• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAMILY LIFE PATTERN INFLUENCE TO CHILDHOOD CONSUME BEHAVIORS IN ORDER TO FULFILL SECONDARY AND TERTIERY NEEDS (Study at Class Student VIII Al-Kautsar Junior High School Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAMILY LIFE PATTERN INFLUENCE TO CHILDHOOD CONSUME BEHAVIORS IN ORDER TO FULFILL SECONDARY AND TERTIERY NEEDS (Study at Class Student VIII Al-Kautsar Junior High School Bandar Lampung)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA HIDUP KELUARGA TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF ANAK DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

SEKUNDER DAN TERSIER

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung) (Skripsi)

ELI RIANI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

FAMILY LIFE PATTERN INFLUENCE TO CHILDHOOD CONSUME BEHAVIORS IN ORDER TO FULFILL

SECONDARY AND TERTIERY NEEDS

(Study at Class Student VIII Al-Kautsar Junior High School Bandar Lampung)

By ELI RIANI

Purpose of this research is to know how big family life pattern influence to consumptive behavior of childhood in fulfilling requirement of secondary and tertiary at students of class VIII Al-Kautsar Junior High School’s Bandar Lampung. Hypothesis in this research are there any influence between family life pattern variables to consumptive behavior child in fulfilling requirement of secondary and tertiary needs. Research type applied is descriptive, using quantitative analysis, Technique of data collecting applying questionnaire, documentation and observation and data processing applies phase editing, coding, tabulation and interpretation of data. Data analytical technique done using unique tables, cross tables, product correlation analysis moment and validity test and reliability of statistical test result using product correlation analysis moment using SPSS program. Based on result of the calculation it is known that level of family life pattern influence the value of consumptive behavior of the children at value rxy = -30,4% or 30,4%, hence value rxy lays in 0,201 to 0,400, with correlation meaning of light, mean increasingly family life pattern simple has weak influence to consumptive behavior of children. The light family life pattern influence to consumptive behavior of those children, because admission of the responder family’s life pattern majority in categorizing life pattern that is simple so that doesn't have a strong effect to consumptive behavior, in spites many factors besides family life pattern like economic factors and other factors of which is not discussed in this research.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH POLA HIDUP KELUARGA TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF ANAK DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

SEKUNDER DAN TERSIER

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung)

Oleh ELI RIANI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier pada siswa-siswi kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara variabel pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan menggunakan analisa kuantitatif, Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi, dan observasi serta pengolahan data menggunakan tahap editing, koding, tabulasi serta interpretasi data. Teknik analisis data adalah dengan menggunakan tabel tunggal, tabel silang, analisis korelasi produk moment serta uji validitas dan reabilitas dari hasil uji statistik yang menggunakan analisis korelasi produk moment dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa besarnya nilai pengaruh pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak atau nilai rxy = -30,4% atau 30,4%, maka nilai rxy terletak pada 0,201 sampai 0,400, dengan makna korelasi lemah, artinya semakin sederhana pola hidup keluarga memiliki pengaruh yang lemah terhadap perilaku konsumtif anak. Lemahnya pengaruh pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak, karena mayoritas pola hidup keluarga responden masuk dalam kategori pola hidup yang sederhana sehingga tidak berpengaruh kuat terhadap perilaku konsumtif, selain itu banyak faktor lain selain pola hidup keluarga seperti faktor ekonomi dan faktor-faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

(4)

PENGARUH POLA HIDUP KELUARGA TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF ANAK DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

SEKUNDER DAN TERSIER

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung)

Oleh ELIRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Paraswati Darimilyan ...

Penguji Utama : Dra. Anita Damayanti, M.H ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. NIP 195801091986031002

(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : ELI RIANI Nomor Pokok Mahasiswa : 0616011026

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Paraswati Darimilyan

NIP. 195509301989022001

2. Ketua Jurusan Sosiologi

Drs. Benjamin

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blambangan Umpu Way Kanan, pada tanggal 27 Oktober 1986, anak kedua dari empat bersaudara ini merupakan buah hati dari pasangan Bapak Alian dan Ibu Siti Baedah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis untuk pertama kali diawali pada Sekolah Dasar Negeri 01 Blambangan Umpu Way Kanan dan diselesaikan pada tahun 2000. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 01 Blambangan Umpu Way Kanan yang diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar Lampung yang penulis selesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis mengikuti seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada bulan September 2006. Setelah menjalankan proses perkuliahan dua tahun tiga bulan, pada bulan Januari-Februari 2009, penulis mengaplikasikan ilmu di bidang akademis dengan melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan di Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

(8)

pengalaman yang tidak diperoleh penulis dari bangku perkuliahan, penulis aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan formal kampus, antara lain sebagai berikut:

1. Anggota bidang pengabdian masyarakat Himpunan Jurusan (HMJ) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila tahun 2006/2007.

2. Anggota Divisi Pendidikan dan Pelatihan LSSP Cendekia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila tahun 2007/2008.

3. Bendahara Umum LSSP Cendekia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila tahun 2008/2009 selama 1 periode kepengurusan.

Karena aktif dalam organisasi atau lembaga kemahasiswaan formal kampus, penulis sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan baik itu reguler ataupun kegiatan besar yang diadakan oleh organisasi atau lembaga kemahasiswaan formal kampus tersebut, kegiatan yang pernah diikuti penulis diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Peserta pada “Bedah Buku” yang diadakan oleh LSSP Cendekia dan Himpunan

Mahasiswa Diploma PUSDOKINFO (Hima Dippus) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2007.

2. Peserta pada seminar sehari “Revitalisasi Budaya Lampung” yang diadakan oleh Pusat Studi Budaya Lampung Lembaga Penelitian Universitas Lampung pada tahun 2009.

(9)

4.Penanggung jawab masalah keuangan pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh LSSP Cendekia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila pada tahun 2008/2009.

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang terkasih dan

mengasihiku.

Untuk kedua orang tuaku (Bapak dan Mak) yang selalu mendo’akan dan

menantikan keberhasilanku, makasih banyak dengan semua pengorbanan yang

telah kalian berikan kepada anakmu yang tak kan pernah tergantikan oleh

apapun di dunia ini.

Saudara-saudaraku (ses Elda, Adx Fitri, Adx Iin) yang ikut mendorong

keberhasilanku dan semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk

kalian.

Rekan-rekan seperjuangan yang selalu membantu dan memberikan motivasi

kepada penulis terutama semua orang yang telah mengisi hari-hari dan

(11)

MOTTO

Hiduplah dengan kejujuran dan semangat

Janganlah engkau menyesali kegagalan yang engkau alami

dengan menuduh atau menyalahkan orang lain, tetapi

akuilah dengan sungguh-sungguh bahwa kegagalan itu

perbuatanmu sendiri

(12)

SANWACANA

Bismillahirohmannirohim, Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya. Shalawat teriring salam tercurah kepada Baginda Rosul Muhammad SAW dan para sahabat serta keluarganya, penulis masih diberi kesehatan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung”, dapat diselesaikan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosiologi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan FISIP Unila. 2. Bapak Drs. A. Efendi, M.M, selaku PD I FISIP Unila.

3. Bapak Dr. Yulianto, Drs. M.Si, selaku PD II FISIP Unila. 4. Bapak Drs. Ikram, M.Si, selaku PD III FISIP Unila.

(13)

6. Bapak Drs. Susetyo, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Fisip Unila. 7. Ibu Dra. Paraswati Darimilyan, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak atas perhatian dan do’anya serta masukan-masukan yang telah diberikan.

8. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H, selaku dosen pembahas dalam penyusunan skripsi ini. Terimaksih atas masukan-masukan yang telah diberikan.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FISIP Unila, terimaksih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama menjalani masa perkuliahan. 10.Seluruh Staf dan Karyawan FISIP Unila terimakasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

11.Ibu Dian yang telah banyak membantu dan memberikan arahan serta memberikan bimbingan kepada penulis saat melaksanakan penelitian di SMP Al-Kautsar sampai penyelesaian Skripsi ini.

12.Bapak/lbu Staf Pegawai SMP Al-Kautsar yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan bagi penulis.

13.Keluargaku tercinta, Bapak dan Mak terima kasih atas do’a dan pengorbanan yang tidak tergantikan, ses Elda, adx Fitri, adx Iin (terimakasih atas do’a, motivasi, dan dukungan yang diberikan).

14.Siti (Nenek) yang selalu memberikan ringgom/otoh nasehat.

(14)

16.Teteh Lia S.Si, Ristiana Amd, Bri, Duka Arif, Eva, Yuk Nila, dan sepupu lainnya yang tidak bisa disebutkan, terimakasih atas motivasi dan semangatnya yang telah diberikan demi kelancaran skripsi ini.

17. Buntut Rahman N Ka’ joni, makcih atas motivasi dan dukungannya dalam kelancaran skripsi ini.

18.Aang Jafar terimakasih banyak atas do’a dan motivasinya yang telah membantu Adx untuk menyelesaikan Skripsi ini.

19. Ka’ Andi makch ya ats motivasi n dukungannya, mga langgeng dengan ncu mpe jenjang pernikahan. Amiiin...

20.Ncu Yuni (makacih ya uncu atas semua bantuannya dan kebersamaannya selama ini, otoh juga gx bakalan lupa ma uncu), otoh pasti kangen dengan ketawanya ncu ma kecerewetannya....

21.Teman-teman yang terlibat dalam proses seminar I dan II, Hasanah Eka Lestari (Pembahas Mahasiswa I Seminar I), Septin Fatma Wardini (Pembahas Mahasiswa II Seminar I), Yunida (Moderator seminar I), F. Crismanto (Pembahas Mahasiswa I Seminar II), Yunida (Pembahas Mahasiswa II Seminar II), Heni Puspita Sari (Moderator seminar II). 22.Teman-teman PKL, Kanda Rahman, Mesi, Atu Echi, Uncu Yunida ...

makcih atas kebersamaannya selama PKL...

23.Teman-teman with Love From Kota Agung, a’Dodi, Kanda Rahman, Udo Daniel, Kak Meki, Novri, Atu Echi dan Uncu Yuni, kapan kita bisa jalan” bersama lagi n kmpul” lg...???

(15)

Yolanda, Heni, Nia, Resvina, Hasanah, Daru, Devana, Eriska, Raesha, Rian, F. Crismanto (ada yang belum keabsen...?).

25. Sos Crew ’07: Juni, Ade, Rihana, Tita cute, Muli lampoeng, Endah aja, Ana ikhtong, Anike Raden Roro, Indrí, Acep, Eka, Yesi, Yunita,Tiwi, Vera, Sari, Erine, Anggun, Dita, Dewi, Icha, Rosi, Andes, Ari, Winda, Yunita, Yuni, Ayu.

26.Teman-teman seperjuangan LLSP Cendekia, Fidha Mecha Gumilang, Tresia Atriana, Yunida, Key, F. Crismanto, Silvi, Pipit, Rihana, Nisa (pem 07) , Nurul, Tina, Ayu, Nisa (sos 08), Cia, nisa (negara 08), linda, irma, Anita, Hida, (dan lain-lain pokoknya semua teman-teman).

27.Teman-teman seperjuangan saat SMP n SMA. Ami, Aga, n Beni, mkcih ats dukungan n semgatnya demi kelncran skripsi ini. Dewi Arimbi makcih ya ats do’anya n semangtnya mga dedew bs cpt menyelesaikan kuliahnya,

semangt bwt dedew, eli kngen jln ber2 lg m dedew.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin Yarobbal’ Alamin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, Februari 2010 Penulis

(16)

DAFTAR ISI

E. Populasi, Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ... 28

(17)

IV. GAMBARAN UMUM ... 38

A. Sejarah Berdirinya SMP Al-Kautsar ... 38

B. Sarana dan Prasarana... 39

C. Kurikulum Plus ... 40

D. Metode Pembelajaran ... 41

E. Prestasi SMP Al-Kautsar ... 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Identitas Responden ... 43

B. Pola Hidup ... 47

C. Perilaku Konsumtif ... 61

D. Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak ... 68

E. Analisis Tabel Silang Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier ... 71

F. Analisis Korelasi Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun

Ajaran 2009-2010 ... 29

2. Daftar Sampel Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009-2010 ... 30

3. Kurikulum BTE ... 41

4. Prestasi SMP Al-Kautsar ... 42

5. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur ... 45

7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 45

8. Identitas Responden Menurut Jumlah Pendapatan Orang Tua ... 46

9. Anak Sering Diberi Nasehat oleh Orang Tua Tentang Hidup Sederhana ... 47

10. Nasehat yang Sering Diperintahkan Orang Tua ... 48

11. Jawaban Responden Membeli Barang yang Tidak Begitu Penting ... 49

12. Orang Tua Responden Sebelum Membeli Kebutuhan Menyusun Daftar Dahulu ... 50

13. Orang Tua Responden Sering Menggunakan Uang Seefisien Mungkin ... 50

14. Jumlah Uang Jajan Responden dalam 1 Hari ... 51

(19)

16. Penggunaan Uang Jajan Oleh Responden ... 53

17. Responden Sering Membeli Barang yang Sebenarnya Sudah Dimiliki ... 54

18. Responden Sering Menyisihkan Uang Saku Untuk Ditabung ... 55

19. Kebiasaan Menabung dalam Keluarga Responden ... 56

20. Mode Pakaian yang Disenangi Responden ... 56

21. Pertimbangan Responden dalam Berbelanja ... 57

22. Berapa Kali Responden Membeli Pakaian ... 58

23. Beli Kebutuhan Responden Sering izin Dengan Orang Tua ... 59

24. Keluarga Responden Sering Pergi Ketempat Pusat Perbelanjaan Saat Hari Libur ... 59

25. Tempat Biasanya Keluarga Responden Pergi ke Tempat Pusat Perbelanjaan ... 60

26. Pergi Makan di Restaurant ... 61

27. Responden Sering Membeli Berbagai Aksesoris ... 62

28. Aksesoris Yang Suka Dibeli Responden ... 62

29. Responden Sering Merencanakan Barang yang Akan Dibeli ... 63

30. Responden Sering Membeli Barang Yang Sudah Dimiliki ... 64

31. Responden Sering Membeli Barang Kebutuhan yang Seharusnya Tidak Mutlak untuk Dipenuhi ... 65

32. Dilihat Dari Apa Barang yang Dibeli Responden ... 65

33. Berapa Kali Responden Membeli Semua Kebutuhan ... 66

34. Sikap Responden Menghadapi Informasi Produk ... 67

35. Pola Hidup Keluarga ... 69

36. Tingkat Perilaku Konsumtif Anak ... 70

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalisasi ini banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana sesungguhnya hidup yang baik bagi kehidupannya. Pola hidup merupakan kebiasaan yang terus menerus digunakan oleh manusia untuk kepentingan sendiri maupun untuk orang lain.

(21)

hemat dalam membelanjakan uang. Peranan keluarga yang menerapkan pola hidup mewah yaitu mengajarkan anak untuk berperilaku tidak hemat, tidak cermat dalam segala hal terutama dalam hal membelanjakan uang pemberian orang tua.

Pembagian pola hidup ini tidak hanya dapat dijumpai pada keluarga yang berstatus kalangan menengah ke atas, tetapi bisa juga kita lihat pada keluarga yang berstatus kalangan bawah. Status keluarga yang menerapkan pola hidup sederhana dan mewah yaitu bisa di lihat dari tingkat penghasilan, pendidikan dan jenis pekerjaan.

Status keluarga yang menerapkan pola hidup sederhana dan mewah bisa di lihat dari tinggi rendahnya penghasilan dan bagaimana keluarga tersebut membelanjakan penghasilan yang ada sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Tinggi rendahnya penghasilan bisa di lihat dari jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan. Jenis pekerjaan yaitu sebagai pegawai dan non pegawai. Pekerjaan sebagai pegawai ada dua macam yaitu pegawai negeri dan pegawai swasta. Pegawai negeri merupakan pegawai yang mengemban amanah dari pemerintah dan pegawai swasta merupakan pegawai yang mengemban amanah dari suatu perusahaan, di mana jenis pekerjaan ini mempunyai penghasilan tetap dan berpendidikan. Sedangkan jenis pekerjaan non pegawai yaitu jenis pekerjaan sebagai petani, pedagang, buruh dan lain-lain. Penghasilan yang di dapat dari pekerjaan tersebut tidak tetap dan tingkat pendidikan cenderung rendah.

(22)

keluarga banyak dipergunakan atau terbawa oleh status sosial orang tua. Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang yang secara umum dalam masyarakat dengan adanya kewajiban dan hak istimewa yang sepadan.

Keluarga merupakan unit-unit sosial ekonomi yang menjadikan perilaku-perilaku sosial sebagai agent of change dan peran-peran ekonomi sebagai pelaku ekonomi. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, di mana anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar dan terpenting dalam masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

Anak memiliki arti yang sangat penting bagi setiap keluarga, karena anak kelanjutan dari identitas keluarga (Nenny Ratmaningsih, 1994:54). Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini secara kodrat bertugas mendidik anak dari kecil, tumbuh, dan berkembang dalam keluarga itu. Orang tua secara tidak sadar telah menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi oleh nenek moyang terdahulu dan telah memberikan pengaru-pengaruh lain yang diterima dari masyarakat. Anak menerima pengaruh-pengaruh tersebut dengan gaya peniruannya sendiri walaupun kadang-kadang anak tidak menyadari benar atau tidak maksud dari tujuan orang tua.

(23)

jawab adalah orang tuanya sendiri, untuk itu kehidupan keluarga bisa mempengaruhi perilaku seorang anak (Iswanti dan Sayekti:1998:1).

Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat juga membawa dampak perlahan yang cukup besar pada gaya hidup konsumsi masyarakat. Sedangkan pola konsumsi tidak hanya memenuhi kebutuhan sekunder saja, tetapi memenuhi kebutuhan dengan konsumsi yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya. Menurut Launer (dalam Rahmatullah, 2000) bahwa perilaku konsumsi semacam ini dinamakan Cospicous Consumtion (konsumsi yang mencolok). Konsumsi yang semacam itu adalah pola konsumsi yang mewah dan menghamburkan kekayaan, menjadikan cara yang bisa untuk menunjukkan status atau posisi seseorang dalam masyarakat, sehingga seringkali membeli sesuatu produk yang kurang dibutuhkan, dengan memiliki benda-benda tersebut adanya anggapan untuk mendapatkan status karena di nilai orang lain mempunyai kelebihan yang tidak di miliki orang lain.

Di kalangan anak yang menginjak masa remaja yang memiliki orang tua yang dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, sehingga muncullah perilaku yang konsumtif.

(24)

lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trend.

Anak usia remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superficial itu sama penting substansinya. Apa yang dikenakan seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting untuk ditiru dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai kepopulerannya.

Perilaku konsumtif ini akan terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja dalam perkembangan mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung dengan kekuatan financial yang memadai. Masalah yang lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat konsumtif itu dilakukan dengan cara yang tidak sehat.

Ajaran untuk mengkonsumsi barang-barang baru atau menikmati hidup dengan cara memanfaatkan waktu senggang, berfoya-foya, dan sebagainya), mengiring kaum muda untuk tidak hemat dan menjauh dari pola hidup yang sederhana. Sikap ini biasanya akan terus tertanam hingga anak dewasa dan nantinya memiliki uang sendiri. Ini tentu saja dapat menimbulkan masalah sosial yang besar, ketika jumlah penganut pola hidup konsumtif ini kian meningkat dan menjadi sikap yang sukar dilepaskan, maka tumbuhlah remaja yang konsumtif.

(25)

memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Pada masa transisi ini remaja menjadi aktif dan agresif untuk mengetahui segala hal. Keadaan tersebut merupakan adanya pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan yang ada pada jiwa remaja. Kondisi demikian menyebabkan remaja mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja selalu tertarik dan cenderung untuk mengadopsi hal-hal yang baru baik dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Kemudian perkembangan fisik yang pesat menyebabkan remaja cenderung untuk berupaya tampil semenarik mungkin, baik dalam pergaulan terhadap sesama jenis, lawan jenis, maupun dengan masyarakat luas pada umumnya.

Kehidupan remaja memang erat kaitannya dengan dunia mode dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, remaja merupakan kelompok yang paling cepat beradaptasi dengan mode. Meskipun mode dapat saja tampak pada semua aspek kehidupan, tetapi sangat menonjol pada aspek tindak lanjut, antara lain cara berpakaian dan berdandan.

Perilaku konsumtif remaja dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik saat ia berada dilingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga dapat kita lihat pada pola kehidupan dari keluarga itu sendiri, yaitu bagaimana cara orang tua mendidik dan memberikan contoh yang baik kepada anak. Sedangkan perilaku konsumtif anak disekolah dapat dilihat dari uang jajan yang digunakan oleh siswa dilingkungan sekolah.

(26)

produk-produk tersebut menampilkan trend atau tekhnologi baru yang mereka lihat di media massa. Demikian pula dengan remaja yang ada di Bandar Lampung terutama remaja di SMP Al-Kautsar, dari hasil observasi dan pengamatan sementara ini menunjukkan bahwa siswa-siswi SMP Al-Kautsar cenderung mengikuti mode disamping pelajaran sekolah. Pada umumnya remaja di Bandar Lampung terutama yang berada di tempat-tempat umum seperti perbelanjaan atau supermarket terlihat remaja yang berkunjung selalu tampil menarik, hal ini ditunjukkan melalui “pakaian” maupun “aksesoris” yang dikenakannya. Pada

umumnya mereka datang ketempat tersebut tidak hanya untuk bermain tetapi datang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka seperti tidak tersentuh dengan adanya krisis ekonomi, tetapi para remaja lebih mementingkan bagaimana caranya agar dapat tampil gaya. Hal ini menunjukkan agar tidak terjadi krisis identitas dalam diri mereka.

Berdasarkan uraian diatas terdapat kesan bahwa pola kehidupan sudah semakin konsumtif, dimana mereka cenderung untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya kebutuhan tersebut tidak terlalu mendesak untuk dipenuhi ataupun membeli barang-barang yang sebelumnya dimiliki dan remaja lebih senang untuk mengoleksi barang-barang yang sifatnya tidak mendesak. Hal ini menimbulkan suatu keadaan yang dilematis, karena disatu pihak remaja masih menjadi tanggungan orang tua, tetapi dilain pihak terdapat kecenderungan remaja untuk senantiasa memenuhi kebutuhan materinya, maka penulis merasa tertarik untuk mencermati fenomena “Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier pada Siswa-siswi Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier pada siswa-siswi kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial yang khususnya dalam bidang sosiologi dengan berbagai pengaruh yang ditimbulkan di dalam kehidupan keluarga yang mengarahkan pendidikan pada anak.

2. Kegunaan Praktis

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pola Hidup

Setiap manusia hidup mempunyai cara-cara tersendiri dalam memperoleh kehidupannya. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalisasi ini banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana sesungguhnya hidup yang baik bagi kehidupannya.

Menurut Mubyarto (1989:115) menyatakan bahwa secara harfiah, pola mempunyai arti acuan yang dibuat berdasarkan kebiasaan dan kepentingan serta terus menerus dipergunakan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pola hidup adalah kebiasaan atau cara hidup yang terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang di dalam suatu hidup seseorang. Pola hidup dapat digolongkan dalam dua hal yaitu:

1. Pola Hidup Sederhana

(29)

membiasakan hidup hemat. Hidup hemat merupakan suatu cara mendistribusikan pendapatan konsumen secara terencana dan terarah. Selain itu dalam menggunakan penghasilannya harus menggunakan berbagai pertimbangan, antara lain:

a. Menyesuaikan kebutuhan dengan penghasilan

b. Mengurutkan kebutuhan menurut tingkat intensitas kepentingan c. Memperhatikan antara kualitas barang yang dibeli dengan harga d. Tidak memaksakan diri membeli barang di luar kemampuan e. Tidak boros dalam menggunakan uang

2. Pola Hidup Konsumtif/berlebihan

Penggunaan materi secara berlabihan merupakan pemborosan, misalnya membeli sesuatu yang kurang bermanfaat, materi digunakan untuk berfoya-foya. Menurut Lubis (1987:12), yang dimaksud dengan pola hidup konsumtif yaitu suatu perilaku yang membeli tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya kemajuan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional.

(30)

yaitu memaksakan diri membeli sesuatu dengan dengan tidak mengukur kekuatan atau kemampuan keuangannya dan sering terjadi devisit anggaran keluarga.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan pola hidup keluarga yaitu suatu cara hidup atau kebiasaan yang terjadi secara terus-menerus dalam memenuhi kebutuhan dan mengatur keuangan keluarga. Cara hidup keluarga bisa bergaya pola hidup sederhana dan mewah. Pola hidup sederhana yaitu pola hiduop yang hemat, cermat dalam membelamjakan, sedangkan pola hidup mewah yaitu pola hidup yang tidak hemat, boros dalam membelanjakan uang.

B. Tinjauan Tentang Keluarga

Keluarga merupakan kehidupan sosial manusia yang paling kecil bila dibandingkan dengan kehidupan sosial manusia yang lainnya, karena di dalam lingkungan keluargalah untuk pertama kalinya manusia mengalami kehidupan sosial.

Walaupun keluarga merupakan unit sosial terkecil, tetapi keluarga memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan sosial manusia karena di dalam keluargalah manusia belajar berinteraksi pertama kali. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita , perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa.

(31)

anak (baik yang dilahirkan atau yang diadopsi). Sedangkan menurut Soerjno Soekanto (1990:13), memberikan pemahaman istilah “keluarga dengan pengertian batih, yaitu bahwa keluarga terdiri dari suami/bapak, istri/ibu dan anak-anak yang belum menikah”. Lazimnya dikatakan bahwa, keluarga batih merupakan unit

pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Disamping keluarga batih terdapat juga unit-unit, pergaulan hidup lainnya, yaitu keluarga luas (extended family), komunitas dan lain sebagainya.

Menurut Soerjono Soekanto (1990:2), keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota, dimana ketentraman diperoleh dalam wadah tertentu dan merupakan unit sosial ekonomi yang secara material memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya, serta menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah bagi pergaulan hidup dan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yaitu suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

(32)

C. Status dan Peranan

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996:118), status atau kedudukan adalah suatu perangkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.

Pengertian status juga dijelaskan Soerjono Soekanto (1990:265), yaitu sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi atau tempat seseorang yang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise nya, hak-hak serta kewajibannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka seseorang dikatakan mempunyai kedudukan jika dirinya mendapatkan pengakuan khusus dari masyarakat. Pengakuan khusus dari masyarakat tersebut merupakan penghargaan atas kelebihan yang dimilikinya yang tidak dimiliki anggota masyarakat lain. Penghargaan tersebut salah satunya dapat di ukur dari latar belakang status sosial individu yang bersangkutan.

(33)

Menurut Arif Rahman dan Ali Fomen Yuana, Sugeng Subagyo (2002:03), kedudukan sosial (status sosial) seseorang dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Ascribed Status

Yaitu kedudukan sosial dalam masyarakat yang diperoleh tanpa memperhatikan kemampuan seseorang, tetapi berdasarkan kelahiran atau keturunan. Kedudukan semacam ini biasanya terdapat pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial tertutup.

2. Achieved status

Yaitu kedudukan seseorang yang dicapai melalui unsur-unsur yang disengaja, kedudukan seseorang yang dicapai bukan berdasarkan kelahiran atau keturunan, tetapi berdasarkan prestasi atau kemampuan seseorang. Kedudukan semacam ini hanya dimungkinkan pada masyarakat yang memiliki system pelapisan sosial terbuka.

3. Assigned Status

Yaitu kedudukan yang diberikan dalam Assigned Status, suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang telah berjasa memperjuangkan sesuatu untuk masyarakat. Contohnya yaitu gelar pahlawan diberikan kepada orang yang telah berjuang demi kepentingan Negara.

(34)

peran masing-masing anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang mempunyai kedudukan sosial paling atas dengan sendirinya mempunyai peranan sosial yang besar. Sebaliknya, anggota masyarakat yang mempunyai kedudukan sosial yang rendah dengan sendirinya mempunyai peranan sosial yang lebih kecil.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa pengertian status sosial lebih mengarah kepada kedudukan seseorang dalam suatu kelompok yang sama, di mana kedudukan tersebut menurut nilai dan kualitasnya sehingga terlihat adanya perbedaan antara kedudukan yang lebih rendah, sedang, dan tinggi. Dengan kata lain status sosial digambarkan dengan derajat tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat, yang mempunyai cara dan perbedaan yang jelas dengan status-status sosial individu yang lain.

D. Perilaku Konsumtif

Perilaku adalah segala tindakan yang disebabkan baik karena dorongan organismenya serta hasrat-hasrat psikologinya maupun karena pengaruh masyarakat dan kebudayaannya (Aryono, 1985:327).

Perilaku konsumtif menurut Veblen (dalam Soekanto, 1993). Carspious consumtion adalah konsumsi yang ditujukan untuk prestise seseorang atau golongan, sedangkan menurut Piere Bourdieu (dalam Dyah Hapsari,2006) adalah penggunaan produk secara berlebih-lebihan, pemumaziran dan kemewahan yang tidak pada tempatnya.

(35)

semata dan bukan merupakan kebutuhan yang penting ataupun mendesak. Perilaku tersebut dilakukan hanya untuk memperoleh pujian dari lain orang lain, dan hal tersebut banyak terjadi di daerah-daerah perkotaan.

Kebutuhan hidup masyarakat semakin bervariasi terutama di kota dan akan terlihat jelas dikalangan remaja, mereka bergaya dan berpenampilan jauh berbeda dengan remaja di desa. Kemajuan tekhnologi dan industri sangat mempengaruhi penampilan diri. Hal itu sangat dimanfaatkan dengan baik oleh para pengusaha, karena bagi para pengusaha remaja merupakan bagian dari pasar yang paling kuat.

Akibat dari itu para orang tua sangat kewalahan dalam menghadapi tuntutan anaknya. Oleh karena itu peranan orang tua dalam membimbing anak-anaknya sangat diperlukan meskipun kebutuhan akan sekolah, pakaian dan sebagainya harus dipenuhi pula, mereka perlu dilatih agar mereka tidak mementingkan kebutuhan akan penampilan saja tetapi sebaiknya diarahkan kepada hal-hal yang jauh lebih penting dan berguna baik untuk dirinya maupun orang lain.

(36)

sedikit. Oleh karena itu orang tua harus dapat memberikan contoh yang baik agar anak-anak mereka tidak terbawa arus konsumtif, dengan cara mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya baik kebutuhan yang mendesak.

Menurut Mukadis (1990:9) dalam bukunya “Shopalik” belanja itu nikmat “bahwa

pergesaran pola konsumtif masyarakat atau individu, di ungkapkan sebagai berikut:

Kini dengan belanja telah bergeser dari sekedar memenuhi kebutuhan hidup menjadi ajang pemuas kenikmatan. Orang tak perduli lagi akan kegunaan barang yang dibeli tersebut. Segalanya diborong, segalanya dinikmati, entah karena gengsi, entah karena nafsu memiliki. Setelah itu hati akan terasa lega. Kecenderungan semacam ini disebut Shopalic, yang menyeruak dari berbagai motivasi. Mungkin karena stres atau lemah dalam mengendalikan diri atau karena tergoda rayuan promosi berhadiah, atau juga karena tak berdaya menghadapi begitu banyaknya pilihan bahkan masih banyak sederet motivasi. Kecenderungan tersebut telah mengarah kepada ketidakpedulian akan kemahalan. Hal ini merupakan fenomena yang tak terbantahkan.

Menurut Teken (dalam Pujiyanto, 1997:25) “menyatakan bahwa konsumsi adalah

proses penggunaan barang-barang dan jasa-jasa ekonomi untuk pemuasan kebutuhan manusia. Pola konsumsi merupakan cara penggunaan dan pemanfaatan barang dan jasa”.

(37)

adalah pengaruh dari dalam diri individu dalam melaksanakan suatu proses pembelian.

Berdasarkan definisi di atas tentang perilaku konsumtif yang dikemukakan oleh para ahli, maka yang dimaksud dengan perilaku konsumtif adalah penggunaan produk secara berlebihan yang ditunjukkan untuk prestise dan suatu sifat atau perbuatan yang mengkonsumsi dan membeli barang-barang untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sekunder dan tersier secara berlebihan.

E. Anak

Anak adalah manusia yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai bekal dirinya, untuk menghadapi kehidupan yang luas. Anak perlu mendapatkan bimbingan yang lebih dari orang-orang yang lebih tua dalam lingkungan keluarganya, karena anak membutuhkan orang lain dalm perkembangan dan pertumbuhannya. Orang yang pertama bertanggung jawab adalah orang tua anak itu sendiri. Menurut Undang-undang Republik Indonesia, No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak. Pengertian anak adalah seseorang yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah.

(38)

melalui adpsi di dalam keluarga yang secara potensial perlu dibina secara terarah”.

Berdasarkan pengertian di atas definisi anak adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun yang perlu mendapat bimbingan dari orang tua dan belum menikah. Konsep anak yang digunakan dalam penelitian ini anak yang berusia antara 12-14 tahun. Karena pada usia tersebut seorang anak masih dalam masa pubertas, yaitu masih dalam masa peralihan dan mudah terpengaruh kepada hal-hal baru yang dapat berperilaku konsumtif.

F. Kebutuhan Sekunder dan Tersier

Segala sesuatu yang menyangkut kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari sikap mental manusia sendiri sebagai pelaku, yang menyangkut aspek berbagai kebutuhan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Sejak seseorang individu lahir, maka dengan sendirinya ia mulai dihadapkan pada keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan itu bertingkat-tingkat sesuai dengan perkembangan atau dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk keluarganya maupun untuk dirinya sendiri. Sehingga dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah lepas dari pertolongan orang lain. Adanya interaksi tersebut menyebabkan perubahan tingkah laku pada manusia.

(39)

Menurut Tupono (1981:12), yang dimaksud dengan kebutuhan tersebut yaitu: 1. Kebutuhan Primer

Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan akan makan, pakaian, perumahan. Inilah kebutuhan yang mau tidak mau harus di penuhi oleh manusia apabila ia ingin

terus hidup. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan pokok manusia yang sering disebut sebagai kebutuhan utama. Istilah lain kebutuhan ini adalah kebutuhan alami, karena kebutuhan ini kebutuhan yang diharuskan oleh alam.

2. Kebutuhan Sekunder

Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan tambahan atau kebutuhan akan barang- barang tambahan, karena kebutuhan ini timbul bersamaan dengan

meningkatnya peradaban dalam kehidupan manusia. 3. Kebutuhan Luks/Tersier (Kemewahan)

Kebutuhan luks atau tersier, yaitu kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan kalau manusia itu tergolong orang kaya. Kebutuhan ini bisa termasuk didalamnya kebutuhan primer dan sekunder, tetapi dalam jumlah berlebihan.

Dalam Buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dimensi ekonomi SMA kelas X, terdapat macam-macam kebutuhan, yaitu:

1. Kebutuhan menurut intensitas kegunaan, yaitu:

a. kebutuhan mutlak, yaitu kebutuhan yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh setiap manusia dan tidak mungkin akan ditinggalkan. Misalnya makanan, minuman, pakaian dan udara.

(40)

c. Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan yang ada setelah kebutuhan primer terpenuhi. Misalnya mobil, televise, jam tangan, perhiasan, dan lain-lain. d. Kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer

dan sekunder terpenuhi. Misalnya rumah mewah, kapal pesiar.

2. Kebutuhan menurut waktunya, yaitu:

a. Kebutuhan sekarang, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga dan tidak dapat ditunda

b. Kebutuhan masa yang akan dating, yaitu kebutuhan yang pemenuhannya dilakukan dikemudian hari dan dapat ditunda karena tidak mendesak.

3. Kebutuhan menurut sifatnya, yaitu:

a. Kebutuhan jasmani, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik, yaitu menjaga penampilan dan kesehatan.

b. Kebutuhan rohani, yaitu kebutuhan yang bersifat rohani yang berhubungan dengan kesehatan jiwa.

4. Kebutuhan menurut subyeknya, yaitu:

a. Kebutuhan individual, yaitu kebutuhan yang merupakan kebutuhan perseorangan atau individu.

b. Kebutuhan kolektif, yaitu kebutuhan bersama dalam suatu masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Misalnya jembatan dan rumah sakit.

(41)

indikator untuk melihat dan mengetahui sikap yang dapat dikatakan konsumtif, yaitu:

1. Wujud pemanfaatan uang sisa untuk berperilaku konsumtif adalah berupa pembelian barang-barang yang tidak mendesak untuk segera dipenuhi dan cenderung berlebihan.

2. Nilai barang yang dibeli dilihat dari jumlah, harga, frekuensi pembelian dan merek.

G. Kerangka Pikir

Pola hidup keluarga merupakan cara hidup atau kebiasaan seseorang yang terjadi secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhan dan mengatur keuangan. Pola hidup keluarga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal mengkonsumsi sesuatu barang kebutuhan.

Perilaku konsumtif merupakan suatu sifat atau perbuatan yang mengkonsumsi dan membeli barang-barang secara berlebihan. Perilaku konsumtif ini bisa kita lihat dalam pola hidup yang diterapkan keluarga baik itu pola hidup yang sederhana dan pola hidup yang konsumtif atau berlebihan. Anak akan berperilaku konsumtif apabila dalam kehidupan keluarga dibiasakan hidup mewah dan anak tidak konsumtif apabila dalam keluarga dibiasakan hidup sederhana.

(42)

lingkungan keluarga agar anak tidak terperosok ke dalam hal-hal yang bersifat konsumtif.

Pola hidup keluarga yang sederhana mauapun mewah bisa kita lihat dari status dan peranan seseorang, hal ini di lihat dari status pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Peranan keluarga yang menerapkan pola hidup sederhana yaitu memberikan contoh kepada anak untuk bisa beperilaku hemat dalam membelanjakan uang pemberian orang tua, sedangkan keluarga yang menerapkan pola hidup mewah anak sering diberi contoh untuk tidak berperilaku hemat. Berdasarkan uraian di atas, maka bagan kerangka pikir dapat diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan:

Pola hidup keluarga sebagai variabel bebas (X) Perilaku anak sebagai variabel terikat (Y)

: Menunjukkan adanya hubungan variabel X terhadap Y

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Perilaku anak: 1. Konsumtif 2. Tidak konsumtif Pola hidup keluarga :

(43)

1. Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak Dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder Dan Tersier”

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menjembatani antara dunia konseptual dengan dunia empirik. Suatu penelitian sosial diharapkan mengungkap fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau realitas sosial harus logis, dan dapat diterima akal sehat serta harus sesuai dengan apa yang akan diamati.

Ilmu pengetahuan termasuk ilmu-ilmu sosial dalamnya harus bersifat logika empiris. Teori-teori sosial merupakan unsur logika ilmu sosial sedangkan penelitian sosial adalah unsur empirik (S. Effendi, 1989:16). Menurut Surachmad (1978:131) penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan tekhnik serta alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penelitian memperhitungkan kewajaran dari tujuan penelitian.

(45)

pada analisa data penetapan pengukurannya menggunakan metode statistik sebagai alat ukurnya.

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual penelitian:

1. Pola hidup keluarga yaitu suatu cara hidup atau hidup atau kebiasaan yang terjadi secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhan dan mengatur keuangan keluarga.

2. Keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak yang belum dewasa.

3. Perilaku konsumtif yaitu suatu sifat atau perbuatan yang mengkonsumsi dan membeli barang-barang untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sekunder maupun tersier yaitu secara berlebihan.

4. Kebutuhan sekunder dan tersier

Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan akan barang-barang tambahan sesudah kebutuhan primer terpenuhi, sedangkan kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang ada sesudah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi.

C. Definisi Operasional

(46)

1. Pola Hidup Keluarga (Variabel X)

Pola hidup keluarga yaitu suatu cara hidup atau kebiasaan yang terjadi secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhan dan mengatur keuangan keluarga. Adapun indikator-indikator yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

a. Pola hidup sederhana yaitu

1. Membeli barang sesuai dengan kebutuhan 2. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi barang 3. Tidak bergaya hidup mewah

b. Pola hidup mewah

1. Membeli tidak mengukur kekuatan atau kemampuan keuangan 2. Berfoya-foya dalam memenuhi kebutuhan

2. Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier (Variabel y)

Adapun indikator-indikator perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelian yang tidak mendesak untuk segera dipenuhi dan cenderung berlebihan

b. Nilai barang yang di beli dilihat dari jumlah, harga, frekuensi pembelian, dan merek barang.

(47)

D. Lokasi Penelitian

Dalam mencari data yang diperlukan untuk penelitian ini, yang dipilih adalah SMP Al-Kautsar Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian. Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi tersebut adalah:

1. Pelajar di SMP Al-Kautsar di duga berperilaku konsumtif

2. Adanya keterwakilan terhadap populasi yaitu keterwakilan terhadap pelajar yang cenderung memiliki kemungkinan perilaku konsumtif, sehingga memungkinkan untuk diteliti.

3. Pelajar yang sekolah di SMP Al-Kautsar sebagian besar sosial ekonomi orang tua berada pada kalangan menengah ke atas

4. Sekolah ini berada di daerah yang berdekatan dengan daerah tempat tinggal peneliti sehingga dapat mempermudah transportasi dan komunikasi dalam rangka penelitian.

E. Populasi, Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi (1993:70), populasi adalah seluruh individu yang paling sedikit mempunyai karakteristik yang sama. Berdasarkan definisi di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang berada di kota Bandar Lampung tahun ajaran 2009-2010.

(48)

sedangkan perempuan sebanyak 159 siswa. Hal tersebut bisa kita lihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009-2010

No Kelas Jumlah Jumlah

LK P

1 VIII A 24 12 36

2 VIII B 11 25 36

3 VIII C 23 20 43

4 VIII D 22 21 43

5 VIII E 24 19 43

6 VIII F 22 21 43

7 VIII G 22 20 42

8 VIII H 21 21 42

Jumlah 169 159 328

Sumber : TU SMP Al-Kautsar

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan sejumlah siswa siswi yang jumlahnya kurang dari jumlah dan harus mempunyai satu sifat yang sama dari populasi. Pengambilan sampel mengikuti ukuran Suharsimi Arikunto (1998:121), bila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik di ambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi dan jika jumlah subjeknya lebih dari 100, dapat di ambil antara 10-15%, 20-25% atau lebih.

(49)

328 siswa. Dengan demikian maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah

82 328 100

25

siswa, dengan rincian sampel sebagai berikut:

Tabel 2. Daftar Sampel Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009-2010

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat serta dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis mempergunakan teknik pengumpulan data yang meliputi:

1. Kuesioner

(50)

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan literatur yang dapat mendukung dan memberikan informasi bagi pelaksanaan penelitian ini seperti buku-buku, atau arsip-arsip yang terikat dengan kegiatan penelitian.

3. Observasi

Suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan responden yang tidak secara mudah dapat ditangkap melalui metode wawancara dan kuesioner. Dari sini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari kegiatan-kegiatan sehari-hari responden.

G. Teknik Pengolahan data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Tahap Editing

Dalam tahap ini data yang di dapat diperiksa kembali apakah kesalahan di dalam melakukan pengisiannya tidak lengkap atau tidak jelas.

2. Tahap Koding

(51)

3. Tahap Tabulating

Dalam tahap ini hasil kuesioner dimasukkan ke dalam tabel dan kemudian diinterpretasikan.

4. Tahap Interpretasi

Tahap ini dari penelitian yang berupa data diinterpretasikan agar lebih mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

H. Penentuan Skor dan kategori

Aspek-aspek yang dievaluasi dalam kuesioner akan dibuat pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing variabel X dan Y dengan tiga alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan akan diberikan penilaian atau skor yaitu sebagai berikut:

1. Untuk jawaban yang diharapkan yaitu A diberikan skor 3 2. Untuk jawaban yang diharapkan yaitu B diberikan skor 2 3. Untuk jawaban yang diharapkan yaitu C diberikan skor 1

Selanjutnya untuk mengkategorikan jawaban responden pada setiap variabel penelitian digunakan rumus interval sebagai berikut:

(52)

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa statistik yang diarahkan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel penelitian. Rumus yang digunakan untuk mengetahui hubungan tersebut adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut:

: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y XY : Hasil perkalian variabel X dan Y

Untuk mengetahui keeratan hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) maka hasil perhitungan rumus di atas dibandingkan dengan nilai r yang telah dibagi, Suharsimi Arikunto (2000) dalam kriteria koefisien korelasi sebagai berikut:

Besar nilai r Interpretasi korelasi 0,801 sampai dengan 1,000 Korelasi sangat kuat

(53)

0,401-0,600 Korelasi sedang

0,201-0,400 Korelasi lemah

0,001-0,200 Hampir sangat lemah

Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan reabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

J. Pengujian Hipotesis

(54)

a. Jika t hitung > t tabel pada taraf signifikan 95% maka Ho di tolak, Ha di terima berarti ada hubungan atau pengaruh variabel pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier b. Jika t hitung < t tabel pada taraf signifikan 95% maka Ho di terima, Ha di

tolak, berarti tidak ada hubungan atau pengaruh variabel pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.

K. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Menurut Sutrisno Hadi (1990:102) validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak di ukur, artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya di ukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

(55)

besar atau di atas angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut valid (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989:137).

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang terkumpul memang benar/sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (instrumen). Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 1998:154).

Untuk mencari reabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien Alfa (Croncbach). Instrumen penelitian dikatakan memenuhi syarat jika koefisien Alfa>r tabel, lalu diinterpretasikan pada tabel interpretasi nilai r.

Rumus Koefisien Alfa (Croncbach) yang digunakan adalah sebagai berikut:

(56)

2

i

 = Nilai varians masing-masing item

2

t

 = Varians total

(57)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMP Al-Kautsar

Berdasarkan tuntutan umat islam untuk berperan serta mendidik generasi muda islam yang siap untuk berkiprah dalam pembangunan dunia menuju pembangunan negara. yang "Baldarun Toibatun Warrobbun Ghofur" suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dan di ridhoi oleh Allah SWT, serta siap mengisi jiwa dan raganya sesuai dengan ajaran islam. Untuk mewujudkan tuntutan tersebut di atas, maka kelompok pengajian Al -Aural Lampung mengeluarkan pernyataan kesepakatan atau mandat dengan nomor Khusus/Al-Aural/1991 membentuk pengurus Yayasan Al-Kautsar Lampung, ditetapkan sebagai pelindung Bapak Poedjono Pranyoto Gubernur KDH Tkl Lampung dan ketua Ibu Sri Mulyati Poedjono.

(58)

Tahun pelajaran 1992/1993 penerimaan murid barn berhasil menjaring 40 siswa yaitu 24 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Mengingat Yayasan Al-Kautsar Belum memiliki gedung sendiri, maka Yayasan Al-Kautsar bekerjasama dengan SMPN 2 Tanjung Karang untuk menumpang di SMPN 2 Tanjung Karang. Tanggal 23 agustus 1992 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan kampus Al-Kautsar yang terletak di jalan Soekarno Hatta (depan Islamic Centre) oleh Bapak Poedjono Pranyoto Gubernur KDH Tkl Lampung. Unit gedung yang pertama di bangun adalah gedung SMP, dan mulai tahun pelajaran 1993/1994 kegiatan belajar mengajar dilakukan digedung ini.

SMP Al-Kautsar didirikan pada tahun 1991. berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Lampung Nomor 165/12. BU/1994 pada tanggal 19 desember 1994, status SMP Al-Kautsar "DIAKUI". Di tahun 1996 sesuai dengan nomor 659/112. Bl/U/1996 berubah menjadi status "DISAMAKAN". Tahun 2000 dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional. nomor 38161/1. 12.A/Kep/2000 akreditasi tetap "DISAMAKAN" dan mulai desember 2006 status SMP Al-Kautsar terakreditasi "A'. Saat ini pada usia, yang ke 15 tahun SMP Al-Kautsar telah menjadi salah satu sekolah swasta yang unggul. di Lampung.

B. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di SMP Al-Kautsar yaitu sebagai berikut:

1. Gedung 3 lantai dengan 24 lokal kelas 2. Ruang Audio Visual

(59)

4. Laboratorium IPA 5. Perpustakaan 6. Studio musik

7. Laboratorium. komputer 8. Laboratorium bahasa

9. Internet dengan fasilitas hot spot 10. Lapangan olahraga

11.Poliklinik

12. Ruang 13 Kelas, UKS, Kantin, dan lain-lain

C. Kurikulum Plus

Kurikulum plus yang ada di SMP Al-Kautsar terdiri dari berbagai macam program yaitu sebagai berikut:

1. Program BTE (Basic Technology Education).

(60)

Tabel 3. Kurikulum BTE

Sumber: TU SMP AL-Kautsar

2. Kegiatan keagamaan yaitu ROHIS, MTQ, Da'i kecil, kaligrafi dan nasyid 3. Kegiatan olahraga yaitu karate, sepak bola, basket, bulu tangkis, voli, kricket,

dan lain-lain

4. Kegiatan seni yaitu seni musik, seni tari, seni suara dan kerajinan tangan 5. Drumband, PMR, pramuka, dan KIR, wirausaha

6. Wisata ilmiah 7. Kegiatan sabtu ceria 8. English Club, Sains Club

D. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapkan di SMP Al-Kautsar yaitu sebagai berikut: 1. Melalui modul yang dibuat oleh tim. MGMPS

2. Melalui multimedia yaitu VCD, DVD, OHP, LCD, TV, Komputer dan lain-lain 3. Penerapan secara langsung melalui bimbingan

(61)

E. Prestasi SMP Al-Kautsar Tabel 4. prestasi SMP Al-Kautsar

No Prestasi Peringkat Tingkat

I Tri lomba PMR IV Juara III putra Provinsi

Juara I lomba karya tulis Nasional

(62)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum membahas lebih lanjut Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Anak Dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier dengan mengetahui jawaban-jawaban responden dari Siswa Kelas VIII di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi lokasi penelitian, terlebih dahulu akan dideskripsikan identitas responden yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 82 responden.

A. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu responden yang ada di kelas VIII SMP Al-Kautsar. Kelompok responden ini disesuaikan dengan konteks variabel penelitian, di mana data mengenai pengaruh pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.

1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Anak sebagai responden dalam penelitian ini berjumlah 82 orang, selanjutnya akan dideskripsikan identitas responden kelompok anak menurut jenis kelmin, kelompok umur, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.

a. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

(63)

Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 48 58,54 atau 41,46% berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian maka sebagian responden berjenis kelamin laki-laki , hal ini disebabkan penerimaan siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar pada umumnya banyak laki-laki daripada perempuan, selain itu perilaku konsumtif anak yang terjadi dilokasi penelitian pada umumnya banyak dilakukan oleh siswa laki-laki karena siswa laki-laki cenderung menunjukkan agresivitasnya dibandingkan siswa perempuan disamping tidak menutupi kemungkinan perilaku konsumtif dilakukan oleh siswa perempuan. 2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui identitas responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

(64)

tahun karena pada umur 13 tahun para anak masuk pada masa transisional yaitu masuk pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana pada masa ini gejolak jiwa dan perkembangan kepribadian anak yang cukup pesat dalam mencari identitas diri sehingga rentan terhadap pengaruh dari luar.

3. Identitas Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua

Untuk mengetahui identitas responden menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Pegawai Negeri 41 50,00

Pegawai Swasta 39 47,50

Petani 2 2,50

Jumlah 82 100,00

(Sumber: Data Primer tahun 2010)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 82 responden sebanyak 41 orang atau 50% responden menyatakan bahwa pekerjaan orang tua responden adalah pegawai negeri (PNS), sebanyak 39 orang atau 47,5% responden menyatakan pekerjaan orang tua responden adalah pegawai swasta dan sebanyak 2 orang atau 2,5% responden menyatakan pekerjaan orang tua responden adalah petani. Dengan demikian maka sebagian besar pekerjaan responden adalah pegawai negeri.

4. Identitas Jumlah Pendapatan Orang Tua Responden

(65)

Tabel 8. Identitas Responden Menurut Jumlah Pendapatan Orang Tua

Jumlah Pendapatan Frekuensi Persentase

Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 34 41,47

Rp 3.000.000-Rp 4.000.000 22 26,83

Rp 5.000.000-Rp 6.000.000 18 21,95

7.000.000 8 9,75

Jumlah 82 100,00

(Sumber: Data Primer tahun 2010)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 82 responden, sebanyak 34 orang atau 41.47% responden pendapatan orang tua responden sebesar Rp 1.000.000-2.000.000, sebanyak 22 orang atau 26,83% responden pendapatan orang tua responden sebesar Rp 3.000.000-4.000.000, sebanyak 18 orang atau 21,95% responden pendapatan orang tua responden sebesar Rp 5.000.000-Rp 6.000.000 dan sebanyak 8 orang atau 9,75% responden menyatakan pendapatan orang tua responden diatas 7.000.000. Dengan demikian maka sebagian besar pendapatan orang tua responden sebesar Rp 1.000.000-Rp 2.000.000, hal ini bisa dilihat bahwa setengah dari responden di SMP Al-Kautsar menunjukkan bahwa pendapatan orang tua mereka mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga

B. Pola Hidup

(66)

1. Anak Sering Diberi Nasehat Oleh Orang Tua Tentang Hidup Sederhana

Untuk mengetahui apakah anak sering diberi nasehat oleh orang tua, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Anak Sering Diberi Nasehat oleh Orang Tua Tentang Hidup Sederhana

Anak sering diberi nasehat tentang hidup sederhana

Frekuensi Persentase

Sering 67 81,70

Kadang-kadang 15 18,30

Jumlah 82 100,00

(Sumber : Data Primer tahun 2010)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 82 responden, Sebanyak 67 orang atau 81,7% responden menyatakan sering diberi nasehat oleh orang tua tentang pola hidup sederhana, sebanyak 15 orang atau 18,3% responden menyatakan kadang-kadang diberi nasehat oleh orang tua tentang hidup sederhana dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah diberi nasehat oleh orang tua responden dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah diberi nasehat oleh orang tua tentang hidup sederhana. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan bahwa siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar sering diberi nasehat oleh orang tua mereka tentang hidup sederhana.

2. Nasehat yang Sering Diperintahkan Orang Tua

(67)

Tabel 10. Nasehat yang Sering Diperintahkan Orang Tua

(Sumber : Data Primer tahun 2010)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 82 responden, sebanyak 23 orang atau 28,1% responden menyatakan nasehat yang diperintahkan oleh orang tua adalah hati-hati menggunakan uang, sebanyak 47 orang atau 57,3% responden menyatakan nasehat yang sering diperintahkan oleh orang tua adalah jangan boros dan sebanyak 12 orang atau 15,6% responden menyatakan nasehat yang diperintahkan orang tua adalah belajar menabung. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan sering diberi nasehat oleh orang tua untuk tidak boros dalam membelanjakan uang pemberian orang tua.

Hal ini menunjukkan bahwa orang tua responden telah menunjukkan sikap yang baik kepada anak dan telah mengajarkan anak untuk tidak berlebihan dalam menggunakan uang.

3. Orang Tua Responden Sering Membeli Barang yang Tidak Begitu Penting

Untuk mengetahui apakah orang tua responden sering membeli barang yang tidak begitu penting, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Jawaban Responden Membeli Barang yang Tidak Begitu Penting Membeli barang yang tidak

Gambar

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun
Tabel 2. Daftar Sampel Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung
Tabel 3. Kurikulum BTE
Tabel 4. prestasi SMP Al-Kautsar
+7

Referensi

Dokumen terkait