UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENERAPAN PSAK NOMOR 23 DALAM PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA PT. PRODIA
WIDYAHUSADA WILAYAH-I MEDAN
OLEH
NAMA : ANISA KARLINA NIM : 080522104
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penerapan PSAK Nomor 23
dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada PT. Prodia WidyahusadaWilayah-I Medan adalah benar hasil karya sendiri dan judul dimaksud
belum pernah diteliti oleh mahasiswa lain pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I
Medan, dan dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Ekstensi Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 14 Agustus 2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skrips ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Ibu
Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak, selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan pemikiran dan saran – saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pimpinan PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan yang telah memberikan kesempatan
serta izin untuk melakukan riset serta seluruh staf karyawan bagian keuangan, akuntansi serta
bagian SDM perusahaan.
6. Orang tua penulis Aminul Karim, S.ST, dan Mardelina, terima kasih atas segala pengorbanan
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak dan kekurangan dalam skripsi ini, karena
itu penulis sangat mnegharapkan saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menjadi pijakan
bagi penulis untuk berkarya lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Medan,14 Agustus 2010
Anisa Karlina
ABSTRAK
Sebagian besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat tercapai. Untuk dapat menghasilkan laba, pendapatan perusahaan harus lebih besar dibandingkan beban yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pendapatan juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada sesuai secara keseluruhan dengan PSAK No. 23. Penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif dan menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, wawancara dan kuesioner serta menggunakan metode statistik deskriptif dalam menganalisis data. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Mean (Rata – rata). Nilai mean ini merupakan nilai rata – rata dari hasil skoring pengisian kuisioner oleh responden. Untuk mendeskripsikan data variabel penelitian, digunakan range penilaian (jangkauan) dan data interval.
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Sumber pendapatan perusahaan berasal dari pendapatan operasional dan non operasional perusahaan. Pendapatan operasional berasal dari penjualan jasa, sedangkan pendapatan non operasional berasal dari jasa giro bank, jasa rujukan, laba pengeluaran aktiva tetap, dan pendapatan lain – lain.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan kurang sesuai dengan PSAK 23. Dari hasil analisa peneliti, perusahaan hanya menerapkan PSAK 23 sebesar 43,75 % , dengan kata lain perusahaan masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal mengakui dan mengukur pendapatan perusahaan. Ketidaksesuaian tersebut diantaranya adalah penjualan kotor yang dilaporkan perusahaan ternyata telah dikurangi dengan potongan harga yang diberikan perusahaan, hal ini menyebabkan jumlah penjualan kotor perusahaan tidak diungkapkan dengan benar. Pada Laporan Laba Rugi, perusahaan menggunakan perkiraan Harga Pokok yang terdiri dari Harga Pokok Langsung dan Harga Pokok Tak Langsung, sedangkan PT. Prodia Widyahusada adalah perusahaan jasa bukan perusahaan industri. Dalam Neraca, perusahaan menggunakan perkiraan akumulasi amortisasi sebagai pengurang dari aktiva tak berwujud berupa program komputer dan lain sebagainya.
ABSTRACT
Most companies were established with the aim of producing optimal profit so that the company's survival can be achieved. To be able to generate profits, the company earnings must be greater than the expenses incurred to earn such income. Revenues can be also made the implement to measure the achievement of a company in producing the optimal profit.
The aim of this research was to know whether the recognition and measurement of the income to PT. Prodia Widyahusada appropriate on the whole with PSAK No. 23. The research that was carried out took the form of the descriptive study and used the primary and secondary data. Technically the data collection took the form of the documentation, the interview and the questionnaire as well as used the descriptive statistical method in analysing the data. The statistical analysis used in this study is the analysis of the Mean (Average). This mean value is the value - average of the results of filling the questionnaire by respondents scoring.
PT. Prodia Widyahusada Region-I Medan was the service company that was involved in the health service.
The source of the income of the company came from the operational income and non operational the company. The operational income came from the sale of the service, whereas the operational income came from the service giro the bank, the reconciliation service, the issuing profit of the asset continue to, and the other income The results from this study show that the recognition and measurement of income at PT. Widyahusada Prodia Area-I, Medan less in accordance PSAK 23. From the analysis the researcher, the company adopted PSAK 23 only at 43.75%, in other words, the company still has many flaws and errors in terms of recognizing and measuring the company's revenue. Such a discrepancy include the gross sales reported by the company apparently has been reduced by discounts given by the company, this causes the amount of gross sales the company did not properly disclosed. In the Income Statement, the company uses estimates of cost of goods consisting of Cost of Direct and Indirect Cost, while PT. Prodia Widyahusada is a service company rather than industrial companies. In balance, the company uses estimates of accumulated amortization as a deduction from intangible assets such as computer programs and so forth.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6
2. Jenis dan Sumber Pendapatan ... 10
3. Pengakuan Pendapatan ... 11
4. Pengukuran Pendapatan ... 19
5. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK Nomor 23 ... 21
6. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada Perusahaan Jasa ... 25
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 26
C. Kerangka Konseptual ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Jenis dan Sumber Data ... 31
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Metode Analisis Data ... 33
F. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 34
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 35
1. Gambaran Umum PT. Prodia Widyahusada ... 35
b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 38
2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan ... 43
a. Sumber dan Jenis Pendapatan ... 43
b. Sistem Penjualan Jasa ... 48
c. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan ... 51
B. Analisis Hasil Penelitian ... 64
1. Analisis Pengakuan Pendapatan Pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan ... 62
2. Analisis Pengukuran Pendapatan Pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan ... 64
3. Hasil Observasi ... 65
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ……….. 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuisioner
Lampiran ii Tabulasi Hasil Kuisioner
Lampiran iii Struktur Organisasi Perusahaan
Lampiran iv Neraca PT. Prodia Widyahusaha
Lampiran v Laporan Laba Rugi PT. Prodia Widyahusada
ABSTRAK
Sebagian besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat tercapai. Untuk dapat menghasilkan laba, pendapatan perusahaan harus lebih besar dibandingkan beban yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pendapatan juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada sesuai secara keseluruhan dengan PSAK No. 23. Penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif dan menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, wawancara dan kuesioner serta menggunakan metode statistik deskriptif dalam menganalisis data. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Mean (Rata – rata). Nilai mean ini merupakan nilai rata – rata dari hasil skoring pengisian kuisioner oleh responden. Untuk mendeskripsikan data variabel penelitian, digunakan range penilaian (jangkauan) dan data interval.
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Sumber pendapatan perusahaan berasal dari pendapatan operasional dan non operasional perusahaan. Pendapatan operasional berasal dari penjualan jasa, sedangkan pendapatan non operasional berasal dari jasa giro bank, jasa rujukan, laba pengeluaran aktiva tetap, dan pendapatan lain – lain.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan kurang sesuai dengan PSAK 23. Dari hasil analisa peneliti, perusahaan hanya menerapkan PSAK 23 sebesar 43,75 % , dengan kata lain perusahaan masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal mengakui dan mengukur pendapatan perusahaan. Ketidaksesuaian tersebut diantaranya adalah penjualan kotor yang dilaporkan perusahaan ternyata telah dikurangi dengan potongan harga yang diberikan perusahaan, hal ini menyebabkan jumlah penjualan kotor perusahaan tidak diungkapkan dengan benar. Pada Laporan Laba Rugi, perusahaan menggunakan perkiraan Harga Pokok yang terdiri dari Harga Pokok Langsung dan Harga Pokok Tak Langsung, sedangkan PT. Prodia Widyahusada adalah perusahaan jasa bukan perusahaan industri. Dalam Neraca, perusahaan menggunakan perkiraan akumulasi amortisasi sebagai pengurang dari aktiva tak berwujud berupa program komputer dan lain sebagainya.
ABSTRACT
Most companies were established with the aim of producing optimal profit so that the company's survival can be achieved. To be able to generate profits, the company earnings must be greater than the expenses incurred to earn such income. Revenues can be also made the implement to measure the achievement of a company in producing the optimal profit.
The aim of this research was to know whether the recognition and measurement of the income to PT. Prodia Widyahusada appropriate on the whole with PSAK No. 23. The research that was carried out took the form of the descriptive study and used the primary and secondary data. Technically the data collection took the form of the documentation, the interview and the questionnaire as well as used the descriptive statistical method in analysing the data. The statistical analysis used in this study is the analysis of the Mean (Average). This mean value is the value - average of the results of filling the questionnaire by respondents scoring.
PT. Prodia Widyahusada Region-I Medan was the service company that was involved in the health service.
The source of the income of the company came from the operational income and non operational the company. The operational income came from the sale of the service, whereas the operational income came from the service giro the bank, the reconciliation service, the issuing profit of the asset continue to, and the other income The results from this study show that the recognition and measurement of income at PT. Widyahusada Prodia Area-I, Medan less in accordance PSAK 23. From the analysis the researcher, the company adopted PSAK 23 only at 43.75%, in other words, the company still has many flaws and errors in terms of recognizing and measuring the company's revenue. Such a discrepancy include the gross sales reported by the company apparently has been reduced by discounts given by the company, this causes the amount of gross sales the company did not properly disclosed. In the Income Statement, the company uses estimates of cost of goods consisting of Cost of Direct and Indirect Cost, while PT. Prodia Widyahusada is a service company rather than industrial companies. In balance, the company uses estimates of accumulated amortization as a deduction from intangible assets such as computer programs and so forth.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu yang hendak dicapainya. Sebagian besar
perusahaan bertujuan menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan
dapat tercapai. Suatu perusahaan akan memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang
menjadi lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya bila tercapai laba yang optimal.
Pada perusahaan dagang maupun manufaktur, pendapatan diperoleh dari penjualan
barang yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Sedangkan pada perusahaan jasa,
pendapatan diperoleh dari pemberian jasa atau pelayanan kepada konsumen. Saat ini perusahaan
jasa berkembang dengan pesatnya. Hal ini tidak lepas dari masyarakat yang semakin
membutuhkan jasa atau pelayanan yang beragam. Konsumen akan bersedia menggunakan jasa
atau pelayanan dari suatu perusahaan jasa bila mereka yakin bahwa mereka akan terpuaskan
dengan jasa yang dibutuhkan tersebut.
Laba yang maksimal merupakan perantara untuk menentukan arah dan strategi,
kebijaksanaan, taktik perusahaan bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan akan membuat laporan keuangan pada setiap periode. Berdasarkan laporan yang
dibuat, pihak yang berkepentingan dapat menilai posisi keuangan dan prestasi kerja yang dicapai
perusahaan. Salah satu unsur yang paling penting dari laporan laba rugi adalah pendapatan.
Pendapatan merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi pada laporan laba rugi.
Perusahaan akan memperoleh laba bila pendapatan lebih besar daripada beban, namun
Salah satu penentu besarnya laba atau rugi adalah pendapatan. Keberhasilan perusahaan secara
sederhana dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang tinggi dalam suatu periode dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Namun apakah pendapatan yang disajikan dalam laporan laba rugi
perusahaan benar sebagai pendapatan masih terus diamati lebih seksama lagi.
Pengakuan dan pengukuran menjadi permasalahan dalam menentukan pendapatan.
Pengakuan pendapatan merupakaan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai
pendapatan perusahaan. Sedangkan pengukuran pendapatan adalah berapa besar jumlah
pendapatan yang seharusnya diakui dari setiap transaksi yang terjadi pada suatu periode tertentu.
Permasalahan pengakuan dan pengukuran pendapatan saling terkait satu sama lain.
Permasalahan ini akan selalu muncul apabila sebuah transaksi berhubungan dengan pendapatan.
Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan
pendapatan, begitu juga jumlah yang diakui haruslah diukur secara tepat dan pasti.
Apabila pendapatan diakui tidak sama dengan yang seharusnya maka ini berarti
pendapatan bisa salah (apakah terlalu besar atau terlalu kecil). Hal ini dapat mengakibatkan
informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi tidak tepat dan dapat menyebabkan kesalahan
dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen perusahaan sehingga penting sekali dalam
pengakuan dan pengukuran pendapatan, perusahaan menggunakan suatu standar sebagai acuan
yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), khususnya PSAK nomor 23. Standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan suatu pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan untuk tujuan pelaporan bagi pengguna laporan tersebut. Di dalam PSAK No.
23 diuraikan dan dijelaskan tentang metode pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dapat
Menyadari eratnya hubungan antara pendapatan dengan laba yang diperoleh perusahaan,
tidak diragukan lagi bahwa pendapatan dalam perusahaan jasa membutuhkan perlakuan
akuntansi yang sesuai dalam hal prosedur, pengakuan dan pengukurannya. Untuk membahas
masalah ini, penulis mencoba memfokuskannya pada salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pelayanan jasa kesehatan yakni PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan.
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan merupakan salah satu perusahaan jasa di
Indonesia yang bertujuan memberikan layanan jasa terbaik di bidang pemeriksaan kesehatan
(check up). Kegiatan utama PT. Prodia Widyahusada ini adalah sebagai laboratorium dimana
dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan. Selain itu PT. Prodia merupakan laboratorium rujukan
bagi instansi/laboratorium lain. Pemeriksaan kesehatan oleh pelanggan bisa dibayar secara tunai
ataupun kredit yang dilaporkan sebagai pendapatan operasional perusahaan. Sedangkan
pendapatan non operasional perusahaan bersumber dari jasa rujukan yang disediakan oleh
perusahaan bagi laboratorium lain, pendapatan jasa giro, selisih kurs, laba perusahaan asosiasi,
dan pendapatan lain – lain.
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan mengakui pendapatan pada saat pelanggan
melakukan pendaftaran. Terkadang ada pelanggan yang membatalkan pemeriksaannya yang
menyebabkan berkurangnya pendapatan. Perusahaan menggunakan metode accrual basis dalam
hal pengakuan pendapatannya. Penjualan jasa penjualan terdiri dari penjualan tunai dan
penjualan kredit. Penjualan kredit ini berasal dari pasien biasa maupun kontraktor.
PT. Prodia Widyahusada mencatat penjualan kotor terdiri dari penjualan tunai dan
penjualan kredit. Namun pada kenyataannya penjualan kotor tersebut telah dikurangi dengan
penjualan kotor tersebut tidak mengikuti peraturan yang berlaku umum yaitu penjualan kotor
adalah penjualan yang belum dikurangi dengan potongan penjualan, baik retur penjualan maupun
potongan harga. Seharusnya potongan harga dimasukkan kedalam sub perkiraan potongan
penjualan.
Selama menjalankan kegiatan operasional perusahaannya, terkadang ada pasien yang
membatalkan pemeriksaannya. Pembatalan pemeriksaan bisa dilakukan sebelum sampel
darah/urine pasien belum dikerjakan oleh bagian teknis dan kimia. Penyebab retur diantaranya
adalah pembatalan pemeriksaan, salah tarif dan gratis/FOC (Free On Charge). Kenyatannya
kesalahan tarif itu juga dicatat di rugi lain – lain. Hal ini menyebabkan kerancuan dalam
pengungkapan retur penjualaan sebagai pengurang dari penjualan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya penerapan akuntansi dalam
pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dilakukan oleh perusahaan, dalam hal ini PT.
Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut
menjadi skripsi yang berjudul “ Penerapan PSAK Nomor 23 dalam Pengakuan dan
Pengukuran Pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumya, maka penulis
mencoba merumuskan masalah pada PT. Prodia Widyahusada yaitu “Apakah pengakuan dan
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengakuan
dan pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada telah diterapkan secara keseluruhan
sesuai dengan PSAK nomor 23.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini ditujukan bagi :
1. Penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang penerapan PSAK nomor 23 dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan
2. PT. Prodia Widyahusada, untuk memberikan sumbangan pemikiran yang mungkin berguna
bagi manajemen perusahaan, setelah membandingkan dengan teori dengan praktek yang
telah diterapkan, khususnya mengenai penetapan prosedur pengakuan dan pengukuran
pendapatan di perusahaan.
3. Lingkungan akademis, melalui hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan
laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah
pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga
diartikan sebagai income.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23.1), kata “income diartikan sebagai
penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan (income) meliput i baik
pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain”).
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal
dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti
dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan
pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan
operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan
revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari
setiap transaksi yang terjadi.
Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002 : 234) bahwa pendapatan
adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian
kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi
barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas
Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan Syafri (2002 : 58) sebagai “kenaikan
gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip
akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba”.
Definisi pendapatan menurut Niswonger (1999 : 45), memberikan penekanan pada
konsep pengaruh terhadap ekuitas pemilik, yaitu “pendapatan (revenue) adalah peningkatan
ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang dan jasa kepada pembeli.
Adanya penafsiran yang berlainan terhadap pengertian pendapatan bagi pihak yang
berkompeten disebabkan karena latar belakang disiplin yang berbeda dengan penyusunan konsep
pendapatan bagi pihak tertentu. Konsep pendapatan belum dapat dijelaskan secara universal oleh
pemakai akuntansi, karena pemakai informasi laporan keuangan khususnya laporan laba rugi
yang memuat tentang pendapatan berguna untuk masing – masing pemakai laporan yang berbeda
– beda tergantung dari sudut mana ia memandang.
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu :
a. Konsep pendapatan menurut ilmu ekonomi
b. Konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi.
Ad. a. Konsep pendapatan menurut Ilmu Ekonomi
Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam
seminggu dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula.
Pengertian tersebut menitikberatkan pada pola kuantitaif pengeluaran terhadap konsumsi selama
satu periode. Secara garis besar, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode
ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
harta kekayaan, badan usaha awal peeriode dan menekankan pada jumlah nilai yang statis pada
akhir periode.
Konsep pendapatan menurut ilmu ekonomi dikemukakan oleh Wild (2003 : 311),
“economic income is typically measured as cash flow plus the change in the fair value of net
assets. Under this definition, income includes both realized (cash flow) and unrealized (holding
gain or loss) components”. Menurut Wild, pendapatan secara khusus diukur sebagai aliran kas
ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Wild memasukkan pendapatan yang dapat
direalisasi sebagai komponen pendapatan.al
Dari definisi yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan
adanya suatu aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Menurut
Rosyidi (1999 : 100) “pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif”.
Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa
produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak
business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh barang
dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep pendapatan (income)
menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut
akuntansi.
Ad. b. Konsep pendapatan menurut Ilmu Akuntansi
Defenisi pendapatan antara para akuntan dengan para ahli ekonomi sangat jauh berbeda,
demikian juga sesama para akuntan, yang mendefinisikan pendapatan berbeda satu sama lainnya.
Akan tetapi pada umumnya definisi ini menekankan kepada masalah yang berkenaan dengan
dalam memberikan defenisi pendapatan. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu
yang spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah. Konsep ini sebagian
besar mengikuti prinsip – prinsip pendapatan, prinsip biaya, prinsip penandingan dan pernyataan
periode akuntansi.
Pada dasarnya konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi dapat ditelusuri dari dua sudut
pandang, yaitu :
1. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang
timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan pendekatan yang memusatkan
perhatian kepada arus masuk atau inflow. Menurut SFAC (Statement of Financial
Accounting Concepts) No. 6 dalam Kieso (2002 : 3) “Revenue are inflows or other
enchancements of assets of an entity or settlements of its liabilities (a combination of
both) from delivering of producing goods, rendering services, or carrying out other
activities that constitute the entity’s on going major on central operations”.
2. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta
penyerahan barang dan jasa atau outflow. Dalam PSAK nomor 23 paragraf 06 Ikatan
Akuntan Indonesia (2004, 23.2) menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus kas masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.”
Sumber dan jenis pendapatan ini merupakan suatu unsur yang perlu mendapat perhatian
penting sebelum membahas masalah pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih lanjut.
Kesalahan dalam menentukan sumber dan jenis pendapatan yang kurang tepat dapat
mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan diperoleh dan berhubungan erat dengan masalah
pengukuran pendapatan tersebut.
Menurut Soemarsono (2003 : 130), pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan
sebagai pendapatan opeerasi dan non operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas uama perusahaan. Sedangkan, pendapatan non opearsi adalah pendapatan
yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.
Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak
semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba adalah
membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan jumlah
nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:
1. Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang
ditanamkan oleh pemegang saham
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap,
surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4. Revaluasi aktiva.
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk
Dari beberapa pengertian mengenai pendapatan yang dibahas pada bagian sebelumnya,
perlu diketahui lebih lanjut jenis – jenis pendapatan dalam perusahaan. King (2001 : 161)
(revenue) hanya berasal dari kegiatan utama perusahaan, untuk itu dapat dibedakan jenis-jenis
penerimaan yang dimasukkan (dicatat) ke dalam pendapatan dengan jenis-jenis penerimaan yang
bukan merupakan pendapatan.”.
Sejalan dengan pendapat King di atas, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 :
23.1) membagi pendapatan menjadi tiga jenis yaitu :
a) Penjualan barang
Barang, meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali
b)Penjualan jasa
Penjualan jasa, biasanya menyangkut pelaksanaan tugas secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa dapat diserahkan selama satu periode atau lebih dari satu periode.
c) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen.
Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : a) Bunga-pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah terhutang
kepada perusahaan;
b) Royalti-pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merk dagang, hak cipta, perangkat lunak komputer;
c) Dividen-distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
3. Pengakuan Pendapatan
Permasalahan utama dari pendapatan yaitu pada saat menentukan proses pengakuan
pendapatan. Menurut Kieso (2002 : 3) yang dikutip dari SFAC No. 3, “pengakuan adalah proses
untuk secara formal mencatat atau memasukkan suatu pos di dalam akun dan laporan keuangan
entitas”.
Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata – kata dan angka, dengan jumlah tercakup
dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang –
kadang digunakan bergantian di dalam literatur dan praktek akuntansi. Realisasi adalah proses
pengubahan sumber daya bukan kas dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam
Menurut Smith (2002 : 232) “pengakuan adalah pencatatan suatu item dalam akun – akun
dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian”.
Pengakuan termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata – kata maupun jumlah, di
mana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Pengakuan pendapatan harus memenuhi kriteria pengakuan seperti yang dikemukakan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 20) adalah :
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Kelalalaian dalam mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui kebijakan akuntansi yang digunakan melalui catatan atau materi penjelasan.
Menurut Dyckman (2002 : 237) terdapat empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi
sebelum suatu item dapat diakui, yaitu :
1. Definisi (definition)
Suatu item atau informasi tertentu memerlukan definisi operasional yang jelas untuk bisa dimasukkan ke dalam elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian).
2. Dapat diukur (measurability)
Suatu item tertentu harus dapat diukur dengan atribut yang relevan untuk menentukan keandalan daya ujinya, yaitu karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih.
3. Relevan (relevanace)
Apabila digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, informasinya mampu menghasilkan manfaat tertentu.
4. Keandalan (reability)
Informasi mengenai tersebut dapat disajikan secara wajar, dapat diuji dan netral.
Menurut Dyckman (2002 : 238), selain empat kriteria pengakuan umum tersebut, prinsip
1. Pendapatan dihasilkan
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak diselesaikan selama biaya – biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal.
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim nonkas im atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas atau gandum, di mana ada pasar publik untuk jumlah tdaidak terhingga dari produk tersebut yang dapat dibeli atau dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Menurut Smith (2002 : 297) “pengakuan pendapatan adalah tahap di mana akuntan
menggunakan catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal”.
Pengakuan pendapatan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23)
menyatakan bahwa pendapatan yang diakui berasal dari :
1. Penjualan Barang:
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
2. Penjualan Jasa
Ketentuan mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan jasa adalah bila suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Kemudian yang dimaksud andal adalah apabila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi :
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan
d. Biaya yang terjadi unuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
3. Bunga, royalti, dan dividen
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak– pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar :
a. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
Ada empat metode pengakuan dalam mengakui pendapatan menurut Stice (2004 : 603)
yaitu :
1. Full Accrual, berdasarkan metode ini, pendapatan dari penjualan diakui penuh tanpa
memperhatikan apakah pembayaran sudah diakui seluruhnya atau masih sebagian, asalkan sudah memberi uang muka.
2. Installment Method atau metode penjualan cicilan, menurut metode ini, pendapatan lebih
baik diakui ketika kas diterima daripada saat penjualan. Penerapan yang paling umum untuk metode ini adalah:
(a) Untuk barang dagangan, laba akan diakui sebesar persentase laba (laba dibagi penjualan) dikalikan penerimaan cicilan
(b) Untuk real estate, dengan rumusan yang sama dengan barang dagangan,maka rumus untuk mencari laba yang direalisasi juga dapat diterapkan pada perusahaan real estate, hanya terdapat beberapa perbedaan dalam jurnalnya. Hal ini dikarenakan karakteristik perusahaan real estate berbeda dengan perusahaan dagang.
3. Cost Recovery Method (Metode Perolehan Kembali Harga Pokok), menurut metode ini,
tidak ada laba yang diakui untuk suatu penjualan sampai harga pokok barang yang dijual diperoleh kembali melalui penerimaan kas. Setelah itu, semua penerimaan berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan. Metode ini hanya digunakan apabila keadaan- keadaan yang melingkupi suatu penjualan sangat tidak pasti sehingga pengakuan yang lebih awal tidak mungkin dilakukan.
4. Reduced Profit Method
Kriteria yang harus dipenuhi apabila suatu perusahaan ingin menerapkan metode ini, yaitu:
a) Apabila pembayaran awal yang disyaratkan telah terpenuhi.
b)Pembayaran tiap tahun harus mencakup amortisasi bunga dan hutang pokok dari pinjaman maksimal penjual yang dapat diperoleh untuk properti tersebut.
Dilihat dari segi kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, waktu
pengakuan pendapatan untuk penjualan produk antara lain :
Pengakuan pendapatan pada saat penjualan didasarkan kepada : (1) harga jual telah
dapat ditentukan dengan agak pasti. (2) produk yang dijual telah meninggalkan
perusahaan dan diganti dengan suatu asset yang lain. (3) untuk kebanyakan
perusahaan, penjualan merupakan peristiwa keuangan yang paling penting dalam
kegiatan ekonominya. (4) kebanyakan biaya produksi atau pengadaan produksi
tersebut telah dikeluarkan atau dapat ditentukan dengan mudah. Ada tiga masalah
yang ditimbulkan dari pelaksanaan pengakuan pendapatan pada saat penjualan, yaitu :
1. Penjualan dengan persetujuan pembelian kembali
Bila sebuah perusahaan menjual produknya dan setuju untuk membelinya kembali
dalam periode akuntansi selanjutnya, maka persetujuan pembelian kembali
dilakukan pada harga tertentu dan harga tersebut menutupi semua biaya
persediaan ditambah biaya penyimpanan yang berkaitan dengan persediaan dan
kewajiban yang berkaitan tetap ada di pembukuan penjual. Dengan kata lain tidak
terjadi penjualan.
2. Penjualan dimana terdapat retur
Ada tiga metode pengakuan pendapatan alternatif pada penjual menghadapi
resiko kepemilikan dengan adanya retur, yaitu :
a) Tidak mencatat penjualan sampai hak retur habis masa berlakunya
b) Mencatat penjualan, tetapi menguranginya dengan taksiran retur mendatang
c) Mencatat penjualan dan memperhitungkan retur sewaktu terjadinya.
3. Trade Loading dan Channel Stuffing
Merupakan keputusan dan tindakan dari kebijakan manajemen dan pemasaran
keuangan. Pada akhir periode, penyesuaian-penyesuaian akuntansi tidak dibuat
untuk mengurangi dampak jenis penjualan ini terhadap hasil operasi.
b) Pengakuan pendapatan selama masa produksi
Ini terlihat pada kontrak-kontrak konstruksi yang bersifat jangka panjang.
Pendapatan dapat diakui selama masa produksi jika (1) harga kontrak adalah tetap
dan dapat ditentukan. (2) total biaya produksi dapat diestimasi secara meyakinkan. (3)
biaya yang dikeluarkan selama periode akuntansi berjalan atau persentase
penyelesaian produksi diketahui atau dapat ditaksir secara meyakinkan. Metode
akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan selama masa produksi pada
kontrak konstruksi jangka panjang disebut metode persentase penyelesaian. Jika
ketiga kondisi diakui di atas tidak terpenuhi selama masa produksi, maka pendapatan
diakui pada saat selesainya produksi, yang dikenal metode kontrak selesai.
c) Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai
Hal ini dijumpai pada produksi mineral yang bernilai tinggi seperti emas dan perak,
dan beberapa komoditas pertanian seperti padi dan jagung. Kriteria utama untuk
pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai adalah (1) adanya harga pasar yang
relatif stabil dan aktif. (2) tidak ada biaya pemasaran atau penjualan yang besar. (3)
adanya kemungkinan penukaran unit – unit fisik tanpa pengaruh apa-apa terhadap harga
jual, misalnya suatu balok emas dapat ditukarkan dengan balok emas lainnya untuk berat
yang sama.
d)Pengakuan pendapatan pada saat kas tak tertagih
Penerimaan tunai sesudah saat penjualan memberikan pengukuran yang verifiable,
diterima. Namun demikian, apabila salah satu dari dua kriteria yang berikut dipenuhi,
penundaan pengakuan pendapatan sampai saat kas tertagih memang dapat dibenarkan :
(1) apabila tidak mungkin mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat. (2)
apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan,
dan biaya-biaya ini tidak dapat ditaksir jumlahnya secara tepat.
Jika penjualan dilakukan dengan cara cicilan, pendapatan terkadang diakui
sebagaimana kas tertagih. Dua metode pengakuan pendapatan jika penjualan dengan
kredit yaitu metode cicilan (installment method) dan metode perolehan kembali biaya
(cost recovery method). Pada metode cicilan, sebagian kas tertagih dinyatakan sebagai
perolehan kembali biaya dan sebagian lagi dinyatakan sebagai laba. Pada metode
perolehan kembali biaya, tidak ada laba yang diakui hingga jumlah kas yang diterima
sama dengan biaya perolehan harta yang terjual.
Menurut Kieso (2002 : 114) pengakuan pendapatan diklasifikasikan menjadi dua
metode menurut terjadi tidaknya penerimaan atau pembayaran kas. Metode tersebut adalah
akuntansi dasar akrual (acrual basis) dan akuntansi dasar kas (cash basis).
1. Accrual Basis (Dasar Akrual)
Metode dasar akrual adalah dimana pendapatan diakui pada saat periode terjadinya
transaksi pendapatan, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan
bukan pada saat kas diterima. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis
antara lain :
a. Selama kegiatan produksi. Dalam hal sewa, bunga, dan komisi diakui sebagai pendapatan
berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya yang menetapkan kenaikan bertahap
b. Untuk kontrak jangka panjang, pendapatan diakui berdasarkan kemajuan pekerjaan atau
persentase penyelesaian.
c. Pendapatan dari Cost Plus Fixed Fee Contract, yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan
kontrak fee yang sudah tetap ditambah biaya – biaya tertentu.
d. Perubahan aset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan,
seperti peternakan dan hutan tanam industri untuk industri perkayuan.
2. Cash Basis (Dasar Kas)
Dasar kas adalah jika pendapatan dan beban diakui berdasarkan penerimaan dan
pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat
diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima.
4. Pengukuran Pendapatan
Pengukuran pendapatan sangat penting untuk setiap transaksi yang menimbulkan
pendapatan. Pengukuran pendapatan juga dapat dinyatakan dalam perolehan kas atau setara kas.
Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan akan sulit diketahui, pendapatan sebagai suatu
item yang sangat penting dalam laporan keuangan khususnya laporan laba rugi perlu diukur
dengan akurat.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23.3) menyatakan bahwa
“pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.”
Adapun penjelasan lebih lanjut dari pernyataan tersebut dikemukakan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (2004 : 23.10) adalah :
atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Selanjutnya Standar Akuntansi Keuangan dalam PSAK (2004 : 23.4) menerangkan
bahwa :
Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu dimana penyalur (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
Menurut Schroeder (2001 : 70), pengukuran adalah besarnya angka atau jumlah atas
objek atau kejadian berdasarkan aturan – aturan. Pengukuran juga merupakan suatu proses
perbandingan dalam rangka memperoleh informasi yang lebih teliti untuk membedakan suatu
alternatif dengan alternatif yang lain dalam situasi pengambilan keputusan. Pengukuran
dikaitkan dengan pendapatan akan bermakna bahwa pengukuran pendapatan adalah penentuan
besarnya pendapatan dalam bentuk angka-angka.
Menurut Sofyan Syafri (2002 : 168) ada empat metode pengukuran pendapatan :
1. Historical Cost atau harga yang terjadi dari pertukaran perusahaan yang lalu, yang
merupakan dasar utama dalam melakukan pengukuran dalam laporan keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur persediaan, aktiva tetap, aset lainnya.
2. Current Purchase Exchange atau harga pertukaran pembelian sekarang, digunakan
misalnya dalam menerapkan metode penilaian persediaan nilai yang terendah dari harga pokok dan pasar (LOCOM, Lower of Cost or Market).
3. Current Sale Exchange atau harga penjualan pertukaran sekarang yang dapat digunakan
misalnya dalam mengukur barang jenis logam yang memiliki harga stabil yang tetap dimana tidak begitu ada biaya pemasarannya.
Ada lima dasar pengukuran pendapatan menurut SFAC (Statement of Financial Accounting
Concepts) No. 5 dikutip dalam Stice (2005 : 507) yaitu :
1. Cost Historis (Historical Cost), yaitu jumlah kas atau setaranya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva sampai siap digunakan.
2. Cost Penggantian Terkini (Current Replacement Cost), yaitu jumlah kas atau setaranya yang harus dibayar jika aktiva yang sejenis/sama diperoleh pada saat sekarang.
3. Nilai Pasar Terkini (Current Market Value), yaitu jumlah kas atau setaranya yang diperoleh dengan menjual aktiva kegiatan penjualan normal.
4. Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi (Net Realisable Value), yaitu jumlah kas atau setaranya yang diperoleh jika aktiva diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung (biaya produksi dan penjualan).
5. Nilai Sekarang Aliran Kas Mendatang (Present Value Of Future Cash Flow), yaitu nilai sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aktiva dijual pada masa yang akan datang.
5. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK nomor 23 a. Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 20), yang dimaksud dengan
pengakuan (recognition) adalah :
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi.
Adapun penjelasan mengenai pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 20) adalah :
a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan
Ketentuan selanjutnya mengenai pengakuan terhadap pendapatan yang diatur dalam
PSAK No. 23 (2004 : 23.1) adalah “pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.”
Dalam PSAK No. 23 tersebut ditetapkan kriteria-kriteria yang digunakan dalam
menentukan saat yang tepat untuk mengakui sebuah pendapatan. Kriteria pengakuan tersebut
harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa
ekonomi berikut ini :
1. Kriteria pendapatan untuk penjualan barang
Ketentuan PSAK No. 23 (2004 : 23.4) mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi
penjualan barang sebagai berikut :
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: a) Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan
hak milik barang atau pemindahan penguasaan barang tersebut kepada pembeli. Hal ini
umumnya terjadi pada penjualan eceran dimana pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan
terjadi pada saat pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan hak atas barang.
Adakalanya suatu perusahaan akan menahan resiko signifikan dari kepemilikan, transaksi
No. 23 (2004 : 23.5) menyatakan perusahaan dapat menahan risiko kepemilikan dengan berbagai
cara yaitu :
a) Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagimana biasanya;
b)Apabila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan;
c) Apabila penerimaan barang tergantung pada instalasinya dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan; d)Apabila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang
ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur.
2. Kriteria pendapatan untuk penjualan jasa
Ketentuan PSAK No. 23 (2004 : 23.6) mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi
penjualan jasa adalah sebagai berikut “bila suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat
diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan
acuan tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.”
Perusahaan dapat menggunakan beberapa cara dalam mengukur secara andal tingkat
penyelesaian suatu transaksi jasa yang diberikan, antara lain survei pekerjaan yang telah
dilaksanakan, jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang
harus dilakukan, proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal neraca dibagi estimasi total biaya
transaksi tesebut.
3. Pengakuan pendapatan untuk bunga, royalti, dan dividen
Ketentuan PSAK No. 23 (2004 : 23.8) mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi
penjualan jasa adalah sebagai berikut :
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak– pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar :
a) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar :
a) Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut
b) Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan c) Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui apabila hak pemegang
saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Perusahaan mengakui pendapatannya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi dari
transaksi penjualan jasa akan diperoleh perusahaan. Sebaliknya, apabila suatu ketidakpastian
mengenai kolektabilitas sejumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak
tertagih atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinan akan terjadi, diakui
sebagai beban, menggantikan penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.
b. Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (2004 : 20), yang dimaksud
dengan pengukuran adalah “proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.” Proses ini menyangkut
pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Pendapatan dalam laporan keuangan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau
dapat diterima, dengan demikian informasi yang diberikan dalam laporan keuangan menjadi
lebih jelas. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23.3) dijelaskan sebagai
berikut :
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai wajar dalam PSAK No. 23 tersebut adalah
“suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara
pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction). Jika suatu perjanjian secara efektif merupakan transaksi finansial, nilai wajar
imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan
menggunakan suatu tingkat bunga yang tersirat (imputed).
Selanjutnya Standar Akuntansi Keuangan dalam PSAK (2004 : 23.4) menerangkan
bahwa bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai
yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan
pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu dimana penyalur
(swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat
waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan
dengan barang atau jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa
yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
6. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Perusahaan Jasa
Beberapa metode pengakuan pendapatan khusus untuk perusahaan yang bergerak dalam
pemberian jasa, untuk perusahaan yang lebih banyak memberikan jasa daripada produk,
Empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa yang dikemukakan oleh Dyckman
(2002 : 269) adalah :
1. Kinerja khusus
Digunakan untuk pendapatan jasa yang dihasilkan dengan aksi tunggal. Sebagai contoh, makelar real estate yang menghasilkan pendapatan komisi penjualan atas penyelesaian suatu transaksi real estate, seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas penyelesaian tambal gigi.
2. Kinerja proporsional
Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periode akuntansi. Dalam metode ini, pendapatan diakui berdasarkan kinerja proporsional setiap tindakan. Metode kinerja proporsional dari akuntansi untuk pendapatan jasa sama dengan metode persentase penyelesaian. Pengukuran proporsional mengambil bentuk yang berbeda bergantung dari jenis transaksi jasa.
3. Kinerja selesai
Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan di mana yang terakhir sangat penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa di mana pendapatan jasa dianggap telah dihasilkannya hanya setelah pengiriman barang, meskipun pengepakan, barang, dan transportasi mendahului pengiriman. Metode ini serupa dengan metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.
4. Penagihan
Digunakan untuk pendapatan jasa ketika ketidakpastian penagihan sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biaya yang digunakan untuk penjualan produk.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu. Namun penelitian
ini berbeda dengan penelitian – penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terdapat pada metode
analisis yang digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan metode analisis deskriptif,
hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan yang bersifat relatif. Sedangkan pada penelitian ini
digunakan metode analisis statistik deskriptif dimana hasil yang diperoleh menjadi lebih jelas
Tabel 2.1
Deskriptif Penerapan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran belum sesuai secara keseluruhan dengan PSAK No. 23. Hal ini didasarkan pada adanya kesalahan pengakuan pendapatan pada
Deskriptif Penerapan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan belum sesuai PSAK No. 23.
3 Melisa Sari
Deskriptif Penerapan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan sudah sesuai PSAK No. 23.
4 Ronal
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya
serta tinjauan teoritis yang membangun konsep variabel penelitian ini, maka dapat digambarkan
kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan merupakan salah satu perusahaan jasa di
Indonesia yang bertujuan memberikan layanan jasa terbaik di bidang pemeriksaan kesehatan
(check up). Kegiatan utama PT. Prodia Widyahusada ini adalah sebagai laboratorium dimana
dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan. Selain itu PT. Prodia merupakan laboratorium rujukan
bagi instansi/laboratorium lain.
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan
Pendapatan
Pengakuan Pengukuran
PSAK Nomor 23
Pendapatan yang diperoleh PT. Prodia Widyahusada bersumber dari (1) pendapatan
operasional perusahaan dan (2) pendapatan non operasional perusahaan. Pendapatan operasional
berasal dari pemeriksaan kesehatan oleh pasien baik dibayar secara tunai maupun kredit.
Sedangkan pendapatan non operasional berasal dari jasa rujukan yang disediakan oleh
perusahaan bagi laboratorium lain, pendapatan jasa giro, selisih kurs, laba perusahaan asosiasi,
dan pendapatan lain – lain.
Pengakuan dan pengukuran menjadi permasalahan dalam menentukan pendapatan.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dilakukan perusahaan akan dianalisis dan
dibandingkan dengan PSAK No. 23 serta berbagai teori ilmiah yang diperoleh dari berbagai
literatur. Pendapatan bisa diakui ketika telah memenuhi kriteria yaitu definisi, dapat diukur,
relevan dan keandalan. Ada empat dasar pengukuran pendapatan yaitu (1) harga dalam
pertukaran masa lalu; (2) harga dalam suatu pertukaran pembelian saat ini; (3) harga dalam
pertukaran penjualan saat ini; (4) harga yang didasarkan pada masa yang akan datang.
Adapun pendapatan suatu perusahaan jasa dapat diakui bila memenuhi kriteria berikut ini
a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan
c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal
d) Biaya yang terjadi unuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut
Apabila pendapatan telah diakui dan diukur dengan tepat maka pendapatan yang
disajikan dalam laporan laba rugi tidak terlalu besar/kecil, sehingga keputusan yang diambil oleh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan berupa studi deskriptif yang menguraikan tentang sifat – sifat dan
keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian pada saat penelitian sedang dilakukan.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang secara langsung diperoleh dari objek penelitian yang memerlukan pengolahan
lebih lanjut, data tersebut berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder yaitu data yang
diproses dari riset lapangan yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan dokumen
yang ada pada perusahaan.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan judul skripsi yaitu “Penerapan PSAK nomor 23 dalam Pengakuan dan
Pengukuran Pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada”, terdapat variabel yang terdiri dari
pendapatan, pengakuan, dan pengukuran. Adapun definisi dari variabel tersebut adalah :
1. Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas,
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta
kriteria pengakuan yaitu :
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau kedalam perusahaan.
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
3. Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
Tabel 3.1
Ikhtisar Variabel, Indikator, Skala Pengukuran dan Instrumen
Variabel Indikator Skala
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan berbagai cara dalam mengumpulkan data yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian secara langsung ke tempat penelitian dengan maksud memperoleh data
primer. Data primer ini diperoleh dengan cara :
a. Wawancara, melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak – pihak terkait dalam
penyediaan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian.
b. Kuisioner, yaitu lembaran-lembaran isian yang di dalamnya berisi pernyataan dan atau
pertanyaan yang dapat mengolah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang dijawab adalah mengenai hal – hal yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas dalam hal ini pengakuan dan pengukuran pendapatan. Kuesioner dirancang bersifat
tertutup dengan jawaban yang terlebih dahulu disediakan.
c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen – dokumen internal
perusahaan yang terkait dengan lingkup penelitian ini.
2. Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari literatur-literatur berupa buku-buku
wajib yang berhubungan dengan skripsi ini untuk memperoleh data sekunder sebagai
landasan teori.
E. Metode Analisis Data
Pengukuran terhadap variabel tersebut dilaksanakan dengan cara membandingkan antara
kondisi sebenarnya dengan PSAK nomor 23. Untuk menganalisa data yang sudah terkumpul,
deskriptif. Dari hasil penelitian yang diperoleh, penulis melakukan analisis untuk mengetahui
apakah perusahaan telah menerapkan PSAK nomor 23 secara keseluruhan dalam pengakuan dan
pengukuran pendapatannya.
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Mean (Rata – rata).
Nilai mean ini merupakan nilai rata – rata dari hasil skoring pengisian kuisioner oleh responden.
Perhitungan atas kuesioner dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban “Ya” kemudian dibagi
dengan jumlah pertanyaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
X = " "X100% question
YES answer
∑
∑
Dimana :
X : Rata – rata hasil observasi
∑ answer Yes : Jumlah jawaban “iya”
∑ question : Jumlah pertanyaan
Penulis menyediakan jawaban secara “close ended questionare” atau kuesioner secara
tertutup yaitu responden hanya memberi dua alternatif jawaban yang telah ditentukan
sebelumnya oleh penulis yaitu : “Ya” dan “Tidak” sebagai ukuran tingkat kesesuaian dengan
paling cocok menurut responden dari alternatif jawaban tertentu. Hasil jawaban yang diperoleh
dengan cara perhitungan berupa angka skor berguna untuk pengambilan keputusan seperti yang
telah dikemukakan oleh Dean J. Champion (1990:301).
Untuk mendeskripsikan data variabel penelitian, digunakan range penilaian (jangkauan)
dan data interval. Menurut Madjied (2007 : 87), range adalah selisih (beda) antara data terbesar
(maksimum) dan data terkecil (minimum) nilainya. Untuk mendeskripsikan jawaban responden
yang berupa nilai mean terseebut, penilaian dikelompokkan dalam interval 0 % - 25 % , 26 % -
50, 51 % - 75 %, dan 76 % - 100 %. Sedangkan rentang penilaian terdiri dari tidak sesuai, kurang
sesuai, cukup sesuai dan sangat sesuai. Seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Kriteria Pengukuran
Persentase
Variabel Penerapan PSAK Nomor 23 dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada
PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan
a. 0% - 25% Tidak Sesuai
b. 26% - 50% Kurang Sesuai
c. 51% - 75% Cukup Sesuai
d. 76% - 100% Sangat Sesuai
Apabila hasil jawaban kuisioner tersebut nilainya antara 76% - 100% , penulis menarik
kesimpulan bahwa PSAK nomor 23 dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan telah
diterapkan secara keseluruhan pada perusahaan.
F. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan Jl. S.
Parman No. 17/223 G. Berikut adalah jadwal penelitian penulis :
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian
Maret 10 April 10 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010 Agustus 2010 1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pra Riset
Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal
Bimbingan Proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Bimbingan Skripsi
Penyampaian Hasil