• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot Di STV Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot Di STV Bandung"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bagi Penontonnya di STV Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan

Oleh :

Debi Terania Nuranisa NIM. 41808153

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(3)
(4)

iv Oleh :

Debi Terania Nuranisa NIM. 41808153

Skripsi ini di bawah bimbingan, Rismawaty, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot Di STV Bandung. Untuk dapat menjawab mengenai Daya Tarik tersebut maka peneliti mengangkat tiga sub fokus yaitu kekuatan, pesan, dan media dari dalang dalam program acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif, yang menjadi informan pada penelitian ini ada 2 orang yaitu Ibu Siti Maemunah dan Ade Nursuhud karena beliau merupakan penonton setia Program Acara Pojok Si Cepot. Sedangkan key informan diambil sebanyak 3 orang dari Dalang Si Cepot sebagai subjek penelitian, produser Program Acara Pojok Si Cepot,dan scripwriter Program Acara Pojok Si Cepot. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, internet searching, dan dokumentasi. Teknik analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis dan pengelolaan data dengan menyusun daftar pertanyaan hasil wawancara yang disusun oleh peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan dalang dalam program pojok si cepot ini adalah terletak pada kepiawaian permainan suara dan intonasi yang dibuat oleh dalang dinilai memiliki ciri khas tersendiri dan memberikan kesan yang baik bagi penontonnya. Pesan yang disampaikan pada penontonnya dipengaruhi oleh faktor gaya pesan, pesan yang bersifat informatif, persuasif, konstruktif dan penggunaan bahasa yang memang mampu ditanggap oleh penonton. Media yang digunakan dalang dalam Program Acara Pojok Si Cepot ini tidak lain adalah media wayang golek.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah dalang pada program acara pojok si cepot di STV Bandung memiliki kekuatan, pesan dan media yang mampu menarik perhatian penonton. Penyampaian informasi dan pesan dalang yang dikemas secara humor ini memiliki bentuk kemasan yang berbeda dibandingkan program hiburan lainnya. Isi pesan yang disampaikan mengandung unsur persuasif, informasi, dan konstruktif bagi penontonnya.

(5)

v

Debi Terania Nuranisa NIM. 41808153

This research under the guidance of, Rismawaty, S.Sos., M.Si

This study aims to identify and explain about attraction dalang on the program “Pojok Si Cepot” at STV Bandung. To be able to answer about the attractions the researchers raised three sub focus is strength, messaging, and media mastermind in The program “Pojok Si Cepot” through communication packaged humor for the audience at STV Bandung.

Methods This study used a qualitative approach with descriptive analysis method, the informants in this study the 2 of Siti Maemunah and Ade Nursuhud because he is loyal audience from the program “Pojok Si Cepot”. While key informants taken as many as three people from Dalang Si Cepot as a research subject, producer program “Pojok Si Cepot” and scripwriter. The data obtained through interviews, observation, literature, internet searching, and documentation. Qualitative descriptive analysis techniques to perform the analysis and management of data by compiling a list of interview questions prepared by the researcher.

The results showed that the power of the mastermind behind the corner of the cepot program is located on the expertise of the game sounds and intonation created by puppeteer considered to have its own distinctive traits and give a good impression for the audience. The message conveyed to the audience influenced by the style of the message, a message that is informative, persuasive, and constructive use of language that is capable by the audience. Media used in the Program “Pojok Si Cepot” are media the puppet show.

The conclusion of this study is the mastermind behind the program in Bandung STV has the strength, the message and the media were able to attract the attention of the audience. The transmission of information and messages are packaged humor mastermind has a different form of packaging than other entertainment programs. The contents of the message contains elements of persuasive, informed, and constructive for the audience.

(6)

vi

Dengan mengucapkan Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia – Nya pada akhirnya Peneliti dapat membuat dan menyelesaikan Penyusunan Skripsi dengan lancar.

Ada pun tujuan dari Penyusunan Skripsi ini adalah sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan penelitian sebagai syarat menempuh ujian sarjana pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi kehumasan.

Dalam Penyusunan Skripsi ini penulis berharap semoga penelitian yang akan dilakukan ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi banyak penulis khususnya dan terutama bagi para pembaca. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu penulis dalam Penyusunan Skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, saya sebagai penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Yang Terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memberikan pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai literatur bagi yang membutuhkan.

(7)

vii

3. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Wali penulis Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Terimakasih atas waktu yang sudah diluangkan untuk penulis, terimakasih untuk segala saran, dan banyak memberikan motivasi, wawasan, pengetahuan kepada penulis pada saat penulis mengikuti perkuliahan.

4. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Pembimbing dalam pengerjaan Penyusunan Skripsi yang telah banyak sekali memberikan arahan, waktu dan tempat untuk membimbing penulis dari mulai bimbingan hingga penyusunan . terimakasih juga atas segala nasehat dan dorongan yang membuat penulis tidak henti-hentinya berjuang dan terus semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Ibu Melly Maulin, Pak Olih, Pak Inggar, Pak Arie, Pak Yadi, Pak Adiyana, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan dan masukannya mengenai Penyusunan Skripsi yang diajukan penulis.

(8)

viii

8. Mas Ghita selaku Produser Program Acara Pojok Si Cepot, Kang Riswa Darusman, Kang Isak, Kang Dadan, serta Para Kru Pojok Si Cepot yang sudah bersedia untuk memberikan penulis ijin dalam melakukan wawancara dan terimakasih atas ketersediaannya untuk rela meluangkan waktunya untuk menjadi informan dan informan kunci (key informan) penulis.

9. Keluarga Tercinta yang sudah memberikan dorongan baik itu materil maupun immateril. Thanks for all Ibu dan Bapak, selaku orang tua penulis yang sudah banyak memberikan supportnya, doanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini Love You.

10.My Brother “Novan Shanni Maulana, Aulia Arrosyidin”, My Sister “Hafidzah Rahmah Diani” atas support dan kontribusinya and My Little

Brother Rizky Maulana Nurosyidin”. Walaupun tiap malem suka nangis, ganggu konsentrasi,,,but, I Love U So Much…satu lagi terimakasih buat “Anggie S”, terimakasih supportnya.. Kecerewetanmu adalah motivasi bagi

aku..:)

11.Sahabat-sahabat Humas 3 tersayang Desty “Dey”, Yayu “Babby”, Dara “Chubby”, Mega “Eoth”, Indri “uchull” (D’NYENTRIK!), Redi “Redot”, Firmansyah Akbar “kaka papz”, Rina “Julung”, dll yang tidak bisa penulis

(9)

ix

yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Jerih payah yang tak ternilai ini akan penulis jadikan sebagai motivasi di masa yang akan datang.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Bandung, Juli 2012

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Pertanyaan Makro ... 8

1.2.2. Pertanyaan Mikro ... 8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ... 9

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

(11)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Tentang Komunikasi ... 14

2.1.1.1. Pengertian Komunikasi ... 14

2.1.1.2. Unsur Komunikasi ... 16

2.1.1.3. Tujuan Komunikasi ... 17

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 18

2.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 18

2.1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa ... 19

2.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat ... 24

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 30

2.1.3.1. Pengertian Komunikasi Verbal ... 30

2.1.3.2. Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal ... 30

2.1.3.3. Pentingnya Komunikasi Verbal ... 32

2.1.4. Tinjauan Tentang Komunikator ... 33

2.1.4.1. Pengertian dan karakteristik komunikator ... 33

2.1.4.2. Syarat-syarat komunikator ... 35

2.1.4.3. Tugas komunikator ... 38

2.1.5. Tinjauan Tentang Dalang Secara Umum ... 41

(12)

xii

2.1.6.3. Fungsi Humor ... 44

2.1.6.4. Humor dalam program acara ... 46

2.1.7. Tinjauan Tentang Televisi ... 47

2.1.7.1. Pengertian televisi ... 47

2.1.7.2. Televisi sebagai media komunikasi massa ... 47

2.1.8. Tinjauan Tentang Program Acara ... 48

2.1.8.1. Jenis tayangan program acara televisi ... 48

2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1. Kerangka Teoritis ... 51

2.2.2. Kerangka Konseptual ... 52

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Tinjauan Tentang STV ... 55

3.1.1.1. Sejarah STV ... 55

3.1.1.2. Visi dan Misi STV ... 57

3.1.1.2.1. Visi STV ... 57

3.1.1.2.2. Misi STV ... 58

3.1.1.3. Logo dan arti logo STV ... 58

3.1.1.4. Tagline STV ... 61

(13)

xiii

3.1.3.2. Proses Menjadi Seorang Dalang ... 67

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Desain Penelitian ... 69

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 70

3.2.2.1. Studi Pustaka ... 70

3.2.2.2. Studi Lapangan ... 73

3.2.3. Teknik Penentuan Informan ... 77

3.2.3.1. Informan Penelitian ... 77

3.2.3.2. Informan Kunci (Key Informan) ... 78

3.2.4. Teknik Analisa Data ... 79

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1. Lokasi Penelitian ... 81

3.3.2. Waktu Penelitian ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deksriptif Identitas Informan dan Informan Kunci ... 83

4.1.1. Informan Penelitian ... 83

4.1.2. Informan Kunci (key informan) Penelitian ... 86

(14)

xiv

Melalui Komunikasi yang Dikemas Secara Humor

Bagi Penontonnya Di STV Bandung ... 94

4.2.3. Media Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot Melalui Komunikasi yang Dikemas Secara Humor Bagi Penontonnya Di STV Bandung ... 97

4.2.4. Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot Melalui Komunikasi yang Dikemas Secara Humor Bagi Penontonnya Di STV Bandung ... 98

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 104

5.2. Saran-saran ... 105

5.2.1. Saran Untuk Perusahaan ... 105

5.2.2. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(15)

xv

Tabel 3.2 Data Informan Penelitian 77

Tabel 3.3 Data Informan Kunci 79

Table 3.4 Rincian Waktu Penelitian 82

Table 4.1 Jadwal Wawancara Informan 84

Table 4.1 Jadwal Wawancara Informan Kunci 86

(16)

xvi

Gambar 3.1 Logo STV Bandung 1 58

Gambar 3.2 Logo STV Bandung 2 59

Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT.Pasundan Utama Televisi Bandung 62

Gambar 3.4 Pojok Si Cepot 64

(17)

xvii

Lampiran 2 Surat Penugasan Pembimbing Skripsi 110

Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan 111

Lampiran 4 Pengajuan Pendaftaran SUP Skripsi 112

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Mengikuti SUP Skripsi 113

Lampiran 6 Lembar Revisi Usulan Penelitian 114

Lampiran 7 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana 115 Lampiran 8 Surat Rekomendasi Pembimbing Mengikuti Sidang Sarjana 116

Lampiran 9 Lembar Revisi Skripsi 117

Lampiran 10 Lembar Identitas Informan 118

Lampiran 11 Pedoman Wawancara & Pertanyaan Penelitian Informan 120 Lampiran 12 Lembar Identitas Informan Kunci (Key Informan) 125 Lampiran 13 Pedoman Wawancara & Pertanyaan Penelitian Informan

Kunci (Key Informan)

128

(18)

1

Dengan adanya perkembangan teknologi yang sudah semakin maju dimana orang-orang dalam memerlukan berita atau informasi sudah sangat mudah memperolehnya. Dari sekian banyak kemajuan teknologi tersebut, salah satu diantaranya adalah pesawat televisi.

Televisi yang berperan sebagai media, walaupun dalam bentuk yang paling sederhana, ternyata televisi mampu membuat suatu program yang dihasilkan untuk ditayangkan dihadapan para penonton yang mampu menggelitik, mempengaruhi penonton untuk terus menyaksikan sebuah program acara yang dihadirkan.

(19)

“Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut. Berupa surat kabar, radio, televisi dan film teatrikal yang ditayangkan digedung bioskop” (Effendy, 2003; 177).

Media massa khususnya yang biasa kita sebut televisi sangat penting sekali untuk mengetahui berbagai informasi yang mungkin belum diketahui secara langsung oleh kita pada saat itu juga. Dilihat dengan semakin banyaknya program acara yang dihadirkan dalam media massa saat ini terutama televisi, tidak lepas dari banyaknya acara hiburan yang banyak menyajikan tayangan-tayangan lucu.

Dilihat dari segi kreatifitas si pemain dalam memainkan perannya diprogram acara hiburan tersebut, mereka berusaha dan terus mengembangkan kreatifitasnya dalam memainkan perannya sebagai penghibur, mereka menghadirkan ide-ide lucu yang diolah dan dibuat dengan sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian penonton. Yaitu dengan penyampaian informasi kepada penontonnya melalui kelucuan-kelucuan atau humor. Sehingga tidak membuat penontonnya merasa jenuh. Semakin kreatif sang pemain/komunikator dalam memainkan kelucuannya, maka semakin besar daya tarik yang dimiliki oleh komunikatornya.

(20)

penyajian segala bentuk program tayangan televisi memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dengan penyampaian oleh media massa lainnya, seperti surat kabar, radio, dan internet.

Televisi lokal yang kini hadir di Bandung, salah satunya STV (Pasundan Utama Televisi) yang banyak menghadirkan berbagai macam program tayangan televisi lokal sunda. Sebagai salah satu televisi lokal yang berada dikawasan Jawa Barat, STV memiliki program acara yang khas berkaitan erat dengan konteks kebudayaan sunda atau pasundan (local content). Program-program acara yang disuguhkan oleh STV ini sangat beragam, diantara stasiun-stasiun televisi lokal Bandung, STV menyuguhkan banyak siaran yang mengangkat budaya tanah Pasundan.

Salah satu tayangan program acara hiburan yaitu program acara Pojok Si Cepot. Dengan segala bentuk tayangan yang dikemas secara kreatif, program budaya lokal yang telah menjadi salah satu program hiburan unggulan ini, menghadirkan bentuk penayangan dengan memadukan unsur Teknologi Komunikasi Visual didalamnya, seperti Illustrasi (drawing), coloring, visual effect dan animasi, program ini dapat menciptakan suasana tertentu dimana para penontonnya duduk dengan santai dan memunculkan kenikmatan tersendiri bagi orang yang menontonnya.

(21)

pada saat seseorang bergaul dengan orang lain, berarti pada saat itu seseorang tersebut menghadapi berbagai karakter yang perlu direspon baik. Banyak teoritisi psikologi berpendapat bahwa humor adalah mekanisme untuk beradaptasi. Adapun pendapat Thomson dalam buku

Deddy Mulyana “Komunikasi Humoris:Belajar Komunikasi Lewat Cerita

dan Humor” :

“humor dapat digunakan sebagai pertahanan melawan rasa takut

dan memungkinkan orang memperoleh kendali atas peristiwa yang tidak dapat mereka kontrol”. (Mulyana. 2008:xiv)

(22)

Pemanfaatan wayang sebagai salah satu media komunikasi merupakan langkah yang positif dan bijaksana, sekaligus akan memberikan manfaat ganda. Pertama, sebagai usaha untuk memelihara, mengembangkan dan melestarikan wayang yang merupakan warisan nilai budaya. Kedua, sebagai bentuk kesenian tradisional dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Sebagai kesenian tradisional, wayang pun relatif memiliki kapasitas tinggi untuk dititipi pesan-pesan, sehingga eksistensinya sebagai media komunikasi tidak hanya pelengkap tetapi merupakan media komunikasi budaya yang dipadu dengan unsur modern.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduaanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

(23)

Adapun definisi komunikasi menurut Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi Pedesaan Amerika membuat definisi dalam buku Cangara Hafied “Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi” :

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian”

(Cangara, 2008;19).

Sejak kita lahir dan selama hidupnya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari yang bersifat individu, kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional maupun internasional. Atau bisa saja melalui media massa. Dalam hal ini, suatu pertunjukan yang di pertontonkan kepada khalayak dalam jumlah yang besar, termasuk ke dalam proses komunikasi massa. Adapun, definisi mengenai komunikasi massa yang dikemukakan oleh Gerbner, yaitu :

“komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.”(Mulyana, 2007:55)

(24)

Dengan memperhatikan kondisi yang terjadi dalam kehidupan, secara umum, maka dapat dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan humor untuk kehidupannya agar menjadi lebih baik dan tidak terlalu tertekan. Setiap orang harus mampu meredakan ketegangan yang ada di dalam dirinya sehingga tidak stress menghadapi berbagai masalah yang tumbuh dan muncul dalam kehidupan. Dan hal ini lah yang perlu dipelajari oleh seorang komunikator dalam acara hiburan, dimana seorang komunikator harus mampu memiliki kreatifitas yang tinggi untuk memberikan hiburan kepada penontonnya, sehingga mampu menciptakan daya tarik bagi penontonnya.

Disini peneliti tertarik untuk dapat meneliti mengenai Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot di STV Bandung, dimana disini peneliti ingin memperlihatkan mengenai adanya daya tarik dalang dalam tayangan program acara Pojok Si Cepot di STV Bandung yang mana merupakan salah satu tayangan acara yang banyak digemari oleh masyarakat luas, dan oleh masyarakat sunda pada khususnya.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti dapat merumuskan masalah berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya. Yakni :

1.2.1. Pertanyaan Makro

(25)

“Bagaimana Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si

Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung?”

1.2.2. Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Kekuatan Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung ?

2. Bagaimana Pesan Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung ?

3. Bagaimana Media Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung ?

4. Bagaimana Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

(26)

komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Bekaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Kekuatan Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung.

2. Untuk mengetahui Pesan Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung.

3. Untuk mengetahui Media Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung.

4. Untuk mengetahui Daya Tarik Dalang Pada Program Acara Pojok Si Cepot melalui komunikasi yang dikemas secara humor bagi penontonnya di STV Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

(27)

dapat memberikan sumbangan serta sebagai bahan rujukan atau referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi, khususnya konsentrasi kehumasan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Adapun dalam penelitian ini, selain memiliki kegunaan teoritisnya peneliti pun memaparkan kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan. Yaitu :

a) Kegunaan untuk Peneliti

Dengan adanya penelitian ini sangat memberikan manfaat dan kegunaannya bagi peneliti. Dimana, sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam mengaplikasikan pemahaman mengenai Ilmu Komunikasi secara umum, dan Komunikasi Massa.

b) Kegunaan untuk Akademik

Adapun manfaat dan kegunaannya bagi Akademisi. Dimana, sebagai literature bagi mahasiswa secara umum, dan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus, terutama bagi para peneliti selanjutnya dengan kajian penelitian yang sama.

c) Kegunaan untuk Perusahaan

(28)

dalam meningkatkan kualitas pada program acara, khusunya acara Pojok Si Cepot.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dalam memberikan gambarakn secara sistematis, maka peneliti menyusun susuan skripsi ke dalam lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I peneliti menguraikan Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Pertanyaan makro, Pertanyaan mikro, Maksud dan Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Lokasi dan waktu penelitian, Sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(29)

umum ; Sejarah dalang. Tinjauan tentang humor ; Sejarah humor, Pengertian humor, Fungsi humor, Humor dalam program acara. Tinjauan tentang televisi ; Pengertian televisi, Televisi sebagai media komunikasi massa. Tinjauan tentang program acara ; Jenis tayangan program acara televisi. Kerangka pemikiran, Kerangka konseptual.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran tentang sejarah PT. Pasundan Utama Televisi STV Bandung, Visi dan Misi STV, Logo dan arti logo STV, Tagline STV, Struktur organisasi STV. Tinjauan tentang Pojok Si Cepot, Tinjauan dalang secara khusus, Metode penelitian, Teknik pengumpulan data, Teknik penentuan informan, Teknik analisa data, serta Lokasi dan Waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti mendeskripsikan mengenai informan, deskripsi hasil penelitian, dan deskripsi hasil penelitian mengenai Daya tarik komunikator dalam tayangan program acara “Pojok Si Cepot”. Di bab ini peneliti menjelaskan hasil penelitian yang terdiri

(30)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(31)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1.1. Pengertian Komunikasi

Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.

Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri, bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, dan Negara.

(32)

keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan.

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan

(message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan atau pesan disebut komunikan (communicate). Untuk lebih jelasnya, maka komunikasi itu sendiri adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. (Effendy, 2003:27)

Adapun pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin “Communicatio”. Istilah ini bersumber dari kata “Communis” yang berarti sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

(33)

Scrhamm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar dan sebaliknya, jika pengalaman komunikator tidak sama dengan pengalaman komunikan, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, dengan kata lain situasi yang terjadi tidak komunikatif atau misscommunication. (Effendy, 2003:24)

2.1.1.2. Unsur Komunikasi

Proses komunikasi adalah dimana proses terjadinya interaksi antara komunikator dan komunikan. Laswell dalam buku Onong Uchjana Effendy Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”, memberikan definisi atau pengertian komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari definisi tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur yakni :

1. Who (siapa) : siapa yang mengkomunikasikan atau siapa komunikator yang menyampaikan pesan/infromasi kepada komunikan.

(34)

3. In Which Channel (melalui saluran apa) : melalui saluran apa yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan informasi atau pesannya kepada komunikan.

4. With What Effect (dengan efek apa) : efek apa yang ditimbulkan oleh isi pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003:253)

Jadi, komunikasi adalah sebagai proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (the receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam definisi ini, komunikasi haruslah bersifat disengaja (intentional) serta membawa perubahan.

2.1.1.3. Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri menurut buku Onong Uchjana Effendy yang berjudul “Ilmu, Teori dan

Filsafat Komunikasi”, yaitu :

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behavior)

(35)

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi termasuk yang media massa adalah :

a. Radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik,

b. Surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak, serta

c. Media Film, sebagai media komunikasi massa adalah Film bioskop. (Ardianto, 2007:3)

(36)

pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Gerbner mengemukakan bahwa komunikasi masa itu akan melibatkan lembaga, maka Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator bergerak dalam organisassi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari menyusun sampai pesan diterima oleh komunikan. (Ardianto, 2007:4)

2.1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat dalam komponen-komponen yang terlibat di dalamnya dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Adapun karakteristik dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :

1. Komunikator Terlembagakan

(37)

dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Dimana proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Intinya, komunikasi massa itu kompleks, tidak seperti komunikasi antarpersona yang begitu sederhana.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun, tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan.

(38)

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti : nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonym), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.

Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat acara “Pojok Si Cepot” yang ditayangkan dalam sebuah stasiun

(39)

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.

(40)

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimulasi Alat Indra Terbatas

(41)

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok, dan komunikasi masa. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. Umpan balik bersifat langsung (direct) atau segera (immediate). Sedangkan dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.(Ardianto, 2007;6)

2.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat

(42)

interpretation (penafsiran), Linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan).

a) Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi masa dibagi dalam bentuk utama : warning or beware sureveillance (pengawasan peringatan), Instrumental Surveillance (pengawasan instrumental).

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengolah program untuk menayangkan sebuah peringatan atau menayangkannya dalam jangka panjang.

(43)

b) Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta-fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun memberikan analisis kasus di belakang peristiwa yang menjadi berita utama, misalnya tentang kebijakan pemerintah, pemilihan umum dan lainnya. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok.

c) Linkage (Pertalian)

(44)

d) Transmission Of Values (Penyebaran Nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.

Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun yang banyak menghabiskan waktunya menonton televisi dibanding kegiatan lainnya, kecuali tidur.

Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai-nilai).

e) Entertainment (Hiburan)

(45)

tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan.

Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. .(Ardianto, 2007;16)

Sementara itu, Effendy (2003) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah :

a. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa media massa adalah menyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi.

(46)

atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.

b. Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan program atau informasi yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, dan artikel.

c. Fungsi Memengaruhi

Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. (Ardianto, 2007;19)

(47)

i. Fungsi Meyakinkan (to persuade) ii. Fungsi menganugerahkan status iii. Fungsi membius (narcotization) iv. Fungsi menciptakan rasa kebersatuan

v. Fungsi privatisasi. (Ardianto, 2007;20)

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.3.1. Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya. Pengertian Komunikasi Verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan atau dengan tertulis. Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal. Komunikan juga lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi verbal ini.1

2.1.3.2. Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode-kode verbal. Dalam penggunaannya kode-kode verbal ini berupa bahasa. Bahasa adalah seperangkat kata yang telah

1

(48)

disusun secara berstruktur sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :

1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita.

2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan manusia.2

Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory.

a. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh orang yang memberinya stimulan.

b. Dalam teori kognitif bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir yang merupakan pembawaan biologis. Di sini ditekankan bahwa manusia yang lahir ke dunia berpotensi untuk bisa berbahasa.

2

(49)

c. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Di sini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak hanya sekadar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari luar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri.

Tanpa bahasa manusia tidak bisa berfikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi serta pola-pola pikir yang ada pada seseorang. Hal tersebut dinyatakan oleh Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir dalam hipotesa yang dibuatnya.3

2.1.3.3. Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss communication dapat diminimalisir.

Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang komunikator. Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik

(50)

untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita dalam segala bidang.4

2.1.4. Tinjauan Tentang Komunikator

2.1.4.1. Pengertian dan Karakteristik Komunikator

Komunikasi sebagai proses berhubungan antar individu atau kelompok yang tak lepas dari komponen-komponen. Sebuah komunikasi bisa diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam mengungkapkan pesan. Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai jika tidak memenuhi kriteria seorang komunikator.

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Dalam khazanah ilmu komunikasi, komunikator bisa juga bertukar peran sebagai komunikan atau penerima pesan sehingga komunikator/pembicara.

Sebaliknya komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Pengirim adalah orang yang menyuruh untuk menyampaikan.

Komunikator dibagi dalam dua tipe utama :

a. Komunikator dengan Citra Diri Sendiri (The Communicator’s Self Image)

4

(51)

Komunikator tipe ini lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Proses pengiriman pesan didasarkan atas keinginan sang komunikator. Mereka mengukur kesuksesan komunikasi dari segi kesuksesan mencapai target sasaran secara kuantitatif.

b. Komunikator Dengan Citra Khalayak (The Communication’s Image Of The Audience)

Komunikator dengan citra atau kepentingan khalayak adalah komunikator yang mencoba memahami kebutuhan khalayak. Mereka sedapat mungkin memperoleh empati dengan hal-hal yang diinginkan oleh khalayak.

Komunikator tipe ini terbagi atas :

i. Paternalisme (paternalism). Hubungan antara komunikator dengan khalayak seperti hubungan ayah dan anak. Komunikator menganggap fungsi mereka adalah untuk mendidik dan menginformasikan khalayak. Sementara kebutuhan subjektif, kepentingan dan kesukaan diri mereka tidak terlalu menjadi perhatian. Contoh : Iklan layanan masyarakat, misalkan wajib belajar 9tahun, program KB dll.

(52)

iii. Profesionalisasi (profesionalization). Efek ini menyebabkan komunikator berpikir bahwa mereka kompeten untuk memutuskan isi media dan mengetahui lebih baik apa yang seharusnya dilakukan untuk khakayak. Contoh : Editor, Redaktur pelaksana sebuah majalah/Koran, Dosen dll.

iv. Ritualisme (ritualism). Komunikator tidak melakukan apapun yang melebihi usaha mereka menciptakan keadaan menyenangkan audiens atau khalayak. Mereka menjadikan komunikasi sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan diantara target khalayak. Contoh : Informasi pelaksanaan kerja bakti di lingkungan, ceramah dalam mimbar-mimbar keagamaan.

2.1.4.2. Syarat-syarat Komunikator

Diperlukan persyaratan tertentu para komunikator dalam program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka seseorang komunikator mempunyai hal berikut :

a) Kepandaian

(53)

minat pendengar, pembaca & dapat memberikan keterangan-keterangan secara sistematis serta mudah ditangkap.

b) Sikap komunikator

Sikap sombong, angkuh menyebabkan pendengar atau penonton muak dan menolak uraian dari komunikator. Sikap ragu-ragu menyebabkan pendengar atau penonton kurang percaya terhadap uraian komunikator. Tetapi sikap tegas akan menyebabkan pendengar percaya dan sikap ini harus bersumber pada hubungan kemanusiaan (human relation). Makin baik hubungan kemanusiaannya makin lancarlah komunikasi.

c) Pengetahuan Komunikator

Komunikator yang kaya akan pengetahuan dan menguasai secara mendalam apa yang akan disampaikan akan lebih mudah menyampaikan uraian-uraian yang mudah menemukan contoh-contoh, sehingga komunikasinya makin lancar.

d) Sistem sosial

Dalam hal ini ada dua macam sistem sosial, yaitu : - Sistem sosial yang bersifat formal (organisasi) - Sistem sosial nonformal (susunan masyarakat biasa)

(54)

sistem sosial ini. Sehingga komunikator akan mudah melakukan interaksi dan menyampaikan pesannya kepada khalayak.

e) Keadaan Lahiriah Komunikator

Terutama dalam komunikasi lisan, suara yang mantap, ucapan yang jelas, laga lagu yang baik, serta gerakan tangan yang sehat dapat mendukung pembicaraan.

f) Memiliki kedekatan dengan khalayak

Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada saat tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial.

(55)

Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percaya sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang luas. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber : dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamis, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens atau khalayak.

Menunjukan motivasi dan niat. Cara komunikator menyampaikan pesan berpengaruh terhadap audiens atau khalayak dalam memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khalayak akan berbeda.

2.1.4.3. Tugas Komunikator

(56)

di dalam sebuah organisasi. Ayat-ayat untuk menjadi komunikator yang efektif, dari sisi mendengar aspirasi adalah :

a. Berhentilah bicara

Sebab begitu kita mulai membuka mulut, usaha kita ditujukan sepenuhnya untuk membuat orang lain mengerti. Rangkaian argument yang kita ungkapkan hanya untuk memperkuat posisi. Belajar untuk berhenti bicara bukanlah persoalan yang mudah terutama bagi orang-orang yang merasa memiliki jabatan penting dan menganggap orang yang dihadapinya lebih rendah posisinya.

b. Biarkan orang lain bicara dengan leluasa

Sebab apa yang dipikirkan dan juga dirasakan orang lain merupakan energi yang kuat untuk bekerja atau berhenti bekerja. Biarkan orang lain memiliki kesempatan yang cukup nyaman untuk mengutarakan segala gagasannya. Sering kali ide-ide brilian justru muncul dari arah yang tidak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Syarat untuk menjaring ide-ide cemerlang adalah kemampuan untuk menahan diri tidak menyela pembicaraan orang lain.

c. Berikan apresiasi dan perhatian kepada pembicara

(57)

mulut. Jangan ada keinginan untuk memotong pembicaraan orang lain dengan alas an bahwa waktu rapat sangat terbatas atau dengan mengatakan sebaiknya gagasan orang itu situliskan saja.

d. Janganlah menyela dan mengganggu pembicara

Sebab pembicara ingin sekali mendapatkan perhatian, memalingkan wajah pun sangat mengganggu perasaan dari pembicara. Sangat tidak dibenarkan bila kita memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara, sementara kita menulis atau membaca Koran, misalnya. Kalaupun pembicara dan pendengar itu terhalang oleh hiasan bunga di meja, kita perlu segera memindahkannya. Biarkan si pembicara tuntas menyuarakan pikirannya.

(58)

2.1.5. Tinjauan Tentang Dalang Secara Umum 2.1.5.1. Sejarah Dalang

Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang. Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun-temurun dari leluhurnya. Seorang anak dalang akan bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia akan mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur wayang (nyimping), menjadi pengrawit atau duduk dibelajang ayahnya untuk membantu mempersiapkan wayang yang akan dimainkan.

Selama mengikuti ayahnya mendalang dalam kurun waktu yang lama dari kecil hingga remaja, inilah proses pembelajaran itu terjadi dengan sangat alami, dan rata-rata anak dalang akan bisa mendalang setelah besar nanti. Tetapi banyak juga seorang anak dalang tidak akan menjadi dalang di kelak kemudian hari, karena mempunyai pilihan hidup sendiri, misalnya berprofesi menjadi pegawai negeri, swasta, TNI dan sebagainya.

(59)

berawawasan luas dan berpikir kritis. Dalam perguruan tinggi inilah lahir pula dalang yang bukan berasal dari keturunan seorang dalang.5

2.1.6. Tinjauan Tentang Humor 2.1.6.1. Sejarah Humor

Humor sudah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor, sebagai salah satu sumber rasa gembira, dan sudah menyatu dengan kelahiran manusia sendiri. Jika dilacak asal usulnya, humor berasal dari kata latin “umor” yang berarti cairan. Sejak 400 SM, orang Yunani Kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu : darah (sanguis), Lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy).6

Pertimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu. Darah menentukan suasana gembira (sanguine), Lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak

5 http://bloggerpurworejo.com/2009/12/dalang-wayang-kulit-purworejo/

(60)

pemarah. Kelebihan empedu kuning menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius dan licik (Manser, 1989).7

Teori mengenai cairan ini merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor. Namun demikian, ajaran yang disusun oleh Plato ini tampaknya sudah tidak ada hubungannya dengan pengertian umum di jaman sekarang ini. Dalam perkembangan selanjutnya, selama berabad-abad lahirlah segala macam teori yang berupaya untuk mendefinisikan humor yang mengacu pada artian humor seperti yang sekarang lazim dimaksudkan yang ada hubungannya dengan segala sesuatu yang membuat orang menjadi tertawa gembira.

Di Indonesia secara informal humor juga sudah menjadi bagian dari kesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahkan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang dalam istilah lainnya sering disebut dengan lawak, banyolan, dagelan dan sebagainya menjadi lebih terlembaga setelah Indonesia merdeka.

2.1.6.2. Pengertian Humor

Berdasarkan telaah teoritis mengenai humor dapat disimpulkan bahwa humor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

7

(61)

a. Humor sebagai stimulus (humor stimulus) b. Humor sebagai respons (sense of humor) c. Humor sebagai istilah.

Humor sebagai stimulus dapat diartikan bahwa humor adalah objek (kata-kata/perilaku dalam bentuk audio dan visual), baik dalam bentuk konkret maupun dalam bentuk imajinasi (abstrak) yang berpotensi menimbulkan perilaku tersenyum/tertawa.8

Humor sebagai respons (sense of humor). Sebagai respons, humor adalah kecenderungan individu untuk bersikap positif pada lingkungan atau individu lain dengan menampilkan berpilaku tersenyum dan tertawa.9

Terakhir humor sebagai istilah. Sesuai dengan tinjauan perkembangan mengenai konsep humor yang dibahas oleh Martin (2003), humor adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan perilaku tersenyum dan tertawa yang terjadi karena hal yang positif.10

2.1.6.3. Fungsi Humor

Adapun fungsi dari Humor menurut beberapa ahli, yaitu : Menurut Sujoko (1982) humor dapat berfungsi untuk :

8,9,10

(62)

1. Humor melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan;

2. Humor dapat menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar;

3. Humor dapat mengajar orang melihat persoalan dari berbagai sudut;

4. Humor dapat menghibur;

5. Humor dapat melancarkan fikiran;

6. Humor dapat membuat orang mentolelir sesuatu; 7. Humor dapat membuat orang memahami soal pelik;11

James Danandjaya (dalam Suhadi, 1989), mengatakan bahwa: “Fungsi humor yang paling menonjol yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang”.

Perasaan itu bisa disebabkan oleh macam-macam hal, seperti ketidakadilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebadan mengeluarkan pendapat. 12

Pada akhirnya untuk menjadikan humor yang “baik”,

harus melihat situasi dan kondisi. Humor dilakukan dengan tidak terlalu berlebihan, agar “mutu” humor tetap terjaga. Humor

11,12

(63)

sebagai sarana komunikasi sosial diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh berbagai ragam individu.13

2.1.6.4. Humor dalam Program Acara

Salah satu cara untuk menciptakan suasana menyenangkan di dalam suatu proses interaksi adalah dengan menciptakan humor. Dengan adanya program acara televisi yang banyak dihadirkan dengan tema humor memiliki peringkat yang tinggi. Ini membuktikan humor merupakan hal yang paling banyak digemari. Keberadaan humor dapat mencairkan situasi yang kaku, memecahkan kebosanan, menciptakan keakraban, menciptakan suasana lebih kondusif, sekaligus hal yang dapat melegakan jiwa. Humor yang beredar di masyarakat memiliki beragam bentuk dan fungsi. Dari bentuknya ada humor yang berbentuk lisan, tulisan bahkan gambar yang biasa disebut karikatur.

Singkatnya humor dalam kegiatan berinteraksi sebagai seorang dalang yang hanya pandai melawak, maka proses pertunjukan program acara menjadi semacam pertunjukan lawak dan memiliki makna. Humor dalam kegiatan interaksi komunikasi ini pada dasarnya hanya sebagai pemecah kekakuan, mengatasi kejenuhan, menciptakan motivasi. Menciptakan suasana aman, dan keakraban. Humor yang bermutu tidak sekedar mengajak untuk berhenti hanya pada hal yang lucu dan efek tertawanya.

13

(64)

Humor yang bagus adalah yang mampu membuat orang terpancing untuk tertawa atas materi dan tidak selesai sampai disitu.

2.1.7. Tinjauan Tentang Televisi 2.1.7.1. Pengertian Televisi

Televisi adalah sebuah media Telekomunikasi yang terkenal sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun warna, Televisi juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, kata “televisi”

merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai Telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia “televisi” secara tidak formal disebut dengan TV, tivi,

teve atau tipi. (Effendy, 2003:190)

2.1.7.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

(65)

Media massa bertindak sebagai pengamat lingkungan dan selalu akan memberikan berbagai informasi atas hal-hal yang tidak dapat terjangkau khalayak.

Media massa sebagai gate keeper artinya lebih menekankan kepada pemilihan, penilaian, penafsiran tentang apa yang patut di sampaikan kepada khalayak.

Media massa berfungsi sebagai jembatan tata nilai dan budaya dari generasi satu ke generasi berikutnya atau dapat di katakan sebagai media pendidikan. (Effendy, 2003:194)

2.1.8. Tinjauan Tentang Program Acara

2.1.8.1. Jenis-jenis tayangan program acara televisi

Berikut ini ada beberapa jenis tayangan program acara televisi yang bernilai edukatif dan memberi positif bagi yang menyaksikan. Beberapa jenis tayangan program televisi yaitu : i. Tayangan Program Berita

(66)

Tayangan-tayangan berita ini disajikan dalam berbagai format tayangan, diskusi, dialog, talk show dan sebagainya. Jenis tayangan berita yang bersifat hiburan dan kurang memberi efek positif perlu diwaspadai. Seorang remaja yang terlalu sering menyaksikan berita-berita infotainment akan terjebak pada budaya gossip yang kurang bermanfaat bagi dirinya. Menyaksikan berita-berita gossip artis bagi remaja tak akan memberi pengaruh positif bagi perkembangan dirinya.

ii. Tayangan Program Motivasi

Tayangan motivasi memberi pengaruh berupa suntikan semangat bagi yang menyaksikan. Tayangan motivasi dapat men-charger seseorang yang sedang kesulitan dan lelah menghadapi berbagai persoalan hidup.

iii. Tayangan Program Petualangan dan Ensiklopedia

(67)

iv. Tayangan Religi

Tayangan religi juga sangat baik untuk dijadikan tayangan program acara televisi pilihan. Program jenis ini biasanya banyak ditemukan di pagi hari. Berbagai jenis sajian dan narasumber yang bervariasi karakter penyajiannya dapat disaksikan diberbagai stasiun televisi tanah air.

v. Tayangan Hiburan

Tayangan hiburan merupakan salah satu tayangan yang banyak menarik perhatian khalayak banyak. Dimana, dengan adanya tayangan hiburan yang mengandung unsur komedi/humor ini dapat berpengaruh terhadap pola pikir khalayak. Dengan perkembangan zaman, dan permasalahan yang ada diharapkan agar setiap individu mempu mengendalikan emosi dirinya agar tidak berlarut-larut dalam memikirkan segala kesulitan yang dihadapi. Maka, dibuatlah acara tayangan program yang bersifat memberikan hiburan bagi khalayak.

vi. Tayangan Olahraga

(68)

2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1. Kerangka Teoritis

Menurut Onong Uchjana Effendy, “daya tarik adalah kekuatan, penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy, 1989 : 181).

Berdasarkan definisi mengenai daya tarik tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa daya tarik adalah kekuatan dalam membentuk kesan dari suatu bentuk komunikasi yang sangat berperan dalam membentuk animo komunikan.

Maka, peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik dalam penelitian yang akan dilakukan di jawab dengan mengangkat subfokus kekuatan, penampilan, pesan dan media.

1. Kekuatan ialah keteguhan atau kekukuhan dan mempunyai keunggulan dalam sesuatu.

2. Pesan adalah suatu isi atau informasi yang akan disampaikan melalui proses komunikasi.

3. Media merupakan saluran komunikasi, dalam hal ini media yang diteliti adalah media yang digunakan sebagai alat pendukung dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.

(69)

2.2.2. Kerangka Konseptual

[image:69.595.104.504.337.560.2]

Pada kerangka konseptual, peneliti akan menerapkan faktor daya tarik menurut onong uchjana effendy dalam aplikasinya yang melingkupi secara keseluruhan dari program ke dalam masalah penelitian yaitu Daya Tarik Tayangan Program Acara Pojok Si Cepot di STV Bandung.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Sumber : Effendy (1989 : 181), Pemikiran peneliti , 2012.

Dengan menggunakan definisi daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy dalam aplikasinya melingkupi secara keseluruhan dari program acara Pojok Si Cepot ke dalam masalah penelitian, yaitu Daya Tarik Dalang Pada Program Pojok Si Cepot di STV Bandung.

DAYA TARIK Komunikator Program

Acara Pojok Si Cepot di STV Bandung

Komunikasi yang dikemas humor oleh dalang pada

bagi penontonnya Effendy (1989 : 181) :

1. Kekuatan

2. Pesan

(70)

1. Kekuatan merupakan kelebihan atau keuntungan yang diunggulkan dari dalang pada program acara Pojok Si Cepot dalam memberikan informasi melalui komunikasi yang dikemas dengan humor bagi penontonnya.

2. Pesan merupakan isi atau informasi dari program tayangan Pojok Si Cepot yang ingin disampaikan kepada publik dan para komunikan yaitu penontonnya.

3. Media disini sebagai alat atau sarana yang digunakan dalang untuk menyampaikan pesan dan informasi, serta sebagai media pendukung dalam program Pojok Si Cepot bagi para komunikannya yaitu penonton.

Dalam penelitian ini, peneliti menekankan kepada keberhasilan dalang dalam berkomunikasi untuk menyampaikan informasi kepada penontonnya yang mana penonton disini memang merupakan penonton setia dari tayangan program acara Pojok Si Cepot, sehingga penonton setia STV Bandung memilih program Pojok Si Cepot sebagai program hiburan favorit mereka, yang mana tidak hanya sebagai hiburan tapi dapat memberikan informasi, pesan, menarik dan mendidik.

(71)

STV Bandung dan anggota grup laman jejaring sosial facebook dan twitter untuk komunitas pecinta tayangan pojok si cepot khususnya bagi

warga Jawa Barat.

1. Facebook “Cepot Holic STV”

Facebook “Cepot Holic STV” merupakan sarana bagi para

pecinta acara Pojok Si Cepot, penonton yang tergabung sebagai anggota dalam grup “Cepot Holic STV” ini dapat melakukan

interaksi langsung dan memberikan saran ataupun kritik secara online melalui laman grup facebook. Hingga kini anggotanya mencapai 4506 orang dan itu tidak hanya bagi mereka yang berasal dari tanah sunda, namun dari luar jawa bahkan luar negeri pun ada.

2. Twitter (@cepotholicstv)

(72)

107

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro., Komala, Lukiati., Karlinah, Siti. 2007. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Effendy, Onong Uchjana. 1989. KamusKomunikasi. Bandung : Mandar Maju Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung

: PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong. Uchjana 2006. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hafied, Cangara 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.

Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Humoris : Belajar Komunikasi Lewat Cerita dan Humor. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar.. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin 1999. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja. Sugiyono 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

(73)

Sumber Lain (Skripsi)

Al Fajar, Hanif. Apresiasi Pemirsa Terhadap Tayangan Pojok Si Cepot di STV (Studi Deskriptif Mengenai Apresiasi Anggota Daya Mahasiswa Sunda Terhadap Tayangan Pojok Si Cepot di STV). Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Komunikasi. UNPAD Bandung. 2008

Sofyan, Ganjar Yudhiono. Hubungan Daya Tarik Acara Pojok Si Cepot di STV Bandung Dengan Sikap Siswa Terhadap Seni Wayang Golek di SMA

Gambar

Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait