PERMIT FOR PLACEMENT OF INDONESIAN LABOR OVERSEAS BY PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG
By :
Aldaova Flanopsky Erton
At the beginning of the country's economic development, generally the planning of economic development is oriented towards the problems of economic growth (growth) economy and the reduction of unemployment. It is understandable considering that the major barrier of the development the developing countries development is the lack of capital, employment opportunities, and low technology. This is what underlies the Indonesian workers speculate themselves in foreign countries. Various methods are used by them such as going through the government is party and also through the private job placement implementer (PPTKIS) as was regulated in Article 37 paragraph (1) of Law No. 13 of 2003 on Employment and Article 10 of Law No. 39 of 2004 on Placement and Protection of Indonesian Workers Abroad.
The implementer of the Private Placement of Indonesian Workers, is abbreviate as PPTKIS, it is a legal entity who has obtained a written permission from the government for the Indonesia manpower placement services abroad. Another axplainatior from PPTKIS, is a legal entiting that carries out the employment at home and abroad for it’s own importance after receiving written approval from the Directorate General of Employment Development on behalf of the Secretary of Labor.
because of the security being offered is more secure.
The purpose of this study was to determine a clear license procedure of the Private Employment (PPTKIS) in palacing the Indonesian workers (TKI) in foreign countries and the factors that impede the provision of the permit. The data that was collected from this study is processed through a data processing with the stages of identification, editing, data classification and systematization of data. The results from the research that has been done are the license procedur which was made by PT Mitra Muda Reksa Mandiri as a company engaged in the placement of Indonesian Workers Overseas among which permit interference (HO), Managing Licenses Employment Indonesia (SIPPTKI), Trade Business License (Business License), Company Registration (TDP) to set up a private placement of Indonesian Labor and Employment Permit (SIP), Letter to Recruit (SPR) to conduct the placement of Indonesian Workers Overseas. Factors which have obstructed the process of licensing the placement in placing Indonesian Migrant Workers placement into the state bureaucracy is a process that is convoluted, duration of delivery of documents and data to make the permissions for a long time, In addition, sometimes there are elements that make illicit payments to PT. Mitra Muda Reksa Mandiri pretext to expedite the licensing process or to speed up the licensing process.
KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI OLEH PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG
Oleh :
Aldaova Flanopsky Erton
Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada permasalahan pertumbuhan (growth) ekonomi dan pengurangan pengangguran. Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama pembangunan negara-negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal, kesempatan kerja yang sedikit, dan teknologi yang rendah. Hal inilah yang melandasi tenaga kerja Indonesia mengadu nasib di negara asing. Berbagai cara dilakukan oleh mereka yaitu berangkat melalui pihak Pemerintah dan juga melalui pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS) seperti yang telah diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 10 Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Pengertian PPTKIS lainnya yaitu badan hukum yang melaksanakan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri untuk kepentingan sendiri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atas nama Menteri Tenaga Kerja.
terjamin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas prosedur pemberian izin terhadap Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) dalam penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri dan faktor-faktor yang menghambat dalam pemberian izin tersebut. Data yang terkumpul dari hasil penelitian ini diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap identifikasi, editing, klasifikasi data dan sistematisasi data.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah prosedur perizinan yang dibuat oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri sebagai perusahaan yang bergerak dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri diantaranya yaitu Surat izin gangguan (HO), Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (SIPPTKI), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) untuk mendirikan perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan Surat Izin Perekrutan (SIP), Surat Pegantar Rekrut (SPR) untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Faktor yang menjadi penghambat dalam proses perizinan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke negara penempatan adalah Proses Birokrasi yang Berbelit-Belit, Jangka waktu dari penyerahan dokumen dan data untuk membuat perizinan cukup lama, Selain itu, terkadang terdapat oknum yang melakukan pungutan liar terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri dengan dalih untuk memperlancar proses perizinan atau untuk mempercepat proses perizinan.
1.1. Latar Belakang
Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan
pembangunan ekonomi berorientasi pada persoalan pertumbuhan (growth)
ekonomi dan pengurangan pengangguran. Hal ini bisa dimengerti mengingat
penghalang utama pembangunan negara-negara sedang berkembang adalah
terjadinya kekurangan modal, kesempatan kerja yang sedikit, dan teknologi yang
rendah. Untuk persoalan kekurangan modal jika dapat diatasi, maka proses
pembangunan di negara-negara sedang berkembang akan lebih cepat mencapai
sasaran. Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka
pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati oleh penduduk
jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi. Dengan kata lain, mengkaitkan laju
pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk akan memberi
indikator yang lebih realistis.
Masalah pembinaan ketenagakerjaan umumnya berakar pada adanya
ketidakseimbangan antara perkembangan kesempatan kerja dengan pertumbuhan
angkatan kerja. Ketidakseimbangan ini menimbulkan masalah pengangguran,
sosial politik yang luas. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja
dengan kesempatan kerja yang ada menyebabkan jumlah pengangguran semakin
besar. Mereka semakin sulit bersaing di pasar kerja, apalagi dengan diterapkannya
kebijakan industri pasar modal yang cenderung memerlukan input tenaga kerja
dengan tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi. Besarnya jumlah angkatan
kerja dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah serta jumlah
pengangguran yang besar. Hal inilah yang melandasi tenaga kerja Indonesia
mengadu nasib di negara asing. Sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa, penempatan tenaga kerja
terdiri dari:
a. penempatan tenaga kerja di dalam negeri;
b. penempatan tenaga kerja di luar negeri.
Berbagai cara dilakukan oleh mereka yaitu berangkat melalui PJTKI dan juga
melalui pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS) seperti yang telah
diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 39 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.
Meningkatnya angka kenaikan buruh migran ke luar negeri setiap tahunnya
membuat para pengusaha melirik sektor ini dan berlomba-lomba untuk membuat
perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS). Dimana untuk
daerah Lampung sendiri berdasarkan data disnakertrans yang termuat dalam
harian Tribun Lampung (halaman 8, 28 Mei 2011), terdapat 133 perusahaan
PPTKIS. Pekerjaan dari PPTKIS sering menjadi masalah yang kompleks . Banyak
negeri. Hasilnya perlindungan yang didapatkan tidak diterima oleh tenaga kerja
tersebut. Beberapa korban perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia ilegal minta
pemerintah membantu memulangkan rekannya yang masih tertahan di luar negeri,
karena kondisi mereka memprihatinkan. Persoalan buruh migran sangat kompleks
karena (menyangkut) peran pemerintah dalam membuat perlindungan. Seandainya
mekanisme perlindungan yang dibuat negara kepada masyarakat, terutama buruh
migran, lebih berorientasi pada perlindungan, mungkin persoalan buruh migran
akan teratasi. Persoalan timbul sejak pemberangkatan, saat pulangpun sarat
dengan persoalan. Persoalan yang paling mendasar mengapa masyarakat di
wilayah pedesaan atau daerah terpencil berimigrasi, tidak lepas dari
ketidakmampuan negara menjalankan fungsinya untuk mewujudkan
kesejahteraan.
Hasil suatu kajian di Arab dan Hongkong pada Tahun 2005, hampir 90 persen
TKI tidak pernah mengikuti pelatihan. Bisa juga pelatihan dilakukan, tetapi uji
kompetensi dan sertifikasinya tidak layak. Hal ini bisa terjadi juga karena
lemahnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan penempatan TKI.
Berdasarkan hasil inspeksi mendadak (sidak) Satuan Tugas (Satgas) Pemantauan
dan Pengawasan Penempatan/Perlindungan TKI Kemennakertrans, beberapa
waktu lalu, beberapa PPTKIS bahkan diketahui tidak menyediakan tempat
pelatihan, tempat makan, sarana MCK, serta tempat tidur yang layak bagi calon
TKI. Hingga saat ini, Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta)
dan satgas Kemennakertrans melakukan audit manajemen seluruh PPTKIS di
Indonesia yang jumlahnya 500 perusahaan. Audit ini dilakukan untuk mengetahui
dokumen perizinan. Pemerintah pun harus berkomitmen melindungi Tenaga Kerja
Indonesia selain membuat kebijakan untuk pemberangkatan tenaga kerja
Indonesia. Selain itu, pemerintah harus menindaklanjuti dengan tindakan nyata,
misalnya, peningkatan kualitas Tenaga Kerja Indonesia, peningkatan status
menuju Tenaga Kerja Indonesia formal, pembelaan hukum, mempererat kerja
sama (MoU) dengan negara tujuan, meningkatkan kerja sama pusat dan daerah,
dan tindakan lainnya yang mendukung makin minimnya masalah Tenaga Kerja
Indonesia. Instansi yang berwenang harus memberi prioritas khusus agar bisa
bekerja dengan lancar baik dari proses di dalam negeri sampai ke negara tujuan.
Dalam hal ini siapa yang berhak menempatkan TKI di luar negeri pun masih
menjadi tarik ulur antara Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi membuat pemerintah
membuat peraturan-peraturan dengan kuantitas yang tidak sedikit jumlahnya
untuk memperketat dan juga untuk melindungi daripada TKI yang berada di luar
negeri. Menurut Lalu Husni (2003 : 87-88) pengaturan dan perlindungan TKI
sudah seharusnya diatur dengan undang-undang karena :
1. Bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi,
dihormati, dan dijamin penegakannya;
2. Hak setiap warga negara untukk memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan keahlian,
keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan;
3. Dalam kenyataan selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar
kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat
manusia serta perlakuan lain yang bertentangan dengan hak asasi manusia;
4. Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang
bekerja baik di dalam maupun di uar negeri berdasarkan prinsip persamaan
hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan gender dan anti diskriminasi;
5. Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri perlu dilakukan secara
terpadu antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dan peran serta
masyarakat dalam suatu produk hukum yang memadai guna memberikan
perlindungan yang maksimal
Dengan banyaknya perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta ini,
terutama di wilayah Kota Bandar Lampung secara tidak langsung akan menambah
persoalan dibidang ketenagakerjaan. Untuk itu tidak terlepas dari perizinan yang
harus dibuat oleh perusahaan tersebut untuk menjalankan kegiatan perusahaannya.
Dimana perizinan tersebut sebagai indikator apakah perusahaan tersebut sudah
layak dan memenuhi syarat-syarat untuk menjalankan kegiatan penempatan
tenaga kerja Indonesia di luar negeri atau belum.
Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia Swasta sebagai Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri salah satunya ialah PT Mitra Muda Reksa
Mandiri yang beralamat di Jalan Pramuka No. 15 Kemiling Bandar Lampung.
Perusahaan tersebut sebagai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan
PT Mitra Muda Reksa Mandiri fokus pada sektor formal, artinya Tenaga Kerja
Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri akan ditempatkan di perusahaan yang
berbadan hukum. PT Mitra Muda Reksa Mandiri memilih sektor formal sebagai
tempat untuk mengirimkan para TKI tersebut karena keamanan yang ditawarkan
lebih terjamin. Hal ini dikarenakan perusahaan yang dituju berbadan hukum yang
terikat oleh UU nasional maupun internasional. Kesehatan pekerja lebih terjamin
karena disyaratkan aturan internasional (ILO). Tingkat keberhasilan dengan
standar order dan kinerja TKI yang tidak perlu diragukan lagi. Martabat bangsa
akan lebih terangkat dengan semakin banyaknya pekerja sektor formal serta
kesejahteraan dapat lebih terjamin.
PT Mitra Muda Reksa Mandiri sendiri sejak berdiri tahun 1999 telah
menempatkan Ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Produktif ke Pabrik Pabrik
yang besar seperti: SANYO, Mitshubishi, Dhaiwa, TruTech, Hitech, ASAHI di
Johor, Cubic di Melaka, ALPS, ACQUTEC di Negeri Sembilan, Flextronics, SSN
Gloves, Polymatech di Selangor, Goko camera (M) Sdn.Bhd, Jurong HI-Tech (M)
Sdn.Bhd, Maruko (M) Sdn.Bhd, Broadlan Garment Industries, Kung Keng
Textiles (M) Sdn.Bhd, Ong Hin Tiang Sydicate Sdn.Bhd, Schee Brother,
Kemajuan Mas Jaya dan masih banyak lagi pabrik/kilang lainnya serta
perusahaan elektronik terbesar di Malaysia dengan produk hardware komputer
yakni Western Digital.
PT Mitra Muda Reksa Mandiri menyediakan fasilitas yang lengkap dengan
kualitas sesuai dengan standarisasi yang ditentukan oleh Departemen Tenaga
kualitas yang berlaku di negara tempat tujuan Tenaga Kerja Indonesia. Perusahaan
tersebut mengadakan perjanjian dengan negara tempat tujuan Tenaga Kerja
Indonesia.
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka akan dibahas serta akan
dilakukan penelitian mengenai Perizinan Terhadap Pelaksanaan Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri di
Bandar Lampung sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat wawasan bagi semua pihak yang berkepentingan dan membutuhkan.
1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.2.1. Permasalahan
a. Bagaimanakah prosedur perizinan terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri
dalam penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri ?
b. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan perizinan terhadap
penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri oleh PT. Mitra Muda Reksa
Mandiri ?
1.2.2. Ruang Lingkup
Skripsi ini masuk kedalam kajian Hukum Administrasi Negara dalam aspek
Hukum Ketenagakerjaan dengan objek penelitian berupa perizinan atas
penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri oleh pihak swasta, penelitian
akan dilakukan di Kota Bandar Lampung mengenai prosedur pemberian izin
kepada Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam
serta penghambat dalam pemberian izin penempatan tenaga kerja Indonesia ke
luar negeri oleh PPTKIS.
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui secara jelas prosedur pemberian izin terhadap PT. Mitra
Muda Reksa Mandiri dalam penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di
luar negeri.
b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat di dalam pelaksanaan
perizinan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri oleh PT. Mitra
Muda Reksa Mandiri.
1.3.2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis
Secara teoritis agar dapat mengembangkan pemahaman dibidang ilmu
hukum khususnya Hukum Administrasi Negara dalam hal Hukum
Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan penempatan tenaga kerja
Indonesia di luar negeri.
b. Secara praktis
Secara praktis untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak yang
mempunyai perhatian tentang topik penelitian ini yaitu :
1. Bagi pemerintah sebagai tolok ukur apakah kegiatan perizinan yang
telah dilakukan dan dijalankan oleh pemerintah telah berjalan dengan
2. Bagi dunia usaha dengan diadakannya penelitian ini diharapkan
menumbuhkan pemahaman akan kegunaan dan fungsi dari perizinan
sehingga memperkecil angka perusahaan penempatan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) ilegal.
3. Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya penelitian ini akan
menambah wawasan dan juga pemahaman mengenai perizinan serta
penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar Negeri oleh pihak
swasta sehingga para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak mudah
untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak dan golongan tertentu yang
mengatasnamakan perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia
2.1. Pengertian Perizinan
2.1.1. Pengertian Perizinan
Izin merupakan satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk
membatasi tingkah laku masyarakat (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Izin ialah
suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarmita (1987:
390) izin adalah perkenaan, pernyataan mengabulkan atau tidak melarang. Izin
adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi.
Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yurudis untuk mengemudikan
tingkah laku para warga. Dapat dikatakan bahwa izin itu apabila pembuat
peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai
ketentuan yang ada. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang
yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan
Izin adalah suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar
dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan
teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus (Spelt dan Ten Berge, 1993 :
3). Sedangkan menurut Mr. Prins, izin adalah pernyataan yang biasanya dikeluarkan sehubungan dengan suatu perbuatan yang pada hakekatnya harus
dilarang tetapi hal yang menjadi objek dari perbuatan tersebut menurut sifatnya
tidak merugikan dan perbuatan itu dapat dilaksanakan asal saja dibawah
pengawasan alat-alat perlengkapan Administrasi Negara (Soehino, 1984 : 79).
Menurut Utrecht, pengertian izin (Vergunning) ialah bilamana pembuat peraturan
tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya
asal saja secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka
perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat
suatu izin (Adrian Sutedi, 2010 : 167). Selanjutnya menurut Van Der Pot yang
dimaksud izin adalah :
“Apabila sikap batin si pembuat undang-undang terhadap perbuatan atau tingkah laku yang diatur dalam undang-undang itu sendiri adalah pada
prinsipnya tidak melarang, tidak memperdulikan, acuh tak acuh hanya saja
dalam hal-hal yang konkret dimana perbuatan itu dilakukan terhadap campur
tangan dari penguasa yang berwenang oleh aturan hukum dari undang-undang
tadi untuk membuat aturan hukum ini konkreto dalam hal yang konkret”
(Soehino, 1984 : 83).
Izin menurut pengertiannya dapat dibagi menjadi izin dalam arti sempit dan izin
dalam arti luas, berikut merupakan penjelasannya :
a. Izin dalam arti sempit
Pengertian izin dalam arti sempit merupakan pengikatan aktivitas-aktivitas pada
undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan
yang buruk (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Tujuannya adalah untuk mengatur
tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap
tercela, namun perlu dilakukan pengawasan.
b. Dalam arti luas yaitu :
1. Izin merupakan Persetujuan
2. Dispensasi yaitu pembebasan
3. Lisensi digunakan dalam bidang perdagangan
4. Konsensi perjanjian antara pemerintah dan swasta dalam bidang pertambangan
untuk menyerahkan tugas-tugas pemerintah kepada pihak swasta yang
menyangkut kepentingan umum.
Melalui diberikannya izin, penguasa memperkenankan orang yang memohon
untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan perturan
Perundang-undangan yang mengatur. Pemberian izin menyangkut bagi suatu tindakan yang
demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus.
Berdasarkan pengertian izin yang diuraikan diatas, izin merupakan instrumen bagi
penguasa yang berupa pernyataan mengabulkan, menyetujui atau mengesahkan
terhadap suatu perbuatan yang sebenarnya dilarang, tetapi hal yang menjadi objek
dari perbuatan yang akan dilakukan oleh seseorang tersebut, menurut sifatnya
perlengkapan administrasi yang dilaksanakan oleh dasar wewenang khusus yang
diberikan kepadanya oleh suatu aturan hukum in concreto yang dibuatnya sendiri dan hal ini merupakan tugas daripada alat-alat perlengkapan administrasi. Pihak
lain baik perorangan maupun badan hukum swasta sifatnya menerima dengan
sukarela atas izin tersebut.
Izin merupakan instrumen yuridis preventif. Dengan sifat yuridis yang demikian
itu, izin berfungsi :
a. Mengarahkan/mengendalikan aktifitas tertentu
b. Mencegah bahaya
c. Melindungi objek tertentu
d. Mengatur distribusi benda langka
e. Seleksi orang atau aktifitas tertentu
Dengan tujuan yang demikian itu, setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan
individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak melanggar
prinsip dasar negara hukum, yaitu asas legalitas (Philipus M. Hadjon, 1995 : 2).
2.1.2. Macam-Macam Izin
Izin dapat diklasifikasikan baik dari sifat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN),
maupun klasifikasi berdasarkan wewenang penerbitan izin. Berdasarkan hirarki
pemerintahan, izin dibedakan atas :
a. Izin Pemerintah Pusat
b. Izin Pemerintah Daerah Tingkat I
Untuk izin Pemerintah Daerah Tingkat I kini dikenal sebagai Pemerintah Daerah
Provinsi sedangkan izin Pemerintah Daerah Tingkat II kini dikenal sebagai
Pemerintah daerah Kabupaten atau Kota, istilah ini mulai berubah sejak
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah. Khusus Menyangkut perizinan, di Indonesia dewasa ini belum ada suatu
sistem perizinan terpadu. Oleh karena itu suatu bidang usaha harus memiliki
berbagai izin sektoral, misalnya untuk suatu kegiatan pendirian perumahan harus
memiliki : Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Lokasi, Izin Usaha, dll. Karena
tidak adanya sistem, masing-masing izin dipandang sebagai izin yang mandiri.
Dengan pandangan yang demikian itu dalam praktik sering terjadi pencabutan izin
sektoral tanpa memperhatikan keseluruhan kegiatan itu.
2.1.3. Kewenangan Menerbitkan Izin
Setiap wewenang menerbitkan izin bersifat publik. Wewenang itu bisa merupakan
wewenang ketatanagaraaan (statsrechtelijk bevoegdheid) dan bisa merupakan
wewenang administrasi (administratiefrechtelijk bevoegdheid). Antara wewenang
ketatanegaraan dengan wewenang administrasi dapat dibedakan namun sulit
dipisahkan. Wewenang menerbitkan izin bisa merupakan wewenang terikat
(gobonden bevoegdheid) dan bisa merupakan suatu wewenang bebas
(discretionary power). Pembedaan atas wewenang terikat dan wewenang bebas
dalam penerbitan izin membawa konsekuensi yuridis, baik pada penerbitan izin
Pada penerbitan izin , wewenang menerbitkan atau wewenang menolak
tergantung dari sifat wewenang. Pada wewenang terikat pejabat TUN terikat pada
syarat-syarat yang dirumuskan dan tidak memiliki kebebasan untuk menilai
maupun kebebasan kebijaksanaan dasar wewenang terikat bagi perizinan beranjak
dari ketentuan hukum yang berlaku.
Atas dasar demikian itu, wewenang memberikan izin adalah wewenang yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Wewenang ini diberikan untuk
tujuan konkret seperti yang telah diuraikan di atas. Aspek yuridis perizinan
meliputi :
1) Larangan untuk melakukan suatu aktifitas (tanpa izin)
2) Wewenang untuk memberikan izin
Untuk menyimpang dari suatu larangan harus ditegaskan dalam suatu peraturan
perundang-undangan. Larangan dirumuskan dalam norma larangan (norma
prohabitur) dan norma perintah (norma mandatur). Dengan demikian pelanggaran atas laranagan itu lazimnya dikaitkan dengan sanksi, baik sanksi
administrasi maupun sanksi pidana (Philipus M. Hadjon, 1995 : 5).
Lingkup larangan tergantung pada uraian tingkah laku yang dilarang. Formulasi
larangandapt berupa larangan umum ataupun larangan yang memuat
ketentuan-ketentuan khusus. Misalnya : dilarang mendirikan bangunan tanpa izin Walikota
(larangan umum), sedangkan dilarang mendirikan rumah/bangunan lainnya di
sepanjang bantaran ledeng/irigasi (larangan yang berupa ketentuan khusus).
Wewenang untuk memberikan izin merupakan wewenang publik. Suatu
hukum administrasi negara. Pada penerbitan izin wewenang menerbitkan atau
wewenang menolak tergantung pada sifat wewenang. Pada wewenang terikat,
pejabat tata usaha negara (TUN) terikat pada syarat-syarat yang dirimuskan dan
tidak memiliki kebebasan untuk mmenilai maupun kebebasan kebijaksanaan atau
terikat oleh peraturan perundang-undangan, sebaliknya pada wewenang bebas,
organ pemerintah memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan
pemberian izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 3). Pada pencabutan izin , sifat
wewenang mempunyai arti penting bagi kemungkinan untuk menggunakan
wewenang pencabutan. Pada wewenang terikat, pencabutan dilakukan dengan
keterikatan mutlak pada ketentuan peraturan yang menjadi dasarnya. Pada
wewenang bebas, pajabat tata usaha negara dapat menggunakan atau tidak
menggunakan wewenang untuk mencabut izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 5).
Mendirikan suatu perusahaan swasta penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri serta melakukan kegiatan-kegiatan penempatan TKI di luar negeri harus
dilakukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sebelum dikeluarkannya
izin, pemohon harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Ketentuan-ketentuan dalam pendirian suatu perusahaan swasta penempatan tenaga kerja
Indonesia ke luar negeri sangat dibutuhkan untuk melindungi kepentingan umum
dan pengawasan sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah dan
selain itu juga untk menciptakan ketertiban. Suatu tekhnik pemeliharaan
ketertiban adalah terkaitnya beberapa kegiatan atau keadaan pada suatu perizinan
atau persetujuan kerana kegiatan itu pada dasarnya terlarang kecuali memperoleh
Dalam pendapat Philipus M. Hadjon (1994 : 8) yang mengemukakan bahwa,
suatu tekhnik pemeliharaan ketertiban adalah terkaitnya beberapa kegiatan atau
keadaan pada suatu perizinan, pengesahan, persetujuan atau suatu bentuk
pemberian kuasa yang lain oleh karena kegiatan-kegiatan itu pada dasarnya adalah
terlarang terkecuali jika telah dilaporkan dan memperoleh izin.
2.1.4. Subjek dan Objek Perizinan
Berbicara masalah subjek dan objek perizinan tentu saja tidak akan pernah bisa
dilepaskan antara pemerintah yang berwenang baik itu Pemerintah Pusat,
pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota yang merupakan
subjek dari perizinan mempunyai kadar tugas dan peranan yang besar dalam
setiap penentuan setiap kebijakan-kebijakan dan keputusan dalam hal perizinan,
sedangkan objek dari perizinan adalah pemohon izin usaha dan atau kegiatan.
Antara subjek dan objek dari perizinan ini menmpunyai peranan yang sama-sama
besar dalam menentukan diterbitkannya atau ditolaknya suatu izin.
2.1.5. Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Di dalam proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri, diperlukan
surat izin untuk melaksanakan penempatan tersebut diantaranya :
1) Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI adalah
izin tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Perusahaan yang akan menjadi
2) Surat Izin Pengerahan
Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan
Pemerintah kepada pelaksana penempatan TKI swasta untuk merekrut calon TKI
dari daerah tertentu untuk jabatan tertentu, dan untuk dipekerjakan kepada calon
Pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.
3) Surat Pengantar Rekrutmen
Surat Pengantar Rekrutmen selanjutnya disebut SPR adalah surat rekomendassi
yang diberikan disnakertrans agar PPTKIS dapat melakukan rekrutmen tenaga
kerja di kabupaten/kota.
2.2. Pengertian Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Indonesia Serta Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia
2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak peristilahan mengenai Pekerja.
Misalnya ada yang menyebutnya: Buruh, Karyawan atau Pegawai, namun
sesungguhnya dapat dipahami, bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut
adalah sama yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai
imbalannya (Darwan Prinst, 2000 : 20).
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskan pengertian
ketenagakerjaan adalah segala hal yangberhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja (manpower) adalah
penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan
Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh
umur/usia (Sendjun H. Manulang, 1988 : 3).
2.2.2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Calon Tenaga Kerja Indonesia atau disebut calon TKI adalah setiap warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar
negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan (Lalu Husni, 2003 : 91). Tenaga
kerja Indonesia adalah angkatan kerja adalah setiap orang yang berusia antara
15-65 tahun yang dianggap sudah mampu melakukan pekerjaan bekerja.
Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang mampu melekukan pekerjaan baik
didalam maupun diluar hubungan kerja yang menghasilkan barang dan jasa.
Tenaga kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “orang yang
bekerja atau mengerjakan sesuatu. Golongan penduduk ini adalah mereka
yang telah berusia 15 – 64 tahun namun kebiasaan batas usia yang dipakai di
Indonesia adalah 10 tahun keatas. Sedangkan menurut Depnaker dalam laporan
rencana kegiatan ketenagakerjaan pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
adalah Setiap orang Warga Negara Indonesia yang sudah memiliki pekerjaan
baik tetap maupun tidak tetap yang bekerja di luar negeri. Dalam
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Tenaga Kerja Indonesia yang
selanjutnya disingkat TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu
2.2.3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia (TKI) a) Hak Tenaga Kerja Indonesia
Menurut Zaeni Asyhadie (2007 : 204), setiap calon TKI/TKI mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk :
a. Bekerja di luar negeri;
b. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan
prosedur penempatan TKI di luar negeri;
c. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar
negeri;
d. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan
untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang
dianutnya;
e. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan;
f. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh
tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
negara tujuan;
g. Memperoleh jaminan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta
pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan selama penempatan di luar negeri;
h. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan
TKI ke tempat asal;
b) Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
a. Menaati peraturan perundangan baik didalam negeri maupun di negara
tujuan;
b. Menaati dan melaksanakan perkerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja;
c. Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
d. Memberitahukan dan melaporkan kedatangan, keberadaan, dan
kepulangan TKI kepada perawakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
2.3. Pengertian dan Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
2.3.1. Pengertian Penempatan TKI
Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan
untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi
kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan
dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,
pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan keterpaduan, persamaan
hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi
serta anti perdagangan manusia.Guna melindungi calon TKI/TKI, orang
perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar
negeri. Dianggap sebagai perbuatan menempatkan, setiap perbuatan dengan
Indonesia untuk bekerja pada pengguna di luar negeri baik dengan memungut
biaya maupun tidak, dari yang bersangkutan.
Pelaksana Penempatan TKI swasta yang akan menempatkan TKI ke luar negeri
harus terlebih dahulu membuat Perjanjian Kerja Sama Penempatan yang dibuat
secara tertulis dengan Mitra Usaha atau pengguna yang memuat hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Mitra usaha adalah instasi atau badan usaha
berbentuk badan hukum di negara tujuan yang bertanggungjawab menempatkan
TKI pada pengguna. Pengguna jasa TKI adalah Instansi Pemerintah, Badan
Hukum Pemerintah, Badan Hukum Swassta, dan Perseorangan di negara tujuan
yang mempekerjakan TKI. Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI
harus memiliki dokumen yang meliputi:
a. Kartu Tanda Penduduk, Ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran atau surat
keterangan kenal lahir;
b. Surat keterangan status perkawinan bagi yang telah menikah melampirkan
copy buku nikah;
c. Surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali;
d. Sertifikat kompetensi kerja;
e. Surat keterangan sehat berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan kesehatan dan
psikologi;
f. Paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat;
g. Visa kerja;
h. Perjanjian penempatan kerja;
i. Perjanjian kerja, dan
2.3.2. Tujuan Penempatan TKI
Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara
tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
2.3.3. Negara Tujuan Penempatan TKI
Pemerintah semakin pemperketat penempatan Tenaga kerja lndonesia (TKI)
sektor domestic worker yang bekerja di luar negeri. Untuk ke depannya,
pemerintah hanya akan menempatkan TKI PLRT (Penata Laksana Rumah
Tangga) di 4 negara yaitu Arab Saudi, Malaysia, Hongkong dan Taiwan.
Menurut Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta)
Kemenakertrans Reyna Usman : “Kemenakertrans telah melakukan evaluasi
menyeluruh terhadap negara-negara tujuan penempatan TKl sektor PLRT.
Hasilnya kami menyimpulkan hanva 4 negara saja yang termasuk kategori layak
sebagai negara tujuan”.
Dalam website resmi BNP2TKI disebutkan bahwa pascamoratorium di sejumlah
negara penempatan TKI tahun 2011, Pemerintah Indonesia membuat MoU baru.
Terdapat 11 MoU yang sudah disepakati Pemerintah RI dengan 10 negara,
diantaranya Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Qatar, Uni Emirat Arab,
kesepahaman (MoU) antara pemerintah RI dan Arab Saudi soal perlindungan dan
jaminan sosial TKI yang bekerja di negeri itu. Dalam MoU yang ditandatangani di
Kemenakertrans di Jakarta, oleh Dirjen Binapenta Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakertrans) Reyna Usman dan CEO ISSP Arab Saudi
Mohammed S Alkahtani ini disebutkan bahwa International Social Security
Program (ISSP) akan memberikan perlindungan dan menyelenggarakan jaminan
sosial untuk TKI yang bekerja di Arab Saudi. Dalam MoU itu disebutkan bahwa
ISSP akan melakukan perlindungan dan jaminan sosial TKI yang bekerja di Arab
Saudi, berikut memediasi dan memperjuangkan hak-hak TKI, seperti gaji yang
tidak dibayar oleh users (pengguna atau majikan), kematian, tindak kekerasan,
pelecehan seksual, penganiayaan dan hak-hak TKI lainnya.
Kemenakertrans telah mencermati kebijakan dan perlakuan negara-negara
penempatan terhadap perlindungan dan pemenuhan hak-hak normatif TKI.
Apabila tidak memenuhi persyaratan dan kriteria yang ditentukan, pemerintah
tidak akan mengjinkan lagi penempatan TKI ke negara tersebut. Seperti halnya
negara Yordania yang dikenakan moratorium, dikarenakan besaran upah dan juga
perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia tidak sesuai. Sehingga, pengiriman
TKI ke negara Yordania dihentikan.
PT Mitra Muda Reksa Mandiri lebih banyak melakukan penempatan di sektor
formal sebagai tempat untuk mengirimkan para TKI tersebut karena keamanan
yang ditawarkan lebih terjamin. Salah satu negara yang menjadi tujuan
2.4. Pengertian Perekrutan dan Tujuan Perekrutan
2.4.3. Pengertian Perekrutan
Perekrutan yaitu upaya mendapatkan tenaga kerja yang. Idealnya upaya
pengadaan tenaga kerja ini untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang direkrut
dan ditempatkan nantinya adalah the right people in the right position. Pengadaan tenaga kerja itu sendiri adalah suatu proses untuk mendapatkan tenaga yang
berkualitas dan memberikan harapan yang baik pada calon tenaga kerja tersebut
untuk membuat lamaran kerja guna bekerja pada instansi/perusahaan tersebut.
Khusus bagi organisasi/perusahaan yang besar, pengadaan tenaga kerja
merupakan proses yang terus berlangsung dan kompleks dan menuntut
perencanaan dan upaya yang ekstensif. Proses perekrutan dimulai dari mencari
dan menarik pelamar yang mampu melakukan suatu pekerjaan sampai adanya
lamaran masuk.
2.4.4. Tujuan perekrutan
a. Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat;
b. Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan;
c. Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum
lama bekerja;
d. Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan
pelatihan;
e. Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan
Untuk melaksanakan rekrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Peraturan
Menteri No.18 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan
tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, pelaksana penempatan Tenaga Kerja
Indonesia swasta harus sesuai dengan prosedur berikut :
1) Menunjukkan SIP asli atau copy yang telah dilegalisasi, surat pengantar
rekrut dan rancangan perjanjian penempatan yang telah didaftarkan pada
BNP2TKI kepada Pejabat yang berwenang di instansi kabupaten/kota.
2) Perekrutan calon TKI oleh PPTKIS dilakukan bersama-sama petugas instansi
kabupaten/kota.
3) Proses perekrutan calon TKI didahului dengan memberikan informasi melalui
penyuluhan yang sekurang-kurangnya memuat :
a. Lowongan jenis dan uraian pekerjaan yang tersedia beserta syarat jabatan;
b. Lokasi lingkungan kerja;
c. Tata cara perlindungan bagi TKI dan resiko yang mungkin dihadapi;
d. Waktu, tempat dan syarat pendaftaran;
e. Tata cara dan prosedur perekrutan;
f. Persyaratan calon TKI;
g. Kondisi dan syarat-syarat kerja yang meliputi gaji, waktu kerja, waktu
istirahat/cuti, lembur, jaminan perlindungan, dan fasilitas lain yang
diperoleh;
h. Peraturan perundang-undangan, sosial budaya, situasi dan kondisi negara
tujuan;
j. Biaya-biaya yang dibebankan kepada calon TKI dalam hal biaya tersebut
tidak ditanggung oleh PPTKIS atau Pengguna, dan mekanisme
pembayarannya; dan
k. hak dan kewajiban calon TKI.
(4) Informasi yang disampaikan oleh PPTKIS sebagaimana dimaksud diatas,
harus mendapat persetujuan dari instansi kabupaten/kota.
2.5. Pengertian Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
2.5.3. Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI)
Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia atau PJTKI adalah badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memiliki surat izin usaha PJTKI untuk
melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri.
2.5.4. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS)
Pelaksana Penempatan TKI Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah
badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri (Lalu Husni, 2003 :
91). Pengertian PPTKIS lainnya yaitu badan hukum yang melaksanakan penempatan
tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri untuk kepentingan sendiri setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atas nama
2.6. Pengertian dan Struktur Dinas Tenaga Kerja
2.6.1. Pengertian Dinas Tenaga Kerja
Dinas Tenaga Kerja merupakan unsur pelaksana tugas Walikota, mempunyai
tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan kota dibidang tenaga kerja
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk menyelengarakan tugas
pokok tersebut, Dinas Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Tenaga Kerja;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang Tenaga
Kerja;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Tenaga Kerja;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota dibidang Tenaga Kerja;
e. Pelayanan administratif.
2.6.2. Struktur Dinas Tenaga Kerja
Menurut Pasal 15 Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 13 tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, susunan organisasi
Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung terdiri dari :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
c. Bidang Penempatan Pelatihan dan Keterampilan Tenaga Kerja , membawahi :
1. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri;
2. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri;
3. Seksi Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja;
d. Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja,
membawahi :
1. Kasi Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja;
2. Kasi Norma Kerja dan Penindakan;
3. Kasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e. Bidang Pembinaan, Penyiapan, Permukiman dan Penempatan Transmigrasi,
membawahi :
1. Kasi Penyediaan dan Permasalahan Tanah Trnsmigrasi;
2. Kasi Pembangunan Permikiman Transmigrasi;
3. Kasi Perpindahan Transmigrasi;
f. Bidang Pembinaan, Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi,
membawahi :
1. Kasi Peningkatan Kapasitas SDM dan Masyarakat Transmigrasi;
2. Kasi Pengembangan Usaha Promosi, Investasi, dan Kemitraan Transmigrasi;
3. Kasi Pengembangan Sarana Prasarana dan Penyerasian Lingkungan Kawasan
Transmigrasi;
g. Unit Pelaksana Teknis Daerah;
2.7. Pengertian dan Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
2.7.1. Pengertian Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Jumlah TKI bermasalah memang terus meningkat. Pengawasan terhadap
Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) masih sangat lemah. Hal tersebut
terjadi karena adanya dualitas lembaga yang mengurusi TKI, BNP2TKI dan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Sesuai dengan
UU No. 39 Tahun 2004, pihak yang mengurusi permasalahan TKI adalah
BNP2TKI. Menurut Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia bahwa Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya
disebut BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Berdasarkan pasal 95 UU No. 39 Tahun 2004, BNP2TKI berfungsi
melaksanakan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar
negeri. Namun saat ini, BNP2TKI menangani sebagian wilayah penempatan,
seperti Selandia Baru, Hong Kong, Taiwan, dan beberapa daerah di Timur
Tengah. Saat ini, UU tersebut sedang menjalani revisi oleh DPR. Berbagai
problem TKI di luar negeri yang kerap terjadi dan menempatkan TKI sebagai
objek penderita, akibat dari pekerjaan PPTKIS yang tidak baik. Kalau
diidentifikasi, problem perekrutan TKI masih seputar pemalsuan kartu tanda
penduduk (KTP), pemalsuan tempat pembuatan KTP, pemalsuan hasil
dan pemberangkatan, sampai pemulangan pun tidak luput dari masalah.
Masalah-masalah ini terjadi karena posisi calon tenaga kerja Indonesia yang sama sekali
tidak mengerti dan perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia tidak
bekerja sebagaimana mestinya.
2.7.2. Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Susunan Organisasi BNP2TKI Terdiri Dari :
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Promosi;
d. Deputi Bidang Penempatan;
e. Deputi Bidang Perlindungan;
f. Inspektorat;
g. Balai Pelayananan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
h. Pos Pelayanan.
2.7.3. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Menurut Lalu Husni (2003 : 104-105) tugas dan fungsi dari BNP2TKI yaitu:
a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah
dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di
negara tujuan penempatan;
b. Memberikan pelayanan, mengoordinasikan, dan melakukan pengawasan
mengenai :
2) Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP);
3) Penyelesaian Masalah
4) Sumber-Sumber Pembiayaan
5) Pemberangkatan Sampai Pemulangan
6) Peningkatan Kualitas calon TKI
7) Informasi
8) Kualitas pelaksana penempatan TKI
9) Peningkatan Kesejahteraan TKI dan Keluarganya
Dalam kinerjanya, BNP2TKI dibantu oleh BNP3TKI yang berfungsi untuk
memantau dan membantu proses kelengkapan dokumen dan syarat-syarat
penempatan TKI. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlidungan Tenaga kerja
Indonesia yang selanjutnya disebut BNP3TKI adalah perangkat BNP2TKI yang
bertugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen
Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. (Abdulkadir M.
2004:32)
3.1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris atau penelitian hukum
terapan adalah pendekatan masalah yang dilakukan dengan cara menggali
informasi dan melakukan penelitian lapangan guna menganalisis masalah yang
akan dibahas.
Penelitian yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti secara langsung
kelapangan untuk melihat penerapan paraturan perundang-undangan atau aturan
hukum yang berkaitan dengan penegakkan hukum serta melakukan wawancara
dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi
3.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.2.1. Data Primer dan Data Sekunder
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian,
yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung
dari pihak-pihak yang berhubungan dengan perizinan penempatan tenaga kerja
indonesia swasta (PPTKIS). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang
terdiri dari:
1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan
peraturan-peraturan lainnya, antara lain :
a) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
b) Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.
c) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
d) Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
e) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
PER-14/MEN/X/2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan
f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
PER-37/MEN/XII/2006 Tentang Tata Cara Pembentukan Kantor Cabang
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER
-32/MEN/XI/2006 Tentang Rencana Kerja Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Sarana dan Prasarana Pelayanan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
h) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
PER.10/MEN/V/2009 Tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan dan
Pencabutan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
i) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
PER-05/MEN/III/2005 Tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata
Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
j) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
PER-07/MEN/IV/2005 Tentang Standar Tempat Penampungan Calon
Tenaga Kerja Indonesia
k) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang
Oraganisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung
l) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar
Lampung
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannnya dengan
karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan lain yang berguna untuk
memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian , buletin, majalah ,
artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya
ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
3.3. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data
3.3.1. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh
prosedur sebagai berikut :
a) Studi Kepustakaan(Library Reasearch)
Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada
hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan
perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
b) Studi Lapangan(Field Research)
Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan
penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Dalam penelitian
berkaitan dengan persoalan Perizinan Terhadap Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Dalam Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Di Luar Negeri, yaitu :
a. Direktur Utama PT. Mitra Muda Reksa Mandiri;
b. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung
3.3.2. Pengolahan Data
Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Identifikasi
Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan
dengan Perizinan Terhadap Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri di Bandar
Lampung.
b. Editing
Editing yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para
responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui
apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses
selanjutnya.
c. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok
yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk
d. Sistematisasi Data
Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam
data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.
3.4. Analisis Data
Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis,
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan
dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas
suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari
pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil
analisis tersebut kemudian di interpretasikan guna memberikan gambaran yang
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. PT. Mitra Muda Reksa Mandiri adalah salah satu dari empat Kantor Pusat
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) resmi di Provinsi
Lampung, karena telah membuat dan menjalankan prosedur dalam hal
perizinan untuk mendirikan suatu perusahaan (PT) dan juga perizinan
untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke
luar negeri. Terdapat enam perizinan yang dibuat oleh PT. Mitra Muda
Reksa Mandiri yang terdiri dari empat perizinan untuk mendirikan suatu
perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia swasta dan dua perizinan
untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri. Setelah PT. Mitra Muda Reksa Mandiri melengkapi empat
perizinan pendirian perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia
swasta, Prosedur dalam pemberian izin kepada PT. Mitra Muda Reksa
Mandiri untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia
yaitu Menteri atau pejabat yang ditunjuk memeriksa kelegalan dari
dokumen perusahaan, kemudian perusahaan membuat Surat Izin
Indonesia (TKI) dan selanjutnya perusahaan membuat Surat Pengantar
Rekrut (SPR) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Provinsi
Lampung dengan melampirkan syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk
memperoleh data berapa calon Tenaga Kerja Indonesia yang dapat di
rekrut di tiap kabupaten atau kota di provinsi Lampung.
2. Faktor Penghambat Perizinan
Setelah dilakukan penelitian di PT. Mitra Muda Reksa Mandiri, di
temukan beberapa faktor penghambat dalam perizinan penempatan
Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri yaitu Proses Birokrasi yang
berbelit-belit, jangka waktu yang cukup lama dan adanya pungutan liar
oleh pihak pemberi izin.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal yang
kiranya dapat merupakan saran bagi pihak-pihak terkait:
1. Diharapkan kepada pihak-pihak yang berwenang dalam hal upaya hukum
dan juga perlindungan bagi TKI dapat cepat dan tanggap atas laporan yang
masuk. Karena, berdasarkan riset yang saya lakukan di kedua tempat
yaitu di DISNAKERTRANS Provinsi Lampung dan juga PT. Mitra Muda
Reksa Mandiri terlihat bahwa BNP2TKI tidak cepat dan tanggap atas
2. Sebaiknya pemerintah membuat suatu perizinan dalam hal penempatan
TKI dalam satu pintu dengan pengertian bahwa untuk mengurus
pembuatan perizinan dalam hal melakukan kegiatan Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Ke Luar Negeri hanya di satu Instansi dan terdapat di
setiap daerah. Sehingga proses perizinan tidak berbelit-belit, tidak terjadi
pungutan liar dan daerah akan mempunyai data yang lengkap mengenai
TKI yang berangkat di daerahnya masing-masing dan hal ini secara tidak
langsung akan berimplikasi pada pekerjaan di pusat yang akan menjadi
lebih ringan dan untuk persyaratan dalam pembuatan Pasppor ditambah
dengan melampirkan fotocopy ijazah yang telah dilegalisir agar
mengurangi pemalsuan identitas calon Tenaga Kerja Indonesia yang
banyak terjadi.
3. Sebagai saran terakhir yaitu kepada Pemerintah Provinsi Lampung agar
dapat memperketat pengawasan dan pemberian sanksi terhadap seluruh
PPTKIS ilegal yang berada di Lampung, mengingat menurut data Kasi
Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Disnakertrans Provinsi Lampung
yang termuat dalam harian Tribun Lampung dan juga berdasarkan Riset
yang telah saya lakukan bahwa dari 133 perusahaan yang melakukan
penempatan TKI di lampung ini hanya sekitar 42 perusahaan yang telah
meminta SPR di Disnakertrans Provinsi Lampung sedangkan SPR
merupakan salah satu syarat untuk melakukan kegiatan perekrutan calon
REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG
Oleh
ALDAOVA FLANOPSKY ERTON
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa :
Aldaova Flanopsky Erton
No. Pokok Mahasiswa : 0812011107
Bagian : Hukum Administrasi Negara
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI
1.Komisi pembimbing
Dr. Yuswanto, S.H., M.H. Eka Deviani, S.H., M.H.
NIP. 196205141987031003 NIP. 197310202005012002
2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara
Nurmayani, S.H., M.H.
Ketua :Dr. Yuswanto, S.H., M.H. : ...
Sekretaris/Anggota :Eka Deviani, S.H., M.H. : ...
Penguji Utama :Elman Eddy Patra, S.H., M.H. : ...
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP. 19621109 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Rumbia pada tanggal 14 November 1990.
Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Antoni Nur A. Md dan Ibu Hernawati, S. Pd.
Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Rekso biangun
dan Tamat pada tahun 1996, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) 1 Rukti Basuki
Rumbia hingga tamat pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri
(SLTPN) 1 Rumbia dan tamat pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Rumbia dan tamat pada tahun 2008.
Pada Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN), dan menjadi anggota Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) pada tahun
2008, dan menjadi Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi
Negara pada tahun 2011 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
“
Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
”
(Depag RI, 1989 : 421)
... dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat dengan taqwa, dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S : Al-Maidah Ayat 8)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, dan apabila
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(SR. Alam Nasyrah, 6-7)
Suatu kesalahan besar bila seseorang berteori sebelum memiliki data.
Orang yang bijak mulai menggali fakta untuk membentuk teori, agar
teori sesuai dengan fakta
Puji Syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta
Alam untuk setiap nafas yang kuhirup, detak jantung yang
berdegup dan darah yang mengalir dalam hidupku ini. Karena
karunia-Mu dengan segala kerendahan hati kupersembahkan
karya ini untuk
Kedua orang tua ku Antoni Nur dan Hernawati, S.Pd yang telah
melahirkan dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia ini
dengan tetes keringat yang tidak dapat dinilai oleh apapun
didunia ini, Kakakku Alona Fricilia Erton, Archi Florencaria
Erton dan adikku Altacausa Fina Ragilia Erton yang selalu
memberikan semangat walaupun tak dekat, serta
sahabat-sahabatku terimakasih atas doa, dan semangat yang selalu kalian
berikan.
Serta
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan
penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan menuangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi,
mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas
menyediakan waktu memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu,
saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.
4. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembahas II atas waktu,
saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.
5. Bapak Bagya Wahyanta, S.H. selaku Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar
Negeri Disnakertrans Provinsi Lampung berserta staff atas informasi yang
7. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku ketua jurusan Hukum Administrasi Negara
yang telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini.
8. Bpk Fajar Widodo, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
slama ini diwakilkan oleh Bpk. Tri Handrisman, S.H., M.H. yang dengan
ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh
masa studi.
9. Bapak Dr. Heryandi S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
banyak memberikan ilmu, khusunya ilmu hukum kepada penulis.
11. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung baik dibidang
kemahasiswaan maupun akademik yang telah banyak membantu penulis demi
kelancaran skripsi ini.
12. Ardiatma Danu, Dimas Akbar Ardinta, Yusni Febriansyah, Primayani
Yustyasari, Hilda Silvia Yoga, Yulianti, Adisty Anggun, Dhessy Marella dan
Devina, merupakan sahabat-sahabat yang bisa diandalkan dalam segala bidang
dan aspek kehidupan, terima kasih atas persahabatan yang tidak akan
terlupakan, dukungan, dan bantuan selama ini.
13. Teman-teman keluarga besar PSBH Billy Sandro, Mandala Prawira, Sischa
Dwi, Farhan Makki, Melisa Safitri, Ade Tiffany, Citra Ratu, Sinta, Reni,
Nenni serta yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,