• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT ENDORSER EFFECTIVENESS OF TELEVISION ADVERTISEMENT (ANALYSIS BY USING EPIC MODEL METHOD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ABSTRACT ENDORSER EFFECTIVENESS OF TELEVISION ADVERTISEMENT (ANALYSIS BY USING EPIC MODEL METHOD)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS ENDORSER PADA IKLAN MEDIA TELEVISI (ANALISIS MENGGUNAKAN METODE EPIC MODEL)

Oleh

Tristantia Anugrah

Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Penggunaan endorser adalah salah satu bentuk strategi komunikasi pemasaran untuk menciptakan iklan yang efektif. Efektivitas iklan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan penjualan produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat efektivitas sebuah iklan antara iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo dengan menggunakan metode EPIC model pada mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang masih aktif sampai dengan tahun ajaran 2009/2010.

Penelitian yang mengambil populasi dan sampel pada mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ini termasuk dalam jenis penelitian survei dengan alat pengumpulan data utama berupa kuesioner. Lembar kuesioner sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu profil demografi responden, brand awareness dan pernyataan-pernyataan responden mengenai dimensi-dimensi EPIC yang meliputi dimensi empathy, dimensi persuasion, dimensi impact dan dimensi communication. Sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu uji reliabilitas, uji validitas dan uji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai ketika responden melihat iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dibandingkan iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Jorge Lorenzo. Analisis metode EPIC model terhadap iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng menghasilkan skor 4,465 terbukti lebih efektif dibandingkan iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Jorge Lorenzo yang memiliki skor nilai 4,387.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan pasar yang semakin ketat menuntut para pelaku industri untuk dapat menyusun serangkaian strategi pemasaran agar produk yang ditawarkannya sukses di pasaran dan akhirnya tentu kembali pada profit yang dihasilkan. Salah satu hal penting yang mempengaruhi kesuksesan suatu produk adalah hubungan (relationship) antara persepsi konsumen tentang suatu produk dan bagaimana produk tersebut dirancang.

Strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat unggul dalam persaingan adalah dengan kemampuan mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya dimana salah satunya adalah melalui periklanan. Periklanan sendiri merupakan bagian dari komunikasi pemasaran. Menurut Soemanagara (2008: 4), komunikasi pemasaran adalah kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada orang banyak dengan harapan agar tujuan perusahaan bisa tercapai.

(3)

massa tidak selalu efektif dalam membentuk hubungan dengan pelanggan dan konsumen potensial. Tidak berarti bahwa iklan melalui media massa tidak lagi diminati, tetapi cara komunikasi pemasaran yang lain lebih perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada iklan. Tanpa iklan, para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya kepada konsumen, sedangkan di sisi lain konsumen tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar. Jika itu terjadi maka dunia industri dan perekonomian modern pasti akan lumpuh. Dengan demikian maka perusahaan harus melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus-menerus jika ingin mempertahankan tingkat keuntungannya (Jefkins, 1997: 2).

Salah satu media yang saat ini sering digunakan oleh suatu perusahaannya untuk menampilkan iklannya adalah media televisi. Televisi masih menjadi media pilihan utama para pengiklan untuk mengkampanyekan produk atau jasanya. Hasil survei Nielsen Media Indonesia menunjukkan media televisi masih mendominasi pangsa iklan sebesar 62 persen. Disusul iklan di surat kabar mencapai 34 persen serta majalah dan tabloid sebesar 4 persen. Pada bulan Januari hingga April 2010, belanja iklan di televisi mengalami kenaikan yang tinggi mencapai Rp 8 triliun atau naik sampai 31 persen (www.tempointeraktif.com).

(4)

Secara umum dapat dikatakan bahwa perhatian produsen terhadap pasar dan konsumen tumbuh sangat cepat. Ini berarti iklan telah berfungsi sebagai ujung tombak perusahaan dalam menembus pasar yang semakin ketat. Namun meskipun iklan menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan, iklan bukanlah satu-satunya elemen penentu yang mampu meningkatkan penjualan karena masih ada elemen bauran pemasaran lainnya seperti produk, harga dan distribusi yang ikut serta menentukan berhasil atau tidaknya penjualan, oleh karenanya iklan harus dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan yang matang agar tujuan yang hendak dicapai melalui iklan dapat efektif.

Iklan yang efektif akan membujuk konsumen untuk mencoba menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk sehingga akan meningkatkan minat beli konsumen. Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus berhubungan dengan proses penerimaan si penerima, untuk itu komunikator harus merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Dengan kata lain bahwa iklan yang baik berujung pada pengertian iklan yang efektif artinya mampu dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam periklanan itu sendiri. Iklan yang efektif dapat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang dan juga dapat mempengaruhi

tingkat volume penjualan perusahaan.

Tingkat persaingan perusahaan dalam penjualan suatu produk kini semakin tinggi,

bentuk-bentuk iklan pada masa kini pun semakin berkembang. Iklan tidak lagi

hanya sekedar menonjolkan utilitas dari produk yang diiklankan, tetapi juga iklan

menggunakan aspek-aspek lainnya untuk lebih menarik perhatian konsumen dan

(5)

terkandung dalam iklan, adanya komparasi terhadap produk kompetitor ataupun

dengan menggunakan endorser.

Penggunaan endorser dalam sebuah iklan sejalan dengan perilaku konsumen,

yaitu dimana dalam melakukan pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi

oleh kelompok referensinya (reference group). Grup referensi menurut Nugroho

(2003: 266) melibatkan satu atau lebih orang yang dijadikan dasar pembanding

atau titik referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan kognisi serta

menyatakan perilaku seseorang. Termasuk di dalamnya sebagai kelompok

referensi dalam keputusan untuk membeli sebuah produk atau tidak. Keputusan

untuk memilih suatu produk yang diiklankan dalam kelompok referensi bisa

dipengaruhi oleh kehadiran endorser.

PT YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia) merupakan perusahaan yang selalu menyelenggarakan kegiatan promosi melalui event dalam meluncurkan produk barunya. Strategi pemasaran yang dilakukan PT YMKI salah satunya yaitu melakukan promosi melalui iklan. Dalam pembuatan iklan tak luput dari peran selebriti sebagai endorser. Untuk iklan terbarunya, Yamaha Jupiter Z menggandeng pembalap dunia kelas MotoGP Jorge Lorenzo yang diharapkan mampu mendapatkan perhatian lebih dari konsumen Yamaha setelah sebelumnya PT YMKI hanya menggunakan Komeng sebagai endorser dalam iklan sepeda motor Yamaha Jupiter Z.

(6)

dari Yamaha. Kreativitas iklan dipadu dengan kegiatan below the line yang konsisten untuk memperkuat citra sebagai motor kencang. Kegiatan yang dilakukan pun cukup beragam seperti Touring, Jupiter Day, Customer Gathering dan konser band musik gratis bagi pelanggan Yamaha di 30 kota.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh gencarnya penggunaan endorser di berbagai iklan. Saat ini, penggunaan endorser dalam berbagai iklan terbukti sangat mempengaruhi efektivitas iklan. Iklan Yamaha Jupiter Z digunakan sebagai studi kasus dengan alasan utama yaitu adanya penggunaan endorser yang berbeda pada iklan tersebut. PT YMKI awalnya hanya menggunakan selebriti yaitu Komeng dalam iklan Yamaha Jupiter Z. Kemudian pada iklan selanjutnya PT YMKI menggandeng pembalap dunia Jorge Lorenzo.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji apakah perbedaan endorser pada iklan dengan produk yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda. Kehadiran endorser dimaksudkan untuk mengkomunikasikan suatu merek produk yang diiklankan. Pemakaian endorser sebagai daya tarik iklan dinilai dapat mempengaruhi keefektifan iklan terhadap perilaku konsumen.

(7)

EPIC model adalah suatu model yang digunakan untuk mengukur efektivitas iklan yang dikembangkan oleh A.C Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia. EPIC model mencakup empat dimensi yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi. Dari keempat dimensi tersebut akan didapatkan batasan yang akan menentukan posisi suatu iklan dalam tujuh tingkat efektivitas.

Menurut Durianto (2003) EPIC model merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur efektivitas iklan yang telah ditayangkan di masyarakat dibandingkan dengan model pengukuran menggunakan Customer Response Index (CRI), Direct Rating Method (DRM) dan Cunsomer Decision Model (CDM). Hal ini dikarenakan EPIC model menggunakan 7 skala pengukuran dan ditambah lagi setiap penilaiannya menggunakan hingga tiga digit dibelakang koma. Metode ini memungkinkan untuk melihat pada penilaian masing - masing dari dimensi empati, persuasi, dampak dan komunikasi secara terpisah sehingga dapat memudahkan perusahaan untuk mengatasi kelemahan pada dimensi yang dinilai paling tidak efektif.

(8)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti dapat disimpulkan sebagaimana berikut:

1. Bagaimana keefektifan iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dengan Yamaha Jupiter Z versi Jorge Lorenzo dilihat dari dimensi EPIC (empathy, persuasion, impact and communication)?

2. Apakah terdapat perbedaan respon ketika responden melihat iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dibandingkan Yamaha Jupiter Z versi Jorge Lorenzo.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keefektifan iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dengan Yamaha Jupiter Z versi Jorge Lorenzo pada mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jika diukur dengan menggunakan metode EPIC model.

2. Untuk mengetahui perbedaan respon responden ketika melihat iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dibandingkan Yamaha Jupiter Z versi Jorge Lorenzo.

D. Kegunaan Penelitian

1 Secara Teoritis

(9)

2. Secara Praktis

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan teknik yang realistis bagi perusahaan dalam mengukur efektivitas periklanan, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai evaluasi strategi pemasaran pada umumnya dan periklanan pada khususnya.

E. Batasan Masalah

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Iklan Dalam Pemasaran

Kotler dan Armstrong (2001: 7), mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan lewat pertukaran timbal balik dan nilai dengan individu atau kelompok lain.

Jefkins dalam bukunya Periklanan menyatakan bahwa apa yang disebut sebagai pemasaran sebenarnya lebih dari sekedar mendistribusikan barang dari para produsen ke para konsumen. Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan, yakni mulai dari penciptaan produk hingga transaksi penjualan itu terjadi. Salah satu tahapan dalam pemasaran tersebut adalah periklanan. Tahapan-tahapan tersebut bagaikan mata rantai yang saling berhubungan. Dengan demikian, periklanan merupakan tahap yang sangat penting sama pentingnya dengan mata rantai yang lain dalam proses pemasaran.

(11)

menjadi bukti bahwa tenaga pemasaran dimanapun di dunia mengakui pentingnya kegiatan iklan. Iklan memainkan peran penting pada program pemasaran perusahaan karena iklan merupakan upaya perusahaan untuk berkomunikasi dan menjual produk mereka kepada konsumen.

B. Karakteristik Endorser

Promosi merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkenalkan sebuah produk pada konsumen. Perusahaan harus melakukan bauran promosi secara terpadu agar dapat mengkomunikasikan produknya dengan baik. Salah satunya melalui iklan, yang didalamnya tercakup strategi penggunaan endorser untuk mempengaruhi persepsi konsumen. Ada tiga jenis daya tarik utama endorser yang biasa digunakan pada kegiatan promosi dalam pemasaran yaitu:

1. Selebritis

Pada umumnya orang terpesona melihat orang yang kaya, sukses dan terkenal, dan mereka bisa terkenal karena cantik atau ganteng serta mempunyai keahlian tertentu. Mereka mempengaruhi pengagumnya dalam hal cara berpikir, apa yang dibeli, digunakan, ditonton, dimakan, diminum, didengarkan dan di dalam kegiatan dimana mereka terlibat.

(12)

2. Ahli atau pemimpin pendapat

Ahli atau pemimpin pendapat adalah orang-orang yang pendapatnya tentang mengenai suatu produk tertentu dituruti oleh orang-orang yang kurang tahu tentang produk tersebut. Biasanya, mereka mempunyai peran yang penting dalam komunikasi dari mulut ke mulut tentang suatu produk. Para ahli atau pemimpin pendapat juga bisa berupa konsumen yang benar-benar mengerti tentang suatu produk dan oleh karenanya pendapatnya dituruti oleh orang lain di komunitas atau lingkungan tempat tinggalnya.

Pemasar mengetahui data para ahli atau pemimpin pendapat ini dari daftar nama dan alamat orang orang yang pernah menanyakan melalui surat tentang suatu produk di masa yang lampau. Biasanya, orang-orang tersebut bertipe inovator. Di samping itu, salesman juga bisa dan diharapkan berperan sebagai pemimpin pendapat. Dalam iklan Yamaha, Lorenzo memiliki daya tarik utama sebagai endorser yang ahli di bidangnya yaitu seorang pembalap sepeda motor.

3. Orang biasa

(13)

Penggunaan endorser dalam iklan, baik yang menggunakan selebriti maupun nonselebriti harus mampu untuk menciptakan persepsi konsumen terhadap iklan. Keberhasilan upaya membangun brand image sangat ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap selebriti yang menjadi ikon produk tersebut. Dengan dipersepsikannya seorang selebriti endorser secara positif oleh masyarakat, diharapkan positif pula brand image yang terbentuk di benak konsumen.

Citra merek merupakan hasil dari pandangan atau penilaian pengonsumsi terhadap suatu merek apakah itu baik atau buruk. Pengonsumsi mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan mengenai merek dimana posisi setiap merek menurut masing-masing atribut.

Pratiwi (2009) dalam Jurnal Bisnis dan Manajemen membagi 4 faktor penyebab mengapa responden tertarik untuk membeli dan secara signifikan dapat mempengaruhi brand image produk:

1. Celebrity Credibility

Kredibilitas seorang selebriti dapat menyangkut 2 hal, yaitu expertise (keahlian selebriti dalam mengkomunikasikan produk) dan trustworthiness (objektivitas selebriti dalam memberi keyakinan atau percaya diri pada konsumen suatu produk).

2. Celebrity Likeability

Yaitu tingkat disukai selebritis oleh audiens. Apabila seorang selebriti banyak disukai, maka akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk yang diiklankan oleh si selebriti.

3. Celebrity Attractiveness

Merupakan berbagai daya tarik yang dimiliki selebriti dalam berperan sebagai endorser. Hal ini dapat mencakup daya tarik fisik dan tingkat kesamaan dengan personality yang diinginkan pengguna produk.

4. Celebrity Meaningfulness

(14)

C. Periklanan

1. Definisi Periklanan

Periklanan merupakan salah satu usaha yang dilakukan perusahaan untuk menyampaikan suatu pesan dari produk yang dihasilkan kepada konsumen, sehingga konsumen dapat lebih mengenal produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Iklan juga merupakan salah satu bagian dari bauran promosi selain penjualan personal, pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas. Sasaran iklan adalah mengubah jalan pikiran konsumen untuk membeli suatu produk.

Peter dan Olson mendefinisikan periklanan sebagai bentuk penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu (2000: 181). Sedangkan periklanan menurut Kotler dan Armstrong (2001: 153) yaitu segala biaya yang dikeluarkan oleh sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.

(15)

organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media massa.

Dari beberapa pengertian dan teori tentang periklanan dapat diambil kesimpulan bahwa iklan merupakan suatu bentuk komunikasi secara massa (nonpersonal) yang membutuhkan biaya dan didanai oleh pihak pembuat iklan yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring seseorang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.

2. Fungsi Periklanan

Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai pemenuhan kepuasannya. Agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli tentu saja harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan diantaranya mengandung daya tarik, perhatian dan minat, memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki, menimbulkan keyakinan terhadap produk, menghasilkan kepuasan terhadap produk sehingga akan mengarah tindakan untuk membeli.

Menurut Shimp (2003: 357), fungsi periklanan adalah sebagai berikut:

1. Informing, memberikan informasi sehingga dapat membuat konsumen sadar akan merek-merek baru.

2. Persuading, membujuk konsumen untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan.

3. Reminding, menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen.

4. Adding Value, memberikan nilai tambah terhadap merek yang diiklankan.

(16)

Konsep fungsi periklanan yang dijelaskan, diharapkan dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang berkesinambungan. Segala daya upaya iklan dengan gaya bahasa persuasinya berusaha membuat konsumen untuk mengkonsumsi atau menggunakan produk tersebut.

3. Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan tidak hanya untuk mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan volume penjualan, akan tetapi terdapat beberapa keuntungan lainnya antara lain membina merek perusahaan yang ada di pasaran. Selain itu tujuan yang lain adalah menyebarkan informasi tentang penjualan suatu barang atau jasa. Mendefinisikan periklanan yang efektif mudah, menurut suatu pandangan iklan dikatakan efektif jika telah mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Tujuan periklanan setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari kondisi intern dan ekstern perusahaan itu sendiri. Kotler dalam Durianto (2003: 3) menyebutkan tujuan periklanan sebagai berikut:

1. Periklanan untuk memberi informasi

Iklan untuk memberi informasi kepada khalayak tentang seluk-beluk suatu produk. Iklan dengan cara ini biasanyadilakukan secara besar-besaran pada tahap awal peluncuran suatu jenis produk dengan tujuan untuk membentuk permintaan awal. Dalam hal ini, kebutuhan suatu produk

(17)

informative ini digunakan untuk merek yang siklus hidupnya masih berada pada tahap perkenalan.

2. Periklanan untuk membujuk

Periklanan untuk membujuk, dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannnya adalah membentuk permintaan selektif produk tertentu. Dalam hal ini, perusahaan melakukan persuasi secara tidak langsung dengan memberikan informasi tentang kelebihan produk yang akan mengubah pikiran orang untuk melakukan tindakan pembelian. Pada umumnya, periklanan yang bersifat membujuk digunakan untuk merek yang siklus kehidupannya pada taraf pertumbuhan.

3. Periklanan untuk mengingatkan

Periklanan untuk mengingatkan digunakan untuk menyegarkan informasi yang pernah diterima masyarakat. Iklan ini sangat penting untuk produk yang sudah mapan. Bentuk iklan jenis ini adalah iklan penguat yang bertujuan menyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan tindakan pembelian yang benar. Umumnya, iklan jenis ini digunakan pada fase kedewasaan suatu merek.

(18)

Tujuan periklanan bisa digolongkan berdasarkan tujuan utama, apakah tujuannya menginformasikan, membujuk atau mengingatkan. Penjelasan spesifik terdapat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kemungkinan Tujuan Periklanan

Periklanan Informatif:

- Mengkomunikasikan nilai pelanggan - Memberitahukan produk baru ke pasar - Menjelaskan cara kerja suatu produk

- Menyarankan penggunaan baru untuk suatu produk.

- Menginformasikan perubahan harga yang salah

- Menggambarkan layanan yang tersedia - Memperbaiki kesan yang salah

- Membangun merek dan citra perusahaan

Periklanan Persuasif:

- Membentuk preferensi merek - Mendorong alih merek

- Mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk

- Membujuk pembeli untuk membeli sekarang

- Meyakinkan pelanggan agar memberitahu orang lain mengenai merek

- Membujuk pembeli untuk menerima kunjungan pembelian

Periklanan Pengingat:

- Memelihara hubungan pelanggan

- Mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin dibutuhkan dalam waktu tepat

- Mengingatkan konsumen dimana harus membeli produk

- Menjaga merek dalam pikiran pelanggan selama tidak sedang musimnya

Sumber : Philip Kotler dan Gary Armstrong (2006: 151)

Setiap kegiatan periklanan mengandung tiga tujuan utama tersebut. Tiga tujuan periklanan ini merupakan satu kesatuan untuk mendukung penjualan yang ingin dicapai perusahaan.

Susanto dalam Soemanagara (2008: 49) menyebutkan bahwa tujuan utama dari kegiatan periklanan adalah:

1. Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang sebuah barang, jasa atau gagasan.

(19)

3. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa yang dianjurkan dalam iklan dan menggerakan untuk berusaha memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan.

Durianto (2003: 12) juga menyebutkan ada 9 tujuan yang secara umum ingin dicapai perusahaan-perusahaan yang beriklan, yaitu:

1. Menumbuhkan kesadaran pada suatu merek di benak konsumen. 2. Memberikan informasi kepada konsumen mengenai atribut dan

manfaat suatu merek.

3. Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas sebuah merek. 4. Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi.

5. Menciptakan norma-norma kelompok 6. Mengendapkan perilaku.

7. Mengarahkan konsumen untuk membeli produknya dan mempertahankan kekuatan pasar perusahaan.

8. Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal dalam jangka waktu tertentu.

9. Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi pembeli potensial di masa yang akan datang.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari periklanan pada dasarnya adalah untuk menyampaikan informasi, membujuk (mempengaruhi) dan mengingatkan serta dapat pula untuk menciptakan kesan positif pada produk dan merek tersebut.

4. Kelebihan dan Kelemahan Periklanan

(20)

cenderung memandang produk yang diiklankan sebagai standar dan sah. Pembeli tahu bahwa membeli produk yang diiklankan akan dimaklumi dan diterima semua pihak. Iklan berukuran besar menyatakan hal-hal yang positif mengenai nama besar penjual, popularitas dan keberhasilannya. Iklan juga amat ekspresif. Perusahaan yang bersangkutan dapat mendramatisi produk mereka melalui seni menggunakan gambar, hasil cetakan, suara dan warna. Di satu pihak iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang suatu produknya.

Periklanan juga memiliki beberapa kelemahan. Walaupun dapat menjangkau banyak orang dengan cepat, iklan tidak menyentuh orang per orang dan tidak mungkin bisa sepersuasif berwiraniaga. Pada umumnya, periklanan hanya bisa berkomunikasi satu arah dengan para pemirsa, dan pemirsa tidak merasa harus memperhatikan atau memberikan tanggapan. Selain itu, biayanya bisa sangat besar. Walaupun beberapa bentuk periklanan, seperti iklan di koran dan radio dapat terlaksana dengan anggaran kecil, bentuk-bentuk lain seperti iklan di televisi jaringan membutuhkan anggaran yang sangat besar.

5. Merencanakan Media Periklanan

(21)

Penetapan media periklanan berkaitan erat dengan strategi dan perencanaan media. Dalam Durianto (2003: 15) disebutkan bahwa strategi dan perencanaan media dijalankan setelah perusahaan mengidentifikasi pasar sasaran, serta menentukan sasaran sebelumnya yang akhirnya menentukan strategi yang tepat untuk pencapaiannya.

Terdapat banyak perusahaan yang menggunakan lebih dari satu media dalam praktiknya karena alasan-alasan sebagai berikut (Durianto, 2003: 39):

1. Untuk mencapai masyarakat yang tidak mampu, dicapai dengan media tertentu (misalnya radio).

2. Untuk menyediakan paparan ulang tambahan dengan biaya yang lebih murah.

3. Untuk menyampaikan kupon dalam media cetak jika media utama yang digunakan adalah media broadcast.

6. Kelebihan dan Kelemahan Televisi Sebagai Media Periklanan

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan adanya unsur kata-kata, musik dan efek suara juga mempunyai keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibanding dengan media massa lainnya. Kelebihan atau kekuatan utama yang menjadikannya menarik sebagai media periklanan menurut Jefkins (1993: 110) adalah sebagai berikut:

(22)

ini tidak dimiliki oleh media lain, sehingga dengan kelebihan ini para pengiklan dapat menunjukkan kelebihan atau keunggulan produknya secara detil. Sekalipun ingatan konsumen terhadap apa yang telah diiklankan selalu timbul tenggelam, namun iklan visual akan menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga ketika para konsumen melihat produknya akan segera teringat iklannya di televisi.

2. Iklan televisi memungkinkan masyarakat lebih tanggap dengan apa yang disampaikan. Karena iklan di televisi disiarkan di rumah dalam suasana yang serba santai atau rekreatif, maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian. Perhatian terhadap iklan televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar yang tinggi dan menggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai pemerannya.

3. Iklan televisi bisa ditayangkan beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat dan memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya dan dalam frekuensi yang cukup sehingga dapat mempengaruhi masyarakat.

4. Adanya pemilihan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking) yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat.

(23)

yang telah diiklankan itu akan meningkat sehingga stok dagangan mereka akan jauh lebih mudah terjual.

6. Tayangan iklan televisi mungkin terlupakan begitu cepat, tetapi kelemahan ini bisa diatasi dengan memadukannya pada wahana iklan lain. Jika konsumen memerlukan informasi lebih lanjut atau mereka perlu sarana pengembalian, iklan televisi bisa dipadukan dengan iklan di majalah-majalah mingguan khususnya majalah yang mengulas acara-acara televisi. Iklan pendukung itu bisa pula dimuat di surat kabar. Iklan di surat kabar dapat merujuk penjelasannya pada iklan yang telah ditayangkan di televisi.

Iklan televisi juga diliputi oleh berbagai kelemahan dan keterbatasan. Kelemahan-kelemahan itu menurut Jefkins antara lain:

1. Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara masal, sehingga sulit untuk melakukan segmentasi pasar. Pihak pengiklan akan dapat lebih selektif dalam membidik pasar yang dikehendaki jika menggunakan media pers.

2. Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data-data yang lengkap mengenai suatu produk atau produsennya, maka televisi tidak akan bisa menandingi media pers.

(24)

terganggu oleh adanya iklan akan dapat mengeleminasi iklan dengan menghilangkan suaranya atau dengan mengganti saluran menggunakan remote control. Jika mereka memutar program-program rekaman, mereka dapat melewati iklan-iklan yang disisipkan dalam acara yang hendak mereka nikmati dengan teknik zipping, yaitu menggunakan tombol pemercepat pada alat kontol tersebut sehingga iklan-iklan televisi itu pun lewat begitu saja.

4. Karena sulit untuk dilakukan segmentasi pasar, oleh sebab itu iklan televisi terbilang mahal. Apalagi terdapat banyaknya pengiklan lainnya yang bersaing membujuk pasar sehingga pangsanya nampak lebih kecil. Semuanya itu tidak memberikan alasan yang sah atas mahalnya iklan televisi dan wajar saja apabila para pengiklan kemudian memilih media cetak untuk mengiklankan produk.

Durianto (2003: 35), menyebutkan kelebihan dan kelemahan periklanan dengan televisi sebagai berikut:

A. Kelebihan media televisi: 1. Efisiensi biaya

Televisi mampu menjangkau masyarakat secara luas. Kelebihan ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap orang sehingga banyak pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya.

2. Dampak yang kuat

(25)

menggabungkan elemen gerak, suara, musik, drama, humor maupun ketegangan yang pada akhirnya pemirsa dapat dengan mudah menangkap pesan dan kesan yang ditampilkan.

3. Pengaruh yang kuat

Pada umumnya pemirsa melewatkan waktunya di depan televisi, baik itu untuk mencari hiburan, berita, pendidikan maupun informasi lainnya. Sebagaimana kebanyakan pembeli, pemirsa televisi lebih cenderung memilih produk yang diiklankan di televisi daripada produk yang tidak mereka kenal.

B. Kelemahan media televisi menurut Durianto: 1. Biaya tinggi

Pada kenyataannya tidak sedikit uang yang dihabiskan untuk membiayai sebuah iklan. Hal ini akan menjadi tidak efektif ketika iklan tersebut tidak mampu meninggalkan pesan yang jelas kepada konsumen, sehingga berlalu begitu saja. Ironisnya, iklan yang tidak mampu meninggalkan pesan yang mendalam tentang produk yang diiklankan ini banyak sekali.

2. Masyarakat yang tidak selektif

(26)

akan mengacuhkan iklan tersebut, apalagi jika iklan itu tidak dibuat menarik dan kreatif.

3. Kesulitan teknis

Kesulitan teknis terkait dengan jadwal tayang iklan di televisi yang tidak mudah diubah sehingga seringkali tidak fleksibel. Kebutuhan pengiklan yang mendesak dalam menghadapi acara-acara tertentu, seringkali pihak pengiklan akan menghadapi kesulitan teknis untuk mengubah jadwal maupun jam tayang.

Meskipun terdapat beberapa kelemahan dari periklanan yang menggunakan media televisi, namun media televisi tetap banyak diminati oleh para pengiklan dengan menyesuaikan karakteristik pemirsa yang menjadi target audiens.

7. Iklan Efektif

Definisi tentang sebuah periklanan yang efektif yang dapat digunakan untuk semua kegunaan dianggap tidak praktis karena tidak memberikan definisi yang tunggal. Tetapi disisi lain definisi tersebut bisa dianggap cukup baik karena mencakup berbagai karakteristik umum.

Menurut Shimp (2003: 415), taraf minimal iklan yang baik atau efektif memuaskan beberapa pertimbangan berikut ini:

1. Iklan harus memperpanjang suara strategi pemasaran.

2. Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang konsumen. 3. Periklanan yang baik harus persuasif.

4. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos kerumunan iklan.

5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa diberikan.

(27)

Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa iklan dikatakan efektif hanya bila cocok dengan elemen lain dari strategi komunikasi pemasaran yang diarahkan dengan baik dan terintegrasi. Mengingat bahwa para konsumen membeli manfaat produk iklan juga harus dinyatakan dengan cara yang berhubungan dengan kebutuhan dan keinginannya serta apa yang dinilai oleh konsumen daripada si pemasar. Persuasi biasanya terjadi ketika produk yang diiklankan dapat memberikan keuntungan tambahan bagi konsumen.

Iklan yang kreatif adalah iklan yang berbeda dengan iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja sehingga akan mampu menarik perhatian konsumen. Sebuah iklan akan menerangkan secara jujur dan apa adanya baik dalam etika serta dalam pengertian bisnis yang cerdas. Tujuan iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi, tujuannya bukan membagus-baguskan yang bagus dan melucu-lucukan yang lucu. Penggunaan humor yang tidak efektif harus dihindari karena akan mengakibatkan orang hanya ingat pada humornya saja tanpa ingat apa isi pesannya.

(28)

8. Strategi Pembuatan Iklan yang Efektif

Kotler dalam Durianto (2003: 11), menyatakan bahwa program periklanan harus disusun dengan memperhatikan lima M agar menghasilkan iklan yang efektif, yaitu:

1. Mission (misi)

Dalam hal ini, tujuan periklanan harus jelas agar perusahaan mampu mencapai apa yang diinginkan dan direncanakan sebelumnya.

2. Money (uang)

Anggaran biaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi bauran iklan, apabila perusahaan menggunakan dana besar maka kegiatan iklannya akan lebih efektif dibandingkan dengan dana yang terbatas.

3. Message (pesan)

Iklan harus mengandung pesan yang jelas sehingga audiens mengerti apa yang disampaikan.Iklan yang jelas mampu mengkomunikasikan maksud dan tujuan dari iklan yang ditayangkan.

4. Media (media)

Dalam pemilihan media, sebaiknya memilih mediaapa yang paling efektif dan efisien untuk mengiklankan sebuah produk.

5. Measurement (pengukuran)

(29)

Durianto (2003: 18) mengatakan bahwa jika perusahaan ingin membuat sebuah iklan yang efektif harus dibutukan strategi. Menurut Durianto ada 4 poin strategi yang bisa dilakukan oleh suatu perusahan dalam beriklan, strategi yang dimaksud antara lain:

1. What to say

What to say adalah tema sentral yang ingin disampaikan oleh pemasar melalui iklan yang telah mereka buat. Penetapannya di dalam iklan merupakan suatu keputusan strategis yang akan mempengaruhi kesuksesan atau kegagalannya iklan. Dasar pertimbangan mengapa kampanye iklan yang efektif hanya dilandaskan pada satu tema sentral adalah keterbatasan daya ingat manusia sebagai konsumen dan pemirsa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia memiliki daya ingat yang sangat terbatas, padahal di pasaran terdapat banyak sekali merek atau produk yang diiklankan. Dengan menggunakan satu tema sentral, kemungkinan diingatnya suatu pesan iklan oleh konsumen akan jauh lebih besar daripada digunakan beberapa tema.

Dalam prakteknya, beberapa strategi penyampaian pesan (what to say) yang sering digunakan adalah:

a. Produk Benefit (Feature Oriented Advertising)

(30)

Biasanya yang sukses dengan strategi ini adalah produsen yang menggunakan dan terus setia dengan satu tema sentral saja. b. Brand Image Oriented Advertising

Brand image oriented advertising adalah strategi periklanan yang lebih mengedepankan pada citra merek, sehingga pada akhirnya hal ini akan bermuara pada penciptaan suatu image atau personality tertentu.

c. Problem and/or Opportunity Oriented Advertising

Strategi ini dipakai oleh iklan yang berorientasi pada permasalahan atau peluang dari oleh produk yang diiklankan. Dalam iklan dengan strategi ini, suatu permasalahan yang mungkin muncul coba dinetralisir, dan seringkali iklan ini mencoba mencari manfaat baru dari suatu produk.

d. Competitive Positioning Oriented Advertising

Alasan utama para pengusung teori strategi positioning ini adalah karena suatu manfaat maupun merek sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan karena hampir semua pengiklan menggunakan strategi tersebut. Dianggap kita tidak bisa lagi bersaing hanya dengan menonjolkan manfaat dan merek, kita harus mampu membentuk positioning produk di benak konsumen.

2. How to say

(31)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan kreativitas suatu iklan, antara lain:

a. Directed creativity

Dalam hal ini berarti harus ada kesesuaian antara kreativitas yang ingin ditampilkan dengan what to say yang telah dipilih.

b. Brand name exposure

Brand name exposure terdiri dari individual brand name (merek produk) dan company brand name (nama perusahaan). Ketika suatu iklan dibuat, idealnya iklan tersebut harus mampu mengangkat dua brand ini secara bersama-sama.

c. Positive unique Kesan positif harus muncul ketika iklan tersebut ditampilkan,

jangan sampai konsumen memiliki asosiasi yang negatif tentang produk tersebut. Asosiasi negatif ini bisa muncul karena penafsiran dari suatu iklan yang salah yang disebabkan kurang mampunya iklan menyampaikan pesan.

d. Selectivity

(32)

3. How much to say

Pada poin ketiga yaitu how much to say sangat terkait dengan berapa biaya iklan yang harus dikeluarkan. Ada tiga teknik yang dapat digunakan yaitu dari persentase penjualan, kemampuan perusahaan, dan banyaknya biaya iklan yang dikeluarkan oleh pesaing. Perlu diperhatikan, bahwa tingginya biaya bersifat relatif, tergantung pada tingkat penjualan.

4. Where to say

Poin keempat adalah where to say, berarti memfokuskan dalam pemilihan media, dimana perusahaan harus menekankan pada efektivitas media yang akan digunakan.

Strategi memegang peranan penting dalam penentuan keberhasilan iklan. Strategi merupakan dasar membangun merek, menjaga agar periklanan dan elemen pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta membangun kepribadian merek dengan jelas dan konsisten. Strategi juga mewakili jiwa sebuah merek dan menjadi elemen penting untuk keberhasilan setiap iklan.

9. Pengukuran Efektivitas Periklanan

Secara umum, dikenal tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas periklanan (Durianto, 2003: 15) yaitu:

1. Penjualan

(33)

faktor-faktor di luar iklan yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian sebuah produk.

2. Persuasi

Pada kriteria kedua, yaitu persuasi lebih menekankan dengan mengukur dampak pemahaman konsumen terhadap suatu iklan, terhadap perubahan kepercayaan konsumen pada ciri atau konsekuensi produk, sikap terhadap merek, serta keinginan untuk membeli produk, apakah suatu iklan dapat menciptakan rantai akhir suatu pengetahuan produk sebagaimana yang diinginkan, yaitu menemukan apakah konsumen membentuk pengasosian yang tepat antara merek dengan pribadi konsumen.

3. Pengingatan

(34)

Hanya pemirsa yang mampu mengingat sebuah elemen visual atau suatu pesan penjualan yang dianggap dapat mengingat iklan yang ditayangkan.

Untuk mengukur efektivitas periklanan yang berkaitan dengan penjualan dapat dilihat dari penelitian terhadap dampak penjualan sebelum dan sesudah melakukan iklan. Hal tersebut sulit dilakukan mengingat adanya faktor-faktor lain diluar iklan yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan penjualan produk.

Adapun selain menggunakan pendekatan penjualan, efektivitas iklan dapat diukur dengan pendekatan komunikasi (pengingatan dan persuasi). Kemampuan audiens untuk mengingat pesan dalam iklan, terutama bagi iklan yang ditujukan untuk memperkuat kesadaran audiens terhadap suatu merek dapat dianggap sebagai alat ukur efektivitas iklan tersebut (Durianto, 2003: 16).

D. EPIC Model

EPIC model dalam Durianto (2003: 86) adalah salah satu alat ukur efektivitas iklan dengan pendekatan komunikasi yang dikembangkan oleh AC Nielsen , salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia yang mencakup empat dimensi kritis, yaitu empati, persuasi, dampak, dan komunikasi (empathy, persuasion, impact and communication).

(35)

1,000 – 1,857 : Sangat Tidak Efektif Sekali 1,858 – 2,714 : Sangat Tidak Efektif 2,715 – 3,571 : Tidak Efektif

3,572 – 4,428 : Cukup Efektif 4,429 – 5,285 : Efektif

5,286 – 6,142 : Sangat Efektif 6,143 – 7,000 : Sangat Efektif Sekali

Dari keempat dimensi kritis yang diukur dalam EPIC model ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dimensi Empati

Empati (empathy) merupakan suatu dimensi dimana keadaan mental dapat membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan dan pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Dimensi empati menginformasikan apakah konsumen menyukai suatu iklan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara suatu iklan dengan pribadi mereka.

b. Dimensi Persuasi

(36)

promosi. Proses persuasi ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk.

Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasang iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh gambaran kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek pada produk yang diiklankan.

c. Dimensi Impact

Dampak (impact) yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk atau proses pemilihan.

Dimensi impact menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibanding merek lain pada kategori yang serupa dan apakah iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan.

d. Dimensi Komunikasi

(37)

pemasaran yang berhasil intinya adalah permasalahan komunikasi. Di sinilah pada akhirnya suatu komunikasi yang baik menjadi penting artinya bagi konsumen.

Engel, Warshaw dan Kinnear dalam Simpiosium Nasional Pendidikan Periklanan Ke-2 (2008: 13) mendefinisikan komunikasi sebagai suatau proses transaksional antara dua atau beberapa pihak yang melakukan pertukaran arti atau makna melalui penggunaan simbol dengan maksud tertentu.

Kata komunikasi berasal dari kata dalam bahasa Latin communis, yang

berarti “sama” (dalam bahasa Inggris: common). Komunikasi kemudian

dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima.Kunci utama dari definisi ini adalah diperlukan kesamaan pemikiran yang dikembangkan antara pengirim dan penerima jika diharapkan terjadi komunikasi. Kesamaan pemikiran ini membutuhkan adanya hubungan saling berbagi (sharing) antara pengirim (pengiklan) dengan penerima pesan (Shimp, 2003: 162)

(38)

Adapun hal mendasar dari proses komunikasi adalah konsep arti yang dimilikinya. Para pemasar akan selalu berusaha untuk menunjukkan arti merek mereka kepada konsumen, sedangkan konsumen memperoleh arti yang sama atau mungkin berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikator pemasaran.

Proses komunikasi dimulai ketika sumber komunikasi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan dan meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat seperti kata, gambar dan tindakan. Pesan tersebut kemudian ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media (media massa dan media elektronik). Penerima atau konsumen, jika diekspos kedalam suatu promosi, harus men-dekoding atau menterjemahkan maknanya. Kemudian konsumen tersebut dapat mengambil tindakan, tindakan itu dapat ditunjukkan dengan pergi ke toko atau melakukan pembelian.

Komunikasi promosi memiliki beberapa tujuan. Dalam Peter dan Olson (2000: 188), tujuan komunikasi promosi ditinjau dari sudut pandang manajer pemasaran, yaitu:

1. Konsumen harus memiliki kebutuhan yang disadari akan suatu kategori produk atau bentuk produk.

2. Konsumen harus sadar akan merek.

3. Konsumen harus memiliki sikap merek yang positif.

4. Konsumen harus memiliki keinginan untuk membeli merek tertentu.

(39)

E. Brand Equity (Ekuitas Merek)

Bagi banyak perusahaan, merek dan segala yang diwakilinya merupakan aset yang paling penting. Salah satu cara untuk menguasai pasar adalah dengan memiliki ekuitas merek yang kuat. Menurut Aaker dalam Tjiptono (2005: 39), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan kewajiban merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan dan kepada pelanggan perusahaan.

Menurut Durianto dkk (2004: 4), ekuitas merek merupakan seperangkat aset yang berkaitan dengan merek, nama, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Secara umum, usaha untuk meningkatkan ekuitas suatu merek dilakukan melalui pilihan yang positif atas idenitas. Namun, usaha yang paling sering dilakukan adalah melalui program pemasaran dan komunikasi pemasaran, agar tercipta asosiasi yang mendukung, kuat, dan unik di benak konsumen antara merek dengan atribut atau manfaatnya.

(40)

Perceived Quality Brand

Awareness

Brand Association

Brand Loyalty Brand Equity

Ekuitas merek berkaitan dengan berapa banyak pelanggan yang merasa puas dan akan mengalami kerugian dengan berganti merek, berapa banyak pelanggan yang menghargai merek tersebut dan menganggapnya sebagai teman, dan berapa banyak pelanggan yang sangat setia dengan merek tersebut.

Aaker dalam Tjiptono (2005: 40), memformulasikan brand equity dari sudut pandang manajerial dan strategi korporat, dimana landasan utamanya adalah tetap berada pada konsumen (perilaku konsumen). Aaker menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi. Konsep ekuitas merek ini dapat ditampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Dimensi Brand Equity

Aaker menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi, yaitu:

1. Brand loyalty, komponen yang penting karena performance perusahaan sangat bergantung pada seberapa banyak konsumen yang loyal.

(41)

3. Perceived quality, yaitu persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya (Rangkuty, 2008: 41). Apabila konsumen beranggapan suatu kualitas merek, maka lebih mudah membayar lebih untuk merek tersebut.

4. Brand associations, merupakan segala kesan yang muncul pada benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. (Durianto dkk, 2004: 38). Brand assosiations berguna dalam pembentukan sikap positif terhadap merek dan menjadi motivasi untuk melakukan pembelian.

Menurut Durianto dkk (2004: 6), kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

Tjiptono (2005: 40) mengatakan bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk tertentu.

(42)

Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

Unware Brand Gambar 2. Tingkatan Brand Awareness

Piramida kesadaran merek menunjukkan dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut:

1. Unware brand (tidak menyadari brand) adalah tingkat paling rendah dalam piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2. Brand recognition (pengenalan brand) adalah tingkat minimal brand awareness, di mana pengenalan suatu brand mucul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

3. Brand recall (pengingatan kembali brand) adalah pengingatan kembali brand tanpa bantuan.

4. Top of mind (puncak pikiran) adalah brand yang disebutkan pertama kali muncul dalam benak konsumen.

(43)

dilaksanakan menjadi tidak ada artinya karena dapat dinilai tidak efektif dalam menyampaikan pesan.

Brand awareness merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan. Brand awareness menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu merek.

F. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai pedoman dasar pertimbangan maupun perbandingan bagi peneliti dalam upaya memperoleh arah dan kerangka berpikir. Berikut adalah penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian. Hasil penelitian Atmaja mendapatkan total nilai keseluruhan EPIC model yang cukup efektif yaitu dengan nilai skor empati rata-rata mendapatkan 4,437, persuasi dengan skor rata-rata sebesar 3,891, dimensi dampak atau impact mendapatkan skor 3,613 dan komunikasi dengan skor nilai 3,848.

(44)

G. Kerangka Pikir

Gambar 3. Kerangka Pikir

Periklanan merupakan salah satu dari lima bauran promosi periklanan selain pemasaran langsung, penjualan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat. Periklanan melalui media elektronik televisi dapat menjangkau konsumen sasaran secara luas dibandingkan media elektronik yang lain. Oleh karena itu, perusahaan lebih memilih mempromosikan produknya melalui media televisi.

Periklanan

Media Elektronik

Televisi

Iklan Yamaha Jupiter Z Versi Komeng dan Versi

Jorge Lorenzo

EPIC Model 1. Empathy (empati) 2. Persuasion (persuasi) 3. Impact (dampak)

4. Communication (komunikasi)

Tidak Efektif Efektif

Skor rata-rata

≤ 3,571

(45)

Iklan televisi sepeda motor Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo merupakan iklan PT YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia). Iklan yang menggunakan endorser berbeda, perlu dikaji keefektifan iklannya agar dapat menjadi acuan evaluasi bagi perusahaan untuk tampilan iklannya di masa yang akan datang.

Efektivitas iklan Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo diukur menggunakan metode EPIC model. EPIC model merupakan metode untuk menilai efektivitas sebuah iklan dengan melihat nilai rata-rata iklan dari empat dimensi yaitu empathy, persuasion, impact and communication. Nilai rata-rata yang telah dihitung kemudian direntangkan dalam tujuh tingkat efektivitas EPIC model, iklan dikatakan efektif jika masuk pada rentang nilai > 3,571 dan dikatakan tidak efektif jika masuk pada rentang nilai ≤ 3,571.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat respon yang berbeda ketika responden melihat iklan

televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dibandingkan versi Jorge Lorenzo

Ha = Terdapat respon yang berbeda ketika responden melihat iklan

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun: 1995).

Dalam penelitian ini, survei dilakukan pada mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang masih aktif sampai dengan semester genap tahun ajaran 2009/2010 guna mengevaluasi dan menganalisis efektivitas iklan televisi sepeda motor Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(47)

peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006:189). Dengan menetapkan populasi, ini dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu sesuai dengan kasusnya dan tidak berlebihan dengan populasi yang diacu. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Strata 1 (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang masih aktif sampai dengan semester genap tahun ajaran 2009/2010. Data yang diperoleh bahwa mahasiswa yang tercatat berjumlah 2.982 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah mahasiswa yang aktif sampai tahun angkatan 2009.

2. Sampel

Sampel merupakan subset dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand, 2006:189). Sesuai dengan pemahaman diatas, maka sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil yang sudah ditentukan. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alasan pemilihan mahasiswa sebagai sampel karena mahasiswa merupakan salah satu golongan atau kelompok audiens iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo. Selain itu mahasiswa juga merupakan kelompok referensi yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap suatu pengambilan keputusan.

Penentuan jumlah sampel menurut Slovin (Husein Umar: 1999) dapat dirumuskan sebagai berikut:

n=

2

1 Ne

N

(48)

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, disebut juga dengan nilai kritis. Dalam penelitian ini nilai kritisnya adalah sebesar 10 %.

dari rumus tersebut menghasilkan 2 ) 1 , 0 ( 2982 1

2982

n = 96,7553

Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel yang diperoleh berjumlah 97 orang mahasiswa.

D. Definisi Konseptual

1. Iklan adalah bentuk komunikasi yang bersifat nonpersonal dan didanai oleh perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, atau individu yang diidentifikasikan dengan berbagai cara dalam pesan iklan dengan harapan untuk menginformasikan atau membujuk para anggota dari khalayak tertentu. 2. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang

mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok yang lain.

3. Persuasi merupakan perubahan kepercayaan sikap dan keinginan berperilaku yang disebabkan suatu komunikasi promosi.

(49)

5. Komunikasi adalah proses menciptakan suatu kesamaan atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut.

E. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Konsep

Variabel Variabel Definisi Operasional Indikator

Respon

- Empathy

- Persuasion

- Impact

Keadaan mental yang membuat seseorang meng-identifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok yang lain.

Perubahan kepercayaan sikap dan keinginan berperilaku yang disebabkan suatu komunikasi promosi.

(50)

- Communication Proses menciptakan suatu kesamaan atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima dengan memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut.

Bentuk komunikasi nonpersonal yang diidentifikasikan dengan berbagai cara dalam pesan iklan dengan harapan untuk meng-informasikan atau membujuk konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel dengan metode tertentu (Tika, 2006: 40). Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

(51)

b. Nonprobability sampling : teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini sendiri menggunakan nonprobability sampling, tepatnya dengan metode purposive sampling. Pemilihan sampel ini dilakukan karena peneliti memahami bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran tertentu yang mampu memberikan informasi yang dikehendaki karena mereka memang memiliki informasi seperti itu dan mereka memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria yang dimaksud antara lain:

1. Responden adalah mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang masih aktif sampai dengan tahun ajaran 2009/2010.

2. Responden mengetahui dan pernah melihat iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan Versi Jorge Lorenzo.

Sampel yang dipilih dalam penelitian ini merupakan responden yang memenuhi kriteria tersebut sehingga jawaban yang didapatkan dinyatakan qualified dan kemudian diolah ke dalam hasil penelitian.

G. Jenis Data

(52)

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua jenis data, yaitu:

 Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti. Data primer dari penelitian ini berasal dari kuesioner yang disebarkan kepada responden.

 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar dari peneliti sendiri. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari situs internet dan data tentang karakteristik responden.

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data sebagai bahan penulisan, digunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:

1. Kuesioner

(53)

Kuesioner yang dibagikan merupakan kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang pilihan jawaban pertanyaan sudah disediakan, responden tinggal mengisi dengan cara memberi tanda terhadap pilihan jawaban yang sesuai dengannya. Penyebaran kuesioner yang berjumlah 100 lembar dilakukan di dalam kelas. Pada sampel, seharusnya hanya 97 orang mahasiswa yang mengisi kuesioner, tetapi 3 diantaranya merupakan cadangan apabila terdapat kerusakan atau kesalahan pada kuesioner.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan dengan melihat internet yang informasinya berhubungan dengan objek penelitian untuk memperoleh landasan teori dan mendapatkan data yang dapat menunjang penelitian.

I. Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang dipergunakan adalah skala seperti Likert yang terdiri dari tujuh pilihan jawaban. Hal ini dimaksudkan agar perbedaan jawaban responden dapat ditampung dan lebih memperhalus perbedaan antar kategori responden. Skala Likert adalah skala yang menggunakan lebih dari 1 item pertanyaan, dimana beberapa pertanyaan digunakan untuk menjelaskan sebuah konstruk lalu jawabannya dijumlahkan (Ferdinand, 2006: 221).

(54)

dalam tujuh kategori penilaian dimana masing-masing pertanyaan diberi skor satu sampai tujuh.

Dalam penelitian ini, digunakan pertanyaan tertutup dengan rentang skala penilaian, yaitu:

 Sangat Tidak Setuju Sekali : 1  Sangat Tidak Setuju : 2

 Tidak Setuju : 3

 Cukup : 4

 Setuju : 5

 Sangat Setuju : 6

 Sangat Setuju Sekali : 7

J. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas

Validitas menurut Arikunto (2007: 167) adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

(55)

r xy =

2 2

2 2

. Xi Xi n Yi Yi

n

Yi Xi Yi Xi n

Keterangan:

r

xy = Koefisien Korelasi antara Xi dan Yi

Xi = Skor dari masing-masing variabel (faktor yang mempengaruhi) Yi = Skor dari seluruh variabel (skor total)

n = Banyaknya variabel yang dianalisis

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika r hitung > r tabel, maka kuesioner valid 2. Jika r hitung < r tabel, maka kuesioner tidak valid

Untuk menguji validitas instrumen penelitian, peneliti menguji validitas dengan menggunakan data yang terkumpul dari 30 responden dengan r kritis 0,361. Bila harga korelasi 0,361, maka dapat disimpulkan bahwa item tersebut tidak valid untuk pengujian selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

(56)

1 k

k r

2 2

1 t

b

Keterangan:

r = Reliabilitas instrumen k = Banyak butir pertanyaan

2

b = Jumlah varians butir

2

t = Varians total

Menurut Ghozali ( 2001: 42), instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai koefisien apha (cronbach alpha ) yang diperoleh sama dengan atau lebih besar daripada 0,60 dimana pada pengujian reliabilitas ini menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS.

3. Analisis Tabulasi Sederhana

Dalam analisis tabulasi sederhana, data yang diperoleh diolah ke bentuk persentase, dengan rumus sebagai berikut:

P = x100% fi

fi

Keterangan:

P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu

(57)

4. Skor Rata-Rata

Setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan kemudian diberikan bobot. Cara menghitung skor rata-rata adalah dengan menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya kemudian dibagi dengan jumlah total frekuensi sebagai berikut:

x =

fi wi fi.

Keterangan:

x = Rata-rata berbobot fi = Frekuensi

wi = Bobot

Setelah itu, digunakan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap variabel. Bobot alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri dari kisaran antara 1 sampai 7 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang positif. Selanjutnya dihitung rentang skala dengan rumus, sebagai berikut:

Rs =

M bobot

R( )

Keterangan:

(58)

Rentang skala seperti Likert yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1 hingga 7, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah:

Rs = 7 - 1 = 0,857 7

Sehingga posisi keputusannya menjadi:

STES STE TE CE E SE SES

1,000 1,857 2,714 3,571 4,428 5,285 6,142 7,000 Keterangan :

STES = Sangat Tidak Efektif Sekali (masuk skala 1,000 – 1,857) STE = Sangat Tidak Efektif (masuk skala 1,858 – 2,714) TE = Tidak Efektif (masuk skala 2,715 – 3,571) CE = Cukup Efektif (masuk skala 3,572 – 4,428) E = Efektif (masuk skala 4,429 – 5,285) SE = Sangat Efektif (masuk skala 5,286 – 6,142) SES = Sangat Efektif Sekali (masuk skala 6,143 – 7,000)

(59)

5. Uji t (Paired Sample Test)

Pada penelitian ini, peneliti menguji hipotesis menggunakan uji t dengan cara membandingkan pernyataan responden sebelum dan sesudah tampilnya endorser Jorge Lorenzo iklan televisi sepeda motor Yamaha Jupiter Z. Uji t menggunakan rumus paired sample test dengan bantuan program SPSS. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5 %. Dasar pengambilan keputusannya yaitu:

a) - Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak

- Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

b) - Jika probabilitas < 0,05maka H0 ditolak dan Ha diterima

(60)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun: 1995).

Dalam penelitian ini, survei dilakukan pada mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang masih aktif sampai dengan semester genap tahun ajaran 2009/2010 guna mengevaluasi dan menganalisis efektivitas iklan televisi sepeda motor Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(61)

peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006:189). Dengan menetapkan populasi, ini dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu sesuai dengan kasusnya dan tidak berlebihan dengan populasi yang diacu. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Strata 1 (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang masih aktif sampai dengan semester genap tahun ajaran 2009/2010. Data yang diperoleh bahwa mahasiswa yang tercatat berjumlah 2.982 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah mahasiswa yang aktif sampai tahun angkatan 2009.

2. Sampel

Sampel merupakan subset dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand, 2006:189). Sesuai dengan pemahaman diatas, maka sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil yang sudah ditentukan. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alasan pemilihan mahasiswa sebagai sampel karena mahasiswa merupakan salah satu golongan atau kelompok audiens iklan televisi Yamaha Jupiter Z versi Komeng dan versi Jorge Lorenzo. Selain itu mahasiswa juga merupakan kelompok referensi yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap suatu pengambilan keputusan.

Penentuan jumlah sampel menurut Slovin (Husein Umar: 1999) dapat dirumuskan sebagai berikut:

n=

2

1 Ne

N

Gambar

Gambar 1.  Dimensi Brand Equity
Gambar 2. Tingkatan Brand Awareness
Gambar 3. Kerangka Pikir
Tabel 2. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada banyak substansi didunia menurut Leibniz, substansi tersebut disebut juga dengan monade, berbeda dengan Spinoza yang mengatakan bahwa substasi hanya ada satu yaitu Tuhan atau

Pada dimensi empathy menunjukan bahwa efektivitas iklan dinilai efektif dalam menginformasikan bahwa konsumen menyukai iklan web series dan dapat menggambarkan

Sistem berbasis kartu cerdas ( smart card ) misalnya dapat digunakan para dokter untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang ke rumah sakit, karena dalam waktu yang

sehingga thitung &gt; t(tabel) yaitu 2,44 &gt; 1,67, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode active learning lebih

Secara umum, tujuan pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif adalah mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan cara

       Tahun ke empat yang meliputi akhir pendidikan program sarjana kedokteran gigi pada semester 7 yang meliputi Karya Tulis Tahap II, Identifikasi dan Penatalaksanaan Pasien,

Kami berhak untuk mendapatkan segala keterangan, catatan medis/resume medis, fotokopi seluruh hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi dan dokumen-dokumen lain yang dianggap

Penelitian yang dilakukan Pradono (2010), yang menyatakan bahwa status ekonomi seseorang berhubungan terhadap kejadian hipertensi, orang yang memiliki status ekonomi