• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jarak Straw dengan Nitrogen Cair Pada Proses Pre Freezing Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jarak Straw dengan Nitrogen Cair Pada Proses Pre Freezing Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH JARAK STRAW DENGAN NITROGEN CAIR PADA PROSES PRE FREEZING TERHADAP KUALITAS

SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

Oleh KUROTUL AINI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing serta jarak straw yang terbaik terhadap kualitas semen beku Sapi Limousin sehingga layak untuk proses IB. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Insemninasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 07—13 April 2014. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan jarak straw, yaitu 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, dan 10 cm dengan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Polinomial Ortogonal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak straw berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas dan spermatozoa hidup setelah thawing namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap motilitas dan spermatozoa hidup setelah pre freezing. Uji polinomial ortogonal diperoleh bahwa jarak straw berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas spermatozoa setelah thawing, berpola kuadratik dengan persamaan Y = - 6,50 + 12,09x – 0,89x2 ; R2 = 41,3%, dengan pengaruh yang terbaik pada jarak straw 6 cm yaitu 34%. Selain itu jarak straw juga berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase spermatozoa hidup setelah thawing, berpola kuadratik dengan persamaan Y = 8,97 + 8,81x - 0,64x2 ; R2 = 41,3%, dengan pengaruh yang terbaik pada jarak straw 6 cm yaitu 38,79%.

(2)

PENGARUH JARAK STRAW DENGAN NITROGEN CAIR PADA PROSES PRE FREEZING TERHADAP KUALITAS

SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

Oleh

KUROTUL AINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Peternakan

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madura pada 07 Februari 1992 sebagai

anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sayadi dan Ibu Latifa. Penulis menyelesaikan pendidikan taman

kanak-kanak pada tahun 1998 di TK. Amarta Tani H.K.T.I Bandar Lampung; pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004

di SD Negeri 1 Labuhan Dalam, Bandar Lampung; pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun 2007 di SMP Negeri 20 Bandar Lampung; dan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun 2010 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

Pada 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Selama masa perkuliahan penulis telah melaksanakan Praktik Umum (PU) di

Farm Jati Indah, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan; dan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Goras Jaya, Kecamatan Lampung Tengah.

(6)

Dengan segala rasa syukur kupersembahkan skripsi ini

untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Sayadi

dan Ibunda Latifa yang telah membesarkan dan

mendidikku dengan penuh kasih, keikhlasan hati, dan

kesabaran yang telah diberikan selama ini serta Adikku

tersayang Fadhur Rohman yang telah memberikan

motivasi, kasih sayang, dan doa, semoga Allah SWT

senantiasa menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kalian.

(7)

Salah satu mantra yang menjawab untuk meningkatkan

semangat diri adalah dengan berkata “ saya mampu, saya bisa, dan saya dapat”.

Apapun masalah kita, jika kita membaikkan hati, Tuhan

akan membaikkan hidup kita.

(Mario Teguh)

Apapun yang terjadi dalam dirimu yakinlah bahwa

semuanya adalah kehendak dan rencana Allah untuk

(8)

Tidak ada seorangpun dapat kembali kemasa lalu untu membuat suatu awal

yang baru. Namun, setiap orang dapat memulai saat ini untuk membuat

suatu akhir yang baru.

Saat ujian terus menempa

Saat seolah tidak ada yang mendukung

Saat seolah tidak ada yang membantu

Itu mungkin teguran dari Allah

Agar kita sadar, bahwa hanya Allah tempat bergantung

Agar kita ingat, hanya kepada Allah kita mohon pertolongan

Mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat.

Jika anda menemukan jalan buntu,

Maka carilah jalan yang lain.

Percayalah, jalan itu ada.

Jika ada satu batasan menghalangi anda,

Jangan terhenti karena satu penghalang

Sebab pintu menuju solusi dan tujuan itu masih banyak.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan

kehendak-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Sri Suharyati, S.Pt, M.P.— selaku Pembimbing Utama — atas bimbingan, kesabaran, saran dan arahan dalam menyelesaikan skripsi;

2. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.— selaku Pembimbing Anggota — atas bimbingan, saran dan arahan dalam menyelesaikan skripsi;

3. Bapak Siswanto, S.Pt., M.Si.— selaku Penguji Utama — atas bimbingan,

saran dan arahan dalam menyelesaikan skripsi;

4. Ibu Dr.Ir. Farida Fathul, M.Sc.— selaku Pembimbing Akademik — atas bimbingan, saran dan arahan selama masa perkuliahan;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.— selaku Ketua Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.— selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

7. Ibu dan Bapak Dosen di Jurusan Peternakan atas ilmu dan dukungannya;

(10)

9. Mas drh. Akbar , Mba Murtiawan, S.Pt., Bapak Ir. Joko, dan Mas Vivid

Bambang SN, S.Pt —atas bimbingan, saran dan arahan selama pelaksanaan penelitian;

10. Mama, Papa, Adik atas doa, nasehat, perhatian, kesabaran, kasih sayang, materil serta dukungan yang tak henti-hentinya;

11. Rizki Indah Pratiwi, Faradina Kusuma Savitri, Ajrul Mukminat atas

kesabaran, pengertian, perhatian, dukungan, kerjasama, bantuan, pelajaran, kasih sayang, dan persaudaraan, semoga tetap bertahan;

12. Saudara peternakan angkatan 2010 (Sherly, Nani, Tiwi, Anung, Nurma, Sekar, Irma, Dian, Repi, Dewa, Afrizal, Etha, Gaby, Nova, Fauzan, Imam,

Rahmat, Repki, dkk) atas persaudaraan, bantuan, semangat, dukungan dan kebersamaan yang selalu diberikan, semoga tetap bertahan;

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik

dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Semoga bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 5

E. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Sapi Limousin ... 10

B. Semen ... 10

C. Semen Beku ... 13

D. Pembekuan Semen ... 16

E. Motilitas Spermatozoa ... 20

F. Spermatozoa Hidup ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Alat Penelitian ... 25

(12)

D. Rancangan Penelitian ... 26

E. Pelaksanaan Penelitian ... 26

F. Peubah yang Diamati ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Penilaian Kualitas Semen Segar ... 31

B. Penilaian Kualitas Semen setelah Ekuilibrasi ... 33

C. Pengaruh Jarak Straw terhadap Persentase Motilitas Spermatozoa setelah Pre freezing ... 34

D. Pengaruh Jarak Straw terhadap Persentase Motilitas Spermatozoa setelah Thawing ... 36

E. Pengaruh Jarak Straw terhadap Persentase Spermatozoa Hidup setelah Pre freezing ... 41

F. Pengaruh Jarak Straw terhadap Persentase Spermatozoa Hidup setelah Thawing ... 42

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Pengaruh ketinggian straw di atas permukaan N2 cair terhadap

kualitas semen beku ... 16

2. Hasil evaluasi kualitas semen segar ... 31

3. Kualitas semen setelah ekuilibrasi ... 33

4. Rataan persentase motilitas spermatozoa setelah pre freezing ... 35

5. Rataan persentase motilitas spermatozoa setelah thawing ... 37

6. Rataan persentase spermatozoa hidup setelah pre freezing ... 41

7. Rataan persentase spermatozoa hidup setelah thawing ... 42

8. Analisis ragam persentase motilitas spermatozoa setelah pre freezing ... …….. 53

9. Analisis ragam persentase motilitas spermatozoa setelah thawing ... 53

10. Analisis ragam persentase spermatozoa hidup setelah pre freezing ... 53

11. Analisis ragam persentase spermatozoa hidup setelah thawing ... 53

12. Perhitungan nilai Q (perkalian antara kontras dengan jumlah nilai parameter yang diukur) motilitas spermatozoa setelah thawing ... 54

13. Analisis ragam motilitas spermatozoa setelah thawing pada uji Polinomial Ortogonal ... 54

14. Perhitungan nilai a dan b persamaan regresi motilitas spermatozoa setelah thawing ... 55

(14)

16. Perhitungan nilai Q (perkalian antara kontras dengan jumlah nilai

parameter yang diukur) spermatozoa hidup setelah thawing ... 56

17. Analisis ragam spermatozoa hidup setelah thawing pada uji Polinomial Ortogonal ... 56

18. Perhitungan nilai a dan b persamaan regresi spermatozoa

hidup setelah thawing ... …….. 57

(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan pelaksanaan penelitian ... 27

2. Hubungan antara perlakuan dengan persentase motilitas spermatozoa

setelah thawing ... 38

3. Hubungan antara perlakuan dengan persentase spermatozoa hidup

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sapi Limousin adalah sapi yang pertama kali dikembangkan di Perancis. Sapi ini memiliki perototan yang lebih baik, bulu berwarna coklat tua kecuali di sekitar

ambing berwarna putih serta lutut ke bawah dan sekitar mata berwarna lebih muda. Bentuk tubuh jenis sapi ini yaitu besar, panjang, padat, dan kompak.

Keunggulan Sapi Limousin yaitu pertumbuhan badannya sangat cepat, kualitasnya lebih bagus, dan lezat untuk dijadikan makanan sehingga nilai jualnya jauh lebih mahal, dan keuntungan yang didapat oleh peternak atau pedagang akan lebih

banyak (Thomas, 1991).

Penerapan teknologi Inseminasi Buatan merupakan alternatif yang paling tepat untuk meningkatkan populasi ternak secara progresif. Untuk menunjang

peningkatan efisiensi reproduksi peternakan dapat dilakukan melalui teknik IB dengan menggunakan semen beku (Toelihere, 1993). IB terbukti memiliki

keunggulan dibandingkan dengan kawin alami, beberapa diantaranya adalah penggunaan pejantan unggul sehingga mempercepat perbaikan genetik,

penghematan biaya, dan pencegahan penularan penyakit.

(18)

2

dibekukan dan disimpan pada kontainer N2 cair suhu -1960C. Tahapan proses

pembekuan yaitu pre freezing dan freezing. Proses pre freezing (pembekuan awal) yaitu straw yang berisi semen disusun pada rak straw dan ditempatkan

dalam uap N2 cair sekitar 4,5 cm di atas permukaan nitrogen cair, proses ini

berlangsung sekitar 9 menit, kemudian dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair. Dengan teknik pembekuan yang semakin baik diharapkan kualitas semen

beku setelah thawing akan baik pula. Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat

berlanjut setelah pembekuan dihentikan (Toelihere, 1985).

Pada proses pembekuan semen akan mengakibatkan terjadinya cold shock dan perubahan intraseluler yang berkaitan dengan pembentukan kristal-kristal es. Jika

suatu larutan dibekukan maka air sebagai pelarut membeku menjadi kristal-kristal es, sedangkan bahan terlarut berakumulasi dalam larutan yang masih ada. Pada saat terbentuk kristal-kristal es tersebut, terjadi penumpukan elektrolit dan bahan

terlarut lainnya baik di dalam larutan maupun di dalam sel-sel. Konsentrasi elektrolit yang berlebihan akan melarutkan selubung lipoprotein dinding sel spermatozoa sehingga pada waktu thawing, permeabilitas membran sel akan

berubah dan menyebabkan kematian sel. Masalah pembekuan ini sebagian dapat diatasi dengan menggunakan zat-zat pelindung di dalam media pengencer dan

penurunan suhu secara gradual.

Pada umumnya problema fertilitas dengan semen beku pada pusat IB terletak pada

(19)

3

dalam kontainer, dan distribusi semen beku. Selama penyimpanan semen beku

akan mengalami penurunan kualitas apabila tidak dilakukan penanganan dengan baik.

Salamon (1971) menunjukkan ketika semen (0,03 ml) yang diuapkan di atas permukaan nitrogen cair (pre freezing) selama 9 menit sebelum dimasukkan ke

dalam nitrogen cair akan mempertahankan persentase gerakan individu spermatozoa setelah diperiksa post thawing motility.

Pre freezing adalah proses setelah semen diisikan ke dalam straw yang dilakukan

dengan cara diletakan pada canister dan digantungkan dalam uap nitrogen cair

selama beberapa menit. Tujuan pre freezing adalah menghindari terjadinya cold shock. Proses pre freezing akan memengaruhi gerakan individu atau daya gerak

spermatozoa, persentase hidup, dan abnormalitas sperma. Lama waktu

pre freezing menurut beberapa sumber adalah beragam. Straw yang telah diisi

semen diletakkan pada permukaan nitrogen cair 4 cm dengan suhu berkisar

-110⁰C sampai -120⁰C selama 9 menit (Standar Operasional Pelayanan BIB

Ungaran, 2011).

Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor :1220/HK.060/F/12/2007 Tentang

Petunjuk Teknis Produksi dan Distribusi Semen Beku menunjukkan proses pre freezing dilakukan dalam storage kontainer, straw disusun dirak dan

dilakukan 2—4 cm di atas permukaan N2 cair selama 5—9 menit sedangkan di

Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung melakukan proses pre freezing dengan jarak straw di atas permukaan nitrogen cair yang diterapkan yaitu 4 cm

(20)

4

proses pre freezing straw yang berisi semen diatur pada rak straw dan

ditempatkan dalam uap N2 cair sekitar 4,5 cm di atas permukaan nitrogen cair

selama 10 menit, kemudian dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair.

Kaiin et al., (2004) menyatakan bahwa ketinggian straw dari permukaan nitrogen

cair sebesar 10 cm dengan volume nitrogen cair delapan liter menghasilkan motilitas spermatozoa sebesar 43%, spermatozoa hidup sebesar 39%, dan

abnormalitas spermatozoa 12%. Belum ada informasi lebih lanjut mengenai jarak sraw dengan N2 cair yang terbaik terhadap kualitas semen beku setelah

pembekuan sehingga perlu dilakukan penelitian jarak straw yang terbaik dengan

nitrogen cair pada proses pre freezing terhadap kualitas semen beku.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui pengaruh jarak straw (2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, dan 10 cm) dengan nitrogen cair pada proses pre freezing terhadap kualitas semen beku

Sapi Limousin;

2. mengetahui jarak straw yang terbaik dengan nitrogen cair pada proses

pre freezing terhadap kualitas semen beku Sapi Limousin.

C. Kegunaan Penelitian

(21)

5

straw yang terbaik dengan nitrogen cair terhadap kualitas semen beku sehingga

layak untuk proses IB.

D. Kerangka Pemikiran

Sapi Limousin merupakan jenis sapi potong keturunan Bos taurus yang berhasil dijinakkan dan dikembangbiakkan di Perancis. Sapi ini dapat beradaptasi pada

kondisi yang kritis (musim dingin), mempunyai karakter keindukkan, daya hidup tinggi, dan mudah dipelihara seperti sapi potong pada umumnya. Sapi Limousin termasuk sapi berbadan besar, tingginya 1,5 meter, dan mempunyai bulu yang

sangat tebal dan kompak menutupi seluruh tubuhnya. Keunggulan lainnya dapat digunakan sebagai sapi pekerja karena kekuatan dan kecepatannya dalam

pengolahan tanah. Harga Sapi Limousin lebih mahal tetapi dari hari ke hari permintaan hasil ternak Sapi Limousin semakin meningkat (Sudarmono, 2006).

Upaya peningkatan populasi Sapi Limousin diperlukan teknologi yang tepat dan

efisien yaitu menggunakan teknik IB. IB adalah pemasukan semen ke dalam saluran kelamin hewan betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia. IB merupakan bioteknologi dalam pengembangbiakkan ternak dan merupakan cara

yang paling baik dan cepat untuk menyebarluaskan bibit unggul (Toelihere, 1993).

Semen yang digunakan dalam IB yaitu semen beku yang banyak memberikan

manfaat bagi peternak karena tersedia semen yang dikehendaki setiap waktu dan peternak dapat memilih semen dari pejantan yang diinginkan. Kelebihan ini yang

(22)

6

(Partodiharjo, 1992). Semen beku adalah semen yang telah diencerkan sesuai

dosis dengan pengencer yang mengandung krioprotektan (gliserol), dibekukan dan disimpan pada kontainer N2 cair suhu -1960C.

Penggunaan semen beku untuk pelaksanaan IB dilakukan secara intensif dengan

tujuan meningkatkan produksi ternak tetapi hasil kebuntingan yang diperoleh di lapangan sangat bervariasi dan relatif masih rendah. Hal-hal yang dapat

menyebabkan rendahnya kualitas semen beku diantaranya suhu lingkungan, thawing, jarak straw dari permukaan nitrogen cair, cara penyimpanan semen beku,

dan penambahan nitrogen cair (Toelihere, 1993).

Pada proses pembekuan, jarak straw akan memengaruhi kualitas semen beku

namun belum ada informasi lanjut mengenai jarak straw yang terbaik dengan nitrogen cair setelah pembekuan. Proses pembekuan pada temperatur -1960C akan menurunkan kualitas spermatozoa 30% spermatozoa akan mati selama

proses pendinginan dan pembekuan (Goldman et al., 1991). Menurut

Hammerstedt (1993), selama proses pendinginan dan pembekuan spermatozoa

yang masih mampu bertahan hidup sangat sensitif. Tujuan dari proses

pendinginan dan pembekuan adalah untuk menghambat aktifitas spermatozoa

sehingga menghemat penggunaan energi metabolik yang akhirnya dapat memperpanjang daya hidup spermatozoa.

Pre freezing merupakan salah satu tahapan proses pembekuan. Proses dalam

pre freezing dilakukan dengan cara meletakkan straw pada uap nitrogen (N2) cair,

(23)

7

selama 9 menit. Suhu tersebut diperoleh bila straw yang disusun di atas rak yang

ditempatkan kurang lebih 4 cm di atas permukaan N2 cair. Hal ini bertujuan

sebagai proses adaptasi semen untuk tahap selanjutnya, supaya tidak

terjadi temperatur shock, yang dapat menyebabkan abnormalitas atau kematian spermatozoa di dalam semen. Setelah pembekuan, semen beku disimpan di dalam storage kontainer yang berisi N2 cair -1960 C (Nilna, 2010).

Maxwell dan Watson (1996) menunjukkan pada saat pembekuan terjadi kerusakan membran plasma spermatozoa akibat terbentuknya peroksidasi lipid. Keadaan ini terjadi karena membran spermatozoa banyak mengandung asam laktat tak jenuh

yang sangat rentan terhadap kerusakan peroksidasi. Menurut Parrish (2003), semen akan mengalami penurunan kualitas sekitar 10—40% pada saat

pembekuan.

Menurut Said et al (2004), ketinggian straw dari permukaan nitrogen cair sebesar 10 cm dengan volume nitrogen cair delapan liter menghasilkan motilitas sperma

sebesar 43% sehingga layak digunakan dalam proses IB karena masih diatas nilai minimal 40% yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional tahun 1998.

Purwasih et al., (2013), menunjukkan ketinggian straw yang berisi semen

diletakkan pada jarak ±4 cm di atas nitrogen cair (pre freezing) pada suhu -1100C menghasilkan gerakan individu spermatozoa 2,27 %, spermatozoa hidup 41,72 %

artinya semen beku yang layak untuk diinseminasikan yaitu memiliki persentase hidup ≥40% (Standar Operasional Pelayanan BIB Sidomulyo Ungaran, 2011).

(24)

8

Menurut Imran (2012), jarak ketinggian straw dengan permukaan nitrogen cair

sangat berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa semen beku. Jarak ketinggian yang memberikan hasil motilitas spermatozoa yang baik pada jarak ketinggian

straw dengan permukaan nitrogen cair 2 cm, sedangkan untuk lama waktu dan

intensitas keduanya (jarak ketinggian straw dengan permukaan nitrogen cair dan lama waktu) pada tahap pre freezing tidak berpengaruh terdapat motilitas

spermatozoa semen beku.

Pada proses pembekuan semen akan mengakibatkan terjadinya cold shock dan perubahan intraseluler akibat pengeluaran air maka terjadi pembentukan

kristal-kristal es yang berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa. Masalah ini secara langsung akan menyebabkan penurunan kualitas semen beku yang

dihasilkan. Jarak straw mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan

spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa dalam semen. Jarak antara straw

dengan nitrogen cair yang berbeda mengakibatkan temperatur sekitar straw

berbeda yaitu temperatur yang rendah dapat menyebabkan spermatozoa yang berada dalam straw akan mengalami cold shock dan temperatur yang tinggi dapat mematikan spermatozoa yang berada dalam straw (Kaiin et al., 2004).

Jarak straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing akan memengaruhi kualitas semen beku Sapi Limousin sehingga apabila telah diketahui jarak straw

(25)

9

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. terdapat pengaruh jarak straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing terhadap kualitas semen beku Sapi Limousin;

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Limousin

Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya

sekitar 1,1 kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna cerah,

bobot lahir tergolong kecil sampai medium (sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta

pertumbuhannya capat (Blakely dan Bade, 1994).

Sapi Limousin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu antara 4—150C dengan mendapat hijauan serta

konsentrat yang bernilai tinggi (Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), Sapi Limousin memiliki berat lahir rata-rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198 kg.

B. Semen

(27)

11

terjadi kopulasi, tetapi dengan kemajuan teknologi dapat pula ditampung dengan

berbagai cara untuk keperluan Inseminasi Buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan

yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan jumlah kecil disekresikan oleh testis. Plasma semen mempunyai pH sekitar 7,0 dan tekanan osmotik sama dengan darah, yaitu ekuivalen dengan 0,9 % natrium chlorida

(Toelihere, 1993).

Komponen yang terpenting dari semen tentu saja spermatozoa. Semen tanpa spermatozoa adalah plasma semen yang tidak memiliki sifat-sifat sangat penting

dalam proses reproduksi hewan jantan, dengan fungsi utama membuahi ovum. Semen segar yang diejakulasikan oleh sapi jantan dikatakan normal, bila semen

tersebut mengandung spermatozoa yang memperlihatkan daya gerak dan aktif, memiliki gerakan masa yang bergelombang. Banyaknya spermatozoa yang terdapat di dalam sejumlah semen tertentu, akan memengaruhi sifat

penampakannya. Semen yang encer dan jernih mengandung spermatozoa yang sedikit jumlahnya sedangkan semen yang keruh dan kental dalam keadaan yang normal memiliki konsentrasi spermatozoa tinggi (Salisbury dan Van Denmark,

1985).

Semen dari suatu spesies hewan mempunyai perbedaan dalam sifat-sifatnya dengan spesies lain. Perbedaan itu terletak pada volume, kekentalan, pH,

konsentrasi, warna, dan baunya. Pada sapi dan domba memiliki volume semen sedikit karena kelenjar asesoris mengeluarkan cairan dalam jumlah yang rendah

(28)

12

Semen sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh.

Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Sapi pejantan menghasilkan semen yang normal berwarna kekuning-kuningan. Warna ini

disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gene autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas. Semen yang berwarna

merah gelap sampai merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah

berbeda dan berasal dari saluran kelamin urethra atau penis. Warna kecoklat-coklatan menunjukkan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi. Suatu

warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan menunjukkan kemungkinan kontaminasi dengan faeces (Toelihere, 1985).

Menurut Partodihardjo (1992), volume semen bervariasi antara 1—12 ml tiap

ejakulasi untuk sapi yang masih muda dan untuk sapi yang telah dewasa dapat menghasilkan semen tiap ejakulat 10—15 ml. Teknologi Inseminasi Buatan dilakukan dengan tujuan memperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan

pejantan terpilih, menghindari terjadinya penyakit melalui sarana reproduksi dan untuk mengatasi bila terjadi kendala dalam proses perkawinan alami antara jantan dan betina. Menurut Susilawati et al., (2003), semen yang berkualitas dari seekor

penjantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain berat badan, umur pejantan, sifat genetik, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan makanan.

Toelihere (1985) menunjukkan bahwa penyimpanan dalam bentuk straw dapat menghemat tempat, ringan, dan praktis dibawa kemana-mana serta dapat dibuat

(29)

13

C. Semen Beku

Spermatozoa dalam semen beku dapat hidup bertahun-tahun. Spermatozoa yang

dibekukan dan disimpan pada suhu -790C di dalam CO2 padat dan alkohol tahan

hidup 3—4 tahun/lebih, sedangkan pada -1960C di dalam nitrogen cair tahan hidup dalam waktu sampai 10 tahun (Toelihere, 1993).

Semen beku adalah semen yang telah diencerkan kemudian dibekukan di bawah

suhu 00C atau titik beku air. Pembekuan semen merupakan usaha untuk menjamin daya tahan spermatozoa dalam waktu yang lama, melalui proses

pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan semen sehingga dapat digunakan pada suatu waktu sesuai kebutuhan (Graha, 2005). Semen beku sapi merupakan semen yang berasal dari pejantan sapi terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses

produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan dalam rendaman nitrogen cair pada suhu -1960C pada kontainer (SNI 01.4869. 1-2005).

Semen beku yang telah dievaluasi dan mempunyai Post Thawing Motility (PTM)

lebih dari 40% dapat disimpan untuk keperluan Inseminasi Buatan. Penyimpanan

dapat dilakukan menggunakan kontainer nitrogen cair yang bersuhu -196 oC.

Kapasitas kontainer yang digunakan disesuaikan dengan jumlah straw yang akan disimpan. Selain kontainer untuk penyimpanan semen beku, perlu disediakan

kontainer untuk persediaan nitrogen cair. Persediaan nitrogen cair diperlukan untuk menambah persediaan nitrogen cair di dalam kontainer yang berisi straw. Kualitas semen beku akan tetap terjaga jika tetap terendam dalam N2 cair.

Penyimpanan semen beku berbentuk ampul dalam rak ditempatkan pada beberapa

(30)

14

Bentuk-bentuk straw dan pellet ditempatkan dahulu didalam tabung-tabung

plastik pendek (goblet) sebelum diletakkan didalam canister dan disimpan di dalam canister (Toelihere, 1993). Setiap pengiriman semen beku dalam kontainer

harus diberi label, disegel dan disertai kartu petunjuk isi kontainer. Kartu petunjuk isi kontainer tersebut minimal harus berisi keterangan bangsa/breed, kode pejantan, jumlah, tanggal, dan hasil pemeriksaan mutu semen serta nama

produsen (SNI 01. 4869. 1-2005).

Menurut Partodiharjo (1992), semen beku adalah semen yang telah diencerkan

menurut prosedur dengan tujuan untuk menyediakan makanan bagi spermatozoa dan meningkatkan volume dengan menurunkan konsentrasi semen sehingga didapat 25 juta sel spermatozoa dalam satu straw yang sebelumnya telah

dilakukan pemeriksaan saat semen segar, kemudian dibekukan jauh dari titik 00C tergantung pada zat yang dipakai untuk membekukan semen tersebut. Pembekuan

bisa menggunakan es kering, cairan udara, O2 cair, dan N2 cair. N2cair yang

popular digunakan sebab dapat membekukan pada suhu yang paling rendah dan dapat menyimpan semen dalam waktu yang lama. Kombinasi es kering dan

kristal CO2 dapat mencapai titik -700C, cairan N2 suhunya -1960C, sedangkan CO2

cair dan udara cair suhunya -1900C.

Toelihere (1993), keuntungan menggunakan semen beku diantaranya: 1. semen pejantan-pejantan unggul, baik yang masih sehat maupun yang

terluka, cacat, pincang, dapat dipakai secara efisien sepanjang tahun;

2. mengatasi hambatan waktu dan jarak;

3. memungkinkan perkawinan selektif dengan pejantan-pejantan unggul untuk

(31)

15

4. biaya pengangkutan semen dari pusat Inseminasi Buatan ke pelaksanaan

inseminasi di daerah atau di lapangan dan di pelosok-pelosok sangat

dikurangi karena penyediaan semen dan nitrogen cair hanya dilakukan sekali

sebulan, tidak dua kali seminggu seperti dengan semen cair. Semen beku dapat dikirimkan dengan mobil, kereta api, atau barang kiriman pos melalui kapal udara atau kapal laut;

5. pembekuan semen memungkinkan pengawetan semen pejantan-pejantan muda sebelum mencapai umur yang lebih tua dimana semennya menjadi

relatif infertil.

Hafez (1993), model pengemasan semen beku yang biasa digunakan yaitu: 1. straw yang dibuat dari polivinil klorida terdapat dua ukuran yang ministraw

berisi 0,25 ml dan midistraw 0,5 semen; 2. ampul gelas berisi 0,5—1 ml semen; 3. pellet berisi 0,1—0,2 ml semen.

Umur dan daya guna semen yang dibekukan akan bertambah lama karena

pembekuan adalah menghentikan sementara kegiatan hidup dari sel (metabolisme sel) tanpa mematikan fungsi sel dimana proses hidup dapat terus berlanjut setelah

(32)

16

D. Pembekuan Semen

Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor :1220/HK.060/F/12/2007 Tentang Petunjuk Teknis Produksi dan Distribusi Semen Beku bahwa proses pembekuan

semen dilakukan melalui 2 (dua) tahap yaitu : 1. Pra pembekuan (pre freezing)

Proses pre freezing dilakukan dalam storage kontainer, straw disusun dirak

dan dilakukan 2—4 cm diatas permukaan N2 cair selama 5—9 menit.

2. Pembekuan (freezing)

Pembekuan dilakukan setelah pre freezing, straw diletakkan dalam goblet dan canister, direndam dalam N2 cair suhu -1960C.

Keuntungan dengan dilakukannya pembekuan semen yaitu:

1. efisiensi penggunaan semen pajantan-pejantan unggul baik yang masih sehat maupun cacat sepanjang tahun;

2. mengatasi hambatan jarak dan waktu;

3. memungkinkan perkawinan pejantan-pejantan unggul untuk daerah luas; 4. biaya transportasi relatif murah.

Tabel 1. Pengaruh ketinggian straw di atas permukaan N2 cair terhadap kualitas

semen beku.

Ketinggian straw Motilitas (%) Hidup (%) Abnormal (%)

4 cm 23 36 4

6 cm 29 46 10

8 cm 37 40 9

10 cm 43 39 12

(33)

17

Permasalahan yang sering terjadi saat proses pembekuan semen yaitu pengaruh

cold shock terhadap sel yang dibekukan dan perubahan-perubahan intraseluler

akibat pengeluaran air dengan terbentuknya kristal-kristal es. Kristal-kristal es

intraseluler dapat merusak spermatozoa secara mekanik. Konsentrasi elektrolit yang berlebihan akan melarutkan selubung lipoprotein dinding sel sperma waktu pencairan kembali (thawing), permeabilitas membran sel akan berubah dan

menyebabkan kematian sel. Spermatozoa banyak mengalami kerusakan pada suhu antara -1,50C dan -3,00C rata- rata pada suhu -1,70C. Kerusakan 20% dari

seluruh sperma pada waktu pembekuan masih dianggap memuaskan (Toelihere, 1993).

Proses pembuatan semen beku terdiri dari: (1) proses pengenceran, yaitu

perhitungan volume pengencer dan proses pengenceran dengan pengencer organik (skim milk) ataupun anorganik (tris); (2) pemeriksaan before freezing, setelah

proses pengenceran selesai maka dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik terhadap motilitas sel spermatozoa yang bergerak aktif maju ke depan (progresif) dengan nilai minimal 70%; (3) proses filling dan sealing, dilakukan di dalam cool

top yang bersuhu 3 – 50C; (4) pre freezing, straw yang telah dikemas disusun diatas rak, kemudian diletakkan di atas nitrogen cair dalam kontainer, prosessing

sampai suhunya mencapai -1400C, yang membutuhkan waktu sebanyak 9 menit; (5) freezing (pembekuan), straw dimasukkan ke dalam gablet dan setelah itu

direndam dalam nitrogen cair -1960C dalam kontainer.

Proses pembekuan semen meliputi:

1. Cooling (pendinginan) merupakan proses pendinginan semen setelah proses

(34)

18

beaker glass berisi air. Cooling sampai 50C dapat dilakukan dengan

memasukkan tabung-tabung yang berisi semen yang telah diencerkan dalam bak yang berisi air (Toelihere, 1985).

2. Pre freezing (pembekuan awal) yaitu straw yang berisi semen diatur pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N2 cair sekitar 4,5 cm diatas permukaan

nitrogen cair. Pembekuan ini berlangsung sekitar 10 menit, kemudian

dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair (Toelihere, 1985). 3. Freezing (pembekuan)

Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan

dihentikan sedangkan semen beku adalah semen yang telah diencerkan

menurut prosedur lalu dibekukan di bawah suhu 00C atau titik beku air (Partodiharjo, 1992).

Pembekuan atau pencairan semen beku dapat menyebabkan kerusakan

spermatozoa dan menghilangkan fertilitas spermatozoa. Untuk membuahi sel

telur, spermatozoa harus mempertahankan kemampuannya untuk memasuki oosit

dan flagellum dengan mendorong permukaan membran dan menghindari

pencakupan oleh fagosit pada saluran reproduksi atau pengikatan ireversibel pada sel epitel (Blakely dan Bade, 1994).

Menurut Partodiharjo (1992), Freezing merupakan proses penghentian sementara

kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Sedangkan semen beku adalah semen yang telah

(35)

19

Menurut Toelihere (1993), pembekuan dapat menggunakan CO2 padat, udara

basah, O2 cair dan nitrogen cair. Pembekuan dengan N2 cair lebih sering

digunakan karena suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam

jangka waktu yang lama. Pada proses ini straw direndam dengan suhu -1960C. Volume N2 cair harus dikontrol secara periodik, karena jika kehabisan akan

menaikkan suhu sehingga akan mematikan spermatozoa. Untuk menjamin

kelangsungan hidup spermatozoa yang terkandung di dalam straw maka N2 cair di

dalam kontainer tidak boleh kurang dari ukuran minimal yang ditentukan yaitu

setinggi 13,3 cm. Seandainya 13,3 cm, maka penambahan N2 cair harus

dilakukan segera dalam waktu 12 jam.

Salah satu kendala penyimpanan semen beku dengan nitrogen cair adalah sifat

nitrogen cair yang mudah menguap. Faktor yang mempercepat terjadinya penguapan nitrogen cair diantaranya cara menyimpan kontainer, intensitas terbukanya tutup kontainer, jumlah akseptor, dan jenis kontainer. Kontainer

merupakan bejana vakum yang terdiri dari bahan baja atau almunium dengan dinding berisi ruang vakum dan isolasi yang ketat. Kontainer yang kurang baik

mutunya sering bocor karena dinding vakumnya tidak normal lagi atau tutupnya terlalu longgar dan menyebabkan penguapan nitrogen cair terlalu banyak dan terlalu cepat (Tolihere, 1993).

Kontainer merupakan bejana vakum yang umumnya terdiri dari bahan baja atau

aluminium dengan dinding berisi ruang vakum dan isolasi yang ketat dengan ukuran yang berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan. Satu kontainer di Pusat

(36)

20

straw. Kontainer tersebut diisi dengan larutan nitrogen cair (N2) dengan

temperatur -1960C. Semen beku yang disimpan dalam kontainer, maka dapat disimpan dalam waktu yang lama bahkan hingga bertahun-tahun sebelum

didistribusikan ke peternak atau ke daerah-daerah.

E. Motilitas Spermatozoa

Motilitas merupakan salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat dari banyaknya spermatozoa yang motil progresif dibandingkan dengan seluruh

spermatozoa yang ada dalam satu pandang mikroskop. Menurut Evans dan

Maxwell (1997), terdapat tiga tipe pergerakan spermatozoa yaitu pergerakan

progresif (maju ke depan), pergerakan rotasi (gerakan berputar) dan osilator atau konvulsif tanpa pergerakan ke depan atau perpindahan posisi. Skala presentase pergerakan dari 0 sampai 100 atau 0 sampai 10 merupakan penilaian standar

untuk mencapai tujuan bersama.

Evaluasi motilitas spermatozoa post thawing adalah salah satu parameter yang banyak digunakan untuk menentukan kualitas semen sapi yang akan digunakan untuk Inseminasi Buatan. Syarat minimal motilitas individu semen post thawing

agar semen dapat dipergunakan dalam Inseminasi Buatan adalah 40% (Garner dan Hafez, 2000). Susilawati et al., (2003) menunjukkan proses fertilisasi

membutuhkan spermatozoa motil sekitar sepuluh juta spermatozoa, maka syarat spermatozoa sebagai standar inseminasi adalah 2,5 x 107 spermatozoa per straw

(37)

21

Motilitas mempunyai nilai 0—100% meliputi gerakan massa dan gerakan

individu (Toelihere, 1993). Banyak hal-hal yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas semen beku terutama terhadap motilitas diantaranya suhu dan

kelembaban, thawing, jarak straw, cara penyimpanan semen beku, dan penambahan nitrogen cair. Suhu berperan sangat besar dalam menentukan

motilitas sebab kadar metabolisme dan motilitas spermatozoa berbeda (Toelihere,

1993). Suhu panas dan kelembaban yang terlalu mudah atau dingin secara terus menerus lebih berpengaruh buruk terhadap fertilitas daripada suhu dan

kelembaban yang berganti-ganti panas dan dingin sehingga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas semen beku terutama motilitas yang akhirnya menurunkan

angka konsepsi (Toelihere, 1993).

Energi yang digunakan untuk motilitas spermatozoa berasal dari perombakan ATP di dalam selubung mitokondria melalui reaksi-reaksi penguraiannya

menjadi ADP (adenosin diphosphat) dan AMP (adenosin monophosphat). Energi yang dihasilkan ini akan dipakai sebagai pergerakan (energi mekanik) atau

sebagai biosintesis (energi kimiawi). Dalam semen terdapat empat bahan organik

yang dapat dipakai secara langsung maupun tidak langsung oleh spermatozoa sebagai sumber energi untuk kelangsungan hidup dan motilitas spermatozoa.

Bahan-bahan tersebut adalah fruktosa, serbitol, GPC (glycerylphosphorylcholine), dan plasmalogen (Toelihere, 1993).

Penilaian gerakan individual spermatozoa menggunakan mikroskop dan melihat

(38)

22

atau media yang kurang isotonik terhadap semen. Gerakan berayun dan

berputar-putar di tempat biasanya terlihat pada semen yang sudah tua dan apabila kebanyakan spermatozoa berhenti bergerak dan dianggap mati. Motilitas

spermatozoa dipengaruhi oleh kemampuan metabolisme spermatozoa yang

ditunjang oleh lingkungan yaitu suhu dan komponen-komponen yang terdapat di dalam medium (Toelihere, 1993).

Pergerakan gerak individu ini sangat dipengaruhi oleh peneliti terutama

keterampilan dan pengalaman dari pemeriksaan secara mikroskopis. Oleh karena

itu penelitian dari seseorang dengan orang lain berbeda (Susilawati et al., 2003).

F. Spermatozoa Hidup

Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, badan, dan ekor. Bagian depan

kepala tampak sekitar 2/3 bagian tertutup oleh akrosom. Tempat sambungan dasar akrosom dan kepala disebut cincin nucleus. Antar kepala dan badan

terdapat sambungan pendek yaitu leher yang berisi sentriol proksimal, kadang dinyatakan sebagai pusat kinetik aktifitas spermatozoa. Bagian badan dimulai

dari leher dan berlanjut ke cincin sentriol. Bagian badan dan ekor mampu

bergerak bebas meskipun tanpa kepala. Ekor membantu mendorong spermatozoa

untuk bergerak maju (Salisbury dan Van Denmark, 1985).

Persentase spermatozoa hidup tinggi serta gerak progresif dan kuat merupakan tanda semen berkualitas baik. Persentase spermatozoa hidup dan mati dapat

(39)

23

jumlah spermatozoa hidup atau mati, sewaktu semen dicampur dengan zat warna,

maka spermatozoa hidup (viabil) tidak akan menyerap warna karena membrannya masih bagus. Spermatozoa yang motil dan hidup tidak berwarna (Suyadi dan

Susilawati, 1992). Menurut Susilawati et al., (2003) menunjukkan bahwa kadang-kadang spermatozoa masih hidup akan mengambil warna sebagian dari ekor sampai setengah badan.

Pengambilan zat warna oleh spermatozoa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sekresi kelenjar assesoris, pH, suhu, kesalahan teknik pada waktu pembuatan preparat, dan umur semen sesudah pengambilan semen. Persentase

hidup dan mati sangat dipengaruhi oleh suhu, sinar matahari secara langsung dan goncangan yang berlebihan (Toelihere, 1993). Metode pewarnaan eosin 2%

adalah metode yang dilakukan dalam pemeriksaan persentase spermatozoa hidup.

Keterbatasan daya hidup spermatozoa selain disebabkan oleh cold shock juga disebabkan oleh terjadinya deficit energi dan kerusakan membran sel sebagai hasil

reaksi peroksida lemak (Situmorang et al., 2000). Menurut Toelihere (1993), untuk mempertahankan kehidupan spermatozoa maka semen beku dimasukkan ke

dalam kontainer yang berisi nitrogen cair pada suhu -1960C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai waktu dipakai.

Pengamatan hidup mati spermatozoa atau viabilitas dapat dilakukan dengan

metode pewarnaan diferensial menggunakan zat warna eosin saja atau dengan kombinasi eosin-nigrosin. Eosin adalah zat warna khusus untuk spermatozoa,

(40)

24

metode pewarnaan eosin-nigrosin adalah terjadinya penyerapan zat warna eosin

pada spermatozoa yang mati pada saat pewarnaan tersebut dilakukan. Hal ini terjadi karena membran pada spermatozoa yang mati tidak permeabel terhadap zat

warna atau memiliki aktivitas yang rendah sehingga menyebabkan spermatozoa yang mati berwarna merah (Toelihere, 1993).

Penentuan persentase hidup spermatozoa dilakukan setelah semen beku dibuat

preparat apus. Menurut Salisbury dan Van Denmark (1985), persentase hidup spermatozoa dapat dihitung dengan melihat reaksi spermatozoa terhadap zat

warna tertentu. Standar yang digunakan untuk spermatozoa mati adalah kepala

atau seluruh tubuh spermatozoa menyerap warna. Spermatozoa yang hidup tidak berwarna sedangkan spermatozoa yang mati akan menyerap warna. Zat warna

yang digunakan adalah eosin atau eosin-negrosin. Pada waktu semen bercampur dengan zat warna, sel-sel spermatozoa yang hidup tidak atau sedikit sekali menghisap warna (berwarna putih) sedangkan sel-sel yang mati akan mengisap

(41)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 7—13 April 2014, di BIBD Lampung,

Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

B. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan freezing (box freezing lengkap, kontainer depo lengkap, kontainer nitrogen cair, rak hitung,

timer, pinset panjang, sarung tangan kulit), peralatan thawing (pemanas air, pinset,

beaker glass 1000 ml, thermometer, timer), dan peralatan pemeriksaan kualitas

(gunting, kertas label, mikroskop, pipet tetes, object glass, cover glass, hair dryer,

counter).

C. Bahan Penelitian

(42)

26

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan pertama jarak straw 2 cm selama 9 menit, perlakuan kedua jarak straw 4 cm selama 9 menit, perlakuan

ketiga jarak straw 6 cm selama 9 menit, perlakuan keempat jarak straw 8 cm selama 9 menit, dan perlakuan kelima jarak straw 10 cm selama 9 menit.

Pengambilan sampel straw dilakukan secara acak. Jumlah straw yang digunakan sebanyak 20 straw. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis secara statistik. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam dengan taraf nyata 5% atau 1%. Apabila hasilnya berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji

Polinomial Ortogonal pada taraf 5% atau 1% menurut petunjuk Steel dan Torrie (1991).

E. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menampung semen dari pejantan Sapi Limousin menggunakan vagina buatan (artificial vagina), selanjutnya dilakukan

evaluasi semen segar secara makroskopis (volume, konsistensi, warna, pH) dan mikroskopis (gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi). Semen segar yang memenuhi syarat kemudian diencerkan dengan pengencer Andromed® secara

merata. Selanjutnya dilakukan ekuilibrasi terhadap semen yang telah diencerkan dengan tujuan untuk menyesuaikan diri sebelum dilakukan proses pembekuan.

(43)

27

memenuhi standar akan dilanjutkan proses filling, sealing, dan printing. Langkah

selanjutnya yaitu melaksanakan sampling terhadap straw berisi semen Sapi Limousin yang akan dibekukan. Sampel dibagi sesuai dengan perlakuan jarak

straw saat proses pre freezing (2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, dan 10 cm).

Bagan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan pelaksanaan penelitian Ekuilibrasi

Koleksi semen

Pengenceran

Filling, sealing, dan printing Pemeriksaan post ekuilibrasi

Pre freezing sesuai perlakuan (2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, dan

10 cm)

Pemeriksan semen segar (makroskopis dan mikroskopis)

Pemeriksaan setelah pre freezing

Pembekuan (freezing)

(44)

28

Proses pembuatan semen beku sebagai berikut:

1. melakukan penampungan semen menggunakan vagina buatan;

2. melakukan evaluasi terhadap semen segar (makroskopis dan mikroskopis);

3. mencampurkan semen yang memenuhi syarat dengan pengencer Andromed® yang disimpan dalam water bath suhu 270C;

4. menutup beaker glass yang berisi semen yang telah diencerkan menggunakan

alumunium foil dan memasukkannya ke dalam cool top bersuhu 3—50C; 5. melakukan proses ekuilibrasi selama 4 jam di dalam cool top;

6. setelah ekuilibrasi selesai dilanjutkan dengan pemeriksaan post ekuilibrasi; 7. proses filling, sealing, dan printing;

8. meletakkan straw yang berisi semen cair di atas rak hitung yang telah diberi label sesuai perlakuan;

9. melakukan pre freezing dengan cara memasukkan rak hitung yang berisi straw

semen cair di atas permukaan N2 cair dengan volume N2 7,5 liter dalam box

freezing berukuran 43 x 27 cm selama perlakuan jarak yang diberikan (2 cm,

4 cm, 6 cm, 8 cm, dan 10 cm);

10.setelah pre freezing selesai dilanjutkan dengan pemeriksaan setelah pre freezing;

11.mengambil straw menggunakan pinset dan mencelupkannya ke dalam nitrogen cair sampai terendam;

12.setelah pembekuan selesai, dilanjutkan dengan pemeriksaan post thawing

(45)

29

13.melakukan pengumpulan data parameter yang diamati yaitu persentase

motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup pada setiap pemeriksaan kualitas.

Prosedur yang dilakukan untuk melihat penilaian motilitas individu spermatozoa sebagai berikut:

1. meneteskan sampel semen di atas object glass kemudian ditutup dengan cover

glass;

2. mengamati motilitas spermatozoa menggunakan mikroskop dengan

perbesaran lemah (10 x 10) atau pembesaran sedang (10 x 40);

3. menentukan persentase motilitas spermatozoa sesuai dengan kriteria yang ada.

Menurut Toelihere (1985), penilaian gerakan individu spermatozoa yang terlihat

pada mikroskop adalah sebagai berikut: 0% : spermatozoa tidak bergerak;

0 − 30% : gerakan berputar ditempat, pergerakan progresif; 30 − 50% : gerakan berayun atau melingkar, pergerakan progresif; 50 − 80% : ada gerakan massa, pergerakan progresif;

80 − 90% : ada gelombang, pergerakan progresif;

90 − 100% : gelombang sangat cepat, pergerakan sangat progresif;

Prosedur yang dilakukan untuk melakukan pemeriksaan spermatozoa hidup sebagai berikut:

1. melakukan thawing;

(46)

30

4. menempelkan ujung gelas obyek yang lain pada kedua cairan sehingga

keduanya bercampur, kemudian didorong ke ujung gelas obyek; 5. mengeringkan preparat ulas tersebut menggunakan hair dryer;

6. setelah kering, melakukan pemeriksaan spermatozoa yang hidup dan mati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran sedang (10 × 40) atau kuat (10 × 100), spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna sedangkan

spermatozoa yang mati akan berwarna merah atau merah muda. Jumlah

spermatozoa yang dihitung minimal 210 sel;

7. menghitung persentase spermatozoa hidup dengan rumus berikut.

Spermatozoa hidup (%) = jumlah sperma terhitung −jumlah sperma mati

jumlah � �� � � terhitung × 100%

F. Peubah yang Diamati

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jarak straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing tidak berpengaruh

nyata terhadap motilitas spermatozoa setelah pre freezing dan persentase

spermatozoa hidup setelah pre freezing tetapi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap motilitas spermatozoa setelah thawing dan persentase

spermatozoa hidup setelah thawing

2. Berdasarkan uji Polinomial Ortogonal, jarak straw yang terbaik dengan nitrogen cair pada proses pre freezing terhadap motilitas spermatozoa dan

spermatozoa hidup Sapi Limousin yaitu 6 cm.

B. Saran

Agar diperoleh kondisi semen beku yang baik untuk dipergunakan dalam

(48)

47

DAFTAR PUSTAKA

Almquist, J. O. 1968. Diary Cattle. In : E. J. Perry (Ed.). The Artificial Insemination of Farm Animals. Fourth Revised Edition, Rutgers University Press. New Jersey

Amin, M. R., M. R. Toelihere, Tuty, Yusuf dan P. Stumorang. 1998. Pengaruh plasma semen sapi terhadap kualitas semen beku kerbau lumpur (Bubalus bubalis). JITV 4: 143—147

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan edisi ke-4. Terjemahan: B. Srogandono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Chatterjee, S., E. R. Smith, Hanada, K. Stevens, VL. and S. Mayor. 2001. GPI anchoring leads to sphingolipid-dependent retention of endocytosed proteins in the recycling endosomal compartment. EMBO J. 20: 1583—1592

Datta, U., M. C. Sekar, M. L. Hembram and R. Dasgupta. 2009. Development of a New Methode to Preserve Caprine Cauda Epididymal Spermatozoa in Situ at 100C. Procedings. Department of Veterinary and Animal Sciences West Bengal University of Animal and Fishery Sciences. Kolkata West Bengal. India

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Petunjuk Teknis Produksi dan Distribusi Semen Beku. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta

Evans, G. and W. M. C. Maxwell. 1997. Salamon’s Artifical Insemination of Sheep and Goats. Butter worth. London

Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In Reproduction In Farm Animals. Edited by E. S. E. Hafez. 7th Edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland. USA

Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Longivitas Pasca Thawing Semen Beku Sapi FH (Frisian Holstein) Menggunakan Berbagai Bahan Pengencer.

Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

(49)

48

Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction In Farm Animal. 4th Edition. Lea and Fibiger. Philadelfia. USA

Hafez, E. S. E. 1993. Semen Evaluation. In : Reproduction In Farm Animal. 6th Edition. Lea and Febiger. Philadelfia. USA

Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluation. In: Reproduction In Farm Animals. 7th Edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland. USA

Hardjopranjoto, S. H. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Air Langga University Press. Surabaya

Hammerstedt, R. H. 1993. Maintanence of bioenergic balance in sperma and prevention of lipid peroxidation: A review of the effects on design and storage preservation system. Reprod. Fert. Div. 5: 675—690

Herdis, M., Surachman, Yulnawati, M. Rizal dan H. Maheshwari. 2008. Viabilitas dan Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang Pada Penambahan Maltosa Dalam Pengencer

Andromed®. http://eprints.undip.ac.id/18998/1/33%282%292008p101-106.pdf. Diakses 14 September 2013. 33(2): 101106

Imran. 2012. Pengaruh Jarak Ketinggian Straw Dengan Permukaan Nitrogen Cair dan Lama Waktu Pada Tahap Pre-freezing Semen Terhadap Motilitas Sperma Sapi Bangsa Limousine. Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Kaiin, E. M., S. Said, F. Afianti dan M. Gunawan. 2004. Optimalisai Pembekuan Semen Sapi PO: PerbaikanTeknik Pembekuan Sperma. Pros. Seminar Nasional Industri Peternakan Modern. Puslit Bioteknologi- LIPI. Makasar: 99—105

Kuswanto, S. Suharyati dan P. E. Santoso. 2007. Pengaruh Penggunaan

Andromed, Stock Solution, dan Susu Skim Sebagai Bahan Pengencer Terhadap Kualitas Semen Cair Sapi Limousin Selama Penyimpanan. Kumpulan Abstrak Skripsi. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung

Maxwell, W.M.C. and P.F. Watson. 1996. Recent progress in the preservation of ram semen. J. Anim. Reprod.Sci. 42: 55—65

(50)

49

Nilna. 2010. Standar Operasional Pekerjaan Prosesing Semen. Pengawas Mutu Bibit Ternak pada Dinas peternakan. Sumatra Barat

Pangestu, M. 2002. Preservation of spermatozoa : methods and applications. Indonesian Forum on Reproduction. Journal on Reproduction. 1(2): 55—56

Parrish, J. 2003. Techniques in domestic animal reproduction-evaluation and freezing of semen. http://www.wisc.edu/anscirepro/. Diakses 14 September 2013

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta

Purwasih, Y., S. Ondho dan Sutopo. 2013. Parameter keberhasilan processing semen beku. Efektivitas pre freezing semen Sapi Jawa. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj. Diakses 1 januari 2014.

Rizal, M. dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Rineka Cipta. Jakarta

Rizal, M. 2009. Daya hidup spermatozoa epididimis sapi bali yang dipreservasi pada suhu 3—50C dalam pengencer tris dengan konsentrasi laktosa yang berbeda. 14(2): 142—149

Said, S., E. M. Kaiin, F. Afianti, M. Gunawan dan B. Tappa. 2004. Perbaikan Teknik Pembekuan Sperma: Pengaruh Ketinggian Straw dan

Penggunaan Rak Dinamis. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4—5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan. Bogor: 57—60

Salamon, S. 1971. Fertility of ram spermatozoa following pellet preezing on dry ice at -790C and -1400C. Aust. J. Biol. 24: 183—185

Salisbury, G.W. dan N. L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Situmorang, P. E., Triwulanningsih, A. Lubis, W. Coroline dan T. Sugianti. 2000. Pengaruh proline carnitine terhadap daya hidup spermatozoa yang disimpan dalam suhu 50c (chilling semen). JITV 6(1): 131—137

(51)

50

Sonjaya, H., Hasbi, Sutomo dan Hastuti. 2005. Pengaruh penambahan calcium ionophore terhadap kualitas spermatozoa kambing boer hasil sexing. Jurnal Sains dan Teknologi. 5(2): 90—101

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip-Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B. Sumatri. PT. Gramedia. Jakarta

Sudarmono, A. S. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Depok

Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Situmorang, R. G. Sianturi dan D. A.

Kusumaningrum. 2004. Penggunaan Katalase dalam Produksi Semen Dingin Sapi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor: 215—220

Susilawati, T., Suyadi, Nuryadi, N. Isnaini dan S. Wahyuninigsih. 1993. Kualitas Semen Sapi Fries Holland dan Sapi Bali pada Berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya. Malang

Susilawati, T., P. Srianto, Hermanto dan E. Yuliani. 2003. Inseminasi Buatan dengan Spermatozoa Beku Hasil Sexing pada Sapi untuk Mendapatkan Anak dengan Jenis Kelamin Sesuai Harapan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Suyadi, dan Susilawati. 1992. Pengantar Fisiologi Reproduksi. LUW Animal Husbandry Project Universitas Brawijaya. Malang

Toelihere. M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pPada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung

Toelihere. M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung

Thomas, V. M. 1991. Beef Cattle Production. Wafel and Press. Montana University. USA

Turyan. 2005. Penurunan Motilitas Spermatozoa pada Berbagai Bangsa Sapi Akibat Proses Pembekuan. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Umar, S. dan M. Maharani. 2005. Pengaruh berbagai waktu ekuilibrasi terhadap

daya tahan sperma Sapi Limousin dan uji kebuntingan. Jurnal Agribisnis Peternakan. 1(1): 17—21

(52)

51

Yudhaningsih, H. 2004. Kualitas dan Integritas Membran Spermatozoa Sapi Madura Menggunakan Motilitas dan Pengencer yang Berbeda Selama Proses Pembekuan Semen. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Zenichiro, K., Herliantien dan Sarastina. 2002. Teknologi Prosessing Semen

Gambar

Tabel
Tabel 1.  Pengaruh ketinggian straw di atas permukaan N2 cair terhadap kualitas    semen beku
Gambar 1. Bagan pelaksanaan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Faktor pendukung terlaksananya layanan bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung adalah: rasio guru pembimbing dan siswa yang tidak berlebih dengan ketentuan

BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis perbandingan pendapatan dan laba atau rugi klub terhadap performa klub yang ditampilkan melalui prestasi klub pada tahun yang

Sementara itu, interaksi antara pemberian PCCO dengan kalium memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman (Tabel 1). Peningkatan konsentrasi PCCO mendorong

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan metode analisa curah hujan rata-rata yang berbeda, dalam hal ini metode yang digunakan

rendahnya prestasi belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran hanya. beberapa siswa saja yang benar-benar memperhatikan dan

Metode precipitation hardening dilakukan dalam tiga tahap, solution heat treatment, quanching dan aging dengan proses artificial aging.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Sistematika penulisan artikel &#34;Hasil Penelitian Empiris&#34; terdiri dari: Judul; Nama Penulis; Alamat; Abstrak; Kata kunci; Pendahuluan; Metode Penelitian; Hasil