PADA SISWA SMP NEGERI 5 STABAT T.A 2015 /2016
SKRIPSI
OLEH :
MENTARI AHIDA PUTRI NIM. 11211511003
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGARUH KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY TERHADAP KECEMASAN SOSIAL
PADA SISWA SMP NEGERI 5 STABAT T.A 2015 /2016
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
OLEH :
MENTARI AHIDA PUTRI NIM. 11211511003
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Mentari Ahida Putri
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 29 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Golongan Darah : AB
Nama Ayah : Alm. Edy Sugita
Pekerjaan : -
Nama Ibu : Dra. Nurmala Samosir
Pekerjaan : PNS
Alamat Orang Tua : Jl. William Iskandar / Pancing II Comp. IAIN
No. 9c Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : MIN Medan Tahun 2000 / 2006
Sekolah Menengah Pertama : MTS Negeri 2 Medan Tahun 2006 / 2009
Sekolah Menengah Atas : MAN 1 Medan Tahun 2009 / 2012
PENGALAMAN KULIAH
1. Melaksanakan PPLT di SMP Negeri 5 Stabat Tahun 2015
2. Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri 5 Stabat Tahun 2016
Hormat Saya,
Mentari Ahida Putri
i ABSTRAK
Mentari.Pengaruh Konseling Kelompok Pendekatan Cognitive Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Sosial Pada Siswa SMP Negeri 5 Stabat T.A 2015/2016. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2016.
Tujuan penulisan adalah Untuk mengetahui pengaruh konseling kelompok pendekatan cognitive behavioral therapy terhadap kecemasan sosial pada siswa SMP Negeri 5 Stabat . Hipotesis adalah ada pengaruh yang signifikan konseling kelompok pendekatan cognitive behavioral therapy terhadap kecemasan sosial pada siswa SMP Negeri 5 Stabat Tahun Ajaran 2015/2016. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan pre test – post test group design, subjek penelitian adalah siswa yang mengalami kecemasan sosial yang berjumlah 10 siswa. Alat pengumpul data dilakukan dengan pemberian kuesioner (angket). Analisa data adalah uji wilcoxon untuk melihat perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil penelitian memperoleh rata – rata pre test kelompok perlakuan sebesar 56,9 dan Standard Deviasi (SD) = 3,78 dan rata – rata post test 44,1 dan Standard Deviasi (SD) = 6,87. Dengan demikian konseling kelompok pendekatan cognitive behavioral therapy terhadap kecemasan sosial pada siswa dapat mengubah siswa lebih baik. Dari hasil uji hipotesis diperoleh Zhitung < Ztabel pada taraf signifikansi 5% atau α = 0,05 yakni
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan psikologi
pendidikan dan bimbingan, fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Medan
(UNIMED).
Adapun judul skripsi ini adalah “ Pengaruh Konseling Kelompok
Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy Terhadap Kecemasan Sosial Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat Tahun Ajaran 2015/2016”.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini, penulis
menyadari banyak mendapat bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagi pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Dr. Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak
Dr. Aman Simaremare, MS selaku wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
dan Bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Dra. Zuraida Lubis, M.Pd., Kons. selaku Ketua Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan dan Ibu Dra. Nur Arjani, M.Pd selaku Sekretaris
iii
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
6. Ucapan Terima kasih Kepada ibu Dra. Pastiria, M.Pd., Kons, Prof. Dr. Abdul
Murad, M.Pd, Dra. Zuraida Lubis, M.Pd., Kons selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian
sampai selesai penyusunan skripsi ini.
7. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Prodi Bimbingan
dan Konseling FIP UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
8. Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru BK, Staf dan Pegawai SMP Negeri 5
Stabat.
9. Terima kasih kepada Guru Bk (Pamong) di SMP Negeri 5 Stabat yang selalu
memotivasi dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
10.Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Alm. Ayahku Edy
Sugita dan bintang hatiku yang paling penulis sayangi yaitu Ibuku Nurmala
Samosir, serta Adikku M. Hasan Wirayuda yang telah memberikan motivasi
dan arahan juga semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga tuhan memberikan umur yang panjang, kesehatan dan berkat yang
melimpah.
11.Terima kasih kepada My Beloved Bang Alex yang selalu memberikan
motivasi serta meluangkan waktunya untuk menemani penulis dalam
iv
12.Terima kasih kepada para sahabat Gege, Rinehart, Farahdina, Ristra, Nana,
Aida, Anggi, Indra, Star, Johan dan teman teman yang ada di Jurusan
Bimbingan Konseling FIP UNIMED
13.Terima kasih kepada sahabatku Sari, Novia, dan Anggi
14.Ucapan terima kasih penulis ucapkan untuk 10 subjek penelitian Fajar, Dara,
Putri S, Della, Romeo, Fadil, Dinda, Reni, Nadya, Putri hrp
15.Buat temanku yang siap kapan saja menemaniku Siti Khadijah dan teman-
teman lainnya, penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungannya
16.Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu kos karena sudah memberikan
semangat kepada penulis dan selalu memberi wejangan-wejangan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini,
namun penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan saran yang bersifat
membangun dari segi pembaca demi sempurnanya proposalnya ini. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2016
Penulis,
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 8
1.3Batasan Masalah... 9
1.4Rumusan Masalah ... 9
1.5Tujuan Penelitian ... 9
1.6Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORI... ... 12
2.1 Kerangka Teori ... 12
2.1.1 Bimbingan Kelompok ... 12
2.1.1.1Pengertian Bimbingan Kelompok ... 12
2.1.1.2Tujuan Bimbingan Kelompok ... 13
2.1.1.3Materi Bimbingan Kelompok ... 14
2.1.1.4Tahap- Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 15
vi
2.1.2.1Pengertian Konseling Kelompok ... 18
2.1.2.2Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 22
2.1.3 Konseling Cognitive Behavior Therapy ... 24
2.1.3.1Pengertian Konseling Cognitive Behavior Therapy ... 24
2.1.3.2Tujuan Konseling CBT ... 27
2.1.3.3Fokus Konseling CBT ... 27
2.1.3.4Prinsip Konseling CBT ... 28
2.1.3.5Teknik Konseling CBT ... 32
2.1.3.6Karakteristik Konseling CBT ... 33
2.1.3.7Merencanakan Sesi Konseling ... 36
2.1.3.8Konseling kelompok dengan CBT ... 38
2.1.4 Kecemasan Sosial ... 40
2.1.4.1Pengertian Kecemasan Sosial ... 40
2.1.4.2Faktor- faktor Penyebab Kecemasan Sosial ... 42
2.1.4.3Aspek- aspek Kecemasan Sosial ... 46
2.1.4.4Ciri- ciri Kecemasan Sosial ... 46
2.2 Kerangka Konseptual ... 50
2.3 Hipotesis ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52
3.1 Jenis Penelitian... 52
3.2 Subjek Penelitian ... 52
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 53
vii
3.5 Kontrol Varian ... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.7 Teknik Analisis Data... 61
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 63
4.2 Pengujian Prasyarat Instrumen (Alat Pengumpul Data) ... 64
4.2.1 Uji Validitas ... 64
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 66
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.3.1 Pre-test Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 66
4.3.2 Post-Test Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 67
4.3.3 Hasil Analisis Pre-test dan Post-test ... 68
4.4 Pelaksanaan Kegiatan Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy ... 69
4.5 Pengujian Hipotesis ... 70
4.5 Pembahasan Penelitian ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perhitungan Validitas Angket ... 83
Tabel 2. Varians Butir Angket Kecemasan Sosial Pada Sisswa ... 87
Tabel 3. Tabulasi Data Penelitian Kelompok Eksperimen. ... 99
Tabel 4. Kategori Pre Test Kecemasan Sosial Siswa ... 100
Tabel 5. Kategori Post Test Kecemasan Sosial Siswa ... 102
Tabel 6. Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon Kelompok Eksperimen ... 104
Tabel 7. Untuk Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon ... 107
Tabel 8. uji wilcoxon nilai T tabel ... 108
Tabel 3.1 Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert... 59
Tabel 3.2 Kisi- kisi Angket Kecemasan Sosial ... 59
Tabel 4.1 Kisi- kisi Angket Kecemasan Sosial ... 65
Tabel 4.3.1 Hasil Pre-Test ( Sebelum Diberi Layanan Konseling KelompokPendekatan Cognitive Behavior Therapy) ... 66
Tabel 4.3.2 Hasil Post Test (Setelah Diberi Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Cognitive Behavior Therapy) ... 67
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual ... 50
x
LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Coba Angket Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 76
Lampiran 2 Sebaran Data Validitas Kuesioner Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 80
Lampiran 3 Peerhitungan Validitas Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 81
Lampiran 4 Perhitungan Realibilitas Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 86
Lampiran 5 Angket Penelitian Kecemasan Sosial Pada Siswa ... 90
Lampiran 6 Sebaran Data Pre-Test ... 93
Lampiran 7 Perhitungan Rata- rata Standar Deviasi, Pre-Test ... 94
Lampiran 8 Sebaran Data Post-Test Kelompok Eksperimen ... 96
Lampiran 9 Perhitungan Rata- rata Standar Deviasi, Post –Test ... 97
Lampiran 10 Tabulasi Data Penelitian Kelompok Eksperimen ... 99
Lampiran 11 Perhitungan Kategori Kecemasan Sosial kelompok Eksperimen sebelum diberi Konseling Kelompok ... 100
Lampiran 12 Pengujian Hipotesis ... 104
Lampiran 13 Untuk Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon ... 107
Lampiran 14 Perhitungan Penurunan Kecemasan Sosial Kelompok Eksperimen ... 109
Lampiran 15 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 110
Lampiran 16 Rencana Program Layanan Bimbingan Dan Konseling (RPLBK) ... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah
kemampuan memahami orang lain yang mendorong remaja untuk menjalin
hubungan sosial dengan teman sebayanya. Monks, dkk (dalam Sumiati 2009:21)
menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja, yaitu memisahkan diri dari orang
tua dan menuju ke arah teman sebaya. Dengan demikian pada masa remaja lebih
cenderung mengikuti kepada teman sebaya yang mempunyai pengaruh sangat
besar, jika tidak sesuai dengan tuntutan teman sebaya maka remajapun merasa
terabaikan, dalam hal ini juga dapat dikatakan remaja mudah mengalami
kecemasan sosial.
Seperti yang dikemukakan oleh Lazarus 1978 (dalam Hartono&Soermadji
2012:84) yang mengatakan:” kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi
yang tidak menyenangkan, dan merupakan pengalaman yang samar samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu.. Kecemasan merupakan
aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang
tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi
tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya
individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami
menanggapi secara positif suatu kecemasan agar tidak terjadi perilaku negatif
dalam menghadapi suatu tekanan.
Nevid (2003:163) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang
tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon 1984 (
dalam Suryani, 2007:84) bahwa jika seseorang mengalami perasaan gelisah,
gugup, atau tegang dalam menghadapi suatu situasi yang tidak pasti, berarti orang
tersebut mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan, atau
suatu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi.
Sebenarnya kecemasan sosial timbul ketika remaja berhadapan dengan
berbagai situasi sosial, remaja akan merasa gugup dalam situasi sosial, seperti
tampil di depan umum atau bekerja dalam kelompok, sehingga mereka akan
menghindari kegiatan sosial sehari-hari dan membuat interaksi sosial yang sangat
tidak nyaman. Salah satu faktor penyebab timbulnya kecemasan sosial pada
remaja adalah faktor kepribadian yaitu penderita kecemasan sosial cenderung
memiliki standar yang tinggi terhadap kehidupan sosial dan prestasi.
Remaja yang mengalami kecemasan sosial terlalu memperhatikan diri
sendiri dan berpikiran negatif terhadap penilaian orang lain pada dirinya. Individu
yang mengalami kecemasan sosial sangat tidak menyukai situasi sosial, seperti
berkenalan dengan orang lain, pertemuan dengan melibatkan banyak orang asing,
pesta dan situasi yang mengharuskan untuk berbicara dihadapan banyak orang.
Beberapa perasaan yang dirasakan oleh individu yang mengalami kecemasan
3
memperhatikan tingkah lakunya, merasa setiap orang mengkritik dan memberikan
penilaian terhadap penampilan dan tingkah lakunya.
Priest (dalam Safaria 2009) kecemasan sosial adalah: “ketakutan dan
kecemasan dihakimi dan dievaluasi secara negatif oleh orang lain, yang mengarah
pada perasaan tidak kuat, malu diri, merasa bodoh, dan depresi bahkan ketika
mereka tampil baik dalam interaksi sosial”. Dari penjelasan ahli tersebut dapat
dijabarkan adapun masalah masalah sosial yang dialami remaja diantaranya tidak
suka dikritik, tidak memiliki etika dalam bergaul, kurang berminat dalam
mengikuti kegiatan sosial, malu berteman dengan lawan jenis, dan sikap kurang
positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.
Pada kenyataannya, Fenomena yang sering terjadi disekolah yaitu banyak
masalah-masalah sosial yang dialami siswa yang sebenarnya dapat merugikan
dirinya sendiri masalah tersebut seperti timbulnya perasaan terasing, problem
identitas, kurang percaya diri, demam panggung, merasa menjadi pusat perhatian
orang, merasa khawatir bahwa dirinya akan dikritik orang lain, terlalu
memperhatikan diri sendiri dan berpikiran setiap tingkah laku dan perbuatannya
dinilai negatif oleh orang lain dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Dalam hal
ini, maka yang sangat dibutuhkan siswa dalam menjalin hubungan sosial adalah
interaksi sosial yang baik, sehingga dapat menghindari berbagai pikiran serta
perasaan negatif yang dapat memberikan efek buruk bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa menuju dewasa.
Berdasarkan hasil wawancara saya terhadap salah satu guru BK yang ada
mengalami kecemasan sosial. Hal itu terlihat dengan adanya laporan dari beberapa
wali kelas yang menyatakan bahwa sebagian dari siswa tidak berani
mengemukakan pendapat didepan umum atau didepan kelas, berdiskusi, dan
berinteraksi dengan teman sebaya. Selain dari pada itu berdasarkan pengamatan
saya banyak siswa yang merasa takut dan cemas ketika datang keruangan BK
sebab mereka berfikir bahwa siswa/i yang datang keruang BK adalah siswa yang
bermasalah. Maka dari itu saya tertarik untuk meneliti permasalahan yang terjadi
disekolah ini.
Kecemasan sosial merupakan permasalahan psikologis. Di sekolah,
penanganan permasalahan psikologis yang dialami siswa dilaksanakan oleh
konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling. Guru BK memiliki berbagai
kompetensi yang dapat membantu dalam menyelesaikan kecemasan sosial yang
dirasakan oleh siswa. Guru BK memiliki kompetensi untuk memahami secara
mendalam konseli yang hendak dilayani, oleh karena itu Guru BK akan sangat
menghargai nilai nilai kemanusiaan, individualitas, kebebasan memilih dan
mengedepankan kemaslahatan konseli.
Guru BK disekolah sebagai personil layanan bimbingan dan konseling,
dalam mengurangi siswa yang mengalami kecemasan sosial tentu harus
menggunakan layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan
konseling harus dapat membantu mengatasi kecemasan sosial yang dirasakan oleh
siswa sesuai dengan tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu: (1)
memahami, menerima, mengarahkan, dan mengembangkan minat, bakat, dan
kemampuan siswa secara optimal; (2) menyesuaikan diri dengan keadaan
5
masa depan yang sesuai dengan dunia pada saat ini maupun di masa yang akan
datang. Tujuan layanan bimbingan yang pertama dan kedua sangat sesuai dengan
permasalahan siswa yang mengalami kecemasan sosial.
Berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukan oleh Kemali Syarief pada
tahun 2012, data penelitian yang diperoleh oleh peneliti di SMA Negeri 1 Batang
Kuis dan hasil uji hipotesis diketahui dari hasil perhitungan diperoleh harga
thitung > ttabel (4,33 > 2,045), dapat disimpulkan berarti pemberian bimbingan
sosial berpengaruh dalam mereduksi ataupun mengurangi kecemasan sosial
remaja di SMA Negeri 1 Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013. Pemberian
bimbingan sosial penting dilaksanakan oleh guru BK dalam upaya mereduksi
kecemasan sosial yang dialami siswa. Jika dilihat hasil perhitungan skor rata –
rata kecemasan sosial yang dialami siswa telah diketahui pada pre – test
kecemasan sosial siswa berada pada rata – rata = 76,1. Setelah diberikan
bimbingan sosial hasil perhitungan skor rata – rata kecemasan sosial yang dialami
siswa berada pada rata – rata = 64,9, tampak bahwa rata – rata kecemasan sosial
lebih rendah setelah diberikan perlakuan bimbingan sosial.
Hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta pada 28 Oktober 2013 menunjukkan bahwa cukup banyak siswa yang
mengalami permasalahan kecemasan sosial, baik dari laporan wali kelas ataupun
melalui pengamatan guru BK terutama saat siswa-siswi datang untuk
berkonsultasi. Guru BK tersebut menyatakan perlu diadakan suatu pemberian
informasi atau pelatihan agar para siswa dapat mengenali kondisi diri mereka. Hal
ini diperkuat oleh data skrining yang menyatakan bahwa sebanyak 26,14 % siswa
antara ringan dan berat). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
gangguan kecemasan sosial rentan muncul pada masa remaja, terutama dengan
adanya transisi dalam hidup dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Selain dari pada itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Indriyani
Rachmawati pada tahun 2012 dengan judul Teknik Desentisasi Untuk Mengatasi
Kecemasan Sosial Siswa Kelas VIII-D SMP 11 Surakarta, ditemukan sebanyak
rata-rata 53% siswa memiliki kecemasan sosial, dibandingkan dengan kecemasan
menghadapi ujian, hanya 47% dari 30 orang. Alasan dipilihnya kecemasan sosial
sebab siswa yang mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial akan mampu
berdampak dalam meraih prestasi belajar yang optimal, karena tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Profil siswa kelas VIII-D yang
mengalami kecemasan sosial pada kategori tinggi sebesar 23% (N= 7 siswa),
kategori sedang sebesar 54%( N= 16 siswa), dan kategori rendah 23% (N=17
siswa). Aspek kognitif dan 30% somatik dari kecemasan sosial mempunyai
pengaruh yang tinggi yakni 33% untuk kognitif dan untuk somatik. Sehingga
mengakibatkan individu mengalami gangguan kecemasan dalam bertingkah laku
dengan lingkungan sosialnya. Kecemasan sosial yang dialami siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 11Surakarta, yakni pada saat maju didepan kelas, bergaul dengan
teman sebaya, dan diskusi.data yang diperoleh menunjukkan permasalahan
dominan untuk kecemasan sosial yaitu pada saat majundidepan kelas sebesar 50%
dari 14 subjek penelitian, sedangkan kecemasan sosial lainnya yaitu diskusi
sebesar 29% dan bergaul dengan teman sebaya sebesar 21%. Untuk mengetahui
efektifitas panduan teknik desentisasi diri untuk mengatasi kecemasan sosial
7
0,016, karena nilai probabilitas dari Z hitung lebih kecil dari probabilitas kesalahn
yaitu 5% (=0,05). Maka Ho ditolak dan H1 diterima. Pada awalnya kecemasan
sosial yang dialami oleh siswa terhadap situasi sosial, teratasi, hal ini terlihat pada
hasil pretest siswa yang menunjukkan bahwa mean dari skor adalah 123.43, skor
tertinggi adalah 146 dan skor terendah adalah 84. Selanjutnya diberikan perlakuan
selama dua minggu, maka pst test siswa menunjukkan mean dari skor yaitu
137.50, skor tertinggi adalah 169 dan skor terendah adalah 112. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan panduan teknik desentisasi diri efektif untuk
mengatasi kecemasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Surakarta.
Dalam penelitian ini teori konseling yang digunakan adalah teori kognitif
perilaku. Yaitu merupakan sebuah pendekatan yang mengkombinasikan konseling
kognitif dan konseling behavioral. Pada pelaksanannya konseling cognitive
behavioral therapy merupakan bentuk konseling yang menekankan kepada
pentingnya penggunaan pikiran dalam perasaan dan tindakan individu.
Kazdin 1978 (dalam Singgih 1996:230) Cognitif Behavioristik Therapy adalah
usaha untuk mengubah perilaku yang nyata dengan mengubah pikiran,
interpretasi, dugaan dan strategi dalam memberikan respon.
Bush, (2003:1), konseling cognitive behavioral therapy membantu individu
belajar merubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih
baik, berfikir lebih jelas dan membantu belajar membuat keputusan yang tepat.
Konseling kognitif perilaku meyakini bahwasanya proses kognitif akan
menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berfikir dan
tingkah laku melalui interaksi dengan diri sendiri dan perubahan struktur kognitif,
yang menjadi fokus adalah persepsi diri, kepercayaan dan pikiran (otak). Hal ini
dilakukan dengan menggunakan Pendekatan cognitive behavioral therapy yang
dilakukan dalam layanan konseling kelompok dalam bimbingan konseling.
Sesuai pendapat diatas bahwa konseling kelompok cognitive behavioral
therapy memiliki peranan penting dalam mengurangi kecemasan sosial.
Pendekatan cognitive behavioral therapy yang diterapkan dalam konseling
kelompok memiliki langkah langkah yang lebih menekankan pada pengubahan
pola pikir yang akan diikuti oleh tingkah laku seseorang dalam mengerjakan
sesuatu pekerjaan dalam kehidupannya.
Yang paling penting dalam hubungan konseling adalah agar konselor mampu
melibatkan koseli secara penuh (dengan jiwanya). Jika konseli telah terlibat dalam
proses konseling, maka ia akan terbuka dan jujur, sehingga dengan mudah
menyatakan perasaan, pengalaman dan idenya
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas maka penulis
merasaperlu dan tertarik untuk melakukan penelitian tentang“ Pengaruh
Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy Terhadap Kecemasan Sosial Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat Tahun Ajaran 2015/2016”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang diuraikan diatas, maka
9
a. Ada siswa yang merasa cemas untuk melakukan hubungan sosial dan
takut tidak diterima oleh teman sebaya
b. Ada siswa yang berpikiran negatif terhadap penilaian orang lain
tentang dirinya
c. Ada siswa yang merasa takut salah untuk memberikan pendapat dan
argumen
d. Ada siswa yang merasa bersalah atas ketidakmampuannya dalam
memenuhi harapan orang disekelilingnya
e. Ada siswa yang merasa diabaikan,dihina, dikritik karena memiliki
perilaku yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka perlu kiranya dilakukan
pembatasan masalah yang diteliti. Penelitian ini dibatasi masalahnya mengenai
Pengaruh Konseling Kelompok Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy dalam
mengurangi Kecemasan Sosial Pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat tahun
ajaran 2015/2016.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan peneliti kemukakan adalah “ apakah ada pengaruh
konseling kelompok pendekatan Cognitive Behavioral Therapy dalam
mengurangi kecemasan sosial pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat tahun
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah : “Untuk Mengetahui Pengaruh Konseling Kelompok
Pendekatan cognitive behavioral therapy terhadap pengurangan Kecemasan
Sosial pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat tahun ajaran 2015/2016”.
1.6Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian maka diharapkan penelitian ini
bermanfaat untuk:
a. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan illmu bimbingan dan
konseling, serta khususnya dalam penerapan teori konseling kelompok
pendekatan cognitive behavioral therapy dan kecemasan sosial.
b. Manfaat praktis
a. Kepala sekolah
agar dapat dijadikan model untuk memberikan layanan konseling kelompok
melalui pendekatan Cognitive Behavioral Therapy.
b. Guru BK
Sebagai bahan masukan tentang pentingnya pemberian layanan konseling
kelompok pendekatan Cognitivi Behavioral Therapy terhadap kecemasan
11
c. Siswa
Setelah mendapat layanan konseling kelompok pendekatan Cognitive
Behavioral Therapy siswa dapat mengurangi kecemasan sosialnya sehingga
dalam berhubungan sosial dengan teman sebayanya tidak lagi merasa
cemas.
d. Peneliti
a) Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, dan
dapat menambah pengalaman keilmuan bagi penulis
b) Sebagai bahan referensi dalam menambah dan memperkaya ilmu
pengetahuan khususnya mahasiswa jurusan PBB di Universitas Negeri
Medan
e. Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya dapat mengembangkan kemampuan dalam
memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat menambah ilmu pengetahuan
73 1.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya pengaruh layanan Konseling kelompok Pendekatan
Cognitive Behavioral Therapy Terhadap Kecemasan Sosial Pada Siswa
secara signifikan, maka layanan konseling kelompok merupakan salah satu
layanan dalam BK yang mampu menurunkan kecemasan sosial siswa
disekolah
2. Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis dilakukan dengan
perhitungan uji Wilcoxon, zhitung < ztabel yaitu -2,803<-1,96 sehingga
Hipotesis diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya adalah “terdapat
pengaruh layanan konseling kelompok pendekatan cognitive behavioral
therapy terhadap kecemasan sosial pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5
Stabat Tahun Ajaran 2015/2016”.
1.2Saran
Adapun saran – saran dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Disarankan kepada siswa agar tidak merasa khawatir akan dinilai negatif
oleh orang lain serta merasa cemas ketika berada dilingkungan manapun
termasuk dilingkungan sekolah.
2. Bagi Guru Bimbingan Konseling
Disarankan kepada guru bimbingan konseling untuk meningkatkan pelayanan
konseling kelompok terutama konseling kelompok pendekatan cognitive
75
3. Bagi guru kelas
kepada guru kelas diharapkan dapat bekerja sama dengan guru BK dalam
meningkatkan kompetensi siswa serta dalam pemberian layanan konseling
kelompok dapat dijadikan model dalam penegentasan masalah yang dihadapi
siswa.
4. Bagi orang tua
Disarankan kepada orang tua dalam mendidik anak- anak perlu diperhatikan
sebab pengaruh (doktrin) yang diberikan orangtua mampu memberikan
pengaruh yang lebih dalam perilaku anak, sebab keluarga merupakan
lingkungan terkecil yang siswa hadapi pertama kali sebelum memasuki
lingkungan masyarakat yang lebih luas
5. Pihak sekolah
Diharapkan kepada pihak sekolah untuk lebih memfasilitasi ruangan kegiatan
layanan bimbingan konseling, sebagai upaya menyelesaikan permasalahan
kecemasan sosial pada siswa
6. Peneliti selanjutnya
Disarankan kepada peneliti lain untuk kecemasan sosial pada siswa
menggunakan bimbingan kelompok pada teknik lain serta meneliti pengaruh
layanan konseling kelompok terhadap kecemasan lain seperti karir dan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, ZR Bano, N. ,Ahmad,R. , Khananam, S.J.2013.Social Anciety In Adolescents : does self- esteem matter?.Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol.02 No 02
Arvendho, Bernandha.Pratiwi Indah Titin, dkk.2013. Penggunaan StrategiPengubahan Pola berpikir Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Ketika Mendapat Panggilan Keruang Bimbingan Konseling. Jurnal Vol.3 Nomor 1 Diakses pada 01 mei 2016
Bush, John Winston. 2003. Cognitif Behavioral Therapy; The Basics
Durand, V Mark.2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Gillian Buttler.2008.Overcoming Social Anxiety and Shynes: A Self-Helf Using Cognitive Behavioral Tecniques. New York: Basic Book
Gunarsa, D. Singgih.1996.Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Hartono, Soedarmadji Boy.2012.Psikologi Konseling.Jakarta: Kencana Media Group
Nevid, J.S, Rathus, S.A &Greene, B.2003.Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Nurwanti,Ratri.Pratiwi Ari.2011.Hubungan Antara Harga Diri dan Kecemasan Sosial Pada Remaja Perempuan Korban Bullying. Jurnal Fakultas Psikologi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.Vol.No.1. Diakses pada 15 maret2016
Oemarjodi, A. Kasandra.2003.Pendekatan Cognitif Behavior dalam Psikoterapi.Jakarta;Kreativ Media
Prayitno, & Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Romlah, T. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UNM
78
Sarwono, W Sarlito.2013.Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito
Sumiati. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media
Videback. 2008 Psychiatric Mental Health Nursing Lippincot&wilkins. USA.
Wibowo, E. Mungin.2005.Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press
Wilding, C.dan Milne A.2010.Cognitive Behavior Therapy Terjemahan Ahmad Fuady.2013.Jakarta;Indeks
http://www.psychologymania.com/2012/02/kecemasan-anxiety-pengertian-dan-ciri.html
(http://agungadhyaksa.blogspot.co.id/2015/01/penyebab-ciri-ciri-dan-cara-mengatasi.html diakses pada tanggal 09 maret 2016)