• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) JALUR KERETA API GANDA STASIUN REJOSARI SAMPAI STASIUN RENGAS, LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) JALUR KERETA API GANDA STASIUN REJOSARI SAMPAI STASIUN RENGAS, LAMPUNG"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

STUDI DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)

JALUR KERETA API GANDA STASIUN REJOSARI SAMPAI STASIUN RENGAS, LAMPUNG

Disusun oleh: TEGUH ANDIKA

2012 0110 205

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

DEKLARASI

Saya Teguh Andika mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Yogyakrta, Tahun Angkatan 2012 Dengan penuh kejujuran dan

tanggung jawab menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Studi Detail Engineering Design (DED) Jalur Kereta Api Ganda Stasiun Rejosari sampai

Stasiun Rengas. Lampung” tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga Tugas Akhir ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Yogyakarta, Desember 2016 Penulis,

(3)

iii

HALAMAN MOTTO

Aku sebagaimana yang hamba-Ku pikirkan tentang Aku (yaitu Aku mampu melakukan

apapun untuknya berdasarkan apa yang dia pikirkan Aku bisa melakukannya untuk

dirinya) dan Aku bersamanya jika dia mengingat-Ku.

(HR. Muslim)

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah diperbuatnya.

(Ali bin Abi Thalib)

Dayunglah Perahu ke Negeri seberang setelah sampai jangan biarkan perahu tetap utuh,

tenggelamkanlah perahumu hingga hingga tak ada jalan pulang selain punya perahu baru.

(Teguh Andika)

Hidup adalah Perjuangan, Perjuangan adalah Pengalaman, Pengalaman adalah

Pembelajaran.

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, atas kenikmatan serta kemudahan yang berikan

untuk dapat menyelesaiikan karya tulis ini. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Aku persembahkan karya ini untuk orang-orang yang

kusayangi dan selalu ada untuk aku.

1. Mama (Fatimah Yahyah) terimakasih untuk kasih sayangmu yang selalu

tercurahkan untukku. Dukungan dan doa yang tak pernah henti untuk

kesuksesanku. Semoga aku bisa menjadi anak yang selalu

membanggakanmu dan berguna bagi orang banyak.

2. Untuk Saudara/i ku tercinta, khususnya Helen Tiana yang telah

mendukung saya selama menempuh studi baik moril maupun materil.

3. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Andi Rosita, Akirianto Nugroho,

Akmal Rouf, Jenny, Kokoh Ario, Dede, Nisrina, Ika, Dany, Marfi, Asad,

Agie DC, Madi, Elin Tamala, Halimah, Zacky, Irwan Faizal, Rifki Utomo,

Pradareozy Raufan, Maga Ringga, Hambali, Angga,. Bang Ojik, Bang

Farid, Iik Maulana, Fajar Afriani, Rizaldi, Vina Setyaningsih, Anggi

Dhea, Cipil_E 2012, Dubidu, Kopasdu, KKN 44, temen main, temen

curhat, temen gila-gilaan, mantan terindah, Budi, Aji, Ari partner tugas

akhir dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih

untuk segalanya selalu ada, semoga pertemanan kita bisa berjalan sampai

selamanya.

4. Terimaksih untuk Pak Dian Setiawan yang sudah membantu dan

membimbing dalam pembuatan tugas akhir ini.

5. Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat dan mendukung saya selama

kuliah dan penyusunan tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan

(5)

v

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “Studi Detail Engineering Design (DED) Jalur Kereta Api Ganda Antara Stasiun Rejosari sampai Stasiun Cempaka koridor Rejosari – Rengas” dapat selesai dengan baik. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

memberi bantuan selama pengerjaan laporan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih

ditujukan kepada:

1. Bapak Ir.Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., M.Sc.Eng., Ph.D., PE., selaku Dosen

Pembimbing I yang telah banyak memberi masukan serta koreksi dalam

pengerjaan laporan ini.

2. Bapak Ir. Dian Setiawan M, M.Sc., Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan banyak masukan serta koresi dalam pengerjaan laporan

ini dan memberi pengarahan tentang pengcodingan.

3. Bapak/Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas segala ilmu yang telah

diberikan selama menjadi mahasiswa.

4. Seluruh staff Tata Usaha, Karyawan dan Laboran Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Keluarga yang saya cintai, yang telah banyak memberikan berbagai

bantuan baik berupa materiil dan spiritual.

6. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil angkatan 2012 yang telah memberi

banyak saran dan masukan.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga tugas akhir ini

(6)

vi

Penulis menyadari betul bahwa masih sangat banyak kekurangan pada laporan ini. Untuk itu, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi.

Yogyakarta, Desember 2016

Penulis,

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN DEKLARASI KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iii

HAAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRASARANA PERKRETAAPIAN... 4

B. KONDISI REL DI INDONESIA... 4

C. STRUKTUR JALAN REL... 7

BAB III LANDASAN TEORI A. STRUKTUR JALAN REL... 9

1. Rel... 11

(8)

viii

3. Plat Sambung, Mur dan Baut... 14

4. Bantalan... 15

5. Lapisan Fondasi Atas atau Balas... 15

6. Lapisan Fondasi Bawa atau Subbalas... 18

7. Lapisan Tanah Dasar... 19

8. Wesel... 19

B. PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL... 20

1. Ketentuan Umum Perencanaan Geometri Jalan Rel ... 20

2. Alinemen Horizontal ... 21

3. Alinemen Vertikal ... 31

BAB IV METODOLOGI A. LOKASI PENELITIAN... 38

B. TAHAPAN ANALSIS DATA... 39

1. Tahapan Persiapan ... 39

2. Tahapan Pengumpulan Data ... 39

3. Tahapan Analisis ... 40

4. Tahapan finalisasi studi ... 40

5. Tahapan Kesimpulan ... 40

C. TAHAPAN DESAIN... 40

D. REFRENSI PERATURAN... 40

E. BAGAN ALIR PERENCANAAN... 40

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM... 43

B. KRITERIA DESAIN... 43

C. STRUKTUR JALAN REL... 44

1. Struktur Jalan Kereta Api... 44

D. PERENCANAAN GEOMETRI... 49

(9)

ix

1.1.Titik Awal Pekerjaan ... 49

1.2.Alinemen Horizontal... 49

1.3.Alinemen Vertikal ... 55

E. PERENCANAAN LAYOUT DAN EMPLASEMEN ... 59

1. Perencanaan Layout Emplasemen... 59

1.1.Emplasemen... 59

1.2.Bangunan Stasiun... 59

F. ESTIMASI VOLUME PEKERJAAN... 60

1. Pengadaan Material... 60

2. Pelaksanaan Pekerjaan... 60

2.1.Pelaksanaan Persiapan ... 60

2.2.Pekerjaan Pembebasan Lahan ... 60

2.3.Pekerjaan Sipil Dan Badan KA ... 61

2.4.Pekerjaan Jalan Rel ... 61

2.5.Pekerjaan Balas ... 62

3. Volume Galian dan Volume Timbunan ... 64

4. Pekerjaaan Penyelesaian ... 64

G. ESTIMASI RAB PEKERJAAN ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN... 65

B. SARAN... 66

DAFTAR PUSTAKA

(10)

x

DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.1 Kondisi Jalan Rel diIndonesia... 6

BAB III LANDASAN TEORI Tabel 3.1 Lebar Sepur 1067 ... 16

Tabel 3.2 Lebar Sepur 1435 ... 16

Tabel 3.3 Standart Saringan Berdasarkan ASTM... 18

Tabel 3.4 Klasifikasi Jalan Rel 1067 ... 20

Tabel 3.5 Peninggian Jalan Rel 1067 ... 28

Tabel 3.6 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal ... 37

BAB V ANALISA DAN PEMAHASAN Tabel 5.1 Pelebaran Sepur 1067 ... 51

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pada Alinemen Horizontal ... 54

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Pada Alinemen Vertikal... 58

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Jalan Rel Pulau Jawa ... 5

Gambar 2.2 Jalan Rel Pulau Sumatra ... 5

Gambar 2.4 Rencana Pembangunan Jalur KA Pulau Sumatera.... 6

Gambar 2.11 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem Komponen Penyusunnya... 8

BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Konstruksi Jalan Rel Dan Skematik Potongan Melintangnya ... 9

Gambar 3.2 Potongan Jalan Rel Pada Timbunan dan Galian ... 10

Gambar 3.3 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem Komponen Penyusunnya... 11

Gambar 3.4 Bagian Pada Komponen Rel ... 12

Gambar 3.5 Continuous Welded Rails...... 14

Gambar 3.6 Conventional jointed Rails...... 15

Gambar 3.7 Skematik Gandar Muka-Belakang......... 30

Gambar 3.8 Perubahan Dari Landai ke Datar Sudut Cekung...... 31

Gambar 3.9 Perubahan Dari Landai ke Datar Sudut Cembung... 32

Gambar 3.10 Lengkung Peralihan Vertikal......... 33

Gambar 3.11 Peralihan Dari Datar ke Landai......... 33

Gambar 3.12 Peralihan Dari Landai ke Landai......... 35

(12)

xii BAB IV METODOLOGI

Gambar 4.1 Wilayah Studi Perencanaan ......... 38

Gambar 4.2 Koridor Studi Perencanaan ......... 39

Gambar 4.3 Bagan Alir Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Stasiun Rejosari – Stasiun Rengas ........ 41

BAB V ANALISA DAN PEMAHASAN Gambar 5.1 Ukuran Penampang Rel Tipe R54......... 45

Gambar 5.2 Detail Struktur Bangunan Atas dan Bawah Jalur Ganda......... 47

Gambar 5.3 Desain Tipikal Retaining Wall......... 48

Gambar 5.4 Tampak Wesel......... 48

Gambar 5.5 Diagram Skematik Wesel ......... 49

Gambar 5.6 Proyeksi Tikungan 1 Pada Elinemen Horizontal..... 53

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Galian dan Timbunan

RAB Perancangan

LAMPIRAN 2

Gambar Layout Memanjang Kondisi Trase

Gambar Layout Studi Perancangan

LAMPIRAN 3

Gambar Skematik Alinemen Horizontal

Gambar Skematik Alinemen Vertikal

Gambar Potongan Melinatang Per 100 m Perancangan Rel Ganda

Gambar Potongan Memanjang Per 1 Km Perancangan Rel Ganda

Gambar Layout Emplasemen

LAMPIRAN 4

Gambar Tampak Atas Jalan Rel

(14)

i

TUGAS AKHIR

STUDI DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)

JALUR KERETA API GANDA STASIUN REJOSARI SAMPAI STASIUN RENGAS, LAMPUNG

Disusun oleh: TEGUH ANDIKA

2012 0110 205

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(15)

ii

DEKLARASI

Saya Teguh Andika mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Yogyakrta, Tahun Angkatan 2012 Dengan penuh kejujuran dan

tanggung jawab menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Studi Detail Engineering Design (DED) Jalur Kereta Api Ganda Stasiun Rejosari sampai

Stasiun Rengas. Lampung” tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga Tugas Akhir ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Yogyakarta, Desember 2016 Penulis,

(16)

iii

HALAMAN MOTTO

Aku sebagaimana yang hamba-Ku pikirkan tentang Aku (yaitu Aku mampu melakukan

apapun untuknya berdasarkan apa yang dia pikirkan Aku bisa melakukannya untuk

dirinya) dan Aku bersamanya jika dia mengingat-Ku.

(HR. Muslim)

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah diperbuatnya.

(Ali bin Abi Thalib)

Dayunglah Perahu ke Negeri seberang setelah sampai jangan biarkan perahu tetap utuh,

tenggelamkanlah perahumu hingga hingga tak ada jalan pulang selain punya perahu baru.

(Teguh Andika)

Hidup adalah Perjuangan, Perjuangan adalah Pengalaman, Pengalaman adalah

Pembelajaran.

(17)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, atas kenikmatan serta kemudahan yang berikan

untuk dapat menyelesaiikan karya tulis ini. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Aku persembahkan karya ini untuk orang-orang yang

kusayangi dan selalu ada untuk aku.

1. Mama (Fatimah Yahyah) terimakasih untuk kasih sayangmu yang selalu

tercurahkan untukku. Dukungan dan doa yang tak pernah henti untuk

kesuksesanku. Semoga aku bisa menjadi anak yang selalu

membanggakanmu dan berguna bagi orang banyak.

2. Untuk Saudara/i ku tercinta, khususnya Helen Tiana yang telah

mendukung saya selama menempuh studi baik moril maupun materil.

3. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Andi Rosita, Akirianto Nugroho,

Akmal Rouf, Jenny, Kokoh Ario, Dede, Nisrina, Ika, Dany, Marfi, Asad,

Agie DC, Madi, Elin Tamala, Halimah, Zacky, Irwan Faizal, Rifki Utomo,

Pradareozy Raufan, Maga Ringga, Hambali, Angga,. Bang Ojik, Bang

Farid, Iik Maulana, Fajar Afriani, Rizaldi, Vina Setyaningsih, Anggi

Dhea, Cipil_E 2012, Dubidu, Kopasdu, KKN 44, temen main, temen

curhat, temen gila-gilaan, mantan terindah, Budi, Aji, Ari partner tugas

akhir dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih

untuk segalanya selalu ada, semoga pertemanan kita bisa berjalan sampai

selamanya.

4. Terimaksih untuk Pak Dian Setiawan yang sudah membantu dan

membimbing dalam pembuatan tugas akhir ini.

5. Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat dan mendukung saya selama

kuliah dan penyusunan tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan

(18)

v

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “Studi Detail Engineering Design (DED) Jalur Kereta Api Ganda Antara Stasiun Rejosari sampai Stasiun Cempaka koridor Rejosari – Rengas” dapat selesai dengan baik. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

memberi bantuan selama pengerjaan laporan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih

ditujukan kepada:

1. Bapak Ir.Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., M.Sc.Eng., Ph.D., PE., selaku Dosen

Pembimbing I yang telah banyak memberi masukan serta koreksi dalam

pengerjaan laporan ini.

2. Bapak Ir. Dian Setiawan M, M.Sc., Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan banyak masukan serta koresi dalam pengerjaan laporan

ini dan memberi pengarahan tentang pengcodingan.

3. Bapak/Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas segala ilmu yang telah

diberikan selama menjadi mahasiswa.

4. Seluruh staff Tata Usaha, Karyawan dan Laboran Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Keluarga yang saya cintai, yang telah banyak memberikan berbagai

bantuan baik berupa materiil dan spiritual.

6. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil angkatan 2012 yang telah memberi

banyak saran dan masukan.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga tugas akhir ini

(19)

vi

Penulis menyadari betul bahwa masih sangat banyak kekurangan pada laporan ini. Untuk itu, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi.

Yogyakarta, Desember 2016

Penulis,

(20)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN DEKLARASI KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iii

HAAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRASARANA PERKRETAAPIAN... 4

B. KONDISI REL DI INDONESIA... 4

C. STRUKTUR JALAN REL... 7

BAB III LANDASAN TEORI A. STRUKTUR JALAN REL... 9

1. Rel... 11

(21)

viii

3. Plat Sambung, Mur dan Baut... 14

4. Bantalan... 15

5. Lapisan Fondasi Atas atau Balas... 15

6. Lapisan Fondasi Bawa atau Subbalas... 18

7. Lapisan Tanah Dasar... 19

8. Wesel... 19

B. PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL... 20

1. Ketentuan Umum Perencanaan Geometri Jalan Rel ... 20

2. Alinemen Horizontal ... 21

3. Alinemen Vertikal ... 31

BAB IV METODOLOGI A. LOKASI PENELITIAN... 38

B. TAHAPAN ANALSIS DATA... 39

1. Tahapan Persiapan ... 39

2. Tahapan Pengumpulan Data ... 39

3. Tahapan Analisis ... 40

4. Tahapan finalisasi studi ... 40

5. Tahapan Kesimpulan ... 40

C. TAHAPAN DESAIN... 40

D. REFRENSI PERATURAN... 40

E. BAGAN ALIR PERENCANAAN... 40

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM... 43

B. KRITERIA DESAIN... 43

C. STRUKTUR JALAN REL... 44

1. Struktur Jalan Kereta Api... 44

D. PERENCANAAN GEOMETRI... 49

(22)

ix

1.1.Titik Awal Pekerjaan ... 49

1.2.Alinemen Horizontal... 49

1.3.Alinemen Vertikal ... 55

E. PERENCANAAN LAYOUT DAN EMPLASEMEN ... 59

1. Perencanaan Layout Emplasemen... 59

1.1.Emplasemen... 59

1.2.Bangunan Stasiun... 59

F. ESTIMASI VOLUME PEKERJAAN... 60

1. Pengadaan Material... 60

2. Pelaksanaan Pekerjaan... 60

2.1.Pelaksanaan Persiapan ... 60

2.2.Pekerjaan Pembebasan Lahan ... 60

2.3.Pekerjaan Sipil Dan Badan KA ... 61

2.4.Pekerjaan Jalan Rel ... 61

2.5.Pekerjaan Balas ... 62

3. Volume Galian dan Volume Timbunan ... 64

4. Pekerjaaan Penyelesaian ... 64

G. ESTIMASI RAB PEKERJAAN ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN... 65

B. SARAN... 66

DAFTAR PUSTAKA

(23)

x

DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.1 Kondisi Jalan Rel diIndonesia... 6

BAB III LANDASAN TEORI

Tabel 3.1 Lebar Sepur 1067 ... 16

Tabel 3.2 Lebar Sepur 1435 ... 16

Tabel 3.3 Standart Saringan Berdasarkan ASTM... 18

Tabel 3.4 Klasifikasi Jalan Rel 1067 ... 20

Tabel 3.5 Peninggian Jalan Rel 1067 ... 28

Tabel 3.6 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal ... 37

BAB V ANALISA DAN PEMAHASAN

Tabel 5.1 Pelebaran Sepur 1067 ... 51

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pada Alinemen Horizontal ... 54

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Pada Alinemen Vertikal... 58

(24)

xi

DAFTAR GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Jalan Rel Pulau Jawa ... 5

Gambar 2.2 Jalan Rel Pulau Sumatra ... 5

Gambar 2.4 Rencana Pembangunan Jalur KA Pulau Sumatera.... 6

Gambar 2.11 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem

Komponen Penyusunnya... 8

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 3.1 Konstruksi Jalan Rel Dan Skematik

Potongan Melintangnya ... 9

Gambar 3.2 Potongan Jalan Rel Pada

Timbunan dan Galian ... 10

Gambar 3.3 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem

Komponen Penyusunnya... 11

Gambar 3.4 Bagian Pada Komponen Rel ... 12

Gambar 3.5 Continuous Welded Rails...... 14 Gambar 3.6 Conventional jointed Rails...... 15 Gambar 3.7 Skematik Gandar Muka-Belakang......... 30 Gambar 3.8 Perubahan Dari Landai ke Datar Sudut Cekung...... 31 Gambar 3.9 Perubahan Dari Landai ke Datar Sudut Cembung... 32

(25)

xii BAB IV METODOLOGI

Gambar 4.1 Wilayah Studi Perencanaan ......... 38 Gambar 4.2 Koridor Studi Perencanaan ......... 39 Gambar 4.3 Bagan Alir Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api

Stasiun Rejosari – Stasiun Rengas ........ 41

BAB V ANALISA DAN PEMAHASAN

Gambar 5.1 Ukuran Penampang Rel Tipe R54......... 45 Gambar 5.2 Detail Struktur Bangunan Atas dan

(26)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Galian dan Timbunan

RAB Perancangan

LAMPIRAN 2

Gambar Layout Memanjang Kondisi Trase

Gambar Layout Studi Perancangan

LAMPIRAN 3

Gambar Skematik Alinemen Horizontal

Gambar Skematik Alinemen Vertikal

Gambar Potongan Melinatang Per 100 m Perancangan Rel Ganda

Gambar Potongan Memanjang Per 1 Km Perancangan Rel Ganda

Gambar Layout Emplasemen

LAMPIRAN 4

Gambar Tampak Atas Jalan Rel

(27)
(28)

ABSTRAK

Di Indonesia, Kereta Api belum menjadi sebuah moda transportasi yang paling diminati masyarakat. Kecenderungan masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi menjadi salah satu faktor penyebab, oleh karenanya pemerintah saat ini melakukan upaya sosialisasi terhadap penggunakaan transportasi umum agar mampu mengurangi permasalahan yang ada seperti kemacetan dan lain sebagainya. Oleh karena itu demi mendukung upaya pengalihan penggunaan alat transportasi di indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan pembenahan dan pembangunan sarana dan prasarana transportasi salah satunya ialah pembangunan jalur kereta api ganda di Provinsi Lampung di wilayah rejosari – Cempaka sepanjang 77km. Penulis membuat studi mengenai Detail Engineering Design (DED) Pembangunan Jalur Kereta Api Ganda antara Stasiun Rejosari Sampai Stasiun Cempaka koridor Rejosari – Rengas, Provinsi Lampung sepanjang 18.7 km.

Pada studi ini penulis menggunakan Peraturan Menteri Perhubungan No.60 tahun 2012 sebagai acuan perencanaan dan mengambil wilayah pembangunan jalur kereta api ganda antara stasiun Rejosari sampai stasiun Cempaka koridor Rejosari sampai Rengas (Km 28 + 554 s.d Km 47 + 253) dengan panjang 18.700 m, ada pun sumber lain yaitu menggunakan Rekayasa Jalan Kereta Api (Sri Atmaja), Jalan Rel (Suryo Hapsaro), dan Studi Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon – Kroya Koridor Prupuk - Purwokerto” oleh Agung Satuti dan Hidayatus Saniya (2008).

(29)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penggunaan kereta api sangatlah menguntungkan. Hal ini sudah

terlihat sejak jaman penjajahan dimana kolonjal Belanda menggunakan

kereta api sebagai solusi dalam menangani permasalahan untuk melakukan

perpindahan barang maupun orang dalam jumlah besar.

Di Indonesia sendiri kereta api belum menjadi sebuah moda

transportasi yang paling diminati masyarakat. Kecenderungan masyarakat

memilih menggunakan kendaraan pribadi menjadi salah satu faktor

penyebab, oleh karenanya pemerintah saat ini melakukan upaya sosialisasi

terhadap penggunakaan transportasi umum agar mampu mengurangi

permasalahan yang ada seperti kemacetan dan lain sebagainya. Oleh karena

itu demi mendukung upaya pengalihan penggunaan alat transportasi di

indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan pembenahan dan

pembangunan sarana dan prasarana transportasi salah satunya ialah

pembangunan jalur kereta api ganda di Provinsi Lampung. Demi

meningkatkan daya lintas perkretaapian di Provinsi Lampung, pemerintah

melakukan pembangunan jalan rel baru di wilayah rejosari – Cempaka sepanjang 77 km.

Oleh karenanya, diperlukan tindak lanjut berupa kegiatan atau

perencanaan DED untuk mendapatkan gambaran teknis, oprasional, dan

anggaran dari rencana pembangunan jalur ganda yang dimaksud. Penulis

membuat studi mengenai Detail Engineering Design (DED) Pembangunan Jalur Kereta Api Ganda Antara Stasiun Rejosari Sampai Stasiun Cempaka

koridor Rejosari – Rengas, Provinsi Lampung sepanjang 18.7 km. dengan mengacu pada peraturan Menteri No.60 tahun 2012 dan Peratuhan Dinas

(30)

2

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang penulis paparkan diatas dapat disimpulkan

sebuah Rumusan Masalah : Bagaimana menyusun desain Jalan Rel atau

lebih dikenal dengan Detail Engineering Design (DED) sesuai peraturan yang berlaku dan baik secara teknis?

C. TUJUAN STUDI

Studi ini bertujuan untuk :

1. Menganalisa data lapangan yang berupa data Elevasi Tanah Asli,

Existing Rel, dan Data Perencanaan lainnya sebagai dasar untuk

perancangan geometri jalan rel dan potongan melintang pada studi

DED stasiun Rejosari – stasiun Rengas.

2. Merancang Detail Engineering Design (DED) Geometri jalan rel yang meliputi alinemen horizontal dan alinemen vertikal yang

mengacu pada peraturan yang berlaku.

3. Menghitung volume pekerjaan dan anggaran biaya pelaksanaan

pembangunan jalur kereta api ganda antara stasiun Rejosari – stasiun Rengas.

D. MANFAAT STUDI

Manfaat yang diperoleh dari studi ini adalah : Menyusun Detail Engineering Design (DED) sebagai alternatif desain perencanaan yang akan datang dan tersedianya refrensi bagi mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

E. BATASAN STUDI

Agar lebih fokus dan terarah dalam ruang lingkup pembahasan maka

diperlukan adanya batasan pembahasan, adapun batasan pembahasan yang

(31)

3

1. Studi ini menggunakan data dari proyek pembangunan jalur kereta

api stasiun Rejosari – stasiun Cempaka, koridor Rejosari – Rengas sepanjang 18.7 km.

2. Peraturan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah Peraturan

Menteri No.60 Tahun 2012.

3. Peraturan yang diguanakan dalam Tugas Akhir ini selain PM ialah

Peraturan Dinas No.10 tahun 1986.

4. Analisis perancangan tidak mencakup rancangan stasiun, jembatan,

terowongan, kajian pola operasi, dan analisis hidrologi-hidraulika

dan Drainase.

5. Analisis perancangan hanya untuk mengetahui geometri (alinemen

horizontal dan vertikal), potongan melintang, dan rancangan

anggaran biaya (RAB).

6. Peraturan Pemerintah No. 59 dan 72 tahun 2009 dan UU No.23

tahun 2007 sebagai rujukan.

F. KEASLIAN

Tugas akhir dengan judul “Studi DED Geometri Kereta Api Jalur Ganda Antara Stasiun Rejosari – Stasiun Rengas. Lampung ” belum pernah diajukan sebelumnya. Adapun studi yang berhubungan dengan DED

Geometrik adalah sebagai berikut:

1. “Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api dari Stasiun Pekalongan ke

Stasiun Tegal” oleh Dewi Sartika dan Esti Widyarini (2007)

(32)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRASARANA PERKERETAPIAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 60 tahun 2012, prasarana

kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang

diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Fasilitas penunjang

kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan

angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan

bagi pengguna jasa angkutan kereta api. Prasarana kereta api lebih terperinci

lagi dapat digolongkan sebagai :

a. Jalur atau jalan rel,

b. Bangunan stasiun,

c. Jembatan,

d. Sinyal dan telekomunikasi.

Untuk kajian di bidang ketekniksipilan, lebih banyak terfokus kepada

prasarana kereta api pada pembangunan jalur atau jalan rel, bangunan

stasiun dan jembatan. Meskipun demikian, dalam lingkup kajian prasarana

transportasi disini, pembahasan materi studi lebih ditumpukan kepada

perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan prasarana jalur dan jalan rel.

B. KONDISI JALAN REL DI INDOESIA

Di Indonesia sendiri kereta api bukanlah hal yang baru, bahkan sejak

jaman penjajahan belanda, Indonesia telah diperkenalkan dengan

transportasi masal ini. Namun saat ini kebanyakan kondisi rel tersebut tidak

lagi digunakan, oleh karenanya penggunaan kereta api di Indonesia pun

tidak begitu menjadi trend.

Saat ini jalan rel di Indonesia yang masih beroprasi tidaklah banyak

hanya sepanjang 4064.40 km sekitar 60% dari jumlah panjang rel yang ada

di Indonesia. Dapat dilihat kondisi jalan rel di Indonesia melalui Gambar

(33)

5

Gambar 2.1 Jalan rel pulau Jawa

Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (2015)

Gambar 2.2 Jalan Rel di Sumatra

(34)

6

Tabel 2.1 Kondisi Jalan rel di Indonesia

Nama Aktif (km) Non Aktif (km)

Jawa 2892 3026.3

Sumatra 1176.46 681.96

Total 3068.46 3708.26

Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (2015)

Adapun rencana pengembangan jaringan jalan rel di Indonesia baik pulau

Jawa, Sumatera, Kalimantan dan pulau lainnya ialah dengan cara pengoptimalan

jaringan eksisting yang sudah ada dan membangun jaringan jalan yang baru. pada

tahun 2030 direncanakan akan dibangun secara bertahap prasarana perkeretaapian

meliputi jalur, stasiun, dan fasilitas oprasi kereta api dengan target pencapaian

panjang sebesar 3760 km dan jumlah unit kereta sebesar 6016 unit.

Gambar 2.1 Rencana Pengembangan Jalur KA Pulau Sumatera

(35)

7

C. STRUKTUR JALAN REL

Struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri

dari kumpulan komponen-komponen jalan rel yaitu :

a. Struktur bagian atas, atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari komponen-komponen seperti rel (rail), Penyambung plat, Penambat (fastening) dan bantalan (sleeper, tie).

b. Struktur bagian bawah, atau dikenali sebagai substructure, yang

terdiri dari komponen balas (ballast), subbalas (subballast), tanah

dasar (improved subgrade) dan tanah asli (natural ground). Tanah dasar merupakan lapisan tanah di bawah subbalas yang

berasal dari tanah asli tempatan atau tanah yang didatangkan (jika

kondisi tanah asli tidak baik), dan telah mendapatkan perlakuan

pemadatan (compaction) atau diberikan perlakuan khusus (treatment).

Pada kondisi tertentu, balas juga dapat disusun dalam dua lapisan,

yaitu balas atas (top ballast) dan balas bawah (bottom ballast). c. Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang

menghimpun komponen-komponennya seperti rel, bantalan,

penambat dan lapisan fondasi serta tanah dasar secara terpadu dan

disusun dalam sistem konstruksi dan analisis tertentu untuk dapat

dilalui kereta api secara aman dan nyaman. Gambar 2.2

menjelaskan bagian-bagian struktur atas dan bawah konstruksi

jalan rel dan secara skematik menjelaskan keterpaduan

(36)

8

(a)

(b)

Gambar 2.2 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem Komponen Penyusunnya.

(37)

9 BAB III

LANDASAN TEORI

A. STRUKTUR JALAN REL

Struktur jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan

sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Gambar 3.1

menjelaskan gambar konstruksi jalan rel yang tampak secara visual dan

secara skematik digambarkan dalam potongan melintang.

(a)

(b)

Gambar 3.1 Konstruksi jalan rel (a) dan skematik potongan melintangnya (b)

Sumber: Rosyidi, (2015)

Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk konstruksi, yaitu :

a. Jalan rel dalam konstruksi timbunan,

(38)

10

Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah

persawahan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada konstruksi galian

umumnya terdapat pada medan pergunungan. Gambar 3.2 menunjukkan

contoh potongan konstruksi jalan rel pada daerah timbunan dan galian.

(a)

(b)

Gambar 3.2 potongan jalan rel pada timbunan (a) dan galian (b)

Sumber: Rosyidi, (2015)

Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang

menghimpun komponen-komponennya seperti rel, bantalan, penambat

dan lapisan fondasi serta tanah dasar secara terpadu dan disusun dalam

sistem konstruksi dan analisis tertentu untuk dapat dilalui kereta api

secara aman dan nyaman. Gambar 3.3 menjelaskan bagian-bagian

struktur atas dan bawah konstruksi jalan rel dan secara skematik

menjelaskan keterpaduan komponen-komponennya dalam suatu sistem

(39)

11

(a)

(b)

Gambar 3.3 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem Komponen Penyusunnya.

Sumber: Rosyidi, (2015)

Secara umum komponen-komponen penyusun jalan rel dijelaskan

sebagai berikut :

1. Rel (Rail)

Rel merupakan batangan baja longitudinal yang berhubungan secara

(40)

12

roda kereta api secara berterusan. Oleh karena itu, rel juga harus

memiliki nilai kekakuan tertentu untuk menerima dan mendistribusikan

beban roda kereta api dengan baik.

1.1.Bentuk dan dimensi rel di Indonesia

Suatu komponen rel terdiri dari 4 bagian utama (Gambar

3.4), yaitu :

a. Permukaan Rel untuk pergerakan kereta api atau disebut sebagai

running surface (rail thread),

b. Kepala Rel (head),

c. Badan Rel (web),

d. Dasar Rel (base).

Gambar 3.4 Bagian pada komponen rel

Sumber: Rosyidi, (2015)

Ukuran/dimensi bagian-bagian profil rel di atas dijelaskan dalam

Table 3.1 untuk dimensi rel yang digunakan di Indonesia sesuai PM 60

tahun 2012. Penamaan tipe rel untuk tujuan klasifikasi rel di Indonesia

disesuaikan dengan berat (dalam kilogram, kg) untuk setiap 1 meter

panjangnya, misalnya : tipe R 54 berarti rel memliki berat sekitar 54 kg

(41)

13

2. Penambat (Fastening System)

Untuk menghubungkan diantara bantalan dengan rel digunakan

suatu sistem penambat yang jenis dan bentuknya bervariasi sesuai

dengan jenis bantalan yang digunakan serta klasifikasi jalan rel yang

harus dilayani.

Berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 tahun 2012

bahwasannya penambat yang harus digunakan ialah jenis elastis yang

terdiri dari sistem elestis tunggal dan elastis ganda.

Alat penambat harus pula memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. alat penambat harus mampu menjaga kedudukan kedua rel agar tetap

dan kokoh berada diatas bantalan.

b. clip harus mempunyai gaya jepit 900 – 1100 kgf.

c. pelat landas harus mampu memikul beban yang ada dengan ukuran

sesuai jenis rel yang digunakan dan terbuat dari baja dengan (HDPE) dan karet atau Poly Urethane (PU).

e. Seluruh kompenen alat penambat harus memiliki identitas produk

tercetak permanen sebagai berikut:

1. Merek

2. Identitas pabrik pembuat

3. Nomor komponen

(42)

14

3. Pelat Sambung, Mur dan Baut

Plat sambung berfungsi ntuk menyambung antara 2 (dua) potongan

panjang rel. plat sambung berupa plat besi yang memiliki panjang 50 –

60 cm, dan terdapat 4 sampai 6 lubang baut yang berfungsi sebagai

tempat baut agar bisa menahan atau mengunci posisi pelan dan 2

potongan panjang rel. Hal ini dikarenakan batangan rel biasanya hanya

berukuran panjang 20 – 25 m setiap potongan panjang, oleh karenanya

untuk mendapatkan panjang yang diinginkan maka harus dilakukan

penyambungan atara kedua batangan rel tersebut.

Dalam proses penyambungan dapat menggunakan 2 metode yaitu

metode Continuous Welded Rails (CWR) atau lebih dikenal dengan Las Termit dan metode Conventional Jointed Rails (CJR) atau lebih dikenal dengan Sambungan Tradisional namun diIndonesia metode CJR lebih

lebih dipilih atau dipakai.

Gambar 3.5Continuous Welded Rails

(43)

15

Gambar 3.6 Conventional Jointed Rails

Sumber:Hery Lazuardi, Jakarta. Indonesia’s Preferred Container Termonal:

photo of thr day. Photograpd by Hery Lazuardi. Sabtu, 26 Maret 2016. < http://translogtoday.com/2016/03/26/teknologi-sambungan-rel-kereta-api->

4. Bantalan (Sleeper)

Bantalan memiliki beberapa fungsi yang penting, diantaranya

menerima beban dari rel dan mendistribusikannya kepada lapisan balas

dengan tingkat tekanan yang kecil, mempertahankan sistem penambat

untuk mengikat rel pada kedudukannya, dan menahan pergerakan rel

arah longitudinal, lateral dan vertikal. Bantalan terbagi menurut bahan

konstruksinya, seperti bantalan besi, kayu maupun beton. Bantalan

harus memenuhi persyaratan berikut:

a. Bantalan Beton

1. Untuk lebar jalan rel 1067 mm dengan kuat tekan

karakteristik beton tidak kurang dari 500 kg/cm , dan mutu

baja prategang dengan tegangan putus (tensile strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2 (1.655 MPa). Bantalan

beton harus mampu memikul momen minimum sebesar

+1500 kg m pada bagian dudukan rel dan -930 kg m pada

(44)

16

2. Untuk lebar jalan rel 1435 mm dengan kuat tekan

karakteristik beton tidak kurang dari 600 kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan tegangan putus (tensile strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2 (1.655 MPa). Bantalan beton harus mampu memikul momen minimum sesuai

dengan desain beban gandar dan kecepatan.

Tabel. 3.1 Untuk lebar jalan re 1067 mm:

Sumber:PM. No.60 Tahun 2012

Tabel 3.2 Untuk lebar jalan rel 1435 mm:

- Panjang - 2.440 mm untuk beban gandar

sampai dengan 22,5 ton;

- 2.740 mm untuk beban gandar di atas

22,5 ton

- Lebar maksimum 330 mm

- Tinggi di bawah dudukan rel 220

Sumber:PM. No.60 Tahun 2012

5. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)

Konstruksi lapisan balas terdiri dari material granular/butiran dan

diletakkan sebagai lapisan permukaan dari konstruksi substruktur.

Material balas yang baik berasal dari batuan yang bersudut, pecah,

keras, bergradasi yang sama, bebas dari debu dan kotoran dan tidak

pipih. Meskipun demikian, pada kenyataannya, klasifikasi butiran di Panjang : 2.000 mm

Lebar maksimum : 260 mm

(45)

17

atas sukar untuk diperoleh/dipertahankan, oleh yang demikian,

permasalahan pemilihan material balas yang ekonomis dan

memungkinkan secara teknis masih menjadi perhatian dalam kajian dan

penelitian.

Berdasarkan acuan perencanaan yaitu PM.60 th.2012 lapisan balas

ialah:

a. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar,

dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang

terbesar akibat lalu Iintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material

pembentuknya harus sangat terpilih.

b. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan

beban bantalan ke tanah dasar, mengokohkan kedudukan bantalan dan

meluluskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar

bantalan dan rel.

c. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari

1:2

d. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi

bantalan.

e. Balas harus terdiri dari batu pecah (25 - 60) mm dan memiliki

kapasitas ketahanan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi dan mudah

dipadatkan;

1. Material balas harus bersudut banyak dan tajam;

2. Porositas maksimum 3%;

3. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm2;

4. Specific gravity minimum 2,6;

5. Kandungan tanah, lumpur dan organik maksimum 0,5%;

6. Kandungan minyak maksimum 0,2%;

7. Keausan balas sesuai dengan test Los Angeles tidak boleh lebih dari

(46)

18

6. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subbalast)

Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan

subbalas.

a. Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar dan lapisan balas dan harus dapat mengalirkan air

dengan baik. Tebal minimum lapisan balas bawah adalah 15 cm.

b. Lapisan sub-balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir

kasar yang memenuhi syarat sebagai berikut:

Tabel 3.3Standart Saringan berdasarkan ASTM

Standart Saringan ASTM Persentase Lolos (%)

2 ½ " 100

c. Subbalas harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Material sub-balas dapat berupa campuran kerikil (gravel) atau kumpulan agregat pecah dan pasir;

2. Material sub-balas tidak boleh memiliki kandungan material

organik lebih dari 5%;

3. Untuk material sub-balas yang merupakan kumpulan agregat

pecah dan pasir, maka harus mengandung sekurang-kurangnya

30% agregat pecah;

4. Lapisan sub-balas harus dipadatkan sampai mencapai 100% Yd

(47)

19

7. Lapisan Tanah Dasar (Subrade)

Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel

yang harus dibangun terlebih dahulu. Fungsi utama dari lapisan tanah

dasar adalah menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan balas dan

subbalas. Perilaku tanah dasar adalah komponen substruktur yang

sangat penting yang mana memiliki peranan yang signifikan berkait

pada sifat teknis dan perawatan jalan rel.

8. Wesel

Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang paling rumit dengan

beberapa persyaratan dan ketentuan pokok yang harus dipatuhi. Untuk

pembuatan komponen-komponen wesel yang penting khususnya

mengenai komposisi kimia dari bahannya.

a. Wesel terdiri atas komponen - komponen sebagai berikut :

1. Lidah

2. Jarum beserta sayap – sayapnya

3. Rel lantak

4. Rel paksa

5. Sistem penggerak

b. Wesel harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Kandungan mangaan (Mn) pada jarum mono blok harus berada

dalam rentang (11-14) %.

2. Kekerasan pada lidah dan bagian lainnya sekurang-kurangnya

sama dengan kekerasan rel.

4. Celah antara lidah wesel dan rel lantak pada posisi terbuka tidak

boleh kurang dari 125 mm.

5. Celah (gap) antara rel lantak dan rel paksa pada ujung jarum

34mm.

(48)

20

memenuhi peraturan radius lengkung.

8. Desain wesel harus disesuaikan dengan sistem penguncian

wesel.

9. Harus disesuaikan dengan sistem penguncian wesel.

B. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

1. Ketentuan Umum Perencanaan Geometrik Jalan Rel 1.1Standar Jalan Rel

Segala ketentuan yang berkaitan dengan jenis komponen

jalan rel di dalam perencanaan geometrik jalan rel tertuang

dalam Tabel Klasifikasi Jalan Rel PM.60 Tahun 2012.

Ketentuan tersebut diantaranya: kelas jalan, daya lintas/angkut,

kecepatan maksimum, tipe rel, jenis bantalan dan jarak, jenis

penambat rel dan struktur balasnya.

Tabel 3.4 Klasifikasi Tipe Rel Di Indonesia

Klasifikasi

(49)

21

1.2Kecepatan

Dalam ketentuan PM.60 tahun 2012, terdapat beberapa tipe

kecepatan yang digunakan dalam perencanaan, yaitu :

a. Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk

merencanakan konstruksi jalan rel.

b. Kecepatan Maksimum

Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang

diijinkan untuk operasi suatu rangkaian kereta pada lintas

tertentu. Ketentuan pembagian kecepatan maksimum dlam

perencanaan geometrik dapat dilihat pada Tabel Klasifikasi

Jalan Rel.

c. Kecepatan Operasi

Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api

pada petak jalan tertentu.

d. Kecepatan Komersial

Kecepatan komersial adalah kecepatan rata-rata kereta api

sebagai hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu

tempuh.

2. Alinemen Horisontal

Pada peralihan jalan dari satu arah ke arah yang berbeda dalam

alinyemen horizontal harus ada belokan (lengkung) dengan jari-jar

(radius) tertentu. Ketika melewati lengkung, KA seakan-akan terlempar

ke luar menjauhi titik pusat lengkung akibat gaya sentrifugal menurut

rumus berikut:

(50)

22

ɛ = Percepatan Radial

G = Berat Kendaraan (Kereta Api), (ton)

g = Percepatan Gravitasi (9.8 m/det2)

V = Kecepatan Kendaraan (m/det)

R = Radius Lengkung (m)

Besarnya gaya sentrifugal tergantung pada:

 Berat kendaraan;  Kecepatan kendaraan;

 Berbanding terbalik dengan besarnya radius.

Beberapa hal yang dapat ditimbulkan oleh adanya gaya

sentrifugal yaitu:

 Rel luar lebih cepat aus akibat gesekan flens roda sisi luar;  Sangat riskan terhadap bahaya keluar rel

(derailment/anjlokan);

 Sangat riskan terhadap bahaya guling akibat adanya momen puntir;

 Berjalannya kendaraan tidak nyaman (tenang) akibat perubahan arah laju kendaraan.

Tindakan yang perlu diambil untuk mengurangi bahaya yang

disebabkan oleh gaya sentrifugal tersebut adalah dengan

mengadakan peninggian rel luar, membuat lengkung peralihan

dan melakukan pelebaran sepur.

a. Lengkung Peralihan

Agar tidak terjadi kejutan atau sentakan ke samping pada saat

(51)

23

peralihan secara teratur mulai dari lurusan dengan nilai

radius = ~ sampai dengan nilai radius tertentu = r.m.

Panjang lengkung peralihan diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan pengalaman perkeretaapian di negara Eropa,

besarnya ��

� = 0,03659 = 0,36 m/det

3.

Diketahui persamaan (3.2) = (3.3) atau :

� .

Jadi rumus panjang lengkung peralihan tersebut sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam peraturan PM No.60 Tahun

2012.

L = 0,01 . Vr . h (mm) (3.5)

Keterangan:

L = Panjang lengkung peralihan (mm)

Vr = Kecepatan rencana KA (km/jam)

(52)

24

b. Gaya Sentrifugal

a) Gaya sentrifugal di imbangi sepenuhnya oleh gaya berat; Gaya berat = Gaya sentrifugal

G sinα = �

Dengan memasukkan satuan praktis :

W = jarak antara kedua titik kontak roda dan rel,

untuk lebar sepur 1067 =1120 m.

R = jari-jari lengkung horizontal (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

h = peningian rel pada lengkung horizontal (mm)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/dtk²)

Maka :

Gaya berat + Komponen Rel = Gaya Sentrifugal G sinα + H cosα = � ²

� cos α (3.14)

G sinα =[

(53)

25

Gaya sentrifugal cenderung membuat kereta keluar dari

belokan atau lengkung maka diperlukan peninggian rel untuk

mengimbangin gaya sentrifugal pada kereta. Salah satu cara

untuk mereduksi gaya sentrifugal yang membebani kereta

api adalah meninggikan rel luar terhadap rel bagian dalam di

lengkung horizontal.

a) Peninggian Rel Minimum Persamaan dasar :

Gaya Sentrifugal = Gaya Berat + Komponen Rel

(54)

26

b) Peninggian Rel Normal Persamaan dasar :

Gaya Sentrifugal = Gaya Berat

G sinα = �

Dalam perhitungan peniggian digunakan

kecepatan kereta api terbesar (Vmaksimum) yang

melewati suatu lintas dengan jari-jari R sebagai

suatu hubungan persamaan :

V = 4,3 √R (3.35) Jika :

h = k

(55)

27

jadi, peningian rel normal ditentukan sebagai :

h a = 5,95 . (3.38)

(PM.No.60 tahun 2012)

c) Menghitung Panjang Lengkung

(56)

28

f) Peninggian Rel Maksimum

Peninggian rel maksimum berdasarkan stabilitas

kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung,

digunakan faktor keamanan (safety factor, SF) =

3,0 sehingga kemiringan maksimum dibatasi

sampai 10% atau h maksimum = 110 mm.

Tabel 3.5Peninggian Jalan Rel 1067 mm

Sumber : PM. No.60 Tahun 2012

d. Pelebaran Sepur

Pada saat gerbong dengan dua gandar kokoh melalui

suatu tikungan, maka roda di muka bagian sisi terluar (pada

rel luar) dapat akan menekan rel. Oleh karena gandar muka

(57)

29

(rigid wheel base), maka gandar belakang berada pada posisi yang sejajar dengan gandar muka akan memungkinkan

tertekannya rel dalam oleh roda belakang. Flens roda luar

akan membentuk sudut dalam posisi di tikungan, namun

sumbu memanjang gerbong letaknya selalu tegak lurus

terhadap gandar depan. Untuk mengurangi gaya tekan akibat

terjepitnya roda kereta, maka perlu diadakan pelebaran rel

agar rel dan roda tidak cepat aus.

Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel

dapat melewati lengkung tanpa hambatan dan mengurangi

gaya tekan akibat terjepitnya roda kereta ditikungan.

Pelebaran sepur dicapai dengan menggeser rel dalam ke arah

dalam.

Terdapat tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap

besarnya pelebaran sepur, yaitu :

a) Jari-jari lengkung (R).

b) Ukuran atau jarak gandar muka – belakang yang kokoh/

rigid wheel base, sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 3.6.

(58)

30

m

Gambar 3.7 Skematik Gandar Muka – Belakang Kokoh

Sumber: Rosyidi (2015)

Jika R makin kecil dan d semakin besar,

kemungkinan terjadi adalah terjepitnya kereta dalam rel.

Supaya kedudukan roda dan rel tidak terjepit diperlukan

pelebaran sepur (w) dengan pendekatan matematis.

w = (mm) (3.39)

untuk d = 3.00 m dan e = 4 mm (S = 1067 mm)

w = (mm) (3.40)

untuk d = 4.00 m dan e = 4 mm (S = 1067 mm) Keterangan :

Indonesia : d = 3,00 m, 4,00 m JNR : d = 4,60 m

m = 1000 mm m = 988 mm

f = 30 mm f = 22 mm

t = 130 mm

m

d

(59)

31

3. Alinemen Vertikal

Di dalam pengukuran tinggi-rendahnya suatu jalan kereta api

umumnya terdapat dataran maupun landai. Perubahan dari datar ke

landai maupun dari landai ke landai yang berurutan akan terjadi titik

patah atau perpotongan sehingga membentuk sudut. Titik perpotongan

tersebut pada jalan kereta api akan berpengaruh terhadap beberapa hal

berikut:

a. Dalam hal titik patah berupa sudut cekung

Gambar 3.8 Perubahan dari Landai ke Datar pada Sudut cekung

Sumber: Setiawan (2015)

Akan menimbulkan kemungkinan akan terjadinya penambahan

berat akibat beban dinamik secara berlebihan, sehingga

menyebabkan:

1) Pemakaian titik normal dan kerusakan material atau kerusakan

rolling stock maupun jalan kereta api.

2) Peningkatan kerusakan material pada rolling stock maupun

jalan kereta api.

Apabila kereta/gerbong dalam keadaan kosong, akibat kecepatan

tinggi atau terjadi perubahan kecepatan secara mendadak akan

(60)

32

b. Dalam hal titik patah berupa sudut cembung

Gambar 3.9 Perubahan dari Landai ke Datar pada Sudut cembung

Sumber: Setiawan (2015)

Hal di atas dapat menyebabkan roda kereta/gerbong

belakang ke luar rel (derailment/anjlok) saat terjadi pengangkatan

gandar roda tersebut dalam lengkung, ataupun pada saat yang sama

terjadi gerakan keras pada kereta/gerbong. Kejadian tersebut dapat

menimbulkan ketidaknyamanan bagi para penumpang di dalam

kereta. Maka, untuk itu perlu dibuat lengkung peralihan vertikal

diantara dua landai.

Lengkung peralihan vertikal pada jalan rel harus dibuat

sedemikian rupa secara halus agar jalannya roda kereta api dapat

dihantar secara mulus ketika menjalani perpindahan arah antara dua

landai. Biasanya lengkung peralihan vertikal merupakan lintasan

garis yang berbentuk suatu grafik parabola, dan telah dikenal secara

umum sesuai ketentuan yang berlaku di PT. Kereta Api Indonesia,

yaitu menurut rumus:

� = (3.41)

Sebagai gambaran secara umum dari lengkung peralihan vertikal

(61)

33

Gambar 3.10 Lengkung Peralihan Vertikal

Sumber: Setiawan (2015)

1) Peralihan dari datar (

� = 0,000) ke landai (� = m)

Gambar 3.11 Peralihan dari Datar ke Landai

Sumber: Setiawan (2015)

Keterangan:

ɭ = Panjang tangent dalam (m)

R = Radius lengkung peralihan vertikal atau parabola dalam

(m)

� = Lereng terbesar dalam (

0/ 00)

� = Lereng terkecil dalam (

0/

(62)

34

Panjang tangent adalah menurut rumus:

ɭ=�.

� (3.42)

Contoh perhitungan: Peralihan datar ke landai

� = 0,005 dan besarnya radius R =10.000 m, maka panjang tangent adalah:

ɭ= . . 0,005 = 25 m. (3.43)

2) Peralihan dari landai (

� = m) ke landai (� = m)

ɭ = Panjang tangent dalam (m)

R = Radius lengkung dalam (m)

� = Lereng terbesar dalam (

Panjang tangent adalah menurut rumus:

ɭ = R . tg ( ) (3.44)

maka dapat diabaikan sehingga:

ɭ = �. tg (α –β) (3.46)

ɭ = �. (

(63)

35

Gambar 3.12 Peralihan dari Landai ke Landai

Sumber: Setiawan (2015)

Contoh perhitungan:

Misalkan

� = 0,005 dan � = 0,002 dan besarnya radius R= 10.000 m, maka panjang tangent adalah:

ɭ = . . ( , 5 − , )

ɭ = 5000 x 0,003 = 15 m.

3) Peralihan dari landai (

� = m) ke landai (� = m) yang berbalik arah

Gambar 3.13 Peralihan dari Landai ke Landai yang Berbalik Arah

Sumber: Setiawan (2015)

(64)

36

R = Radius lengkung dalam (m)

� = Lereng terbesar dalam (

0/

00) = tg α

� = Lereng terkecil dalam (

0/

00) = tg β

Panjang tangent adalah menurut rumus:

ɭ = R . tg ( + ) (3.48) maka dapat diabaikan sehingga:

ɭ = �. tg (α + β) (3.50) m, maka panjang tangent adalah:

ɭ = . . ( , + , )

ɭ = 5000 x 0,005 = 25 m.

Perlu diperhatikan bahwa pada jalan kereta api kelas 1 sedapat

mungkin kejadian seperti pada kasus 3 dihindarkan. Apabila

kondisi setempat harus ada peralihan landai ke landai

sebagaimana kasus 3, maka diantara kedua landai tersebut harus

(65)

37

Berdasarkan peraturan yang berlaku di PM No.60 tahun 2012,

ditentukan besarnya radius lengkung vertikal sebagai berikut:

Tabel 3.6 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal

Kecepatan Rencana

(Km/Jam)

Jari-Jari Minimum

Lengkung Vertikal (m) Lebih Besar Dari 100 8000

Sampai 100 6000

(66)

38 BAB IV METODOLOGI A. LOKASI PENELITIAN

Studi ini direncanakan pada lintas Rejosari – Cempaka koridor Rejosari

– Rengas, yaitu mulai dari Stasiun Rejosari sampai dengan Stasiun Rengas 18.7 km. Pada ruas Rejosari – Rengas (Km 28 + 554 s.d Km 47 + 253). Lokasi studi perencanaan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2

Gambar 4.1.Wilayah Studi Perencanaan LOKASI STUDI

(67)

39

Gambar 4.2. Koridor Studi Perencanaan

B. TAHAPAN ANALISIS

Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari: Tahap

Persiapan, Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis dan Perencanaan serta

Tahap Finalisasi. Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan

kebutuhan pelaporan dalam studi ini, di mana tujuan dari setiap tahapan adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan:

Ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan

kerangka pelaksanaan studi berupa penyusunan dan pemantapan

metodologi, studi literatur dan pengenalan awal studi.

2. Tahap Pengumpulan Data

Ditujukan untuk memperoleh data sekunder maupun primer yang

dibutuhkan dalam kegiatan analisis dalam studi penetapan trase ini. Pada

(68)

40

studi ini data sekunder didapat peta merkabumi dari BAKUSURTANAL

UGM dengan skala 1 : 50.000 sedangkan primer melalui pendahuluan

proyek DED tunggal dengan wilayah yang sama pada tahun 2015.

3. Tahap Analisis

Perencanaan dan Rekomendasi Studi: ditujukan untuk menghasilkan kajian

Kontur tanah, trase rel, perencanaan struktur rel, dan rencana anggaran

biaya (RAB), dan desain.

4. Tahap Finalisasi Studi

Ditujukan untuk melengkapi laporan studi sesuai dengan hasil diskusi dan

analsis penulis dan rekan 1 tim dijadikan hasil akhir dari studi ini.

5. Tahap kesimpulan

Kesimpulan disebut juga pengambilan keputusan. Pada tahap ini, data yang

telah dianalisa dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan

penelitian.

C. TAHAPAN DESAIN

Pada tahap desain untuk studi ini penulis melakukan secara bertahap

dengan pembagian potongan melintang per 100 meter dan memanjang per 1km.

Proses penggambaran penulis menggunakan software gambar yaitu AutoCad.

D. REFRENSI PERATURAN

1. Pada studi ini penulis mengacu pada Peraturan Menteri No.60 tahun 2012

dan Peraturan Dinas No.10 tahun 1986 sebagai acuan perencanaan, ada pun

sumber lain yaitu menggunakan Buku Rekayasa Jalan Kereta Api (Sri

Atmaja), Jalan Rel (Suryo Hapsaro), dan Studi Perencanaan Jalur Ganda

Kereta Api Lintas Cirebon – Kroya Koridor Prupuk - Purwokerto oleh Agung

(69)

41

dari Stasiun Pekalongan ke Stasiun Tegal oleh Dewi Sartika dan Esti

Widyarini (2007)

Gambar 4.3 Bagan Alir Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Stasiun Rejosari – Stasiun Rengas

Pengumpulan Data Penyusunan metodologi Identifikasi permasalahan

A

Data Skunder:

1. Pengumpulan Peraturan yang berlaku seperti

PM.60.th2012

2. Pengumpulan data peta topografi 3. Pengumpulan data pendukung

lainnya

Data Primer:

1. Pengumpulan data lapangan seperti Elevasi Stasiun, Panjang rencana melalui panjang exsiting

Analisisa Data: 1. Analisa Praturan 2. Analisa Data Topografi 3. Analisa trase

(70)

42

Gambar 4.3 Lanjutan

Estimasi Kebutuhan Biaya Pembangunan.

Selesai

Penyusunan Pra-desain Trase Jalur KA dan BOQ Daftar Harga Satuan

B

Perencanaan Geometri:

1. Perhitungan Geometri Rel: a. Alinemen Horizontal b. Alinamen Vertikal 2. Perencanaan Konstruksi Rel:

a. Tipe Rel b. Bantalan c. Sambungan

(71)

43

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM

Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan

perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan

untuk melakukan desain teknis jalur kereta api ganda berdasarkan

persyaratan teknis dan peraturan-peraturan yang berlaku di Kementerian

Perhubungan maupun PT. Kereta Api Indonesia.

B. KRITERIA DESIGN

Bedasarkan pada Landasan teori pada Bab sebelumnya dan

Peraturan yang sudah ada, maka ketentuan-ketentuan atau kriteria desain

jalur kereta api ganda antara Stasiun Rejosari – Stasiun Rengas adalah sebagai berikut:

Dalam pelaksanaan rancangan detail desain trase jalur kereta api yang harus

dibuat sedapat mungkin memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Lebar dan jarak jalan rel

 Lebar jalur KA : 1067 mm, sama dengan lebar sepur seluruh jaringan jalur KA kereta api di Indonesia.

 Jarak Minimum antar as jalur KA adalah 4,00 m.

 Ruang bebas kelas I yang diperlebar diperhitungkan adanya muatan double deck atau muatan peti kemas.

 Jarak minimum antar as jalur KA di lengkung adalah 4,40 m. 2) Emplasemen

 Jarak minimum antar as jalur KA utama di emplasemen adalah 5,20 m.

 Wesel menggunakan wesel 1 : 12. 3) Kecepatan dan Beban Gandar

 Kecepatan Maksimum : 120 km/jam.

(72)

44

4) Beban Gandar : 18 ton.

5) Geometri Jalan

 Jari-jari lengkung horizontal (R) sedapat mungkin ≥ 780 m.  Kelandaian jalan KA pada petak jalan sedapat mungkin < 10‰.

 Kelandaian maksimum di emplasemen adalah 1,5‰.

6) Material

 Jenis rel yang digunakan untuk jalan kelas I adalah R.54 dengan karakteristik dan spesifikasi yang memenuhi ketentuan berlaku.  Alat penambat rel tipe elastis dengan persyaratan bahan sesuai dengan Peraturan Bahan Jalan Rel atau Peraturan yang berlaku.

C. STRUKTUR JALAN KERETA API

1. Struktur Jalan Kereta Api

Susunan jalan kereta api harus mengacu pada ketentuan-ketentuan

yang berlaku di Perkeretaapian Indonesia. Dalam perencanaan jalan

kereta api ini, akan mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 60 Tahun

2012. Struktur jalan kereta api terdiri atas struktur bangunan atas dan

struktur bangunan bawah.

a. Struktur Bangunan Atas

Bangunan atas jalan kereta api terdiri dari:

1. Rel (Rail)

2. Penambat (Fastening) 3. Pelat Sambung

4. Bantalan (Sleeper)

Berdasarkan ketentuan pada BAB sebelumnya (Landasan Teori)

pemilihan material struktur bangunan atas hanya mengacu pada

(73)

45

a. Rel 54

Gambar 5.1. Ukuran Penampang Rel Tipe R 54

Sumber: PM Menhub No.60 Tahun 2012

b. Penambat

Untuk kelas Jalan 1 dan menggunakan Tipe rel R54

dengan bantalan beton menggunakan penambat jenis elastis

ganda tipe pandrol e 1800 atau e 2000 dengan gaya jepit

mencapai 900 – 1100 kgf. Pada Bantalan beton terdiri dari shoulder, clip, insulator dan rail pad.

c. Plat Sambung

Pada perencanaan ini berdasarkan PM No.60 tahun 2012

didapat ketentuan mengenai plat sambung untuk tipe rel R.54

bahwa:

Komposisi C : 0.4 – 0.55 Si : 0.40

Mn : 0.55 – 1.00 P : 0.040

S : 0.045

Sifat Mekanis Kuat Tarik : 85 kg/mm

Pertambahan panjang : 12 %

(74)

46

d. Bantalan

Untuk lebar jalan rel 1067 mmdengan kuat tekan

karakteristik beton tidak kurang dari 500 kg/cm , dan mutu baja

prategang dengan tegangan putus (tensile strength) minimum

sebesar 16.876 kg/cm2 (1.655 MPa). Bantalan beton harus

mampu memikul momen minimum sebesar +1500 kg m pada

bagian dudukan rei dan -930 kg m pada bagian tengah bantalan.

Dimensi bantalan beron untuk lebar jalan rei 1067 mm:  Panjang = 2.000 mm

 Lebar maksimum = 260 mm  Tinggi maksimum = 220 mm

b. Struktur Bangunan Bawah 1. Balas (Ballast)

2. Subbalas (SubBallas)

3. Tanah Dasar (Subgrade) ;tidak dirancang 4. Tanah Asli (Natural Ground) ;tidak dirancang

Berdasarkan ketentuan pada BAB sebelumnya (Landasan Teori)

pemilihan material struktur bangunan atas hanya mengacu pada

Landasan Teori atau Peraturan yang berlaku.

a. Balas dan Sub-balas

Lapisan balas dan sub-balas pada dasarnya adalah terusan dari

lapisan tanah dasar dan terletak di daerah yang mengalami

konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu Iintas kereta pada

jalan rei, oleh karena itu material pembentukannya harus sangat

terpilih.

Fungsi utama balas dan sub-balas adalah untuk:

(75)

47

 Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan reI.

Mengacu pada PM. No.60 tahun 2012 dan PD No.10 tahun 1986,

yaitu:

a.) Balas

PM. No.60 tahun 2012

Kelas I :

Tebal Balas: 30 cm

Lebar Bahu Balas : 60 cm

PD No.10 tahun 1986

Kelas I :

Tebal Balas: 30 cm

Lebar Bahu Balas : 50

Kemiringan lereng 1 : 2

Pada Studi ini acuan utama ialah PM No.60 tahun 2012

b.) Sub Balas

PD No.10 1986

Kelas I :

Tebal Sub Balas : 15 cm

Lebar Bahu Balas : 60 cm

Kemiringan lereng 1 : 2

Gambar 5.2. Detail Struktur Bangunan Atas

dan Bawah Jalur Ganda KA.

c. Konstruksi Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)

Konstruksi dinding penahan tanah (retaining wall) biasanya dibangun pada daerah yang merupakan timbunan dan galian, daerah

sekitar pangkal jembatan, ROW yang terbatas, daerah rawan erosi

ataupun karena gangguan manusia. Pada umumnya dinding penahan

tanah ini menggunakan pasangan batu kali ataupun beton.

Balas

(76)

48

Gambar 5.3. Desain Tipikal Retaining Wall

d. Wesel

Berdasarkan acuan PM.60 tahun 2012 Wesel terdiri atas:

a) Lidah

b) Jarum

c) Rel Lantak

d) Rel Pekas

e) Sistem Penggerak

Gambar 5.4Tampak Wesel

30 cm – H/2

D/2 - D

0.5H – 0.7H

D

=

H

/8

H

/6

Gambar

Gambar 2.1 Jalan rel pulau Jawa
Tabel 2.1 Kondisi Jalan rel di Indonesia
Gambar 2.2 Struktur Jalan Rel Beserta Sistem Komponen Penyusunnya.
Gambar 3.1 Konstruksi jalan rel (a) dan skematik potongan melintangnya (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait