan luas areal kopi menurut jenis kopi yang diusahakan tahun 2001-2013

(20)

Di Indonesia kopi dikenal sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor. Hal ini disebabkan hingga tahun 2012 sebesar 71.11 persen produksi kopi yang dihasilkan dipasarkan ke pasar kopi dunia. Berdasarkan data FAO, diantara Negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Tetapi dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Sebagai salah satu komoditas ekspor yang penting, kopi diharapkan mampu memberikan nilai tambah penerimaan devisa baik bagi Negara pada umumnya maupun untuk daerah sentra produksi khususnya. Menurut Yahmadi (2007), tanaman kopi di Indonesia tersebar terutama di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara sekitar 95 persen dari luas areal tersebut merupakan tanaman kopi rakyat, sedangkan tanaman kopi perkebunan sebagian besar terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Salah satu produsen utama kopi arabika di Indonesia adalah Provinsi Aceh. Seluruh lahan kopi di Provinsi Aceh merupakan perkebunan rakyat dan sebagian besar (83%) luas lahan kopi di daerah ini ditanami kopi arabika sebesar 101 ribu hektar, sisanya sebesar 17 persen (20 ribu hektar) ditanami kopi robusta (Disbun Provinsi Aceh 2013). Kopi arabika dari Provinsi Aceh dikenal dengan nama kopi Arabika Gayo. Nama Gayo berasal dari nama suku di daerah penghasil utama kopi arabika terpenting di Provinsi Aceh yaitu Dataran Tinggi Gayo (DTG). Kondisi tanah yang subur, dan iklim tropik basah di kawasan ini sesuai untuk pengembangan agribisnis kopi arabika. Saat ini kopi arabika di DTG ditanam di tiga Kabupaten, yaitu Aceh Tengah (48 ribu hektar), Bener Meriah (49 ribu hektar), dan Gayo Lues (4 ribu hektar) (BPS Provinsi Aceh 2015). Pengembangan kopi Arabika Gayo sebagai komoditi unggulan daerah memiliki prospek yang menjanjikan (Disbun Provinsi Aceh 2013).

Tabel 1 Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh, Tahun 2014

Kabupaten Luas Areal

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kg/Ha)

Jumlah Petani (KK) Aceh Tengah

Bener Meriah

48.300 49.496

27.079 15.000

721 555

35.410 33.934

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2015)

(21)

Dataran Tinggi Gayo. Pada September tahun 2007, terpilih 10 varietas hasil seleksi kemudian diuji cita rasa di Indonesia, Jepang, Australia, Jerman dan USA.

Petani kopi Arabika Gayo merupakan pelaku utama dalam pengusahaan komoditas kopi Arabika Gayo dan juga penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan kopi. Usahatani kopi Arabika Gayo memiliki keterkaitan yang besar ke hulu (penyediaan sarana prasarana pertanian) dan juga hilir (industri olahan). Penyediaan sumber daya manusia yang kompeten penting di dalam usahatani kopi Arabika Gayo. Menurut Putri (2013), kebanyakan petani kopi Arabika Gayo belum mengusahakan kopi Arabika Gayo secara professional karena belum mempertimbangkan pasar, modal dan teknologi. Petani belum sepenuhnya menguasai teknologi budidaya dan analisis usahatani sehingga motivasi berusahatani kopi cenderung kepada untung-untungan. Hal ini membuat generasi muda kurang berminat mengusahakan kopi Arabika Gayo karena terlihat memiliki tingkat kesulitan dan risiko yang tinggi, sehingga jumlah generasi muda yang mengusahakan kopi Arabika Gayo semakin berkurang. Petani juga belum memiliki pengetahuan tentang teknis budidaya yang benar sehingga produksi dan mutu kopi Arabika Gayo yang dihasilkan tidak sesuai standar yang diinginkan pembeli. Selain itu, persepsi petani terhadap usahatani kopi yang dijalankannya masih bersifat tradisional dan dalam pengelolaannya hanya mengandalkan pengalaman sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja usahatani kopi yang diusahakannya. Pengembangan sumber daya manusia menjadi salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini karena pada era globalisasi saat ini dibutuhkan petani yang kreatif dan inovatif agar mampu bertahan dan bersaing. Faktor kewirausahaan menentukan berhasil tidaknya petani dalam menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Hal ini yang membedakan petani wirausaha dengan petani biasa.

Petani wirausaha mempertimbangkan aspek pasar, memperhitungkan analisis usahatani, mampu melihat dan mengelola peluang, serta memiliki kemampuan manajemen. Petani wirausaha berpikir dan bertindak untuk terus mengembangkan hal-hal baik dari yang diusahakannya saat ini sehingga diperoleh hasil yang menguntungkan. Sadjudi (2009) menyatakan bahwa perkembangan lingkungan bisnis telah menunutu petani memiliki jiwa kewirausahaan sehingga diperoleh nilai tambah yang lebih besar dari produk pertanian yang dihasilkannya. Pertanian tidak hanya sekedar usahatani atau budidaya namun juga menyangkut pengolahan, distribusi dan pemasaran. Di sisi lain, petani kopi Arabika Gayo juga memiliki peluang bisnis dan potensi keuntungan yang besar sehingga diperlukan petani yang bersedia menerima tantangan dan risiko kemudian merubahnya menjadi peluang. Oleh karena itu, perilaku kewirausahaan diperlukan dalam usahatani kopi Arabika Gayo.

(22)

satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha yang berorientasi pasar.

Beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut di atas, baik yang dikemukakan secara implisit maupun eksplisit dapat dimaknai sebagai bentuk pernyataan yang menekankan pentingnya kewirausahaan dalam kegiatan pertanian. Namun bukti-bukti empiris yang menunjukkan pentingnya kewirausahaan petani sebagai pelaku usaha di sektor on-farm masih begitu langka. Oleh karena itu, penelitian ini pada dasarnya merupakan bagian dari kajian yang ingin membuktikan peran dari kewirausahaan petani sebagai alternative pendekatan baru dalam peningkatan kinerja usahatani. Peningkatan kewirausahaan petani ditunjukan oleh adanya peningkatan semangat atau keinginan dan persepsi petani untuk semakin berhasil dalam menjalankan usahataninya. Tanaman kopi Arabika Gayo menjadi salah satu contoh komoditas yang dapat dikaji masalah kewirausahaannya karena dalam pengusahaannya memiliki peluang yang besar namun di sisi lain juga menghadapi risiko tinggi. Saat ini komoditas kopi Arabika Gayo juga ditekan oleh perubahan kondisi lingkungan global sehingga dibutuhkan petani yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Oleh karena itu, motivasi utama penelitian ini adalah ingin membuktikan apakah kewirausahaan petani dapat dijadikan alternatif pendekatan lain dalam peningkatan kinerja usahatani. Tantangan kedepan diantaranya adalah bagaimana respon petani kopi menghadapi permasalahan tersebut dengan meningkatkan perilaku kewirausahaan petani kopi yang berkaitan dengan kinerja usaha tani kopi, kemampuan produksi dan keputusan investasi sehingga rumah tangga petani mampu mengurangi risiko.

Perumusan Masalah

Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah terbesar penghasil kopi Arabika di Provinsi Aceh. Tercatat, jumlah petani kopi di Kabupaten Bener Meriah 33 ribu keluarga petani. Belum termasuk pedagang, tauke, agen kopi, dan warga yang bekerja di pengolahan kopi. Perkebunan kopi yang ada seluruhnya merupakan perkebunan rakyat, dengan luas lahan yang dimiliki sekitar 0.5 sampai 1 ha per KK (BPS Bener Meriah 2014). Menurut ICRRI (2008), sumbangan kopi arabika Gayo terhadap pendapatan keluarga bervariasi antara 50 sampai 90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kabupaten Bener Meriah sebagian besar bertumpu pada sektor perkebunan.

(23)

petani secara keseluruhan. Selain itu, produksi di tempat dan di tingkat petani masih ditemukan kopi Arabika di tanam pada lahan yang mempunyai daya dukung lahan rendah dan tidak dikelola secara maksimal seperti kesuburan tanah tidak terlestarikan, teknik budidaya belum memadai dan adaptasi teknologi belum dilakukan menyeluruh, dan karakteristik petani yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Pada dasarnya setiap rumahtangga tani bertujuan untuk meningkatkan produksi usahatani kopinya agar pendapatannya meningkat. Oleh karena itu petani sebagai pengelola usahatani harus memahami dan mengerti cara mengalokasikan input dan faktor produksinya sehingga tujuan peningkatan pendapatan dapat tercapai. Dalam suatu produktivitas dibutuhkan tidak sekedar tenaga kerja, material, modal dan manajemen yang baik tetapi juga dibutuhkan perilaku kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan mutlak dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan, lokakarya dan kesempatan-kesempatan memperoleh wawasan yang lebih luas. Jika seorang petani telah memiliki perilaku kewirausahaan maka petani tersebut telah meyakini perencanaan, penggerakan dan pengawasan terhadap usaha yang dijalankannya yang ditunjang dengan kreativitas, keinovasian dan berani mengambil risiko. Dimana untuk meningkatkan produktivitas usahatani salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu dengan meningkatkan sumber daya internal dan diantara sumber daya internal yang paling penting adalah perilaku kewirausahaan.

Hal ini di dukung dengan hasil peelitian (Novita 2012) menyatakan masalah yang dihadapi petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah khususnya adalah adanya sistem tanaman kopi pola perkebunan rakyat yang belum menggunakan teknologi. Selain hal tersebut rendahnya modal usaha petani kopi mengakibatkan sistem pengelolaan kebun menjadi tidak baik juga menjadi penyebab menurunnya produksi kopi petani, kemudian juga luas lahan yang di usahakan petani relatif masih sempit dan dikelola secara tradisional, dimana bibit yang digunakan berasal dari tanaman yang tersedia secara lokal tanpa seleksi. Rendahnya skala pengusahaan lahan serta cara budidaya yang masih sangat tradisional menyebabkan mutu kopi yang dihasilkan petani kopi di Kabupaten Bener Meriah masih tergolong rendah. Selain itu komoditas kopi hanya dijual dan dipasarkan dalam bentuk mentah. Oleh karena itu perlu adanya penganekaragaman atau diversifikasi produk olahan kopi. Diversifikasi produk olahan kopi dinilai dapat menambah pendapatan masyarakat, khususnya pendapatan keluarga petani kopi. Berangkat dari permasalahan rendahnya mutu kopi yang dihasilkan petani kopi dan masih kurangnya penganekaragaman produk olahan kopi, maka perlu di ukur tingkat keberhasilan usaha petani kopi tersebut dalam pencapaian hasil yang maksimal.

(24)

yang mempengaruhi keputusan terhadap usahataninya tersebut. Faktor pengambilan keputusan terhadap kinerja usahataninya didukung oleh faktor internal dan eksternal. Sehingga diperlukan perilaku kewirausahaan agar petani termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan dari usahataninya. Hal ini akan dapat tergambar dari persepsi dan perilaku petani kopi Arabika Gayo dalam pengelolaan usahatani kopinya dalam hubungannya dengan budidaya, pengolahan hingga rantai pemasaran. Selanjutnya, perilaku petani kopi Arabika Gayo tersebut diperkirakan akan berhubungan erat terhadap karakteristik sosial ekonomi mereka. Hal ini juga tergambar dari persepsi lembaga-lembaga terkait dalam usahatani kopi Arabika Gayo serta sejauhmana koordinasi antar instansi tersebut dapat berjalan dengan baik dalam rangka pengelolaan kopi Arabika Gayo tersebut.

Perspektif petani terhadap usahatani kopi Arabika hanya terpaku pada usaha cukup lama dan dikelola secara turun-temurun, akan tetapi aplikasi teknologi mulai dari teknis budidaya hingga pengolahan dan pemasaran yang efisien hasil kopi petani masih perlu ditingkatkan melalui perilaku kewirausahaan. Sejumlah rangkaian perilaku petani tersebut, menurut Popkin (1986), merupakan suatu tindakan yang rasional. Dikatakan rasional karena hanya petani itu sendiri yang secara pasti mengetahui perilaku yang tepat sesuai dengan harapan dan kebutuhannya. Kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan potensi yang dimiliki merupakan suatu kapasitas petani yang tidak boleh di abaikan apabila ingin keberhasilan usahatani kopi Arabika yang di usahakannya dapat berkelanjutan. Selama ini petani yang menghasilkan produk olahan kopi hanya menggunakan modal sosial berupa jaringan kekerabatan baik dalam proses pengolahan, maupun pemasaran, sehingga jangkauan pasar juga kurang optimal. Perspektif petani terhadap unsur-unsur modal sosial yang sudah kuat dan dapat dijadikan modal dasar dalam penanganan kopi Arabika Gayo ini, serta pandangan petani terhadap modal sosial mana yang masih lemah sehingga perlu penguatan juga menjadi pokok kajian ini. Salah satunya yaitu dengan mengkaji karakteristik dan perilaku kewirausahaan petani dalam menjalankan usahatani kopi Arabika Gayo sehingga dapat meningkatkan kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Bener Meriah. Hal ini akan dapat tergambar dari perilaku kewirausahaan petani dalam pengelolaan usahatani kopi Arabika Gayo dalam hubungannya dengan kinerja serta keberlanjutan usahatani kopi tersebut. Berdasarkan uraian di atas muncul beberapa masalah yang akan menjadi kajian pada penelitian ini yaitu

1. Bagaimana karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo?,

2. Apakah faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo?, serta

(25)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengidentifikasi karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo,

2. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu (internal factor) dan iklim bisnis (external factor) terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo,

3. Menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo terhadap perspektif petani pada kinerja usahatani kopi Arabika Gayo.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai batasan dalam materi yang akan dibahas yaitu:

1. Penelitian ini hanya akan membahas karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo,

2. Pengaruh faktor karakteristik individu (internal factor) dan lingkungan bisnis (external factor) terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo, 3. Pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perspektif petani pada kinerja

usahatani kopi Arabika Gayo yang ada di Kabupaten Bener Meriah.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Individu

Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk teta tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Seseorang akan dipengaruhi oleh karakteristik individunya baik ketika sebagai manejer ataupun sebagai bawahan yang kontribusinya dalam pengambilan keputusan dan bertindak yang sangat erat kaitannya dengan kinerja. adapun yang mempengaruhi individu tersebut antara lain: kapasitas belajar, kemampuan dan ketrampilan latar belakang keluarga, umur, jenis kelamin, pengalaman (Dalimunthe 2002).

(26)

petani. Jadi, petani-petani dengan karakteristik yang berbeda akan mengekspresikan kebutuhan pengetahuan mereka akan pengelolaan usahatani yang juga berbeda.

Secara umum petani dapat diberi pengertian adalah seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha pertanian baik yang berupa usaha pertanian di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Batasan petani menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia (2002) adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultur, peternakan, perikanan dan atau komoditas perkebunan. Mosher (1987) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna menghasilkan pendapatan. Lebih lanjut Wolf (1985) memberikan batasan petani adalah orang desa yang bercocok tanam artinya mereka bercocoktanam dan beternak di daerah perdesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengah-tengah kota atau dalam kotak-kotak yang diletakkan di atas ambang jendela. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah perdesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka adalah dibidang pertanian. Oleh karena itu umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan lahan (tanah).

Petani sebagai sosok individu memiliki karakteristik tersendiri secara individu yang dapat dilihat dari pelaku yang nampak dalam menjalankan kegiatan usaha tani. Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri seseorang. Sebagaimana hasil penelitian Rogers dan Shoemaker (1987) menyatakan karakteristik tersebut mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi yang lainnya. Lebih lanjut Lionberger (1960) mengemukakan bahwa karakteristik individu dan personal faktor yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan adalah umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Karakteristik psikologis ialah rasionalitas, fleksibilitas mental, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis dan kemudahan menerima inovasi. Hasil penelitian Agussabti (2002) menyimpulkan bahwa terdapat tujuh karakteristik petani yang dianggap mempunyai pengaruh dalam upaya pemberdayaan petani untuk menumbuhkan kemandirian dalam pengambilan keputusan, yaitu (1) umur, (2) pengalaman berusaha tani, (3) motivasi berprestasi, (4) aspirasi, (5) persepsi, (6) keberanian mengambil risiko, dan (7) kreativitas. Dengan demikian secara konseptual karakteristik individu adalah keseluruhan ciri-ciri yang melekat pada individu petani yang dapat membedakannya dengan petani lainnya. Masing-masing individu petani memiliki karakteristik pribadi petani dibatasi pada lingkup (1) pendidikan yang dialami petani, (2) umur/usia, (3) pengalaman berusahatani, (4) tingkat kosmopolitansi petani dan (5) keberanian mengambil risiko dalam menjalankan kegiatan usaha pertanian.

(27)

dan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial skill). Hasil penelitian di Eropa dalam program ESoF (Enterprenerurial Skills of Farmer) EU (European Unity) developing enterprenerial skills of farmers menyatakan bahwa entrepreneurial skills bagi petani yang diterapkan melalui ESoF dapat memberikan pengaruh positif bagi politik dan ekonomi Eropa EC (2006).

Perubahan di bidang pertanian juga berdampak pada kewirausahaan di negara maju. Sebagaimana yang digambarkan oleh Lauwere et al. (2002) dalam penelitiannya mengenai kewirausahaan petani di Belanda yang difokuskan pada karakteristik pribadi pengusaha, pada berbagai strategi yang mereka gunakan untuk menghadapi perubahan radikal dalam pertanian, pengetahuan penggunaan infrastruktur dan akibatnya, serta penggunaan jaringan sosial dan inovasi. Dimana hasil awalnya menggambarkan bagaimana fitur pertanian, seperti cara pertanian, faktor lingkungan seperti daerah, dan fitur pribadi seperti usia, dapat mempengaruhi kewirausahaan. Petani dari bagian Barat Belanda tampak lebih berorientasi sosial dan proaktif daripada petani di daerah lainnya, sementara petani dari Utara kurang begitu berorientasi sosial dan proaktif dibandingkan petani lain di Belanda. Hal ini dikarenakan petani di Barat hidup dalam persaingan dengan urbanisasi, sementara petani di utara tinggal di daerah semi pertanian.

Menurut Li (2009) menyatakan bahwa penelitian mengenai kewirausahaan selalu dimulai dengan pendekatan karakteristik individu. Li juga membedakannya ke dalam tiga kategori dan menyebutnya dengan istilah enterprenerial characteristics, yaitu; (1) karakteristik demografis, seperti jenis kelamin, umur, etnis dan latar belakang orangtua yang umumnya dikaitkan dengan berhasil atau tidaknya suatu perusah6aan; (2) karakteristik psikologis dan perilaku wirausaha, seperti motivasi berprestasi, kontrol diri, kreativitas, berani mengambil risiko dan inovasi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk memulai usaha (start up), keberlanjutan dan keberhasilan usaha; (3) faktor human capital, seperti tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, pelatihan ketrampilan dan teknis, pengalaman membuka usaha, serta jaringan wirausaha dan atau hubungan sosial, yang mempengaruhi kemampuan wirausaha dalam mengakses informasi dan modal usaha untuk keberhasilan usahanya.

Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

(28)

untuk mengembangkan dan menambah pemahaman, pengetahuan serta kemampuan untuk meningkatkan potensi sumberdaya manusia terutama dalam mencapai kapasitas sebagai seorang wirausaha (Ucbasaran et al. 2005).

Lebih lanjut Ratnada dan Yusuf (2003), merumuskan suatu model perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P), dan lingkungan (E), yang dinotasikan menjadi B = f (P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai faktor seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu.

Adapun dimensi perilaku kewirausahaan terdiri dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dimana parameter pengetahuan adalah pengetahuan strategi berdagang, pengetahuan tentang konsumen dan pengetahuan manajemen keuangan. Sedangkan parameter sikap adalah sikap dalam berusaha tani, pandangan dalam menjalankan usaha dan semangat dalam berusaha. Serta parameter ketrampilan adalah ketrampilan dalam merencanakan usaha tani, ketrampilan dalam menggunakan modal, dan ketrampilan dalam melayani konsumen (Sapar 2006). Senada dengan hasil penelitian Bandura (1977) yang menjelaskan bahwa petani dapat belajar akibat dari tindakan mereka dan akan memperkaya serta mempertajam pengetahuannya. Pengamatan dan tanggapan seksama terhadap hasil uji coba atau observasi, bahkan kerugian akibat serangan hama dan penyakit serta kerusakan akibat alam (musim, iklim), akan lebih memperkaya sistem pengetahuannya. Pengetahuan petani juga dapat bertambah dari sumber eksternal seperti radio, televisi, tetangga dan penyuluh. Demikian halnya dengan sikap petani terhadap usaha tani. Hasil penelitian Bandolan et al. (2008) menyimpulkan bahwa tingginya ketrampilan petani disebabkan oleh adanya pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga ketrampilan mencakup pemilihan bibit unggul, penanaman, pemeliharaan dan panen dapat dilakukan. Ketrampilan petani dapat berhasil jika ditunjang oleh pengetahuan berusahatani yang dapat berimplikasi pada peningkatan produksi.

(29)

terkait dengan keberhasilan usaha skala kecil, yaitu: (1) usia, (2) keterlibatan dalam pengelolaan usaha sejenis (pengalaman usaha), (3) pendidikan, dan (4) perilaku inovatif.

(30)

Gambar 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha

Perilaku kewirausahaan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja usaha, senada dengan Wirasasmita (2011) yang menyimpulkan bahwa perusahaan yang berperilaku kewirausahaan yang menerapkan sifat inovatif dalam produksi dapat meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output, hal ini dikarenakan adanya kombinasi input baru yang menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Selain itu dengan adanya inovasi dapat menghasilkan penghematan penggunaan input, sehingga biaya produksi keseluruhan menjadi rendah atau mencegah kenaikan biaya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan dan pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian Dirlanudin (2010) menunjukkan bahwa perilaku wirausaha berpengaruh langsung dan bernilai positif terhadap keberhasilan usaha kecil industri agro. Indikator keberhasilan pengusaha kecil yang digunakan adalah peningkatan jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar, kemampuan bersaing, dan peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga pengusaha kecil industri agro. Sedangkan pada penelitian Padi (2005), indikator dari kinerja petani ikan diantaranya adalah adanya peningkatan produktivitas dan pemasaran hasil. Demikian juga hasil penelitian Runyan et.al (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh entrepreneurial orientation (EO) dan small business orientation (SBO) terhadap usaha kecil. Focus tujuan SBO berbeda dari EO, yaitu pengusaha yang berorientasi kewirausahaan akan

Faktor internal (faktor yang ada pada individu)

Karakteristik Individu Pendidikan

Pengalaman

Motivasi berusahatani Persepsi terhadap usahatani

Faktor eksternal (lingkungan)

Lingkungan ekonomi: harga input output, akses modal, struktur pasar dan peranan asosiasi.

Lingkungan sosial: latar belakang keluarga, sikap masyarakat dan nilai budaya

Lingkungan politik: harga, ketersediaan modal, pajak, struktur permintaan serta tenaga kerja dan input lainnya

Lingkungan fisik: ketersediaan sumberdaya (cuaca, tanah, sarana dan prasarana)

Perilaku kewirausahaan

Inovatif

Pengambilan risiko

 Tanggap terhadap peluang

(31)

cenderung melakukan inovasi, yaitu dengan memperkenalkan barang baru dan metode baru yang lebih efektif dan efisien, membuka pasar baru dan mencari peluang sumber pasokan baru, bersikap proaktif, serta berani mengambil risiko. Sedangkan pengusaha yang berorientasi pada usaha kecil (SBO), memiliki preferensi yang kurang untuk melakukan inovasi, tidak aktif dalam pemasaran dan hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari. Kinerja yang dihasilkan perusahaan dengan EO ternyata akan lebih baik dalam meningkatkan pendapatan perusahaan.

Hasil penelitian Kuratko (2009) menyebutkan bahwa kewirausahaan berimplikasi positif pada pertumbuhan usaha dan kinerja. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta (Rivai dan Basri 2005). Oleh karena itu, kinerja dilihat dari produktivitas, kualitas, dan keuntungan. Riyanti (2003) menyatakan bahwa kinerja usaha atau keberhasilan usaha juga sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian yang dimiliki. Faktor kepribadian ini mempengaruhi hingga 49 %, yaitu seperti sifat keinginan melakukan pekerjaan dengan baik, motivasi diri yang kuat, percaya diri, berfikir positif, memiliki komitmen dan sabar. Bentuk lain yang juga dapat meningkatkan kinerja kewirausaahan adalah faktor internal yang ada pada diri wirausaha itu sendiri berupa tingkat pendidikan, usia dan pegalaman (Ucbasaran et al. 2005). Dengan pendidikan wirausaha dapat memberikan outlet yang sangat produktif bagi ketermapilan dan kinerja mereka. Faktor usia menggambarkan kestabilan wirausaha dalam menghadapi goncangan karena mereka cenderung lebih banyak mendapatkan pelatihan serta pengalaman membawa mereka langsung berhadapan dengan masalah dalam usaha yang sedang mereka jalani.

Hasil penelitian yang terkait dengan kinerja usaha yang dilakukan oleh Padi (2005) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kewirausahaan petani ikan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal (umur, pendidikan formal, motivasi, kosmopolitan, dan persepsi petani ikan) dengan kinerja kewirausahaan petani ikan. Selain itu juga terdapat hubungan yang nyata antara faktor eksternal (ketersediaan input dan penyuluhan) berhubungan positif dengan kinerja kewirausahaan petani ikan. Oleh karena itu agar mempunyai kinerja baik, individu harus mengetahui bagaimana cara melakukan pekerjaan itu dengan benar, harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakannya, serta mengetahui seluruh faktor-faktor utama yang mempengaruhi pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini maka kinerja yang baik tidak akan tercapai. Setiap individu mempunyai perbedaan dalam hal kebutuhan, keinginan, dan tujuan. Individu mempunyai alternatif perencanaan dan perilaku berdasarkan persepsinya bahwa perilaku yang akan dilaksanakannya merupakan terbaik.

(32)

daripada mereka yang tidak menyenangi pekerjaannya. Ketiga, dimensi social. bekerja dapat dipandang sebagai suatu ungkapan hubungan sosial diantara sesama pekerja. Keempat, dimensi ekonomi. Bekerja adalah kehidupan bagi pekerja. Imbalan jasa yang tidak sepadan dapat menghambat atau memacu pekerja untuk berprestasi tergantung bagaimana pekerja menanggapi permasalahan itu. Ke lima, dimensi keseimbangan. Keseimbangan antara apa yang diperoleh dari pekerjaan dengan kebutuhan hidup akan memacu seseorang untuk berusaha lebih giat guna mencapai keseimbangan atau sebaliknya.

Berikut disajikan model umum perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha menurut Delmar (1996). Model ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu individu, lingkungan, kewirausahaan, dan kinerja. Kewirausahaan dibentuk oleh individu dan lingkungan.Individu mencakup kemampuan dan motivasi, sedangkan komponen lingkungan meliputi lingkungan internal dan eksternal.Individu juga dipengaruhi oleh lingkungan dan lingkungan juga memiliki pengaruh langsung pada kinerja. Kewirausahaan yang dimaksud adalah tindakan-tindakan yang dilakukan wirausaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Gambar 3 Model kewirausahaan terhadap kinerja Sumber: Delmar (1996)

Kinerja usaha memang dipengaruhi oleh perilaku kewirausahaan dan telah dibuktikan oleh beberapa penelitian diatas. Pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja dapat digolongkan pada faktor internal yang dimiliki oleh wirausaha. Sebagaimana hasil penelitian Munizu (2010) yang berpendapat bahwa yang mempengaruhi keberhasilan kinerja usaha adalah lebih kepada faktor manusia (kualitas peningkatan sumberdaya) seperti motivasi, kompetensi kewirausahaan, aspek individu, baru setelah itu faktor lainnya seperti keuangan, akses terhadap modal dan strategi usaha yang dijalankan. Berdasarkan uraian beberapa faktor pada penelitian-penelitian sebelumnya, ternyata faktor yang mempengaruhi tidak hanya dari faktor internal tetapi juga didukung oleh faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi kinerja petani.

Kinerja atau hasil kerja petani yang memiliki perilaku kewirausahaan akan diukur berdasarkan keberhasilan fisik yang meliputi; (1) peningkatan pendapatan yang di peroleh dari menghitung jumlah produksi, (2) perluasan wilayah pemasaran, (3) keunggulan bersaing. Sedangkan keberhasilan bersifat non-fisik atau merupakan modal sosial petani, yaitu; (4) komitmen dalam berusahatani. Konsep kinerja ini sama dengan pencapaian tujuan kegiatan dan tahap production (Bandura 1986).

Individu

Lingkungan

(33)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Teori Kewirausahaan

Menurut Boone dan Kurtz (2002) kewirausahaan atau entrepreneur adalah orang yang mencari peluang yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk merencanakan dan mengelola suatu bisnis. Senada dengan Zimmerer dan Scarborourgh (2002) yang menyatakan bahwa wirausahawan adalah orang yang menciptakan usaha baru di tengah risiko dan ketidakpastian untuk mendapatkan keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan mengelola sumber daya yang ada. Pengusaha berbeda dengan manjer. Manajer adalah karyawan yang mengarahkan bawahannya untuk mencapai sasaran perusahaan. Manajer menggunakan sumber daya perusahaan seperti karyawan, uang, peralatan, dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan pengusaha memiliki sasaran yang ditetapkan sendiri dan harus mencari serta mengelola sumber daya yang dibutuhkan dalam bisnisnya.

Wirausaha merupakan orang yang berbakat dalam melihat peluang produk baru, membuat proses produksi baru, mengatur permodalan usahanya serta memasarkannya. Meredith et al. (1989) menyatakan wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.Para wirausaha ini merupakan individu-individu yang berorentasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Menurut Schumpeter dalam Alma (2009), wirausaha adalah orang yang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.

Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha dapat dikatakan sebagai wirausahawan. Menurut Widodo (2005) wirausahawan seorang yang memahami akan adanya peluang bisnis kemudian mengorganisasikan usaha untuk mewujudkan peluang tersebut sebagai kegiatan usahanya yang nyata. Kewirausahaan adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahwan akan berusaha mencari, memanfaatkan serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan (Kasmir 2006).

(34)

kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan inovatif.

Kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. Kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan. Kewirausahaan merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian sikap dan perilaku. Bagaimana seseorang memandang suatu kejadian, mengambil keputusan atas dasar pandangannya, bertindak mewujudkan keputusannya dan menerima konsekuensi dari tindakan tersebut sebagai bagian dari proses penghimpunan pengetahuan dan keterampilan (Suparta dan Rahmantha 2010).

Apabila dicermati kewirausahaan muncul karena adanya dorongan dan perilaku serta sikap kepribadian yang dimiliki seseorang. Dikarenakan perilaku ini yang dapat menunjukkan bagaimana kewiausahaan yang dilakukan dan perilaku yang menunjukkan seseorang dapat berwirausaha. Dirlanudin (2010) mengemukakan bahwa pada dasarnya lingkungan memberikan input berupa pengaruh pada seseorang berupa motivasi untuk dapat melakukan proses perubahan berupa suatu tindakan atau perilaku tertentu.

Teori Perilaku Kewirausahaan

Perilaku merupakan semua kegiatan manusia, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo 2003). Menurut Bird dan Schjoedt (2009), perilaku kewirausahaan merupakan bagian penting di dalam proses kewirausahaan, dimana perilaku kewirausahaan merupakan perilaku manusia dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang melalui pembentukan dan pengembangan usaha. Hal yang sama menurut Header ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku; (1) atribusi internal atau atribusi disposisional, dan (2) atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Konsep tersebut dikenal dengan

nama “Causal Atribution” yaitu proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku, penyebab internal (internal causality) merupakan atribut yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal, dan penyebab eksternal (external causality) yang terdapat dalam lingkungan atau situasi (Mustafa 2011).

Menurut Skiner (Irwanto et al. 1996) perilaku dapat dibedakan menjadi; (1) perilaku yang alami (innate behavior) dan (2) perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu berupa reflek dan insting. Sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku pada manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh dan dapat dikendalikan, sehingga perilaku dapat berubah melalui proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada dan perilaku didorong oleh motif tertentu.

(35)

berani mengambil resiko dan tanggap terhadap peluang. Perilaku tidak terjadi secara spontan dan tanpa tujuan, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa timbulnya perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu (internal) dan faktor-faktor lingkungan (eksternal) yang berorientasi terhadap tujuan dari suatu usaha.

Teori Kinerja Usaha

Banyak orang memahami pertanian sebagai suatu kegiatan menanam berbagai jenis tanaman baik tanaman musiman atau tahunan dan tanaman pangan ataupun non pangan dengan membuka lahan. Pengertian tersebut hanya merupakan pengertian yang sederhana. Seiring dengan perkembangan waktu, pertanian kini telah mengalami banyak perubahan. Pertanian kini dijadikan suatu kegiatan dalam usaha untuk memperoleh suatu keuntungan (komersil). Pertanian tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahannya yang disertai berbagai pertimbangan tertentu pula. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah 2011).

Kinerja merupakan ukuran tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Tingkat kesejahteraan pada petani secara langsung dapat dipengaruhi oleh kinerja (Tajidan 2013). Kinerja yang baik merupakan kinerja yang sukses mencapai tujuan dengan baik. Menurut Grounlund (1982) mendefinisikan kinerja sebagai suatu penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai prosedur sehingga memperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan jumlah. Sedangkan Smith (1982) berpendapat bahwa kinerja merupakan sebuah hasil atau output dari suatu proses.

Pada sektor pertanian terdapat tiga jenis kinerja, yaitu : kinerja sumber daya manusia, kinerja usahatani, dan kinerja lembaga pertanian. Kinerja sumber daya manusia dapat dikembangkan melalui motivasi (Hartati et al. 2007). Peningkatan kinerja petani karena motivasi yang tinggi tentu saja akan meningkatkan kinerja usahatani itu sendiri. Salah satu alat motivasi terkuat bagi seorang pekerja adalah uang atau pendapatan.

(36)

sehingga melanjutkan usahanya. Kinerja suatu usaha tergantung pada kompetensi dan manajernya, yaitu ketrampilan, pengalaman, motivasi serta adanya dedikasi dan sensitifitas dalam mengelola usaha. Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka pada penelitian ini indikator kinerja yang diukur berdasarkan perspektif adalah; (1) pendapatan, (2) perluasan wilayah pemasaran, (3) kemampuan bersaing, dan (4) komitmen berusahatani.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Bener Meriah merupakan usahatani yang telah dilakukan secara turun temurun hingga hampir satu abad lamanya. Sehingga menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari sendi kehidupan masyarakat Gayo. Masyarakat setempat mengusahakan kopi arabika dengan tujuan untuk memperoleh hasil berupa pendapatan yang dijadikan untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Perkembangan kopi rakyat di Kabupaten Bener Meriah ini cukup positif yang terlihat dari jumlah produksi dan lahan perkebunan yang luas jika dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Aceh. Kopi Arabika Gayo juga memberika sumbangan terhadap PDRB dan menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu menumbuh kembangkan karakter kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo merupakan langkah awal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menuju manusia sebagai subjek penggerak pembangunan bukannya sebagai objek pembangunan. Tingkat perilaku kewirausahaan yang tinggi diharapkan terjadi peningkatan pendapatan petani kopi Arabika Gayo dan membentuk cara pandang atau pemikiran petani terhadap usahatani kopi yang dijalankannya.

Tingginya perilaku kewirausahaan merupakan manifestasi dari semua faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan perspektif petani terhadap kinerja. Berbagai faktor karakteristik individu petani dan faktor lingkungan yang mungkin berpengaruh terhadap perilaku kewirasuahaan petani kopi Arabika Gayo yang perlu diidentifikasikan yang pada akhirnya mampu memberikan sumbangan bagi peningkatan kinerja kewirausahaan petani dalam cara pengadopsian inovasi, pengambilan risiko, produktivitas, intensitas kerja, dan mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah.

(37)

variabel di refleksikan oleh variabel indikatornya. Berdasarkan teori, perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor kerakteristik individu petani dan faktor lingkungan bisnis yang juga mempengaruhi kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Oleh karena itu, dilihat hubungan dan pengaruh antara faktor karakteristik individu petani dan faktor lingkungan bisnis dan perilaku kewirausahaan terhadap perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran konseptual pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Bener Meriah

Adapun karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo yang akan diteliti pada penelitian ini diantaranya pendidikan, pengalaman, motivasi berusahatani, persepsi terhadap usahatani, dan keinginan berusahatani. Sedangkan faktor iklim bisnis diantaranya ketersediaan bahan input, dukungan penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal usaha, dukungan promosi dan pemasaran, dukungan regulasi usaha, kekompakan petani dan akses terhadap informasi pasar. Indikator bagi perilaku kewirausahaan adalah inovatif, berani mengambil resiko, tekun berusaha, tanggap terhadap peluang dan bersikap mandiri. Indikator perspektif kinerja usahatani yang digunakan adalah tingkat pendapatan, perluasan wilayah pemasaran, kemampuan bersaing dan komitmen dalam berusahatani (Ariesa 2013; Puspitasari 2013; Delmar 1996; Bird dan Schjoedt 2009; Priyanto 2009; Burhanuddin 2014; Fereidouni et al. 2010; Kasmir 2006; Koratko 2009; Kumar 2003; Mazzarol 1999; Ucbasaran et al. 2005; Rauch dan Frese 2007; dan Sumantri 2013).

Karakteristik Individu Perilaku kewirausahaan petani

(38)

Kerangka Pemikiran Operasional

Usahatani kopi Arabika Gayo yang dijalankan oleh petani di Bener Meriah tersebar sebanyak 105 petani kopi Arabika Gayo yang tersebar di tiga kecamatan yang menjadi daerah sentra kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah, yaitu Kecamatan Permata, Kecamatan Pintu Rime GAyo dan Kecamatan Mesidah. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa kinerja usaha yang dijalankan wirausaha kurang mengalami kemajuan, diantaranya adalah pendidikan dan pelatihan yang kurang menjadi alasan penyebab usaha yang dijalankan wirausaha kurang berkembang (Mulyana 2012). Wirausaha mampu menggerakkan dan mengkombinasikan faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai jual. Pengembangan sumber daya manusia menjadi salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini karena saat ini dibutuhkan petani yang kreatif dan inovatif agar mampu bertahan dan menghasilkan sesuai standar yang diinginkan konsumen. Walaupun demikian kesuksesan petani maju tersebut tidak terlepas dari perspektif atau pandangan petani terhadap usahataninya dan seberapa jauh kinerja petani kopi Arabika Gayo tersebut mampu mengembangkan wirausahanya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Analisis yang mengawali dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis karakteristik 105 orang petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah yang menjadi responden. Pengetahuan akan karakteristik dari petani kopi Arabika Gayo merupakan suatu hal yang penting sehingga diketahui karakteristik sebagian besar atau mayoritas petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah. Analisis tersebut dianalisis secara deskriptif.

Kemudian, langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja usahatani, khususnya wirausaha petani kopi Arabika Gayo yaitu dengan mengetahui dan mengukur pengaruh karakteristik individu dan lingkungan eksternal-internal usaha terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo dan pengaruh perilaku kewirausahaan, karakteristik personal, dan lingkungan eksternal-internal usaha terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah. Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisis kinerja usahatani kopi Arabika Gayo dengan menggunakan SEM.

Variabel-variabel teramati atau atribut-atribut yang akan dimasukkan dalam model SEM harus didasarkan oleh landasan teori, yaitu landasan teori yang menyatakan adanya hubungan antara variabel karakteristik individu, perilaku kewirausahaan, iklim bisnis dan kinerja usaha. Pada penelitian ini menggunakan lima indikator perilaku kewirausahaan, yaitu inovatif, pengambilan risiko, tekun berusaha, tanggap terhadap peluang dan bersikap mandiri. Indikator tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2013).

(39)

Penelitian ini menggunakan karakteristik individu berupa pendidikan, pengalaman bekerja (usaha), dan ditambah dua variabel manifest lagi, yaitu motivasi, dan persepsi terhadap usaha. Hal ini diperkuat oleh pengertian karakteristik yang dikemukakan oleh Siregar dan Pasaribu (2000) yang menyatakan terdapat tiga pendekatan yang dipakai untuk mengidentifikasi karakteristik, yaitu pendekatan geografis, sosiografis, dan psikografis. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiografis, yaitu cara mengenali sasaran dengan melihat latar belakang seseorang seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, kedudukan seseorang dalam kehidupan sosial, dan sebagainya. Sementara Halim (1992) menjelaskan bahwa karakteristik individu meliputi variabel seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama, dan sebagainya.

Hubungan karakteristik individu dengan kinerja usaha dan kewirausahaan dijelaskan oleh Gibson (1996) dalam Dalimunthe (2002), yaitu seseorang dipengaruhi oleh karakteristik individunya yang kontribusinya dalam pengambilan keputusan dan bertindak yang sangat erat kaitannya dengan kinerja usaha, dan karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Hal ini diperkuat oleh Winardi (2002) yang menjelaskan bahwa ada sejumlah variabel penting dan menarik yang digunakan orang untuk menerangkan perbedaan-perbedaan motivasi antar individu, antara lain umur, pendidikan, dan latar belakang keluarga.

Hubungan antara lingkungan usaha dengan kewirausahaan dijelaskan oleh Abimbola dan Agboola (2011). Abimbola dan Agboola (2011) mengemukakan pendapat bahwa lingkungan, dalam pengertian ini, adalah meliputi faktor seperti infrastruktur, budaya, ekonomi, sosial, dan lingkungan politik. Kekuatan-kekuatan lingkungan telah ditemukan mampu menghambat atau memfasilitasi kegiatan kewirausahaan dalam masyarakat mana pun. Gnyawali dan Fogel (1994) mendefinisikan lingkungan kewirausahaan sebagai "keseluruhan faktor ekonomi sosial-budaya dan politik yang mempengaruhi kesediaan orang dan kemampuan untuk melakukan kegiatan kewirausahaan (inovasi dan pengambilan risiko)". Romanelli (1989) mencatat, ketersediaan sumber daya membawa munculnya pengusaha.

(40)

perusahaan akan menuju ke arah tiga persaingan generik untuk mencapai kinerja di atas rata-rata industri, yaitu kepemimpinan biaya (cost leadership), diferensiasi, dan fokus. Strategi fokus mempunyai dua varian, fokus biaya dan fokus diferensiasi. Iklim bisnis yang berpengaruh terhadap kinerja usaha salah satunya adalah keahlian pengusaha (kemampuan memimpin) (McCartan-Quinn dan Carson 2003).

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

Wilkinson (2002) menyatakan bahwa usaha kecil dan mikro akan tumbuh bilamana lingkungan aturan atau kebijakan mendukung, lingkungan makro ekonomi dikelola dengan baik, stabil, dan dapat diprediksi, informasi yang dapat dipercaya dan

Karakteristik Individu

Iklim Bisnis

Perilaku kewirausahaan Kinerja Usahatani Permasalahan

 Bagaimana karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah?

 Faktor apa yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah?

 Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah?

Target

 Meningkatkan kinerja usahatani kopi Arabika Gayo

Pengembangan SDM (petani) menjadi prioritas karena petani yang merencanakan, melaksanakan menanggung risiko dan memutuskan apakah mengadopsi tekhnologi atau

menundanya dalam mengelola kopi Arabika Gayo.

Perlu petani wirausaha untuk mengelola usahatani kopi Arabika Gayo agar produksi dan mutu kopi sesuai standar melalui perilaku kewirausahaan dalam peningkatan kinerja usahatani

Strategi untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah

(41)

mudah diakses, dan lingkungan sosial mendorong dan menghargai keberhasilan usaha tersebut.

Melalui analisis SEM, variabel karakteristik individu akan diketahui hubungannya terhadap variabel perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha, variabel perilaku kewirausahaan akan diketahui hubungannya terhadap variabel kinerja usaha, variabel iklim bisnis akan diketahui hubungannya dengan karakteristik individu dan variabel iklim bisnis akan diketahui hubungannya terhadap variabel perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha. Hasil dari analisis SEM akan menjadi suatu pengetahuan yang sangat berarti bagi petani kopi wirausaha di Kabupaten Bener Meriah untuk merumuskan berbagai rekomendasi untuk peningkatan kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Bagan pemikiran operasional yang akan dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas,terdapat beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Karakteristik individu (internal factor) berpengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo.

2. Iklim bisnis (external factor) berpengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo.

3. Perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo.

4 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 3 kecamatan yang menjadi daerah sentra kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah, yaitu Kecamatan Permata, Kecamatan Pintu Rime Gayo, dan Kecamatan Mesidah. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada tingkat produktivitas kopi Arabika Gayo yang dihasilkan di Kabupaten Bener Meriah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2015.

Metode Pengumpulan Data

(42)

Perkebunan Provinsi Aceh, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) serta literatur lainnya yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah. Sampel daerah penelitian diambil 3 kecamatan dari 10 kecamatan yang menjadi daerah sentra kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani kopi Arabika Gayo. Jumlah sampel dalam analisis SEM paling sedikit lima kali jumlah indikator yang digunakan dan berkisar antara 100 sampai 200 responden. Adapun jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ada 21 indikator sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan minimal adalah 20 x 5 = 100 responden. Dalam penelitian ini diambil 120 responden petani sehingga sudah memenuhi jumlah sampel yang diisyaratkan. Penetapan jumlah responden dari masing-masing kecamatan menggunakan teknik simple random sampling berdasarkan banyaknya petani di ketiga daerah sentra kopi Arabika Gayo.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode dan analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan analisis yang dapat dikuantitatifkan yang digunakan oleh penelitian ini adalah statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif bersifat memaparkan data dapat berupa penyajian data dalam bentuk tabel, gambar, ukuran tendensi, ataupun ukuran penyebaran. Statistik inferensia merupakan analisis yang berupaya untuk menarik kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau hubungan atau pengaruh dan untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Models). Penggunaan metode analisis SEM karena SEM dapat mengidentifikasikan dimensi-dimensi dari sebuah konstruk dan pada saat yang sama mampu mengukur pengaruh atau derajat hubungan antar faktor yang telah di identifikasikan dimensi-dimensinya (Ferdinand 2002).

Analisis Deskriptif

Gambar

Gambar 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan
Gambar 3 Model kewirausahaan terhadap kinerja
Gambar 4 Kerangka Pemikiran konseptual pengaruh perilaku kewirausahaan
Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur yang teramat dalam saya haturkan kepada ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga skripsi dengan judul

Maka dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraud traingle terhadap cheating academic behavior mahasiswa

Pertama; Akta itu harus dibuat oleh dan atau dihadapan Pegawai atau Pejabat Umum yang ditunjuk oleh Undang-undang. Dalam ketentuan pasal 1869 KUH Perdata hanya mengatur

Perpindahan masyarakat ke Kecamatan Kuranji ini memang sangat besar disebabkan oleh faktor gempa 2009, sebelum gempa masyarakat di kawasan ini tidak begitu ramai,

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS 2

Untuk pemanfaatan tambak bagi budidaya rumput laut di Kabupaten Lutra diperlukan upaya perbaikan tanah melalui remediasi, serta pengeringan tanah pada saat persiapan

Pada Gambar 7c, korelasi antara rentang waktu dan magnitudo, dengan metode polarisasi ditemukan bahwa pada magnitudo yang semakin besar, akan ditemukan anomali dengan

Berdasarkan hasil informasi yang didapat dari guru matematika kelas VII di SMP Luhur Baladika pada 12 November 2019, Bahwa salah satu materi yang dirasa sulit untuk