• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGUKURAN DEBIT DISALURAN TERBUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I PENGUKURAN DEBIT DISALURAN TERBUKA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENGUKURAN DEBIT DISALURAN TERBUKA

1.1 Latar belakang.

Debit merupakan banyaknya jumlah air yang mengalir pada suatu ruang atau saluran dalam satuan waktu. Debit memiliki satuan m3/detik yang merupakan hasil yang diperoleh dari besarnya luas penampang saluran dikali dengan kecepatan aliran.

DAS atau daerah aliran sungai merupakan salah satu saluran terbuka yang memiliki fungsi untuk menyediakan kebutuhan air tanaman pada lahan-lahan pertanian dengan kualitas yang baik dan dengan kuantitas yang besar sehingga mencukupi kebutuhan irigasi tanaman yang terdapat pada lahan yang ada pada area yang terairi olehnya. Dengan keadaan yang seperti ini DAS akan mampu mengalirkan air sampai ke bagian hilir sehingga semua yang berada diwilayah aliran sungai akan mendapatkan air untuk kebutuhan pertanian,keramba dan lain sebagainya .

Untuk menganalisa kebutuhan air lahan pertanian tentunya dibutuhkan perhitungan perhitungan tertentu yang berkaitan dengan pengukuran debit ini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah air yang tersedia mencukupi kebutuhan tanaman pada lahan pertanian atau sebaliknya.Sehingga kita bisa melakukan tindakan-tindakan tertentu apabila kebutuhan air yang tersedia kurang dari jumlah kebutuhan air tanaman yang sedang diusahakan pada suatu lahan yang dilalui oleh saluran irigasi.

(2)

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman perlu dilakukan pengukuran debit air guna untuk mengetahui berapa banyak air yang dibutuhkan oleh tanaman. Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu.Dalam suatu jaringan irigasi, kita perlu mengetahui seberapa besar debit air yang mengalir di sungai tersebut dan seberapa cepat aliran airnya itu. Dengan adanya debit kita bisa mengetahui dan mendistribusi kan air secara efesien dan tidak ada air yang tidak terpakai.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum pengukuran debit disaluran terbuka adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti b. Mengukur debit dengan pelampung

c. Mengukur debit dengan current meter 1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pengukuran debit disaluran terbuka ini yaitu praktikan dapat mengetahui dan menjelaskan bagaimana cara menghitung debit suatu aliran sungai atau irigasi, dan mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari nantinya.

1.4 Tinjauan Pustaka

Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A adalah luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran(m/detik). Menurut Langrage (1736-1813), suatu cara menyatakan gerak fluida adalah dengan mengikuti gerak tiap partikel didalam fluida. Hal ini sulit, karena kita harus menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida dalam menyatakan ini sebagai fungsi waktu. Cara yang digunakan adalah dengan penerapan kinematika partikel gerak atau aliran fluida.

(3)

1. Aliran Turbulen.

Didalam aliran turbulen partikel – partikel fluida bergerak secara teratur, kohesi lebih efektif daripada perpindahan momentum dalam menyebabkan tegangan geser, perpindahan terjadi pada skala molekular saja dan tegangan geser pada umumnya lebih besar daripada dalam aliran laminar serupa. Pada umumnya aliran turbulen terjadi hal – hal yang menyangkut pada fluida yang sangat viskos, aliran yang sangat sempit atau tabung kapiler dan arus air yang sangat lambat. 2. Aliran laminar

Dalam aliran laminar diperlukan eksperimentasi untuk kasus aliran – aliran yang sederhana, berlaku hukum newton tentang viskositas, partikel – partikel fluida bergerak dalam lintasan – lintasan yang tidak teratur, viskositas dalam aliran laminar dianggap tidak penting dan perbandingan τ/(du/dy) bergantung pada aliran.(victor, 1985). Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada (Harsoyo,1977).

Untuk Metoda pengukuran debit dilakukan dengan dua metoda,yaitu pengukuran debit secara langsung dan pengukuran debit secara tidak langsung. Dimana pengukuran ini dilakukan dengan alat dan cara yang telah ditetapkan sebelumnya.

1. Pengukuran Debit secara Langsung ( debit sesaat) :

Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:

1. Alat Ukur Pintu Romin

(4)

Q= 1,71 b h3/2 Keterangan:

Q = debit air b = lebar ambang

h = tinggi permukaan air 2. Sekat Ukur Thompson

Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:

Q= 0,0138 Keterangan:

Q = debit air

h = tinggi permukaan air 3.Alat Ukur Parshall Flume

Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.

4. Bangunan Ukur Cipoletti

Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:

Q = k . H3./2 . b Keterangan:

Q = debit air H = head

k dan n = konstanta ,(0/0186)

(5)

konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H – Q yang paling sesuai untuk masing – masing jenis bangunan ukur.

Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.

 Pengukuran debit air secara tidak langsung: 1.Pelampung

Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata – rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata – rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut:

B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’

Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Keterangan:

B = lebar permukaan aliran H = kedalaman air

Vm = kecepatan rata – rata Vs = kecepatan pada permukaan

(6)

dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata – rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang rata – ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama – sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik – titik pertengahan garis – garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula – mula dibuat penampang melintang rata – rata antara penampang melintang rata – rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata – rata:

Q = C . Vp Ap Keterangan:

Q = debit aliran

C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan

Vp = kecepatan rata – rata pelampung Ap = luas aliran rata – rata

2. Pengukuran dengan Current Meter

(7)

Debit aliran dihitung dari rumus : Q = V x A

dimana :

V = Kecepatang aliran A = Luas penampang

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :

 Bentuk saluran

 Kekasaran saluran dan  Kondisi kelurusan saluran

Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:

a. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic. b. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari permukaan aliran.

c. Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan air. d. Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.

e. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya.

(8)

Keterangan : Qi : Debit aliran segmen i Ai : Luas aliran pada segmen i

Vi : Kecepatan aliran pada segmen ini 1.5 Metoda

1.5.1 Alat dan bahan a. Bangunan cipoletti b. Pelampung

c. Current meter dan perlengkapan lainnya d. Saluran irigasi atau sungai

e. Alat tulis 1.5.2 Cara Kerja

 Cipoletti

a. Ukur luas permukaan atas saluran

b. Ukur kedalaman air dari permukaan kedasar saluran cipoletti  Pelampung

a. Ukur lebar pemukaan saluran dan dasar saluran

b. Lemparkan pelampung dan stopwatch dihidupkan secara bersamaan dan ulangi lagi sampai tiga kali dan jaraknya yaitu 30m

 Current meter a. Siapkan current meter

b. Lakukan pengukuran tiap satu meter lebar saluran

c. Tinggi saluran pada current meter juga dipakai untuk pelampung

1.6 hasil dan Pembahasan. 1.6.1 Hasil

(9)

No Meter Ke Average Debit

0,2 0,8

1 1 0,635 0,181 1,373598

2 2 1,27 1,057 3,548675

3 3 1,35 1,124 1,810968

4 4 1,275 1,11 3,465288

5 5 1,084 1,135 4,06443

Debit Rata-rata 2,8525918

Tabel 2. Perhitungan debit dengan Pelampung.

Nilai Koefisien C A (m2) V (m/s) Debit (m3)

0,86 3,172 0,67365 1,837663308

Tabel 3. Perhitungan debit dengan Cipoletti

Nilai Koefisien C b (m) h (m) Debit (m3/s)

0,0186 7,18 (0,3)3/2 0,021944

1.6.2Pembahasan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwasanya debit aliran pada pelampung sebesar 1,837663308 m3 /s, debit aliran pada Cipolleti sebesar 0,021944 m3 /s, dan debit rata-rata aliran pada current meter sebesar 2,8525918 m3 /s. Hal menunjukan bahwa adnya perbedaan debit pada setiap metoda atau cara yang digunakan untuk mengukur debit pada suatu sungai.

(10)

Pada metoda pelampumg terlihat bahwa kecepatan aliran debit air lebih besar dari metoda Cipolleti. Hal ini karena pelampung yang digunakan dapat menghitung aliran debit pada permukaaan atas saja yang mana pada permukaan atas pelampung laju dengan cepat dalam waktu dan jarak yang telah ditentukan. Artinya luas penampang pelampung yang kecil mempengaruhi kecepatan aliran air.

Pada metoda Current Meter terlihat bahwa kecepatan aliran debit air jauh lebih cepat dibandingkan dengan metoda pelampung dan Cipollleti. Hal ini dikarenakan ketelitian alat pada Current meter dan pengukuran yang pengambilan data dengan beberapa kali ulangan pada setiap jarak permeternya dan pengukuran kecepatan aliran air pada permukaan bawah,tengah, serta total luas penampangnya mempengaruhi kecepatan aliran air.

1.7 Penutup

1.7.1 Kesimpulan.

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah bahwa debit yang mengalir pada suatu irigasi dipengaruhi oleh kecepatan aliran, waktu, dan luas penampang. Dalam hal ini alat ukur dan bangunan yang digunakan masih terawat dengan baik.Alat ukur yang lebih efisien adalah alat ukur Current meter, dikarenakan pengambilan data lebih akurat dibanding pelampung dan bangunan cipoletti.Dan pada saluran irigasi harus diberikan perawatan agar dapat digunakan untuk kedepannya.

Bila dibandingkan dari ketiga metode ini maka dapat dilihat bahwa metoda current meter lah yang paling teliti karena mengukur laju kecepatan air pada tiga titik yaitu atas, tengah, dan bawah dengan jarak tiap satu meter kesampingnya, berbeda dengan pelampung yang hanya mengukur pada permukaan atas saja yang bisa saja dipengaruhi oleh tekanan atmosfer dan arah laju angin. Sementara dengan cipoletti hasil yang didapatkan sangat kecil, hal ini bisa saja tejadi karena bentuk bangunan cipoletti ataupun memang metode ini yang kurang tepat untuk perhitungan debit.

(11)

Adapun saran untuk praktikum ini adalah agar para praktikan lebih serius dalam melakukan praktikum dan lebih teliti dalam melakukan perhitungan dan ketika pengambilan data kedalaman air pada bangunan ukur cipoletti, sebaiknya dilakukan tidak pada musim hujan karena jika pada musim hujan dan laju aliran air deras maka akan membahayakan praktikan dalam pengambilan datanya.

Untuk pengambilan data menggunakan alat current meter haruslah berhati-hati dalam penggunaan alat tersebut, karena jika alat basah maka alat akan rusak dan pengambilan data pun gagal. Selain itu dalam membaca data pun harus teliti dan hati-hati.

BAB II

(12)

2.1 Latar Belakang

Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir

(downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai.

Terganggunya salah satu bangunan-bangunan irigasi dan akan mempengaruhi kinerja system yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi menurun.

Pada pengenalan sistem irigasi kita perlu mengetahuinya, Irigasi mempunyai fungsi untuk mendukung produktivitas lahan dalam angka meningkatkan produksi pertanian, ketahan pangan pangan dan kesajateraan bagi masyarakat.

Dari itu kita harus mengenal sistem dari suatu sistem irigasi. Dalam jaringan irigasi pada bangunan utama, irigasi terbuka dll. Dalam ruang lingkup pertanian, air digunakan sebagai saliran irigasi. Irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk penunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi bawah permukaan, irigasi pompa dan irigasi tambak.

Tanpa adanya sistem irigasi usaha pertanian merupakan sesuatu yang tidak maksimal, karena irigasi merupakan suatu faktor penunjang dalam bidang usaha pertanian.tampa adanya irigasi tersebut petani akan kualahan dalam memcari kebutuhan air untuk tanaman. Sumber utama dari tanaman adalah air dengan tidak adanya air maka tanaman akan mengalami kelayuan, kurang mineral dan bahkan akan mengalami kematian pada tanaman.

Pada sektor pertanian irigasi digunakan untuk kebutuhan pada lahan pertanian untuk kebutuhan tanaman, air yang dialirkan dengan cara bendungan maupun dengan cara menggunakan pompa irigasi yang disedot air pada sungai yang dialirkan kepada lahan petani, dari tempat yang tinggi kemudian merata ke tempat yang rendah bahkan diseluruh kebutuhan tanaman.

2.2 Tujuan

(13)

3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian bangunan irigasi. 2.3 Manfaat

1. Agar mahasiswa dapat mengenal macam-macam fungsi kegunaan serata cara mengperasikan bangunan irigasi.

2. Agar mahasiswa mengerti tata cara pemberian kode bangunan irigasi. 3. Agar mahasiswa mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi.

2.4 Tinjauan Pustaka

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Berkaitan dengan sistem irigasi yang telah dibahas pada bab 1, maka jaringan irigasi yang akan dibahas pada bab ini termasuk sistem irigasi permukaan .

Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.

 Klasifikasi Jaringan Irigasi.

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :

A. jaringan irigasi sederhana,

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain :

a. terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang,

(14)

c. bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama. B. jaringan irigasi semi teknis

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.

Berikut adalah karakteristik dari masing-masing jaringan irigasi tersebut.

Jenis Karakteristik Klasifikasi Jaringan Irigasi

Teknis Semi Teknis Sederhana

Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan permanen atau semi permanen Bangunan sernentara Kemampuan dalam mengukur dan mengatur debit

Baik Sedang tidak mampu

mengatur / mengukur

Jaringan Saluran Saluran pemberi dan Pembuang terpisah Saluran pemberi dan Pembuang tidak sepenuhnya terpisah Saluran pernberi dan pembuang menjadi satu Petak Tersier Dikembangkan

Sepenuhnya Belum dikembangkan dentitas bangunan tersier jarang

belum ada jaringan

terpisah yang dikembangkan

Efisiensi secara keseluruhan

(15)

C. jaringan irigasi teknis.

Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.

 Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai dalam praktek irigasi antara lain:

 bangunan utama,

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu : a). bendung,

Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bending mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bending biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

b). pengambilan bebas,

(16)

c). pengambilan dari waduk

Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.

d). stasiun pompa.

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

 bangunan pembawa,

Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi, yaitu :

a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

(17)

c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir

d. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir

 bangunan bagi,

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan

Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu.

a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.

b. bangunan sadap,

c. bangunanm pengatur muka air,

(18)

konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat member informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur

 bangunan pernbuang dan penguras

Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

a. Mengeringkan sawah

b. Mernbuang kelebihan air hujan c. Mernbuang kelebihan air irigasi

Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer menampung dari saluran pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.

d. bangunan pelengkap

Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.

 Petak Tersier

(19)

pemeliharaannya , petak tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari petani pemakai air.

Standar Tata Nama Bangunan pada Jaringan Irigasi

Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, nama sungai yang disadap atau nama waduk. Sebagai contoh Daerah Irigasi Tajum, Daerah Irigasi Sempor, Daerah Irigasi Dolok, Derah Irigasi Pijenan dan lain sebagainya.

Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani, contoh saluran primer Mataram diberi nama BM2 (Bangunan Mataram) dan angka arab menunjukan nomer urut bangunan. Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder. Saluran antara dua bangunan dinamakan Ruas disingkat R, contoh RS1 (Ruas ke-1 dari sekunder Sambak), S menunjukan nama saluran sekunder. Contoh nama bangunan pada saluran BS2 (Bangunan , Sekunder Sambak, No. 22).

Pada petak tersier kode sesuai dengan nama bangunan sadap tersier pada saluran sekunder. Contoh S2K artinya petak tersier menyadap dari saluran sekunder Sambak bangunan nomer 2 dan sebelah kanan saluran. Untuk boks tersier diberi kode T1, T2 ,... dan angka arab disesuaikan dengan dengan banyaknya boks tersier. Petak kuarter diberi kode K, sedang untuk petak rotasi diberi kode A, B, ....C dan seterusnya sesuai dengan jumlah rotasi.

Berdasarkan literatur dan hasil yang diperoleh dari penelusuran jaringan irigasi gunung nago terdapat bangunan-bangunan irigasi yaitu sebagai berikut :

N O

Simbol Jaringan

Irigasi Arti Sombol Keterangan

1 Bendungan

Utama

(20)

2 Arah aliran air

Menggambarkan aliran air yang

bergerak menuju hilir

3 Cipoletti

Berfungsi untuk patokan dalam menguykur debit aliran sakuran pada jaringan irigasi

4 Saluran

primer

Saluran utama yang

mengalirkan air yang diterima dari bendungan menuju saluran bagi sadap

5 Saluran

Sekunder

Saluran yang menerima air dari saluran primer dan

mengalirkan ke saluran tersier

6 Saluran

Tersier

Saluran yang menerima airdari saluran sekunder dan

mengalirkannya ke lahan pertanian

7 Talang Air

8 Jembatan

Sebagai tempat

penyemberangan yang berada di atas permukan saluran

9 Jembatan

Kecil

Sebagai tempat

(21)

10 Bangunan Bagi sadap

Berfungsi untuk membagi saluran primer menjadi saluran sekunder dan seterusnya dialirkan ke lahan pertanian

11 Banguna

Bagi

Membagi saluran sekunder menjadi saluran tersier

12 Sawah

Kahan pertanian yang menjadi sasaran pengaliran air irigasi

13 Ambang

Lebar

Saluran yang dibuat sedikit lebih lebar dari saluran yang ada dengan kedalaman yang lebih yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya

sedimentasi

14 Kolam Ikan

Tempat pembudidayaan ikan

keramba dengan

memanfaatkan aliran air iigasi

2.5 Hasil dan Pembahasan 2.5.1 Hasil.

Hasil dari pengenalan jaringan irigasi ini adalah dimana praktikan dapat mengenali komponen-komponen yang ada pada jaringan irigasi gunung nago sehingga pratikan bisa juga mengetahui fungsi saluran irigasi .Dan pada jaringan tersebut banyak terdapat kerusakan-kerusan pada saluran gunung nago.Untuk gambar sketsa hasil pengamatan jaringan irigasi gunung nago dapat dilihat pada lampiran yang telah dibuat.

(22)

Dari data hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

1. Jaringan iriigasi gunung nago memiliki satu pintu bendung utama yang terletak di hulu utama jaringan irigasi.

2. Setelah pintu utama,air yang dibendung dialirkan ke saluran primer dimana beberapa meter dari pintu utama bending terdapat sebuah cippoletti yang dapat digunakan untuk mengukur debit yang mengalir

3. Setelah itu air yang dialirkan dari pintu utama bending diteruskan ke bangunan bagi sadap dimana pada bangunan ini air akan dibagi ke saluran-saluran sekunder.

4. Pada tiap saluran sekunder yang dibagi oleh bangunan bagi sadap terdapat beberapa jembatan umum dan bagunan bagi

5. Pada saluran sekunder air yang mengalir dibagi lagi ke saluran tersier dan selanjutnya dialirkan ke sawah dan kolam ikan yag dibudidayakan oleh warga

Dari hasil penelusuran yang dilakukan,terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian pada jaringan irigasi gunung nago ini,diantaranya :

1. Pada pintu utama bendung banyak terdapat sampah-sampah yang menutupi pintu bending utama sehingga menyebabkan aliran air yang akan di distribusikan menjadi terhambat

2. Banyaknya dinding jaringan irigasi yang amblas terutama pada saluran sekunder yang langsung menuju lahan pertanian.

3. Pada daerah jalan irigasi,dapat terlihat kerusakan berupa penjebolan dinding-dinding saluran primer,penjebolan ini terlihat dilakukan karena petani atau pemilik lahan ingin membuang air yang berlebih pada lahan sawah mereka atau dijadikan saluran drainase.

4. Pada pintu bangunan bagi sadap terlihat ambang lebar yang sudah mulai rusak secara alami karena benturan dengan aliran air yang terjadi secara kontinyu. 5. Jika diperhatikan pada dasar saluran irigasi ini berdasarkan praktikum yang

(23)

satu kerusakan irigasi gunung nago ini adalah adanya kebocoran-kebocoran di dinding bangunan salurannya sehingga limbah masyarakat masuk ke aliran irigasi etrsebut yang membuat debiat aliran nya bertambah dan rusak nya kualitas air.

2.6 Penutup 2.6.1 Kesimpulan

Jaringan irigasi Gunung Nago sebenarnya sangat baik dan hampir dibilang irigasi yang bangunannya lengkap namun di karenakan pengolahan dan perawatannya tidak terkoordinir dengan baik maka banyak terjadi kerusakan-kerusakan yang membuat jaringan irigasi ini menurun kualitasnya. Untuk mengatasi hal itu diharapkan adanya perhatian khusus dari masyarakat setempat dan dari pemerintah daerah agar jaringan irigasi ini bisa tetap menjalankan fungsinya mengalirkan air sampai kelahan pertanian.

2.6.2 Saran

(24)

BAB III

CROPWAT

3.1 Latar belakang

Dalam era global sekarang terutama tentang pengetahuan komputerisasi sudah merupakan suatu harga mati yang harus diketahui sebagai seorang mahasiswa.Perkembangan bidang ilmu tentang keirigasian juga termasuk kedalamnya. Dengan memasukkan data klimatologi seseorang sudah bisa mengetahui hampir segala hal yang dibutuhkan dalam kegiatan keirigasian.

Sebagain seorang mahasiswa yang bergelut dibidang pertanian, kususnya teknik pertanian yang tidak bisa lepas dari keilmuan keirigasian hendaknya mahasiswa harus mampu menguasai dan mengaplikasian ilmu computer maupun

software dalam bidang keirigasian ini

Pengaplikasian software dalam bidang ilmu keirigasian ini sangat membantu dan bahkan berperan penting dalam penglolaan data klimatologi sehingga menghasilkan data hasil yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam hal kebijakan keirigasian.

Dalm hal pengelolaan jaringan irgasi yang baik, pengaplikasian software

(25)

tersebut yang pada umumnya akan memdekati kenyataan jika dilakukan pengolahan yang benar, maka ini akan sangat membantu sekali.

Pengetahuan tentang keirigasian terus berkembang sesuai dengan ilmu pengetahuan secara umum. Masuknya era digital juga merambah pada ilmu keirigasian baik mulai dari kebutuhan air irigasi, kebutuhan air tanaman, kebutuhan pada suatu lahan dan lain sebagainya. Selain dapat dihitung dengan menggunakan rumus manual juga dapat dihitung dengan menggunakan perangkat lunak (software).

Pada saat sekarang ini telah banyak perangkat lunak yang berkembang dalam segala bidang termasuk bidang teknik pertaniansalah satunya adalah CROPWAT.Dengan adanya perangkat lunak dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan perhitungan-perhitungan. Pada Praktikum kali ini praktikan diharapkan mahasiswa dapat menggunakan perangkat lunak tersebut dalam menghitung kebutuhan air irigasi dan tanaman, maka dari itu diadakanlah praktikum tentang

softwere yaitu CROPWAT.

3.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum mengenai cropwat ini adalah untuk mengenal perangkat lunak (software) computer untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta karakteristiknya.

3.3 Manfaat

Manfaat dari praktiukum cropwat adalah mampu menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi menggunakan perangkat lunak (software). 3.4 Tinjauan Pustaka

(26)

Perangkat lunak disusun berdasarkan suatu teori atau model tertentu sehingga penggunanya juga harus menguasai teori atau model tersebut sebelum mengoperasikannya. Disamping itu pengguna juga harus mengetahui cara pengoperasian dan data yang diperlukan serta kelebihan dan kelemahan perangkat lunak yang bersangkutan. Kesalahan dalam hal-hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan keluaran (output).

Salah satu perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah CROPWAT yang disusun oleh FAO.CROPWAT dapat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta merencanakan pemberian air irigasi.Data yang diperlukan untuk mengoperasikan

cropwat adalah data klimatologi bulanan (temperatur maksimum-minimum atau

rata-rata, penyinaran matahari, kelembabab, kecepatan angin dan curah hujan).Data tanaman tersedia dalam program secara terbatas dan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sesuai dengan kondisi setempat.

CROPWAT adalah sistem pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Divisi Air Tanah dan Pengembangan dari FAO. Its main functions are: Fungsi utamanya adalah:

1. Untuk menghitung:

a. Reference evapotranspiration Referensi evapotranspirasi

b. Crop water requirements Persyaratan air tanaman

c. Crop irrigation requirements Tanaman irigasi persyaratan

2. Untuk mengembangkan:

a. Irigasi jadwal di bawah kondisi manajemen berbagai b. Skema pasokan air

3. Untuk mengevaluasi:

a. Tadah hujan produksi dan efek kekeringan b. Efisiensi praktek-praktek irigasi

(27)

dan pengelolaan skema irigasi.Hal ini memungkinkan pengembangan rekomendasi untuk praktek irigasi, perencanaan jadwal irigasi dalam kondisi air yang bervariasi pasokan, dan penilaian produksi di bawah kondisi tadah hujan atau irigasi defisit.

Pada praktikum ini digunakan perangkat lunak cropwat 4 for window yang menggunakan persamaan yang sama dengan cropwat versi 7 versi dos. Menu yang terdapat pada cropwat 4 for window adalah:

Menu File dan InputData digunakan untuk memasukkan data. Menu Schedule digunakan untuk mengatur penjadwalan irigasi.Menu Tables dan Graphs digunakan untuk menyajikan hasil perhitungan.Program ini juga dilengkapi dengan menu SaveReport untuk menyimpan file dalam bentuk ASCII.

Untuk mengelola data yang telah dimasukkan tersedia Data Status Window yang merupakan suatu tabel ringkasan data yang sedang digunakan yang juga menunjukkan apakah data sudah cukup bila akan melanjutkan perhitungan kebutuhan air tanaman atau penjadwalan irigasi.

Rumus atau metoda yang berkaitan dengan cropwat adalah rumus Penman Mounteith dan metoda USDA :

a. Metoda Penman Mounteith

(28)

Data klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat dan yang paling mewakili daerah kajian.Data pertama yang penting dari stasiun klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan “latitude”. Masukan data klimatologi meliputi tiap bulanan:

1. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur ratarata harian atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.

2. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif (relative humidity) dalam persen (0 – 100) atau “vapour pressure” dalam mbar (1 – 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas, nilai “vapour pressure” dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5 mbar ditulis – 12.5.

3. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 – 100) dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 – 1) atau sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 – 20).

4. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 – 500) atau m/det (0 – 10).

5. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det

Rumus Penman Mounteith

λv = panas laten penguapan .Energi yang dibutuhkan per satuan massa air menguap (J/g)

Lv = Volumetrik panas laten penguapan. Energi yang dibutuhkan per volume air menguap.( Lv = 2453 MJ m -3 )

E = Massa air evapotranspirsi tingkat (gs -1 m -2)

ETo = Volume Air evapotranspired (m 3 s -1 m -2)

Δ = Tingkat perubahan kelembaban saturasi tertentu dengan suhu udara. (Pa K -1 )

Rn = Bersih radiasi (W m -2), sumber energi dari luar fluks

(29)

δ e = tekanan uap defisit, atau kelembaban tertentu (Pa)

ga = Konduktivitas udara, konduktansi atmosfer (ms -1)

gs = Konduktivitas stoma, konduktansi permukaan (ms -1)

γ = konstan Psychrometric ≈ 66 Pa K -1)

(Monteith, 1965) [4]

Catatan: Sering hambatan yang digunakan daripada konduktivitas.

dimana r c mengacu pada resistensi terhadap fluks dari kanopi vegetasi sejauh beberapa lapisan batas yang ditetapkan.

b. Metoda USDA / Sistem Soil Taxonomy (USDA)

Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan. Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.

Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order

("ordo tanah") adalah :

a. Entisol (membentuk akhiran -ent)

b. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)

c. Alfisol (membentuk akhiran -alf)

d. Ultisol (membentuk akhiran -ult)

e. Oxisol (membentuk akhiran -ox)

f. Vertisol (membentuk akhiran -vert)

g. Mollisol (membentuk akhiran -mol)

h. Spodosol (membentuk akhiran -od)

(30)

j. Andosol (membentuk akhiran -and)

k. Aridisol (membentuk akhiran -id)

l. Gleisol (membentuk akhiran )

Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan atmosfer.

3.5 Metoda Praktikum

3.5.1 Alat dan Bahan

1. Seperangkat komputer dan printer

2. Perangkat lunak CROPWAT 4 for WINDOWS

3. Data klimatologi bulanan dan data tanaman 3.5.2 Cara Kerja

1. Komputer CROPWAT dipanggil.

2. Open climate/ ETo.Masukkan data - data klimatologi dan data curah

hujan.

3. Simpan data dengan nama baru. Periksa di Data Status Window status data klimat dan curah hujan yang dimasukkan.

4. Lihat hasil perhitungan ETo

5. Open rain. Masukan data station. Lihat hasil curah hujan efektifnya.

Simpan data.

6. Open crop Masukan nama jenis tanamannya dengan tanggal tanam,

kemudian lihat tanggal panennya . Simpan data

7. Opensoil. Masukan nama jenis tanah. Lihat hasilnya. Simpan data

8. Open CWR. Lihat hasilnya. Simpan data.

9. Pergunakan hasil perhitungan di atas untuk menghitung kebutuhan air irigasi dalam satu hamparan dengan berbagai kombinasi tanaman.

10. Hasil perhitungan dapat disimpan dalam file ASCII dan dibuka lagi dengan program pengolah kata apabila akan dicetak.

(31)
[image:31.595.113.515.63.775.2]

Gambar 1. Tabel Climate / Eto

Eto / evapotranspirasi adalah kebutuhan air tanaman. Dari data yang dimasukkan

diperoleh hasil Eto rata-rata sebesar 2.93 mm

hari . Pada data diperoleh temperature

minimum rata-rata sebesar 26,30C dan temperature maksimal sebesar 28,60C.Kelembaban rata-rata adalah sebesar 80 %, kecepatan angin arat-rata

sebesar 2 km

hari dan besarnya intensitas cahaya sebesar 3.3 per jam.Jika

(32)
[image:32.595.112.514.54.766.2]

Gambar 2. Table Rain / Curah hujan

(33)
[image:33.595.113.512.201.769.2]

Dari data crop tanaman orghumditanam mulai tanggal 22 November 2012 didapatkan bahwa panen akan dapat dilakukan pada tangal 21Maret 2013 dengan ketinggian tanaman optimal 1,5 meter. Sedangkan kedalaman akar berkisar antara 0.3 m sampai 1,4 meter.

Gambar 3. Tabel Soil

(34)
[image:34.595.113.514.107.772.2]

Gambar 3. Tabel Crop Water Requirenment

Dari hasil pengolahan data yang telah dimasukkan total kebutuhan air untuk tanaman Sorghum ini mulai dari awal penanaman hingga panen sebesar 197,7 mm/decade. Jika dirata-ratakan per bulannya didapat sebesar 26,3

mm/decade

.

Gambar 3. Tabel Grapik kebutuhan air tanaman

(35)
[image:35.595.114.516.53.783.2]

Gambar 3. Tabel Schedule

Tabel ini menjelaskan bagaimana penjadwalan irigasi berdasarkan data yang telah diolah sebelumnya, maka hasil yang didapat adalah :

a. Pada tanggal 16 Desember (hari ke-25) air irigasi yang dibutuhkan sebesar 127,5mm, dengan kecepatan aliran 0,59 l/s/ha

b. Pada tanggal 2Februari (hari ke-73) air irigasi yang dibutuhkan sebesar202,3mm, dengan kecepatan aliran 0,49 l/s/ha.

3.7 Penutup

3.7.1 Kesimpulan

(36)

b. Jika kita melakukan pertanian untuk tanaman Sorghum dengan jenis tanah

Black Clay lama tanam hingga panen selama ± 120 hari, dengan

kebutuhan air irigasi secara total 329,8 mm. 3.7.2 Saran

Karena fungsi dari CROPWAT untuk mengetahui berapa besar kebutuhan air tanaman maupun irigasi yang akan menentukan bagaimana penjadwalan irigasi, maka data yang dimasukkan harus memiliki akurasi yang tinggi. Karena dengan memasukkan data yang tidak terpercaya akan merugikan terutama dalam memanajemen irigasi baik dari sisi penggunaan air maupun biaya.

BAB IV

(37)

4.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama dari setiap tanaman. Tanpa adanya air kehidupan tanaman akan terganggu dan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Namun kita terkadang tidak memperhatikan kebutuhan air tanaman dengan tepat,kita hanya memprediksi saja jumlah atau dosis air pada tanaman sehingga terkadang air yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya,ada kala berlebih dan ada kala berkurang.

Secara matematis,kebutuhan air suatu tanaman dapat diukur dengan menggunakan metode-metode tertentu, kia sebagai orang yang bergerak dalam bidang teknik pertanian harus bias menghitung kebutuhan air suatu tanaman dengan tepat.

Untuk melakukan pengukuran tersebut,ada beberapa hal yang harus ada diantaranya yaitu data curah hujan. .Untuk mengetahui data curah hujan yang mendekati data sebenarnya, diadakan sebuah stasiun pemantau, yang dilengkapi dengan alat tertentu dan bertugas untuk memantau sekaligus merekap hasil pantauannya tersebut.

Distasiun klimatologi tersebut tidak hanya mengukur atau memantau curah hujan saja, tetapi juga memantau komponen-komponen yang behubungan dengan iklim lainnya, misalnya lamanya penyinaran mata hari rata-rata diwilayah tersebut, dan bahkan juga dapat mengukur laju evaporasi dengan menggunakan panic evaporasi. Dengan memeprhatikan data-data seperti diatas maka pengukuran kebutuhan air tanaman sudah bias dilakukan.

4.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum klimatologi penentuan adalah sebagai berikut : a. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman (crop water requirement) b. Menentukan evaporasi yang terjadi perhari

c. Menentukan curah hujan yang terjadi perhari 4.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum klimatologi diantaranya sebagai berikut :

(38)

b. Agar praktikum dapat mengetahui metode-metode perhitungan pada kebutuhan air tanaman yang benar.

c. Agar praktikan dapat membuat neraca air dengan menggunakan data curah hujan selama 10 tahun pada suatu daerah.

4.4 Tinjauan Pustaka

Evapotranspirasi tanaman dapat diketahui dengan cara pengukuran dan pendugaan. Metoda pendugaan evapotranspirasi acuan (ETo) dapat digunakan apabila data iklim di daerah tersebut tersedia. Berbagai metoda pendugaan ETo menurut FAO adalah: (a) Thornthwaite, (b) Blaney dan Criddle, (c) Radiasi, (d) Panci evaporasi, dan (d) Penman. Akhir-akhir ini (1999) FAO merekomendasikan metoda Penman-Monteith untuk digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin rerata harian. Selain itu diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di atas permukaan laut. Evapotranspirasi tanaman acuan (reference

crop evapotranspiration, ETo) didefinisikan sebagai evapotranspirasi dari

tanaman rumput berdaun hijau, tinggi sekitar 15 cm, tumbuh sehat, cukup air, dan menutupi tanah dengan sempurna. Evapotrasnpirasi tanaman untuk tanaman tertentu dihitung dengan persamaan:

ETc = kc x ETo Dimana :

Etc : evapotranspirasi tanaman tertentu (mm/hari) Eto : evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

Kc : koefisien tanaman yang tergantung pada jenis dan periode pertumbuhan tanaman.

Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Evapotranspirasi :

(39)

c. Kondisi lingkungan dan pengelolaan

Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman (Allen et al. 1998).

Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.

Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :

a. Proses Limpasan

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.

(40)

Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:

1. Karakteristik –karakteristik hujan

2. Kondisi-kondisi permukaan tanah :

a. Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan mengurangi infiltrasi.

b. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori-pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju inflasi.

c. Laju infiltrasi awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi permukaan.

d. Kepastian infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari.

e. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi selama tahapan awal hujan berikutnya.

f. Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan cadangan permukaan.

(41)

a. Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi.

b. Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah.

c. Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi.

B. Transmibilitas tanah

a) Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah, merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang turun melalui tanah.

b) Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.

a. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi

a) Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti.

b) Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.

Beberapa metode yang sering digunakan dalam klimatologi 1. Metode Aritmatika,

(42)

P = P1byk stasiun+p2++pn

Keterangan; P = hujan rata-rata

P1,P2 = tebal hujan stasiun 1,2

2. Metode Poligon Thiesen

Perhitungan metode ini selain memperhatikan tebal hujan, juga memperkirakan luas wilayah oleh masing-masing stasiun untuk digunakan sebagai salah satu factor dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang bersangkutan. Polygon dibuat dengan menghubungkan garis-garis berat diagonal terpendek dari stasiun hujan yang ada.

Persamaan yang digunakan adalah;

P = PIA1 + P2A2 +..+ PnAn A1 + A2 + A3 +…AN 3. Metode Isohiet

Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi curah hujan yang sama. Metode ini menggunakan iohiet sebagai garis yang membagi daerah daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun yang bersangkutan, yang luasnya dipakan sebagai factor koreksi dalam perhitungan hujan rata-rata. Dengan menggunakan persamaan

P1 = PA + PB 2

P = PIA1 + P2A2 +..+ PnAn A1 + A2 + A3 +…An

4. 5 Metoda

4.5.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Ember

(43)

4. Tali raffia 5. Batu bata

4.5.2 Cara Kerja

Adapun cara kerjanya dari praktikum klimatologi adalah : 1. Sipkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Ukur kayu reng sepanjang 120 cm sebanyak 4 batang dan tanamkan kedalam tanah.

3. Pasang kaleng diatas kayu reng tersebut

4. Letakkan panci kira-kira 30 cm dari letak ombro dan letakkan diatas susunan batu bata, agar letak panci rata

5. Ukur diameter panci evaporasi dan ombrometer

6. Isi panci dengan setinggi 7 cm dari atas permukaan panci

7. Ukur setiap hari jam 07.00 pagi untuk pengambilan data curah hujan dan besarnya evaporasi.

4.6 Hasil dan Pembahasan

N o C ura h Hu jan (c m) tingg i air awal (Po Cm) Tinggi penyusu tan(pt/c m) Tinggi air awal infiltr asi (cm) Infiltrasi 10 me nit 10 me nit 10 me nit 10 me nit 10 me nit 10 me nit 1 0,3 7 6,5 0

0 0 0 0 0 0

2 0,3 6,5 0,5 0,4 0,3 0,4 0,3 0,3

3 0,9 5,5 0 0 0 0 0 0

4 0,2 6,8 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3

5 0,4 5,8 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1

6 0,3 6,2 0 0 0 0 0 0

7 1,5 4,7 0 0 0 0 0 0

[image:43.595.113.515.72.748.2]

4.6.1 Hasil

Tabel 1. Infiltrasi 4.6.2 Pembahasan

(44)

pengukuran atau pengambilan data cuaca dalam keadaan cerah (tidak turun hujan). Infiltrasi yang terjadi rendah atau tinggi disebabkan karena jenis permukaan tanah, kepadatan tanah, cara pengolahan lahan, dan sifat jenis tanaman. Jika infiltrasi tinggi maka kepadatan tanah tersebut kurang, kemudian tanah masih dalam keadaan tidak jenuh ai. Sedangkan jika infiltrasi rendah disebabkan kepadatan tanah yang tinggi kemudian tanah tersebut telah jenuh air.

Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah mengakibatkan air yang terinfiltrasi kedalam tanah menjadi besar. Curah hujan tertinggi terjadi pada pengamatan hari ke-7 ini diakibatkan cuaca yang pada saat itu terjadi hujan, dan curah hujan terendah terjadi pada hari ke-4. Kemudian evaporasi yang tertinggi terjadi pada hari ke-7, kemudian evaporasi terendah terjadi pada hari ke-4. Namun jika dibandingkan dengan curah hujan yang terjadi pada hari ke-7 tersebut dapat dianalisa bahwa evaporasi yang terjadi tidak tergantung atau terpengaruh oleh curah hujan yang terjadi pada saat itu.

4.7 Penutup 4.7.1 Kesimpulan

Pada dasarnya semua jenis tanah berbeda-beda dalam proses infiltrasi, ini semua disebabkan oleh tekstur tanah yang beragam, kemudian tingkat kejenuhannya tanah tersebut dalam menyerap air. Dalam proses evaporasi terjadinya penguapan pada permukaan air tergantung juga terhadap cuaca yang ada, jika cuaca terik memumuginkan terjadinya proses evaporasi yang besar. Proses evaporasi pasti akan terjadi terhadap suatu benda baik benda hidup/mati yang mengandung air. Proses evaporasi tetap akan terjadi walaupun saat itu cuaca terik. Curah hujan yang terjadi pada suatu daerah pasti berbeda.

Berdasarkan data curah hujan yang didapat pada saat praktikum dapat disimpulkan bahwa besar curah hujan tersebut dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Begitupun dalam nilai perhitungan infiltrasi yang terjadi diambil dari rata-rata adalah 0,1095 mm/jam..

(45)

Diharapkan antara anggota dalam kelompok dapat mengerti satu sama lain guna kelancaran dalam mengambil data dengan rutin dipagi hari. Dalam melakukan pengambilan atau pengamatan data kesabaran sangat diperlukan, jangan terburu-buru dan gampang bosan jika pengambilan data memerlukan waktu yang lama, karena dalam pengambilan data kita memerlukan data yang benar-benar akuran guna mendapatkan perhitungan yang benar.

BAB V DRAINASE

5.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh indonesiayang memiliki iklim tropis. Curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan beberapa daerah di indonesia sering dilanda oleh banjir.

Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan, kondisi topografi, dan kapasitas jaringan drainase.

(46)

Pembangunan irigasi tentunya harus dikaitkan dengan kondisi lahan,curah hujan dan unsur klimatologi lainnya. Berkaitan dengan itu maka dilakukanlah praktikum tentang drainase ini dengan harapan mahasiswa dapat mengenal sistem jaringan drainase, tujuan pembuatan drainase serta membuat mahasiswa dapat berfikir untuk kedepannya bagaimana mengelola jaringan drainase yang baik untuk mencegah terjadinya lagi bencana banjir karena tidak mampunya saluran drainase menampung kelebihan air karena semakin berkurangnya hutan dan semakin banyaknya alih fungsi lahan.

5.2 Tujuan

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum drainase adalah sebagai berikut :

a. Mengenal macam-macam saluran drainase dan kegunaannya b. Mengenal tipe-tipe penampang saluran drainase

c. Mengukur volume saluran drainase d. Mengukur volume curah hujan. 5.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diterima dari praktikum drainase ini adalah mahasiswa dapat mengenal beberapa macam saluran drainase dan fungsinya, penampang saluran drainase dan juga dapat mengukur curah hujan serta membandingkannya dengan saluran drainase yang ada dilingkungan sekitar kita dan menganalisa kekurangan dan kelebihan saluran drainase tersebut.

5.4 Tinjauan Pustaka

(47)

Perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman baik secara fisik maupun kimia serta mengurangi ruang tersedia untuk system perakaran didalam tanah. Akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air terhadap pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh : jenis tanaman; jalur tanaman; tingkat pertumbuhan tanaman; frekuensi, intensitas dan lama terjadinya tegangan karena kelebihan air.

Tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tanaman yang tumbuh dilahan dengan masalah drainase adalah pertumbuahan tanaman terhambat, terjadi pengurangan hasil atau bahkan mati. Ada 3 faktor penting dalam pertumbuhan tanaman tercakup dalam drainse pertanian yaitu factor air/lengas, factor tanah, dan factor keadaan tanah itu sendiri.

Sebagai contoh drainase yang baik adalah

 Dapat memberikan kemudahan pembajakan dan penanaman sawah  Memperpanjang musim tumbuh tanaman

 Menyiapkan kelembaban tanah yang lebih berarti

 Mengurangi erosi tanah dan pengaluran dengan meningkatkan infiltrasi air kedalam tanah

 Membersikan penggaraman tanah  Menjamin temperatur tanah lebih tinggi

Sumber utama dari kelebihan air yang membuat drainase yang diperlukan pada bagian tanah irigasi adalah kehilangan akibat rembesan dari resefoar atau saluran dan kehilangan akibat perkolasi dalam dari tanah irigasi. Pemakaian air secara efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan drainase dari tanah yang lebih rendah. Penggenangan dari daerah yang lebih rendah sejalan dengan limpahan sungai dengan saluran-saluran drainase alamiah selama periode aliran maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air dalam daerah aliran air lembah tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah.

(48)

yaitu : drainase alami dan drainase buatan. Dan berdasarkan sasaran pengendaliannya drainase dibedakan dalam drainse permukaan dan drainase bawah permukaan.

a. Drainase Permukaan

Drainase permukaan lebih menitik beratkan pada pengendalian genangan air diatas permukaan tanah. Masalah pada drainase permukaan biasanya terjadi pada lahan sangat datar atau mendekati datar, dengan genangan air diatasnya.

Genangan air ini dapat timbul disebabkan oleh masalah :

a. Adanya talud atau guludan yang berbentuk seperti kantung sehingga membendung.

b. Kapasitas saluran pembuang yang tidak memadai sehingga tingginya aras air disaluran menyebabkan terjadinya pengempangan dan arus balik apabila aliran bertambah besar.

c. Keadaan mulut saluran yang tidak memadai, terdapatnya pengaruh pasang surut muka air laut.

b. Drainase Bawah Permukaan

Kendala kejenuhan lahan yang berlebihan setelah penanaman dapat diatur dengan sistem drainase tanah. Tujuan drainase lahan selain untuk menaikkan muka air tanah juga dapat menyisahkan lengas tanah untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan lain untuk mempercepat hilangnya air gravitasi dan mempertahankan agar air kapilaer selalu berada pada daerah perakaran selama pertumbuhan tanaman. Kandungan tanah yang tersedia sebagai hasil dari sistem drainase menjadi pasok untuk kebutuhan air tanaman sekaligus menjadi sumber irigasi bawah permukaan (subsurface irigation). Pasok lengas ini sangat bermanfaat bagi tanaman di lahan sawah tadah hujan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi.

(49)

Masalah drainase bawah permukaan terjadi apabila air berlebih terdapat dibagian areal perakaran, masalahnya dapat ditumbulkan oleh beberapa sebab, misalnya :

a. Permeabilitas lapisan tanah bawah permukaan yang kecil dilahan datar, sehingga sukar untuk didrain (biasanya daerah pantai).

b. Dilahan sawah yang mempunyai air permukaan bertengger, air permukaan yang perkolasi kebawah menyebabkan naiknya aras muka air tanah akibat lapisan tanah bawah permkaan yang kedap.

c. Lahan dengan perkolasi air tanah horizontal yang buruk. Kasus ini terjadi apabila gerakan air tanah kearah mendatar terhambat akibatnya aras muka air tanh akan naik kearah areal perakaran.

Drainase cukup meningkatkan susunan tanah dan menaikkan serta menyempurnakan produktivitas tanah. Drainase juga memperbaiki kesehatan lingkungan dan membuat daerah pemukiman lebih menarik. Keuntungan lain dari drainase yaitu mempunyai kapasitas penyaluran kelebihan yang cukup memuaskan, memudahkan pengerjaan dengan input yang relatif murah dan pengerjaannya dapat dengan mekanis/tenaga manusia.

Selain mempunyai keuntungan, drainase pun mempunyai kekurangan antara lain adanya saluran pembuangan yang dibangun dengan sendirinya akan mengurangi lahan pertanian yang ada.

5.5. Metoda

5.5.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum drainase ini adalah :

a. Data curah hujan 10 tahun b. Meteran

c. Alat-alat tulis 5.5.2. Cara Kerja

(50)

b. Menghitung volume curah hujan yang didapat dari data diameter ombrometer dan data curah hujan 10 tahun terakhir

c. Membandingkan volume saluran drainase dengan volume curah hujan untuk mengetahui kelayakan dari saluran drainase tersebut.

[image:50.595.114.512.92.777.2]

5.6 Hasil dan Pembahasan 5.6.1 Hasil

Tabel 1. Data Volume saluran drainase. Saluran pertama

Panjang saluran (m)

Pengukura n (m)

Lebar (m)

tinggi (m)

Volume (m3) 35,2 35,2 0,7 0,65 16,016

Saluran kedua

11,8 1 0,58 0,86

1 0,58 0,8

1 0,58 0,77

1 0,58 0,75

1 0,58 0,69

1 0,58 0,63

1 0,56 0,57

1 0,54 0,56

1 0,54 0,53

1 0,54 0,5

1 0,54 0,44

1 0,54 0,45

1 0,54 0,43

rata rata 0,56 0,613846

11,8 0,56 0,613846 4,056294

Saluran ketiga

23,4 3 0,55 0,47

(51)

3 0,56 0,43

3 0,55 0,5

3 0,54 0,45

3 0,54 0,46

3 0,55 0,4

3 0,55 0,4

3 0,57 0,5

3 0,54 0,53

rata rata 0,55 0,461

23,4 0,55 0,461

5,9330 7

Saluran keempat

29 3 0,55 0,59

3 0,55 0,58

3 0,58 0,57

3 0,57 0,54

3 0,57 0,56

3 0,57 0,51

3 0,58 0,52

3 0,58 0,46

3 0,58 0,46

3 0,57 0,47

rata rata 0,57 0,526

29 0,57 0,526 8,69478

Saluran kelima

22 3 0,54 0,44

3 0,53 0,42

3 0,53 0,45

3 0,52 0,48

3 0,52 0,48

3 0,52 0,48

3 0,55 0,84

rata rata 0,53

0,51285 7

22 0,53 0,512857 5,979913

Saluran keenam

(52)

3 0,55 0,93 3 0,54 1,01 3 0,55 0,98 3 0,56 0,86 3 0,53 0,87 3 0,54 0,75 3 0,54 0,77

3 0,58 0,7

3 0,58 0,6

3 0,58 0,51 3 0,58 0,47 3 0,54 0,53

3 0,54 0,5

3 0,53 0,56 3 0,54 0,58

3 0,53 0,42

3 0,53 0,49 3 0,52 0,48 3 0,54 0,48

rata rata 0,5485 0,669

[image:52.595.112.511.48.786.2]

60,5 0,5485 0,669 22,20026 Volume total = 10,48005m3

Tabel 2. Data Volume Curah hujan

Tahun Curah Hujan (mm) Curah Hujan (m)

Ombro A (m2)

Volume CH (M3) d (m) t(m)

1997 5,006 0,005 0,145 0,2 0,017 0,0000826210

1998 13,827 0,014 0,14

5 0,2 0,017 0,000228209

1999 11,678 0,012 0,145 0,2 0,017 0,000192741

2000 9,153 0,009 0,145 0,2 0,017 0,000151067

2001 7,34 0,007 0,14

5 0,2 0,017 0,000121144

2002 11,049 0,011 0,145 0,2 0,017 0,00018236

2003 8,029 0,008 0,145 0,2 0,017 0,000132516

2004 10,49 0,010 0,14

(53)

2005 13,179 0,013 0,14

5 0,2 0,017 0,000217514

2006 13,179 0,013 0,145 0,2 0,017 0,000217514

Volume rata--rata 0,000169882

5.5.2. Pembahasan.

Dari praktikum yang dilaksankan di saluran drainase sekitaran program studi (samping pilot plan) didapatkan hasil voloume saluran sebesar 10,48005m3 dan berdasarkan data curah hujan 10 tahun yang diperoleh dari stasiun klimatologi Gunung Nago didapatkan volume curah hujan sebesar 0,000169882 m3. Dari hasil yang didapatkan tersebut terlihat jelas bahwa volume saluran lebih besar dari pada volume curah hujan, dan bisa dikatakan bahwa saluran drainase tersebut mampu untuk menampung curah hujan tersebut.

Jika pada suatu daerah memiliki kondisi perbandingan seperti ini, maka tidak akan terjadi banjir pada daerah tersebut. Namun jika saluran pembuangan air tidak mampu untuk menampung kelebihan air pada suatu lahan pertanian, pembuatan saluran tersebut bisa dikatakan boros. Karena jumlah air yang dialirkan keluar dari saluran tersebut terlalu sedikit untuk ukuran saluran yang kapasitasnya besar.

Dengan kata lain volume saluran drainase lebih besar dari pada volume curah hujan. Ini berarti, saluran drainase cukup untuk menampung curah hujan pada daerah tersebut. Dan dengan demikian kemungkinan terjadinya banjir pada daerah tersebut kurang atau bisa dikatakan bahwa daerah tersebut dapat terbebas dari banjir.

(54)

dan paling panjang kami mengukurnya tiap tiga meter sehingga data yang kami perolehpun sangat berbeda. Hal itu biasa terjadi pada proses praktikum karena metoda dan cara pengukuran yang berbeda.

Dari saluran drainase yang diukur ketika praktikum, kami banyak menemukan beberapa permasalahan pada saluran drainase tersebut. Seperti banyaknya terdapat tanaman atau rerumputan pada saluran tersebut yang dapat menghambat laju aliraan pada saluran, selain itu kondisi saluran yang sudah keropos sehingga menyebabkan banyak dari tepi-tepi saluran itu mulai terkikis dan bahkan ada yang sudah mulai roboh karena tidak kuat lagi.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan debit dengan Current Meter
Tabel 2. Perhitungan debit dengan Pelampung.
gambar sketsa hasil pengamatan jaringan irigasi gunung nago dapat dilihat pada
Gambar 1. Tabel Climate / Eto
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kandungan nutrisi di dalam buah dan sayuran sangat membantu untuk metabolisme tubuh. Vitamin di dalam buah, misalnya jeruk yang mengandung vitamin C berguna untuk mencegah

Sejalan dengan kebijakan mutu di atas, untuk 5 tahun ke depan (2014- 2019) berlandaskan semangat mengabdi dengan melayani, FBS menetapkan 6 program kerja yaitu: (1)

PUSKESMAS Pembantu, perbaikan dan peningkatan PUSKESMAS, penyediaan sepeda, pembangunan sarana air minum pedesaan dan jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah,

Sampel yang diambil adalah 5 perjanjian sewa menyewa (5 penyewa dan 5 yang menyewakan) dan responden; Kepala Desa, 1 orang Ketua RT, dan 2 tokoh masyarakat. Hasil penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dirumusakan, maka data yang diperlukan adalah data yang berkaitan dengan sumber data primer dan sumber data sekunder yang

_________________________ ________________ ___ P PASAL ASAL 3 3 _____________ _________________________ ________________ ____ -Dalam KERJASAMA RESELLER ini, PIHAK KEDUA