• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orang Beriman Mengawal Kekuasaan Allah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Orang Beriman Mengawal Kekuasaan Allah"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

40 12 - 24 RABIULAWAL 1432 H

B I N A A K I D A H

Allah SwT. Oleh karena itu, siapa pun orangnya kalau ingin disebut pemegang “kekuasaan” dalam arti yang sesungguh-sungguhnya adalah orang yang benar-be-nar menyadari bahwa dirinya hanyalah se-laku pelaksana kekuasaan Allah SwT di planet bumi ini dan tidak pernah terbersit sedikit pun dalam hatinya bahwa dirinya memiliki kekuasaan yang sepenuh-penuh-nya, sebebasnya. Atau dengan lain perka-taan, pemegang “kekuasaan” yang dalam

arti yang sesungguh-sungguhnya adalah pemegang kekuasaan yang beriman. Se-bab, sifat dan kebiasaan orang yang benar-benar beriman (Mukmin) adalah senan-tiasa berkonsultasi dan melaporkan segala tindakan dan perbuatannya kepada Allah SwT misalnya lewat dzikir (mengingat se-cara fungsional atas Kekuasaan Allah dan hasilnya kalau taat kepada-Nya serta aki-batnya kalau melenceng dari aturan-Nya), doa, dan disiplin shalat dengan khusyu’.

Berdasar uraian di atas, dapat ditarik pengertian bahwa hanya orang berimanlah yang tahu persis dalam memahami hakikat kekuasaan dan bagaimana pemanfaatan kekuasaan dalam proses-proses opera-sionalisasinya. Oleh karena itu, sejajar de-ngan posisi orang yang beriraan tersebut, maka orang beriman juga merasa bertugas untuk mengawal “kekuasaan” yang telah dianugerahkan Allah SwT kepada manusia tersebut agar dipegang dan dijalankan se-bagaimana mestinya, sesuai dengan ko-ridor aturan Allah SwT. Siapa pun yang memegang kekuasaan, maka orang ber-iman yang lain ada kewajiban untuk me-ngontrol apakah kekuasaan tersebut dija-lankan secara benar menurut koridor atur-an Allah SwT. Seperti berbuat adil, me-nyejahterakan orang/rakyat yang dipimpin, menepati janji-janji yang telah diucapkan, dan sebagainya. ataukah belum atau bah-kan tidak. Itulah pekerti orang yang ber-iman.

Wallaahu a’lam bishshawaab.l

kekuasaan yang diwakilkan oleh Allah SwT yang dalam kekuasaan tersebut dipenuhi

rasa tanggungjawab yang sangat berat yang meliputi wajib memakmurkan kehidupan di planet bumi, menjaga hukum-hukum keseimbangan alam (Ar-Rahman [55]: 7-9), dan menjaga dari kerusakan lingkung-an (Ar-Ruum [30]: 41). Perlu ditegasklingkung-an di sini, yang dimaksud “kekuasaan” di sini bukan sekedar kekuasaan karena sistem aturan politik (seperti kekuasaan yang mele-kat pada jabatan selaku Presiden, Mahka-mah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, dan semacamnya), organisasi ekonomi (seperti selaku Komisaris, Direktur, dan macamnya), organisasi militer (seperti se-laku Panglima, Komandan Peleton, dan semacamnya), organisasi sosial pada umumnya (seperti Ketua, Sekretaris, Bendahara, Koordinator Seksi, dan semacamnya), melainkan juga kekuasaan yang melekat setiap individu, seperti kebebasan usaha untuk “memiliki” (baca: nafsu memiliki), untuk “menikmati” (baca: nafsu menikmati), dan nafsu “mengatur”.

Selanjutnya, bagaimana operasionali-sasi “kekuasaan” itu mengingat batasan (definisi) “kekuasaan” yang terumus di atas? Bahwa betapapun besar dan kuatnya kekuasaan yang dimiliki, apakah itu kekua-saan yang melekat pada setiap diri individu manusia, atau kekuasaan karena aturan sistem, menurut Al-Qur’an, tetaplah kekua-saan tersebut titipan Allah SwT, Sang Maha Penguasa Alam Semesta ini. Karena itu, untuk mengoperasionalkan kekuasaan yang dimiliki, maka manusia tetap terikat oleh koridor aturan dan petunjuk dari Allah SwT, Tuhan yang telah memberikan we-wenang (kekhalifahan) kepada manusia. Jadi, pengoperasionalan kekuasaan tidak untuk memuaskan nafsu-kuasa/mengatur, nafsu memiliki, dan nafsu menikmati, me-lainkan sebagai wujud rasa tanggungjawab yang besar terhadap pemilik kekuasaan yang sebenarnya, yang sejatinya, yaitu

M

enurut Al-Qur’an, kesadaran tentang “kekuasaan” itu tidak dapat dilepaskan dari diri manu-sia. Dikatakan dalam Al-Qur’an, bahwa se-kalipun kedudukan manusia itu ditegaskan sebagai “hamba” (Adz-Dzaariyaat [51]: 56), namun manusia dianugerahi peranan

sebagai “khalifah” Allah SwT, yaitu sebagai wakil atau pengemban amanah Allah SwT di planet bumi yang satu-satunya ini (Al-Baqarah [2]: 30) yang memiliki tugas seba-gai “musta’mir” atau pemakmur di planet

bumi itu sendiri (Hud [11]: 61). Sebab, se-gala isi planet bumi itu memang disediakan Allah SwT untuk manusia seluruhnya, bu-kan untuk makhluk yang lain (Al-Baqarah [3]: 29), makhluk jin misalnya. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau manusia me-miliki naluri mengejar, ingin meme-miliki, dan ingin menikmati “kekuasaan” di atas planet bumi ini ketika mereka masih hidup.

Sungguhpun manusia dianugerahi Allah SwT naluri ingin berkuasa di atas, namun hakikat dan operasionalisasi kekua-saan yang dianugerahkan tersebut perlu dipahami dan disadari sepenuhnya oleh manusia. Sebab, kalau tidak demikian, jus-tru kekuasaan yang ingin dikejarnya, dimi-likinya, dan dinikmatinya itu akan menye-rang balik kepada dirinya sendiri yang sifat-nya kontra produktif. Misalsifat-nya jatuh dari kursi kekuasaan dalam keadaan malu dan terhina, akan menjadi cacat hidup selama-lamanya, akan menjadi pemusnah manu-sia, akan membuat penderitaan tak terperi-kan bagi berjuta-juta manusia yang lain, dan bahkan menjadi penyebab rusaknya lingkungan hidup dan keseimbangan di planet bumi yang sekali lagi, satu-satunya ini. Ungkapan tersebut dapat dibuktikan ka-lau orang mau membuka lembaran-lem-baran catatan sejarah yang telah dipubli-kasikan selama ini.

Apa hakikat “kekuasaan“ yang dianu-gerahkan Allah SwT kepada manusia itu? Kekuasaan yang dimiliki manusia adalah

Orang Beriman Mengawal

Kekuasaan Allah

MOHAMMAD DAMAMI

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pada responden menun- jukkan bahwa durasi tidur pada malam hari yang singkat berhubungan dengan pening- katan pola makan yang berimbas pada kelebihan berat badan

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, ridho , dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Anggaran Belanja Daerah dan Penanaman Modal Asing

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, setelah melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan yang terakhir melakukan analisis

Osteoarthritis lutut dapat melibatkan salah satu atau semua dari tiga kompartemen lutut utama Osteoarthritis lutut dapat melibatkan salah satu atau semua dari tiga kompartemen

Oleh karena itu, para guru yang bertugas mengelola pembelajaran biologi di sdc:olah di sam ping perlu memahami tentang pengembangan Silabus, guru juga perlu memahami

Pengisian evaluasi dalam rekam medis adalah hasil dari evaluasi perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan oleh masing-masing profesi dan ditanyakan

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional