• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP NASIONALISME DI SD NEGERI 2 HANURA TELUK PANDAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP NASIONALISME DI SD NEGERI 2 HANURA TELUK PANDAN TAHUN 2016"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP NASIONALISME DI SD NEGERI 2

HANURA TELUK PANDAN TAHUN 2016

Oleh

MEY RISKA ZAYULATE

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa di SD Negeri 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini 125 orang dengan sampel 31 orang (25%). Pengumpulan data menggunakan teknik angket dan teknik analisis data menggunakan teknik persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 6,45% atau 4 orang dari 31 siswa masuk dalam kriteria negatif atau tidak paham, namun persentase tertinggi yakni mencapai 58,06% atau 18 orang dari 31 siswa masuk dalam kriteria cenderung positif. Kriteria cenderung positif ini menunjukkan bahwa, meskipun dari indikator pemahaman siswa SD Negeri 2 Hanura dalam kategori paham, namun masih terindikasi belum seimbangnya indikator pemahaman tersebut dengan indikator tanggapan dan indikator harapan yang ditunjukkan dengan diperolehnya 22,58% atau 3 orang dari 31 siswa dalam kriteria cenderung negatif, hal ini dikarenakan dengan masih adanya siswa menyatakan tidak setuju tentang peran dan kewajibannya warga sekolah dalam upacara bendera setiap hari Senin. Kemudian diperoleh sebanyak 22,58% atau 7 orang dari 31 siswa masuk dalam kriteria negatif. Kriteria negatif yakni ditunjukkan dengan harapan dan tanggapan yang negatif yakni enggan mengikuti upacara bendera ditambah dengan minimnya pengetahuan siswa mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera.

(2)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP NASIONALISME SISWA DI SDN 2

HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2016

OLEH

Mey Rizka Zayulate

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan PKn

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP NASIONALISME SISWA

DI SDN 2 HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2016

(Skripsi)

Oleh

MEY RISKA ZAYULATE

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(5)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian... 7

a. Kegunaan Teoritis... 7

b. Kegunaan Praktis ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 8

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 8

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian... 8

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 8

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 9

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 10

1. Pengertian Persepsi ... 10

2. Deskripsi Teori Tentang Sikap ... 13

a. Pengertian Sikap ... 13

b. Ciri-Ciri Sikap ... 15

(6)

d. Komponen Sikap ... 18

e. Pengukuran Sikap ... 19

3. Deskripsi Teori Tentang Nasionalisme... 23

a. Pengertian Nasionalisme... 23

b. Pengertian Patriotisme ... 24

c.Sikap Patriotisme ... 26

d.Pendekatan Terhadap Pemahaman Nasionalisme ... 27

e.Sikap Nasionalisme di Sekolah... 29

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Nasionalisme... 31

g.Cara Membentuk Sikap Patriotisme ... 34

h. Peran PPKn di Sekolah dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme ... 36

B. Kerangka Pikir... 38

III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

C. Variabel Penelitian ... 42

1. Variabel Bebas (X)... 42

2. Variabel Terikat (Y) ... 42

D. Definisi Konseptual dan Operasional... 43

1. Definisi Konseptual... 43

2. Definisi Operasional ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Teknik Pokok ... 45

2. Teknik Penunjang... 45

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 46

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian... 51

1. Persiapan Pengajuan Judul... 51

2. Penelitian Pendahuluan ... 51

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 52

4. Pelaksanaan Penelitian ... 53

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket... 54

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Sejarah Berdirinya SD Negeri 2 Hanura ... 57

2. Visi dan Misi SD Negeri 2 Hanura ... 59

a. Visi... 59

b. Misi... 59

3. Situasi Umum Pengelolaan Sekolah ... 59

a. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 60

(7)

c. Kondisi siswa ... 61

C. Deskripsi Data ... 61

1. Pengumpulan Data ... 61

2. Penyajian Data... 62

a. Penyajian Data Mengenai Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme dengan Indikator Pemahaman ... 62

b. Penyajian Data Mengenai Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Dengan Indikator Tanggapan... 65

c. Penyajian Data Mengenai Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Dengan Indikator Harapan... 68

D. Pembahasan ... 71

1. Indikator Pemahaman... 72

2. Indikator Tanggapan ... 73

3. Indikator Harapan... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 2. Surat Keterangan dari PD 1 FKIP Unila 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Telah Melaksanakan Penelitian 5. Kisi-Kisi Angket

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pehamanan Pelaksanaan Upacara Bendera di Kecamatan

Teluk Pandan 2015... 4

2. Jumlah Populasi Siswa di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015 ... 41

3. Jumlah dan sebaran Sampel di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran... 42

4. Hasil Uji Coba Angket ke 10 Orang Di Luar Responden Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera (x)... 54

5. Hasil Uji Coba Angket ke 10 Orang Di Luar Responden Tentang Pembentukan Sikap Nasionalisme (y) ... 55

6. Distribusi antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dengan Item Genap (Y)... 55

7. Daftar nama Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SDN 2 Hanura Tahun 2015/2016 ... 58

8. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 60

9. Jumlah Guru dan Karyawan ... 60

10. Jumlah Siswa SDN 2 Hanura ... 61

11. Distribusi Frekuensi Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Dengan Indikator Pemahaman ... 64

12. Distribusi Frekuensi Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Dengan Indikator Tanggapan ... 66

(10)
(11)
(12)

M

OTO

Tidak Ada Perjuangan Tanpa Pengorbanan

Berusahalah Meski Hidup Terasa Berat

(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, berlandaskan syukur kepada Allah SWT,

Bakti cinta dan kasih sayangku lewat karya sederhana ini yang

kupersembahkan kepada :

Kedua orang tuaku. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang selalu berdo a dalam

harapan di setiap tetes peluhnya. Demi kenyamanan, kelancaran, kesuksesan

dan keberhasilan anak-anakmu.

Terima kasih yang tiada tara, atas segala ketulusan cinta dan kasih sayang,

yang takkan mampu ananda membalasnya.

Sembah sungkem ananda.

Seluruh keluarga besarku, rekan dan sahabat-sahabatku yang telah memberi

do a dan dukungan untuk keberhasilanku.

Seluruh Dosen FKIP khususnya PIPS PPKN serta UKM BEM FKIP, yang

telah mendewasakanku dalam berpikir, bertutur, dan bertindak.

(14)

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Mei 1992. Peneliti merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Zahirin dan Ibu Yuliana, S.Pd

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah :

1. Taman Kanak-Kanak Tutwuri Handayani Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 1997,

2. Sekolah Dasar Negeri 2 Gunung Terang Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2003,

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2006,

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2009

Pada tahun 2009 peneliti diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi Nasionan Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), dan dengan skripsi ini peneliti akan segera menamatkan pendidikannya pada jenjang S1.

(15)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP NASIONALISME SISWA DI SDN 2 HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2015”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasidan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I sekaligus Ketua Program Studi PPKn dan pembimbing akademik dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku plt. Dekan sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 3. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang

(16)

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Ibu Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembahas I. Juga Edi Suswanto, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya;

6. Bapak M. Mona adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan:

7. Ibu Yuliana, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 2 Hanura beserta para dewan guru yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis;

8. Kedua orang tuaku tercinta serta ayunda dan adindaku juga Seluruh keluarga besarku dan saudara-saudaraku tercinta terimakasih atas doa, senyum, airmata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada terkira benilaianya dari segi apapun untukku;

9. Seluruh Bapak Ibu Guruku terima kasih atas segala yang telah kalian ajarkan, yang mendewasakanku dalam bertutur, berfikir dan bertindak;

(17)

2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan yang kalian berikan;

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis

(18)
(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat vital bagi sebuah negara. Karena melalui pendidikanlah, sumber daya manusia yang unggul diciptakan sedemikian rupa hingga mampu memciptakan orang-orang yang mampu melanjutkan arah pembangunan negaranya yang masih tertinggal, atau mempertahankan keberhasilan negara itu sendiri jika negara yang ditempatinya merupakan salah satu penghuni negara maju. Melalui pendidikan pula diharapkan tercipta sumber daya manusia yang unggul dan dapat mengolah sumber daya alamnya sendiri sehingga negara yang menjadi tempatnya berpijak untuk hidup mampu bersaing dengan negara lain.

Indonesia sendiri, bidang pendidikan selalu mendapat jatah kurang lebih 20% setiap tahunnya dalam APBN. Anggaran ini adalah yang mendapatkan porsi paling banyak dibanding bidang yang lain, tentu hal ini dilakukan dalam rangka upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri guna bersaing dengan negara lain.

(20)

2

Sekolah Dasar dianggap menjadi suatu landasan penanaman ilmu generasi muda. Bukan hanya ilmu pengatuhuan yang bersifat akademik, namun juga pemahaman nilai dan moral.

Pemahaman terhadap nilai dan moral ini seringkali dikaitkan dengan materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang memang dianggap sebagai ujung tombak ilmu nilai moral yang akan ditanamkan kepada peserta didik. Ini menjadi bukti bahwa PPKn merupakan materi pelajaran yang penting terutama pada tingkat sekolah dasar. Kesadaran tersebut kemudian diimplementasikan oleh pemerintah dengan dibentuknya kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada terbentukanya generasi yang cerdas dan memiliki kepribadian sesuai dengan nilai Pancasila.

(21)

3

ditetapkan. Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan sarana informasi yang berguna untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif maupun perubahan yang bersifat negatif. Hasil belajar yang terdiri dari tiga aspek nantinya akan direkapitulasi dan akan dikonversi yang nantinya akan menjadi sebuah penilaian otentik. “Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan”. (Sosialisasi Kemendikbud, 2013: 2).

Aspek penilaian dalam kurikulum 2013 tersebut menjadi alat, intstrument, serta kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar itu sendiri bukan hanya ditentukan dengan nilai atau skor tinggi yang diperoleh peserta didik, namun aplikasi yang tercermin dalam prilaku peserta didik yang menjadi komponen penting dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar. Kemampuan peserta didik dalam mengimplementasikan materi yang diajarkan oleh guru menjadi tujuan dalam setiap pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran di sekolah sekarang ini. PPKn yang menjadi tolak ukur materi penamanam nilai moral kemudian diberikan bobot lebih banyak pada kurikulum 2013 ini.

(22)

4

tetap dianggap perlu memberikan pelatihan yang akan menciptakan pemahaman, sikap, dan prilaku. Seperti contohnya pelaksanaan upacara bendera. Upacara bendera yang dilakasanakan sebagai kegiatan rutin setiap hari Senin di sekolah memiliki nilai filosofis yang mendalam yang belum dipahami banyak peserta didik di sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. Berdasarkan survey yang peneliti lakukan terhadap beberapa perserta didik tentang tujuan pelaksanaan upacara bendera yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 1.1. Pehamanan Pelaksanaan Upacara Bendera di Kecamatan Teluk Pandan

No. Sekolah Paham Kurang Paham Tidak Paham

1. SD N 1 Hanura 10 17 23

2. SD N 3 Hanura 12 22 14

3. SD N 2 Hanura 32 10 8

Jumlah 54 59 45

Data : Observsi Lapangan 2015

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa peserta didik yang kurang paham tentang pelaksanaan upacara bendera berjumlah 59 anak, yang paham berjumlah 54 anak, dan yang tidak paham berjumlah 45 anak. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang kurang paham memiliki prsentase lebih banyak, yaitu sebesar 65%.

(23)

5

Nasionalisme/cinta tanah air merupakan salah satu makna filosofis penting yang terkandung dalam upacara bendera. Nasionalisme juga merupakan kemauan untuk bersatu tanpa paksaan dalam semangat persamaan dan kewarganegaraan. Maka, sangat penting bagi peserta didik untuk dapat memahami makna nasionalisme ini. Dengan kurangnya pemahaman peserta didik akan makna nasionalisme ini dapat memberikan beberapa dampak negatif baik dikehidupan sehari-hari maupaun di sekolah. Diantaranya seperti bergaul dengan memilih-milih teman, memandang perbedaan sebagai batasan, serta dapat pula mengurangi kedisiplinan diri yang berimbas dengan enggan mengikuti upacara bendera. Hal tersebut diindikasi bahwa guru kurang memberikan pemahaman mengenai makna pelaksanaan upacara bendera.

(24)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Upacara bendera belum dilaksanakan dengan baik.

2. Anak-anak belum memahami tentang arti upacara bendera

3. Guru tidak memberikan pemahaman terhadap anak-anak tentang pentingnya pelaksanaan upacara bendera.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap pelaksanaan upacara bendera dalam pembentukan sikap nasionalisme di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015.

D. Rumusan Masalah

(25)

7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan persepsi siswa terhadap pelaksanaan upacara bendera dalam pembentukan sikap nasionalisme.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

1. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan, wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan moral Pancasila yang berhubungan dengan nasionalisme.

2. Memperkaya ilmu pendidikan bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Kegunaan Praktis

1. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah terutama bagi guru bahwa memberikan pemahaman pentingnya upacara bendera kepada siswa sangat penting bagi pembentukan sikap nasionalisme generasi penerus bangsa.

(26)

8

3. Semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi secara teoritis serta bahan acuan dan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian pendidikan moral Pancasila sebagai bentuk pemahaman terhadap rasa cinta terhadap tanah air (Nasionalisme).

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Adapun ruang lingkup subjek penelitian ini adalah guru dan siswa di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Adapun ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap pelaksanaan upacara bendera dalam pembentukan sikap nasionalisme.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

(27)

9

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

(28)

II. TINJUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi baik dengan masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Dalam interaksi inilah muncul pandangan, gambaran, nilai pengamatan seseorang terhadap suatu objek atau yang dikenal juga dengan persepsi. Persepsi yang muncul terhadap suatu objek pada masing-masing individu akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman, proses belajar, sosialisasi, cakrawala dan pengetahuan masing-masing individu tentang objek tertentu.

Menurut Bimo Walgito (2010: 99) “persepsi adalah suatu proses yang

didahului oleh proses pengindraan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui indra atau proses sensoris namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.

(29)

11

Proses persepsi menuntut individu untuk memberikan penilaian, kesan, pendapat, pemahaman, pengorganisasian terhadap suatu objek, menafsirkan situasi dan peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif, senang atau tidak senang, paham atau tidak paham dan sebagainya. Persepsi berada pada pikiran dan perasaan manusia secara individu sehingga memungkinkan individu satu dengan yang lainnya memiliki persepsi yang berbeda walaupun objek yang dikaji adalah sama.

2. Deskripsi Teori Tentang Sikap a. Pengertian Sikap

Sikap dinyatakan dengan istilah "attitude" yang berasal dari kata latin "aptus" yang berarti keadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk melakukan kegiatan. Sikap seseorang terbentuk karena ada objek tertentu yang memberikan rangsang kepada dirinya. Sikap adalah bagian yang penting di dalam kehidupan sosial, karena kehidupan manusia selalu dalam berinteraksi dengan orang lain.

Sikap dapat bersikap positif dan negatif. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkan mengharapkan kehadiran kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek.

Menurut Aiken dalam Ramdhani (2009:11), mendefinisikan “sikap

(30)

12

yang moderat atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain.”

Sedangkan menurut Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan “sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu”.

Pendapat lain dikatakan oleh Fishben (2009:141) bahwa sikap adalah “predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek”. Sementara itu, Chaplin (2009:141) “menyamakan sikap sama dengan pendirian. Lebih lanjut dia mendefinisikan sikap sebagai predisposisi bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu”.

Kemudian Thurstone dalam Bimo Walgito (2003:109) “sikap adalah

suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif ialah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.”

(31)

13

terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. Serta kesiapan seseorang bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.

b. Ciri-ciri Sikap

Sikap merupakan suatu faktor yang ada di dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan perilaku tertentu. Dan sikap yang ditimbulkan dapat berupa sikap yang positif bisa juga sikap yang bersifat negatif, sesuai dengan pendorong-pendorong lain yang ada di dalam diri manusia tersebut.

Oleh karena itu, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Ciri-ciri sikap menurut pendapat Mar'at (1981:76) yang menjelaskan tentang ciri-ciri sikap sebagai berikut :

(32)

14

2) Sikap selalu dihubungkan dengan objek manusia, wawasan, peristiwa atau ide.

3) Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan orang lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, atau tempat lainnya melalui nasehat teladan atau percakapan.

4) Sikap merupakan kesiapan bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

5) Perasaan dan afeksi merupakan bagian dari sikap akan tampak pada pilihan yang bersangkutan apakah positif atau ragu.

6) Tingkat intensitas sikap terhadap objek tertentu kuat atau juga lemah.

7) Sikap mungkin hanya cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi, belum tentu sesuai pada lainnya.

8) Sikap dapat bersifat relatif menetap dalam sejarah hidup manusia. 9) Sikap merupakan bagian dan konteks persepsi ataupun kognisi

individu.

10) Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan.

(33)

15

c. Perubahan Sikap

Pembentukan dan perubahan sikap seseorang dapat ditentukan dengan dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu (intern) berupa selektif untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar,dan faktor dari luar (ekstern) berupa keadaan atau kondisi yang berasal dari luar individu hasil dari interaksi individu dengan individu, maupun individu dengan kelompok. Lingkungan juga akan mempengaruhi aktivitas psikis seseorang, dengan demikian, sikap terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikis seseorang adalah lingkungan keluarga, terutama orang tua. Hubungan sikap individu terhadap lingkungan antara lain dapat berupa:

1) Individu menolak lingkungan

Apabila individu tidak memiliki kesesuaian terhadap lingkungan, maka individu akan memberikan bentuk pada lingkungan sesuai dengan yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan.

2) Individu menerima lingkungan

Ialah apabila lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu akan menerima keadaan lingkungan tersebut.

3) Individual bersikap netral

(34)

16

Menurut Bimo Walgito (2003:121) Berkaitan dengan pembentukan atau pengubahan sikap, terdapat beberapa faktor yang mengubah sikap, antara lain:

1) Faktor kekuatan atauForce.

Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang mampu mengubah sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya kekuatan fisik, ekonomi dan yang berujud peraturan sejenisnya.

2) Berubahnya norma kelompok

Norma yang ada dalam kelompok menjadi norma dari orang yang bersangkutan yang tergabung dalam kelompok tersebut, sehingga akan membentuk sikap tertentu, setiap langkah yang dapat diambil untuk membentuk atau mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok.

3) Berubahnyamembership group

Individu yang tergabung dalam berbagai macam kelompok yang ada dalam masyarakat, baik karena kepentingan bersama maupun karena alas an yang lain atau mampu mengubah norma yang ada dalam diri individu karena berubahnyamembership group.

4) Berubahnyareference group

Berubahnyareference groupatau kelompok acuan dapat mengubah sikap seseorang, karena mereka mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu.

5) Membentuk kelompok baru

Terbentuknya kelompok baru berarti membentuk norma yang baru pula, sehingga memungkinkan terbentuknya sikap. Dengan adanya norma-norma baru, masing-masing individu perlu mengadakan penyesuaian yang baik, agar tidak menimbulkan persoalan-persoalan dalam kehidupan.

d. Komponen Sikap

Mengenai komponen sikap, ada tiga macam komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi, ketiga ranah tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1) Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan (beliefs), ide

dan konsep.

2) Komponen afeksi yang menyangkut emosional seseorang

(35)

17

Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan/kepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Kepercayaan terhadap sesuatu sebagai objek sikap akan mempolapikirkan seseorang, artinya objek sikap dalam hal ini sangat berperan sekali terhadap tugas yang diembannya. Komponen afeksi yang menyangkut emosional banyak ditentukan oleh kepercayaan. Bila seseorang telah memandang negatif terhadap orang lain, maka akan merasa malas dan hasilnyapun sangat tidak sesuai dengan yang harapan. Komponen konasi dalam sikap menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan sikapnya terhadap orang lain. Bila seseorang merasa tidak suka terhadap orang lain, maka wajar bila orang tersebut enggan menyapa dan berkomunikasi dengan orang tersebut.

Antara komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak itu tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan yang selaras, saling berhubungan dan berpadu satu sama lainnya menyebabkan dinamika yang cukup kompleks dan dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku individu.

e. Pengukuran Sikap

(36)

18

Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

(37)

19

kemudian menyusun item mulai dari item yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi.

Dari item-item tersebut, pembuat skala kemudian memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing item sikap tersebut.

Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan rating terhadap item dalam tataran yang sama terhadap isu tersebut.

b) Skala Likert(Method of Summateds Ratings)

(38)

disagreemenn-0

nya untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).

Semua item yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).

c) Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.

d) Multidimensional Scaling

(39)

✁1

3. Deskripsi Teori Tentang Nasionalisme a. Pengertian Nasionalisme

Pengertian Nasionalisme menurut definisi Ir. Soerkano adalah “pilar kekuatan bangsa-bangsa yang terjajah untuk memperoleh kemerdekaan”. Pengertian Nasionalisme menurut definisi Anderson yang mengatakan bahwa “pengertian Nasionalisme adalah kekuatan dan kontinuitas dari sentimen nasional dengan mementingkan nation”. Pengertian Nasionalisme menurut definisi Lothrop Stoddard yang memandang “Nasionalisme sebagai gejala Pengertian Nasionalisme psikologis yang mengatakan bahwa pengertian nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa atau suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan”.

(40)

✂✂

b. Pengertian Patriotisme

Patriotisme berasal dari kata patriot, yang artinya pecinta dan pembela tanah air. Yanovsky (2003 : 2) mengemukakan bahwa :

Patriotisme adalah sistem nilai-nilai dari kehidupan moral, menyatakan respek ide-ide dari keadilan sosial, kebebasan dan kehidupan nyata dari orang. Ini adalah perasaan yang ada dalam diri cinta terhadap tanah air, kejujuran melayani keluarga dan negara, cinta terhadap bahasa ibu, kebudayaan, dan menghargai kebudayaan-kebudayaan lain.

Berdasarkan pendapat tersebut, patriotisme merupakan sikap untuk selalu mencintai dan membela tanah air, seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap, dan perilaku cinta tanah air, dimana ia rela mengorbankan segala-galanya termasuk jiwanya demi kemajuan, kejayaan, dan kemakmuran tanah air serta mempunyai penghargaan atau kebanggaan terhadap kebudayaan yang ada.

Menurut Mangunhardjana dalam Ismono (2006 : 33) menyebutkan beberapa ciri patriotisme yang sejati, yaitu:

(41)

✄ ☎

2) Berani melihat diri sendiri seperti apa adanya dengan plus-minusnya, unsur positif negatifnya, dan menerimanya dengan lapang hati.

3) Memandang bangsa dalam perspektif historis, masa lampau dan masa kini, dan masa depan. Patriotisme sejati adalah bermodalkan nilai-nilai dan budaya rohani bangsa, berjuang di masa kini, menuju cita-cita yang ditetapkan.

4) Melihat, menerima, dan mengembangkan watak kepribadian bangsa sendiri. Patriotisme sejati adalah rasa memiliki identitas diri 5) Melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, mau terlibat

didalamnnya dan bersedia belajar dari bangsa-bangsa lain. Patriotisme bersifta terbuka.

Selain itu, adapun seseorang yang memiliki sikap dan perilaku patriotik ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:

1) Rasa cinta pada tanah air

2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa

3) Menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan

4) Berjiwa pembaharu 5) Tidak mudah menyerah

(42)

✆ ✝

1) Patriotisme buta (blind patriotism), yaitu keterikatan kepada bangsa tanpa mengenal toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: “right or wrong is my country” (benar atau salah,

apapun yang dilakukan bangsa harus di dukung sepenuhnya). 2) Patriotisme konstruktif (constructive patriotism), yaitu keterikatan

kepada bangsa dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.

Dari beberapa uraian diatas, patriotisme merupakan sikap untuk selalu mencintai atau membela tanah air yang ditunjukkan melalui adanya rasa cinta terhadap tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa, menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan, berjiwa pembaharu, dan sikap pantang menyerah.

c. Sikap Patriotisme

Sikap patriotisme adalah perilaku yang ada dalam diri seseorang untuk menunjukkan kerelaan berkorkan segala-galanya termasuk nyawa sekalipun untuk mempertahankan keutuhan bangsa. Sikap patriotisme mengarah pada suatu sikap yang bersifat melindungi, membela, menjaga, dan mempertahankan sesuatu. Sikap patriotisme dapat diwujudkan dalam semangat cinta tanah air dengan beberapa cara sebagai berikut:

(43)

✞ ✟

Sikap rela berkorban mempertahankan negara diwujudkan dalam bentuk kesediaan berjuang untuk mengatasi ancaman bangsa lain yang akan menjajah negara, ancaman dari dalam negeri, kegiatan yang dapat merugikan negara, dan bencana alam yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran negara.

2. Bersikap untuk Mengisi Kelangsungan Hidup Negara.

Sikap untuk mengisi kelangsungan hidup diwujudkan dengan kesediaan bekerja sesuai dengan bidangnya, sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat, tujuan bangsa. Pembentukan jiwa patriotisme harus dilandasi oleh semangat kebangsaan atau nasionalisme. Sebaliknya, jiwa nasionalisme dalam setiap pribadi warga negara perlu dilanjutkan dengan semangat patriotik untuk mencintai dan rela berkorban demi kemajuan bangsa.

d. Pendekatan Terhadap Pemahanan Nasionalisme

Analisis dari studi kontemporer terhadap masalah-masalah nasionalisme dan patriotisme menyingkapkan keragaman dari arti dan penggunaan patriotisme yang diklasifikasi dalam lima tema yang disebut dengan pendekatan-pendekatan untuk memahami petriotisme (Marina Kovaleva, 2008):

(44)

✠6

abstrak dari cinta terhadap tanah kelahiran, kota kelahiran, dan bayang-bayang masa anak-anak. Istilah tanah air adalah istilah umum dan inti dari pendekatan pertama.

2. Pendekatan kedua, menggagas patriotisme sebagai inti perasaan-perasaan nasional. Pendekatan perasaan-perasaan patriotik tidak hanya dipacu oleh cinta mendalam terhadap tanah air, tetapi juga oleh motivasi untuk mengambil bagian dalam pembangunan. Patriotisme dan level dari rumusan itu tergantung pada kontribusi dari setiap orang, warga negara atau kelompok dan kapasitas mereka untuk memecahkan masalah-masalah pembangunan. Partisipasi aktif adalah istilah lain dari pendekatan kedua.

3. Pendekatan ketiga, karakter dari nasionalisme dan patriotisme, didefinisiskan oleh Krijcir (2006) sebagai loyalitas dan kehormatan dari suatu kebangsaan adalah kondisi yang amat luas dari kepelikan perkembangan sejarah masyarakat, negara, dan politik-politik dari elit penguasa. Pendekatan ini dapat disebut patriotisme negara, negara dianggap objek dan kepala pengembangan patriotisme. 4. Pendekatan keempat, dikenal sebagai patriotisme pribadi, yang

melihat pribadi-pribadi (warga-warga negara) sebagai satuan inti dari pendidikan warga dan patriotis (cinta mendalam terhadap tanah air, karakte moral yang kuat dan kualitas pribadi yang lain). 5. Pendekatan kelima, pendekatan ini berhubungan dengan

(45)

✡ ☛

di sini patriotisme didefinisikan sebagai fase penting dari perkembangan spiritual dan ekspresi diri dari kepribadian. Oleh karena itu, patriotisme adalah manifestasi diri dari kesadaran spiritual dan religius dari orang yang mencapai level dari perkembangan yang membolehkan mereka untuk untuk merasakan cinta yang hebat terhadap tanah air mereka atau merasa siap untuk melakukan pengorbanan diri untuk kesejahteraan bersama (Lutovinov, 2001 : 8-21).

Dari lima pendekatan terhadap patriotisme tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan patriotisme mempunyai ciri yang terbentuk dari nilai-nilai spiritual dan moral, rasa cinta mendalam terhadap tanah air, dan keikutsertaan warga negara dalam pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan ancaman yang mengganggu bangsa.

e. Sikap Nasionalisme di Sekolah

(46)

☞8

Para pejuang kemerdekaan disebut mewujudkan Indonesia yang merdeka. Pada masa penjajahan pahlawan adalah mereka yang gugur dalam membela negara. Para pejuang mengguanakan senjata seadanya misalnya bambu runcing, keris, panah, pedang. Para pejuang berani mengorbankan harta, benda, waktu, pikiran, jiwa, raga, dan nyawa untuk kepentingan bangsa dan negara. Berkat pengorbanan para pahlawan sekarang kita dapat menikmati kemerdekaan.

Tugas dan tanggung jawab pemuda sekarang adalah menjaga tetap utuhnya bangsa dan negara dan mengisi kemerdekaan dengan membangun serta dapat mewarisi sikap-sikap para pahlawan. Walaupun sikap patriotisme merupakan sikap yang menujukkan keberanian untuk menjaga, mempertahankan, melindungi segala sesuatu yang yang bersifat mengancam, tetapi wujud sikap patriotisme pemuda sekarang bukan lagi perang menghadapi para penjajah. Ciri-ciri sikap yang menujukkan patriotisme atau kepahlawanan adalah sebagai berikut:

1. Rela berkorban, artinya berbuat apapun dilandasi rasa ikhlas, tanpa mengharap pujian, imbalan pada orang lain maupun negara

2. Kesatria, artinya berani mengakui kesalahan bila salah, bertanggung jawab segala ucapan dan tindakan yang dilakukan 3. Berjuang tanpa pamrih, artinya selalu berbuat ikhlas

(47)

✌9

5. Pantang menyerah, artinya tidak mudah putus asa semua usaha pekerjaan harus berhasil, kegagalan merupakan pelajaran diulangi lagi sampai berhasil.

6. Berperilaku terpuji, artinya segala tindakan perilaku, tutur kata dapat dijadikan contoh orang lain

Wujud patriotisme dapat dilakukakn sesuai dengan profesi masing-masing, salah satunya sebagai siswa di sekolah. Dari beberapa ciri-ciri sikap patriotisme, maka bentuk sikap di sekolah dapat diwujudkan dengan berbagai hal positif, yaitu diantaranya adalah menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan sekolah, memiliki keberanian untuk melarang teman berbuat tidak baik, melindungi dan menjaga fasilitas sekolah, mengikuti kegiatan ekskul yang dapat menumbuhkan sikap rela berkorban, dan mengikuti perlombaan yang dapat mengharumkan dan mempertahankan nama baik sekolah. Dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa telah menerapkan wujud sikap patriotisme dalam ruang lingkup sekolah.

f. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Sikap Patriotisme

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan jiwa patriotisme pada kalangan pemuda atau generasi penerus bangsa Indonesia, diantaranya adalah faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal, terdiri atas:

(48)

✍0

para pemuda, sehingga membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus-kasus korupsi, penggelapan uang negara, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat negara membuat para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi pemerintahan.

b. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut. Para pemuda merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.

c. Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa telah menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.

d. Tertinggalnya Indonesia dengan negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.

e. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat para pemuda lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.

2. Faktor eksternal, terdiri atas:

(49)

✎1

lebih memilih memakai pakaian-pakaian minim yang mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan minum-minuman keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia.

b. Paham liberalisme yang dianut oleh negara-negara barat yang memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

(50)

✏ ✑

g. Cara Membentuk Sikap Patriotisme

Semangat patriotisme sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat patriotisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam peraturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat patriotisme, terutama di kalangan generasi muda. Sebagai contoh Gerakan Pramuka. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek.

2. Penguatan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis.

3. Penguatan patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam. 4. Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat

(51)

✒✒

yang berhasil mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional.

5. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional, seperti penyelesaian konflik, kesehatan, lingkungan hidup, dan lain-lain.

Semua patut prihatin dengan keadaan tanah air yang semakin hari semakin berkurang sikap patriotismenya, yang sebenarnya dapat di atasi dengan langkah atau tindakan yang sifatnya menyuluruh. Dan aspek yang paling utama adalah dari dalam diri sendiri yang mempunyai keinginan untuk merubahnya. Berikut ini adalah beberapa upaya untuk bisa menumbuhkan jiwa patriotisme:

1. Peran keluarga

a. Memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap patriotisme terhadap bangsa Indonesia

b. Memberikan contoh atau teladan tentang rasa keberanian, kecintaan dan penghormatan pada bangsa

c. Memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar

2. Peran pendidikan

a. Memberikan pelajaran tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan juga bela negara

(52)

✓ ✔

c. Memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional

3. Peran pemerintah

a. Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan patrotisme, seperti seminar dan pameran kebudayaan

b. Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jumat. Hal ini dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa patrotisme bangsa c. Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk

membangun Indonesia agar lebih baik lagi

h. Peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Sekolah Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme

(53)

✕ ✖

Dalam hal ini Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai misi untuk membantu siswa belajar agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebanggaan, mempertahankan, dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang majemuk dalam suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. Dari pemaparan misi PPKn tersebut, dapat kita lihat bahwa mempertahankan tanah air merupakan salah satu indikator dari sikap patriotisme. Selain itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor 20/2003 menyatakan “bahwa

pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.

(54)

✗6

PPKn dalam mencapai tujuan dan keberhasilannya, sangat ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru karena guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan sikap patriotisme siswa. Guru yang baik adalah guru yang mampu memilih metode yang efektif agar materi yang disampaikan dapat benar-benar dipahami oleh siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Dalam hal ini guru merupakan faktor sentral dalam upaya membina sikap patriotisme siswa baik di dalam situasi belajar di kelas ataupun di luar kelas.

B. Kerangka Pikir

Setiap warganegara mempunyai hak dan tanggung jawab untuk ikut serta mempertahankan dan mengamankan negara. Hal tersebut tercantum dalam UUD NRI Tahun 1945. Dengan tertanamnya sikap patriortisme dalam diri seseorang tujuan nasional pada UUD 1945 tersebut dapat tercapai. PPKn merupakan mata pelajaran yang memiliki wilayah strategis dalam pembentukan sikap patriotisme melalui salah satu materi yang terdapat didalamnya tentang pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia.

(55)

✘ ✙

Demi terciptanya warganegara yang berjiwa nasionalisme, PPKn sebagai mata pelajaran pendidikan di sekolah, terutama sekolah dasar harus berupaya secara optimal untuk menanamkan pengetahuan kepada siswanya dan untuk mengetahui pentingnya sikap nasionalime itu, maka kegiatan sekolah harus merujuk pada pasal 30 ayat (1) UUD 1945 setiap warganegara bertanggung jawab dan berhak ikut serta dalam upaya mempertahankan dan mengamankan negara Republik Indonesia dari berbagai bentuk ancaman dan gangguan, baik ancaman dan gangguan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam hal ini pada taraf siswa SD, maka pemahaman tersebut harus dimulai dengan cara mengharai terhadap sejarah dan perjuangan pahlawan. Hal tersebut dpat dilaksanakan dengan upacara bendera.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan upacara bendera dalam pembentukan sikap nasionalisme. Dalam persepsi siswa siswa ini didasarkan pada indikator pemahaman, tanggapan, dan harapan tentang pembentukan sikap nasionalisme.

Untuk memperjelas kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Suryabrata (2009:37) “Metode Deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk membuat pengindraan secara sistematis, faktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar fenomena yang diteliti. Penggunaan metode peneltian deskriptif ini karena bersifat memaparkan, menuturkan, menafsirkan data yang ada dan pelaksanaannya melalui pengumpulan, penyusunan analisa dan intreprestasi data yang diteliti pada masa sekarang.

(57)

41

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015 yang berjumlah 125 siswa, lebih rinci lagi digambarkan oleh tabel berikut:

Tabel 2: Jumlah Populasi Siswa di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Sumber : Data Administrasi di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah keseluruhan dari siswa-siswi kelas V dan VI SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015 berjumlah 125 orang yang terdiri dari Kelas V berjumlah 73 dan Kelas VI berjumlah 52.

2. Sampel

(58)

42

pendapat di atas, maka sampel diambil 25% dari 125. Pengambilan sampel dengan presentase tersebut dilakukan untuk meminimalisir biaya dan efesiensi waktu penelitian. Berikut tabel sebaran sampel di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

Tabel 4: Jumlah dan sebaran Sampel di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran

No. Kelas Perhitungan Pembulatan

1. Kelas V 25% X 73=18,25 18

2. Kelas VI 25% X 53=13,25 13

Jumlah 25% X 125=31,25 31

Sumber: Pengambilan Data Sampel

Dari tabel di atas dapat diketahui pembagian sampel responden secara keseluruhan berjumlah 31 orang, dengan pembagian untuk Kelas V berjumlah 18, dan Kelas VI berjumlah 13.

C. Variabel Penelitian

Di dalam suatu variabel penelitian terkandung konsep yang dapat dilihat dan diukur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera (X).

b. Variabel terikat

(59)

43

D. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Defnisi Konseptual

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

a. Sikap adalah merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu.

b. Nasionalisme merupakan suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

2. Definisi Operasional

Definisi operasioanal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman mengenai data yang akan dikumpulkan dan menghindari kesesatan dalam menentukan alat pengukuran data serta berfungsi untuk mengetahui bagaimana suatu variable akan diukur. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pembentukan Sikap Nasionalisme

(60)

44

dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain.

b. Pelaksanaan Upacara Bendera

Pelaksanaan Upacara Bendera merupakan tindakan dan gerakan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua sumber data yang diguakan, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang terpenting dalam penelitian ini menyangkut variable yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer yang diambil yaitu data hasil penelitian dari hasil wawancara dan penyebaran angket persepsi siswa terhadap pelaksanaan upacara bendera dalam pembentukan sikap nasionalisme tinggi, sedang dan rendah siswa SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2015.

(61)

45

Selain kedua sumber di atas, dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan dua teknik, yaitu teknik pokok dan teknik penunjang.

1. Teknik Pokok

a. Teknik Angket

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, angket adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan responden dengan maksud untuk menjaring data dan informasi dari responden yang bersangkutan mengenai hubungan pelaksanaan upacara bendera terhadap pembentukan sikap nasionalisme .

Dalam angket ini berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hubungan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri anak usia remaja yaitu: bentuk pola asuh orang tua, kepercayaan pada diri sendiri. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket yang telah disediakan alternatif jawabannya.

2. Teknik Penunjang

a. Wawancara

(62)

46

penanya atau pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Dalam penelitian yang diwawancarai yaitu guru upacara bendera dan siswa untuk mendapatkan data yang akurat untuk menunjang penelitian ini.

b. Teknik Dokumentasi

Tekhnik dokumentasi, yaitu suatu pengambilan data yang diperoleh dari informasi-nformasi dan dokumen-dokumen dari sumber dokumentasi yang digunakan untuk mendukung keterangan-keterangan ataupun fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji persyaratan instrumen dilakukan dengan uji coba angket untuk mengetahui validitas dan reliabilitas setiap item atau butir pertanyaan yang diajukan kepada responden.

1. Uji Validitas

(63)

47

2. Uji reliabilitas

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 160), “reliabilitas menunjukan pengertian bahwa suatu intrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik”.

Adapun Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji reliabilitas angket adalah sebagai berikut:

1. Uji coba angket kepada 10 (sepuluh) siswa di luar responden 2. Hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap

(teknik belah dua)

3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product Moment, yaitu:

Keterangan:

rxy = Koefisien kolerasi antara gejala x dan gejala y

x = Skor gejala x

y = Skor gejala y

(64)

48

4. Untuk reliabilitas angket dengan menggunakan rumus Spearman Brown agar diketahui koefisien seluruh item, menurut Sutrisno Hadi (2004: 37) yaitu dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh item.

rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap.

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria menurut Manase Malo (1986: 139), sebagai berikut:

0,90 - 1,00 : Reliabilitas Tinggi.

0,50–0,89 : Reliabilitas Sedang.

0,00–0,49 : Reliabilitas Rendah..

H. Teknik Analisis Data

(65)

49

% 100

X N F P

K NR NT I  

Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk uraian, memberikan gambaran atas suatu keadaan yang sejelas mungkin. Selanjutnya disimpulkan untuk mengolah dan menganalisis data, dengan menggunakan rumus interval yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1986:12), yaitu:

Keterangan:

I : Interval

NT : Nilai tertinggi

NR : Nilai terendah

K : Jumlah kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat persentase digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase

F = Jumlah alternatif jawaban

(66)

50

Selanjutnya bahwa untuk menafsirkan banyaknya persentase dari hasil analisis yang diperoleh digunakan kriteria persentase sebagai berikut:

76% - 100% : Positif

56% - 75% : Cenderung Positif

40% - 55% : Cenderung Negatif

(67)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme berdasarkan ketiga indikator yakni pemahaman, tanggapan dan harapan maka dapat disimpulkan hasil analisis dari Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Upacara Bendera Dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme adalah cenderung positif.

(68)

76 bendera setiap hari Senin. Kemudian diperoleh sebanyak 22,58% atau 7 orang dari 31 siswa masuk dalam kriteria negatif. Kriteria negatif yakni ditunjukkan dengan harapan dan tanggapan yang negatif yakni enggan mengikuti upacara bendera ditambah dengan minimnya pengetahuan siswa mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian, menganalisis, dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Sekolah dan tenaga pendidik yang terkait khususnya guru diharapkan turut bersinergi dengan pemerintah dan instansi terkait guna mensukseskan pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin dengan tertib dan khidmad dengan memberikan motivasi pentingnya pelaksaan upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin agar benar-benar terwujud dan dapat membentuk sikap nasionalisme.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010.Metodelogi Penelitian. Jakarta : Sinar Grafika. Hadi, Sutrisno. 2004. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan psikologi UGM.

Suryabrata, Sumardi. 2009.Metode Penelitian. Rajawali Pers; Jakarta.

Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2005.Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Rosda

Karya.

M. F. Yanofsky. 1995. Molecular Evolution Of Flower Development: Diversification Of The Plantmadsbox Regulatory Gene Family. Genetics. 140 : 345- 356.

Gambar

Tabel. 1.1. Pehamanan Pelaksanaan Upacara Bendera di Kecamatan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 2: Jumlah Populasi Siswa di SDN 2 Hanura Kecamatan Teluk
Tabel 4: Jumlah dan sebaran Sampel di SDN 2 Hanura Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari dimensi ekuitas merek, yaitu kesadaran merek dan citra merek terhadap minat beli ulang konsumen pada

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan yang dapat menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang

(2005), dampak musim kemarau dan kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit mulai terjadi bila defisit air mencapai 200 mm, namun

melakukan dan membuat perjanjian carter kapal biasanya diawali dengan adanya pra meeting antara kedua belah pihak untuk memberikan informasi kebutuhan pencarter atau

Isa al-Masih atau Yesus kristus adalah, manusia yang dilahirkan dari seorang wanita suci, agama Islam dan Kristen sama-sama menyakini bahwasanya, Tuhan pencipta alam

Akad murabahah berupa produk pembiayaan dan wadiah adalah akad titipan nasabah dalam tabungan, sedangkan akad asuransi menggunakan akad yang secara tidak langsung terikat dalam

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang usaha atau cara yang ditempuh bila perusahaan dalam mengkaji ulang manajemen pemasarannya

(2010, 25) mukaan jakaa kahdenlaisiksi tekijöiksi; omatoimisen ja järjestöjen toteuttaman liikuntatoiminnan toimintaedellytysten luomiseksi sekä varsinaisten