• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIZINAN TERHADAP PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI OLEH PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERIZINAN TERHADAP PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI OLEH PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERMIT FOR PLACEMENT OF INDONESIAN LABOR OVERSEAS BY PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

By :

Aldaova Flanopsky Erton

At the beginning of the country's economic development, generally the planning of economic development is oriented towards the problems of economic growth (growth) economy and the reduction of unemployment. It is understandable considering that the major barrier of the development the developing countries development is the lack of capital, employment opportunities, and low technology. This is what underlies the Indonesian workers speculate themselves in foreign countries. Various methods are used by them such as going through the government is party and also through the private job placement implementer (PPTKIS) as was regulated in Article 37 paragraph (1) of Law No. 13 of 2003 on Employment and Article 10 of Law No. 39 of 2004 on Placement and Protection of Indonesian Workers Abroad.

The implementer of the Private Placement of Indonesian Workers, is abbreviate as PPTKIS, it is a legal entity who has obtained a written permission from the government for the Indonesia manpower placement services abroad. Another axplainatior from PPTKIS, is a legal entiting that carries out the employment at home and abroad for its own importance after receiving written approval from the Directorate General of Employment Development on behalf of the Secretary of Labor.

(2)

because of the security being offered is more secure.

The purpose of this study was to determine a clear license procedure of the Private Employment (PPTKIS) in palacing the Indonesian workers (TKI) in foreign countries and the factors that impede the provision of the permit. The data that was collected from this study is processed through a data processing with the stages of identification, editing, data classification and systematization of data. The results from the research that has been done are the license procedur which was made by PT Mitra Muda Reksa Mandiri as a company engaged in the placement of Indonesian Workers Overseas among which permit interference (HO), Managing Licenses Employment Indonesia (SIPPTKI), Trade Business License (Business License), Company Registration (TDP) to set up a private placement of Indonesian Labor and Employment Permit (SIP), Letter to Recruit (SPR) to conduct the placement of Indonesian Workers Overseas. Factors which have obstructed the process of licensing the placement in placing Indonesian Migrant Workers placement into the state bureaucracy is a process that is convoluted, duration of delivery of documents and data to make the permissions for a long time, In addition, sometimes there are elements that make illicit payments to PT. Mitra Muda Reksa Mandiri pretext to expedite the licensing process or to speed up the licensing process.

(3)

KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI OLEH PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Aldaova Flanopsky Erton

Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada permasalahan pertumbuhan (growth) ekonomi dan pengurangan pengangguran. Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama pembangunan negara-negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal, kesempatan kerja yang sedikit, dan teknologi yang rendah. Hal inilah yang melandasi tenaga kerja Indonesia mengadu nasib di negara asing. Berbagai cara dilakukan oleh mereka yaitu berangkat melalui pihak Pemerintah dan juga melalui pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS) seperti yang telah diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 10 Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Pengertian PPTKIS lainnya yaitu badan hukum yang melaksanakan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri untuk kepentingan sendiri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atas nama Menteri Tenaga Kerja.

(4)

terjamin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas prosedur pemberian izin terhadap Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) dalam penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri dan faktor-faktor yang menghambat dalam pemberian izin tersebut. Data yang terkumpul dari hasil penelitian ini diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap identifikasi, editing, klasifikasi data dan sistematisasi data.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah prosedur perizinan yang dibuat oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri sebagai perusahaan yang bergerak dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri diantaranya yaitu Surat izin gangguan (HO), Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (SIPPTKI), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) untuk mendirikan perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan Surat Izin Perekrutan (SIP), Surat Pegantar Rekrut (SPR) untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Faktor yang menjadi penghambat dalam proses perizinan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke negara penempatan adalah Proses Birokrasi yang Berbelit-Belit, Jangka waktu dari penyerahan dokumen dan data untuk membuat perizinan cukup lama, Selain itu, terkadang terdapat oknum yang melakukan pungutan liar terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri dengan dalih untuk memperlancar proses perizinan atau untuk mempercepat proses perizinan.

(5)

1.1. Latar Belakang

Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan

pembangunan ekonomi berorientasi pada persoalan pertumbuhan (growth)

ekonomi dan pengurangan pengangguran. Hal ini bisa dimengerti mengingat

penghalang utama pembangunan negara-negara sedang berkembang adalah

terjadinya kekurangan modal, kesempatan kerja yang sedikit, dan teknologi yang

rendah. Untuk persoalan kekurangan modal jika dapat diatasi, maka proses

pembangunan di negara-negara sedang berkembang akan lebih cepat mencapai

sasaran. Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka

pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati oleh penduduk

jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi. Dengan kata lain, mengkaitkan laju

pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk akan memberi

indikator yang lebih realistis.

Masalah pembinaan ketenagakerjaan umumnya berakar pada adanya

ketidakseimbangan antara perkembangan kesempatan kerja dengan pertumbuhan

angkatan kerja. Ketidakseimbangan ini menimbulkan masalah pengangguran,

(6)

sosial politik yang luas. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja

dengan kesempatan kerja yang ada menyebabkan jumlah pengangguran semakin

besar. Mereka semakin sulit bersaing di pasar kerja, apalagi dengan diterapkannya

kebijakan industri pasar modal yang cenderung memerlukan input tenaga kerja

dengan tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi. Besarnya jumlah angkatan

kerja dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah serta jumlah

pengangguran yang besar. Hal inilah yang melandasi tenaga kerja Indonesia

mengadu nasib di negara asing. Sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa, penempatan tenaga kerja

terdiri dari:

a. penempatan tenaga kerja di dalam negeri;

b. penempatan tenaga kerja di luar negeri.

Berbagai cara dilakukan oleh mereka yaitu berangkat melalui PJTKI dan juga

melalui pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS) seperti yang telah

diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 39 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Meningkatnya angka kenaikan buruh migran ke luar negeri setiap tahunnya

membuat para pengusaha melirik sektor ini dan berlomba-lomba untuk membuat

perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS). Dimana untuk

daerah Lampung sendiri berdasarkan data disnakertrans yang termuat dalam

harian Tribun Lampung (halaman 8, 28 Mei 2011), terdapat 133 perusahaan

PPTKIS. Pekerjaan dari PPTKIS sering menjadi masalah yang kompleks . Banyak

(7)

negeri. Hasilnya perlindungan yang didapatkan tidak diterima oleh tenaga kerja

tersebut. Beberapa korban perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia ilegal minta

pemerintah membantu memulangkan rekannya yang masih tertahan di luar negeri,

karena kondisi mereka memprihatinkan. Persoalan buruh migran sangat kompleks

karena (menyangkut) peran pemerintah dalam membuat perlindungan. Seandainya

mekanisme perlindungan yang dibuat negara kepada masyarakat, terutama buruh

migran, lebih berorientasi pada perlindungan, mungkin persoalan buruh migran

akan teratasi. Persoalan timbul sejak pemberangkatan, saat pulangpun sarat

dengan persoalan. Persoalan yang paling mendasar mengapa masyarakat di

wilayah pedesaan atau daerah terpencil berimigrasi, tidak lepas dari

ketidakmampuan negara menjalankan fungsinya untuk mewujudkan

kesejahteraan.

Hasil suatu kajian di Arab dan Hongkong pada Tahun 2005, hampir 90 persen

TKI tidak pernah mengikuti pelatihan. Bisa juga pelatihan dilakukan, tetapi uji

kompetensi dan sertifikasinya tidak layak. Hal ini bisa terjadi juga karena

lemahnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan penempatan TKI.

Berdasarkan hasil inspeksi mendadak (sidak) Satuan Tugas (Satgas) Pemantauan

dan Pengawasan Penempatan/Perlindungan TKI Kemennakertrans, beberapa

waktu lalu, beberapa PPTKIS bahkan diketahui tidak menyediakan tempat

pelatihan, tempat makan, sarana MCK, serta tempat tidur yang layak bagi calon

TKI. Hingga saat ini, Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta)

dan satgas Kemennakertrans melakukan audit manajemen seluruh PPTKIS di

Indonesia yang jumlahnya 500 perusahaan. Audit ini dilakukan untuk mengetahui

(8)

dokumen perizinan. Pemerintah pun harus berkomitmen melindungi Tenaga Kerja

Indonesia selain membuat kebijakan untuk pemberangkatan tenaga kerja

Indonesia. Selain itu, pemerintah harus menindaklanjuti dengan tindakan nyata,

misalnya, peningkatan kualitas Tenaga Kerja Indonesia, peningkatan status

menuju Tenaga Kerja Indonesia formal, pembelaan hukum, mempererat kerja

sama (MoU) dengan negara tujuan, meningkatkan kerja sama pusat dan daerah,

dan tindakan lainnya yang mendukung makin minimnya masalah Tenaga Kerja

Indonesia. Instansi yang berwenang harus memberi prioritas khusus agar bisa

bekerja dengan lancar baik dari proses di dalam negeri sampai ke negara tujuan.

Dalam hal ini siapa yang berhak menempatkan TKI di luar negeri pun masih

menjadi tarik ulur antara Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi membuat pemerintah

membuat peraturan-peraturan dengan kuantitas yang tidak sedikit jumlahnya

untuk memperketat dan juga untuk melindungi daripada TKI yang berada di luar

negeri. Menurut Lalu Husni (2003 : 87-88) pengaturan dan perlindungan TKI

sudah seharusnya diatur dengan undang-undang karena :

1. Bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi,

dihormati, dan dijamin penegakannya;

2. Hak setiap warga negara untukk memperoleh pekerjaan dan penghidupan

yang layak baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan keahlian,

keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan;

3. Dalam kenyataan selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar

(9)

kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat

manusia serta perlakuan lain yang bertentangan dengan hak asasi manusia;

4. Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang

bekerja baik di dalam maupun di uar negeri berdasarkan prinsip persamaan

hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan gender dan anti diskriminasi;

5. Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri perlu dilakukan secara

terpadu antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dan peran serta

masyarakat dalam suatu produk hukum yang memadai guna memberikan

perlindungan yang maksimal

Dengan banyaknya perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta ini,

terutama di wilayah Kota Bandar Lampung secara tidak langsung akan menambah

persoalan dibidang ketenagakerjaan. Untuk itu tidak terlepas dari perizinan yang

harus dibuat oleh perusahaan tersebut untuk menjalankan kegiatan perusahaannya.

Dimana perizinan tersebut sebagai indikator apakah perusahaan tersebut sudah

layak dan memenuhi syarat-syarat untuk menjalankan kegiatan penempatan

tenaga kerja Indonesia di luar negeri atau belum.

Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia Swasta sebagai Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri salah satunya ialah PT Mitra Muda Reksa

Mandiri yang beralamat di Jalan Pramuka No. 15 Kemiling Bandar Lampung.

Perusahaan tersebut sebagai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan

(10)

PT Mitra Muda Reksa Mandiri fokus pada sektor formal, artinya Tenaga Kerja

Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri akan ditempatkan di perusahaan yang

berbadan hukum. PT Mitra Muda Reksa Mandiri memilih sektor formal sebagai

tempat untuk mengirimkan para TKI tersebut karena keamanan yang ditawarkan

lebih terjamin. Hal ini dikarenakan perusahaan yang dituju berbadan hukum yang

terikat oleh UU nasional maupun internasional. Kesehatan pekerja lebih terjamin

karena disyaratkan aturan internasional (ILO). Tingkat keberhasilan dengan

standar order dan kinerja TKI yang tidak perlu diragukan lagi. Martabat bangsa

akan lebih terangkat dengan semakin banyaknya pekerja sektor formal serta

kesejahteraan dapat lebih terjamin.

PT Mitra Muda Reksa Mandiri sendiri sejak berdiri tahun 1999 telah

menempatkan Ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Produktif ke Pabrik Pabrik

yang besar seperti: SANYO, Mitshubishi, Dhaiwa, TruTech, Hitech, ASAHI di

Johor, Cubic di Melaka, ALPS, ACQUTEC di Negeri Sembilan, Flextronics, SSN

Gloves, Polymatech di Selangor, Goko camera (M) Sdn.Bhd, Jurong HI-Tech (M)

Sdn.Bhd, Maruko (M) Sdn.Bhd, Broadlan Garment Industries, Kung Keng

Textiles (M) Sdn.Bhd, Ong Hin Tiang Sydicate Sdn.Bhd, Schee Brother,

Kemajuan Mas Jaya dan masih banyak lagi pabrik/kilang lainnya serta

perusahaan elektronik terbesar di Malaysia dengan produk hardware komputer

yakni Western Digital.

PT Mitra Muda Reksa Mandiri menyediakan fasilitas yang lengkap dengan

kualitas sesuai dengan standarisasi yang ditentukan oleh Departemen Tenaga

(11)

kualitas yang berlaku di negara tempat tujuan Tenaga Kerja Indonesia. Perusahaan

tersebut mengadakan perjanjian dengan negara tempat tujuan Tenaga Kerja

Indonesia.

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka akan dibahas serta akan

dilakukan penelitian mengenai Perizinan Terhadap Pelaksanaan Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri di

Bandar Lampung sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat wawasan bagi semua pihak yang berkepentingan dan membutuhkan.

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1. Permasalahan

a. Bagaimanakah prosedur perizinan terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri

dalam penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri ?

b. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan perizinan terhadap

penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri oleh PT. Mitra Muda Reksa

Mandiri ?

1.2.2. Ruang Lingkup

Skripsi ini masuk kedalam kajian Hukum Administrasi Negara dalam aspek

Hukum Ketenagakerjaan dengan objek penelitian berupa perizinan atas

penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri oleh pihak swasta, penelitian

akan dilakukan di Kota Bandar Lampung mengenai prosedur pemberian izin

kepada Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam

(12)

serta penghambat dalam pemberian izin penempatan tenaga kerja Indonesia ke

luar negeri oleh PPTKIS.

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara jelas prosedur pemberian izin terhadap PT. Mitra

Muda Reksa Mandiri dalam penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di

luar negeri.

b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat di dalam pelaksanaan

perizinan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri oleh PT. Mitra

Muda Reksa Mandiri.

1.3.2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis

Secara teoritis agar dapat mengembangkan pemahaman dibidang ilmu

hukum khususnya Hukum Administrasi Negara dalam hal Hukum

Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan penempatan tenaga kerja

Indonesia di luar negeri.

b. Secara praktis

Secara praktis untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak yang

mempunyai perhatian tentang topik penelitian ini yaitu :

1. Bagi pemerintah sebagai tolok ukur apakah kegiatan perizinan yang

telah dilakukan dan dijalankan oleh pemerintah telah berjalan dengan

(13)

2. Bagi dunia usaha dengan diadakannya penelitian ini diharapkan

menumbuhkan pemahaman akan kegunaan dan fungsi dari perizinan

sehingga memperkecil angka perusahaan penempatan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) ilegal.

3. Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya penelitian ini akan

menambah wawasan dan juga pemahaman mengenai perizinan serta

penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar Negeri oleh pihak

swasta sehingga para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak mudah

untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak dan golongan tertentu yang

mengatasnamakan perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia

(14)

2.1. Pengertian Perizinan

2.1.1. Pengertian Perizinan

Izin merupakan satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum

administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

membatasi tingkah laku masyarakat (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Izin ialah

suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarmita (1987:

390) izin adalah perkenaan, pernyataan mengabulkan atau tidak melarang. Izin

adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum

administrasi.

Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yurudis untuk mengemudikan

tingkah laku para warga. Dapat dikatakan bahwa izin itu apabila pembuat

peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai

ketentuan yang ada. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang

yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya

dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan

(15)

Izin adalah suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar

dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan

teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus (Spelt dan Ten Berge, 1993 :

3). Sedangkan menurut Mr. Prins, izin adalah pernyataan yang biasanya dikeluarkan sehubungan dengan suatu perbuatan yang pada hakekatnya harus

dilarang tetapi hal yang menjadi objek dari perbuatan tersebut menurut sifatnya

tidak merugikan dan perbuatan itu dapat dilaksanakan asal saja dibawah

pengawasan alat-alat perlengkapan Administrasi Negara (Soehino, 1984 : 79).

Menurut Utrecht, pengertian izin (Vergunning) ialah bilamana pembuat peraturan

tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya

asal saja secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka

perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat

suatu izin (Adrian Sutedi, 2010 : 167). Selanjutnya menurut Van Der Pot yang

dimaksud izin adalah :

“Apabila sikap batin si pembuat undang-undang terhadap perbuatan atau tingkah laku yang diatur dalam undang-undang itu sendiri adalah pada

prinsipnya tidak melarang, tidak memperdulikan, acuh tak acuh hanya saja

dalam hal-hal yang konkret dimana perbuatan itu dilakukan terhadap campur

tangan dari penguasa yang berwenang oleh aturan hukum dari undang-undang

tadi untuk membuat aturan hukum ini konkreto dalam hal yang konkret”

(Soehino, 1984 : 83).

Izin menurut pengertiannya dapat dibagi menjadi izin dalam arti sempit dan izin

dalam arti luas, berikut merupakan penjelasannya :

a. Izin dalam arti sempit

Pengertian izin dalam arti sempit merupakan pengikatan aktivitas-aktivitas pada

(16)

undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan

yang buruk (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Tujuannya adalah untuk mengatur

tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap

tercela, namun perlu dilakukan pengawasan.

b. Dalam arti luas yaitu :

1. Izin merupakan Persetujuan

2. Dispensasi yaitu pembebasan

3. Lisensi digunakan dalam bidang perdagangan

4. Konsensi perjanjian antara pemerintah dan swasta dalam bidang pertambangan

untuk menyerahkan tugas-tugas pemerintah kepada pihak swasta yang

menyangkut kepentingan umum.

Melalui diberikannya izin, penguasa memperkenankan orang yang memohon

untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan perturan

Perundang-undangan yang mengatur. Pemberian izin menyangkut bagi suatu tindakan yang

demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus.

Berdasarkan pengertian izin yang diuraikan diatas, izin merupakan instrumen bagi

penguasa yang berupa pernyataan mengabulkan, menyetujui atau mengesahkan

terhadap suatu perbuatan yang sebenarnya dilarang, tetapi hal yang menjadi objek

dari perbuatan yang akan dilakukan oleh seseorang tersebut, menurut sifatnya

(17)

perlengkapan administrasi yang dilaksanakan oleh dasar wewenang khusus yang

diberikan kepadanya oleh suatu aturan hukum in concreto yang dibuatnya sendiri dan hal ini merupakan tugas daripada alat-alat perlengkapan administrasi. Pihak

lain baik perorangan maupun badan hukum swasta sifatnya menerima dengan

sukarela atas izin tersebut.

Izin merupakan instrumen yuridis preventif. Dengan sifat yuridis yang demikian

itu, izin berfungsi :

a. Mengarahkan/mengendalikan aktifitas tertentu

b. Mencegah bahaya

c. Melindungi objek tertentu

d. Mengatur distribusi benda langka

e. Seleksi orang atau aktifitas tertentu

Dengan tujuan yang demikian itu, setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan

individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak melanggar

prinsip dasar negara hukum, yaitu asas legalitas (Philipus M. Hadjon, 1995 : 2).

2.1.2. Macam-Macam Izin

Izin dapat diklasifikasikan baik dari sifat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN),

maupun klasifikasi berdasarkan wewenang penerbitan izin. Berdasarkan hirarki

pemerintahan, izin dibedakan atas :

a. Izin Pemerintah Pusat

b. Izin Pemerintah Daerah Tingkat I

(18)

Untuk izin Pemerintah Daerah Tingkat I kini dikenal sebagai Pemerintah Daerah

Provinsi sedangkan izin Pemerintah Daerah Tingkat II kini dikenal sebagai

Pemerintah daerah Kabupaten atau Kota, istilah ini mulai berubah sejak

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

Daerah. Khusus Menyangkut perizinan, di Indonesia dewasa ini belum ada suatu

sistem perizinan terpadu. Oleh karena itu suatu bidang usaha harus memiliki

berbagai izin sektoral, misalnya untuk suatu kegiatan pendirian perumahan harus

memiliki : Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Lokasi, Izin Usaha, dll. Karena

tidak adanya sistem, masing-masing izin dipandang sebagai izin yang mandiri.

Dengan pandangan yang demikian itu dalam praktik sering terjadi pencabutan izin

sektoral tanpa memperhatikan keseluruhan kegiatan itu.

2.1.3. Kewenangan Menerbitkan Izin

Setiap wewenang menerbitkan izin bersifat publik. Wewenang itu bisa merupakan

wewenang ketatanagaraaan (statsrechtelijk bevoegdheid) dan bisa merupakan

wewenang administrasi (administratiefrechtelijk bevoegdheid). Antara wewenang

ketatanegaraan dengan wewenang administrasi dapat dibedakan namun sulit

dipisahkan. Wewenang menerbitkan izin bisa merupakan wewenang terikat

(gobonden bevoegdheid) dan bisa merupakan suatu wewenang bebas

(discretionary power). Pembedaan atas wewenang terikat dan wewenang bebas

dalam penerbitan izin membawa konsekuensi yuridis, baik pada penerbitan izin

(19)

Pada penerbitan izin , wewenang menerbitkan atau wewenang menolak

tergantung dari sifat wewenang. Pada wewenang terikat pejabat TUN terikat pada

syarat-syarat yang dirumuskan dan tidak memiliki kebebasan untuk menilai

maupun kebebasan kebijaksanaan dasar wewenang terikat bagi perizinan beranjak

dari ketentuan hukum yang berlaku.

Atas dasar demikian itu, wewenang memberikan izin adalah wewenang yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Wewenang ini diberikan untuk

tujuan konkret seperti yang telah diuraikan di atas. Aspek yuridis perizinan

meliputi :

1) Larangan untuk melakukan suatu aktifitas (tanpa izin)

2) Wewenang untuk memberikan izin

Untuk menyimpang dari suatu larangan harus ditegaskan dalam suatu peraturan

perundang-undangan. Larangan dirumuskan dalam norma larangan (norma

prohabitur) dan norma perintah (norma mandatur). Dengan demikian pelanggaran atas laranagan itu lazimnya dikaitkan dengan sanksi, baik sanksi

administrasi maupun sanksi pidana (Philipus M. Hadjon, 1995 : 5).

Lingkup larangan tergantung pada uraian tingkah laku yang dilarang. Formulasi

larangandapt berupa larangan umum ataupun larangan yang memuat

ketentuan-ketentuan khusus. Misalnya : dilarang mendirikan bangunan tanpa izin Walikota

(larangan umum), sedangkan dilarang mendirikan rumah/bangunan lainnya di

sepanjang bantaran ledeng/irigasi (larangan yang berupa ketentuan khusus).

Wewenang untuk memberikan izin merupakan wewenang publik. Suatu

(20)

hukum administrasi negara. Pada penerbitan izin wewenang menerbitkan atau

wewenang menolak tergantung pada sifat wewenang. Pada wewenang terikat,

pejabat tata usaha negara (TUN) terikat pada syarat-syarat yang dirimuskan dan

tidak memiliki kebebasan untuk mmenilai maupun kebebasan kebijaksanaan atau

terikat oleh peraturan perundang-undangan, sebaliknya pada wewenang bebas,

organ pemerintah memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan

pemberian izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 3). Pada pencabutan izin , sifat

wewenang mempunyai arti penting bagi kemungkinan untuk menggunakan

wewenang pencabutan. Pada wewenang terikat, pencabutan dilakukan dengan

keterikatan mutlak pada ketentuan peraturan yang menjadi dasarnya. Pada

wewenang bebas, pajabat tata usaha negara dapat menggunakan atau tidak

menggunakan wewenang untuk mencabut izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 5).

Mendirikan suatu perusahaan swasta penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar

negeri serta melakukan kegiatan-kegiatan penempatan TKI di luar negeri harus

dilakukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sebelum dikeluarkannya

izin, pemohon harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Ketentuan-ketentuan dalam pendirian suatu perusahaan swasta penempatan tenaga kerja

Indonesia ke luar negeri sangat dibutuhkan untuk melindungi kepentingan umum

dan pengawasan sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah dan

selain itu juga untk menciptakan ketertiban. Suatu tekhnik pemeliharaan

ketertiban adalah terkaitnya beberapa kegiatan atau keadaan pada suatu perizinan

atau persetujuan kerana kegiatan itu pada dasarnya terlarang kecuali memperoleh

(21)

Dalam pendapat Philipus M. Hadjon (1994 : 8) yang mengemukakan bahwa,

suatu tekhnik pemeliharaan ketertiban adalah terkaitnya beberapa kegiatan atau

keadaan pada suatu perizinan, pengesahan, persetujuan atau suatu bentuk

pemberian kuasa yang lain oleh karena kegiatan-kegiatan itu pada dasarnya adalah

terlarang terkecuali jika telah dilaporkan dan memperoleh izin.

2.1.4. Subjek dan Objek Perizinan

Berbicara masalah subjek dan objek perizinan tentu saja tidak akan pernah bisa

dilepaskan antara pemerintah yang berwenang baik itu Pemerintah Pusat,

pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota yang merupakan

subjek dari perizinan mempunyai kadar tugas dan peranan yang besar dalam

setiap penentuan setiap kebijakan-kebijakan dan keputusan dalam hal perizinan,

sedangkan objek dari perizinan adalah pemohon izin usaha dan atau kegiatan.

Antara subjek dan objek dari perizinan ini menmpunyai peranan yang sama-sama

besar dalam menentukan diterbitkannya atau ditolaknya suatu izin.

2.1.5. Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Di dalam proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri, diperlukan

surat izin untuk melaksanakan penempatan tersebut diantaranya :

1) Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI adalah

izin tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Perusahaan yang akan menjadi

(22)

2) Surat Izin Pengerahan

Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan

Pemerintah kepada pelaksana penempatan TKI swasta untuk merekrut calon TKI

dari daerah tertentu untuk jabatan tertentu, dan untuk dipekerjakan kepada calon

Pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.

3) Surat Pengantar Rekrutmen

Surat Pengantar Rekrutmen selanjutnya disebut SPR adalah surat rekomendassi

yang diberikan disnakertrans agar PPTKIS dapat melakukan rekrutmen tenaga

kerja di kabupaten/kota.

2.2. Pengertian Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Indonesia Serta Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia

2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak peristilahan mengenai Pekerja.

Misalnya ada yang menyebutnya: Buruh, Karyawan atau Pegawai, namun

sesungguhnya dapat dipahami, bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut

adalah sama yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai

imbalannya (Darwan Prinst, 2000 : 20).

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskan pengertian

ketenagakerjaan adalah segala hal yangberhubungan dengan tenaga kerja pada

waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja (manpower) adalah

penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan

(23)

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh

umur/usia (Sendjun H. Manulang, 1988 : 3).

2.2.2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Calon Tenaga Kerja Indonesia atau disebut calon TKI adalah setiap warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar

negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang

bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan (Lalu Husni, 2003 : 91). Tenaga

kerja Indonesia adalah angkatan kerja adalah setiap orang yang berusia antara

15-65 tahun yang dianggap sudah mampu melakukan pekerjaan bekerja.

Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang mampu melekukan pekerjaan baik

didalam maupun diluar hubungan kerja yang menghasilkan barang dan jasa.

Tenaga kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “orang yang

bekerja atau mengerjakan sesuatu. Golongan penduduk ini adalah mereka

yang telah berusia 15 – 64 tahun namun kebiasaan batas usia yang dipakai di

Indonesia adalah 10 tahun keatas. Sedangkan menurut Depnaker dalam laporan

rencana kegiatan ketenagakerjaan pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

adalah Setiap orang Warga Negara Indonesia yang sudah memiliki pekerjaan

baik tetap maupun tidak tetap yang bekerja di luar negeri. Dalam

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Tenaga Kerja Indonesia yang

selanjutnya disingkat TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi

syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu

(24)

2.2.3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia (TKI) a) Hak Tenaga Kerja Indonesia

Menurut Zaeni Asyhadie (2007 : 204), setiap calon TKI/TKI mempunyai hak dan

kesempatan yang sama untuk :

a. Bekerja di luar negeri;

b. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan

prosedur penempatan TKI di luar negeri;

c. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar

negeri;

d. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan

untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang

dianutnya;

e. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan;

f. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh

tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di

negara tujuan;

g. Memperoleh jaminan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan

atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta

pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan selama penempatan di luar negeri;

h. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan

TKI ke tempat asal;

(25)

b) Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

a. Menaati peraturan perundangan baik didalam negeri maupun di negara

tujuan;

b. Menaati dan melaksanakan perkerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja;

c. Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

d. Memberitahukan dan melaporkan kedatangan, keberadaan, dan

kepulangan TKI kepada perawakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

2.3. Pengertian dan Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

2.3.1. Pengertian Penempatan TKI

Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan

untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi

kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan

dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,

pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan keterpaduan, persamaan

hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi

serta anti perdagangan manusia.Guna melindungi calon TKI/TKI, orang

perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar

negeri. Dianggap sebagai perbuatan menempatkan, setiap perbuatan dengan

(26)

Indonesia untuk bekerja pada pengguna di luar negeri baik dengan memungut

biaya maupun tidak, dari yang bersangkutan.

Pelaksana Penempatan TKI swasta yang akan menempatkan TKI ke luar negeri

harus terlebih dahulu membuat Perjanjian Kerja Sama Penempatan yang dibuat

secara tertulis dengan Mitra Usaha atau pengguna yang memuat hak dan

kewajiban masing-masing pihak. Mitra usaha adalah instasi atau badan usaha

berbentuk badan hukum di negara tujuan yang bertanggungjawab menempatkan

TKI pada pengguna. Pengguna jasa TKI adalah Instansi Pemerintah, Badan

Hukum Pemerintah, Badan Hukum Swassta, dan Perseorangan di negara tujuan

yang mempekerjakan TKI. Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI

harus memiliki dokumen yang meliputi:

a. Kartu Tanda Penduduk, Ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran atau surat

keterangan kenal lahir;

b. Surat keterangan status perkawinan bagi yang telah menikah melampirkan

copy buku nikah;

c. Surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali;

d. Sertifikat kompetensi kerja;

e. Surat keterangan sehat berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan kesehatan dan

psikologi;

f. Paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat;

g. Visa kerja;

h. Perjanjian penempatan kerja;

i. Perjanjian kerja, dan

(27)

2.3.2. Tujuan Penempatan TKI

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan

manusiawi;

b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara

tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;

c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

2.3.3. Negara Tujuan Penempatan TKI

Pemerintah semakin pemperketat penempatan Tenaga kerja lndonesia (TKI)

sektor domestic worker yang bekerja di luar negeri. Untuk ke depannya,

pemerintah hanya akan menempatkan TKI PLRT (Penata Laksana Rumah

Tangga) di 4 negara yaitu Arab Saudi, Malaysia, Hongkong dan Taiwan.

Menurut Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta)

Kemenakertrans Reyna Usman : “Kemenakertrans telah melakukan evaluasi

menyeluruh terhadap negara-negara tujuan penempatan TKl sektor PLRT.

Hasilnya kami menyimpulkan hanva 4 negara saja yang termasuk kategori layak

sebagai negara tujuan”.

Dalam website resmi BNP2TKI disebutkan bahwa pascamoratorium di sejumlah

negara penempatan TKI tahun 2011, Pemerintah Indonesia membuat MoU baru.

Terdapat 11 MoU yang sudah disepakati Pemerintah RI dengan 10 negara,

diantaranya Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Qatar, Uni Emirat Arab,

(28)

kesepahaman (MoU) antara pemerintah RI dan Arab Saudi soal perlindungan dan

jaminan sosial TKI yang bekerja di negeri itu. Dalam MoU yang ditandatangani di

Kemenakertrans di Jakarta, oleh Dirjen Binapenta Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Kemenakertrans) Reyna Usman dan CEO ISSP Arab Saudi

Mohammed S Alkahtani ini disebutkan bahwa International Social Security

Program (ISSP) akan memberikan perlindungan dan menyelenggarakan jaminan

sosial untuk TKI yang bekerja di Arab Saudi. Dalam MoU itu disebutkan bahwa

ISSP akan melakukan perlindungan dan jaminan sosial TKI yang bekerja di Arab

Saudi, berikut memediasi dan memperjuangkan hak-hak TKI, seperti gaji yang

tidak dibayar oleh users (pengguna atau majikan), kematian, tindak kekerasan,

pelecehan seksual, penganiayaan dan hak-hak TKI lainnya.

Kemenakertrans telah mencermati kebijakan dan perlakuan negara-negara

penempatan terhadap perlindungan dan pemenuhan hak-hak normatif TKI.

Apabila tidak memenuhi persyaratan dan kriteria yang ditentukan, pemerintah

tidak akan mengjinkan lagi penempatan TKI ke negara tersebut. Seperti halnya

negara Yordania yang dikenakan moratorium, dikarenakan besaran upah dan juga

perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia tidak sesuai. Sehingga, pengiriman

TKI ke negara Yordania dihentikan.

PT Mitra Muda Reksa Mandiri lebih banyak melakukan penempatan di sektor

formal sebagai tempat untuk mengirimkan para TKI tersebut karena keamanan

yang ditawarkan lebih terjamin. Salah satu negara yang menjadi tujuan

(29)

2.4. Pengertian Perekrutan dan Tujuan Perekrutan

2.4.3. Pengertian Perekrutan

Perekrutan yaitu upaya mendapatkan tenaga kerja yang. Idealnya upaya

pengadaan tenaga kerja ini untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang direkrut

dan ditempatkan nantinya adalah the right people in the right position. Pengadaan tenaga kerja itu sendiri adalah suatu proses untuk mendapatkan tenaga yang

berkualitas dan memberikan harapan yang baik pada calon tenaga kerja tersebut

untuk membuat lamaran kerja guna bekerja pada instansi/perusahaan tersebut.

Khusus bagi organisasi/perusahaan yang besar, pengadaan tenaga kerja

merupakan proses yang terus berlangsung dan kompleks dan menuntut

perencanaan dan upaya yang ekstensif. Proses perekrutan dimulai dari mencari

dan menarik pelamar yang mampu melakukan suatu pekerjaan sampai adanya

lamaran masuk.

2.4.4. Tujuan perekrutan

a. Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat;

b. Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan;

c. Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum

lama bekerja;

d. Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan

pelatihan;

e. Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan

(30)

Untuk melaksanakan rekrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Peraturan

Menteri No.18 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan

tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, pelaksana penempatan Tenaga Kerja

Indonesia swasta harus sesuai dengan prosedur berikut :

1) Menunjukkan SIP asli atau copy yang telah dilegalisasi, surat pengantar

rekrut dan rancangan perjanjian penempatan yang telah didaftarkan pada

BNP2TKI kepada Pejabat yang berwenang di instansi kabupaten/kota.

2) Perekrutan calon TKI oleh PPTKIS dilakukan bersama-sama petugas instansi

kabupaten/kota.

3) Proses perekrutan calon TKI didahului dengan memberikan informasi melalui

penyuluhan yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Lowongan jenis dan uraian pekerjaan yang tersedia beserta syarat jabatan;

b. Lokasi lingkungan kerja;

c. Tata cara perlindungan bagi TKI dan resiko yang mungkin dihadapi;

d. Waktu, tempat dan syarat pendaftaran;

e. Tata cara dan prosedur perekrutan;

f. Persyaratan calon TKI;

g. Kondisi dan syarat-syarat kerja yang meliputi gaji, waktu kerja, waktu

istirahat/cuti, lembur, jaminan perlindungan, dan fasilitas lain yang

diperoleh;

h. Peraturan perundang-undangan, sosial budaya, situasi dan kondisi negara

tujuan;

(31)

j. Biaya-biaya yang dibebankan kepada calon TKI dalam hal biaya tersebut

tidak ditanggung oleh PPTKIS atau Pengguna, dan mekanisme

pembayarannya; dan

k. hak dan kewajiban calon TKI.

(4) Informasi yang disampaikan oleh PPTKIS sebagaimana dimaksud diatas,

harus mendapat persetujuan dari instansi kabupaten/kota.

2.5. Pengertian Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

2.5.3. Perusahaan Jasa

Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI)

Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia atau PJTKI adalah badan usaha yang

berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memiliki surat izin usaha PJTKI untuk

melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri.

2.5.4. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS)

Pelaksana Penempatan TKI Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah

badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk

menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri (Lalu Husni, 2003 :

91). Pengertian PPTKIS lainnya yaitu badan hukum yang melaksanakan penempatan

tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri untuk kepentingan sendiri setelah mendapat

persetujuan tertulis dari Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atas nama

(32)

2.6. Pengertian dan Struktur Dinas Tenaga Kerja

2.6.1. Pengertian Dinas Tenaga Kerja

Dinas Tenaga Kerja merupakan unsur pelaksana tugas Walikota, mempunyai

tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan kota dibidang tenaga kerja

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk menyelengarakan tugas

pokok tersebut, Dinas Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Tenaga Kerja;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang Tenaga

Kerja;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Tenaga Kerja;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota dibidang Tenaga Kerja;

e. Pelayanan administratif.

2.6.2. Struktur Dinas Tenaga Kerja

Menurut Pasal 15 Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 13 tahun 2009 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, susunan organisasi

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung terdiri dari :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Perencanaan;

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

(33)

c. Bidang Penempatan Pelatihan dan Keterampilan Tenaga Kerja , membawahi :

1. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri;

2. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri;

3. Seksi Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja;

d. Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja,

membawahi :

1. Kasi Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja;

2. Kasi Norma Kerja dan Penindakan;

3. Kasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

e. Bidang Pembinaan, Penyiapan, Permukiman dan Penempatan Transmigrasi,

membawahi :

1. Kasi Penyediaan dan Permasalahan Tanah Trnsmigrasi;

2. Kasi Pembangunan Permikiman Transmigrasi;

3. Kasi Perpindahan Transmigrasi;

f. Bidang Pembinaan, Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi,

membawahi :

1. Kasi Peningkatan Kapasitas SDM dan Masyarakat Transmigrasi;

2. Kasi Pengembangan Usaha Promosi, Investasi, dan Kemitraan Transmigrasi;

3. Kasi Pengembangan Sarana Prasarana dan Penyerasian Lingkungan Kawasan

Transmigrasi;

g. Unit Pelaksana Teknis Daerah;

(34)

2.7. Pengertian dan Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

2.7.1. Pengertian Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Jumlah TKI bermasalah memang terus meningkat. Pengawasan terhadap

Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) masih sangat lemah. Hal tersebut

terjadi karena adanya dualitas lembaga yang mengurusi TKI, BNP2TKI dan

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Sesuai dengan

UU No. 39 Tahun 2004, pihak yang mengurusi permasalahan TKI adalah

BNP2TKI. Menurut Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia bahwa Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya

disebut BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Berdasarkan pasal 95 UU No. 39 Tahun 2004, BNP2TKI berfungsi

melaksanakan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar

negeri. Namun saat ini, BNP2TKI menangani sebagian wilayah penempatan,

seperti Selandia Baru, Hong Kong, Taiwan, dan beberapa daerah di Timur

Tengah. Saat ini, UU tersebut sedang menjalani revisi oleh DPR. Berbagai

problem TKI di luar negeri yang kerap terjadi dan menempatkan TKI sebagai

objek penderita, akibat dari pekerjaan PPTKIS yang tidak baik. Kalau

diidentifikasi, problem perekrutan TKI masih seputar pemalsuan kartu tanda

penduduk (KTP), pemalsuan tempat pembuatan KTP, pemalsuan hasil

(35)

dan pemberangkatan, sampai pemulangan pun tidak luput dari masalah.

Masalah-masalah ini terjadi karena posisi calon tenaga kerja Indonesia yang sama sekali

tidak mengerti dan perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia tidak

bekerja sebagaimana mestinya.

2.7.2. Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Susunan Organisasi BNP2TKI Terdiri Dari :

a. Kepala;

b. Sekretariat Utama;

c. Deputi Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Promosi;

d. Deputi Bidang Penempatan;

e. Deputi Bidang Perlindungan;

f. Inspektorat;

g. Balai Pelayananan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

h. Pos Pelayanan.

2.7.3. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Menurut Lalu Husni (2003 : 104-105) tugas dan fungsi dari BNP2TKI yaitu:

a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah

dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di

negara tujuan penempatan;

b. Memberikan pelayanan, mengoordinasikan, dan melakukan pengawasan

mengenai :

(36)

2) Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP);

3) Penyelesaian Masalah

4) Sumber-Sumber Pembiayaan

5) Pemberangkatan Sampai Pemulangan

6) Peningkatan Kualitas calon TKI

7) Informasi

8) Kualitas pelaksana penempatan TKI

9) Peningkatan Kesejahteraan TKI dan Keluarganya

Dalam kinerjanya, BNP2TKI dibantu oleh BNP3TKI yang berfungsi untuk

memantau dan membantu proses kelengkapan dokumen dan syarat-syarat

penempatan TKI. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlidungan Tenaga kerja

Indonesia yang selanjutnya disebut BNP3TKI adalah perangkat BNP2TKI yang

bertugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen

(37)

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. (Abdulkadir M.

2004:32)

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris atau penelitian hukum

terapan adalah pendekatan masalah yang dilakukan dengan cara menggali

informasi dan melakukan penelitian lapangan guna menganalisis masalah yang

akan dibahas.

Penelitian yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti secara langsung

kelapangan untuk melihat penerapan paraturan perundang-undangan atau aturan

hukum yang berkaitan dengan penegakkan hukum serta melakukan wawancara

dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi

(38)

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.2.1. Data Primer dan Data Sekunder

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian,

yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung

dari pihak-pihak yang berhubungan dengan perizinan penempatan tenaga kerja

indonesia swasta (PPTKIS). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh

dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang

terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan

peraturan-peraturan lainnya, antara lain :

a) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

b) Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

c) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

d) Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

e) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER-14/MEN/X/2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan

(39)

f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER-37/MEN/XII/2006 Tentang Tata Cara Pembentukan Kantor Cabang

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER

-32/MEN/XI/2006 Tentang Rencana Kerja Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Sarana dan Prasarana Pelayanan

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

h) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER.10/MEN/V/2009 Tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan dan

Pencabutan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

i) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER-05/MEN/III/2005 Tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata

Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

j) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER-07/MEN/IV/2005 Tentang Standar Tempat Penampungan Calon

Tenaga Kerja Indonesia

k) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang

Oraganisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung

l) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar

Lampung

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannnya dengan

(40)

karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan lain yang berguna untuk

memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian , buletin, majalah ,

artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya

ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data

3.3.1. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan(Library Reasearch)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada

hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan

perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b) Studi Lapangan(Field Research)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan

penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Dalam penelitian

(41)

berkaitan dengan persoalan Perizinan Terhadap Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Dalam Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia Di Luar Negeri, yaitu :

a. Direktur Utama PT. Mitra Muda Reksa Mandiri;

b. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

3.3.2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan

dengan Perizinan Terhadap Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri di Bandar

Lampung.

b. Editing

Editing yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para

responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui

apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses

selanjutnya.

c. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok

yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk

(42)

d. Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam

data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

3.4. Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis,

kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan

dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas

suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari

pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil

analisis tersebut kemudian di interpretasikan guna memberikan gambaran yang

(43)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. Mitra Muda Reksa Mandiri adalah salah satu dari empat Kantor Pusat

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) resmi di Provinsi

Lampung, karena telah membuat dan menjalankan prosedur dalam hal

perizinan untuk mendirikan suatu perusahaan (PT) dan juga perizinan

untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke

luar negeri. Terdapat enam perizinan yang dibuat oleh PT. Mitra Muda

Reksa Mandiri yang terdiri dari empat perizinan untuk mendirikan suatu

perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia swasta dan dua perizinan

untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar

negeri. Setelah PT. Mitra Muda Reksa Mandiri melengkapi empat

perizinan pendirian perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia

swasta, Prosedur dalam pemberian izin kepada PT. Mitra Muda Reksa

Mandiri untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia

yaitu Menteri atau pejabat yang ditunjuk memeriksa kelegalan dari

dokumen perusahaan, kemudian perusahaan membuat Surat Izin

(44)

Indonesia (TKI) dan selanjutnya perusahaan membuat Surat Pengantar

Rekrut (SPR) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Provinsi

Lampung dengan melampirkan syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk

memperoleh data berapa calon Tenaga Kerja Indonesia yang dapat di

rekrut di tiap kabupaten atau kota di provinsi Lampung.

2. Faktor Penghambat Perizinan

Setelah dilakukan penelitian di PT. Mitra Muda Reksa Mandiri, di

temukan beberapa faktor penghambat dalam perizinan penempatan

Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri yaitu Proses Birokrasi yang

berbelit-belit, jangka waktu yang cukup lama dan adanya pungutan liar

oleh pihak pemberi izin.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal yang

kiranya dapat merupakan saran bagi pihak-pihak terkait:

1. Diharapkan kepada pihak-pihak yang berwenang dalam hal upaya hukum

dan juga perlindungan bagi TKI dapat cepat dan tanggap atas laporan yang

masuk. Karena, berdasarkan riset yang saya lakukan di kedua tempat

yaitu di DISNAKERTRANS Provinsi Lampung dan juga PT. Mitra Muda

Reksa Mandiri terlihat bahwa BNP2TKI tidak cepat dan tanggap atas

(45)

2. Sebaiknya pemerintah membuat suatu perizinan dalam hal penempatan

TKI dalam satu pintu dengan pengertian bahwa untuk mengurus

pembuatan perizinan dalam hal melakukan kegiatan Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia Ke Luar Negeri hanya di satu Instansi dan terdapat di

setiap daerah. Sehingga proses perizinan tidak berbelit-belit, tidak terjadi

pungutan liar dan daerah akan mempunyai data yang lengkap mengenai

TKI yang berangkat di daerahnya masing-masing dan hal ini secara tidak

langsung akan berimplikasi pada pekerjaan di pusat yang akan menjadi

lebih ringan dan untuk persyaratan dalam pembuatan Pasppor ditambah

dengan melampirkan fotocopy ijazah yang telah dilegalisir agar

mengurangi pemalsuan identitas calon Tenaga Kerja Indonesia yang

banyak terjadi.

3. Sebagai saran terakhir yaitu kepada Pemerintah Provinsi Lampung agar

dapat memperketat pengawasan dan pemberian sanksi terhadap seluruh

PPTKIS ilegal yang berada di Lampung, mengingat menurut data Kasi

Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Disnakertrans Provinsi Lampung

yang termuat dalam harian Tribun Lampung dan juga berdasarkan Riset

yang telah saya lakukan bahwa dari 133 perusahaan yang melakukan

penempatan TKI di lampung ini hanya sekitar 42 perusahaan yang telah

meminta SPR di Disnakertrans Provinsi Lampung sedangkan SPR

merupakan salah satu syarat untuk melakukan kegiatan perekrutan calon

(46)

REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

Oleh

ALDAOVA FLANOPSKY ERTON

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(47)

REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa :

Aldaova Flanopsky Erton

No. Pokok Mahasiswa : 0812011107

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1.Komisi pembimbing

Dr. Yuswanto, S.H., M.H. Eka Deviani, S.H., M.H.

NIP. 196205141987031003 NIP. 197310202005012002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H.

(48)

Ketua :Dr. Yuswanto, S.H., M.H. : ...

Sekretaris/Anggota :Eka Deviani, S.H., M.H. : ...

Penguji Utama :Elman Eddy Patra, S.H., M.H. : ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP. 19621109 198703 1 003

(49)

Penulis dilahirkan di Rumbia pada tanggal 14 November 1990.

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari

pasangan Bapak Antoni Nur A. Md dan Ibu Hernawati, S. Pd.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Rekso biangun

dan Tamat pada tahun 1996, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) 1 Rukti Basuki

Rumbia hingga tamat pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri

(SLTPN) 1 Rumbia dan tamat pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Rumbia dan tamat pada tahun 2008.

Pada Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(UMPTN), dan menjadi anggota Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) pada tahun

2008, dan menjadi Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi

Negara pada tahun 2011 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

(50)

Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

(Depag RI, 1989 : 421)

... dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena

adil itu lebih dekat dengan taqwa, dan bertaqwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q.S : Al-Maidah Ayat 8)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, dan apabila

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

(SR. Alam Nasyrah, 6-7)

Suatu kesalahan besar bila seseorang berteori sebelum memiliki data.

Orang yang bijak mulai menggali fakta untuk membentuk teori, agar

teori sesuai dengan fakta

(51)

Puji Syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta

Alam untuk setiap nafas yang kuhirup, detak jantung yang

berdegup dan darah yang mengalir dalam hidupku ini. Karena

karunia-Mu dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

karya ini untuk

Kedua orang tua ku Antoni Nur dan Hernawati, S.Pd yang telah

melahirkan dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia ini

dengan tetes keringat yang tidak dapat dinilai oleh apapun

didunia ini, Kakakku Alona Fricilia Erton, Archi Florencaria

Erton dan adikku Altacausa Fina Ragilia Erton yang selalu

memberikan semangat walaupun tak dekat, serta

sahabat-sahabatku terimakasih atas doa, dan semangat yang selalu kalian

berikan.

Serta

(52)

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk

dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan

penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

berkenan menuangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi,

mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas

menyediakan waktu memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu,

saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

4. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembahas II atas waktu,

saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

5. Bapak Bagya Wahyanta, S.H. selaku Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar

Negeri Disnakertrans Provinsi Lampung berserta staff atas informasi yang

(53)

7. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku ketua jurusan Hukum Administrasi Negara

yang telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bpk Fajar Widodo, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

slama ini diwakilkan oleh Bpk. Tri Handrisman, S.H., M.H. yang dengan

ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh

masa studi.

9. Bapak Dr. Heryandi S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

banyak memberikan ilmu, khusunya ilmu hukum kepada penulis.

11. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung baik dibidang

kemahasiswaan maupun akademik yang telah banyak membantu penulis demi

kelancaran skripsi ini.

12. Ardiatma Danu, Dimas Akbar Ardinta, Yusni Febriansyah, Primayani

Yustyasari, Hilda Silvia Yoga, Yulianti, Adisty Anggun, Dhessy Marella dan

Devina, merupakan sahabat-sahabat yang bisa diandalkan dalam segala bidang

dan aspek kehidupan, terima kasih atas persahabatan yang tidak akan

terlupakan, dukungan, dan bantuan selama ini.

13. Teman-teman keluarga besar PSBH Billy Sandro, Mandala Prawira, Sischa

Dwi, Farhan Makki, Melisa Safitri, Ade Tiffany, Citra Ratu, Sinta, Reni,

Nenni serta yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

Referensi

Dokumen terkait