LAMPIRAN
3.3 PERALATAN PENGUJIAN
Peralatan ukur yang digunakan dalam pengujian turbin pelton ini adalah :
3.2.1 Regulator
Regulator berfungsi untuk mengalirkan udara yang berada pada tabung pengisian udara ke tabung pengisian air dengan tekanan tertentu. Tekanan yang
digunakan sebesar 8 bar hingga 7 bar. Spesifikasi dari regulator adalah :
• Tipe/merk : YAMATO
• Tekanan maksimum : 3000 Bar
3.2.2 Hand Tachometer
Hand Tachometer digunakan untuk mengukur putaran (rpm) poros turbin pelton dan poros generator. Spesifikasi hand tachometer yang digunakan adalah :
• Tipe/Merk : Krisbow KW06-303
• Ketelitian (akurasi) : ± 0,05% + 1 digit
• Range : automatic
• Sampling time : 1 s (over 60 rpm)
Gambar 2. Hand Tachometer
3.2.3 Multimeter
Multimeter digunakan untuk mengukur besarnya tegangan listrik (volt) yang dibangkitkan oleh generator. Multimeter yang digunakan adalah tipe Sanwa CD8002 digital multimeter dengan spesifikasi:
Range : DC voltage : 0, 0.2, 2, 20, 200, 1000 V AC voltage : 0, 200, 750 V
DC current : 0 µA, 200 µA, 2 mA, 20 mA, 200 mA
Resistance : 200 Ω, 2 kΩ, 20 kΩ, 200 kΩ, 2000 kΩ
3.2.4 Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter puli penggerak dan puli
yang digerakkan serta ukuran-ukuran sudu.
Gambar 4. Jangka sorong
3.2.5 Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur panjang perancangan turbin pelton
panjang selang dari tabung berisi udara ke tabung berisi air, dan selang dari tabung
berisi air ke nosel.
2. TABEL
Tabel 2. Faktor-faktor V, X, Y dan Xo, Yo
4. ESTIMASI BIAYA PEMBUATAN TURBIN
No Nama Bahan Harga (Rupiah) 1 Tabung freon ( @2 ) Rp. 100.000,00 2 Selang ( 2mtr)` Rp. 30.000,00 3 Pressure gauge ( @3) Rp. 150.000,00
4 Governor Rp. 100.000,00
5 Kran ( @2 ) Rp. 20.000,00 6 Dinamo sepeda Rp. 100.000,00 7 Puli ( @4) Rp. 350.000,00
8 Poros Rp. 50.000,00
9 Rumah Turbin Rp. 100.000,00 10 Sudu turbin (@2) Rp. 200.000,00
11 Nozel Rp. 50.000,00
12 Sabuk Rp. 20.000,00
13 Dudukan turbin Rp. 100.000,00 14 Dudukan Generator Rp. 35.000,00
15 Kabel Rp. 5.000,00
16 Lampu Rp. 5.000,00
17 Dudukan tabung (@2) Rp. 70.000,00 18 Dudukan Galvanometer Rp. 20.000,00 19 Pipa besi output air Rp. 50.000,00
DAFTAR PUSTAKA
1. Dandekar, M.M. dan Sharma K.N. 1991. Pembangkit Listrik Tenaga Air Jakarta:
Universitas Indonesia.
2. Gupta V.P, Alam Singh dan Manish Gupta.1999. Edisi Ketiga Fluid Mechanics, Fluids
Machines and Hydraulics. New Dehli: CBS Pulishers & Distributors.
3. L. V. Steeter dan Wylie B. 1993. Mekanika Fluida. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. 4. MSME, Sularso. 2004. Cetakan ke Sebelas. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Eleman
Mesin. Jakarta: P.T. Pradnya Paramita.
5. Nigel, Smith. 1994. Motors as Generators for Micro-Hydro Power. London: ITDG
Publishing.
6. Rajput R.K. dan Chand S. 1998. A Textbook of Hydraulic Machines. New Dehli: S.
Chand & Company LTD.
7. Warnick, C.C. 1984. Hydropower Engineering. New York: Prentice Hall, Inc.
8.
9.
10.
11.
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN DAN PENGUJIAN
3.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN
Parameter-parameter dalam menentukan perencanaan saluran air dan
pemilihan turbin pelton mini adalah sebagai berikut :
Tekanan udara, p = 7 bar Massa jenis air, ρ = 1000 kg/m3
Percepatan gravitasi bumi, g = 9,81 m/detik2 Penggunaan jumlah sudu, z = 16
Diameter roda turbin, D = 68 mm = 0,068 m
Kapasitas aliran air, Q = 6,96 L/menit = 1,16 . 10-4 m3/detik
Head turbin, � = ��
. �
�= 7 . 10
5
1000 . 9,81 = 71,35 �
3.1.1 Perencanaan Saluran Udara dan Air
3.1.1.1 Wadah Penyimpanan Udara dan Air
Wadah penyimpanan udara dan air menggunakan tabung gas Freon R-22
dengan spesifikasi sebagai berikut :
• Net weight : 30 lb = 13,6 kg
• Kapasitas maksimum udara : 125 Psi = 8,68 bar
(a) (b) Gambar 3.1. (a) Tabung pengisian untuk udara
(b) Tabung pengisian untuk air
3.1.1.2 Selang Saluran Udara dan Air
Selang saluran untuk udara menggunakan selang kompresor yang
berdiameter 6 mm dengan panjang selang 1 m. Sedangkan, selang saluran untuk air
menggunakan selang kompresor yang berdiameter 9 mm dengan panjang selang 1 m.
(a) (b)
Gambar 3.2. (a) Selang saluran untuk udara (b) Selang saluran untuk air
3.1.2 Perencanaan Nosel
� = 0,54 ��
� = 0,54 �1,16. 10
−4
�71,35
� = 0,54 �1,386 = 0,002 �
Gambar 3.3. Ukuran diameter nosel
3.1.3 Perencanaan Turbin
3.1.3.1 Kecepatan Air Keluar Nosel
� = ���2.�.�...(Rajput & S. Scand, 1979 ; 1061)
� = 0,98 �2 . 9,81 . 71,35
� = 0,98 √1373,4 = 36,32 �������
3.1.3.2 Kecepatan Keliling Roda Turbin
� = ∅�2.�.�… … …(Gupta and Alam Singh.1999 ;887)
� = 0,45 �2 . 9,81 . 71,35
�= 0,45 �1373,4 = 16,83 ������
3.1.3.3 Putaran Teoritis Turbin
� = 60 �
�.� ...(Gupta and Alam Singh.1999 ;887)
� = 60 . 16,83
� . 0,068
� =1000,8
3.1.3.4 Ukuran Sudu
7. Lebar sudu (b)
�= (4 �.� 5) � ... (Modi & Seith, 1979 ; 976)
�= 4 . 2 = 8 ��
8. Tinggi sudu (h)
ℎ= (2,1 �.� 2,7) �... (Modi & Seith, 1979 ; 976)
ℎ= 2,1 . 2 = 5,4 ��
9. Kedalaman sudu (t)
�= (0,81 �.� 1,05) �... (Modi & Seith, 1979 ; 976)
�= 0,81 . 2 = 1,62 ��
10. Lebar celah sudu (m)
�= (1,1 �.� 1,25) � ... (Modi & Seith, 1979 ; 976)
�= 1,1 . 2 = 2,2 ��
11. Sudut pancaran air masuk sudu (β1)
�1 = 5o− 8o ... (Modi & Seith, 1979 ; 976)
12. Sudut pancaran air keluar sudu (β2)
�2 = 160o− 170o ... (Modi & Seith, 1979 ; 976)
3.1.3.5 Gaya Pancar Air Terhadap Sudu
� = � .� (� − �)(1− �����2) .…(Finnemore dan Franzini, 2006)
� = 1000 . 1,16. 10−4 (36,32−16,83) (1−0,8 cos 170o)
� = 1000 . 1,16. 10−4 (36,32−16,83) [1−0,8(−0,985)]
� = 0, 116 . 19,64 . 1,788 = 4 �
Gambar 3.5. Diagram vektor kecepatan pada sisi masuk dan sisi keluar sudu
3.1.3.6 Daya
2. Daya hidrolis
Pa= ρ . g . Ht . Q
Pa = 1000 . 9,81 . 71,35 . 1,16.10-4 = 81,19 W
3. Daya kinetik pancaran air
�� =
1
2 � .� .�
3
�� =
1
2 . 1000 .
�
4 . 0,002
2. 36,323
�� = 75,22 �
4. Daya poros turbin
��= � .�
3.1.3.7 Putaran Spesifik
�
�=
�√��5 4�
...(M.M. Dandekar & K.N.Sharma. 1991 ;397)
�
�=
476570√0,067325 4�
.
��= 6,0789 rpm
3.1.3.8 Efisiensi
3. Efiisiensi sudu turbin
�� = ���
� . 100 %
�� = 67,3275,22 . 100 %
�� = 0,8949 . 100 % = 89,49 %
4. Efisiensi turbin
�� = ���
� . 100 %
�� =
67,32
81,19 . 100 %
�� = 0,8291 . 100 % = 82,91 %
3.1.4 Perencanaan Poros
1. Daya rencana poros
�� = �� . � ……….(Sularso, 2004 : 7)
�� = 1,4 . 67,32
�� = 94,24 � = 0,09424 �W
�= 9,74 � 105 ��� ……….(Sularso, 2004 : 7)
�= 9,74 � 105�0,09424 3849 �
�= 23,6 ��.��
3. Tegangan geser ijin bahan
�� = ����
1���2
……….……….(Sularso,2004: 8)
Kekuatan tarik untuk bahan St 37, �� = 37 ��/��2, faktor keamanan
puntir untuk bahan St 37 dipilih sebesar 6,0 dan faktor keamanan akibat pengaruh
konsentrasi tegangan dipilih 1,7. Maka, tegangan geser ijin bahan adalah :
�� =
37
6 � 1,7= 3,63 ��/��
2
4. Diameter poros
�� = [ 5,1�� �(�� .�)2 + (�� .�)2]
1/3
……….(Sularso,2004: 18)
Akibat gaya tangensial terjadi tumbukan dari fluida kerja yang mengenai
sudu pada poros turbin. Karena terdapat beban pada poros yaitu sebesar 3,92 N = 0,4
kg, maka diperoleh :
(+) F
(-) A B
a b
RA 35 mm 50 mm RB
• Σ�� = 0
−�� . (�+�) + ����� . (�) = 0
�� = �����
. (�) (�+�)
�� = (35 + 50)0,4 .35
�� = 0,16 ��
• Σ�� = 0
��(�+�) − ����� . �= 0
�� = �����
. � (�+�)
�� =
0,4 . 50 (35 + 50)
�� = 0,23 ��
Harga momen lentur untuk vertikal :
• �� = �� (�+�)
�� = 0,23 (35 + 50)
�� = 19,55 ��.��
Faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur dipilih sebesar
2,0. Faktor koreksi terhadap momen puntir dipilih 1,5 dan momen puntir poros telah
dihitung sebelumnya yaitu sebesar 19,55 kg.mm. Maka, diameter poros turbin adalah :
�� = [ 3,635,1 �(2 . 19,55)2 + (1,5 . 23,7)2]1/3
Gambar 3.7. Perencanaan poros
5. Tegangan geser pada poros
�� = �16 . ���3 ...(Sularso,2004: 7)
�� =
16 . 23,6
� . 103 = 0,12 ��/��2
Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan di atas, terlihat bahwa
tegangan geser yang terjadi lebih kecil daripada tegangan geser yang diijinkan τp < τa
(τa = 3,63 kg/mm2). Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa poros ini aman
untuk digunakan pada turbin yang dirancang untuk memindahkan daya dan putaran
yang telah ditentukan.
6. Gaya tangensial poros
�� =���
�/2�... (Sularso,2004: 25)
�� =�
23,7
10/2�= 4,6 ��
3.1.5 Perencanaan Bantalan
Direncanakan jenis bantalan poros adalah bantalan gelinding jenis bantalan
bola untuk diameter lubang sebesar 10 mm yang terdapat pada tabel 2.2 bab 2, yaitu :
• Nomor bantalan : 6000
• Diameter luar (D) : 26 mm
• Lebar bantalan (B) : 8 mm
• Radius (r) : 0,5 mm
• Kapasitas nominal spesifik dinamis spesifik (c) : 360
• Kapasitas nominal spesifik statis spesifik (co) : 196
5. Beban Ekuivalen Dinamis
P = X . V. Fr + Fa .Y.. ...(Sularso,2004: 135)
Gaya radial yang timbul adalah gaya akibat berat puli yaitu sebesar Fpuli =
Fr = 3,92 N. Sedangkan untuk gaya aksial yang timbul akibat tumbukan
dari fluida kerja yang mengenai sudu yaitu sebesar Fa = 4 N. Pada tabel 2.3
bab 2, diperoleh :
V = 1, X = 0,56, Y = 1,9, Xo = 0,6, dan Yo = 0,5
Maka :
P = 0,56 . 1 . 3,92 + 4 . 1,9 P = 2,19 + 7,6
P = 9,79 N 6. Faktor Kecepatan (fn)
�� = �33,3� �
1 3
...(Sularso,2004: 136)
Untuk putaran turbin n = 2353 rpm. Maka, faktor kecepatan (fn) adalah :
�� = �
33,3 2353�
1 3
= 0,242
�ℎ = �� ��... ...(Sularso,2004: 136)
Pada putaran maksimum turbin (karena adanya beban puli) n = 2353 rpm.
Maka, faktor umur (fh) adalah :
�ℎ = 0,242 �
360
9,79� = 8,9
8. Umur Bantalan (Lh)
�ℎ = 500 �ℎ3...(Sularso,2004: 136)
Pada putaran maksimum turbin (karena adanya beban puli) n = 4445 rpm.
Maka, umur bantalan (Lh) adalah :
�ℎ = 500 . 8,93
�ℎ = 353346 ���
3.1.6 Perencanaan Sekrup
1. Tegangan geser ijin bahan
�� = ��� �
Kekuatan tarik untuk bahan St 37, �� = 37 ��/��2 = 362,97 N/mm2 dan
faktor keamanan baut direncanakan sebesar 6,0. Maka, tegangan geser ijin bahan
adalah :
�� =
362,97
6 = 60,49 �/��
2
2. Diameter ulir (dc)
�� =�
2 �
��
Beban aksial pada sekrup sama dengan gaya aksial yang dipancarkan air ke
sudu turbin sebesar W = 4 N, sehingga diameter batang ulir sebesar :
�� =�
2 . 4 60,49
�� =�0,132 = 0,363 ��
3. Diameter luar batang sekrup (d)
� = 1,25 ��
� = 1,25 . 0,363 = 0,454 ��
Dari tabel 2.4 bab 2, penggunaan sekrup dapat dilihat untuk d = 0,454 mm
Gambar 3.9 . Sekrup
3.1.7 Perencanaan Puli dan Sabuk
3.1.7.1 Untuk Diameter Puli Berukuran 12 mm (Dp1 = 12 mm)
Gambar 3.10. Diameter puli berukuran 12 mm 5. Torsi puli
�� =� .��2��
�� = 3,92 .�122�
�� = 23,52 �.��
6. Tarikan efektif rem
�� = ��
�/ 2
�� =
23,7
7. Koefisien gesek
�= ln�� −ln(�� − �)
����
�= ln 3,95−ln(3,95− 3,92)
���� �= 0,373
8. Koefisien gaya terhadap gaya gesek
�= � . �� . �� . ��
�= 0,383 . 71,04 .�
4 (0,012)
2. 0,005
�= 1,538 . 10−5�
3.1.7.2 Untuk Diameter Puli Berukuran 34 mm (Dp2 = 34 mm)
Gambar 3.11. Diameter puli berukuran 34 mm
1. Torsi puli
�� =� .��2��
�� = 3,92 .�
34
2�= 66,64 �.��
2. Tarikan efektif rem
�� = ��
� / 2
�� =
23,7
3. Koefisien gesek
�= ln�� −ln(�� − �)
����
�= ln 1,39−ln(1,39− 3,92)
���� �= 0,089
4. Koefisien gaya terhadap gaya gesek
�= � . �� . �� . ��
�= 0,089 . 71,04 .�
4 (0,034)
2. 0,005
� = 2,869 . 10−5�
3.1.7.3 Untuk Diameter Puli Berukuran 54 mm (Dp1 = 54 mm)
Gambar 3.12. Diameter puli berukuran 51 mm
1. Torsi puli
�� =� . (�2�)
�� = 3,92 .�512�= 99,96 �.��
2. Tarikan efektif rem
�� = ��
�/ 2
�� =
23,7
51/2= 0,93 �
�= ln�� −ln(�� − �)
����
�= ln 0,93−ln(0,93− 3,92)
���� �= 0,019
4. Koefisien gaya terhadap gaya gesek
�= � . �� . �� . ��
�= 0,019 . 71,04 .�
4 (0,051)
2. 0,005
� = 1,378 . 10−5�
3.1.7.4 Transmisi Puli dan Sabuk
1. Rasio kecepatan
�= ��1
2
………...(Sularso, 1991 : 166)
Diambil putaran tinggi pada hasil pengujian yaitu : n1 = 2353 rpm dan n2 =
4830 rpm, sehingga rasio kecepatannya adalah :
�= 2353
4830= 0,487
2. Kecepatan sabuk
�= ��1 . �1
60 . 1000 ………..……...(Sularso, 1991 : 166)
Diambil diameter puli penggerak sebesar Dp1 = 34 mm dan putaran puli
penggerak n1 = 2353 rpm, sehingga kecepatan sabuk sebesar :
�= ��1 . �1
60 . 1000
�= 0,034 . 2353 60 . 1000
�= 0,0013 �/����� = 0,08 m/menit
3. Koefisien gesek antara puli dan sabuk
�= 0,45− 42,6 152,6 +�
�= 0,45− 42,6
152,6 + 0,08= 0,171
Gambar 3.13. Sabuk yang digunakan adalah sabuk gilir (timing belt)
4. Panjang sabuk
�=�
2(�1+ �2) + 2�+
(�1−�2)2
4� …………...(Sularso, 1991 : 170)
�=�
2(34 + 12 ) + 2 . 150 +
(34− 12)2
4 . 150
�= 72,22 + 300 + 0,8 = 373 ��
3.1.8 Perencanaan Generator
Spesifikasi dari generator (dinamo) adalah sebagai berikut :
Tipe/Merk : Elephant
Tegangan : 6 – 12 Volt
Daya : 6 Watt
Arus : 0,5 Ampere
3.2 PELAKSANAAN PERANCANGAN DAN PENGUJIAN
3.2.1 Waktu dan Tempat
Perancangan dan pengujian turbin pelton dilakukan pada bulan Januari 2012 di Bengkel
Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan, Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Pengamatan dan Tahap Pengujian.
Adapun data – data yang diambil (dicatat) adalah :
1. Tegangan listrik yang dihasilkan generator (volt)
2. Putaran poros pada turbin dan generator (rpm)
3. Intensitas cahaya (Terang, Redup, dan Mati)
Sebelum dilakukan pengujian Turbin Pelton dan pengambilan data, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan (checking) terhadap beberapa instalasi dan peralatan, yang meliputi:
1. Pemeriksaan tekanan udara di tabung I (tabung berisi udara).
2. Pemeriksaan volume air di tabung II (tabung berisi air).
3. Pemeriksaan selang penghubung antara Tabung I dan tabung II dan selang ke
nozel.
4. Pemeriksaan semua katup (tabung I, tabung II dan nozel).
5. Pemeriksaan instalasi lampu sebagai beban.
6. Pemeriksaan V-Belt dan sistem tranmisi puli.
7. Pemeriksaan generator.
Setelah prosedur pemeriksaan terhadap beberapa instalasi dan peralatan di atas selesai
dilakukan maka prosedur pengujian pun dapat dimulai. Adapun prosedur pengujian Turbin
1. Pasang puli yang berdiameter 12 mm pada poros turbin dan poros generator
(perbandingan 12 mm : 12 mm), setelah itu hubungkan poros turbin dan generator
dengan menggunakan sabuk.
2. Tabung I (tabung berisi udara) yang telah dipasang pressure gauge diisi udara
dengan menggunakan kompresor sampai pada tekanan 7 bar. Tabung II diisi penuh
dengan air. Pasangkan nozel dengan selang lalu pasangkan ke tabung II.
4. Katup pada tabung I yang berisi udara dengan tekanan 7 bar dibuka penuh
demikian juga katup pada nozel dibuka penuh. Tekanan pada tabung I sama dengan
tekanan pada tabung II. Buka katup pada tabung udara kemudian buka katup pada
nosel. Air yang yang keluar dari nosel akan mendorong sudu-sudu turbin sehingga
memutar poros turbin.
5. Mencatat hasil pengujian.
6. Lakukan pencataan untuk pengujian ke 2 sampai dengan ke 7 dengan perbandingan
puli 12 mm : 34 mm, 12 mm : 51 mm, 34 mm : 12 mm, 34 mm : 51 mm, 51 mm :
3.3 DIAGRAM ALIR PENGUJIAN
Flowchart rancangan dan pengujian Turbin Pelton mini bertekanan 7 bar dengan diameter roda turbin 68 mm dan jumlah sudu 16
Survey tempat pengujian akan dilakukan
Rancang bangun dan pengujian Turbin Pelton mini bertekanan udara 7 bar dengan
diameter roda turbin 68 mm dan jumlah sudu 16
Pengambilan data hasil pengujian Pelaksanaan pengujian
Perhitungan dan analisa hasil
pengujian
Penulisan laporan hasil pengujian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
. PERFORMANSI TURBINTabel. 4.1. Data Hasil Pengujian.
Percobaa n
Tekana n (Bar)
Diameter Puli (mm) Putaran (rpm) Tegangan
(Volt) Arus (Amper e) Daya Listrik (Watt) Intensitas Cahaya Turbin Generator Turbin Generator
1 7 12 12 2855 2780 7,64 0,5 3,82 terang
2 7 12 34 3560 1734 5,65 0,5 2,83 redup
3 7 12 51 4445 1668 5,41 0,5 2,71 redup
4 7 34 12 2353 4830 12 0,5 6 terang
5 7 34 51 3118 2079 6,73 0,5 3,37 terang
6 7 51 12 1720 3570 10,11 0,5 5,055 terang
7 7 51 34 1505 2258 7,02 0,5 3,51 terang
[image:31.595.10.584.493.740.2]Nb. Intensitas cahaya menyatakan terang/redupnya cahaya (3 Watt ≥ terang ≤ 6 Watt / Redup < 3 Watt)
Tabel. 4.2. Data Hasil Perhitungan.
Diameter Puli (mm) Putaran (rpm)
Tegangan (Volt) Arus (Ampere) Daya Listrik (Watt) Daya Turbin, Pt (Watt) Eff. (%) Turbin Generator Turbin Generator
12 51 4445 1668 5,41 0,5 2,71 6,82 8,5
12 34 3560 1734 5,65 0,5 2,83 6,13 7,6
34 51 3118 2079 6,73 0,5 3,37 5,31 6,6
51 34 1505 2258 7,02 0,5 3,51 12,46 15,64
12 12 2855 2780 7,64 0,5 3,82 5,97 7,4
51 12 1720 3570 10,11 0,5 5,055 69,89 87,7
4.1.1. Daya hidrolis
Pa= ρ . g . Ht . Q
Pa = 1000 . 9,81 . 71,35 . 1,116.10-4
Pa = 79,66 W
4.1.2. Daya listrik
PL = V . I
= 7,64 . 0.5
= 3,82 watt
4.1.3. Daya Turbin
Pt
=
���� . �� . cos �
Dimana :
�� = 0,8
�� = �1�
2
� ��2
��1
� �� = 2855 2780 � 12 12 � = 1
cos� = 0,8
PT =
3,82 0,8 .1 .0,8
= 5,96 watt
4.1.4. Efisiensi Turbin
��= ���
��=
5,96
79,66 . 100 %
��= 0,074 . 100 % = 7,4 %
4.2. ANALISA MOMEN TORSI PULI
4.2.1.Daya rencana (Pd)
�� = �� .��
�� = 1,4 .5,97
�� = 8,3 � = 0,0083 ��
4.2.2 Momen Rencana
�1 = 9,74 . 105 .� �� �1�
�2 = 9,74 . 105 .� �� �2�
Dimana :
T1 = Momen torsi puli penggerak (N.m)
T2 = Momen torsi puli yang digerakkan (N.m)
Pd = Daya rencana (kW)
n1 = Putaran poros penggerak (rpm)
n2 = Putaran poros yang digerakkan (rpm)
4.2.3 Momen Torsi Pada Puli Penggerak
�1 = 9,74 . 105 .� �� �1�
Putaran pada putaran puli penggerak (putaran turbin) sebesar 2855 rpm, sehingga momen torsi pada puli penggerak adalah :
. �1 = 9,74 . 105 .�0,0083
�1 = 2,83 ��.��
4.2.4 Momen Torsi Pada Puli Yang Digerakkan
Putaran pada puli yang digerakkan (putaran generator) sebesar 2780 rpm, sehingga momen torsi pada puli yang digerakakkan adalah :
�2 = 9,74 . 105 .� �� �2�
�2 = 9,74 . 105 .�
0,0083 2780 �
�2 = 2,91 ��.��
Menghitung momen torsi puli penggerak dan puli yang digerakkan untuk putaran
generator selanjutnya berdasarkan ukuran perbandingan puli dapat dilihat pada tabel di
[image:34.595.23.576.438.750.2]bawah ini ;
Tabel 4.3. Data hasil perhitungan untuk momen torsi puli
Percobaan
Diameter Puli (mm) Putaran (rpm)
Daya Turbin, Pt (Watt) Daya Rencana, Pd (kW)
Momen Torsi Puli
(kg.mm)
Turbin Generator Turbin Generator
Puli
Penggerak
Puli yang
Digerakkan
1 12 12 2855 2780 5,97 0,008 2,83 2,91
2 12 34 3560 1734 6,13 0,009 2,35 4,83
3 12 51 4445 1668 6,82 0,009 2,08 5,55
4 34 12 2353 4830 55,15 0,078 31,95 15,56
5 34 51 3118 2079 5,31 0,007 2,31 3,7
6 51 12 1720 3570 69,89 0,098 55,38 26,68
4.3 GRAFIK HASIL PENGUJIAN
[image:35.595.116.512.154.372.2]4.3.1 Hubungan Antara Putaran Generator dan Tegangan
Grafik 4.1. Hubungan antara putaran generator dan tegangan
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi poros putaran
generator maka semakin tinggi tegangan yang dihasilkan generator dan daya yang
dihasilkan semakin besar pula. Ini disebabkan karena diameter puli penggerak lebih
besar dari puli yang digerakkan sehingga putaran poros generator lebih besar dari
putaran poros turbin (Dp1> Dp2 maka n1 < n2). Sebaliknya, semakin rendah putaran
poros generator maka semakin rendah tegangan yang dihasilkan generator dan daya
yang dihasilkan semakin kecil pula. Ini disebabkan karena diameter puli penggerak
lebih kecil dari puli yang digerakkan sehingga putaran poros generator lebih kecil dari
putaran poros turbin (Dp1 < Dp2 maka n1 > n2)
0 2 4 6 8 10 12 14
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
T e g an g an ( v ol t)
Putaran generator (rpm)
4.3.2 Hubungan antara Putaran Generator dan Effisiensi Turbin
Grafik 4.2. Hubungan antara putaran generator dan effisiensi turbin
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa effsiensi tergantung pada
putaran generator. Dimana pada putaran generator (n = 2079 rpm) diperoleh effisiensi
minimum sebesar 6,6 %. Untuk putaran generator minimum diperoleh effisiensi sebesar
8,5 %. Sedangkan pada putaran generator (n = 3570 rpm) diperoleh effisiensi
maksimum sebesar 87,7 %. Untuk putaran generator maksimum (n = 4830 rpm)
diperoleh effisiensi sebesar 69,2 %. 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
E
ff
is
ien
si
(
%
)
Putaran (rpm)
4.3.3 Hubungan antara Putaran dan Momen Torsi Puli
Garfik 4.3. Hubungan antara putaran dan momen torsi puli
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa momen torsi puli penggerak
tergantung pada putaran turbin. Dimana pada putaran turbin minimum (n = 1505 rpm)
diperoleh momen torsi puli penggerak sebesar 31,95 kg.mm. Untuk putaran turbin
maksimum (n = 4445 rpm) diperoleh momen torsi puli penggerak sebesar 2,86 kg.mm.
Sedangkan pada putaran generator minimum (n = 1668 rpm) diperoleh momen torsi
puli yang digerakkan sebesar 2,94 kg.mm. Untuk putaran generator maksimum (n =
4830 rpm) diperoleh momen torsi puli yang digerakkan sebesar 7,5 kg.mm. -10 0 10 20 30 40 50 60
0 2000 4000 6000
Mo m en T o rs i P u li ( k g .m m ) Putaran (rpm)
Putaran VS Momen Torsi Puli
Putaran Turbin VS Momen Torsi Penggerak
4.3.4 Hubungan antara Intensitas Lampu dan Daya Listrik
Grafik 4.4. Hubungan antara intensitas cahaya dan daya listrik
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi daya listrik
semakin tinggi kualitas lampu atau semakin terang lampu yang dihasilkan. Sebaliknya,
semakin rendah daya listrik lampu yang dihasilkan semakin redup. 0
20 40 60 80 100
0 1 2 3 4 5 6 7
Int
e
nsi
ta
s C
a
ha
y
a
(
%)
Daya Listrik (Watt)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 PERHITUNGAN PERANCANGAN TURBIN PELTON
1. Head Turbin, � = 71,35 �
2. Diameter Nosel, � = 0,002 �
3. Kecepatan Air Keluar Nosel, �= 36,32 m/detik
4. Kecepatan Keliling Roda Turbin, � = 16,68 m/detik
5. Putaran Teoritis Turbin, N = 4765 rpm 6. Putaran Spesifik Turbin Ns = 6,07 rpm
7. Ukuran Sudu :
a. Lebar sudu, �= 8 ��
b. Tinggi sudu, ℎ= 5,4 ��
c. Kedalaman sudu, � = 1,62 ��
d. Lebar celah sudu, �= 2,2 ��
e. Sudut pancaran air masuk sudu, �1 = 10o
f. Sudut pancaran air keluar sudu, �2 = 170o
8. Gaya Pancar Air Terhadap Sudu, � = 4 �
9. Daya :
a. Daya hidrolis, Pa = 81,19 W
b. Daya kinetik pancaran air, �� = 75,22 �
10. Efisiensi :
a. Efiisiensi sudu turbin, �� = 89,49 %
b. Efisiensi turbin, �� = 82,91 %
11. Perencanaan Poros :
a. Daya rencana poros, �� = 0,09424 �W
b. Momen puntir poros, �= 23,6 ��.��
c. Tegangan geser ijin bahan, �� = 3,63 ��/��2
d. Diameter poros, �� = 10 ��
e. Tegangan geser, �� = 0,12 ��/��2
f. Gaya tangensial poros, �� = 4,6 ��
12. Perencanaan Bantalan :
a. Beban ekuivalen dinamis, P = 9,79 N b. Faktor kecepatan, �� = 0,242
c. Faktor umur, �ℎ = 8,9
d. Umur bantalan, �ℎ = 353346 ���
13. Perencanaan Sekrup :
a. Tegangan geser ijin bahan, �� = 60,49 �/��2
b. Diameter ulir, �� = 0,363 ��
c. Diameter luar batang sekrup, � = 0,454 ��
14. Perencanaan Puli dan Sabuk :
a. Rasio kecepatan, �= 0,487
b. Kecepatan sabuk, � = 0,08 �/�����
5.1.2 ANALISA HASIL PENGUJIAN
1. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada Turbin Pelton mini dengan tekanan 7
bar, menggunakan satu buah nosel dan jumlah sudu 16 didapat daya maksimum
sebesar 6 Watt dengan putaran maksimum 4830 rpm. Hal ini terjadi jika putaran
generator naik maka tegangan akan naik sehingga daya pun naik dengan
tekanan tetap 7 bar.
2. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada Turbin Pelton mini dengan tekanan 7
bar, menggunakan satu buah nosel dan jumlah sudu 16 mnggunakan variasi
diameter ukuran puli maka didapat;
• Putaran turbin sama dengan putaran generator jika puli di turbin sama dengan
puli di generator (nT = nG, DpT = DpG)
• Putaran turbin lebih besar dari putaran generator, jika puli di turbin lebih
kecil dari puli di generator (nT > nG, DpT < DpG)
• Putaran turbin lebih kecil dari putaran generator, jika puli di turbin lebih
besar dari puli di generator (nT < nG, DpT > DpG)
3. Semakin tinggi putaran generator semakin tinggi daya listrik yang dihasilkan
sehingga kualitas lampu semakin terang.
5.2 SARAN
1. Pada percobaan berikutnya sebaiknya menggunakan jumlah sudu lebih dari 16
sudu.
2. Seharusnya diameter roda turbin diperbesar 2 atau 3 kali sehingga dapat
menggunakan generator dengan tegangan yang lebih besar.
3. Seharusnya lubang diameter nosel diperbesar sehingga kapasitas alirannya
4. Seharusnya menggunakan tabung gas dengan kapasitas maksimum lebih dari 8
bar sehingga waktu pengujian yang digunakan dapat lebih lama.
5. Seharusnya tabung air diperbesar 5 atau 6 kali agar waktu untuk pengujian bisa
lebih lama dan data yang didapatkan lebih akurat.
6. Bagi para peneliti diharuskan menguasai alat – alat ukur yang digunakan
sehingga data yang didapat lebih akurat.
7. Pada keluaran nozel udara tidak bercampur dengan air, yang menendang sudu
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN UMUM TURBIN AIR
Tenaga air mulai digunakan oleh manusia sudah sekitar 2000 tahun yang lalu yaitu
ketika bangsa Yunani dan Romawi sudah mengenal kincir air, yang mana mereka meletakkan
kincir air itu secara horizontal (arah poros kincir horizontal) di aliran sungai yang panjang.
Kincir air ini digunakan tenaganya untuk menggiling jagung dengan menggunakan roda gigi.
Tenaga air yang ditimbulkan oleh adanya energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki
oleh arus sungai yang mengalir tersebut yang akan memutar kincir air itu, oleh karena itu
beroperasi penggilingan. Penggilingan menjadi tugas yang utama dilakukan dengan tenaga
air kemudian pada perkembangannya kincir ini kemudian dikembangkan oleh bangsa-bangsa
di Asia dan Eropa Timur pada masa setelah itu yaitu sekitar abad ke 4.
Gambar 2.1. Kincir Air
Karena kincir air sudah terkenal di berbagai tempat di dunia pada waktu itu, maka
manusia mulai memikirkan tentang bagaimana cara meningkatkan kegunaan dari tenaga air
tersebut. Manusia mulai mengubah bentuk kincir air dari keadaan yang sebelumnya, hal ini
itu. Bentuk kincir pun mulai bervariasi ada yang dipasang secara horisontal dengan arah
putaran roda dari kiri ke kanan. Pada awalnya, kincir air dipasang sedemikian sehingga pusat
dari kincir tersebut berada di atas permukaan air dan arus air akan menggerakkan bagian
bawah dari kincir tersebut sehingga kincir air dapat berputar. Kemudian, mereka akan
mencelupkan kincir di bawah permukaan air yang melebihi dari orientasi yang sebelumnya.
Pada abad ke 18, John Smeaton menguji kedua-duanya orientasi di atas dan menemukan
bahwa kincir yang bekerja mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi.
Pada abad sesudahnya para insinyur telah dapat menyempurnakan kincir air
menemukan dua peningkatan, diantaranya adalah sudu dari kincir air yang dibengkokkan
dapat bekerja lebih baik ,dan yang kedua adalah dapat diketahui posisi yang lebih tepat dari
roda sehingga dihasilkan kincir air yang efisien. Pengembangan ini membantu orang-orang
dalam penggunaan dari kincir air yang sudah mempunyai tenaga yang lebih dari sebelumnya.
Tenaga yang lebih tersebut tidak hanya untuk menggiling hasil panen seperti jagung dan
gandum, tetapi juga dapat digunakan sebagai tenaga untuk menggerakkan konveyor, sehingga
masalah pengangkutan di dalam suatu pengilingan dapat diatasi dengan penggunaan tenaga
kincir air. Pada abad ke 19, turbin air telah ditemukan, dan lambat laun mulai menggeser
penggunaan dari kincir air. Manusia mulai meninggalkan kincir air karena melihat bahwa
turbin air jauh lebih efisien dibanding dengan kincir air. Bagaimanapun, kincir air masih
tersisa di seluruh dunia sampai hari ini.
2.2 KLASIFIKASI TURBIN AIR
2.2.1 Turbin Reaksi
Turbin reaksi adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh energi air
mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama
melalui sudu. Dilihat dari konstruksinya, turbin reaksi ada dua jenis :
1. Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin francis dapat merupakan suatu
sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk
penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat
[image:45.595.204.354.360.474.2]diatur merupakan pilihan yang tepat.
Gambar 2.2. Turbin Francis
2. Turbin Kaplan.
Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip dengan baling-baling pesawat
terbang. Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya
dorong, roda jalan pada kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar
yang dapat menghasilkan torsi pada poros turbin. Berbeda dengan roda jalan pada
francis, sudu-sudu pada roda jalan kaplan dapat diputar posisinya untuk
menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin kaplan banyak dipakai pada instalasi
pembangkit listrk tenaga air sungai, karena turbin ini mempunyai kelebihan dapat
beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil dan dapat
dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada beban tidak penuh turbin
kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini dikarenakan sudu-sudu turbin
[image:46.595.222.402.207.503.2]kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban yang ada.
Gambar 2.3. Turbin Kaplan dengan sudu jalan yang dapat diatur
2.2.2 Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh energi air
yang tersedia menjadi energi kinetik untuk memutar turbin, sehingga menghasilkan energi
puntir dalam bentuk putaran poros. Atau dengan kata lain, energi potensial air diubah
1. Turbin Pelton.
Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air
yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah
salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang
[image:47.595.163.453.237.363.2]cocok digunakan untuk head tinggi.
Gambar 2.4. Turbin Pelton
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air
dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan
daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nosel. Dengan
2.3 PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TURBIN
[image:48.595.132.495.184.517.2]Perbandingan karakteristik turbin dapat dilihat pada grafik head (m) vs flow (m3/s) di bawah ini.
Gambar 2.5. Perbandingan karakteristik turbin
Pemilihan turbin kebanyakan didasarkan pada head air yang didapatkan dan kurang
lebih pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan untuk tempat dengan head
tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk tempat dengan head rendah. Pada gambar 2.5
terlihat bahwa turbin pelton adalah turbin yang beroperasi pada head yang menengah hingga
tinggi dengan kapasitas aliran air yang menengah, atau bahkan beroperasi pada kapasitas
Aplikasi penggunaan turbin berdasarkan tinggi head yang didapatkan adalah sebagai berikut
ini :
1. Turbin Kaplan : 0 < H < 25 meter.
2. Turbin Francis : 25 < H < 50 meter.
3. Turbin Pelton : 30 < H < 300 meter.
4. Turbin Banki : 2 < H < 200 meter.
Untuk arah aliran turbin dapat diuraikan sebagai aliran radial, aksial, dan tangensial
berkenan dengan roda. Apabila aliran tidak ada yang sejajar, maupun tegak lurus poros, tetapi
pada umumnya dalam arah bersiku berkenan dengan poros, aliran tersebut dapat disebut
sebagai aliran diagonal. Pada tabel di bawah adalah ringkasan dari aliran yang umumnya
[image:49.595.73.341.459.601.2]terjadi pada turbin yang biasa dipergunakan.
Tabel. 2.1. Penggolongan Berdasarkan Arah Aliran
(Sumber : M.M. Dandekar & K.N. Sharma, 1991 : 398)
Jenis turbin Arah aliran
Francis Radial atau gabungan
Pelton Tangensial
Kaplan Aksial
2.4 TEKANAN KERJA
Tekanan fluida dipancarkan dengan kekuatan yang sama ke semua arah dan
bekerja tegak lurus pada suatu bidang. Dalam bidang datar yang sama kekuatan
tekanan dalam suatu cairan sama. Pengukuran suatu tekanan dilakukan dengan
menggunakan berbagai bentuk meteran.
Persamaan momentum (kontinuitas) untuk pipa yang dialiri fluida, dimana
sifat fluida konstan sebagai berikut:
�2
γ + �22
2� +�2 = �1
γ + �12
2� +�1+ � ... (2.1)
�2
γ − �1
γ =
�12 2� −
�22
2� +�1− �2 + �
Dimana, �22
2� −
�12
[image:50.595.103.460.262.556.2]2� dan γ konstan
Gambar 2.6. Perbedaan tekanan pada dua titik pengukuran
Berdasarkan gambar 2.6, perbedaan tekanan antara dua titik pada ketinggian berbeda
dalam suatu cairan dinyatakan oleh pada gambar, diasumsikan perbedaan ketinggian z diubah
menjadi h sehingga didapat persamaan :
�2− �1 = � .� (ℎ1 − ℎ2) ... (2.2)
�2− �1 = Perbedaan tekan (Pa) � .� = Satuan berat cairan (N/m3)
(ℎ1− ℎ2) = Perbedaan ketinggian (m)
Jika titik 1 berada di permukaan bebas cairan dan h positif ke arah bawah, persamaan
di atas menjadi :
p
=
ρ
.
g
.
h
... (2.3)Dimana :
p = Tekanan (Pa)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2) h = Ketinggian (m)
Persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan selama besarnya p tetap atau berubah
sedikit sekali bersama h sehingga tidak mengakibatkan kesalahan yang cukup berarti dalam
hasil perhitungan.
Head (h) menyatakan tinggi suatu kolom fluida homogen yang akan menghasilkan
suatu kekuatan tekanan tertentu, maka :
ℎ
=
�2.5 DASAR PEMILIHAN TURBIN
2.5.1 Perencanaan Saluran Udara dan Air
2.5.1.1 Selang Saluran Udara
Selang saluran udara yang digunakan adalah selang komproser yang
berdiameter 6 mm dengan bahan dari karet. Selang ini digunakan untuk mengalirkan
[image:52.595.229.398.265.360.2]udara dari tabung udara ke tabung air dengan perantaraan regulator.
Gambar 2.7. Selang saluran udara
2.5.1.2Selang Saluran Air
Selang saluran air yang digunakan adalah selang kompresor yang berdiameter
9 mm. Selang ini digunakan untuk mengalirkan air dari tabung udara ke nosel
kemudian tembakan air diteruskan ke sudu turbin.
[image:52.595.228.397.508.621.2]2.5.2 Perencanaan Nosel
Nosel adalah alat untuk mengekspansikan fluida sehingga kecepatannya bertambah.
Nosel pada Turbin Pelton mempunyai peranan dalam mengatur kecepatan aliran fluida ketika
menabrak runner. Untuk memudahkan pengaturan kecepatan fluida yang melalui nosel
tersebut biasanya pada nosel dipasang sebuah guide vane (kran) yang berfungsi sebagai katub
[image:53.595.215.412.265.339.2]atau valve yang mengatur besar kecilnya lubang pada nosel yang akan dilalui fluida.
Gambar 2.9. Nosel
Persamaan untuk menentukan diameter nosel adalah sebagai berikut :
�= 0,54 ��
√� ... (2.5) Dimana :
d = Diameter nosel (m)
Q = Kapasitas aliran air (m3/detik) H = Head turbin (m)
2.5.3 Perencanaan Turbin
2.5.3.1 Kecepatan Air Keluar Nosel
� = ���2.�.� ... (2.6)
Dimana :
v = Kecepatan air keluar nosel (m/detik) Cv = Koefisien kecepatan = 0,97 s.d 0,99
H = Head Turbin (m)
2.5.3.2 Kecepatan Keliling Roda Turbin
�= ∅�2.�.� ... (2.7)
Dimana :
u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik) ∅ = Speed ratio = 0,43 s.d 0,47
g = Percepatan gravitasi bumi = 9,81 (m/detik2) H = Head Turbin (m)
2.5.3.3 Putaran Teoritis Turbin
�
=
60 ���
... (2.8)
Dimana :
N = Putaran poros turbin (rpm) D = Diameter roda jalan (m)
u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik)
Gambar 2.10. Rumah turbin pelton
2.5.3.4 Ukuran Sudu
1. Lebar sudu (b)
2. Tinggi sudu (h)
ℎ = (2,1 �.� 2,7) � ...(2.10)
3. Kedalaman sudu (t)
� = (0,81 �.� 1,05) � ...(2.11)
4. Lebar celah sudu (m)
� = (1,1 �.� 1,25) � ...(2.12)
5. Sudut pancaran air masuk sudu (β1)
�1 = 5o �.� 8o ...(2.13)
6. Sudut pancaran air keluar sudu (β2)
[image:55.595.240.386.377.463.2]�2 = 160o�.� 170o ...(2.14)
Gambar 2.11. Sudu turbin
2.5.3.5 Gaya Pancar Air Terhadap Sudu
�= � .� (� − �)(1− �����2) ... (2.15)
Dimana :
F = Gaya pancar air terhadap sudu (N)
ρ = Massa jenis air = 1000 (kg/m3)
Gambar 2.12. Diagram vektor kecepatan pada sisi masuk dan sisi keluar sudu
2.5.3.6 Daya
1. Daya Hidrolis
Pa= ρ . g . Ht . Q ... (2.16)
Dimana :
Pa = Daya hidrolis air (W)
ρ = Massa jenis air = 1000 (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi bumi = 9,81 (m/detik2) �� = Head turbin (m)
Q = Kapasitas air keluar nosel (m3/detik)
2. Daya Kinetik Pancaran Air
�� = 12 � .� .�3 ... (2.17)
Dimana :
Pk = Daya kinetik pancaran air (W) ρ = Massa jenis air = 1000 (kg/m3)
A = Luas penampang nosel (m2)
= �
4 �
v = Kecepatan aliran air (m2/detik) 3. Daya Poros Turbin
��= � .� ... (2.18)
Dimana :
PT = Daya poros turbin (W)
F = Gaya pancar air terhadap sudu (N) u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik)
2.5.3.7. Putaran Spesifik
Kecepatan spesifik setiap turbin mempunyai kisaran (range) tertentu
berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air adalah
[image:57.595.99.422.454.603.2]sebagai berikut:
Tabel 2.2. Putaran Spesifik Turbin
(Sumber : M.M. Dandekar & K.N. Sharma, 1991 : 398)
Penggerak Kecepatan khusus (putaran dalam semenit, rpm)
Lambat Sedang Cepat
Pelton 4 – 15 16 – 30 31 – 70
Francis 60 – 150 151 – 250 251 – 400
Kaplan 300 – 450 451 – 700 701 – 1100
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin, maka perencanaan dan
pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah, bahkan dimensi dasar turbin dapat
diestimasi (diperkirakan).
�
�=
�√��5�4
. ... (2.19)
Ns = putaran spesifik (rpm)
N = putaran turbin (rpm)
P = daya (kW)
H = Head (m)
2.5.3.8 Efisiensi
1. Efiisiensi Sudu Turbin
�� = ���� . 100 % ... (2.20)
Dimana :
ηR = Effisiensi sudu turbin
PT = Daya poros turbin (W)
Pk = Daya kinetik pancaran air (W)
2. Efisiensi Turbin
�� = ���� . 100 % ... (2.21)
Dimana :
ηT = Effisiensi sudu turbin
PT = Daya poros turbin (W)
Pa = Daya hidrolis air (W)
2.5.4 Perencanaan Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan daya bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam
Gambar 2.13. Poros turbin
2.5.4.1 Macam-macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya, sebagai
berikut :
1. Poros Transmisi
Poros transmisi mendapatkan beban puntir saja atau puntir dan lentur dan
pengaplikasiannya, tetapi ada juga poros transmisi yang mengalami pembebanan
berupa puntir, lentur, dan aksial. Poros seperti itu biasanya terdapat pada turbin
dimana gaya aksial terjadi karena tumbukan dari fluida kerja yang mengenai sudu.
2. Poros Spindel
Spindel adalah poros yang ukurannya lebih pendek dari poros transmisi.
Fungsinya untuk meneruskan putaran sehingga mendapatkan pembebanan puntir.
Poros ini harus memiliki kekakuan yang tinggi, karena ditempatkan pada daerah yang
kritis. Pengaplikasiannya seperti pada mesin perkakas atau pada poros motor
penggerak. Poros spindel dianggap menerima puntiran saja.
3. Poros Gandar
Pada poros jenis ini pembebanan yang terjadi adalah lentur murni, dimana
mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, gandar dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol, poros luwes untuk transmisi daya kecil, dan lain-lain. Karena poros gandar
tidak boleh berputar sehingga dianggap hanya menerima beban lentur saja.
2.5.4.2 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros
Untuk merencanakan sebuah poros hal-hal sebagai berikut perlu diperhatikan :
a. Kekuatan Poros
b. Kekakuan Poros
c. Putaran Kritis
d. Korosi
e. Bahan Poros
Untuk menentukan diameter poros harus ditentukan terlebih dahulu hal-hal
berikut :
1. Daya Rencana Poros
Untuk menghitung diameter poros yang diperlukan, maka harus dihitung
terlebih dahulu daya rencana yaitu dengan persamaan berikut ini :
�� = �� .� ... (2.22)
Dimana :
Pd = Daya rencana (kW)
fc = Faktor koreksi
Faktor koreksi yang diperlukan untuk menghitung daya rencana yang
diperlukan terdapat pada tabel....
Tabel 2.3. Faktor-faktor koreksi daya (fc)
(Sularso, 1994 : 7)
Daya yang ditransmisikan Faktor koreksi (fc)
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5
2. Momen Puntir Poros
Setelah melakukan perhitungan besar daya rencana, maka momen puntir dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
�= 9,74 . 105 ��
� ... (2.23)
Dimana :
T = Momen puntir (kg.mm) Pd = Daya rencana turbin (kW)
n = Putaran turbin (rpm)
3. Tegangan Geser Ijin Bahan
Untuk menghitung tegangan geser ijin bahan, maka perlu diketahui terlebih
dahulu kekuatan tarik bahan poros. Persamaan untuk menghitung tegangan geser ijin
bahan adalah sebagai berikut :
�� = ����
1 . ��2
Dimana :
�� = Tegangan geser ijin bahan (kg/mm2)
�� = Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
��1 = Faktor keamanan puntir
��2 = Faktor keamanan akibat pengaruh konsentrasi tegangan
dengan harga antara 1,3 – 3,0
4. Diameter Poros
Dalam perencanaan poros ini diperkirakan akan terjadi beban lentur maka
akan dipertimbangkan pemakaian faktor Km yang harganya antara 1,2 sampai 2,3 dan
harga Kt harus diperhatikan yang harganya antara 1,5 sampai 3,0 serta Momen puntir
dan beban aksial akibat tumbukan dari fluida kerja yang mengenai sudu, sehingga
diameter poros dihitung dengan persamaan :
�� = [ 5,1�
� �(�� .�
2) + (� � .�2)]
1/3
...(2.25)
Dimana :
ds = Diameter poros (mm)
�� = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
M = Momen lentur (kg.mm) T = Momen puntir (kg.mm)
�� = Faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban
lentur yang harganya 1,2 – 2,3
�� = Faktor koreksi terhadap momen puntir yang besarnya :
1,0 jika beban dikenakan halus
1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan
2.5.4.3 Pemeriksaan Kekuatan Poros
Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi akibat tegangan
puntir yang dialami poros. Jika tegangan geser lebih besar dari tegangan geser ijin
dari bahan tersebut, maka perancangan akan dikatakan gagal.
1. Tegangan Geser Pada Poros
Bila momen puntir T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros maka
tegangan geser �� (kg/mm2) yang terjadi dihitung dengan persamaan berikut :
�� = �16 . ���3 ... (2.26)
Dimana :
τp = Tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)
T = Momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm) ds = Diameter poros (mm)
2. Gaya Tangensial Poros
Gaya tangensial poros dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
�� =��� . ���
2�
... (2.27)
Dimana :
Fp = Gaya tangensial poros (kg)
��2 = Faktor keamanan akibat pengaruh konsentrasi tegangan
dengan harga antara 1,3 – 3,0
2.5.5 Perencanaan Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerak bolak-balik dapat bekerja dengan aman, halus dan panjang umur. Bantalan harus kokoh
untuk memungkinkan poros atau elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak bekerja dengan baik, maka prestasi kerja seluruh sistem akan menurun atau
tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, jika disamakan pada gedung, maka bantalan dalam
permesinan dapat disamakan dengan pondasi pada suatu gedung.
2.5.5.1 Klasifikasi Bantalan
Berdasarkan dasar gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Bantalan luncur
Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban yang
besar. Bantalan ini memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dibuat dan
dipasang dengan mudah. Bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar
karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan. Pelumasan pada bantalan ini
tidak begitu sederhana, gesekan yang besar antara poros dengan bantalan
menimbulkan efek panas sehingga memerlukan suatu pendinginan khusus.
Lapisan pelumas pada bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran
sehingga hampir tidak bersuara. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi
bantalan gelinding sehingga harganya lebih murah. Adapun macam-macam dari
bantalan luncur adalah sebagai berikut :
a. Bantalan radial
b. Bantalan aksial
c. Bantalan khusus
2. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol jarum dan rol
bulat. Bantalan gelinding pada umumnya cocok untuk beban kecil daripada bantalan
luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan ini
dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Bantalan
gelinding hanya dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja karena konstruksinya yang
sukar dan ketelitiannya yang tinggi. Harganya pun pada umumnya relatif lebih mahal
jika dibandingkan dengan bantalan luncur.
Bantalan gelinding diproduksi menurut standar dalam berbagai ukuran dan
bentuk, hal ini dilakukan agar biaya produksi menjadi lebih efektif serta memudahkan
dalam pemakaian bantalan tersebut. Keunggulan dari bantalan gelinding yaitu,
gesekan yang terjadi pada saat berputar sangat rendah. Pelumasannya pun sangat
sederhana, yaitu cukup dengan gemuk, bahkan pada jenis bantalan gelinding yang
memakai seal sendiri tidak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat
tinggi, namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran
Jenis bantalan yang digunakan sesuai dengan diameter poros terdapat pada
[image:66.595.135.494.159.296.2]tabel 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.15. Macam-macam bantalan peluru
2.5.5.2 Rumus Perhitungan Bantalan
Rumus perhitungan bantalan gelinding antara lain mengenai (Sularso, 2004)
1. Beban Ekuivalen Dinamis
P = X . V. Fr + Fa .Y ... (2.28) Dimana :
P = Beban ekuivalen dinamis (kg) Fr = Beban radial (kg)
Fa = Beban aksial (kg)
X,V,Y = Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan beban ekuivalen dinamis terdapat pada tabel 2 pada lampiran.
2. Faktor Kecepatan (fn)
3 / 1
3 , 3 3
=
n f n
... (2.29)
fn = Faktor kecepatan
n = Kecepatan poros (rpm) 3. Faktor Umur (fh)
P c fn
fh=
... (2.30)
Dimana :
fh = Faktor umur
fn = Faktor kecepatan
C = Kapasitas nominal dinamis spesifik (kg) P = Beban ekuivalen dinamis (kg)
4. Umur Bantalan (Lh)
Lh = 500
3
fh ... (2.31)
Dimana :
Lh = Umur bantalan (jam)
fh = Faktor umur
2.5.6 Perencanaan Sekrup
Sekrup merupakan salah satu alat pengikat yang sering digunakan. Untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin, pemilihan sekrup sebagai alat pengikat harus
dilakukan dengan kebutuhan rangkaian.
Sekrup mempunyai diameter sampai 8 mm dan untuk pemakaian khusus tidak ada
beban besar. Kepalanya mempunyai alur lurus atau silang untuk dapat dikuatkan dengan
obeng. Adapun macam-macam sekrup, yaitu :
a. Kepala bulat alur silang
c. Macam panci
d. Kepala rata alur bersilang
[image:68.595.152.444.185.247.2]e. Kepala benam lonjong
Gambar 2.16. Sekrup dengan bermacam–macam bentuk kepala serta teknik pemutarnya
Sekrup penetap digunakan untuk menetepkan naff pada porosnya, sedang bentuk
[image:68.595.101.447.339.717.2]ujungnya disesuaikan dengan penggunaannya.
Gambar 2.17. Sekrup penetap Keterangan :
1. Beralur 5. Ujung rata
2. Lekuk (soket) segienam 6. Ujung kerucut
3. Kepala bujur sangkar 7. Ujung berleher
4. Ujung mangkok 8. Ujung bulat
Penggunaan baut-mur dan sekrup yang sesuai dengan diameter ulirnya terlihat pada
[image:68.595.197.432.363.519.2]Untuk menentukan ukuran mur-baut dan sekrup, berbagai faktor harus diperhatikan
seperti sifat gaya yang bekerja, syarat kerja, kekuatan bahan dan kelas ketelitian. Adapun
gaya-gaya yang bekerja pada mur-baut dan sekrup berupa:
a. Beban statis aksial murni
b. Beban aksial bersama dengan beban puntir
c. Beban geser
d. Beban aksial tumbukan
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menentukan diameter ulir pada
perencanaan mur-baut dan sekrup sebagai berikut :
�� ≥ ����4 �� 0,64 ... (2.32)
Atau
�� ≥ �2 ��� ... (2.33)
Dan, �� = 0,8 � ... (2.34)
Sehingga, � = 1,25 �� ... (2.35)
Dimana :
dc = Diameter batang ulir (mm)
d = Diameter luar ulir (mm)
W = Beban tarik aksial pada baut (kg)
�� = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
Harga �� tergantung dari macam bahan, yaitu SS, SC atau SF. Jika ditulis tinggi faktor
liat yang mempunyai kadar karbon 0,2 – 0,3 (%), tegangan yang diijinkan �� umumnya
adalah sebesar 6 kg/mm2 jika difinis tinggi dan 4,86 kg/mm2 jika difinis biasa.
2.5.7 Perencanaan Puli dan Sabuk
2.5.7.1 Puli (Pulley)
Puli biasanya digunakan untuk mentransmisikan atau memindahkan tenaga
dari poros yang satu ke poros yang lainnya dengan bantuan belt atau sabuk. Bahan
puli biasanya terbuat dari besi tuang, baja tuang atau baja press, aluminium, kayu dan
kertas. Puli yang terbuat dari baja dicetak atau di-press mempunyai koefisien yang
[image:70.595.211.413.375.450.2]rendah dan membutuhkan pengerjaan yang rumit.
Gambar 2.18. Variasi diamter ukuran puli
Secara teoritis, persamaan-persamaan dalam perencanaan puli adalah
sebagai berikut :
1. Torsi Puli
�� =� .��2�� ... (2.36)
Dimana :
Tp = Torsi puli (N.mm)
F = Beban puli (N) Dp = Diameter puli (mm)
�� = ���/ 2 ... (2.37)
Dimana :
Fe = Tarikan efektif rem (N)
T = Momen torsi poros (N.mm) Dp = Diameter puli (mm)
3. Koefisien Gesek
�= ln��−ln (��−�)
���� ... (2.38)
Dimana :
µ = Koefisien gesek
θ = Sudut kontak = 90o
4. Koefisien Gaya Terhadap Gaya Gesek
�= � . �� . �� . �� ... (2.39)
Dimana : F = Gaya gesek (N)
µ = Koefisien gesek PT = Daya poros turbin (W)
Ap = Luas penampang puli (m2)
ls = Lebar sabuk (m)
2.5.7.2 Sabuk (Belt)
Sabuk atau belt biasanya digunakan untuk memindahkan daya dari poros yang
satu ke poros yang lainnya dengan bantuan puli dimana puli berputar dengan
kecepatan yang sama atau pada kecepatan yang berbeda. Jumlah daya yang
a. Kecepatan sabuk
b. Tegangan di bawah sabuk dimana sabuk diletakkan di atas puli
c. Sudut kotak antara sabuk dan puli yang lebih kecil
Material yang digunakan untuk bahan belt harus kuat, fleksibel dan
mempunyai daya tahan yang lama. Material belt juga harus menggunakan koefisien
yang tinggi terhadap gesekan. Bahan belt yang biasa digunakan adalah :
a. Leather belt
b. Cotton or pabric belt c. Rubber belt
d. Balata belt
Sabuk yang digunakan pada rancang bangun ini adalah sabuk gilir ( tipe J)
2.5.7.3 Sistem Transmisi Puli dan Sabuk
1. Rasio Kecepatan
Rasio kecepatan adalah rasio antara kecepatan puli penggerak (driver) dan
puli yang digerakkan (driven). Dinyatakan secara matematis :
Panjang sabuk yang melewati driver dalam 1 menit :
L1 = π d1 n1 ... (2.40)
Panjang sabuk yang melewati driven dalam 1 menit :
L2 = π d2 n2 ... (2.41)
Karena panjang sabuk yang melewati driver dalam 1 menit adalah sama
dengan panjang sabuk yang melewati driven dalam 1 menit, sehingga :
π d
1n
1= π d
2n
2 ... (2.42)Sehingga kecepatan rasio adalah :
�2
�1
=
�1
�2
... (2.43)
Ketika ketebalan sabuk dianggap (t), maka rasio kecepatan menjadi :
�2
�1
=
�1+ �
�2+ �
... (2.44)
Perbandingan putaran :
�
=
�1 �2... (2.45)
Dimana :
d1 = Diameter driver (mm)
d2 = Diameter driven (mm)
n1 = Kecepatan driver (rpm)
�
=
�� . �160 .1000 ... (2.46)
Dimana :
V = Kecepatan sabuk (m/detik) Dp = Diameter puli penggerak (mm)
n1 = Putaran poros penggerak (rpm)
3. Koefisien Gesek Antara Puli dan Sabuk
�
= 0,45
−
42,6152,6+� ... (2.47)
Dimana :
μ = Koefisien gesekan antara puli dan sabuk.
V = Kecepatan sabuk (m/menit)
4. Analisa Momen Torsi (T1,T2)
�1 = 9,74 . 105����
1 �
... (2.48)
�2 = 9,74 . 105 .� ��
�2 � ... (2.49)
Dimana :
T1 = Momen torsi puli penggerak (kg.mm)
T2 = Momen torsi puli yang digerakkan (kg.mm)
Pd = Daya rencana (kW)
n1 = Putaran poros penggerak (rpm)
5. Panjang Sabuk
�=�
2(�1+ �2) + 2�+
(�1−�2)2
[image:77.595.157.465.78.254.2]4� ... (2.50)
Gambar 2.21. Transmisi puli dan sabuk
2.5.8 Perencanaan Generator
2.5.8.1 Pengertian Generator
Dinamo (Generator) atau pembangkit listrik yang sederhana dapat ditemukan
pada sepeda. Pada sepeda, biasanya dinamo digunakan untuk menyalakan lampu.
Caranya ialah bagian atas dinamo (bagian yang dapat berputar) dihubungkan ke roda
sepeda. Pada proses itulah terjadi perubahan energi gerak menjadi energi listrik.
Generator (dinamo) merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi
elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday.
Berkebalikan dengan motor listrik, generator adalah mesin yang mengubah
energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik pada generator dapat juga
diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus yang dihasilkan. Generator
dapat dibedakan menjadi dua rnacam, yaitu generator AC dan generator DC.
Generator AC menghasilkan arus bolak-balik (AC) dan generator DC menghasilkan
arus searah (DC). Baik arus bolak-balik maupun searah dapat digunakan untuk
2.5.8.2 Cara Kerja Dinamo
Prinsip kerja dinamo sama dengan generator yaitu memutar kumparan di
dalam medan magnet atau memutar magnet di dalam kumparan. Bagian dinamo yang
berputar disebut rotor. Bagian dinamo yang tidak bergerak disebut stator. antara
dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin yang digunakan. Pada dinamo
arus searah menggunakan satu cincin yang dibelah menjadi dua yang disebut cincin
belah (komutator). Cincin ini memungkinkan arus listrik yang dihasilkan pada
rangkaian luar Dinamo berupa arus searah walaupun di dalam dinamo sendiri
menghasilkan arus bolak-balik. Adapun, pada dinamo arus bolak-balik menggunakan
cincin ganda (dua cincin). Alat pembangkit listrik arus bolak balik yang paling
sederhana adalah dinamo sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor adalah
roda sepeda. Jika roda berputar, kumparan atau magnet ikut berputar. Akibatnya,
timbul GGL induksi pada ujung-ujung kumparan dan arus listrik mengalir. Makin
cepat gerakan roda sepeda, makin cepat magnet atau kumparan berputar. Makin besar
pula GGL induksi dan arus listrik yang dihasilkan. Jika dihubungkan dengan lampu,
nyala lampu makin terang. GGL induksi pada dinamo dapat diperbesar dengan cara
putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang kuat (besar), jumlah lilitan
diperbanyak, dan menggunakan inti besi lunak di dalam kumparan.
2.5.8.3 Macam-macam Generator
Adapun macam-macam dari generator adalah se